KORELASI ANTARA PERSEPSI BAHAYA BAHAN KIMIA OBAT DAN PERUBAHAN FREKUENSI KONSUMSI JAMU PEGAL LINU PADA KONSUMEN KIOS JAMU DI EKS KOTIP CILACAP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu

  

KORELASI ANTARA PERSEPSI BAHAYA BAHAN KIMIA OBAT DAN

PERUBAHAN FREKUENSI KONSUMSI JAMU PEGAL LINU PADA

KONSUMEN KIOS JAMU DI EKS KOTIP CILACAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Pascalia Riska Prastika Hapsari

  

NIM : 078114037

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

  

KORELASI ANTARA PERSEPSI BAHAYA BAHAN KIMIA OBAT DAN

PERUBAHAN FREKUENSI KONSUMSI JAMU PEGAL LINU PADA

KONSUMEN KIOS JAMU DI EKS KOTIP CILACAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Pascalia Riska Prastika Hapsari

  

NIM : 078114037

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

HALAMAN PERSEMBAHAN

  DREAM, BELIEVE, and MAKE IT HAPPEN…AMEN… YOU’RE ONLY AS HIGH AS YOUR AMBITION… AMBITION IS THE MAKER OF MAN….

  Kupersembahkan karya ini bagi: Bapa dan Juru Selamatku, Yesus Kristus Kedua orang tuaku tercinta Kedua adikku tersayang Semua keluarga besarku Sahabat dan teman-temanku Almamaterku …

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  KORELASI ANTARA PERSEPSI BAHAYA BAHAN KIMIA

  OBAT DAN PERUBAHAN FREKUENSI KONSUMSI JAMU PEGAL LINU PADA KONSUMEN KIOS JAMU DI EKS KOTIP CILACAP

  . Skripsi ini

  disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm.), Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, bimbingan, dan pengarahan, serta dukungan dari berbagai pihak. Rasa terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah mendukung terwujudnya skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

  1. Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta dan Badan Kesbang Pol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah yang telah membantu kelancaran bagi penulis dalam mengurus surat ijin penelitian.

  2. Badan Kesbang Pol dan Linmas serta Bappeda Kabupaten Cilacap yang telah membantu kelancaran bagi penulis dalam mengurus surat ijin penelitian.

  3. Para pemilik kios jamu yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di kios jamu mereka.

  4. Para responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner demi kelancaran jalannya penelitian.

  5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

  6. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, waktu, semangat, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi.

  7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

  8. Ibu Phebe Hendra M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

  9. Orang tuaku tercinta Papa Petrus Prasetyo Utomo dan Mama Veronica Catur Budi Yanti atas doa, cinta, kesabaran, dan dukungan yang telah memberikan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

  10. Kedua adikku tersayang Tina dan Toni atas bantuan, dukungan, perhatian, keceriaan, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.

  11. Andy Ateng, Kak Jean, Kak Iin, Romo Sunu, dan Romo Pri yang telah membantu penulis dalam memahami dan mengolah data penelitian secara statistik.

  12. Teman-teman kos Eka, Mega, Dewi, Ayu, dan Nuki atas dukungan, cinta, semangat, dan bantuannya kepada penulis. Terima kasih untuk kenangan indah kita, semoga persahabatan kita abadi.

  13. Sahabat-sahabatku Cik Dian, Afni, Lina, Devina, Mikha, Dwi, Ahe, Puput, Feris, Rio, Juan, dan Alfa terima kasih untuk keceriaan dan semangat yang telah diberikan. Semoga persahabatan kita abadi.

  14. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007 kelas A dan kelas Farmasi Klinis Komunitas A (FKK A) terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, suka duka kita selama ini.

  15. Keluarga besar kos 99999 yang telah memberikan semangat, keceriaan, dan kebersamaan kepada penulis.

  16. Seluruh keluarga besar Sunaryo dan Masto yang telah memberikan perhatian, keceriaan, dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  17. Teman-teman KKN Ting-ting, Dama, Grace, Ebo, Bajeng, Santa, Rani, Rosa, dan Intan atas segala dukungan dan kebersamaan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

  18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis ingin mengucapkan maaf apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………....... A. Sikap Manusia…………………………………………………………… i ii iii iv v vi vii x xiv xv xvii xviii xix

  7

  5

  5

  3

  3

  1

  1

  Tujuan Penelitian…………………………………………………........

  HALAMAN JUDUL ………………………………......……………………..... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....

  B.

  3. Manfaat penelitian……………………………………………….....

  2. Keaslian penelitian……………………………………………........

  1. Permasalahan……………………………………………….….......

  BAB I. PENGANTAR……………………………………………………....... A. Latar Belakang……………………………………………………........

  ABSTRACT …………………………………………………….........…….........

  INTISARI………………………………………………………………….......

  ………………………….... HALAMAN PENGESAHAN …….............................……………………….... HALAMAN PE RSEMBAHAN…………………………………………....... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………. PERNYATA AN KEASLIAN KARYA……………….…………………….... PRAKATA ......................................................................................................... DAFTAR ISI………………………………………………………………....... DAFTAR TABEL…………………………………………………………....... DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...... DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………......

  7

  1.

  8 Proses terjadinya persepsi……………………………………………...

  2.

  9 Persepsi masyarakat tentang obat tradisional…………………………..

  C.

  10 Perilaku……………….…………………………........................................

  1.

  10 Perilaku kesehatan……………………………………………………...

  2.

  11 Perilaku konsumen……………………………………………………..

  3.

  14 Frekuensi konsumsi…………………………………………………….

  D.

  15 Jamu………………..................................................…………....................

  1.

  18 Jamu pegal linu………………………………………………………...

  E.

  20 Bahan Kimia Obat (BKO).............................................................................

  1.

  20 Bahaya BKO…………………………………………………………...

  2.

  21 Bahaya BKO dalam jamu pegal linu…………………………………...

  F.

  24 Kuesioner…………………………………………………………………..

  G.

  25 Landasan Teori……………………………………………………………..

  H.

  26 Hipotesis……………………………………………………………………

  BAB III. METODE PENELITIAN

  27 …………………………………………… A.

  27 Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………………… B.

  27 Variabel Penelitian………………………………………………………… C.

  28 Definisi Operasional……………………………………………………… D.

  29 Subyek Penelitian dan Teknik Sampling………………………………… E.

  29 Instrumen Penelitian……………………………………………………….

  F.

  31 Tata Cara Penelitian………………………………………………………..

  1.

  31 Studi pustaka…………………………………………………………...

  3. Pembuatan instrumen penelitian……………………………………….

  43

  36

  40

  41

  41

  41

  42

  43

  44

  33

  45

  45

  46

  47

  48

  49

  51

  35

  1. Definisi BKO menurut responden……………………………………...

  4. Penyebaran kuesioner………………………………………………….

  3. Suku bangsa responden……………………………………………… 4.

  5. Analisis data penelitian………………………………………………...

  G.

  Keterbatasan Penelitian…………………………………………………….

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………… A.

  Karakteristik Demografi Konsumen Jamu Pegal Linu di 5 Kios Jamu se- Eks Kotip Cilacap ………………………………………………………….

  1. Jenis kelamin responden……………………………………………….

  2. Umur responden………………………………………………………..

  Pekerjaan responden…………………………………………………...

  Persepsi Konsumen Tentang Bahaya BKO yang Terdapat di dalam Jamu Pegal Linu Produksi Cilacap ……………………………………………….

  5. Pendapatan responden……………………………………………….....

  B.

  Karakteristik Perilaku Konsumen Jamu Pegal Linu di 5 Kios Jamu se-Eks Kotip Cilacap

  ……………………………………………………………… 1. Sumber responden mengenal jamu pegal linu………………………… 2. Durasi responden meminum jamu pegal linu………………………….

  3. Frekuensi responden meminum jamu pegal linu dalam seminggu…….

  4. Produk jamu pegal linu yang sering dikonsumsi……………………… 5.

  Hasil yang dirasakan setelah responden meminum jamu pegal linu…..

  C.

  54 dita 55 mbahkan ke dalam jamu pegal linu………………………………...

  3. Pendapat responden mengenai bahaya atau tidak bila BKO

  56 ditambahkan ke dalam jamu pegal linu………………………………...

  D.

  58 Perubahan Frekuensi Konsumsi Jamu Pegal Linu……………..…………..

  1. Pertanyaan tentang berkurang atau tidak frekuensi konsumsi jamu

  60 pegal lnu setelah berita penarikan jamu pegal linu produksi Cilacap….

  E.

  Korelasi Antara Persepsi Konsumen Tentang Bahaya BKO dalam Jamu Pegal Linu Produksi Cilacap dengan Frekuensi Konsumsi Jamu Pegal

  62 Linu………………………………………………………………………...

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

  65 ……………………………………….

  A.

  65 Kesimpulan………………………………………………………………...

  B.

  66 Saran………………………………………………………………………..

  67 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………

  71 LAMPIRAN……………………………………………………………………

  91 BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………

  

DAFTAR TABEL

Tabel I.

  Tabel II. Tabel III. Tabel IV. Tabel V. Tabel VI.

  Tabel VII. Tabel VIII.

  Daftar jamu pegal linu produksi Cilacap yang ditarik dari pasaran ……. Skor pernyataan sikap dalam skala Likert ………………………........ Lokasi dan waktu penelitian di lima kios jamu.................................... Pedoman pemberian interpretasi terhadap koefisien korelasi......... Variasi jamu pegal linu produksi Sido Muncul®……………… Persepsi konsumen tentang bahaya BKO yang terdapat di dalam jamu pegal linu produksi Cilacap....................................................

  Perubahan frekuensi minum jamu pegal linu.................................. Analisis korelasi Pearson................................................................

  23

  31

  33

  38

  50

  52

  59

  64

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses terjadinya persepsi......

  9 …………………………….......... Gambar 2.

  42 Karakteristik jenis kelamin responden…………......................... Gambar 3.

  42 Karakteristik umur responden……………………….…............. Gambar 4.

  43 Karakteristik suku bangsa responden……………....................... Gambar 5.

  43 Karakteristik pekerjaan responden……....................................... Gambar 6.

  45 Karakteristik pendapatan responden……………………............ Gambar 7. Sumber responden mengenal jamu pegal linu

  46 ………................ Gambar 8. Durasi responden meminum jamu pegal linu dalam seminggu...

  47 Gambar 9. Frekuensi responden meminum jamu pegal linu dalam seminggu 47 ………………………………………………….......... Gambar 10. Produk jamu pegal linu yang sering dikonsumsi.........................

  49 Gambar 11.

  49 Hasil yang dirasakan setelah meminum jamu pegal linu……..... Gambar 12. Distribusi frekuensi persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu Cilacap.....................................................

  53 Gambar 13. Persentase jawaban dari definisi BKO menurut responden.........

  54 Gambar 14. Persentase jawaban dari pertanyaan boleh atau tidak jamu

  55 pegal linu ditambahkan BKO……………................................... Gambar 15. Persentase alasan dari responden yang berpendapat BKO tidak boleh ditambahkan ke dalam jamu pegal linu.......................

  56 Gambar 16. Persentase jawaban dari pertanyaan bahaya atau tidak bila jamu pegal linu ditambahkan BKO.......................................................

  57

  Gambar 17. Persentase alasan dari responden yang berpendapat BKO berbahaya bila ditambahkan ke dalam jamu pegal linu 57 ……....... Gambar 18. Distribusi frekuensi dari frekuensi konsumsi jamu pegal linu.....

  60 Gambar 19. Persentase jawaban dari pertanyaan berkurang atau tidak frekuensi minum jamu setelah berita penarikan jamu pegal linu

  60 Cilacap…………………………………………………………. Gambar 20. Persentase alasan dari responden yang frekuensi minum jamu

  61 pegal linu berkurang…………………………………………… Gambar 21. Persentase alasan dari responden yang frekuensi minum jamu pegal linu tidak berkurang...........................................................

  62

  DAFTAR LAMPIRAN

  75

  89

  87

  86

  83

  76

  75

  74

  Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Hasil uji validitas……………………………….......................

  73

  72

  …………

  Ijin Penelitian Dari Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Cilacap ……………………………………………………. Ijin Penelitian Dari Bappeda Kabupaten Cilacap

  Hasil perhitungan distribusi frekuensi skor total jawaban masing-masing responden ………………………………… Dokumentasi penelitian………………………...................

  Hasil uji reliabilitas................................................................... Hasil uji normalitas.................................................................. Hasil uji linearitas…………………………………………….. Hasil uji korelasi Pearson……………………………...... Kuesioner…………………………………......................... Contoh kuesioner dengan jawaban…………………..........

  90

  

INTISARI

Public Warning yang pertama kali dikeluarkan oleh BPOM adalah KB

  POM Nomor 11.066.2001 tertanggal 26 November 2001 menyatakan terdapat 32 produk jamu yang membahayakan konsumen. Informasi ini menimbulkan persepsi individu dan mempengaruhi perilaku konsumen jamu, yaitu dalam hal perubahan frekuensi konsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen tentang bahaya bahan kimia obat (BKO), perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu setelah dikeluarkannya Public Warning, serta korelasi antara kedua hal tersebut.

  Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan penelitian cross

  

sectional . Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah

subjek 60 orang yang diperoleh dari 5 kios jamu terpilih di eks Kotip Cilacap.

  Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan skala Likert. Data dianalisis secara deskriptif dan statistik korelasi menggunakan uji Pearson. Perubahan frekuensi dihitung sebagai perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu dalam seminggu.

  Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23% responden berpendapat bahwa BKO digunakan untuk pengobatan penyakit, 97% responden berpendapat bahwa BKO berbahaya bila dicampur ke dalam jamu pegal linu karena dapat merusak organ tubuh, dan 77% responden mengurangi frekuensi konsumsi jamu pegal linu. Persepsi konsumen tentang bahaya BKO cukup baik tetapi frekuensi konsumsi jamu pegal linu berkurang, sehingga dapat dikatakan bahwa korelasi antara persepsi konsumen tentang bahaya BKO dan perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu memiliki arah negatif dengan kekuatan korelasi rendah (r = -0,307 dan p<0,05).

  Kata kunci : BKO, jamu pegal linu, frekuensi konsumsi

  

ABSTRACT

  BPOM issued a Public Warning which is containing 32 herbal products that harm consumers. This i nformation raises individual’s perception and influence consumers behavior towards herbs. This study aims to determine consumer perceptions about the dangers of drug, changes in the frequency of herbal stiff consumption, and the correlation among both of them.

  This type of research is observational with cross-sectional study. Accidental sampling is used to sampling with the number of subjects 60 people that obtained from 5 selected herb stores at ex city administrative Cilacap. The instrument conducted was a questionnaire with Likert scale. Data were analyzed in descriptive statistic and Pearson correlation test. The frequency change was calculated as the change in frequency of herbal stiff consumption in a week.

  The results showed that 23% of respondents argued that the drug is

  % of

  used for the disease treatment, 97 respondents argued that the drug can be danger when added into herbs because can damage organs of human, and 77% of respondents reduced the frequency of herbal stiff consumption in a week. The consumers perception is sufficient well but the frequency of herbal stiff consumption was reduced, so it can be said that the correlation between the consumers perception about the danger of drug and changes in the frequency of herbal stiff consumption has a negative direction with low correlation strength (r = -0.307 and p <0.05).

  Key word : drug, herbal stiff, frequency of consumption

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Beberapa negara di benua Asia, termasuk Indonesia, memanfaatkan

  berbagai bahan alam sebagai pengobatan alternatif atau pengobatan tradisional yang biasanya bertujuan untuk tindakan preventif terhadap suatu penyakit (mengatasi gejala penyakit tersebut). Di Indonesia sendiri dikenal tiga jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling sering digunakan sebagai salah satu tindakan preventif karena jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan- bahan tersebut, yang digunakan secara turun temurun berdasarkan pengalaman (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990).

  Citra kealamian jamu mulai rusak sejak beberapa produsen jamu yang tidak bertanggungjawab menambahkan bahan kimia obat (BKO) ke dalam jamu yang mereka produksi. Kasus tersebut terungkap setelah Balai Pengawasan Obat dan Makanan (Balai POM) mengeluarkan Public Warning antara lain KB POM Nomor 11.066.2001 tertanggal 26 November 2001 yang berisi 32 produk jamu yang ilegal dan membahayakan konsumen (Suparyo, 2008). Padahal di Indonesia terdapat peraturan yang tidak mengijinkan bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai obat ditambahkan ke dalam jamu. Salah satu ciri jamu

  (cespleng) dan hal inilah yang menjadikan jamu akhirnya sangat digemari konsumen. Bila pemakaian dihentikan, hilang pula efeknya dan hal ini yang membuat konsumen harus terus meminumnya (kecanduan). Apabila BKO terus terpapar ke dalam tubuh manusia, maka lama-kelamaan organ-organ tubuh manusia akan rusak (Sampurno, 2002).

  Tindakan produsen jamu yang memproduksi dan pihak-pihak yang mengedarkan jamu berbahan kimia obat tersebut semata-mata hanya mencari untung sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan kepentingan konsumen dan hal ini melanggar UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Sampurno, 2002). Di antara sekian banyak jamu yang ditarik dari peredaran karena mengandung BKO, jamu pegal linu adalah jamu yang paling sering ditambah BKO. Contoh BKO yang digunakan adalah metampiron, parasetamol, deksametason, prednisolon, fenilbutazon. Apabila digunakan dalam dosis berlebih dan dalam jangka panjang, parasetamol dapat merusak organ hati secara fatal (Marlinda dan Sudradjat, 1999).

  Fakta di atas mendasari peneliti untuk mengukur seperti apakah persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi Cilacap dan hubungannya dengan perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu pada konsumen kios jamu di eks Kotip Cilacap. Wilayah eks Kotip Cilacap meliputi wilayah Kecamatan Cilacap Utara, Kecamatan Cilacap Tengah, dan Kecamatan Cilacap Selatan. Ketiga kecamatan ini dipilih karena berdasarkan Sensus Penduduk 2010 ketiga wilayah ini memiliki tingkat kepadatan penduduk terbesar

  (Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap, 2010). Wilayah eks Kotip Cilacap juga dipilih karena disana terdapat banyak usaha kios jamu yang beberapa di antaranya mempunyai pelanggan tetap.

  Persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi Cilacap dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku kesehatan konsumen, yaitu perilaku penyembuhan pegal linu dengan usaha pengobatan ke fasilitas tradisional (kios jamu) (Wawan dan Dewi, 2010). Persepsi tersebut juga mempengaruhi pola perilaku konsumen dalam meminum jamu pegal linu. Perilaku konsumen yang diukur adalah perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu selama seminggu.

1. Permasalahan a.

  Seperti apakah karakteristik demografi dan perilaku konsumen jamu pegal linu kios jamu di eks Kotip Cilacap? b.

  Seperti apakah persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi Cilacap? c.

  Setelah berita penarikan jamu pegal linu produksi Cilacap, apakah ada perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu dalam seminggu pada konsumen kios jamu di eks Kotip Cilacap? d. Seperti apakah korelasi antara persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi Cilacap dengan perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu? 2.

   Keaslian Penelitian

  Setelah peneliti melakukan penelusuran, penelitian observasional tentang Konsumsi Jamu Pegal Linu pada Konsumen Kios Jamu di eks Kotip Cilacap” belum pernah dilakukan dan belum ditemukan penelitian terkait di wilayah tersebut. Peneliti menemukan penelitian sebelumnya yang terkait dengan penemuan BKO dalam jamu pegal linu dan sejenis dengan penelitian ini: a.

  Analisis Kandungan Metampiron pada Jamu Tradisional yang Beredar di

  Kota Medan Tahun 2009 (Banureah, 2009). Penelitian ini bersifat survai

  deskriptif. Jamu tradisional diperoleh dari beberapa toko obat yang berjualan dekat Pasar Petisah sebanyak 10 jenis jamu tradisional.

  Identifikasi kandungan metampiron dilakukan dengan metode reaksi warna dan kadar metampiron diketahui dengan metode iodimetri. Hasil penelitian menunjukkan seluruh jamu yang dianalisis positif mengandung metampiron. Metampiron yang ditemukan ada dalam dosis kecil yaitu 0,5963 mg/7 g, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan dan dalam jangka waktu panjang akan mengganggu kerja darah.

  b.

  Survei Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kesehatan Reproduksi dan

  Konsumsi Jamu Tradisional di Desa Tengket Kecamatan Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura (Yuliandari, 2006). Pengukuran frekuensi

  konsumsi jamu para responden dilakukan dengan cara melihat frekuensi konsumsi jamu dalam seminggu dari responden yang rutin mengkonsumsi jamu selama sebulan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliandari

  (2006) adalah kriteria inklusi responden. Penelitian ini menggunakan responden di

3. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi para konsumen agar lebih memperhatikan kesehatan dengan tidak menggunakan jamu pegal linu berbahan kimia obat serta bagi para produsen agar dapat memproduksi jamu pegal linu sesuai dengan UU Tentang Obat Tradisional yang berlaku.

  Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi para Apoteker untuk memajukan pengobatan tradisional serta mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan di bidang pengobatan tradisional (jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka).

B. Tujuan Penelitian

  Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1.

   Tujuan umum

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang perilaku masyarakat pengguna jamu pegal linu di eks Kotip Cilacap.

2. Tujuan khusus a.

  Untuk mengetahui karakteristik demografi dan perilaku konsumen jamu pegal linu kios jamu di eks Kotip Cilacap.

  b.

  Untuk mengetahui persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi Cilacap.

  c.

  Untuk mengetahui ada perubahan atau tidak dalam frekuensi konsumsi jamu pegal linu dalam seminggu pada konsumen kios jamu di eks Kotip Cilacap. d.

  Untuk mengetahui korelasi antara persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi Cilacap dengan frekuensi konsumsi jamu pegal linu.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Sikap Manusia Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

  terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Menurut Azwar (2004), struktur sikap manusia terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

  1. Komponen kognitif (komponen perseptual) adalah komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan akan hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi suatu objek sikap.

  2. Komponen afektif (komponen emosional) adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang (hal positif) atau tidak senang (hal negatif) terhadap objek sikap.

3. Komponen konatif (komponen perilaku) adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

B. Persepsi

  Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensori (Walgito, 2010). Persepsi yang dimiliki seseorang dapat berbeda dengan persepsi individu lain meskipun untuk hal yang sama.

  Proses persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh pengalaman dapat diterima melalui semua alat indera yang ada pada diri individu, tetapi sebagian besar persepsi diterima melalui alat indera penglihatan. Karena itulah banyak penelitian mengenai persepsi adalah persepsi yang diterima individu melalui alat penglihatan (mata) (Walgito, 2010).

1. Proses terjadinya persepsi

  Menurut Walgito (2010), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi, antara lain: a.

  Ada objek yang dipersepsi Objek persepsi dibedakan atas objek manusia dan non manusia. Objek dapat dipersepsi apabila menimbulkan stimulus. Sutisna (2002) berpendapat bahwa stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu.

  b.

  Alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf Merupakan alat untuk menerima stimulus, meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, dan mengadakan respon atas stimulus tersebut.

  c.

  Perhatian Perhatian merupakan syarat psikologis dan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. St St St St

  Sp

  RESPON Fi Fi

  Fi Fi

  

Gambar 1. Proses terjadinya persepsi

St = stimulus (faktor luar) Fi = faktor internal (faktor dalam, termasuk perhatian)

Sp = sifat struktur pribadi (Walgito, 2010)

  Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam proses persepsi, individu akan dipengaruhi oleh faktor internal seperti sifat struktur pribadi, perhatian, harapan, tingkat pendidikan, dan usia serta faktor eksternal yang berupa stimulus lingkungan. Faktor internal dan faktor eksternal ini akan saling mempengaruhi dalam individu melakukan persepsi.

2. Persepsi masyarakat tentang obat tradisional

  Meskipun sampai sekarang masih terdapat sebagian masyarakat Indonesia yang menggunakan obat tradisional (jamu) sebagai minuman penambah kebugaran tubuh atau pemulih kesehatan, tetapi sebagian yang lain berpendapat bahwa jamu tidak semanjur obat modern dan dilihat dari kemasannya, seperti tidak meyakinkan. Bagi yang masih percaya manfaat jamu, mereka berpendapat bahwa yang berasal dari alam pasti baik dan aman, sehingga menggunakannya bertahun-tahun, jamu dapat menyembuhkan penyebab penyakit dan bukan sekedar simtomatik (Hakim, 2002).

  Ada pendapat lain yang lebih membahayakan dan memperburuk citra jamu yaitu menganggap jamu sama manjurnya dengan obat modern dan memiliki produsen yang tidak bertanggungjawab untuk menambahkan bahan kimia obat ke dalam produk jamunya. Masyarakat yang tidak mengetahui hal ini akan terkecoh dan tidak tahu bahaya yang kelak dialaminya, sehingga produsen lebih „giat‟ memproduksi jamu yang berbahaya itu tanpa merasa bersalah (Hakim, 2002).

C. Perilaku

  Perilaku merupakan respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan, baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan dan Dewi, 2010).

  Faktor-faktor pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor dari dalam individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya, sedangkan faktor dari luar individu (eksternal) berupa objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan (Fitriani, 2011).

1. Perilaku kesehatan

  Perilaku kesehatan dapat didefinisikan sebagai atribut-atribut seperti kepercayaan, harapan, motif, nilai, persepsi, dan elemen kognitif, karakteristik kepribadian, termasuk afektif dan keadaan emosional dan sifat-sifat, dan pola perilaku yang terbuka, tindakan dan kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, untuk pemulihan kesehatan dan perbaikan kesehatan (Smet, 1994).

  Tiga klasifikasi perilaku kesehatan yaitu: a. Perilaku pemeliharaan kesehatan, merupakan perilaku atau usaha seseorang untuk menjaga kesehatannya agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan jika sakit. Pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan apabila sembuh dari penyakit; perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat, karena harus mencapai kesehatan yang optimal; dan perilaku gizi (Fitriani, 2011).

  b.

  Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, merupakan respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat- obatannya. Respon tersebut terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan (Wawan dan Dewi, 2010).

  c.

  Perilaku kesehatan lingkungan, merupakan respon seseorang terhadap lingkungan sebagai penentu kesehatan manusia (Wawan dan Dewi, 2010).

2. Perilaku konsumen

  Perilaku konsumen adalah seluruh proses kegiatan yang meliputi tindakan dan proses psikologis individu yang mendorong tindakan individu pada saat sebelum membeli, membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa, serta kegiatan mengevaluasi penggunaan produk dan jasa (Sumarwan, 2004). Dharmmestha (1999) menyatakan bahwa konsumen membeli barang dan jasa untuk memuaskan berbagai keinginan dan kebutuhan.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pola perilaku konsumen menurut Kotler (1998) adalah: a.

  Faktor Kebudayaan terdiri dari kebudayaan nasional, sub budaya, dan kelas sosial. Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi sikap, perilaku, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Sumarwan (2004) berpendapat produk dan jasa berperan penting dalam mempengaruhi budaya karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk dipindahkan ke konsumen. Makna budaya yang telah melekat kepada produk dan jasa akan dipindahkan kepada konsumen dalam bentuk penggunaan produk dan jasa.

  b.

  Faktor Sosial, yang terdiri dari: 1) keluarga, faktor ini akan membentuk suatu referensi yang sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen;

  2) peran dan status seseorang akan menentukan posisinya di masyarakat.

  Setiap peranan membawa status yang mencerminkan harga diri menurut masyarakat sekitar. Oleh karena itu, orang akan cenderung memilih produk yang dapat membantu komunikasinya dengan masyarakat.

  c.