KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

  

KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEH HIJAU

(Camellia sinensis L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Ayu Widya Sari

  

NIM : 068 114 061

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEH HIJAU

(Camellia sinensis L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Ayu Widya Sari

  

NIM : 068 114 061

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan karya ini bagi: Allah SWT atas karunia, rahmat, anugerah, kehidupan yang begitu indah yang telah diberikan bagiku

  Orang tuaku tercinta Bapak M.Najamuddin dan Ibu Tedja

Murni atas doa, cinta, kasih sayang, pengertian, kesabaran, dan

yang merupakan tujuan perjuanganku, semangatku,

segala-galanya bagiku, dimana aku tidak akan bisa membalas

semua yang telah diberikan kepadaku.

  Ayukku tersayang Indah Pudji Sari yang telah memberikan

kasih sayang, dukungan, dan semangat bagiku.

Kakakku tersayang Zito Kristie Abdi yang telah memberikan

kasih sayang, dukungan, dan semangat bagiku.

  Adikku tersayang Reto Minotie Abdi yang telah memberikan

kasih sayang, dukungan, dan semangat bagiku.

  Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu membantuku,

selalu ada buatku baik suka maupun duka.

  Semua orang yang aku sayangi dan menyayangi aku

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakterisasi Ekstrak Etanolik Daun Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

  Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan saran, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si.,Apt. selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna demi terselesaikannya skripsi ini.

  2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji atas masukan dan sarannya.

  3. Bapak Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji atas masukan dan sarannya.

  4. Seluruh staff Laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Kimia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Bimo yang telah menemani dan membantu selama penelitian.

  5. Sahabatku tersayang Ririn yang telah memberikan semangat dan teman

  6. Sahabat terbaikku Grace Litad, Monica Dini Puspita, Inge Maria Wibowo atas kerjasama, suka-duka, kekompakan, bantuan, dan kebersamaan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

  7. Sahabat terbaikku Winny Listyarini Hardi, Tiara Pranasita, Yenni Christina, Sri Yuniarti, Gessi Purnamasari, Ni Nyoman Manik Uliani, Karolina Reni Kristiani, Aroma Mayangsari, Frida Mayasari, Dewi Prasetyaningrum, dan teman-teman Farmasi Klinis Komunitas atas bantuan, dukungan, kerjasama, kebersamaan, suka duka kita selama ini.

  8. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2006 atas bantuan, kebersamaan, dan keceriaan kita selama ini.

  9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal penelitian di bidang Farmakognosi dan berguna bagi pembaca.

  Yogyakarta, 08 Januari 2010 Penulis

  INTISARI

  Teh (Camellia sinensis L.) merupakan tanaman obat yang telah dikenal sejak lama oleh masyarakat. Bagian tanaman teh yang memiliki banyak khasiat adalah daun teh. Daun teh hijau berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan pembakaran kalori dan lemak yang berimplikasi terhadap penurunan berat badan. Pada industri obat tradisional karakterisasi bahan baku perlu dilakukan untuk menjaga kontinuitas kualitas dari segi SQE (Safety, Quality, Efficacy). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dari ekstrak etanolik daun teh hijau sebagai salah satu bahan baku penyusun jamu pelangsing, sehingga diperoleh produk yang mempunyai standar kualitas yang seragam dan terulang.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental, berupa karakterisasi ekstrak yang mengikuti parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Parameter yang diuji meliputi organoleptik ekstrak, identitas ekstrak, penetapan kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan penentuan senyawa identitas ekstrak etanolik daun teh hijau secara kualitatif dan kuantitatif.

  Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif diperoleh organoleptik ekstrak berwarna cokelat kehitaman, tidak berbau, dan rasa agak kelat; kadar air 27,51 % b/b; kadar abu 2,22 % b/b; kadar abu tidak larut asam 1,40 % b/b; kadar abu larut air 0,87 % b/b; kadar sari larut air 23,17 % b/b; kadar sari larut etanol

  • 4

  42,98 % b/b; dan kadar senyawa identitas (epigallokatekin galat) 2 x 10 ± 0 % b/v.  

  Kata kunci : karakterisasi, ekstrak etanolik daun teh hijau (Camellia sinensis L.), epigallokatekin galat.

  ABSTRACT

  Tea (Camellia sinensis L.) was medicinal herbs that has known by people since along time ago. Part of tea herbal that has many functions was tea’s leaves. The green tea’s leaves has a funtion as an antioxidant and also increase of calori burning and fat that have implication to reduce body weight. In traditional medicine industry, the basic material characterization is required to maintain the quality continuity from SQE (Safety, Quality, Efficacy) side. This research aims to find out the character of the green tea’s leaves ethanolic extract as one of the basic materials of slimming herbal medicine, so it is able to get the product that has the same and continual quality standard.

  This is a non experimental research, namely characterization the extract that refers to general standard parameter of medicinal herbs extract. The general standard parameter includes extract organoleptic, extract identity, the determination of water degree, ashes degree, acid dissoluble ashes degree, and act of determining identity chemical compound ethanolic extract of green tea’s leaves qualitatively and quantitatively.

  The results were analyzed descriptively. As results, organoleptic extract blackish brown, no smell, and taste a little sourish; the water degree score was 27,51 % w/w; the ashes degree was 2,22 % w/w; acid dissoluble ashes degree was 1,40 % w/w; water soluble ashes degree was 0,87 % w/w; water soluble essence degree was 23,17 % w/w; ethanolic soluble essence degree was 42,98 % w/w; extract identity; organoleptic extract that was one of the characteristics of the green tea’s ethanolic extract; and chemical identity (epigallocatechin gallate)

  • 4 degree was 2 x 10 ± 0 % w/v.

   

  

Key words : the characterization, green tea’s leaves ethanolic extract

(Camellia sinensis L.), epigallocatechin gallate.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………….vi PRAKATA.............................................................................................................vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................ix

  INTISARI................................................................................................................x

  

ABSTRACT ..............................................................................................................xi

  DAFTAR ISI .........................................................................................................xii DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii

  BAB I. PENGANTAR.............................................................................................1 A. Latar Belakang………………………………………………………...............1

  1. Permasalahan................................................................................................3

  2. Keaslian penelitian.......................................................................................3

  3. Manfaat penelitian........................................................................................3

  B. TujuanPenelitian…………………………………......………………..............4

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................................5

  1. Keterangan botani ...............................………………………….…...........5

  2. Deskripsi......................................................................................................5

  3. Penggolongan...............................................................................................6

  4. Kandungan kimia teh hijau..........................................................................6

  5. Syarat tumbuh..............................................................................................9

  6. Khasiat teh hijau.........................................................................................10

  B. Pembuatan Simplisia........................................................................................10

  1. Bahan baku.................................................................................................10

  2. Dasar pembuatan........................................................................................11

  3. Tahapan pembuatan...................................................................................11

  C. Ekstrak..............................................................................................................15

  1. Definisi ekstrak..........................................................................................15

  2. Pengelompokan ekstrak.............................................................................15

  3. Metode ekstraksi........................................................................................15

  4. Penguapan..................................................................................................17

  D. Standarisasi......................................................................................................18

  1. Pembakuan simplisia..................................................................................19

  2. Pembakuan ekstrak.....................................................................................19

  3. Pembakuan sediaan obat tradisional..........................................................21

  E. Kromatografi Lapis Tipis.................................................................................21

  F. KLT-Densitometri............................................................................................23

  G. Keterangan Empiris..........................................................................................24

  A. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................................25

  1. Jenis penelitian...........................................................................................25

  2. Rancangan penelitian.................................................................................25

  B. Definisi Operasional.........................................................................................26

  C. Alat...................................................................................................................26

  D. Bahan................................................................................................................27

  E. Jalannya Penelitian...........................................................................................27

  1. Determinasi tanaman..................................................................................27

  2. Pengumpulan bahan...................................................................................27

  3. Pembuatan serbuk daun teh hijau...............................................................27

  4. Pembuatan ekstrak kental...........................................................................28

  5. Uji organoleptik ekstrak.............................................................................28

  6. Identitas ekstrak.........................................................................................28

  7. Penetapan kadar air....................................................................................28

  8. Penetapan kadar abu...................................................................................29

  9. Penetapan kadar abu tidak larut asam........................................................29

  10. Penetapan kadar abu larut air.....................................................................29

  11. Penetapan kadar sari larut air.....................................................................30

  12. Penetapan kadar sari larut etanol................................................................30

  13. Penentuan senyawa identitas secara kualitatif dan kuantitatif...................30

  F. Analisis Hasil....................................................................................................33

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................34

  B. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk...................................................34

  C. Pembuatan Ekstrak Kental...............................................................................37

  D. Organoleptik Ekstrak.........................................................................................39

  E. Identitas Ekstrak...............................................................................................39

  F. Penetapan Kadar Air........................................................................................40

  G. Penetapan Kadar Abu.......................................................................................41

  H. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam........................................................42

  I. Penetapan Kadar Abu Larut Air........................................................................43 J. Penetapan Kadar Sari Larut Air........................................................................44 K. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol..................................................................45 L. Penentuan Senyawa Identitas secara Kualitatif dan Kuantitatif.......................45

  1. Penentuan senyawa identitas secara kualitatif...........................................45

  2. Penentuan senyawa identitas secara kuantitatif.........................................52

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................56 A. Kesimpulan.......................................................................................................56 B. Saran.................................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57 LAMPIRAN...........................................................................................................60 BIOGRAFI PENULIS...........................................................................................88

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. USDA database for the flavonoid content of dried teas...................8 Tabel II. Hasil KLT standar (epigallokatekin galat) dan sampel (ekstrak etanolik daun teh hijau)..................................................................51 Tabel III. Persamaan kurva baku dari hubungan kadar standar epigallokatekin galat (x) dengan (AUC) (y)............................................................54 Tabel IV. Kadar senyawa epigallokatekin galat (% b/v) yang terdapat dalam ekstrak etanolik daun teh hijau.......................................................55

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Struktur flavanol teh.........................................................................7 Gambar 2. Struktur flavonol teh........................................................................8 Gambar 3. Ekstrak kental (a) dan ekstrak cair (b) daun teh hijau....................38 Gambar 4. Kromatogram standar EGCG dan sampel ekstrak etanolik daun teh hijau dengan deteksi di bawah lampu UV 254 nm........................47 Gambar 5. Kromatogram standar EGCG dan sampel ekstrak etanolik daun teh hijau dengan deteksi di bawah lampu UV 365 nm........................48 Gambar 6. Kromatogram standar EGCG dan sampel ekstrak etanolik daun teh hijau dengan deteksi larutan besi (III) klorida ..............................49 Gambar 7. Hasil pengukuran λ epigallokatekin galat baku.

  maks

  λ epigallokatekin galat terletak pada 280 nm...........................53

  maks

  Gambar 8. Kurva antara konsentrasi standar epigallokatekin galat vs AUC...55

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat keterangan determinasi.........................................................60 Lampiran 2. Data pengentalan ekstrak cair........................................................61 Lampiran 3. Hasil organoleptik ekstrak..............................................................63 Lampiran 4. Hasil identitas ekstrak....................................................................63 Lampiran 5. Perhitungan penetapan kadar air....................................................64 Lampiran 6. Perhitungan penetapan kadar abu...................................................65 Lampiran 7. Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut asam........................66 Lampiran 8. Perhitungan penetapan kadar abu larut air.....................................67 Lampiran 9. Perhitungan penetapan kadar sari larut air.....................................68 Lampiran 10. Perhitungan penetapan kadar sari larut etanol...............................69 Lampiran 11. Hasil kromatografi lapis tipis senyawa identitas...........................70 Lampiran 12. Perhitungan penetapan kadar senyawa identitas ...........................72 Lampiran 13. Foto bahan dan alat penelitian........................................................82

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

  masyarakat semakin selektif dalam memilih obat. Pilihan masyarakat kini beralih dari obat-obatan kimia ke obat tradisional karena diharapkan dapat meminimalkan efek samping yang ditimbulkan (Anonim, 2000).

  Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah tanaman teh. Tanaman teh banyak ditanam di Asia Tenggara termasuk Cina, India, Jepang, Taiwan, Sri Lanka, dan Indonesia. Umumnya tanaman teh diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama yaitu teh hijau yang pada proses produksinya tanpa fermentasi, teh oolong dengan fermentasi sebagian dan teh hitam dengan fermentasi (Kun Lin, 1998). Khasiat utama tanaman teh hijau sebagai antioksidan. Selain itu, teh dapat juga sebagai peluruh lemak. Berdasarkan

  , teh hijau memiliki potensi dapat

  American Journal of Clinical Nutrition

  meningkatkan pembakaran kalori dan lemak yang berimplikasi terhadap penurunan berat badan (Craig, 1999).

  Teh hijau mengandung bermacam-macam senyawa bioaktif, kandungannya terbagi dalam dua bagian besar, yakni alkaloid dan polifenol.

  Adanya banyak gugus hidroksi pada senyawa polifenol mengakibatkan senyawa polifenol cenderung bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut seperti daun teh hijau menggunakan penyari etanol sehingga diharapkan senyawa polifenol yang ada dalam daun teh hijau dapat tersari dengan optimal.

  Berdasarkan penelitian tentang teh hijau yaitu uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh ekstrak etanol teh hijau dan teh hitam dengan menggunakan metode deoksiribosa, ekstrak etanol teh hijau dan teh hitam memiliki efektif penangkapan radikal hidroksil sebesar 50 % (Kuntari, 2007).

  Obat tradisional harus memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan kemanfaatan. Hal ini berdasarkan mutu produk obat tradisional tergantung dari bahan awal, proses produksi, pengawasan mutu, bangunan, peralatan, dan personalia yang menangani (Anonim, 2005a). Agar khasiat dan stabilitas daun teh hijau dapat terjamin, maka perlu dipenuhi suatu standar mutu produk/bahan ekstrak, hal ini tidak terlepas dari pengendalian proses, artinya bahwa proses yang terstandar dapat menjamin produk yang terstandar mutunya. Dengan adanya bahan baku terstandar dan proses yang terkendali, maka akan diperoleh produk/bahan ekstrak yang mutunya terstandar. Oleh karena itu, perlu dilakukan karakterisasi ekstrak etanolik daun teh hijau sebagai pedoman kualitas produk yang diproduksi. Karakterisasi ini bertujuan untuk mendapatkan karakter bahan baku obat dan menjaga kontinuitas SQE (Safety, Quality, Efficacy) produk dengan kualitas yang baik. Penentuan nilai ini dilakukan dengan mengacu pada parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat (Anonim, 2000). Karakterisasi ini meliputi uji organoleptik ekstrak, identitas ekstrak, penetapan kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan penentuan senyawa identitas ekstrak etanolik daun teh hijau secara kualitatif dan kuantitatif.

  1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang tersebut timbul permasalahan, yaitu : Bagaimana karakter dari ekstrak etanolik daun teh hijau ?

  2. Keaslian penelitian

  Sejauh pengetahuan penulis penelitian mengenai karakteristik ekstrak etanolik daun teh hijau belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang telah dilakukan adalah uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh ekstrak etanol teh hijau dan teh hitam dengan metode deoksiribosa (Kuntari, 2007), penetapan kadar flavonoid total terhitung sebagai kuersetin dengan menggunakan metode kolorimetri dalam teh hijau dan teh hitam (merk x) (Pertiwi, 2006), dan perbandingan daya antioksidan infusa teh hijau dari daerah Wonosobo dan daerah Karanganyar dengan menggunakan metode deoksiribosa (Purnamasari, 2009).

  3. Manfaat penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

a. Manfaat teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan karakter ekstrak etanolik daun teh hijau yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan obat tradisional.

b. Manfaat praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat bahwa ekstrak etanolik daun teh hijau telah sesuai dengan parameter standar ekstrak yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dan dapat digunakan sebagai komponen penyusun dalam jamu pelangsing.

B. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter dari ekstrak etanolik daun teh hijau.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Teh

  1. Keterangan botani

  Teh berasal dari kawasan Cina Selatan, Indonesia, India, Taiwan, dan Sri Lanka (Kun Lin, 1998). Daun teh adalah daun Camellia sinensis L. dengan sinonim Thea sinensis L., suku Theaceae (Anonim, 1989). Nama umum atau dagang : Teh. Nama daerah : Teh (Melayu), Nteh (Sunda), Teh (Jawa tengah) (Hutapea, 1994).

  2. Deskripsi

  Tanaman teh umumnya ditanam di perkebunan dan dipanen secara manual. Pohon kecil tampak seperti perdu, batang tegak, berkayu, bercabang- cabang, dan ujung ranting. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, warnanya hijau, dan permukaan mengkilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3-4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning, harum. Buahnya buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau, setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1-3 (Dalimartha, 1999).

3. Penggolongan

  Semua jenis teh dibuat dari sumber yang sama, yaitu pucuk dan daun muda tanaman teh. Berdasarkan proses pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu teh hijau, teh hitam, dan teh oolong. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktivasi enzim polifenol oksidase yang ada dalam pucuk teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap kandungan katekin teh, sedangkan, teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling/penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena itu, teh oolong disebut sebagai teh semi-fermentasi (Hartoyo, 2003). Perbedaan utama yang cukup berarti dari ketiga proses pengolahan teh tersebut adalah pada kandungan katekinnya. Kandungan katekin tertinggi dimiliki oleh teh hijau, disusul teh oolong, dan teh hitam (Syah, 2006).

4. Kandungan kimia teh hijau

  Teh hijau mengandung bermacam-macam senyawa bioaktif, kandungannya terbagi dalam dua bagian besar, yakni alkaloid dan polifenol. Yang termasuk dalam alkaloid adalah kafeina, teobromina, dan teofilina. Senyawa polifenol di dalam teh hijau, sebagian besar merupakan golongan flavonoid terutama sub golongan flavanol dan flavonol. Adanya banyak gugus hidroksi pada dapat larut dalam pelarut seperti etanol atau air. Teh hijau mengandung kira-kira 30-40% polifenol (bobot kering) (Luper, 1999).

  Flavanol dalam secara struktural termasuk subgolongan flavan-3-ol. Katekin utama dalam teh hijau terdiri dari (-) epikatekin, (-) epigallokatekin, (-) epikatekin galat, (-) epigallokatekin galat. Epigallokatekin galat (EGCG) merupakan konstituen yang utama dan memiliki sifat antioksidan tertinggi dalam teh hijau (Chen et al, 2004). Epigallokatekin galat merupakan senyawa yang memiliki kelarutan tertinggi pada pH 4-9. Penelitian mengenai stabilitas epigallokatekin galat dalam larutan dilakukan pada konsentrasi 10 mg/ml epigallokatekin galat pada pH 4-9 (Kellar, Poshni, He, Penzotti, Bedu-Addo, Payne, 2005).

  OH OH OH HO O O R 1 x C OH =

  OR 2 OH OH

  (-) epikatekin : R = R = H

  1

  2

  (-) epigallokatekin : R = OH, R = H

  1

  2

  (-) epikatekin galat : R = H, R = X (galat)

  1

  2

  (-) epigallokatekin galat: R = OH, R = X (galat)

  1

  2

  Tabel I. USDA database for the flavonoid content of dried teas

  Flavon 3-ols Black Tea Green Tea Oolong Tea Tea Leaves, Dry Tea Leaves, Dry Tea Leaves, Dry

  Epicatechin 255,19 811,72 248,42 Epicatechin 3-gallate 688,27 1491,29 627,25 Epigallocatechin 956,81 2.057,98 750,80 Epigallocatechin 3-gallate 1.121,92 7.115,98 3.412,62 Catechin 137,82 57,12 30,63 Catechin 3-gallate 50,83 7,07 19,89 Gallocatechin 91,73 258,11 305,69 Theaflavin 159,20 1,64 15,23 Theaflavin 3-3’-digallate 170,77 1,08 18,62

  • Theaflavin 3’-gallate 155,77 0,44
  • Theaflavin 3-gallate 132,25 0,47 Thearubigins 59,19 137,91 -

  (Indarto, 2009) Flavonol merupakan salah satu antioksidan alami yang terdapat dalam tanaman teh dan mempunyai kemampuan mengikat logam (Syah, 2006). Flavonol utama yang ada di dalam daun teh hijau adalah myricetin, quersetin, dan

  kaempferol . Jumlah flavonol dalam teh hijau sebesar 2-3 %. Flavonol ini,

  terutama terdapat dalam bentuk glikosidanya (berikatan dengan molekul gula) dan sedikit dalam bentuk aglikonnya (Hartoyo, 2003). R 2 O H

  H O O R 1 R 3 O H O

  myricetin : R = R = R = OH

  1

  2

  3

  quersetin : R = R = OH, R = H

  1

  2

  3

  kaempferol : R = OH, R = R = H

  1

  2

  3

5. Syarat tumbuh

  Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah keadaan iklim (curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari, kelembaban) dan tanah.

  a. Curah hujan : curah hujan tahunan yang diperlukan adalah 2.000 mm- 2.500 mm, dengan jumlah hujan pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm.

  o o

  b. Suhu udara : suhu udara yang baik berkisar antara 13 C-25

  C, yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dengan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70 %.

  c. Tinggi tempat : umumnya tanaman teh ditanam pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian antara 400 m-1200 m dari permukaan laut (dpl).

  d. Sinar matahari : makin banyak sinar matahari, pertumbuhan tanaman teh hijau makin cepat, sepanjang curah hujan mencukupi. Sinar matahari mempengaruhi pula suhu udara, makin banyak sinar matahari, suhu udara makin

  o

  tinggi. Apabila suhu mencapai 30

  C, maka pertumbuhan tanaman teh akan terhambat. Fungsi pohon pelindung di daerah dataran rendah adalah mengurangi intensitas sinar matahari, sehingga suhu tidak meningkat terlalu tinggi. Sebaliknya dalam bulan-bulan basah, kurangnya sinar matahari akan menghambat proses metabolisme, sehingga mempengaruhi mutu pucuk dan pertumbuhan tanaman teh. e. Kelembaban : tanaman teh menghendaki kelembaban relatif yang cukup tinggi.

  f. Tanah : tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, memiliki derajad keasaman (pH) antara 4,5-6,0 (Setyamidjaja, 2000).

6. Khasiat teh hijau

  Teh hijau memiliki khasiat yang sangat berpengaruh bagi kesehatan manusia, diantaranya antioksidan, mempertahankan berat tubuh ideal, mereduksi kolesterol, menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein), meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein), mengurangi kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, mengurangi stres, antitrombosis, dan antikanker (Hartoyo, 2003).

B. Pembuatan Simpisia

  Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral (Anonim, 1985).

  Pembuatan simplisia secara umum :

1. Bahan baku

  Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar umumnya kurang baik untuk dijadikan sumber simplisia jika

  2. Dasar pembuatan

  a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang dilakukan dengan waktu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya.

  b. Simplisia dibuat dengan proses fermentasi Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.

  c. Simplisia dibuat dengan proses khusus Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati, pengeringan sari air, dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.

  d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air Pati, talk, dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air.

  Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen, logam berat, dan lain-lain (Anonim, 1985).

  3. Tahapan pembuatan Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut. a. Pengumpulan bahan baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.

  b. Sortasi basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari simplisia. Misalnya, pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainnya yang harus dibuang.

  c. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.

  d. Perajangan Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.

  Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan.

  e. Pengeringan Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mutu atau perusakan simplisia. Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu

  30 C-90

  C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60

  C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30 C-45 C.

  f. Sortasi kering Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi ialah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan.

  g. Pengepakan dan penyimpanan Simplisia dapat rusak atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain :

  1) Cahaya Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerasi, polimerasi, raseminasi, dan sebagainya.

  2) Oksigen Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara yang terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya yang semula berbentuk cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir, dan sebagainya.

  3) Reaksi kimia intern Perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya enzim, polimerasi, oto-oksidasi, dan sebagainya.

  4) Dehidrasi Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia maka simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga semakin lama semakin kecil atau kisut.

  5) Penyerapan air Simplisia yang higroskopis, misalnya agar-agar, bila disimpan dalam wadah yang terbuka akan menyerap langsung udara sehingga menjadi kempal, basah atau mencair (lumer).

  6) Pengotoran Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah), dan fragmen wadah (karung goni).

  7) Serangga Serangga dapat menimbulkan kerusakan dan pengotor pada simplisia, baik bentuk ulatnya, maupun bentuk dewasanya. Pengotor tidak hanya berupa kotoran serangga (Anonim, 1985).

C. Ekstrak

  1. Definisi ekstrak

  Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi standar baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000).

  2. Pengelompokan ekstrak

  Berdasarkan sifat-sifatnya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi : (a) Ekstrak cair (extractum fluidum) adalah ekstrak yang memiliki konsistensi cair dan mudah dituang.

  (b) Ekstrak encer (extractum tenue) adalah ekstrak yang memiliki konsistensi madu dan mudah dituang.

  (c) Ekstrak kental (extractum spissum) adalah ekstrak yang memiliki konsistensi liat dalam keadaan dingin, tidak dapat dituang dengan kandungan air mencapai 30%.

  (d) Ekstrak kering (extractum siccum) adalah ekstrak yang memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak lebih dari 5% (Voight, 1994).

  3. Metode ekstraksi

  Penyarian (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari, karbohidrat, protein, dan lain-lain (Anonim, 1986). Proses penyarian (ekstraksi) secara umum dapat dibedakan menjadi maserasi, infundasi, perkolasi, destilasi uap, dan sering terdapat modifikasi.

  a. Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia atau bahan dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

  Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mangandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol. Keuntungan dengan cara penyarian ini adalah peralatan yang digunakan sederhana dan cara pengerjaannya mudah dilakukan.

  b. Perkolasi Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Serbuk simplisia yang akan diperkolasi dibasahi terlebih dahulu dengan cairan penyari kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam alat perkolasi (perkolator) penyari dialirkan hingga di atas permukaan massa masih terdapat lapisan cairan penyari. Setelah 24 jam, keran dibuka dan diatur hingga kecepatan penetesan adalah 1,0 ml per menit. Akhir proses perkolasi ditentukan dengan pemeriksaan secara kualitatif pada perkolat terakhir.

  c. Infundasi Infundasi merupakan proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari kandungan kimia yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam karena penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Infundasi dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air

  o pada suhu 90 C selama 15 menit.

  d. Penyari berkesinambungan Proses ini merupakan gabungan antara proses untuk menghasilkan ekstrak cair dan proses penguapan. Pada penyarian ini, cairan penyari dipanaskan hingga mendidih, kemudian uap penyari akan naik ke atas kemudian akan mengembun karena didinginkan oleh pendingin balik. Embun akan turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktif serbuk simplisia (Anonim, 1986).

4. Penguapan Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah suhu, waktu, kelembaban, cara penguapan, dan konsentrasi. Kecepatan terbentuknya uap tergantung atas terjadinya difusi uap melalui lapisan batas di atas cairan yang bersangkutan, kecepatan penguapan tergantung pada kecepatan pemindahan panas (Anonim, 1986).

  Pengentalan dapat dilakukan melalui penguapan dengan alat

  Vacuum Rotary Evaporator di mana ekstrak cair dapat diubah menjadi bentuk

  ekstrak kental, yang konsistensinya liat dan kandungan air yang lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak cair (Voigt, 1994).

  Pada Vacuum Rotary Evaporator, putaran labu dalam sebuah pemanas pada temperatur dan kecepatan putar tertentu, cairan yang terkandung dalam ekstrak akan diuapkan. Melalui pengaturan dalamnya pencelupan ke dalam penangas air, suhu penangas, hampa udara, dan suhu pendingin maka kondisi optimal dapat terpenuhi sehingga proses pengentalan ekstrak dapat berlangsung cepat dan dalam temperatur yang tidak terlalu tinggi (Voigt, 1994).

D. Standarisasi

  Standarisasi, yaitu suatu proses pemenuhan persyaratan sebagai bahan baku agar dapat digunakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pada proses standarisasi dilakukan pengukuran parameter untuk mendapatkan mutu yang seragam dan terulang (Anonim, 2000).

  Tujuan proses standarisasi adalah menjaga kontinuitas dari produk obat tradisional yang dihasilkan, sehingga kontinuitas khasiat obat tersebut juga akan terjaga (Anonim, 2000).

  Langkah-langkah dalam proses standarisasi adalah :

  1. Pembakuan simplisia

  Pembakuan simplisia merupakan titik awal yang penting bagi pembakuan obat tradisional secara keseluruhan karena obat tradisional yang bermutu hanya akan dapat diperoleh bila simplisia yang menjadi bahan bakunya juga bermutu. Agar simplisia yang digunakan mempunyai mutu standar, industri obat tradisional disarankan dan didorong untuk melakukan budidaya dan mengembangkan sendiri tanaman sumber simplisia spesifikasi masing-masing industri dengan mutu standar yang relatif homogen (Anonim, 2000).

  2. Pembakuan ekstrak

  Pembakuan ekstrak sebagai bahan baku obat tradisional juga penting dilakukan untuk menghasilkan produk obat tradisional yang bermutu (Anonim, 2000).

  Pada pembakuan ekstrak sebagai bahan dasar sediaan obat tradisional dilakukan dengan berpedoman pada Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat (Anonim, 2000).

  Penentuan parameter standar yang dapat dilakukan antara lain :

  a. Parameter kadar air Tujuan penetapan kadar air adalah untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air di dalam bahan atau ekstrak yang digunakan sebagai bahan baku sediaan obat. Prinsipnya adalah pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan atau ekstrak. Penentuan parameter kadar air ini dapat dilakukan dengan cara yang tepat sesuai dengan kondisi ekstrak. Beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu titrasi, destilasi atau gravimetri (Anonim, 2000).

Dokumen yang terkait

EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN SENGGANI (Melastoma polyanthum Bl.) PADA MENCIT PUTIH BETINA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 143

EFEK ANTI-INFLAMASI EKSTRAK PETROLEUM ETER DAUN SENGGANI (Melastoma polyanthum Bl.) PADA MENCIT PUTIH BETINA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 130

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

0 0 105

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 83

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

0 0 191

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 115

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL MENGGUNAKAN PEREAKSI o-FENANTROLINA PADA PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM SIMULASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 73

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si.) Program Studi Ilmu Komputer

0 0 174

PENETAPAN KADAR LIDOKAIN HCl DALAM SEDIAAN INJEKSI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM TIDAK LANGSUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 86

PERBANDINGAN DAYA ANTIOKSIDAN INFUSA TEH HIJAU (Camellia sinensis L. ) DARI DAERAH WONOSOBO DAN DAERAH KARANGANYAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEOKSIRIBOSA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program

0 0 116