ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN KREDIT PADA PT. PEGADAIAN (Persero) CABANG GARUT SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang pada Program Studi Strata Satu (S1) Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Garut

Disusun oleh :

Nama : Harni Rustini NPM : 2402210124

UNIVERSITAS GARUT FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN KREDIT PADA PT. PEGADAIAN (Persero) CABANG GARUT

Disusun oleh :

Nama : Harni Rustini NPM : 2402210124

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Wahyuningsih, SE., M.Si Yaman Suryaman, SE., M.Si

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi S1 Universitas Garut

Akuntansi

H. M. Joesoef Adnan, SE., M.Si

H.D. Kasmat Djuanta, SE., M.Si, Ak

Motto

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap ”.

(Q.S Alam Nasyrah 6-8)

Janganlah engkau menghitung kebaikan yang telah engkau lakukan Tetapi hitunglah beberapa perbuatan yang buruk yang telah engkau kerjakan di muka bumi ini, orang yang bijak adalah orang yang selalu berusaha untuk memperbaiki dirinya dan tidak pernah ada kata untuk menyalahkan orang lain Walaupun sebenarnya orang itu salah

“Tanpa Melupakan-Mu ya Allah, sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk memenuhi harapan papah dan mamah, adik-adikku serta orang yang paling kusayangi semoga langkah ini lebih berarti , Amin……”

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya Tulis saya, skripsi dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian

Intern Kredit Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut”, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Garut maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Garut, Juli 2014 Yang Membuat Pernyataan,

Harni Rustini NPM: 2402210124

ABSTRAK

PT. Pegadaian (Persero) merupakan salah satu lembaga formal di Indonesia yang berdasarkan hukum diperbolehkan melakukan pembiayaan dengan bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem pengendalian intern kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Proses pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter, dengan sumber data primer yang diperoleh langsung dari perusahaan. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap sistem pengendalian intern kredit yang meliputi struktur organisasi, sistem wewenang dan prosedur pencatatan, praktik yang sehat serta karyawan yang berkualitas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut dapat dikatakan cukup baik. Akan tetapi, masih adanya beberapa kelemahan seperti rangkap jabatan antara fungsi operasi dan fungsi akuntansi serta masih menerima karyawan baru yang tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

ABSTRACT

PT. Pegadaian (Persero) is one of the legal formal agencies in Indonesia which in permitted to giving funding in the form of credit distribution based on pawning law. The purpose of this study is to investigate the implementation of the internal control system credit of the PT. Pegadaian (Persero) Garut.

The method used in this research is descriptive method. The process of collecting data using the interviews and documentation. The type of data used is documentary data, with the primary data source is obtained directly from the company. Technique data processing used are reducing data, display data and verification.

Based on the results of a research of the internal control system credits that includes organizational structure, authority system and recording procedures, practices a healthy and qualified employees can be concluded that the internal control system at PT. Pegadaian (Persero) Garut can be quite good. However, there still exists some disadvantages such as the double post between the function operation and the accounting function and still hiring new employees who are not in accordance with the regulations set.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian

Intern Kredit Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk menyelesaikan studi program Strata Satu (S1) Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Garut.

Penulis pada kesempatan ini sepatutnya menyampaikan banyak rasa terimakasih serta penghargaan setinggi-tingginya pada berbagai pihak yang telah membantu, membimbing maupun memberikan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapkan terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi- tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak H.M. Joesoef Adnan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Garut.

2. Bapak H.D. Kasmat Djuanta, SE., M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Garut.

3. Ibu Wahyuningsih, SE., M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan ilmu, arahan, bimbingan dan koreksi serta motivasi yang sangat berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Yaman Suryaman, SE., M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan ilmu, arahan, bimbingan dan koreksi serta motivasi yang sangat berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Garut yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Seluruh staf administrasi, staf perpstakaan dan seluruh karyawan Universitas Garut yang telah membantu penulis selama berada di Fakultas Ekonomi Universitas Garut.

7. Bapak Hartono selaku pimpinan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut, serta seluruh karyawan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut, terimakasih telah meluangkan waktunya dan untuk keterangan yang berharga bagi peneliti.

8. Teman-teman terbaikku Siti Aisyah, Citra Zulistiya, Yayang Mayangsari, Siti Nurjanah, Siti Suminar, Irma Agustina Saputra, Ririn Revitasari, Annisa Nur Muslimah dan Wulan Nur Aprilia yang telah banyak membantu penulis sampai selesainya skripsi ini.

9. Teman-teman angkatan 2010 program studi Strata Satu (S1) Akuntansi kelas

C yang selalu memberikan keceriaan selama menjalani perkuliahan, serta teman-teman program studi Strata Satu (S1) Akuntansi yang lainnya yang telah membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

Teristimewa penulis ucapkan untuk ayahanda (Dede Sutisna) dan ibunda (Emma Martini) yang sangat penulis sayangi, cintai dan hormati yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta selalu memberikan doa, Teristimewa penulis ucapkan untuk ayahanda (Dede Sutisna) dan ibunda (Emma Martini) yang sangat penulis sayangi, cintai dan hormati yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta selalu memberikan doa,

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Tidak lupa penulis pun meminta maaf kepada semua pihak jika dalam penyusunan skripsi ini ada kata- kata yang kurang berkenan. Hal ini disebabkan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan. Maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan lapang dada, demi penyempurnaan lebih lanjut.

Semoga Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah membantu penulis, dengan pahala yang berlipat ganda. Amin ya Robal Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Garut, Juli 2014 Penulis

Harni Rustini

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ................................................................................... 87

5.2 Saran ........................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut ... 45 Gambar 3.2 Tahapan Penelitian .................................................................. 57 Gambar 4.1

Flow Chart Prosedur Pemberian Kredit Gadai ....................... 66 Gambar 4.2

Flow Chart Prosedur Pengembalian atau Pelunasan Kredit Gadai ........................................................................................ 70

Gambar 4.3 Flow Chart Prosedur Lelang ................................................... 80

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 40 Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ........................................................... 52 Tabel 4.1 Daftar Uang Pinjaman, Tarif sewa Modal Berdasarkan Golongan

Kredit ........................................................................................... 61 Tabel 4.2 Pengelompokan dan Spesifikasi Barang Jaminan Berdasarkan Jenis Barang Jaminan .................................................................. 62

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk beroperasi lebih efisien dan terkendali. Tidak mudah bagi perusahaan untuk mengendalikan seluruh kegiatan perusahaan. Pengendalian merupakan tantangan yang semakin serius bagi manajemen karena manajemen dihadapkan pada tuntutan dan tanggungjawab dalam kegiatan operasional perusahaan serta terbatas waktu, maka persoalan yang dihadapi dalam pengendalian menjadi semakin kompleks.

Umumnya suatu perusahaan perlu melakukan pengelolaan dan pengawasan yang memadai terhadap aktivitas yang dilakukannya. Perusahaan berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan sehingga para pengelola akan dihadapkan pada tuntutan terhadap penguasaan pengetahuan, teknologi, keterampilan dan kemampuan manajemen.

Seiring dengan perkembangan skala usaha dalam suatu perusahaan, pemimpin perusahaan tidak mungkin untuk bisa melakukan pengawasan atas semua operasi perusahaan secara langsung atau dengan kata lain pemilik tidak mungkin bisa terlibat langsung dalam operasi perusahaannya. Untuk itu pemimpin perusahaan perlu mendelegasikan wewenangnya kepada manajemen perusahaan dan menajemen meneruskan kembali wewenang tersebut. Dengan demikian diperlukan adanya suatu sistem yang memadai yang dapat dijadikan sebagai alat Seiring dengan perkembangan skala usaha dalam suatu perusahaan, pemimpin perusahaan tidak mungkin untuk bisa melakukan pengawasan atas semua operasi perusahaan secara langsung atau dengan kata lain pemilik tidak mungkin bisa terlibat langsung dalam operasi perusahaannya. Untuk itu pemimpin perusahaan perlu mendelegasikan wewenangnya kepada manajemen perusahaan dan menajemen meneruskan kembali wewenang tersebut. Dengan demikian diperlukan adanya suatu sistem yang memadai yang dapat dijadikan sebagai alat

Sistem pengendalian intern merupakan suatu sistem yang meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan yang terkoordinasi dengan tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan dari penyimpangan maupun penyelewengan yang dilakukan oleh pihak didalam maupun diluar perusahaan. Dengan adanya sistem pengendalian intern ini tidak dimaksudkan bahwa penyimpangan dan penyelewengan sama sekali tidak akan terjadi. Akan tetapi diharapkan dapat menekan terjadinya penyimpangan dan penyelewengan dalam batas-batas yang layak sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan yang tepat oleh pihak manajemen perusahaan.

Kredit tidak hanya diberikan oleh kalangan perbankan saja, lembaga keuangan non-bank pun dapat mengadakan atau melakukan transaksi kredit, seperti koperasi simpan pinjam, perusahaan anjak piutang dan pegadaian. Fungsi dari kredit antara lain membantu usaha masyarakat yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun untuk modal kerja.

Agar memperoleh keuntungan dari usaha kredit, tentu perusahaan tersebut harus menjalankan fungsi dan kegiatan operasional kreditnya dengan baik, sehingga usaha kredit tidak mengalami kerugian maupun risiko yang tinggi atau dengan kata lain dapat memperoleh keuntungan seperti yang ditargetkan. Berkenaan dengan masalah tersebut maka perusahaan memerlukan suatu sistem pengendalian intern yang disebut dengan sistem pengendalian intern kredit. Sistem pengendalian intern kredit merupakan hal yang penting karena jika Agar memperoleh keuntungan dari usaha kredit, tentu perusahaan tersebut harus menjalankan fungsi dan kegiatan operasional kreditnya dengan baik, sehingga usaha kredit tidak mengalami kerugian maupun risiko yang tinggi atau dengan kata lain dapat memperoleh keuntungan seperti yang ditargetkan. Berkenaan dengan masalah tersebut maka perusahaan memerlukan suatu sistem pengendalian intern yang disebut dengan sistem pengendalian intern kredit. Sistem pengendalian intern kredit merupakan hal yang penting karena jika

Disamping risiko tinggi, adanya tingkat persaingan antar perusahaan yang menyebabkan perusahaan perlu menetapkan suatu pengendalian intern kredit yang memadai dalam organisasi perkreditannya, yang diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan dalam pengendalian dana yang disalurkan kepada nasabah. Sistem pengendalian intern kredit ini meliputi aktivitas persiapan menentukan layak tidaknya suatu pemberian kredit.

Salah satu lembaga keuangan non-bank yang menyediakan fasilitas kredit dengan jaminan tertentu yaitu PT. Pegadaian (Persero). Perusahaan ini merupakan badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana kepada masyarakat atas dasar hukum gadai seperti yang dimaksudkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150.

Salah satu faktor yang dapat mendukung atau menunjang terlaksananya sistem pengendalian intern yang baik menurut Mulyadi (2010:164) adalah memiliki struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas, akan tetapi pada PT. Pegadaian (Persero) terdapat rangkap jabatan. Rangkap jabatan ini terjadi antara kasir yang merangkap sebagai bagian administrasi/ tata usaha yang seharusnya menurut Pedoman Operasional Kantor Cabang dilaksanakan oleh orang yang berbeda karena berbeda tugas.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN KREDIT PADA PT. PEGADAIAN (Persero) CABANG GARUT”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh penulis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang G arut” .

1.3 Tujuan Penelitian

Mengingat pentingnya sistem pengendalian intern kredit dan prospek PT. Pegadaian (Persero) dimasa yang akan datang, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisa Sistem Pengendalian Intern Kredit Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini, penulis mengharapkan bahwa hasilnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, yang dibagi menjadi dua kegunaan yaitu sebagai berikut:

1. Kegunaan Praktis

a. Diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi manajemen perusahaan sebagai bahan masukan guna untuk a. Diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi manajemen perusahaan sebagai bahan masukan guna untuk

b. Diharapkan dapat menjadi masukan sebagai bahan pertimbangan meningkatkan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.

2. Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman khusus dalam menganalisa Sistem Pengendalian Intern Kredit.

b. Dengan penelitian ini mudah-mudahan bermanfaat sebagai bahan referensi penulisan karya ilmiah dan penelitian lebih lanjut dalam topik yang serupa.

1.5 Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi obyek penelitian dibatasi hanya pada Sistem Pengendalian Intern Kredit untuk produk Kredit Cepat Aman (KCA) pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut.

1.6 Kerangka Pemikiran

Salah satu cara untuk melindungi kekayaan perusahaan baik pihak manajemen atau pemimpin perlu mengadakan suatu sistem pengendalian intern. Demikian pula halnya dengan PT. Pegadaian (Persero) yang fungsi operasinya dilaksanakan oleh kantor-kantor cabangnya, memerlukan suatu sistem pengendalian intern.

Sebagaimana pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA (American Institute of Certifield Public Accountant) yang dikutip Mardi (2011:59) adalah sebagai berikut:

Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

Menurut Mulyadi (2010:163) sistem pengendalian intern itu sendiri adalah: Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Definisi sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian pengertian pengendalian intern tersebut di atas berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan maupun dengan komputer.

Tujuan dari sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2010:163) adalah sebagai berikut:

1. Menjaga kekayaan organisasi,

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

3. Mendorong efisiensi, dan

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Supaya tujuan utama dari sistem pengendalian intern tersebut dapat dicapai, maka diperlukan adanya unsur-unsur yang mendukung atau menunjang terlaksananya sistem pengendalian intern yang baik.

Menurut Mulyadi (2010:164) unsur-unsur sistem pengendalian intern meliputi:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya.

Disisi lain menurut La Midjan dan Azhar (2001:60-63) unsur-unsur dari sistem pengendalian intern terdiri dari:

1. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi ( Segregation of F unction ) dan pekerjaan yang tepat

2. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan

3. Unsur pelaksana yang wajar (praktek yang sehat)

4. Unsur kualitas pegawai

5. Adanya suatu bagian pengawas intern ( Internal Auditing )

Pengertian kredit menurut Undang-undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dikutip oleh Kasmir (2011:96) adalah sebagai berikut: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

Disisi lain menurut Teguh (2001:9) pengertian kredit adalah “Kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.

Pengendalian intern kredit mutlak harus dilaksanakan untuk menghindari terjadinya kredit macet dan penyelesaian kredit macet. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan kredit yang baik yaitu dalam bentuk kebijakaan kredit yang mengandung unsur pengendalian intern kredit, agar dana yang terdapat pada debitur dapat tertagih tepat waktu sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Menurut Mulyadi (2010:165) dalam suatu pengendalian harus adanya pembagian tanggungjawab fungsional dalam organisasi yang harus di dasarkan pada prinsip- prinip: “Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggungjawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.”

Suatu pemberian kredit harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan aturan yang ditetapkan perusahaan. Maka menurut Rachmat dan Maya (2009:4) “Seandainya kredit kurang dikelola dengan baik maka akan banyak kredit bermasalah ( Non Performing Loans ) dan seandainya kredit dikelola dengan baik maka kredit bermasalah jumlahnya sedikit sekali”.

Suhardjono (2003:100) menyatakan bahwa agar penyaluran kredit kepada debitur tetap lancar dan produktif maka sekurang-kurangnya harus memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai berikut:

1. Organisasi intern kredit Organisasi merupakan salah satu unsur sistem pengendalian intern dimana didalamnya terdapat gambaran yang mencerminkan kerangka pembagian tugas dari masing-masing bagian serta keseluruhan dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

2. Prosedur pemberian dan pengembalian kredit Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, suatu lembaga atau organisasi dituntut untuk melaksanakan prosedur pemberian dan pengembalian kredit secara tepat sehingga tidak menimbulkan permasalahan.

3. Dokumen dan catatan kredit Dokumen dan catatan akuntansi merupakan obyek fisik untuk membawa data (dokumen sumber) ataupun membukukan setiap transaksi, diikhtisarkan dan dilaporkan. Dokumen dan catatan akuntansi untuk pencatatan setiap transaksi merupakan unsur penting dari sistem, namun biasanya dokumen yang tidak memadai dapat menyebabkan timbulnya masalah pengendalian yang lebih besar.

4. Pengawasan kredit Pengawasan kredit diperlukan sebagai upaya peringatan dini ( early warning ) yang mampu mengantisipasi tanda-tanda penyimpangan dari syarat-syarat 4. Pengawasan kredit Pengawasan kredit diperlukan sebagai upaya peringatan dini ( early warning ) yang mampu mengantisipasi tanda-tanda penyimpangan dari syarat-syarat

5. Penyelamatan kredit bermasalah Dalam kebijakan perkreditan suatu lembaga, setiap lembaga atau organisasi harus mengatur dan mencantumkan tata cara penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah.

Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat bergantung kepada manusia yang yang melaksanakannya. Mulyadi (20 10:170) menyebutkan bahwa “Mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian yang paling penting. Oleh karena itu, organisasi harus dijalankan oleh orang yang berkualitas, jujur, memiliki integritas dan tanggungjawab yang tinggi agar mampu mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi dan membant u tercapainya tujuan organisasi”.

Menurut Mulyadi (2010:165) Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya dapat dilakukan dengan cara “Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya dan pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya ”.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Umum Sistem Pengendalian Intern

2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Awal perkembangannya istilah sistem pengendalian intern dimulai dari istilah internal cek, yang kemudian sejak tahun 1949 berubah menjadi sistem pengendalian intern. Pada dasarnya sistem pengendalian intern telah dikembangkan secara alamiah melalui pengalaman atau trial and error, dan secara naluriah banyak ditemukan pada para pengusaha tradisional yang berusaha mengembangkan sistem pengendalian intern dalam mengamankan hartanya, disamping berkembang secara ilmiah sistem pengendalian intern juga berkembang sesuai kebutuhan.

Pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA ( American Institute of Certifield Public Accountant ) yang dikutip Mardi (2011:59) adalah sebagai berikut: Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi dan segala cara

serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

Disisi lain pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA ( American Institute of Certifield Public Accountant ) yang dikutip oleh La Midjan dan Azhar (2001:58) diartikan sebagai berikut:

Meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi serta mendorong ketaatan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh pemimpin perusahaan.

Sistem Pengendalian Intern menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf (2003:258) adalah “Sistem Pengendalian Intern yang

terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran yang penting bagi suatu usaha dapat dicapai”.

Menurut Mulyadi (2010:163) sistem pengendalian intern itu sendiri adalah: Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, metode dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Berdasarkan definisi diatas terdapat beberapa konsep dasar tentang sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu, dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi perusahaan yang diharapkan dapat menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

2.1.2 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

Unsur-unsur yang mendukung atau menunjang terlaksananya sistem pengendalian intern yang baik menurut Mulyadi (2010:164) adalah sebagai berikut:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan kerangka ( Framework ) pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan

perusahaan. Pembagian tanggungjawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip- prinsip sebagai berikut:

kegiatan-kegiatan

pokok

a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi.

b. Suatu fungsi tidak boleh diberitanggungjawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

Pemisahan fungsi akuntansi dari fungsi-fungsi operasi dan fungsi penyimpanan, catatan akauntansi yang diselenggarakan dapat mencerminkan transaksi sesungguhnya yang dilaksanakan oleh unit organisasi yang memegang fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Dengan demikian dalam pelaksanaan suatu transaksi dapat terdapat internal check di antara unit organisasi pelaksana.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

Setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dan pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut oleh karena itu, dalam organisasi hanya dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi dalam organisasi. Salah satu media yang digunakan untuk merekam penggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi dalam organisasi adalah formulir, oleh karenanya penggunaan formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya ( reliability) yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang diteliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Pembagian tanggungjawab dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh orang yang berwenang.

b. Pemeriksaan mendadak ( surprised audit ).

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain.

d. Perputaran jabatan ( job rotation )

e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.

f. Secara periodik diadakan pencatatan fisik kekayaan dengan catatannya.

g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya. Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat bergantung kepada manusia yang yang melaksanakannya. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara berikut ini dapat ditempuh:

a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.

b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.

2.1.3 Tujuan dan Fungsi Sistem Pengendalian Intern

2.1.3.1 Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Tujuan dari sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2010:163) adalah sebagai berikut:

1. Menjaga kekayaan organisasi,

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

3. Mendorong efisiensi, dan

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Mulya di (2010:163) menyatakan bahwa “Tujuan dari sistem pengendalian intern tersebut dapat dibagi menjadi dua macam: pengendalian intern akuntansi ( Internal Accounting Control ) dan pengendalin intern administratif ( Internal Administrative Control ) ”. Selanjutnya dikemukakan bahwa pengendalian intern akuntansi yang merupakan bagian dari sistem pengendalian intern, yang meliputi struktur organisasi, metode yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

2.1.3.2 Fungsi Sistem Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern memiliki fungsi seperti yang diungkapkan oleh Romney dan Steinbart yang diterjemahkan oleh Deni dan Dewi (2006:229) terdiri dari tiga fungsi yakni:

1. Pengendalian untuk pencegahan ( preventive control ) mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul. Mempekerjakan personel akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan tugas 1. Pengendalian untuk pencegahan ( preventive control ) mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul. Mempekerjakan personel akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan tugas

2. Pengendalian untuk pemeriksaan ( detective control ) dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul. Contohnya pemeriksaan salinan atas perhitungan dengan mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan.

3. Pengendalian korektif ( corrective control ) memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan dan mengubah sistem agar masalah dimasa yang akan datang dapat diminimalisasikan atau dihilangkan. Contohnya dengan pemeliharaan salinan ( backup copies ) atas transaksi dan file utama, dan mengikuti prosedur untuk memperbaiki kesalahan memasukan data, seperti juga kesalahan dalam menyerahkan kembali transaksi untuk proses lebih lanjut.

2.1.4 Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern

Keterbatasan yang terdapat dalam sistem pengendalian internal dapat mengakibatkan tujuan dari pengendalian internal tidak akan tercapai. Keterbatasan-keterbatasan tersebut menurut Menurut Azhar (2008:110) hal-hal yang dapat memperlemah pengendalian intern adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan ( Error ) Kesalahan muncul ketika karyawan melakukan pertimbangan yang salah atau perhatiannya selama bekerja terpecah.

2. Kolusi ( Collusion ) Kolusi terjadi ketika dua atau lebih karyawan berkonspirasi untuk melakukan pencurian (korupsi) ditempat mereka bekerja.

3. Penyimpangan Manajemen Karena manajer suatu organisasi memiliki lebih banyak otoritas dibandingkan karyawan biasa, proses pengendalian efektif pada tingkat manajemen bawah dan tidak efektif pada tingkat atas.

4. Manfaat dan Biaya Konsep jaminan yang meyakinkan atau masuk akal akan mengandung arti bahwa biaya pengendalian intern tidak melebihi manfaat yang dihasilkannya. Pengendalian yang masuk akal adalah pengendalian yang memberikan manfaat lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkannya untuk melakukan pengendalian tersebut.

La Mid jan dan Azhar (2001:68) mengungkapkan “Betapa baiknya sistem pengendalian intern yang dihasilkan oleh sistem akuntansi yang telah disusun dengan baik, pada pelaksanaannya tidak akan berjalan baik apabila tidak didukung oleh pegawai yang berkualitas dan mem adai”. Sebagai akibat kelemahan faktor pegawai ini maka dapat memperlemah sistem pengendalian intern.

2.2 Konsep Umum Perkreditan

2.2.1 Pengertian Kredit

Menurut Veitzal (2007:438) “Istilah kredit, berasal dari perkataan lain Credo yang berarti

I Believe, I Trust , saya percaya atau saya menaruh kepercayaan”. Kredit menurut Rachmat dan Maya (2009:1) yaitu “Suatu kepercayaan

dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu”.

Pengertian kredit menurut Undang-undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dikutip oleh Kasmir (2011:96) adalah sebagai berikut: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Sedangkan menurut Teguh (2001:9) kredi t adalah “Kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.

2.2.2 Jenis-jenis Kredit

Jenis atau macam-macam kredit dilihat dari berbagai aspek tujuannya sangatlah banyak dan bervariasi. Rachmat dan Maya (2009:10) menyebutkan bahwa kredit yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:

1. Kredit menurut tujuan penggunaannya:

a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau jasa-jasa.

b. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif.

2. Kredit ditinjau dari segi materi yang dialih haknya:

a. Kredit dalam bentuk uang ( money credit ), yaitu kredit yang diberikan dalam bentuk uang dan pengembaliannya pun dalam bentuk uang juga.

b. Kredit dalam bentuk bukan uang ( non-money credit ), yaitu kredit berbentuk benda-benda atau jasa yang biasanya diberikan oleh perusahaan-perusahaan dagang, dan sebagainya.

3. Kredit yang ditinjau dari penguangannya (tunai atau tidak tunai):

a. Kredit tunai ( cash credit ), yaitu kredit yang penggunaannya dilakukan tunai atau dengan jalan pemindah-bukuan ke dalam rekening debitur atau yang ditunjuk olehnya pada saat perjanjian ditanda tangani.

b. Kredit bukan tunai ( non-cash credit ), yaitu kredit yang tidak dibayarkan langsung pada saat perjanjjian ditanda tangani, melaikan diperlukan adanya tenggang waktu tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan.

4. Kredit menurut jangka waktunya:

a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu minimal satu tahun.

b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu tahun sampai dengan tiga tahun.

c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

5. Kredit menurut cara penarikan dan pembayaran kembali:

a. Kredit sekaligus ( aflopend credit ), yaitu kredit yang cara penarikannya atau penyediaan dananya dilakukan sekaligus, baik secara tunai maupun melalui pemindah-bukuan ke dalam rekening debitur.

b. Kredir rekening Koran (kredit R/K), yaitu kredit yang penyediaan dananya dilakukan dengan jalan pemindah-bukuan, ke dalam rekening koran/ rekening giro atas nama debitur, sedangkan penarikannya dilakukan dengan cek, bilyet giro atau surat pemindah-bukuan lainnya.

c. Kredit bertahap, yaitu kredit yang penarikan atau penyediaannya dilaksanakan secara bertahap.

d. Kredit berulang ( revolving credit ), yaitu kredit yang setelah satu transaksi selesai dapat digunakan untuk transaksi berikutnya dalam batas maksimum dan jangka waktu tertentu.

e. Kredit per-transaksi ( selfiquiditing credit ), yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai suatu transaksi dan hasil transaksi tersebut merupakan sumber pelunasan kredit.

6. Kredit menurut sektor ekonominya:

a. Kredit untuk sektor pertanian, yaitu kredit dengan tujuan produktif dalam rangka meningkatkan hasil di sektor pertanian, baik berupa kredit investasi maupun modal kerja.

b. Kredit untuk sektor pertambangan, yaitu kredit untuk membiayai usaha- usaha penggalian dan pengumpulan bahan-bahan tambang.

c. Kredit sektor perindustrian/ manufacturing , yaitu kredit yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan mengubah bentuk, meningkatkan faedah dalam bentuk pengolahan-pengolahan baik secara mekanik maupun secara kimiawi dari suatu bahan menjadi barang baru.

d. Kredit untuk sektor listrik, gas dan air, yaitu kredit yang diberikan untuk pembiayaan usaha-usaha pengadaan dan distribusi listrik, gas dan air, baik untuk rumah tangga, untuk industri maupun tujuan komersil.

e. Kredit untuk sektor konstruksi, yaitu kredit yang diberikan kepada para kontraktor untuk keperluan pembangunan dan perbaikan gedung, rumah, pasar, jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan, lapangan udara, proyek irigasi, jembatan dan sebagainya.

f. Kredit untuk sektor perdagangan, restoran dan hotel, yaitu kredit untuk membiayai usaha-usaha perdagangan.

g. Kredit untuk sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi, yaitu kredit baik investasi maupun modal kerja untuk tujuan pengangkutan umum.

h. Kredit untuk sektor jasa-jasa dunia usaha, yaitu ktedit yang diberikan untuk pembiayaan sektor-sektor real estate , profesi/ advokat / pengacara, notaris, akuntan, insinyur, leasing company dan sebagainya.

i. Kredit jasa-jasa sektor jasa-jasa masyarakat, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan-kegiatan di bidang kesenian dan kebudayaan. j. Kredit untuk sektor-sektor lain, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai sektor-sektor yang tidak termasuk ke dalam butir a-i.

7. Kredit dilihat dari jaminan atau agunannya:

a. Kredit yang tidak memakai jaminan ( unsecured loan ), yaitu kredit yang diberikan benar-benar atas dasar kepercayaan saja, sehingga tidak ada “pengaman” sama sekali.

b. Kredit dengan memakai jaminan/ agunan ( secured loan ) baik jaminan perorangan ( personal securities ) atau badan maupun jaminan kebendaan

yang besifat “ tangible ” (berwujud).

c. Jaminan kebendaan yang bersifat tidak berwujud ( intangible ).

8. Kredit menurut organisasi pemberinya:

a. Kredit yang terorganisasi ( organized credit ), yaitu kredit yang diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang telah terorganisir secara baik dan syarat- syarat pendiriannya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

b. Kredit yang tidak terorganisasi ( unorganized credit ), yaitu kredit yang diberikan oleh orang atau sekelompok orang maupun badan yang tidak terorganisir secara resmi.

9. Kredit dilihat dari segi alat pembuktiannya ( instrument credit ):

a. Kredit secara lisan, yaitu kredit yang perjanjiannya dilakukan secara lisan semata-mata.

b. Kredit secara pencatatan, yaitu transaksi kredit dicatat secara pembukuan/ administrasi masing-masing pihak oleh kreditur maupun oleh debitur.

c. Kredit dengan perjanjian tertulis, yaitu hubungan transaksi kredit yang dinyatakan dalam suatu perjanjian tertulis antara pihak kreditur dengan pihak debitur.

10. Kredit menurut sumber dananya:

a. Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat, yaitu pemberian kredit karena adanya kelebihan pendapatan dari segolongan anggota masyarakat yang dikumpulkan dalam bentuk simpanan.

b. Kredit yang dananya berasal dari penciptaan uang baru, yaitu pemberian kredit yang dananya dibiayai oleh penambahan uang terhadap uang yang beredar yang telah ada.

11. Kredit menurut negara pemberiannya;

a. Kredit dalam negeri ( domestic credit ), yaitu kredit yang diberikan oleh kreditur di dalam negeri yang dananya serta pemberi kreditnya berasal dari dalam negeri yang sama.

b. Kredit luar negeri ( foreign credit/ off shore loan ), yaitu kredit yang diberikan oleh pihak asing (baik pemerintah maupun swasta negara lain).

12. Kredit menurut kualitas dan kolektibilitasnya: 12. Kredit menurut kualitas dan kolektibilitasnya:

b. Kredit Dalam Perhatian Khusus (KDPK)

c. Kredit Kurang Lancar (KL)

d. Kredit Diragukan (KD)

e. Kredit Macet (M).

13. Kredit menurut status subyek hukum debiturnya:

a. Kredit untuk golongan penduduk ( resident ), yaitu kredit yang diberikan kepada penduduk Indonesia.

b. Kredit untuk bukan golongan penduduk ( non resident ), yaitu kredit yang diberikan kepada bukan penduduk Indonesia.

14. Kredit yang pemberiannya melebihi suatu bank (kredit sindikasi/ syndication loan ), yaitu kredit yang diberikan secara bersama-sama oleh dua bank atau lebih dengan pembagian risiko dan pendapatan (bunga dan provisi/ komisi) sesuai porsi kepesertaan ( sharing ) masing-masing anggota sindikasi.

15. Kredit menurut ukuran besar kecilnya debitur:

a. Kredit usaha kecil dan menengah (UMKM), yaitu kredit yang diperuntukkan bagi usaha kecil termsuk koperasi.

b. Kredit korporasi, yaitu kredit dengan jumlah besar dan diperuntukkan bagi debitur-debitur korporasi (perusahaan besar).

2.2.3 Unsur-unsur Kredit

Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberi kredit adalah pemberi kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar di Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberi kredit adalah pemberi kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar di

a. Terdapat dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.

b. Terdapat kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas kredit rating penerima kredit.

c. Terdapat persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrument ( Credit Instrument ).

d. Terdapat penerima kredit.

e. Terdapat unsur waktu ( time element ). Unsur waktu merupakan unsur esensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik di lihat dari pemberi kredit maupun di lihat dari penerima kredit. Misalnya, penabung memberikan kredit sekarang untuk konsumsi lebih besar di masa yang akan datang. Produsen memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi.

f. Terdapat unsur risiko ( Degre Of Risk ) baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar ( risk of default ), baik karena kegagalan unsur (pinjam komersial) atau karena ketidak mampuan bayar (pinjam konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak nasabah adalah adanya kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberikan kredit atau tanah yang dijaminkan.

g. Terdapat unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal ( cost of capital ), biaya umum

( overhead cost ), risk premium dan sebagainya. Jika kredit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengan sofety discount.

2.2.4 Tujuan dan Fungsi Kredit

2.2.4.1 Tujuan Kredit

Menurut Viatzal (2007:439) pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dengan kredit, yaitu sebagai berikut:

1. Profitability , yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang di raih dari bunga yang harus dibayar oleh nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan kredit kepada usaha-usaha nasabah yang di yakini mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan ( safety ) dan sekaligus juga unsur keuntungan ( profitability ) dari suatu kredit sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, keuntungan merupakan tujuan dari pemberi kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25