EVALUASI PERESEPAN ANTIMIKROBA GENERIK PADA PASIEN GERIATRI ISK DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PERESEPAN ANTIMIKROBA GENERIK
PADA PASIEN GERIATRI ISK
DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
DIONYSIA GIOVANI JATI
NIM : 078114098

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


EVALUASI PERESEPAN ANTIMIKROBA GENERIK
PADA PASIEN GERIATRI ISK
DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
DIONYSIA GIOVANI JATI
NIM : 078114098

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011

ii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Persetujuan Pembimbing

EVALUASI PERESEPAN ANTIMIKROBA GENERIK
PADA PASIEN GERIATRI ISK
DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA

Skripsi yang diajukan oleh :
DIONYSIA GIOVANI JATI
NIM

:

078114098

Telah disetujui oleh :
Pembimbing I,


Drs. Mulyono, Apt

7 Februari 2011

Pembimbing II

Maria Wisnu Donowati, M.Si.,Apt

7 Februari 2011

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO


Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan,
jadilah padaku menurut perkataanMu itu
(Lukas 1:38)
Itulah yang masih merupakan hiburan bagiku,
bahkan aku akan melompat-lompat kegirangan
di waktu kepedihan yang tak kenal belas kasihan,
sebab aku tidak pernah menyangkal firman Yang Mahakudus
(Ayub 6:10)

Kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku
Sumber cinta kasih hidupku Ibu-Bapak tercinta,
Dosen Pembimbingku Pak Mulyono dan Bu Wisnu
Saudaraku yang tersayang Mas Niko dan Mbak Sera serta Adit_nggay,
My lovely Aloysius (Lui),
Bulik Titik-ku sayang dan Pak Ugik,
Teman-teman dekatku tersayang (Mami Ima, Yeyen, Icha, Danan dan Brecelle),
Almamaterku Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

v


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

: Dionysia Giovani Jati

Nomor Mahasiswa

: 07 8114 098

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EVALUASI PERESEPAN ANTIMIKROBA GENERIK

PADA PASIEN


GERIATRI ISK DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA beserta
perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun
memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 7 Februari 2011
Yang menyatakan

(Dionysia Giovani Jati)

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiatisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

Yogyakarta, 7 Februari 2011
Penulis

Dionysia Giovani Jati

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji dan syukur penulis hunjukkan kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih, karena atas berkat, rahmat, dan anugerahNya maka selesailah tugas

penulis

dalam

menyusun

skripsi

yang

berjudul

“Evaluasi

Peresepan

Antimikroba Generik pada Pasien Geriatri ISK di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta”. Dalam skripsi ini penulis mengevaluasi penggunaan antimikroba
generik di fasilitas kesehatan dengan berpedoman kepada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes /068/I/2010 memuat

tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah yang merupakan penegasan dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
085/Menkes/PER/I/1989

tentang

Kewajiban

Menuliskan

Resep

dan/atau

Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat di dalam
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, sekaligus untuk mencoba menerapkan teori yang pernah
penulis peroleh baik dari kuliah-kuliah maupun dari literatur yang pernah penulis
baca. Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha sedapat mungkin sesuai

dengan kemampuan, akan tetapi penulis sadar bahwa hasilnya masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran penulis harapkan.
Penulis mengakui bahwa skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan
apabila tidak ada bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Direktur Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta, sebagai tempat penelitian,
terima kasih atas kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada
penulis untuk dapat melakukan penelitian skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Bapak Ipang
Djunarko, M.Sc.,Apt atas bimbingan dan pengarahan selama penulis menuntut
ilmu di Fakultas Farmasi.
3. Orang tuaku (bapak dan ibu), mas Niko dan Mbak Sera terima kasih untuk
dukungan dan doa, serta Lui yang selalu memberikan inspirasi dan semangat.
4. Bapak Drs. Mulyono, Apt selaku dosen pembimbing I, yang tanpa mengenal

lelah memberikan petunjuk-petunjuk, pengarahan, pedoman, semangat serta
doa sampai dengan tersusunnya skripsi ini.
5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing II, yang
dengan sabar membimbing, memberikan pengarahan dan pedoman-pedoman
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt dan Dra.Th.B.Titien Siwi Hartayu,
M.Kes.,Apt selaku dosen penguji, yang telah memberikan masukan dan saran
yang membangun bagi penulis, serta dengan terbuka menunjukkan berbagai
kekurangan dalam skripsi ini untuk diperbaiki.
7. Segenap Dosen dan para karyawan/karyawati di lingkungan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan bekal
pengetahuan selama penulis belajar di bangku kuliah.
8. Sahabat-sahabat dekatku, teman-temanku yang selalu mendukung penulis
untuk selalu bersemangat mengerjakan skripsi.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Semua pihak yang memberikan dukungan doa dan semangat yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Dalam kesempatan ini penulis juga memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penyusunan dan terselesaikannya skripsi ini. Akhirnya penulis
berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 7 Februari 2011

Penulis

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vii
PRAKATA ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
INTISARI ...................................................................................................... xvii
ABSTRACT .................................................................................................... xviii
BAB I PENGANTAR ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
2. Keaslian Penelitian .............................................................................. 4
3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
B. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................... 9
A. Kesehatan .................................................................................................. 9
B. Usia Lanjut (Geriatri) ............................................................................ 10
C. ISK .......................................................................................................... 13
D. Pengobatan Rasional ............................................................................... 18
E. Obat Generik ......................................................................................... 21
F. Antimikroba ............................................................................................. 24
1. Sulfonamid ........................................................................................ 24
2. Sefalosporin ....................................................................................... 26
3. Kuinolon ............................................................................................ 27
Antibiotik ............................................................................................... 30
G. Rekam Medik ........................................................................................ 34
Keterangan Empiris .................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 35
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 35
B. Definisi Operasional Penelitian .............................................................. 35
C. Subyek Penelitian .................................................................................. 36
D. Instrumen Penelitian ............................................................................. 37
E. Tata Cara Penelitian ............................................................................... 37
F. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 38
G. Analisis Data ......................................................................................... 39
H. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 41
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 42
A. Perbandingan Jumlah Kasus ISK berdasarkan Karakteristik Pasien ..... 42
1. Perbandingan Jumlah Kasus ISK berdasarkan Jenis Kelamin .......... 42

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Perbandingan Jumlah Kasus ISK berdasarkan Usia ......................... 44
B. Distribusi Jenis Obat pada Peresepan Pasien Geriatri ISK ................... 46
C. Perbandingan Antimikroba Generik dan Antimikroba Generik
Bermerek pada Kasus ISK .................................................................... 47
D. Perbandingan Jumlah Kasus Pemberian Dosis Obat yang
Diresepkan dengan Geriatric Dosage Handbook (Semla et al., 2002) 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 53
Kesimpulan ........................................................................................... 53
Saran ..................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
LAMPIRAN ...................................................................................................... 59
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 91

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel I.

Jenis Bakteri yang sering menyebabkan ISK (Romac, 1992) .......... 16

Tabel II. Pedoman Pemilihan Antimikroba (IONI, 2000) .............................. 16
Tabel III. Pembagian generasi sefalosporin (Anonim, 2010a) ......................... 27
Tabel IV. Daftar Nama Obat Antimikroba, Kandungan Zat Aktif dan Dosis untuk
Pasien Geriatri pada Geriatric Dosage Handbook (Semla, Beizer dan
Higbee, 2002) ..................................................................................... 29
Tabel V. Regimen Terapi Infeksi Saluran Kemih pada Dewasa
(Coyle dan Prince, 2003) .................................................................... 31

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.

Unsur-unsur Masukan yang Menentukan Kesehatan
(Bloom (cit. Roekmono dan Setiyadi), 1985) .............................. 10

Gambar 2.

Saluran Air Kemih ....................................................................... 14

Gambar 3.

Proses Farmakoterapi .................................................................. 21

Gambar 4.

Struktur kimia Sulfonamid Umum............................................... 25

Gambar 5.

Struktur Umum Sefalosporin ....................................................... 26

Gambar 6.

Struktur Umum Kuinolon ............................................................ 27

Gambar 7.

Tahap-tahap Penelitian ................................................................. 38

Gambar 8.

Perbandingan Jumlah ISK berdasarkan Jenis Kelamin ............... 43

Gambar 9.

Perbandingan Jumlah ISK berdasarkan Usia .............................. 44

Gambar 10. Perbandingan Jumlah pasien ISK Laki-laki dan Perempuan
berdasarkan Kelompok Usia ........................................................ 45
Gambar 11. Distribusi Jenis Obat yang digunakan pada Peresepan pasien
Geriatri ISK .................................................................................. 47
Gambar 12. Perbandingan Jumlah Antimikroba Generik dan Antimikroba
Generik Bermerek pada Kasus ISK ............................................. 49
Gambar 13. Perbandingan Jumlah Kasus Penggunaan Antimikroba Generik dan
Generik Bermerk pada Peresepan ISK pasien Geriatri ................ 49
Gambar 14. Perbandingan Jumlah Kasus Pemberian Dosis Obat yang Diresepkan
dengan Geriatric Dosage Handbook (Semla et al., 2002)........... 52

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Kejadian ISK pada Pasien Geriatri di Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009 sampai dengan
Oktober 2010 .............................................................................. 59
Lampiran 2. Perbandingan Jumlah Kasus ISK berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
Lampiran 3. Perbandingan Jumlah Kasus ISK berdasarkan Kelompok Usia 61
Lampiran 4. Perbandingan Jumlah Pasien ISK Laki-laki dan Perempuan
berdasarkan Kelompok Usia....................................................... 61
Lampiran 5.

Jumlah Kasus berdasarkan Jenis Obat yang Diresepkan pada
penderita Geriatri ISK ............................................................... 61

Lampiran 6. Jumlah Kasus Penggunaan Antimikroba Generik dan Antimikroba
Generik Bermerek pada Peresepan pasien Geriatri ISK............. 62
Lampiran 7. Jumlah Kasus Penggunaan Obat Antimikroba pada pasien
Geriatri ISK ................................................................................ 63
Lampiran 8.

Jumlah Kasus Kesesuaian Pemberian Dosis Antimikroba pada
pasien Geriatri ISK dengan Geriatric Dosage Handbook (Semla et
al., 2002) ................................................................................... 64

Lampiran 9. Dosis Pemberian Antimikroba pada Peresepan Pasien Geriatri ISK
.................................................................................................... 65
Lampiran 10. Algoritma Penanganan ISK pada Perempuan ............................ 67
Lampiran 11. Algoritma Penanganan ISK Berulang ........................................ 68
Lampiran 12. Perubahan Fisiologis Organ Tubuh Karena Usia (Beers dkk, 2003)
.................................................................................................... 69

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 13. Daftar Peresepan Pasien Geriatri ISK di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta periode Januari 2009 sampai dengan Oktober 2010 ....
..................................................................................................... 70

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI
Pengobatan rasional merupakan faktor penting dalam menentukan
keberhasilan upaya pelayanan kesehatan. Keberhasilan itu ditentukan antara lain
oleh terjangkaunya harga obat oleh masyarakat. Obat generik yang mempunyai
efek terapetik sama dengan obat paten dan obat bermerk lainnya namun harganya
lebih murah merupakan upaya pemecahan masalah ketidakterjangkauan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antimikroba
generik pada Infeksi Saluran Kemih (ISK) pasien geriatri di Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta periode Januari 2009-Oktober 2010. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif evaluatif dan bersifat retrospektif.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah pasien geriatri dalam kurun waktu
tersebut sebanyak 42 orang dengan rentang usia > 50 tahun, yang terdiri dari
64,29% pasien perempuan dan 35,71% pasien laki-laki. Jenis-jenis obat yang
diresepkan terdiri dari 92,86% obat antimikroba dan sisanya atau 7,14% obat
nonantimikroba. Obat antimikroba meliputi 73,81% golongan sefalosporin dan
19,05% golongan kuinolon, sedangkan jenis obat nonantimikroba yang diresepkan
berupa obat analgetika (2,38%), diuretik (2,38%) dan obat antiulserasi (2,38%).
Dari jenis-jenis obat yang telah dikemukakan tersebut hanya 6 kasus peresepan
antimikroba atau 14,29%yang diresepkan dengan nama generik yaitu sefiksim,
seftriakson dan siprofloksasin. Dosis pemberian obat tidak seluruhnya sesuai atau
15,38% dengan dengan Dosis Obat untuk Pasien Geriatri (Semla et al., 2002).
Masih sangat sedikitnya obat-obat yang diresepkan dengan nama
generik, terutama di fasilitas kesehatan swasta, dapat disebabkan oleh faktor
dokter, pasien dan masih terbatasnya ketersediaan obat generik di pasaran.
Kata kunci : ISK, geriatri, antimikroba, obat generik, Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Rational treatment is an important factor in determining the success of
the efforts of health services and the success it is determined, among others,
affordable prices of medicines by the public. Generic have similar therapeutic
effect but less costly compared to brand name are solving the problem of this not
affordable.
This study was aimed to evaluate the use of antimicrobial generic on
Urinary Tract Infection (UTI) prescribing in geriatric patients in Panti Rini
Hospital Yogyakarta from January 2009 until October 2010. This research was
descriptive evaluative and retrospective.
The results showed the number of geriatric patients in this period as many
as 42 people ranging in age >50 years, consisting of 64,29% female patients and
35,71% male patients. The types of medication prescribed consisted of 92,86%
antimicrobial and the remaining drugs or drug nonantimikroba 7,14%.
Antimicrobial drugs include 73,81% class of cephalosporin and 19,05% class of
quinolones, whereas the type of drugs prescribed nonantimikroba of analgesic
medicine (2,38%), diuretics (2,38%) and antiulcerative drug (2,38%). The types
of drugs that have been raised are only 6 types of drugs or 14,29% are prescribed
with generic name of cefixime, ceftriaxone and ciprofloxacin. The administration
of drugs is not wholly appropriate or 15,38% with the Geriatric Dosage
Handbook (Semla et al., 2002).
Very few drugs that are prescribed by generic name, especially in private
health facilities, can be caused by doctors, hospitals, patients and the limited
availability of generic drugs on the market.
Key words : UTI, geriatrics, antimicrobial, generic drugs, Panti Rini Hospital
Yogyakarta

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu sarana yang penting untuk menunjang
kesehatan. Obat-obat yang beredar di masyarakat dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu obat paten, obat bermerek dagang (paling banyak) dan
obat generik (berlogo) (Depkes, 2010), yang terbagi menjadi berbagai macam
kelas terapi, tergantung dari efek dari obat tersebut dan penyakit yang
ditanggulangi. Salah satu contoh kelas terapi adalah obat antiinfeksi.
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor

085/Menkes/PER/I/1989 (untuk selanjutnya disebut Permenkes 1989) yang
ditegaskan kembali pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 (untuk selanjutnya disebut Permenkes
2010) Obat Generik Wajib Digunakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah. Agar cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang lebih
luas, lebih mudah dicapai, maka fasilitas pelayanan kesehatan swasta juga
menuliskan resep dengan obat gen erik (Anonim, 2000). Yang dimaksud
dengan obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non
Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat generik
bermerek/bermerek dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang
menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan (Anonim, 2010b).

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Harga obat generik bermerek berkisar 5-10 kali lipat dibandingkan
dengan obat generik. Contohnya harga antimikroba golongan sefalosporin
dengan zat aktif sefadroksil kapsul 500 mg (asumsi khasiat sama), harga obat
generiknya adalah Rp. 875,00/kapsul sedangkan dengan nama obat Qidrox
harganya mencapai Rp. 7.266,67/kapsul (ISFI, 2010). Obat generik diproduksi
untuk membantu pasien dari segi harga, karena harga obat generik ditentukan
oleh pemerintah (INE, 2009).
Penggunaan obat generik ditujukan agar pasien dapat menjangkau
harga obat, sehingga dapat ditentukan berhasil tidaknya suatu pengobatan
(Vries, Henning, Hogerzeil dan Fresle, 1995). Data pasar obat nasional dari
tahun 2005-2009 mengalami kenaikan dari Rp 21,07 trilyun menjadi Rp 30,56
trilyun, tetapi pasar obat generik dalam kurun waktu tersebut mengalami
penurunan, yaitu dari Rp 2,52 trilyun menjadi Rp 2,37 trilyun (Anonim,
2010c). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan obat generik masih sedikit.
Fakta masih sedikitnya penggunaan obat generik dapat disebabkan oleh
kesalahan persepsi dokter dan masyarakat tentang obat generik, yaitu obat
generik adalah obat untuk orang miskin, tidak bergengsi, murah, manfaatnya
diragukan dan kandungan zat aktifnya dibawah standar (Dwiprahasto, 2010).
Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya
adalah usia. Faktor usia mempengaruhi fungsi fisiologis organ atau sistem
organ, antara lain adalah sistem kekebalan tubuh. Pada manusia usia lanjut
(geriatri), sistem kekebalan tubuh menurun, disebabkan karena menurunnya
produksi antibodi, sehingga orang usia lanjut (geriatri) lebih rentan terkena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

penyakit. Penyakit yang menyerang geriatri adalah penyakit infeksi, dan salah
satu diantaranya adalah penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) (Beers,
Fletcher, Jones and Porter, 2003).
Penyakit ISK merupakan salah satu jenis penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. ISK menempati urutan infeksi nomor dua yang sering
menyerang geriatri dan biasanya berupa ISK asimptomatis. Untuk
mengatasinya, diperlukan terapi antibiotika yang tepat dan evaluasi lebih awal
terutama pada pasien geriatri (Chamberlain, 2010).
Dengan melihat permasalahan tersebut, peneliti ingin melihat
peresepan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan swasta (Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta). Dalam penelitian ini, lebih mengarah pada penyakit
ISK (Infeksi Saluran Kemih) pada geriatri yang berusia >50 tahun di Klinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.

1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
a. Apakah peresepan antimikroba pada pasien geriatri ISK di Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009 sampai dengan
Oktober 2010 sudah menggunakan nama generik sesuai dengan
Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

HK.02.02/Menkes/068/I/2010?
b. Apakah dosis antimikroba pada pasien geriatri ISK di Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009 sampai dengan Oktober

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

2010 sesuai dengan anjuran Geriatric Dosage Handbook (Semla,
Beizer dan Higbee, 2002)?

2. Keaslian Penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian
yang mirip adalah :
a. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Geriatri di RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2007 oleh Fadhila (2009).
Perbedaan dengan penelitian ini, pada metode, subyek dan lokasi
penelitian. Titik berat penelitian Fadhila pada penggunaan antibiotik
pada pasien geriatri, sedangkan dalam penelitian ini pada peresepan
antimikroba generik pada pasien geriatri ISK. Hasil penelitian Fadhila
menunjukkan

problem

penggunaan

antibiotik

paling

banyak

merupakan penggunaan antibiotik tidak tepat yaitu sebesar 46% (n=97)
dan 34% (n=97) kasus tidak dapat dilihat outcome terapinya. Dalam
penelitian ini terdapat evaluasi terapi dengan indikator outcome terapi,
sehingga dapat dilihat keberhasilan terapi obat yang diberikan.
b. Evaluasi Pola Penggunaan Antibiotika pada Pengobatan Infeksi
Saluran Kemih (ISK) Pasien Rawat Inap RS Dr. Sardjito Yogyakarta
Tahun 2003-2004 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta oleh
Kurniawan (2005). Perbedaan dengan penelitian ini, pada subyek dan
lokasi penelitian. Selain evaluasi penggunaan antimikroba generik
berdasarkan standar pengobatan pada penelitian Kurniawan, penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

ini lebih dititikberatkan pada penerapan Permenkes 2010. Hasil
penelitian Kurniawan menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik
tertinggi adalah seftriakson, siprofloksasin dan amoksisilin. Hanya
20,3% (n=64) yang pemilihan antibiotiknya sesuai dengan Standar
Pelayanan Medik RS Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2003-2004 dan 1
kasus yang sesuai dengan guideline WHO 2003. Terdapat 21,9%
(n=64) ketidaksesuaian dosis dan frekuensi pemberian terhadap IONI
2000.
c. Evaluasi Penggunaan Obat pada Infeksi Saluran Kemih Pasien Geriatri
di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2007
oleh Annisa (2009).
Perbedaan dengan penelitian ini, pada metode, subyek dan lokasi
penelitian. Titik berat penelitian Annisa pada penggunaan obat secara
umum pada infeksi saluran kemih pasien geriatri, sedangkan dalam
penelitian ini pada peresepan antimikroba generik pada pasien geriatri
ISK. Berdasarkan pada Geriatric Dosage Handbook dan Drug
Information Handbook (DIH) hasil penelitian Annisa menunjukkan
2,5% (n=40) tidak terdapat Drug Related Problems (DRPs). Jenis
DRPs antara lain indikasi tidak diterapi yang paling banyak terjadi
yaitu sebesar 55% (n=40), terapi tanpa indikasi 50% (n=40), obat
salah sebanyak 35% (n=40), dosis subterapi sebanyak 27,5% (n=40),
overdosis sebanyak 35% (n=40) dan adverse drug reactios (ADRs)
sebanyak

67,5% (n=188). Kelebihan penelitian ini adalah adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

pembahasan mengenai DRPs dan ADRs sehingga dapat memberikan
gambaran bagi tenaga kesehatan dalam memberikan obat yang tepat
untuk pasien geriatri penderita infeksi saluran kemih.
d. Gambaran Peresepan Antibiotika pada Pasien Infeksi Saluran Kemih
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Roemani Semarang Periode
Januari-November 2009 oleh Pratiwi (2010).
Perbedaan dengan penelitian ini, pada subyek dan lokasi penelitian.
Titik berat penelitian Pratiwi yaitu pada peresepan antibiotik pada
pasien infeksi saluran kemih, dengan instrumen penelitian berupa
Formularium Rumah Sakit Roemani tahun 2009, sedangkan dalam
penelitian ini pada peresepan antimikroba generik pada pasien geriatri
ISK dengan menggunakan instrumen penelitian berupa Geriatric
Dosage Handbook (GDH), Drug Information Handbook (DIH) dan
penerapan Permenkes 2010. Hasil penelitian Pratiwi menunjukkan
antibiotik yang banyak digunakan adalah cefotaksim golongan
sefalosporin, levofloksasin

golongan kuinolon dan seftriakson

golongan sefalosporin. Sebesar 93% (n=73) sudah sesuai dengan
formularium rumah sakit dan 7% (n=73) belum tercantum pada
Formularium Rumah Sakit Roemani tahun 2009.
e. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP Dr. Karyadi Semarang
Tahun 2008 oleh Wilianti (2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Perbedaan dengan penelitian ini, pada metode, subyek dan lokasi
penelitian. Titik berat penelitian Wilianti yaitu pada rasionalitas
penggunaan antibiotika pada pasien infeksi saluran kemih, dengan
instrumen penelitian berupa Educated Guess, sedangkan dalam
penelitian ini pada peresepan antimikroba generik pada pasien geriatri
ISK dengan menggunakan instrumen penelitian berupa Geriatric
Dosage Handbook (GDH), Drug Information Handbook (DIH) dan
Permenkes 2010. Berdasarkan Educated Guess hasil penelitian
Wilianti sudah menunjukkan ketepatan pemberian dosis dan frekuensi
dan keepatan rute pemberian. Kasus ketepatan indikasi sebesar 78,4%
(n=37), ketepatan pemberian jenis antibiotik sebesar 44,8% (n=29) dan
ketepatan lama pemberian sebesar 72,4% (n=29) dan nilai rasionalitas
sebesar 27,03% (n=37).

3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat praktis bagi konsumen dan tenaga
kesehatan, yaitu :
a. Bagi Konsumen
Hasil penelitian ini membuat pasien menjadi tahu, bahwa sebenarnya
pasien mempunyai hak dalam memilih obat khususnya obat dengan
generik atau generik bermerek yang diresepkan dokter terutama
berkaitan dengan daya beli pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

b. Bagi Tenaga Kesehatan (dokter dan apoteker)
Hasil penelitian ini membuat dokter mau beralih ke peresepan dengan
obat generik sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 memuat tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui peresepan antimikroba generik pada
pasien geriatri ISK di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari
2009 sampai dengan Oktober 2010.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus dimaksudkan untuk :
a. Mengetahui

perbandingan

jumlah

resep

antimikroba

dengan

menggunakan nama generik dan nama generik bermerek pada pasien
geriatri ISK di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari
2009 sampai dengan Oktober 2010.
b. Mengetahui perbandingan jumlah pemberian dosis antimikroba yang
sesuai dan yang tidak sesuai dengan Geriatric Dosage Handbook
(Semla dkk, 2002) pada pasien geriatri ISK di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta periode Januari 2009 sampai dengan Oktober 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan
manusia. Kesehatan (sesuai dengan definisi pada Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 36 tahun 2009) adalah keadaaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis (Hartini dan Sulasmono, 2010).
Seorang ahli kesehatan masyarakat Blum ((cit. Roekmono dan Setiyadi),
1985) mengatakan bahwa kesehatan tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi
oleh berbagai unsur, unsur-unsur tersebut dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok yaitu kelompok biologi (pembawaan dan keturunan), kelompok
pelayanan kesehatan, kelompok tingkah laku dan kelompok lingkungan. Keempat
kelompok tersebut saling berkaitan. Kelompok biologi yang meliputi pembawaan
dan keturunan menurut Blum ((cit. Roekmono dan Setiyadi), 1985), selanjutnya
diteliti lebih lanjut oleh Bezold ((cit. Smith dan Knap), 1987) dan menyebutkan
bahwa faktor usia merupakan salah satu bagian dari kelompok biologi yang
mempengaruhi kesehatan seseorang, karena jika seseorang telah berusia lanjut
(geriatri) maka fungsi organ dan sistem imun dalam tubuhnya akan menurun, hal
tersebut akan menyebabkan geriatri mudah terserang penyakit, terutama infeksi.
Berikut adalah bagan unsur-unsur masukan yang menentukan kesehatan
menurut Blum ((cit. Roekmono dan Setiyadi), 1985) :

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Gambar 1. Unsur-unsur Masukan yang Menentukan Kesehatan
(Blum (cit. Roekmono dan Setiyadi), 1985)
Keterangan gambar :
Tebal tipisnya panah menunjukkan besar-kecilnya pengaruh terhadap kesehatan
secara relatif.

Kesehatan dipengaruhi oleh empat kelompok unsur yaitu biologi,
pelayanan kesehatan, tingkah laku dan lingkungan. Keempat kelompok unsur di
atas saling berkaitan satu sama lain (cit. Roekmono dan Setiyadi), 1985).

B. Usia Lanjut (Geriatri)
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan Lanjut Usia, upaya pemeliharaan kesehatan bagi
lanjut usia, harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

produktif

secara

sosial

maupun

ekonomis

sesuai

dengan

11

martabat

kemanusiaan (Hartini dan Sulasmono, 2010). Keberhasilan kesehatan akan
meningkatkan harapan hidup dan usia rata-rata, dengan demikian jumlah
kelompok geriatri akan meningkat. Manusia lanjut usia (geriatri) adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan
dan sosial (Hartini dan Sulasmono, 2007).
Menurut WHO (cit., Mutiara, 2003), pembagian terhadap populasi
geriatri meliputi empat tingkatan, yaitu usia pertengahan (middle age) yaitu
kelompok usia 45-59 tahun, lansia (elderly) dengan kisaran usia 60-74 tahun,
tua (old) dengan kisaran usia antara 75-90 tahun dan sangat tua (very old)
dengan kisaran usia lebih dari 90 tahun. Berdasarkan Survey Kesehatan
Nasional (Pradono dkk, 2006) seseorang pada usia 50 tahun, ternyata telah
mengalami gangguan pada fungsi organ tubuhnya sama seperti orang pada
usia 60 tahun.
Terdapat empat kelompok masyarakat yang membutuhkan
perhatian khusus, karena memiliki potensi dan peran yang besar dalam rangka
mengembangkan kesehatan masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut adalah
kelompok balita, ibu hamil dan menyusui, dewasa aktif dan geriatri (Wiryono,
2009).
Pasien geriatri memerlukan perhatian khusus saat pengobatan,
karena terdapat beberapa faktor yang membuat pengobatan pada pasien
geriatri sulit yaitu diagnosis penyakit pasien geriatri jarang yang hanya satu,
fungsi organ-organ tubuh sudah mulai menurun, gejala klinik pada pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

geriatri yang tampak tidak sederhana dan perlu perhatian pada penggunaan
obat lebih dari satu macam (poli farmasi) (Tapan, 2002).
Penuaan menyebabkan berbagai perubahan fisiologis yang dapat
mengubah proses absorbsi, distribusi, ikatan protein, eliminasi dan ekskresi
obat, sehingga terapi obat yang optimal pada geriatri sangat perlu
memperhatikan perubahan-perubahan ini (Prest (cit. Aslam, Tan dan
Prayitno), 2003). Perubahan paling berarti pada geriatri ialah berkurangnya
fungsi ginjal dan menurunnya creatinine clearance, walaupun tidak terdapat
penyakit ginjal atau kadar kreatininnya normal. Dalam setiap keadaan kita
perlu memakai dosis lebih kecil bila dijumpai penurunan fungsi ginjal,
khususnya bila memberi obat yang mempunyai batas keamanan yang sempit
(Darmansjah, 2006). Dampak adanya penurunan berbagai kemampuan dan
fungsi tubuh tersebut adalah pasien geriatri rentan terhadap berbagai macam
penyakit.
Beers dkk (2003), mengumpulkan contoh-contoh bagaimana
perubahan organ tubuh dengan bertambahnya usia, salah satunya adalah
menurunnya sistem imun. Selanjutnya diperjelas melalui Roitt (1997), bahwa
pola produksi sitokin oleh sel darah perifer berubah karena usia, sehingga
produksi antibody dalam tubuh menurun.
Tujuan terapi obat pada pasien geriatri adalah menghindari terapi
obat yang tidak diperlukan, tidak hanya memperpanjang usia hidup tapi
sekaligus memperbaiki kualitas hidupnya dengan memperhatikan riwayat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

pengobatan, titrasi dosis obat dan meningkatkan kepatuhan pasien dengan
memilihkan obat dan bentuk sediaan yang tepat (Prest (cit. Aslam dkk), 2003).

C. ISK
Infeksi merupakan invasi dan pembiakan mikroorganisme pada
jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat
kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraseluler, atau respon antigenantibodi

(Anonim,

2000).

Infeksi

disebabkan

oleh

berbagai

jenis

mikroorganisme antara lain bakteri, virus, jamur, protozoa dan cacing.
ISK mewakili dari sekian banyak sindroma diantaranya termasuk
ureteritis, sistisis, prostatisis dan pielonefritis. ISK biasanya didefinisikan
sebagai kejadian ditemukannya banyak mikroorganisme dalam jumlah tertentu
di dalam urin.
Secara normal umumnya urin dalam kandung kemih steril
meskipun

dalam

urin

normal

juga

dapat

mengandung

sejumlah

mikroorganisme, biasanya tidak lebih dari 102 sampai 104 bakteri/ml urin
itupun secara teratur terbuang melalui kencing. Dinyatakan sebagai ISK bila
urin mengandung mikroorganisme dalam jumlah yang signifikan, yakni lebih
dari 105 bakteri/ml (Coyle dan Prince, 2002; Emmons, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Ginjal kiri
Pyelonefritis

Ureter
Ureteritis
Kandung kemih

Uretra

Cystitis

Urethritis

Gambar 2. Saluran air kemih
(Anonim, 2008)
Keterangan gambar:
a. Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal.
b. Ureteriris adalah infeksi ureter satu atau keduanya, tabung yang
menghubungkan ginjal ke kandung kemih.
c. Sistitis adalah infeksi pada kandung kemih.
d. Uretritis adalah infeksi dari uretra saluran yang membawa urin dari
kandung kemih keluar dari tubuh.

Secara umum mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran
kemih dengan tiga cara, yaitu :
a. Asenden
Jika masuknya mikroorganisme adalah melalui uretra, cara inilah yang
paling sering terjadi.
b. Hematogen (desenden)
Disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal yang
akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran
darah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

c. Jalur limfatik
Jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang
menghubungkan kandung kemih dengan ginjal, namun yang trakhir ini
jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2002).
Hubungan seksual dapat mentransmisikan bakteri ke dalam saluran
kemih, juga karena cara membersihkan tinja yang kurang tepat akibatnya
bakteri yang menempel di preuretra vagina dan berkoloni di sana.
Pengosongan kandung kemih yang tidak lancar atau tidak sempurnanya proses
pembuangan urin dapat pula menyebabkan bakteri yang mungkin ada dalam
saluran kemih tidak bisa terbuang sempurna, bakteri ini kemudian
memperbanyak diri kembali dengan cepat, hal ini khususnya terjadi pada
kasus penderita batu kandung kemih, bakteri dapat bersembunyi diantara batu
yang terbentuk, apalagi jika pasien menderita diabetes mellitus, kandungan
glukosa pada urin menjadi penyubur pertumbuhan mikroorganisme (Howes,
2002).
Enterobakteri seperti E. coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter,
Enterococcus dan Pseudomonas adalah beberapa contoh mikroorganisme
yang dianggap paling bertanggung jawab sebagai penyebab ISK. E. coli
umumnya adalah penyebab lebih dari sekitar 50% sampai 80% kasus infeksi
pertama,

dan

sekitar

50%

kasus

infeksi

berulang.

Staphylococcus

saprophyticus juga dapat ditemui pada kasus-kasus ISK wanita muda. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel I. (Hellerstein, 2003; Romac, 1992).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Tabel I. Jenis Bakteri yang sering menyebabkan ISK (Romac, 1992)
Mikroorganisme
Gram negatif :
1. Escherichia coli
2. Proteus mirabilis
3. Klebsiella aerogenes
4. Pesudomonas aeruginosa

% per total ISK

5. Lainnya
Gram positif :
1. Enterococci
2. Staphylococci
3. Lainnya

52,2
6,4
6,5
5,8

Antibiotik
Sefalosporin golongan II
Fosfomycin
Kloramfenikol
Kloramfenikol
Kuinolon, Penisilin (tikarsilin)

9,9
Sefalosporin golongan I
Vancomycin
Kuinolon

7,6
9,3
2,3

Antimikroba yang digunakan dalam pengobatan ISK harus tepat,
untuk itu, sebelum menggunakan antimimkroba harus diketahui penyebabnya
terlebih dahulu. Dalam Tabel II. (IONI, 2000) disajikan pedoman untuk
memilih antimikroba berdasarkan penyebab yang sering menimbulkan infeksi.

Tabel II. Pedoman Pemilihan Antimikroba (IONI, 2000)
Jenis Infeksi
1. Saluran Kemih
Sistitis akut

Penyebab Tersering
E. coli, S. saprophyticus,
kuman gram negatif lainnya

Pilihan Anitmikroba
nitrofurantoin, ampisilin, trimetoprim


Pielonefritis akut

E. coli, kuman gram negatif,
Streptokokus

E. coli, kuman gram negatif
lainnya, E. faecalis
E. coli, kuman gram negatif
Prostatitis kronis
lainnya, E. faecalis
2. Yang ditularkan melalui hubungan kelamin
N.
gonorrhoae
(bukan
penghasil penisilinase)
Uretritis
N. gonorrhea (penghasil
penisilinase)
Ureaplasma urealyticum
Prostatitis akut

Untuk pasien rawat :
gentamisin (aminoglikosid
lainnya), cotrimoksazol parenteral,
sefalosporin generasi III, astrenam
 Untuk pasien berobat jalan:
 cotrimoksazol, oral, florokuinolon,
amoksisilin/asam klavulanat
Cotrimoksazol atau flurokuinolon atau
aminoglikosid+ampisilin parenteral
Cotrimoksazol atau florokuinolon atau
trimetoprim
Ampisilin/amoksisilin/penisilin
G+probenesid, setriakson, tetrasiklin
Setriakson, florokuinolon
Doksisiklin/tetrasiklin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Berdasarkan keparahannya, ISK dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Infeksi Pertama
Ditemukan sekitar 80% dari infeksi pertama disebabkan oleh E. coli
dan biasanya sangat sensitif terhadap berbagai agen antibakteri,
sehingga cenderung dapat lebih mudah disembuhkan dengan
menggunakan terapi oral yang relatif murah dibandingkan dengan
injeksi intravena.
2. Bakteriuria tidak sembuh
Hal ini menunjukkan terjadinya kegagalan dalam mensterilkan kemih
dari mikrobia, walaupun pasien telah memperoleh terapi dengan
antimikrobia ternyata pertumbuhan bakteri masih terus berlangsung.
Penyebab yang paling sering adalah adanya organisme yang resisten
sejak awal sebelum terapi dilakukan atau menjadi resisten setelah
terapi dengan antibiotik yang diberikan.
3. Bakteriuria berulang
Jika bakteriuria sebelumnya telah dinyatakan sembuh namun beberapa
waktu berikutnya setelah penghentian terapi antibiotik ternyata
kembali menjadi infeksi. Hal ini dapat dikarenakan dua hal, yaitu
menetapnya bakteri pada saluran kemih seperti bersembunyi pada
batu-batu ginjal dan prostat, atau memang terjadi infeksi lagi oleh
bakteri yang tadinya sudah sembuh, misalnya masuknya E. coli dari
permukaan vagina ke dalam preuretra pada saat bersenggama
(Scaeffer, 1994)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

D. Pengobatan Rasional
Gangguan kesehatan dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit.
Dalam kondisi yang demikian, maka sesorang akan berusaha menjadi sehat
kembali. Upaya untuk mengembalikan keadaan dari sakit menjadi sehat
disebut terapi. Terapi dapat dilakukan dengan atau tanpa tenaga kesehatan.
Tanpa melibatkan tenaga kesehatan disebut pengobatan sendiri, dan yang
melibatkan tenaga kesehatan disebut farmakoterapi. Farmakoterapi selalu
melibatkan tenaga kesehatan (dokter). Proses farmakoterapi dimulai dari
keluhan penderita. Adapun proses kesehatan dapat dilihat pada bagan proses
farmakoterapi (Gambar 3).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
085/MENKES/PER/I/1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
(menimbang) tertulis bahwa penggunaan obat yang rasional adalah faktor
yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan upaya pelayanan kesehatan,
salah satu alasannya adalah karena harga obat generik yang lebih murah
daripada obat paten dengan terapetik yang sama, sehingga diharapkan pasien
dan masyarakat luas dapat menjangkau harga obat dalam resep.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
085/MENKES/PER/I/1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
Menimbang :
a) bahwa obat yang digunakan secara rasional merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan upaya
pelayanan kesehatan;
b) bahwa harga obat generik lebih rendah daripada harga obat paten yang
mempunyai terapetik yang sama;
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1989)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Penggunaan obat yang rasional dapat dicapai bila pasien menerima
obat sesuai dengan kebutuhan klinis, obat diberikan dalam dosis yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing pasien dan dalam jangka waktu yang cukup
serta dengan harga obat yang paling rendah (murah) baik untuk pasien
maupun masyarakat luas. Harga obat penting untuk dipertimbangkan, bila
pasien dan masyarakat luas dapat menjangkau harga obat, maka pengobatan
yang rasional dan upaya pelayanan kesehatan dapat tercapai (WHO (cit.
Quick, Hume dan Connor, 1997)).
Berikut adalah kriteria penggunaan obat yang rasional dalam
konteks biomedik adalah kebenaran obat, ketepatan indikasi, ketepatan obat
dengan mempertimbangkan efek, keamanan, kesesuaian dengan pasien dan
harga, ketepatan dosis, administrasi (rute pemberian) dan durasi pengobatan,
ketepatan pasien, tidak ada kontraindikasi dan meminimalisasikan terjadinya
adverse drug reactions, pencampuran yang tepat, meliputi informasi yang
cukup (memadahi) untuk pasien tentang obat yang diresepkan, ketaatan pasien
pada pengobatan (Quick dkk, 1997).
Dokter dapat memilihkan obat yang benar dan tepat untuk indikasi
penyakit tertentu, terutama penggunaan antibiotik, selain itu pemilihan obat
juga harus mempertimbangkan ada tidaknya kontraindikasi dan perlunya
penyesuaian dosis serta memberikan jenis obat, cara pemberian, dosis,
frekuensi dan lama pemberian obat yang sesuai (regimen dosis), hal ini
penting dalam mencapai keberhasilan terapi. Dokter seharusnya memilihkan
jenis obat dengan efektivitas sama, namun mempunyai potensi efek samping

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

yang kecil dan tidak lupa memberikan posisi tawar kepada pasien dalam
memilih obat paten dengan harga yang mahal atau obat generik yang lebih
murah tetapi dengan manfaat dan keamanan yang sama (Anonim, 2009).
Posisi tawar yang diberikan dokter kepada pasien untuk memilih
obat paten atau obat generik adalah merupakan hak pasien (termasuk hak
untuk memberikan persetujuan, bila pasien tidak mampu untuk menjangkau
obat paten yang diresepkan dokter, maka pasien berhak untuk memilih obat
generik). Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,
tentang Perlindungan Pasien pasal 56 ayat 1 menyatakan bahwa “Setiap orang
berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi
mengenai tindakan tersebut secara lengkap” (Hartini dan Sulasmono, 2010),
namun banyak pasien tidak mengetahui hak mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Gambar 3. Proses Farmakoterapi (Katcher, 1975)

E. Obat Generik
Obat merupakan salah satu komponen penunjang terpenting dalam
pelayanan kesehatan disamping komponen-komponen yang lain. Ketersediaan
dan keterjangkauan dalam penyediaan obat yang bermutu pada unit pelayanan
kesehatan merupakan suatu hal yang mutlak dalam rangka pelayanan
kesehatan yang optimal (Yuliastuti, 2007).
Proses pengobatan menggambarkan suatu proses normal atau
“fisiologik” pengobatan, memerlukan pengetahuan, keahlian, sekaligus
berbagai pertimbangan professional dalam setiap tahap sebelum membuat
suatu keputusan. Kenyataannya dalam praktek, sering dijumpai kebiasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

pengobatan (prescribing habit) yang tidak berdasarkan proses dan tahap
ilmiah tersebut. Hal itu sering menimbulkan suatu keadaan “patologik” atau
tidak normal dalam peresepan dengan berbagai dampaknya yang merugikan.
Secara umum patologi peresepan ini lebih dikenal sebagai peresepan yang
tidak rasional (irrational prescribing) atau peresepan yang tidak benar (in
appropriate prescribing) (Quick, Hume dan Connor, 1997).
Ketika suatu industri farmasi mengembangkan obat baru, yang
bersangkutan memiliki hak paten selama 15-20 tahun untuk memasarkan obat
produknya tanpa diusik industri farmasi lain. Obat yang memiliki hak paten
ini lazim disebut obat originator. Setelah masa paten terlewati, industri farmasi
lain boleh memproduksi obat yang kandungan zat aktifnya sama. Ini yang
disebut sebagai obat duplikat atau obat generik. Jika obat generik diberi logo,
disebut obat generik berlogo (Dwiprahasto, 2010).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes /068/I/2010 memuat tentang Kewajiban Menggunakan
Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, menimbang :
a. bahwa ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang
cukup, terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan
keamanannya, perlu digerakk

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ULKUS DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE 2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Far

0 0 114

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PENGOBATAN PASIEN STROKE DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 125

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

0 0 105

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 83

KAJIAN PROFIL PERESEPAN PASIEN ASMA BRONKIAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI-BALI TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 116

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT UNTUK PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN PERIODE 2007 BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO (1993) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu F

0 0 115

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 115

KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 106

PERBEDAAN POLA PERESEPAN OBAT HIPERTENSI PADA PASIEN GAKIN ANTARA SEMESTER I DAN SEMESTER II DI PUSKESMAS INDUK TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu

0 2 151

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 105