ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB AL-JAWAHIRUL KALAMIYAH KARYA SYAIKH TAHIR BIN SALIH AL- JAZAIRY SKRIPSI

  

ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID

DALAM KITAB AL-JAWAHIRUL KALAMIYAH

KARYA SYAIKH TAHIR BIN SALIH AL- JAZAIRY

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Desi Nur Baiti

NIM: 111-14-035

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID

DALAM KITAB AL-JAWAHIRUL KALAMIYAH

KARYA SYAIKH TAHIR BIN SALIH AL- JAZAIRY

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

  

Oleh:

Desi Nur Baiti

NIM: 111-14-035

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

  Keberhasilan seseorang di masa mendatang akan ditentukan oleh kemampuannya dalam belajar (learning) dan Life Skill (Deporter, Learning Forum Presiden, Ubaedy, 2008: 54).

  

PERSEMBAHAN

  Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:

  1. Ibu Sulisetiyowati dan Bapak Ismail tercinta yang telah mendidik, membimbing, memberikan kasih saya ng, do‟a dan segalanya, yang menjadi perantara untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, amal shalih dan ridho Allah SWT.

  2. Kakak tersayangku Aziz Setiawan dan Eva Yanti serta kakak iparku dan semua keponakan tersayangku.

  3. Terimakah kepada guru-guru saya, terimakaih kepada Bapak KH. Nasafi, M. Pd dan Ibu Ny. Hj. Asfiyah atas barokah ilmu dan do‟anya. Dan juga kepada alm. Bapak KH. Sa‟dullah Utsman dan almh. Ibu Ny. Hj.

  Fashohatul Adibah.

  4. Seluruh teman santriwan-satriwati ponpes Nurul Asna Salatiga dan ponpes Assholihat Magelang yang sudah mendukung, mendo‟akan dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Sahabat-sahabatku seperjuangan Atik, Hanik, Putri, Anis, Nonik, Dwi, Nafik dan Evi yang selalu memberi motivasi dan mendo‟akanku.

  6. Terimakasih untuk Mas Muhamad Miftakhul Munir yang selalu mensuport, mendo‟akan dan memberi nasehat. Semoga bisa menjadi patner seumur hidup untukku.

  7. Terimakasih untuk para Tentor Bimbel Az-Zahra Salatiga atas doa‟a, dukungan, dan suportnya.

KATA PENGANTAR

  

ِمْيِحَّزلا ِنَمْحَّزلا ِالله ِمْسِب

  Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat meny elesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah Karya Syaikh Thahir bin Saleh Al- Jazairy”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, yang telah menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.

  Skripsi ini merupaka salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga.

  Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

  Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Imam Sutomo selaku dosen Pembimbing Akademik.

  

ABSTRAK

Nur Baiti, Desi, 2018.

  “ Analisis Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al- Jazairy.” Skripsi. Fakultas

  Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M. SI.

  

Kata Kunci: Analisis Pendidikan, Tauhid, Kitab Jawahirul Kalamiyah karya

Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy.

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji tentang pendidikan tauhid yang menjadi dasar aqidah islamiyah dalam memahami Islam dan menganlisis pendidikan tauhid yang terkandung di dalamnya. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : (1) Bagaimana metode pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syekh Thahir bin Shalih al-Jazairy ? (2) Bagaimana relevansi pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam ?

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan jenis penelitian studi pustaka yang dilakukan dengan menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, dengan metode library research dan literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber data primer berupa kitab

  

Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy dan analisis data

  yang dilakukan ada dua tahap yaitu; metode deduktif yang dilakukan dengan menganalisis bab III pemikiran Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy, kemudian

  

Content Analysis untuk menganlisis bab IV tentang pendidikan tauhid dalam kitab

Jawahirul Kalamiya dan digunakan untuk mengetahui relevansi antara pendidikan

  tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah dalam kehidupan umat Islam.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan tauhid dalam kitab

  

Jawahirul Kalamiyah di sampaikan dengan cara dialog (tanya jawab) yang

  memuat konten tentang 6 rukun iman. Pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul

  

Kalamiyah sangat relevan ketika diajarkan untuk masyarakat muslim mulai dari

  usia dini hingga usia lanjut karena dengan mengajarkan dasar ilmu tauhid yang sesuai dengan Al- Qur‟an dan Hadis akan tercipta umat Islam yang taat beragama yang paham akan hakikat dirinya dan sang pencipta alam dan seluruh isinya ini dengan beribadah tanpa ada keraguan dalam melakukannya.

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL ………………………………………………………………………… i LEMBAR BERLOGO

  …………………………………………………………... ii JUDUL

  ………………………………………………………………………….. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING

  ……………………………………………..... iv PENGESAHAN KELULUSAN

  ………………………………………………… v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  ……………………………………… vi MOTTO

  ………………………………………………………………………... vii PERSEMBAHAN

  …………………………………………………………….. viii KATA PENGANTAR

  …………………………………………………………... x ABSTRAK

  ……………………………………………………………………… xi DAFTAR ISI

  …………………………………………………………………… xii DAFTAR LAMPIRAN

  ……………………………………………………….. xiv

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar Pustaka 2. Riwayat Hidup Penulis 3. Nota Pembimbing Skripsi 4. Lembar Konsultasi 5. Surat Keterangan Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah yang dititipkan oleh Allah SWT

  kepada orang tua. Maka dari itu, hendaknya setiap orang tua bertanggung jawab atas titipan Allah SWT itu. Memberikan pendidikan yang baik tentu merupakan kewajiban orang tua. Tapi, Islam juga telah mengatur bahwa tanggung jawab pendidikan anak bukan hanya pada orang tua saja tetapi juga guru dan lingkungan.

  Memberikan pendidikan kepada anak bukanlah tugas yang mudah. Mendidik anak juga tidak bisa dipahami sebagai tugas sampingan yang hanya dilakukan saat ada kesempatan. Tugas ini haruslah ditempatkan pada kedudukan utama yang mendapat prioritas diantara berbagai macam aktivitas, Ahmad (2015:12-13).

  Sesuai dengan tujuan pendidikan Islam menurut Saleh Abdullah dalam buku Educational Theory a Qutlook, sebagaimana di kutip oleh Ahmad Zayadi (2006: 56) menyatakan bahwa tujuan pendidikan harus meliputi empat aspek, yaitu:

  1. Tujuan jasmani (ahdaf al-jismiyah) yang beararti proses pendidikan ditunjukan dalam kerangka mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardhi, melalui keterampilan fisik.

  2. Tujuan rohani dan agama (ahdab al-ruhaniyah wa ahdaf al-diniyah) yang berarti pendidikan ditunjukan dalam meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya kepada Allah semata, dan melaksanakan Aqhlak Qur

  ‟ani yang diteladani oleh Nabi SAW sebagai perwujudan perilaku keagamaan.

  3. Tujuan intelektual (ahdaf al-aqliyah) yaitu proses pendidikan di tunjukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia dengan menelaah ayat-ayat-Nya (baik qauniyah dan kauliyah).

4. Tujuan sosial (ahdaf al-ijtimayyah) yaitu proses pendidikan ditujukan dalam kerangka pembentukan kepribadian yang utuh.

  Dari beberapa tujuan pendidikan di atas tujuan rohani dan agama merupakan tujuan yang sangat penting untuk dicapai karena semakin kita dekat mengenal dan akrab oleh sang pencipta maka keimanan kita juga akan semakin kuat dan juga kita akan terhindar dari perbuatan buruk karena senantiasa takut kepada Allah SWT. Maka untuk menuju keberhasilan pendidikan rohani dan agama anak harus di berikan pendidikan akidah atau tauhid.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI, 2017: 263).

  Menurut Heri Muchtar (2005: 125) pendidikan adalah merupakan proses pengenalan yang ditanamkan secara bertahap dan berkesinambungan dalam diri manusia mengenai objek-objek yang benar sehingga hal itu akan membimbing manusia ke arah yang lebih baik. Ada tiga unsur yang harus terdapat dalam proses pendidikan, yaitu: pendidik, peserta didik dan ilmu atau pesan yang disampaikan.

  Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan ialah usaha sadar yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan demi peranannya dimasa yang akan datang.

  Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang Rasul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka (Hanafi, 2003: 2).

  Sesungguhnya manusia dari sejak lahir berada dalam fitrahnya yaitu, bertauhid. Namun sesuai perkembangan lingkungan dan orang tuanyalah yang menentukan selanjutnya. Banyak orang yang beriman namun tanpa didasari pengetahuan yang memadai. Mereka beribadah namun ada saja yang masih menyimpang dari ketauhidannya. Apalagi mereka yang berada di penjuru kampung yang masih banyak mempercayai pohon-pohon yang besar, batu-batuan yang besar, dan lain sebagainya.

  Akidah merupakan perbuata hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Atau bisa di artikan secara

  syara‟ yaitu iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepada Hari Akhir serta kepada qadarnya yang baik maupun yang buruk (Shalih bin Fauzan, 2013: 3).

  Tanpa akidah yanag benar manusia akan menjadi mangsa bagi perasangka dan keragu-raguan yang lambat laun akan menumpuk dan menghalangi pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan (Shalih bin Fauzan, 2013: 8).

  Inti dari ajaran agama Islam adalah dalam kajian ketauhidan. Karena itu dalam berbagai kitab maupun buku ditegaskan bahwa kewajiban pertama seorang muslim adalah mempelajari tauhid. Sesuai dengan pendapat Syaikh Ibrohim al-Bajuriy (2015: 6) dalam kitab Tijan

  Ad-Durori

  bahwa “wajib atas setiap orang mukallaf (muslim yang baligh lagi berakal) mengetahui hal yang wajib dalam haq Allah SWT, yang mustahil serta yang boleh.” Dari kajian tauhid yang secara mendalam dan dibarengi dengan dalil naqli serta dalil aqli, maka umat Islam diharapkan menjadi semakin kuat akidahnya.

  Agama Islam memerlukan tauhid sebagai dasar keyakinan. Tujuan dibentuknya ilmu tauhid/kalam adalah usaha pemahaman yang dilakukan para ulama (teolog muslim) tentang akidah Islam yang terkandung dalam dalil naqli (Al-

  Qur‟an dan Hadits). Dan usaha pemahaman itu adalah menetapkan, menjelaskan atau membela akidah Islam, serta menolak akidah yang salah dan yang bertentangan dengan akidah Islam. Tauhid sebagaimana diketahui membahas ajaran-ajaran dasar dari agama Islam. Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agama Islam secara mendalam, perlu mempelajari tauhid. Mempelajari tauhid akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang tidak mudah di ombang-ambingkan oleh peredaran zaman.

  Kesadaran beragama umat Islam pada dasarnya adalah kesadaraan akan Keesaan Tuhan. Semangat ilmiah tidak bertentangan dengan religius, kareana ia merupakan bagian yang terpadu dengan keesaan Tuhan. Memiliki kesadaraan akan keesaan Tuhan berarti meneguhkan kebenaran bahwa Tuhan adalah satu dalam esensinya, dalam nama-nama dan sifat- sifatnya, dan dalam perbuatannya (Osman Bakar, 1993: 11).

  Al- Qur‟an juga sudah menjelaskan tentang tauhid dalam Q.S Al-

  Isra‟, 17: 57

  

        

         

           

            

     

  Artinya

  : “ Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran)

dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepada-Nya Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah

agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil

pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka

  

melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan

sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara

mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah

tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar .”

  Ayat diatas jelas menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi SAW yang pertama kali adalah pelurusan akidah.

  Berdasarkan jenis dan sifatnya, ilmu tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan.

  1. Tauhid Rububiyyah yaitu: mengesakan Allah dalam segala perbuatanNya dan meyakini bahwa Allah menciptakan segala makhluk.

2. Tauhid Uluhiyah yaitu: mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba, misalnya: tawakal, beribadah, memohon pertolongan.

  3. Tauhid asma‟ wa sifat yaitu: beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya yang diterangkan dalam Al- Qur‟an dan sunnah Rasul- Nya yang pantas ditiru oleh umat-N ya ( Ilyas, 1993 :23).

  Dari uraian di atas, penulis berusaha mengkaji lebih mendalam tentang analisis pendidikan tauhid dalam kitab “Jawahirul Kalamiyah”, yang di dalamnya terdapat beberapa uraian tentang pendidikan tauhid. Untuk itu, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul: “ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB

  KARYA SYAIKH THAHIR BIN SALEH

  JAWAHIRUL KALAMIYAH

  AL- JAZAIRY”, alasan penulis mengambil judul di atas karena prihatin dengan keadaan zaman di era sekarang ini, banyak sekali khususnya remaja-remaja muslim yang terkadang lupa akan pendidikan tauhid padahal pendidikan ini sangat penting bagi pertumbuhan keberagamaan remaja-remja muslim. Melihat di sekeliling kita banyak sekali radikalisme yang berkembanag di masyarakat yang mengatasnamakan Islam, hal ini sangat berbahaya ketika remaja-remaja muslim dan umat Islam umumnya salah dalam menyikapi hal tersebut.

  Maka dari itu penulis perlu mengkaji lebih dalam tentang ilmu tauhid yang terdapat dalam kitab Jawahirul Kalamiyah. Alasan mengapa penulis memilih kitab Jawahirul Kalamiyah yaitu karena kitab tersebut menyajikan ajaran tauhid dengan metode tanya jawab sehingga pembahasan tauhid langsung pada pokok permasalahan dan dapat lebih mudah di pahami. Harapan penulis, semoga dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan tauhid, terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana metode pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy ?

  Kalamiyah 2.

  Bagaimana relevansi pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam?

C. Tujuan Penelitian

  Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca khususnya dalam mendalami jenis penelitian literatur serta dapat mengembangakan berbagai media sebagai sumber pengetahuan khususnya dalam bentuk naskah, adapun sebagai berikut:

  1. Mengetahui makna pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy.

  2. Mengetahui relevansi pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam.

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dalam penelitian ini dapat di bedakan menjadi 2 yaitu: 1.

  Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, berupa pegetahuan tentang pendidikan tauhid khususnya dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Muhamad Shalih al-Jzairy serta dapat bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang kajian tauhid dasar dalam Islam.

2. Kegunaan Praktis a.

  Bagi Penulis Untuk menambah wawasan serta pemahaman penulis tetang kajian pendidikan tauhid sehingga dapat di jadikan pedoman dan dapat di aplikasikan dalam menjalankan aktifiktas sehari-hari. b.

  Bagi Lembaga Pendidikan Dapat menjadi bahan masukan dan pertimbanagan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan Islam pada lembaga-lembaga

  Islam. Khususnya seperti: Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, TPA ataupun TPQ, sebagai pedoman dalam melaksaanakan dan meyakini tentang ke-Esa-an Allah dalam kehidupan sehari-hari untuk menuju kehidupan yang bahagia di akhirat.

E. Kajian Pustaka

  Dari hasil penelusuran penulis, belum ada skripsi yang membahas tentang Analisis Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Muhamad Shalih al-Jazairy. Tetapi terdapat beberapa skripsi yang di dalamya membahas tentang nilai-nilai pendidikan Tauhid, antara lain: 1.

  Skripsi yang di tulis oleh Syarifatun Nurul M, tahun 2016, IAIN Salatiga, yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab

  „Aqidatul Awam Karya Sayid Ahmad Al-Marzuki”. Penelitian tersebut

  mendapatkan kesimpulan bahwa kitab Aqidatul

  „Awam mengandung

  nilai pendidikan tauhid yaitu pendidikan keimanan di mana keimanan sendiri terdiri dari keimanan kepada Allah SWT, kepada Malaikat, kepada kitab-kitab, kepada Rasul, kepada hari Akhir serta keimanan kepada qadha dan qadar. Adapun signifikansi pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari dari sifat-sifat Allah SWT merupakan pintu menuju kesuksesan hidup di dunia maupun akhirat, dan sebagai acuan dalam menciptakan akhlak yang baik.

  2. Skripsi yang di tulis oleh Izun Ni‟mah, tahun 2015, Universitas Islam Nahdlatul Ulama‟ (UNISU) Jepara, yang berjudul Studi Analisis Pendidikan Tauhid dalam Buku “Siti Aisyah Keteguhan Tauhid Istri

  Fir‟aun” Karya Yanuardi Syukur. Penelitian tersebut mendapatkan

  kesimpulan bahwa pendidikan Tauhid sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan apapun senantiasa menjaga keteguhan tauhid perlu ditanamkan mulai sekarang, karena dengan adanya pengaruh globalisasi dan modernitas bisa memicu pudarnya pendidikan tauhid kualitas keimanan seseorang.

  3. Skripsi yang di tulis oleh Nafissatus Saadah tahun 2018, IAIN Salatiga, yang berjudul

  “Nilai – nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab Kifayatul „Awam Karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri”. Penelitian

  tersebuat mendapatkan kesimpulan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul

  „Awam sangat dibutuhkan dalam memahami Islam karena ilmu tauhid

  merupakan ilmu yang sangat penting didalam Islam. Adapun implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid ilahiyat, nabawiyyat dan

  sam‟iyat dalam

  lingkungan masyarakat merupakan pintu menuju kesuksesan kehidupan di dunia dan akhirat, dan sebagai acuan dalam menciptakan akhlak yang baik dan pondasi untuk mencapai pengabdian yang mutlak. Di samping itu juga, untuk menciptakan masyarakat beriman yang saling bekerja sama dalam kebaikan dan taqwa dimana anggota masyarakatnya saling melarang dari perbuatan dosa dan permusuhan, semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah SWT.

  Pada dasarnya ketiga karya skripsi di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama mengkaji konsep pendidikan tauhid dan menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library research), letak perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian terdahulu yaitu pada sumber kajian atau objek penelitiannya yaitu pada kitab

  Jawahirul Kalamiayah karya Syaikh Thahir bin Muhamad Shalih al- Jazairy.

F. Kerangka Teori

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan kemungkinan terjadinya salah penafsiran terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka penulis memperjelas dan membatasi uraian kajian tersebut sesuai yang dikehendaki oleh penulis, sebagai berikut:

1. Pengertian Pendidikan Tauhid

  Istilah “pendidikan” dalam konteks Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan term “at-tarbiyah, at-ta‟lim, at-ta‟dib, dan ar-

  riyadloh

  ”. Setiap term tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda, karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya, walaupun hal-hal tersebut mempunyai kesamaan makna (Muhaimin dan Mujib, 1993:97). Bila kita melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata

  “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”.

  Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta‟lim” dengan kata kerjanya “ „allama”(Zakiah Dradjat, 2011:25).

  Musthofa Al-Gholafani (1949: 185), berpendapat bahwa tarbiyah adalah penanaman etika yang mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasehat, sehingga ia memiliki potensi-potensi dan kompetensi-kompetensi jiwa yang mantap, yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik, cinta akan kreasi, dan berguna bagi tanah airnya.

  Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip oleh Suwarno (1985:2), pendidikan merupakan tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

  Sedangkan pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI, 2017: 263).

  Menurut Heri Muchtar (2005: 125) pendidikan adalah merupakan proses pengenalan yang ditanamkan secara bertahap dan berkesinambungan dalam diri manusia mengenai objek-objek yang benar sehingga hal itu akan membimbing manusia ke arah yang lebih baik. Ada tiga unsur yang harus terdapat dalam proses pendidikan, yaitu: pendidik, peserta didik dan ilmu atau pesan yang disampaikan.

  Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah usaha sadar yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan demi peranannya dimasa yang akan datang.

  Menurut Syaikh Muhammad At-Tamimim (1997:13), tauhid adalah agama para Rasul yang karenanya mereka diutus kepada segenap hamba-Nya.

  Begitu juga diungkapkan olah Muhamad Saleh Al Uttaimin (1985:15), bahwa Akidah atau tauhid ialah percaya kepada Allah, percaya kepada Malaikat, kitab-kitab suci yang diturunkan Allah, para Rasul utusan Allah dan percaya kepada hari kemudian (akhirat) serta iman akan kadar baik dan buruk.

  Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada- Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang Rasul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka (Hanafi, 2003: 2).

  Jadi pendidikan tauhid merupakan proses belajar mengajar yang mempelajari tentang ketuhanan yaitu tentang dzat Allah, sifat-sifat yang ada pada Allah, sifat-sifat yang mustahil bagi Allah, tentang para Rasul utusan Allah, kitab-kitab yang Allah turunkan, malaikat- malaikat Allah, hari kiamat dan qada dan qadar.

2. Materi Pendidikan Tauhid

  Islam adalah agama wahdaniyah, yang meliputi beberapa agama

  samawi . Islam mendokumentasikan ajarannya dalam Al-

  Qur‟an, dan tauhid merupakan dasar dari beberapa agama samawi (Muhammad, 1969: 18).

  Ajaran tauhid bukanlah monopoli ajaran Nabi Muhammad akan tetapi ajaran tauhid ini merupakan prinsip dasar dari semua ajaran agama samawi. Para Nabi dan Rasul diutus oleh Allah untuk menyeru kepada pengesaan Allah dan meninggalkan dalam penyembahan selain Allah. Walaupun semua Nabi dan Rasul membawa ajaran tauhid, namun ada perbedaan dalam pemaparan tentang prinsip-prinsip tauhid.

  Hal ini dikarenakan tingkat kedewasaan berfikir masing-masing umat berbeda sehingga Allah menyesuaikan tuntunan yang dianugrahkan kepada para Nabi-Nya sesuai dengan tingkat kedewasaan berfikir umat tersebut (Quraish Shihab, 1996: 19). Ilmu-ilmu tauhid dapat diperoleh dari beberapa sumber, antara lain: a.

  Adanya Wujud Allah SWT Untuk membuktikan mengenai wujud Allah, yaitu dengan upaya mengingatkan akal pikiran manusia, mengarahkan pandangannya kepada fenomen alam semesta, melakukan perbandingan dengan dimensi yang hak, memperhatikan tatanan dan peraturan alam serta berlangsungnya hukum sebab akibat sehingga manusia dapat sampai kepada suatu konklusi yang meyakinkan bahwa alam semesta ini mempunyai pencipta dan pencipta ini pasti wajibul wujud lagi Maha Mengetahui, Maha Bijaksana dan Maha Kuasa ( M. Hamdani, 2001: 15).

  Bila kita perhatikan alam ini maka timbul kesan adanya persesuaian dengan kehidupan manusia dan makhluk lain.

  Persesuaian ini bukanlah suatu kebetulan melainkan menunjukkan adanya penciptaan yang rapi dan teratur yang berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan; sebagaimana siang dan malam, matahari dan bulan, empat musim, hewan dan tumbuhan serta hujan. Semua ini sesuai dengan kehidupan manusia. Hal ini menampakkan kebijaksanaan Tuhan.

  Dengan memperhatikan penciptaan manusia, hewan dan lainnya, menunjukkan bahwa makhluk-makhluk tersebut tidak mungkin lahir dalam wujud dengan sendirinya. Gejala hidup pada beberapa makhluk juga berbeda-beda. Misalnya tumbuh tumbuhan hidup dan berkembang. Hewan juga hidup dan mempunyai insting, dapat bergerak, berekembang biak, dan makan. Manusiapun demikian, akan tetapi manusia mempunyai kelebiahn yaitu dapat berfikir. Hal ini menunjukkan adanya penciptaan yang menghendaki supaya sebagian makhluk-Nya lebih tinggi dari pada yang lainnya.

  Selain itu, seseorang bisa mengetahui keberadaan sesuatu tanpa harus melihatnya secara materi. Dalam kehidupan sehari-hari ini, seseorang bisa mengakui adanya angin dengan cara merasakannya dan melihat bekas-bekasnya. Seseorang mengakui adanya nyawa tanpa melihatnya sehingga hal ini cukup menguatkan asumsi bahwa untuk membuktikan adanya Tuhan tidak harus dengan pembuktian material.

  b.

  Keesaan Allah SWT Pendidikan tauhid berikutnya yaitu tentang keesaan Allah.

  Ajaran mengenai keesaan Allah ini, sudah diterangkan oleh para Rasul Allah sebelum Nabi Muhammad. Hal ini terlihat dari beberapa keterangan yang terdapat dalam Al-

  Qur‟an, misalnya seruan Nabi Saleh (QS. Hud: 61), ajaran Nabi Syu‟aib (QS. Hud: 84), ajaran Nabi Musa (QS. Thaha: 13-14), ajaran Nabi Isa (QS. Al-Maidah: 72), dan Nabi lainnya mengajak kepada keesaan Allah SWT.

  Kesaan Allah adalah Allah itu Zat yang pertama kali ada, Maha Awal, Maha Esa, dan Maha Suci yang meliputi siafat, asma dan

  af‟al-Nya. Sementara menurut Quraish Shihab (1996: 33),

  yang menganalisa kata ahad (Esa), ia mengolongkan keesaan Allah menjadi empat, yaitu: keesaan Zat, keesaan sifat, keesaan perbuatan, dan keesaan dalam beribadah kepada-Nya.

  Yang dimaksud dengan Esa pada Zat ialah Zat Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

  Esa pada sifat berarti Allah tidak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Esa pada

  af‟al berarti tidak

  seorangpun yang memiliki perbuatan sebagaimana perbuatan Allah. Ia Maha Esa dan tidak ada sesembahan yang patut di sembah kecuali Allah SWT (M. Yusro, 1996: 41).

  Dengan demikian dapat dipaham bahwa mulai Rasul pertama sampai generasi terakhir Nabi Muhamad hingga pewaris Nabi (

  ulama‟) telah mengajarkan tauhid yang seragam. Yang di

  namakan Esa dalam ajaran Islam adalah tidak atau bukan terdiri dari oknum ganda baik pada nama, sifat dan

  af‟al-Nya, tidak ada Tuhan selain Allah.

  c.

  Hikmah Mengenal Allah SWT Seorang yang mengenal sesuatu yang telah memberikan manfaat pada dirinya maka akan mempunyai kesan atau hikmah terhadap sesuatu itu. Demikian juga apabila seseoang mengenal Tuhan melalui akal dan hatinya maka ia akan merasakan buah kenikmatan dan keindahan yang tercermin dalam dirinya.

  Mengenal (

  ma‟rifat) kepada Allah dlam ma‟rifat yang paling agung. Ma‟rifat ini menurut Syaid Sabiq ( 1996: 41) adalah asas yang dijadikan standar dalam kehidupan rohani dan untuk mengenal Allah dengan cara: berfikir dan menganalisis makhluk Allah, dan mengenal terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT.

  Sifat berkenalan dengan Tuhan menurut penjelasan Sutan Mansur (1981: 14) yaitu seseorang merasa berhadapan dengan Tuhan. Keadaan itu terasa benar-benar dalam diri bukan lagi berupa kira-kira atau meraba-raba. Seseorang merasakan dalam dirinya dan alam semesta dibawah pengawasan Tuhan dan Tuhan itu memanggilnya suapaya berdo‟a, mengabdikan diri serta mendekatkan diri kepada-Nya. Sseorang datang kepada-Nya dengan mengenal siapa Dia, Zat yang Maha Kuasa.

  Pengalam ketauhidan yang tercermin pada diri manusia disebabkan seseorang telah mengetahui dan menginsafi kebenaran kedudukan Allah, ia menyadari akan keagunagan dan kebenaran- Nya sehingga dari sini segala apa yang dilakukan akan mengarahkan tujuan pandangannya ke arah yang baik dan benar.

  Buah mengela (

  ma‟rifat) akan adanya Allah ini,

  diantaranya akan tersimpul dalam bentuk sikap sebagai berikut: 1)

  Adanya perasaan merdeka dalam jiwa dari kekuasaan orang lain.

  2) Adanya jiwa yang berani dan ingin terus maju membela kebenaran.

  3) Adanya sikap yakin, bahwa hanya Allahlah yang Maha Kuasa memberi rizki.

  4) Dapat menimbulkan kekuatan moral pada manusia (kekuatan maknawiah) yang dapat menghubungkan manusia dengan sumber kebaikan dan kesempurnaan (Allah).

5) Adanya ketetapan hati dan ketenangan jiwa.

  6) Allah memberikan kehidupan sejahtera kepada orang mukmin di dunia (Sayyid Sabiq, 1996: 133-1339).

  Dengan demikian seoarang yang yakin akan keesaan Allah, mempunyai sikap hidup optimis yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan orang kafir yang menyekutukan Allah sebagi satu-satunya Rabb, pencipta alam semesta beserta isinya ini. Keimanan akan hal ini apabila sudah menjadi kenyataan yang hebat maka akan dapat berubah dan beralih, yang meruapkan suatu tenaga dan kekuatan tanpa dicari akan datang dengans sendirinya dalam kehidupan sehingga keimanan dapat mengubah manusia yang asalnya lemah menjadi kuat, baik dalam sikap, kemauan, maupun keputusan menjadi penuh harapan dan harapan ini akan dibuktikan dengan perbuatan nyata.

3. Konsep Ajaran dan Dasar Tauhid a.

  Konsep Ajaran Tauhid Terkait dengan konsep ajaran tauhid ini, dapat kita lihat ayat-ayat Allah yang sedikit banyak menyinggung tentang tauhid ini. Diantaranya adalah:

  ُهَّلۥ ٣ دَلىُي مَل ٢ ٱ ٱ ١ ٱ لُق نُكَي َُّللّ دَحَأ َُّللّ مَلَو مَلَو دِلَي َىُه ُدَمَّصل

  ٤ ُدَحَأ اًىُفُك “Katakanlah, Dialah Allah, yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.” (Q.S Al-Ikhlas: 1- 4).

                      “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang-orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imron: 18).

                 “Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-Tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maha Suci Allah yang mempunyai „arasy dari apa yang mereka sifatkan.” (Q.S. Al- Anbiya‟ 22).

  Dari sini dapat kita lihat bahwa beriman kepada Allah SWT terwujud dalam 3 perkara: beriman kepada wujud Allah, beriman kepada Asma‟ dan Sifat Allah.

  b.

  Dasar Pendidikan Tauhid Dasar merupakan fundamental dari suatu bangunan atau bagian yang menjadi sumber kekuatan. Ibarat pohon, dasarnya adalah akar. Maksud dari dasar pendidikan disini ialah pandangan yang mendasari seluruh aspek aktivitas pendidikan, karena pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Dasar pendidikan ialah nilai-nilai tertinggi yang dijadikan pandangan oleh suatu masyarakat itu berlaku sehingga dapat diketahui betapa penting keberadaan dasar pendidikan sebagai tempat pijakan.

  Dengan demikian setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan mapan. Pendidikan tauhid sebagai suatu usaha membentuk insan kamil harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan pendidikan dikaitkan dan diorientasikan. Dasr pendidikan tauhid adalah sama dengan pendidikan Islam, karena pendidikan tauhid merupakan salah satu aspek dari pendidikan Islam, sehingga dasar dari pendidikan ini tidak lain adalah pandangan hidup yang islami umat yang pada hakikatnya merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transcendental dan universal yaitu Al- Qur‟an dan Hadis.

  Adapun uraian dasar pendidikan tauhid adalah sebagai berikut: 1)

  Al-Qur‟an Di dalam Al-

  Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid.

            “Hai anakku, janaganlah kamu menyekutukan Allah. Sesungguhnya mempersektutkan Allah itu adalah kezaliman yang besar.

  “(Q.S. Luqman:13) Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat syirik, karena pada hakikatnya pendidikan tauhid adalah pendidikan yang berhubungan dengan kepercayaan akan adanya Allah dengan keesaan-Nya, sehingga timbul ketetapan dalam hati untuk tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut karena kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan kebenaran yang ditetapkan dalam hati sanubarinya. Dengan demikian, memberikan pendidikan tauhid kepada anak didik (orang yang belum tahu) sebagai dasar hidupnya dan dasar pendidikan sebelum memberikan pengetahuan lain agar terhindar dari azab Allah. Pada dasarnya semua Rasul yang diutus oleh Allah adalah untuk menegakkan kalimat tauhid. Sebagaimana firman Allah:

                  “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya “Bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Aku maka semabahlah oleh mu sekalian akan Aku.” (Q.S. Al-Anbiya‟: 25).

  Ayat ini menjelaskan bahwa semua Rasul itu diutus oleh Allah untuk menegakkan kalimat tauhid. Tugas mereka yang paling pokok dan utama adalah menyeru manusia untuk bertauhid kepada Allah, dengan menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Seruan para Rasul itu tentu dengan melalui proses pendidikan, yaitu dengan memberi pengajaran tentang ketauhidan.

  Pemberian pengajran tauhid pada diri manusia, pada hakikatnya adalah menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan manusia dalam memahami tauhid tersebut. Sebab setiap manusia sudah dibekali fitrah tauhid oleh Allah.

  2) Hadis

  Hadis merupakan dasar kedua setelah Al- Qur‟an. Hadis berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Inilah tujuan pendidikan yang dicanangkan dalam Islam.

  Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad telah memberikan pendidikan secara menyeluruh di rumah- rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah sahabat yang dijadiakn tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama adalah rumahnya Arkam di Mekkah, sedangkan masjid yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah masjid Nabawi di Madinah.

  Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan realisasi sunnah Nabi Muhammad sendiri.

4. Macam-macam Tauhid a.

  Tauhid Rububiyah Yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk, Allah berfirman :

  ..............    

“Allah menciptakan segala sesuatu…..” (QS. Az-Zumar: 62).

  Bahwasannya Dia adalah pemebri rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya, Allah SWT berfirman:

  ٦ ٱ ر َ ل ٱ ۞ اَهُق ىَلَع اَد …………. َِّللّ يِف ةَّب نِم َّلِّإ اَمَو

  سِر ِض “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melaikan Allah-lah yang membe ri rizkinya,…..” (QS. Hud: 6).