EVALUASI PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT HARAPAN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu F

  

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI

DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT HARAPAN MAGELANG

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Diajukan oleh :

  Margareta Krisantini Punto Arsi NIM : 078114025

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI

DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT HARAPAN MAGELANG

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Diajukan oleh :

  Margareta Krisantini Punto Arsi NIM : 078114025

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Saya tidak patah semangat karena setiap usaha yang salah adalah satu langkah maju (Thomas Alva Edison) )

  Karya kecil yang dibuat dengan jerih payah ini saya persembahkan kepada Yesus Kristus yang selalu menyertai dan mendampingi perjalanan hidupku

  Kedua orang tuaku yang selalu menyayangi dan mencintaiku serta memberikan motivasi kepadaku setiap saat Kedua kakakku yang selalu memberiku motivasi dan panutan yang baik

  Sahabat-sahabatku yang telah mewarnai hidupku Teman-teman Farmasi 2007 khususnya FKK A 2007 dan segenap penghuni

  Amakusa yang selalu mengiringi perjalanan hidupku selama kuliah

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat, rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antihpertensi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang“. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm.).

  Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah terlibat memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan sehingga dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :

  1. dr. Hasman Budiono, M.Kes selaku direktur Rumah Sakit Harapan Magelang yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

  2. Ibu Shinta selaku sekretariat Rumah Sakit Harapan Magelang atas bantuan selama perijinan dan penelitian berlangsung.

  3. Ibu Ami selaku staff rekam medis bagian rawat inap dan seluruh staff rekam medis atas ijin, kerjasama dan bantuan saat penelitian berlangsung.

  4. dr. Dwi Budi, dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Harapan

  Magelang yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis.

  5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta serta sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas pendampingan dan motivasi selama ini.

  6. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing awal atas masukan, saran serta motivasi selama penyusunan skripsi.

  7. Ibu Dra. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes, Apt selaku dosen pembimbing atas masukan, saran serta motivasi selama penyusunan skripsi.

  8. dr. Fenty, M.Kes.,SpPK yang telah berkenan menjadi dosen penguji, terimakasih untuk saran dan masukannya.

  9. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. yang telah berkenan menjadi dosen penguji, terimakasih untuk saran dan masukannya.

  10. Bapak A. Punto WS dan Ibu M.I Kristiastuti, ayahanda dan ibunda tercinta atas doa, cinta, semangat dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis.

  11. Kedua kakanda tersayang, Mas Ardi dan Mas Iwan atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

  12. Mas Wawan, sahabat sekaligus kakak bagi penulis atas cinta, doa, semangat, dukungan, perhatian, pengorbanan serta canda tawa yang sangat berarti bagi penulis.

  13. Rekan seperjuangan sekaligus sahabat terkasih Titin, Dinar, Mikha, Eva, Helen, terimakasih atas cinta dan persahabatan yang indah selama ini.

  14. Segenap penghuni kos AMAKUSA, Titin, Udin, Ana, Adel, Citra, Ratih, Dian, Dewi, Uut, Yemi, Metri, Herta, Berta, Mayke, Meli, Sefi, Rina, Ita, Cyntia, atas kebersamaan, persahabatan, canda tawa dan dukungan selama ini.

  15. Teman-teman Farmasi khususnya FKK A 2007 atas segala kenangan, suka dan duka yang ditorehkan kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini, masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun. Semoga karya tulis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

  Yogyakarta, 12 Januari 2011 Penulis

  

INTISARI

  Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Insidensi diabetes melitus disertai hipertensi cukup tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi terapi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 disertai hipertensi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Harapan Magelang periode Juli 2009-Juni 2010.

  Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan deskriptif, pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif menggunakan rekam medis pasien. Hasil yang diperoleh menunjukan penderita diabetes melitus tipe 2 disertai hipertensi paling banyak terjadi pada kelompok usia 65-74 tahun (38%) dan pada jenis kelamin laki-laki (59%) dengan lama perawatan paling banyak selama 4, 6 dan 8 hari (21%). Kelas terapi obat yang paling banyak digunakan adalah gizi dan darah, sistem kardiovaskular dan sistem endokrin (100%). Golongan antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah penghambat ACE (48,28%).

  Dari hasil analisis Drug Related Problems ditemukan 16 kasus DRPs dengan rincian 2 kasus membutuhkan obat tambahan, 2 kasus pemilihan obat tidak sesuai, 12 kasus dosis tidak tepat, 1 kasus interaksi obat dan 2 kasus efek samping obat. Setelah menjalani terapi di rumah sakit, 28 pasien meninggalkan rumah sakit dalam keadaan membaik. Kata kunci : diabetes melitus tipe 2, hipertensi, diabetes melitus dan hipertensi, antihipertensi, drug related problems

  

ABSTRACT

  Diabetes mellitus is a metabolic syndrom characterized by high blood glucose levels. Incidence of diabetes mellitus with hypertension is high in Indonesia. This study aims to evaluate therapy in patients diabetes mellitus type 2 with hypertension at the inpatient installation of Harapan Hospital Magelang period July 2009-June 2010.

  The study was observational descriptive design, data performed retrospectively using patient records. The results showed the most prevalent in the age 65-74 years (38%) and the male gender (59%) with at most care long for 4, 6 and 8 days (21%). Therapeutic classes of drugs most widely used is the nutrition and blood, cardiovascular system and endocrine system (100%). ACE inhibitors (48.28%) is the most widely used in antihypertensive class.

  From the results of analysis of Drug Related Problems found 16 cases of DRPs with details of 2 cases of needs additional drug therapy, 2 cases of improper drug selection, 12 cases of dosage too low and too high, 1 cases of drug interactions and 2 cases of side effects. After treatment in hospital, 28 patients left the hospital in a better condition.

  Keyword : diabetes mellitus type 2, hypertension, diabetes mellitus and hypertension, antihypertension, drug related problems

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .

  ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN .. ............................................................................. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................... vi PRAKATA ................................... ............................................................................. vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. x

  INTISARI ................................................................................................................... xi ABSTRACT ............................................................................................................... xii DAFTAR ISI ........................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xix

  BAB I PENGANTAR ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 1. Rumusan Masalah .................................................................................... 4 2. Keaslian Penelitian ................................................................................... 4 3. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6 B. Tujuan ....................................................................................................... 7 1. Tujuan Umum ........................................................................................... 7 2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 7

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.................................................................... 9 A. Diabetes Melitus dan Hipertensi ............................................................... 9 B. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus ...................................................... 11 C. Profil Obat yang Digunakan Pada Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi................................................................................... 11 D.

  Profil Antihipertensi yang Digunakan Pada Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi ............................................................. 14 1.

  Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (Penghambat ACE) ........ 14 2. Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) .............................................. 16 3. Diuretika .............................................................................................. 17 4. Penghambat Beta ................................................................................. 18 5. Antagonis Kalsium .............................................................................. 19 E. Drug Related Problems (DRPs) ................................................................ 21 1.

  Ada Obat Tanpa Indikasi .................................................................... 21 2. Membutuhkan Obat Tambahan ........................................................... 22 3. Pemilihan Obat yang Tidak Tepat....................................................... 23 4. Dosis Tidak Sesuai .............................................................................. 23 F. Keterangan Empiris ................................................................................... 24

  BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 25 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 25 B. Definisi Operasional.................................................................................. 25 C. Subyek Penelitian ...................................................................................... 27

  D.

  Bahan Penelitian............................................................................................. 27 E. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 27 F. Tata Cara Penelitian ....................................................................................... 27 1.

  Tahap Perencanaan................................................................................... 27 2. Tahap Pengumpulan Data ........................................................................ 28 3. Tahap Pengolahan Data............................................................................ 29 G. Tata Cara Analisis Hasil................................................................................. 29 H. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian ............................................................. 32

  BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 33 A. Karakteristik Pasien ....................................................................................... 33 B. Profil Obat ...................................................................................................... 38 C. Profil Antihipertensi ....................................................................................... 48 D. Drug Related Problems Penggunaan Antihipertensi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Hipertensi ............................................................................. 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 57 A. Kesimpulan .................................................................................................... 57 Saran .......................................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 59 LAMPIRAN ............................................................................................................... 62 BIOGRAFI ................................................................................................................. 96

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Penggolongan Hipertensi............................................................... 10 Tabel II. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Gizi dan

  Darah pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ............................................................... 40

  Tabel III. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem Endokrin Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 41

  Tabel IV. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem Kardiovaskular Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di

  IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ........................................ 42 Tabel V. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem

  Saraf Pusat pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 43

  Tabel VI. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Antiinfeksi pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 44

  Tabel VII. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem Saluran Cerna pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 45

  Tabel VIII. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem Saluran Napas pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 46

  Tabel IX. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem Obstretrik, Ginekologik dan Saluran Kemih Kelamin pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ....................................................................................... 47

  Tabel X. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Otot Skelet dan Sendi pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di

  IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ........................................ 48 Tabel XI. Distribusi Golongan dan Nama Generik Antihipertensi pada Pasien

  DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ....................................................................................... 49

  Tabel XII. Distribusi Kasus DRPs Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang .................................... 52

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar1. Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi dengan Indikasi Spesifik . 15 Gambar 2. Mekanisme Kerja Antihipertensi ................................................... 18 Gambar 3. Distribusi Umur Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA

  Rumah Sakit Harapan Magelang .................................................. 33 Gambar 4. Distribusi Jenis Kelamin Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di

  IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ........................................ 35 Gambar 5. Distribusi Lama Perawatan Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang .................................... 37 Gambar 6. Distribusi Keadaan Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi Pada Saat

  Keluar dari Rumah Sakit ............................................................... 38 Gambar 7. Distribusi Kelas Terapi Obat Pada Pasien DM Tipe 2 dengan

  Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang .................. 39

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Keterangan dari Rumah Sakit Harapan Magelang ............... 62 Lampiran 2. Blanko Pengambilan Data ............................................................. 63 Lampiran 3. Data Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA

  Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 64 Lampiran 4. Daftar Aturan Pemakaian Obat ...................................................... 93

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang ditandai

  dengan hiperglikemia. Diabetes melitus berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Komplikasi kronik dari diabetes melitus termasuk gangguan mikrovaskuler dan makrovaskuler (Triplitt, Reasner, Isley, 2008)

  Pada tahun 2000, 150 juta penduduk di dunia mengidap diabetes melitus dan meningkat dua kali lipat pada tahun 2005 (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2005). Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat 12,4 juta penderita DM di Indonesia pada tahun 2025 serta menempati urutan ke 4 negara dengan penderita DM terbanyak (Arief, 2007)

  Hipertensi berkaitan dengan peningkatan tekanan darah. Menurut The

  

Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure , hiperte

  nsi didefinisikan sebagai tekanan darah ≥140/90 mmHg. Hipertensi lebih sering ditemukan 1,5 sampai 3 kali pada penderita diabetes dibandingkan dengan yang tanpa diabetes (WHO, 2006

  b

  ). Hal ini dikarenakan pada penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami resistensi insulin dan atau hiperinsulinemia. Kondisi hiperinsulinemia dapat menyebabkan retensi natrium, meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik dan meningkatkan kalsium intraseluler yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Sassen dan Maclaughin, 2008). Penderita diabetes dengan hipertensi mempunyai risiko kematian kardiovaskular dua kali lebih besar dibandingkan penderita diabetes tanpa hipertensi. Penderita diabetes dengan hipertensi juga meningkatkan risiko

  b terjadinya retinopati dan nefropati (WHO, 2006 ).

  Penurunan tekanan darah telah menunjukkan adanya penurunan terjadinya komplikasi. Setiap penurunan 10 mmHg tekanan darah sistolik menunjukkan penurunan kematian sebesar 15%, penurunan komplikasi diabetes sebesar 12% dan penurunan infark miokard sebesar 11%. Oleh karena itulah, tatalaksana hipertensi pada diabetes harus lebih agresif dengan target

  a tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg (WHO, 2006 ).

  Berdasarkan teori mengenai hipertensi, hipertensi mulai muncul pada usia 55 tahun (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2006). Menurut hasil penelitian, diabetes melitus dengan hipertensi paling banyak diderita pada kelompok usia di atas 50 tahun serta lebih banyak diderita oleh perempuan (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).

  Pada penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi digunakan berbagai macam kelas terapi obat. Menurut hasil penelitian sebelumnya digunakan obat-obat dari 9 kelas terapi obat dengan persentase pemakaian yang paling banyak adalah golongan kardiovaskular, gizi dan darah, serta hormonal (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).

  Antihipertensi yang merupakan drug of choice dalam penatalaksanaan hipertensi pada diabetes melitus adalah obat golongan penghambat ACE dan antagonis angiotensin II. Antihipertensi lain yang dapat digunakan sebagai kombinasi adalah golongan diuretik, beta bloker dan antagonis kalsium (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2006)

  Penatalaksanaan hipertensi pada penderita diabetes perlu disertai dengan evaluasi Drug Related Problems untuk mengetahui kesesuaian terapi yang diberikan dengan standar yang berlaku dan untuk memilih terapi yang tepat sesuai kondisi pasien. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler yang merupakan penyakit komplikasi diabetes (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).

  Apabila penatalaksanaan hipertensi pada penderita diabetes melitus ini dilaksanakan dengan baik, akan menghasilkan dampak terapi atau outcome yang diinginkan. Dampak terapi yang ingin dicapai adalah perbaikan kondisi pasien. Menurut hasil penelitian sebelumnya, sebagian besar penderita diabetes melitus dengan hipertensi meninggalkan rumah sakit dalam keadaan membaik (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).

  Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Harapan Magelang karena rumah sakit ini sering menjadi rujukan bagi pasien dengan kondisi ekonomi menengah ke atas untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai. Angka kejadian diabetes melitus di rumah sakit ini menurut data dari rekam medis cukup banyak yaitu 130 kasus selama Juli 2009-Juni 2010. Di rumah sakit ini juga belum pernah ada penelitian mengenai penggunaan antihipertensi pada pasien diabetes tipe 2 dengan hipertensi di IRNA. IRNA lebih dipilih karena di instalasi ini pemberian obat dan pemantauan obat lebih intensif dan lebih terkontrol dibanding dengan rawat jalan.

  Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai penggunaan antihipertensi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang.

  1. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan sehubungan dengan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di IRNA Rumah Sakit Magelang dapat dirumuskan sebagai berikut: a.

  Seperti apakah karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, lama perawatan dan keadaan pasien pada waktu keluar dari rumah sakit? b.

  Seperti apakah profil obat yang digunakan, meliputi kelas terapi obat, jenis obat dan aturan pemakaian obat? c.

  Seperti apakah profil obat yang digunakan, meliputi golongan obat, jenis obat dan aturan pemakaian obat? d.

  Apakah terdapat drug related problems (DRPs) dalam penggunaan antihipertensi pada pasien tersebut?

  2. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai “Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien

  Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang” belum pernah dilakukan sebelumnya.

  Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai diabetes melitus tipe 2 antara lain: a.

  Kajian Pemilihan Obat Hipoglikemik Oral Pada Terapi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Pada Periode November-Desember 2002 (Wijoyo, 2004) b. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi

  Hipertensi Rawat Inap Periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta (Meirinawati, 2007) c. Evaluasi Pemilihan dan Penggunaan Obat Antidiabetes pada Kasus

  Diabetes Melitus Instalansi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Desember 2005 (Pertiwi, 2007) d. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Diabetes Melitus

  Tipe 2 Komplikasi Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Dr Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008 (Herlinawati, 2009)

  Penelitian ini berbeda dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya dalam hal lokasi pengamatan, waktu pengamatan, objek pengamatan dan standar acuan yang digunakan. Penelitian Wijoyo (2004) dan Pertiwi (2007) mengevaluasi penggunaan antidiabetes sedangkan penelitian ini mengevaluasi penggunaan antihipertensi.

  Standar acuan juga menjadi faktor yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Standar acuan penelitian ini adalah

  

Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi (Anonim, 2006),

  Hypertension dalam Pharmacotherapy: A Pathofisiologic Approach (Sassen dan Maclaughin, 2008), Hypertensive Vascular Disease dalam Harrison

  Principles of Internal Medicine (Williams, G.H., 2001), dan Drug Interactions Facts (Tatro, 2007). Standar acuan penelitian Wijoyo (2004)

  adalah Konsensus Pengelolaan Diabetes (PERKENI, 2002), Meirinawati (2007), Pertiwi (2007) dan Herlinawati (2009) adalah American Diabetes Association (2005).

  Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini akan dapat menjadi pelengkap dari penelitian terdahulu.

3. Manfaat Penelitian

  Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya serta meningkatkan ketepatan penggunaan obat hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe 2 pada khususnya di Rumah Sakit Harapan Magelang.

B. Tujuan 1.

  Tujuan Umum Penelitian ini secara umum ditujukan untuk mengevaluasi penggunaan obat hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Harapan Magelang periode Juli 2009-Juni 2010.

2. Tujuan Khusus

  Untuk mencapai tujuan umum tersebut, maka secara khusus penelitian ini ditujukan untuk mengetahui : a.

  Karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi meliputi umur, jenis kelamin, lama perawatan dan keadaan pasien pada saat keluar dari rumah sakit.

  b.

  Profil obat yang digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi, meliputi kelas terapi obat, jenis obat dan aturan pemakaian obat.

  c.

  Profil antihipertensi yang digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi meliputi golongan obat, jenis obat dan aturan pemakaian obat.

  d.

  Adanya drug related problems (DRPs) dalam penggunaan antihipertensi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi antara lain ada indikasi tanpa obat, membutuhkan obat tambahan, pemilihan obat yang tidak sesuai, dosis tidak sesuai, efek samping obat dan interaksi obat sesuai baku standar Hypertensive Vascular Disease dalam Harrison

  

Principles of Internal Medicine (Williams, G.H., 2001), Pharmaceutical

Care untuk Penyakit Hipertensi (Anonim, 2006), Hypertension dalam

Pharmacotherapy: A Pathofisiologic Approach (Sassen dan Maclaughin,

2008) dan Drug Interactions Facts (Tatro, 2007).

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus dan Hipertensi Diabetes melitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang

  ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah. Hal ini dikarenakan kelenjar pankreas dari penderita diabetes melitus tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh penderita yang tidak dapat menggunakan insulin dengan baik (Richard, 1989).

  Gejala-gejala diabetes melitus adalah sering haus (polidipsi), sering merasa lapar (polifagia) dan sering kencing (poliuria). Diagnosis diabetes ditegakan dengan hasil pemeriksaan darah dimana kadar glukosa darah pada saat puasa diatas 126 mg/dl dan glukosa darah 2 jam sesudah makan di atas 200 mg/dl (Tandra, 2008). Kadar glukosa darah puasa normal adalah 70-110 mg/dl. Sedangkan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan adalah < 140 mg/dl (Sutedjo, 2009).

  Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi tiga yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2 dan diabetes melitus gestasional. Di antara ketiga jenis diabetes ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah diabetes melitus tipe 2.

  Diabetes melitus tipe 2 sering juga disebut dengan DM tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus). Penderita DM tipe ini sekitar 90-95% dari semua kasus DM dan umumnya ditemukan pada orang berusia di atas 45 tahun. DM tipe 2 ini dapat disebabkan oleh faktor genetik dan pengaruh lingkungan seperti obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurangnya aktifitas fisik (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).

  Pada diabetes melitus tipe 2 sering disertai dengan hipertensi yang dapat menyebabkan timbulnya komplikasi pada penderita diabetes. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal atau stroke (Tandra, 2008).

  Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah pada penderita dengan usia 18 tahun ke atas menurut The Joint National Committee on Detection,

  Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure adalah sebagai berikut : Tabel I. Penggolongan Hipertensi

  Tekanan Darah Diastolik Tekanan Darah Sistolik Kategori

  (mmHg) (mmHg) Normal < 80 < 120 Prehipertensi 80-89 120-139 Hipertensi stage 1 90-99 140-159 Hipertensi stage 2

  ≥100 ≥160 (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006)

  Sedangkan berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau sering disebut hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi yang terjadi tanpa penyebab yang spesifik. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam golongan ini.

  Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain (Setiawati dan Bustami, 1995).

B. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

  Diabetes melitus biasa ditemukan pada usia di atas 45 tahun (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005). Sedangkan hipertensi mulai timbul pada usia 55 tahun (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2006).

  Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diabetes melitus paling banyak diderita pada kelompok usia di atas 50 tahun dan didominasi oleh perempuan. Pada usia yang lebih lanjut yaitu di atas 70 tahun, jumlah penderita diabetes melitus disertai hipertensi sudah berkurang (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).

  Dari hasil penelitian sebelumnya menyatakan lama perawatan yang paling banyak (46,67%) adalah 4-6 hari dengan 66,67% hingga 81,3% keadaan pasien membaik saat meninggalkan rumah sakit (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).

C. Profil Obat yang Digunakan Pada Penatalaksanaan DM Tipe 2 dengan Hipertensi

  Tujuan utama terapi dari diabetes dengan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan hipertensi serta meningkatkan kualitas hidup pasien (Motala, 1996).

  Sasaran atau target penurunan tekanan darah pada pasien DM yang disertai hipertensi adalah dibawah 130/80mmHg. Strategi terapi yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu non-farmakologi dengan mengubah pola hidup dan farmakologi dengan obat antihipertensi oral. Modifikasi gaya hidup saja tidak cukup untuk pasien diabetes dengan hipertensi. Sedangkan pemilihan obatnya tergantung pada tingginya tekanan darah dan adanya indikasi (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).

  Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Modifikasi pola hidup yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar glukosa dan tekanan darah antara lain menurunkan berat badan, melakukan latihan fisik seperti aerobik secara teratur, mengurangi konsumsi garam, kolesterol, lemak jenuh dan membatasi minuman beralkohol (maksimal 20-30ml sehari). Bagi perokok sebaiknya berhenti merokok (Setiawati dan Bustami, 1995).

  Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang dapat mengobati dan mencegah penyakit menjadi lebih parah. Pada penelitian sebelumnya diberikan obat dari 9 kelas terapi obat yaitu golongan kardiovaskular, hormonal, gizi-darah, sistem saraf pusat, sistem saluran cerna, sistem saluran nafas, antiradang, analgesik dan antibiotik (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).

  Pemberian obat golongan gizi dan darah ditujukan untuk meningkatkan kondisi pasien sehingga proses penyembuhan pasien menjadi lebih cepat (Meirinawati, 2007). Menurut hasil penelitian Herlinawati (2009), obat golongan ini digunakan pada semua pasien. Menurut hasil penelitian Meirinawati (2007) persentase penggunaan obat golongan ini sebesar 43,33%.

  Pemberian obat golongan sistem saraf pusat bertujuan untuk mengurangi rasa cemas pada pasien sehingga pasien menjadi tenang dan dapat beristirahat.

  Istirahat yang cukup dibutuhkan oleh pasien dalam proses penyembuhan suatu penyakit (Widyastuti, 2007). Menurut hasil penelitian Herlinawati (2009) dan Meirinawati (2007) persentase penggunaan obat golongan sistem saraf pusat berturut-turut adalah 21,88% dan 36,67%.

  Obat golongan antiinfeksi dapat digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang menyertai penderita diabetes melitus seperti ulkus dan ganggren supaya tidak menjadi lebih parah. Pasien diabetes melitus juga rentan terhadap penyakit infeksi terutama infeksi saluran kemih dan infeksi saluran nafas (Herlinawati, 2009). Pada penelitian sebelumnya obat golongan ini digolongkan menjadi golongan antibiotik dengan persentase pemakaiannya pada hasil penelitian Herlinawati (2009) dan Meirinawati (2007) masing-masing adalah 62,5% dan 56,67%.

  Pemberian golongan sistem saluran cerna perlu diberikan kepada pasien diabetes melitus untuk mengantisipasi efek samping dari antidiabetik. Hasil penelitian Herlinawati (2009) menunjukan persentase penggunaan obat golongan ini adalah 34,38% sedangkan menurut Meirinawati (2007) adalah 30%.

  Obat golongan sistem saluran napas digunakan untuk mengobati penyakit penyerta berupa asma dan batuk (Herlinawati, 2009). Menurut hasil penelitian Herlinawati (2009) dan Meirinawati (2007) masing-masing adalah 12,5% dan 10%.

  Obat golongan sistem obstretik, ginekologik dan saluran kemih digunakan pada pasien dengan gangguan pada saluran kemih. Pada penelitian sebelumnya tidak terdapat obat golongan ini karena sistem penggolongan obat yang berbeda.

  Pemberian obat golongan otot skelet dan sendi diberikan pada pasien dengan nyeri sendi dan nyeri otot (Widyastuti, 2007). Pada penelitian Meirinawati (2007) obat golongan ini digolongkan menjadi golongan obat anti radang, reumatik, encok dengan persentase penggunaan 10%. Sedangkan pada penelitian Herlinawati (2009) persentase penggunaannya sebesar 12,5%.

D. Profil Antihipertensi yang Digunakan Pada Penatalaksanaan DM Tipe 2 dengan Hipertensi

  Golongan obat yang dapat dipakai untuk mengobati hipertensi pada penyandang diabetes dengan hipertensi adalah antihipertensi golongan

  

Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (penghambat ACE), Angiotensin

Receptors Blocker

  (ARB), diuretika, β-bloker, dan antagonis kalsium (Sassen dan MacLaughin, 2008).

1. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (penghambat ACE)

  Mekanisme kerja penghambat ACE adalah dengan mengurangi pembentukan angiotensin II sehingga menimbulkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan ekskresi natrium dan air serta terjadi retensi kalium. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan darah.

  Penghambat ACE merupakan golongan antihipertensi tahap pertama yang efektif untuk hipertensi ringan, sedang dan berat. Obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopril, enalapril, lisinopril, ramipril, kuinapril, perindopril, silazapril, benazepril, delapril dan fosinopril (Setiawati dan Bustami, 1995).

  

Gambar 1. Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi dengan Indikasi Spesifik

  (Sassen dan MacLaughin, 2008) Penghambat ACE tidak mempunyai efek samping pada lipid atau kadar glukosa dan dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Efek samping yang ditimbulkan berupa hiperkalemia pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (Motala, 1996) Obat golongan penghambat ACE dapat berinteraksi dengan alopurinol yang menyebabkan efek antihipertensi dari golongan penghambat ACE berkurang (Tatro, 2007) Pada hasil penelitian sebelumnya, presentase penggunaan antihipertensi golongan ini cukup tinggi dengan penggunaan paling banyak kaptopril yaitu 21,9% dan 36,67% (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).

2. Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) atau Antagonis Angiotensin II

  Antagonis Angiotensin II dapat mengurangi komplikasi diabetes dan merupakan terapi pilihan untuk mengontrol hipertensi pada pasien dengan diabetes (Whalen dan Stewart, 2008).

  Sifat obat golongan ini mirip dengan golongan Penghambat ACE, tetapi obat ini tidak memecah bradikinin sehingga tidak menimbulkan batuk kering persisten yang merupakan efek samping dari penghambat ACE. Hal ini membuat obat golongan ini dapat digunakan sebagai alternatif dari obat golongan penghambat ACE pada pasien yang tidak dapat mentoleransi batuk kering persisten akibat penggunaan obat golongan penghambat ACE (Neal, 2006)

  Sama halnya dengan obat golongan penghambat ACE, obat golongan ARB ini juga dapat berinteraksi dengan alopurinol yang menyebabkan efek antihipertensi dari golongan ARB berkurang (Tatro, 2007)

  Pada hasil penelitian Meirinawati (2007), persentase penggunaan obat golongan ini cukup rendah yaitu sebesar 13,33% dengan penggunaan losartan pada 1 pasien dan 3 pasien menggunakan valsartan. Hal ini berbeda jauh dengan hasil penelitian Herlinawati (2009). Persentase penggunaan antihipertensi golongan ini paling besar yaitu 78,2%. Persentase paling banyak adalah pada penggunaan valsartan yaitu sebesar 71,9% (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).

3. Diuretika

  Obat golongan ini menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. Diuretika secara tunggal dapat digunakan untuk mengobati hipertensi essensial ringan dan sedang. Pada hipertensi yang lebih berat dapat digunakan kombinasi diuretika dengan obat simpatolitik dan vasodilator (Benowitz dan Bourne, 1989).

  Obat golongan diuretika kuat, misalnya furosemid, dapat digunakan untuk pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal atau payah jantung.

  Diuretika hemat kalium, seperti spironolakton, merupakan diuretika lemah yang berguna untuk mencegah terjadinya kekurangan kalium sebagai akibat pemberian diuretika yang lain (Setiawati dan Bustami, 1995).

  Dari hasil penelitian sebelumnya persentase penggunaan diuretika adalah sebesar 16,33% dan 50%. Pada penelitian Meirinawati (2007), persentase penggunaan furosemid adalah 13,33% dan persentase penggunaan diuretika tiazid hanya 3,33%. Pada penelitian Herlinawati (2009), persentase penggunaan furosemid dan hidroklorotiazid masing-masing adalah 15,6% dan 34,4%.

  Gambar 2. Mekanisme Kerja Antihipertensi (Sassen dan MacLaughin, 2008) 4.

  Penghambat beta atau β-bloker Mekanisme antihipertensi dari β-bloker masih belum jelas, namun sebagai antihipertensi diperkirakan bekerja dengan cara mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard, menghambat pelepasan norepinefrin melalui hambatan reseptor β-2 prasinaps serta menghambat sekresi renin melalui hamba tan reseptor β-1 di ginjal (Setiawati dan Bustami, 1995).

  Obat golongan ini berfungsi untuk mengobati hipertensi, nyeri dada, dan detak jantung yang tidak teratur serta dapat membantu mencegah serangan jantung berikutnya. Obat ini bekerja dengan memblok efek adrenalin dan bekerja di jantung untuk meringankan kerja jantung sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006). Contoh obat golongan ini adalah propanolol, nadolol, atenolol dan pindolol (Setiawati dan Bustami, 1995).

  Obat golongan penyekat beta harus digunakan dengan hati-hati pada penderita diabetes melitus karena obat ini dapat menutupi terjadinya hipoglikemia terselubung apabila digunakan bersamaan dengan antidiabetika oral. Selain itu, efek antihipertensi dari golongan ini dapat berkurang akibat penggunaan bersamaan dengan antiinflamasi nonsteroid. Bradikardi dan depresi miokardial dapat terjadi apabila digunakan bersama dengan golongan antagonis kalsium (Tatro, 2007)

  Pada hasil penelitian sebelumnya, penggunaan antihipertensi golongan ini sangat rendah. Bahkan hasil penelitian Meirinawati (2007), tidak ditemukan adanya penggunaan antihipertensi golongan ini. Hasil penelitian Herlinawati (2009) menunjukan persentase penggunaan antihipertensi ini adalah sebesar 6,2% dengan penggunaan bisoprolol dan propanolol (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).

5. Antagonis Kalsium

  Antagonis kalsium dapat menurunkan kejadian kardiovaskular pada pasien diabetes dengan hipertensi. Antagonis kalsium dengan β-bloker, penghambat ACE atau α-bloker dapar memberikan efek yang baik. Namun, kombinasi dengan diuretika hanya memberikan efek yang kecil (Setiawati dan Bustami, 1995).

  Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan memperlambat pergerakan kalsium ke dalam sel jantung dan dinding arteri yang membawa darah dari jantung ke jaringan sehingga arteri menjadi relaks dan dapat menurunkan tekanan dan aliran darah di jantung (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).

  Antagonis kalsium golongan dihidropiridon mempunyai efek netral terhadap parameter metabolik baik pada penderita diabetes tipe 2 dengan hipertensi. Dalam sebuah studi singkat menggunakan diltiazem dan verapamil (antagonis kalsium golongan non-dihidropiridon) menurunkan proteinuria pada pasien dengan nefropati diabetes. Namun, dalam studi yang lebih lama tidak menunjukan penurunan laju filtrasi glomerulus (Pacheco, Parot, Raskin, 2002).

  Penggunaan antagonis kalsium pada penelitian sebelumnya cukup tinggi. Pada penelitian Meirinawati (2007), persentase penggunaan paling banyak adalah amlodipin besilat yaitu 23,34%. Persentase penggunaan nifedipin dan diltiazem masing-masing adalah 16,33% dan 3,33%. Menurut penelitian Herlinawati (2009), persentase penggunaan nifedipin, amlodipin dan diltiazem berturut-turut adalah 12,5%, 9,4% dan 9,4% (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009)

E. Drug Related Problems (DRPs)

  Drug Related Problems (DRPs) atau sering disebut dengan Drug

Teraphy Problems (DTP) merupakan masalah yang sering timbul dalam

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ULKUS DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE 2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Far

0 0 114

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PENGOBATAN PASIEN STROKE DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 125

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

0 0 105

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 83

KAJIAN PROFIL PERESEPAN PASIEN ASMA BRONKIAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI-BALI TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 116

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT UNTUK PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN PERIODE 2007 BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO (1993) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu F

0 0 115

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 115

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 105

EVALUASI PERESEPAN ANTIMIKROBA GENERIK PADA PASIEN GERIATRI ISK DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 109

EVALUASI PERESEPAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KEBUMEN, JAWA TENGAH PERIODE 2007-2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program S

0 0 155