PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung.

(1)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan

OLEH:

IQBAL ARPANNUDIN NIM. 1202183

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)

Oleh Iqbal Arpannudin

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah

Pascasarjana

© Iqbal Arpannudin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA (Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)

Oleh: Iqbal Arpannudin

NIM. 1202183

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing 1

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP.19630820 198803 1 001


(4)

Telah Dilaksanakan Ujian Sidang Tahap I dan Tahap II Pada Tanggal : 13 Juni 2014 dan 7 Juli 2014

Tempat : Gedung SPS UPI

Pembimbing I :

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001

Pembimbing II :

Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Penguji :

Prof. Dr. H. Endang Danial AR, M.Pd NIP. 19500502 197603 1 002 :

Dr. Muhammad Halimi, M.Pd NIP. 19580605 198803 1 001


(5)

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA (Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuwan yang berlaku dalam masyarakat keilmuwan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,

Iqbal Arpannudin NIM. 1202183


(6)

ABSTRAK

Iqbal Arpannudin (1202183) Pengaruh Penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Antikorupsi Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)

Pemberantasan korupsi melalui pendekatan edukatif adalah dengan Pendidikan Antikorupsi (PAk). SMA Negeri 8 Bandung merupakan pilot project Pendidikan Antikorupsi yang senantiasa melaksanakan program ini secara berkesinambungan. Selanjutnya pendekatan edukatif di atas dilakukan dengan alasan bahwa gerakan antikorupsi di Indonesia belum maksimal. Nilai-nilai anti korupsi sejatinya menjadi acuan dalam rangka mendidik agar memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi kehidupannya di masa depan yang jauh dari korupsi. Sikap-sikap antikorupsi seharusnya dapat diterapkan di sekolah secara konsisten dan berkesinambungan. Namun pada kenyataannya sikap-sikap tersebut seringkali diabaikan. Nilai-nilai antikorupsi perlu ditanamkan sejak dini dari mulai lingkungan sekolah. Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi garda terdepan dalam pengembangan pembelajaran nilai-nilai anti korupsi. Good and smart citizen yang melekat pada Pendidikan Kewarganegaraan menjadi modal sekalligus tantangan untuk mewujudkan hal tersebut untuk menciptakan generasi baru yang terdidik dan anti korupsi. Pembelajaran nilai-nilai anti korupsi di sekolah dengan menggunakan media pembelajaran video dengan pendekatan saintifik diharapkan akan tumbuh gairah belajar dan menimbulkan persepsi yang sama mengenai bahaya korupsi, nilai-nilai antikorupsi yang ditanamkan dan perubahan sikap anti korupsi siswa. Penelitian ini menggunakan motode kuasi eksperimen untuk melihat sejauh mana pengaruh penggunaan media video dengan pendekatan saintifik terhadap sikap antikorupsi siswa. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan sikap anti korupsi antara siswa pada kelas

eksperimen yang menggunakan media video dengan kelas ko ntrol dengan pembelajaran konvensional pada pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penggunaan media video dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pedidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berpengaruh signifikan terhadap sikap antikorupsi siswa daripada dengan pendekatan konvensional. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik dapat menjadi penguat proses pendidikan terutama dalam kurikulum 2013 untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap antikorupsi siswa. Kompetensi sikap antikorupsi yang dibentuk melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video ini berkaitan dengan upaya dalam menghadapi kehidupan siswa di masa mendatang yang penuh tantangan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan yang berorientasi pada proses berpikir dan memilih nilai-nilai kehidupan yang baik dengan kritis, analitis dan kreatif untuk menghadapi kehidupan di masyarakat di masa mendatang.


(7)

ABSTRACT

Iqbal Arpannudin (1202183) The influence of Civic Education Media Videos with Scientific Approach Againts Anti-Corrruption Students Attitudes (Quasi Experimental Research on X Class a State Senior High School 8 Bandung)

Combating corruption through educational approach is the Anti Corruption Education (PAK). State Senior High School 8 Bandung is a pilot project Anti Corruption Education that always execute the program on an ongoing basis. Furthermore educative approach is conducted on the grounds that the anti-corruption movement in Indonesia is not maximized. Anti-anti-corruption values actually become a reference in order to educate in order to have a strong character in the face of life in the distant future of corruption. Anti-corruption attitudes should be applied in a consistent and continuous school. But in fact these attitudes are often ignored. Anti-corruption values need to be inculcated early on the start of the school environment. Citizenship education should be on the forefront in the development of learning anti-corruption values. Good and smart citizen inherent in Citizenship Education into capital also challenge to achieve this is to create a new generation of educated and anti-corruption. Learning the values of anti-corruption in schools using instructional media video with the scientific approach is expected to grow passion to learn and give rise to the same perception of the dangers of corruption, anti-corruption values are instilled and changes in students' anti-corruption attitudes. This research used a quasi-experimental method is possible to see the extent of the effect of the use of video media with a scientific approach to anti-corruption Students Attitudes. This research shows there are differences in the anti-corruption attitudes among students in the experimental class that uses the medium of video with grade control with conventional learning on learning Citizenship Education. It is proved that with the use of video media with a scientific approach to the study of Education Pancasila and Citizenship significant effect on students' attitudes corruption than with conventional approaches. Citizenship Education Learning using the medium of video with a scientific approach can be reinforcing the educational process, especially in the curriculum in 2013 to foster and develop students' anti-corruption stance. Competencies established anti-corruption stance through Citizenship Education learning using video media is related to the effort in the face of the student in the future life challenging Pancasila Citizenship Education in the learning process-oriented thinking and choose the values of the good life with a critical, analytical and creatif to life in the community in the future.


(8)

DAFTAR ISI

JUDUL ...i

LEMBAR HAK CIPTA ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

PERNYATAAN ...v

KATA PENGANTAR...vi

UCAPAN TERIMA KASIH ...vii

ABSTRAK ...xi

ABSTRACT...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GRAFIK...xvi

DAFTAR GAMBAR ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ...11

C. Tujuan Penelitian ...12

D. Manfaat Penelitian ...13

E. Struktur Organisasi Tesis ...14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...15

A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...15

1. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...15

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...17

3. Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...18

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik...25

5. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas (SMA) ...28

B. Video Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...34

1. Media Pembelajaran Audio Visual ...34

2. Peranan Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Kewarganegaraan ...41

C. Korupsi dan Antikorupsi ...43

1. Definisi Korupsi ...43

2. Penyebab Korupsi ...47

3. Sikap Antikorupsi ...50

D. Keterkaitan Antara Penggunaan Media Video dalam Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Tehadap Sikap Antikorupsi Siswa...60

E. Hasil Penelitian Terdahulu ...62

F. Kerangka Berfikir ...63

G. Hipotesis ...64

BAB III METODE PENELITIAN ...65

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian...65

B. Lokasi Penelitian ...65


(9)

D. Sampel Penelitian ...66

E. Desain Penelitian ...67

F. Metode Penelitian ...72

G. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...72

H. Definisi Operasional...79

I. Instrumen Penelitian ...80

J. Proses Pengembangan Instrumen ...81

1. Uji Validitas ...81

2. Uji Reliabilitas ...89

K. Teknik Pengumpulan Data ...91

L. Teknik Analisis Data ...92

M. Tahapan dan Alur Penelitian ...95

N. Agenda Kegiatan Penelitian ...97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...98

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...98

1. Profil Sekolah ...98

2. Visi, Misi dan Program Umum Sekolah ...98

3. Keadaan Guru dan Siswa ...103

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...105

1. Hasil Penelitian ...105

a. Kondisi Awal Sikap Antikorupsi Siswa (Pretest) ...105

1) Uji Normalitas...105

2) Uji Homogenitas ...117

3) Uji Kesamaan Rataan Pretest ...118

b. Proses Pembelajaran ...110

c. Kondisi Setelah Proses Pembelajaran (posttest) ...113

1) Deskriptif Variabel Kelas Eksperimen ...113

a) Penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ...114

(1) Penggunaan Media Pembelajaran Video...114

(2) Pendekatan saintifik ...115

(3) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...117

b) Sikap Antikorupsi Siswa ...119

2) Deskriptif sikap Antikorupsi Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...135

3) Uji Korelasi Penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Antikorupsi Siswa ...135

4) Uji Normalitas Terhadap Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...137

5) Uji Homogenitas ...139

6) Uji Kesamaan Rataan Postest ...140

7) Uji Linieritas Posttestt variable X dan Y pada Kelas Eksperimen ...142

8) Uji Perbedaan Dua Rerata Kelas Eksperimen antara Pretest dan Posttestt .144 9) Pengujian Hipotesis ...146


(10)

a) Perbedaan Antara Hasil Pretest Dan Posttestt Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Menggunakan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik Pada Kelas Eksperimen Terhadap Sikap

Antikorupsi Siswa ...150

b) Perbedaan Antara Hasil Pretest Dan Posttest Dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Pembelajaran Pendidikan Kearaganegaraan Pada Kelas Kontrol Terhadap Sikap Anti Korupsi Siswa ...161

c) Perbedaan Sikap Anti Korupsi Antara Siswa Pada Kelas Eksperimen Yang Menggunakan Media Video Dengan Kelas Kontrol Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. ...164

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...178

A. Kesimpulan ...178

1. Kesimpulan Umum ...178

2. Kesimpulan Khusus...179

B. Saran ...180


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Kelas X SMA Negeri 8 Bandung ...65

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ...66

Tabel 3.3 Desain Penelitian ...69

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Penelitian ...73

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ...83

Tabel 3.6 Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Untuk Validitas Item Soal Variabel X ...83

Tabel 3.7 Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Untuk Validitas Item Soal Variabel Y ...85

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ...90

Table 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ...91

Tabel 3.10 Kriteria Nilai Gain ...94

Tabel 3.11 Jadwal Kegiatan Penelitian Tesis ...97

Tabel 4.1 Jumlah Rombongan Belajar SMA Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...101

Tabel 4.2 Rekapitulasi Jumlah Siswa Di SMA Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...101

Tabel 4.3 Data Pendidik SMA Negeri 8 Bandung ...102

Tabel 4.4 Data Pendidik SMA Negeri 8 Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan...103

Tabel 4.5 Data Tenaga Kependidikan SMA 8 Bandung ...103

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Pretest Sikap Antikorupsi Siswa...105

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Pretes Sikap Antikorupsi...107

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Pretes Sikap Antikorupsi Siswa ...107

Tabel 4.9 Uji Kesamaan Rerata Pretest Sikap Antikorupsi Siswa ...108

Tabel 4.10 Respon Penggunaan Media Video di Kelas Eksperimen ...114

Tabel 4.11 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganeranaan...116

Tabel 4.12 Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan ...118

Tabel 4.13 Perolehan Skor Rata-Rata Prestest dan Posttest...135

Tabel 4.14 Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y Kelas Eksperimen ...136

Tabel 4.15 Uji Normalitas Posttestt Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...137

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Variabel Y ...139

Tabel 4.17 Tabel Statistik Deskriptif Post Test Variabel ...140

Tabel 4.18 Uji Kesamaan Rerata Postest Sikap Antikorupsi Siswa...141

Tabel 4.19Ukuran Derajat Keeratan Pengaruh Variabel X terhadap Y1 (Berdasarkan Koefisien Determinasi) ...142

Tabel 4.20 Uji ANOVA Untuk Pengaruh Variabel X Terhadap Y...143

Tabel 4.21 Koefisien Regresi dan Hasil Uji t Pengaruh Variabel X terhadap Y ...144

Tabel 4.22 Uji Beda Dua Rerata Variabel Y Pretest Dan Postest Pada Kelas Eksperimen...145

Tabel 4.23 Uji Beda Variabel Y hasil Pretest dan Posttestt pada Kelas Eksperimen .147 Tabel 4.24 Uji Mann Whitney Variabel Y Kelas Eksperimen ...147


(12)

Tabel 4.26 Uji Mann Whitney Variabel Y Kelas Kontrol...148 Tabel 4.27 Uji Beda Variabel Y hasil Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...149 Tabel 4.28 Uji Mann Whitney Variabel Y Kelas Eksperimen dan Kontrol ...149


(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen...105

Grafik 4.2 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ...106

Grafik 4.3 Sikap Spiritual Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...120

Grafik 4.4 Sikap Jujur Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...122

Grafik 4.5 Sikap Disiplin Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...123

Grafik 4.6 Sikap Tanggung Jawab Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol .125 Grafik 4.7 Sikap Sedehana Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol...126

Grafik 4.8 Sikap Kerja Keras Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol`...128

Grafik 4.9 Sikap Mandiri Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...129

Grafik 4.10 Sikap Adil Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...131

Grafik 4.11 Sikap Berani Siswa di Kelas eksperimen dan Kelas Kontrol ...132

Grafik 4.12 Sikap Pedulil Siswa di Kelas eksperimen dan Kelas Kontrol ...134

Grafik 4.13Uji normalitas Posttestt Kelas Eksperimen ...138

Grafik 4.14 Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol ...138


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah ...11

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Dale ...37

Gambar 2.2 Piramida Pengalaman Shea ...38

Gambar 2.3 Rumus Korupsi ...45

Gambar 2.4 Skala Sikap Thrustone ...53

Gambar 3.1 Desain Awal penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik ..70

Gambar 3.2 Rumus Korelasi PPM ...82

Gambar 3.3 Rumus Reliabilitas...90

Gambar 3.4 Tahapan Penelitian ...95

Gambar 3.4 Alur Penelitian ...96

Gambar 4.1 Suasana Presentasi Video Antikorupsi ...112

Gambar 4.2 Video yang Ditayangkan Siswa ...113

Gambar 4.3 Suasana Pretest dan Postest ...114

Gambar 4.4 Penggunaan Media Video dengan Pendekatan Saintifk dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaarn Terhadap Sikap Antikorupsi Siswa ...172

Gambar 4.4 Alur Identifikasi Masalah...174


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Reformasi telah bergulir lebih dari satu dekade semenjak lengsernya Soeharto pada tahun 1998. Salah satu agenda penting reformasi adalah pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi selama rezim orde baru sampai saat ini. Semua kalangan masyarakat menginginkan agenda mendesak tersebut segera terlaksana dan dituntaskan. Kekuasaan rezim orde baru yang terlalu lama dan absolut telah menumbuhkan prilaku korupsi yang mengakar dan sulit sekali untuk diberantas. Korupsi dan kekuasaan tersebut di atas sesuai dengan ungkapan Acton dalam Djaja (2010: 19) bahwa “power tends to corrupt, but absolute power currupt absolutelly”.

Korupsi merupakan salah satu bentuk penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan orang lain. Korupsi tidak hanya merugikan keuagan negara, namun lebih luas dari itu adalah memberikan dampak yang negatif kepada masyarakat dan memberikan contoh yang buruk bagi generasi muda. Sektor-sektor yang terindikasi korupsi akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat apalagi apabila terjadi pada lembaga penegak hukum yang seharusnya mencegah dan memberantas korupsi. Korupsi di Indonesia sudah bertransformasi dari tindak pidana biasa menjadi patologi sosial yang sangat berbahaya dan mengancam semua lini kehidupan masyarakat Indonesia. Korupsi yang semakin menggerogoti bangsa ini mencerminkan degradasi moral dan kegagalan proses pendidikan Indonesia saat ini. Korupsi tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh negara di belahan dunia. Korupsi menjadi permasalahan penting di mana pun.

Terdapat beberapa aspek dalam mencegah dan meghilangkan korupsi, karena tidak hanya cukup melihat dari bidang hukum saja, Novitasari (2013: 2) mengungkapkan bahwa “kekuatan iman pun menjadi salah satu faktor terpenting dalam terbentuknya sikap antikorupsi”. Sependapat dengan hal tersebut, Atmasasmita (2004: 13) mengungkapkan bahwa “strategi pemberantasan korupsi


(16)

di Indonesia harus menggunakan empat pendekatan yaitu, pendekatan hukum, pendekatan moralistik dan keimanan, pendekatan edukatif dan pendekatan sosio-kultural.”

Pemberantasan korupsi melalui pendekatan edukatif adalah dengan Pendidikan Antikorupsi (PAk). Pendekatan edukatif dilakukan dengan alasan bahwa gerakan antikorupsi di Indonesia belum maksimal seperti yang diungkapkan oleh Kesuma (2009: 56) bahwa “gerakan antikorupsi Indonesia belum bersifat cukup”. Selanjutnya dikatakan bahwa strategi anti korupsi hendaknya mencakup pendekatan jangka panjang dan jangka pendek, prevetif dan ponitif, serta symptom dan disease. Untuk memberantas korupsi diperlukan usaha keras dari semua lapisan masyarakat dan pemangku kebijakan. Secara normatif pemberantasan korupsi di Indonesia dilaksanakan dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Intruksi khusus Presiden kesebelas memberikan instruksi kepada mendiknas (sekarang mendikbud) untuk menyelenggarakan pendidikan yang berisikan substansi penanaman semangat dan perilaku anti korupsi pada setiap jenjang pendidikan baik formal dan non-formal Hal ini merupakan suatu bentuk dari upaya pemerintahan dalam pemberantasan korupsi yang salah satunya melalui bidang pendidikan

Dalam dunia pendidikan diperlukan pengembangan pembelajaran nilai-nilai anti korupsi yang dimasukan pada seluruh jenjang pendidikan formal, informal maupun nonformal. Nilai-nilai anti korupsi sejatinya menjadi acuan dalam rangka mendidik agar memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi kehidupannya di masa depan yang jauh dari korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (2008: 2-42) merancang nilai-nilai anti korupsi yang ditanamkan pada siswa, yaitu: (1) tanggung jawab; (2) disiplin; (3) jujur; (4) sederhana; (5) kerja keras; (6) mandiri; (7) adil; (8) berani; (9) peduli.

Sikap-sikap antikorupsi di atas seharusnya dapat diterapkan di sekolah secara konsisten dan berkesinambungan. Namun pada kenyataannya sikap-sikap tersebut seringkali diabaikan. Contohnya adalah siswa dituntut untuk meraih nilai tinggi dalam setiap mata pelajaran. Tidak semua siswa berlaku jujur dengan


(17)

belajar, banyak yang melakukan jalan pintas dengan mencontek pada saat ujian. Ketidakjujuran inilah yang menjadi pangkal adanya korupsi. Sikap tidak jujur dan prilaku mencontek ini pun berkaitan dengan sikap siswa yang tidak mau untuk bekerja keras dan mandiri serta berani untuk mengungkapkan ide pikirannya dalam ujian. Sikap tidak disiplin, tidak jujur, malas ini yang dapat menyebabkan sikap dan prilaku koruptif siswa. Sikap dan prilaku tersebut akan menjadi tindak pidana korupsi di kemudian hari.

Nilai-nilai antikorupsi tersebut perlu ditanamkan sejak dini dari mulai lingkungan keluarga. Selanjutnya sekolah juga seyogyanya menjadi tempat yang ideal dalam rangka menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Fokus awal pananaman nilai-nilai antikorupsi adalah siswa menghayati, memahami nilai moral, membentuk prilaku sampai kemudian nilai tersebut terbentuk secara internal. Tujuan akhirnya adalah prilaku yang berdasarkan nilai-nilai positif tersebut diterapkan di lingkungan sosial masyarakat. Melihat pada nilai-nilai antikorupsi yang dikemukakan di atas, Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi garda terdepan dalam pengembangan pembelajaran nilai-nilai anti korupsi. Good and smart citizen yang melekat pada Pendidikan Kewarganegaraan menjadi modal sekalligus tantangan untuk mewujudkan hal tersebut untuk menciptakan generasi baru yang terdidik dan anti korupsi.

Hasil penelitian Harmanto (2012: 440) mengenai pandangan siswa terhadap korupsi dan nilai-nilai anti korupsi dipengaruhi oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan, media massa dan internet menunjukan bahwa “guru mempunyai peran sebagai agen untuk mempengaruhi pandangan siswa tentang korupsi dan antikorupsi”. Selanjutnya tujuan pendidikan antikorupsi di sekolah tidak ditujukan untuk melakukan gerakan praktis dalam pemberantasan korupsi sebagaimana dilakukan oleh penegak hukum, tetapi untuk memberikan pengetahuan dasar tentang korupsi, penyadaran pentingya sikap antikorupsi sehingga memiliki kepekaan yang kuat terhadap prilaku korupsi serta memiliki sikap antikorupsi melalui pemahaman, keteladanan, dan pembiasaan dalam kegiatan kulikuler dan ekstrakulikuler. Hasil penelitian lain dari Supriatna (2011: 144) mengatakan mengenai internasi nilai-nilai antikorupsi, bahwa “semakin


(18)

sempurna internalisasi nilai-nilai antikorupsi maka semakin tercipta warga negara muda yang jauh dari perbuatan-perbuatan yang mengandung nilai-nilai korupsi yang akan membawa negara Indonesia kepada suatu keadaan yang lebih baik”.

Dari kedua penelitian terdahulu dapat ditarik benang merah bahwa nilai-nilai antikorupsi perlu terus menerus ditanamkan dalam diri siswa melalui internalisasi, strategi, metode, dan media pembelajaran yang baik sehingga menarik minat siswa dan menciptakan warga negara muda yang antikorupsi. Penanaman nilai dan sikap antikorupsi ini berkaitan dengan sikap dan prilaku manusia.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran di persekolahan yang mempunyai kontribusi penting dalam membentuk dan mewujudkan karakter bangsa yang dicita-citakan yaitu smart and good citizenship seperti ditegaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa aspek kepribadian warganegara yang perlu dikembangkan adalah menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman.

Pendidikan Kewarganegaraan menjadi sangat strategis di tengah upaya pemerintah dalam membangun karakter bangsa mulai jenjang Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu instrument yang fundamental dalam bingkai pendidikan nasional sebagai media pembentukan karakter bangsa (Zuriah, 2007:1). Berarti dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan menanamkan nilai nilai dan kompetensi yang dimiliki oleh Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk warga negara ideal, yaitu civic knowledge, civic skill, dan civic disposition. Pendapat di atas sejalan dengan misi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk mengembangkan warganegara yang demokratis, baik pengetahuan kewarganegaraan, watak atau karakter kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan siswa yang nantinya bermuara pada terbentuknya good and smart citizenship. Ketiga kompetensi itu melahirkan good and smart citizen. Kestrategisan Pendidikan Kewarganegaraan untuk menanamkan nilai-nilai dapat dimaksimalkan sebagai transmisi nilai-nilai antikorupsi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


(19)

Melihat dari tujuan pendidikan antikorupsi dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, mempunyai konsentrasi yang sama yakni pada perubahan perilaku utamanya adalah siswa untuk menjunjung tinggi sikap dan prilaku anti korupsi. Pendidikan Antikorupsi merupakan suatu upaya pemerintah dalam menciptakan generasi muda yang bersih dari tindakan tercela atau merusak moral bangsa khususnya Indonesia.

Mengenai kondisi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia saat ini, Winataputra dan Budimansyah (2012) menyatakan bahwa:

PKn di Indonesia pada saat ini belum pada kategori masksimal. namun hanya pada kategori minimal yang hanya mewadahi aspirasi tertentu, berbentuk pengajaran kewarganegaraan, bersifat formal, terikat oleh isi, berorientasi pada pengetahuan, menitikberatkan pada proses pengajaran dan hasilnya mudah diukur.

Selanjutnya Winataputra dan Budimansyah (2007:121), mengemukakan permasalahan mendasar dan menjadi penghambat dalam peningkatan kualitas Pendidikan Kewarganegarraan yaitu:

pertama, penggunaan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum pendidikan dijabarkan secara kaku dan konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka di kelas yang sangat dominan, sehingga guru tidak dapat berimprovisasi secara kreatif untuk melakukan aktivitas lainnya selain pembelajaran rutin tatap muka yang terjadwal dengan ketat; kedua, pelaksanaan pembelajaran PKn yang lebih didominasi oleh kegiatan peningkatan dimensi kognitif mengakibatkan porsi peningkatan dimensi lainnya menjadi terbengkalai, disamping keterbatasan media pembelajaran; dan ketiga, pembelajaran yang terlalu menekankan pada dimensi kognitif berimplikasi pada penilaian yang juga menekankan pada penguasaan kemampuan kognitif saja, sehingga mengakibatkan guru harus selalu mengejar target pencapaian materi.

Berdasarkan pernyataan di atas, setidaknya ada beberapa alasan yang menjadi penghambat kualitas Pendidikan Kewarganegaraan yaitu alokasi waktu, lebih didominasi kognitif dan keterbatasan media pembelajaran. Oleh karena itu untuk sampai pada warga negara ideal dan sebagai pengembangan nilai-nilai anti korupsi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di persekolahan harus didesain sedemikian rupa sehingga konteksnya dapat tercapai. Dengan demikian guru sebagai pendidik di kelas memiliki peranan yang sangat penting untuk


(20)

memilih metode yang tepat, mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dan pemanfaatan media pembelajaran yang efektif dan bervariasi yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengembangkan nilai-nilai antikorupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (2008: 4) mengatakan bahwa:

Pembelajaran afektif masih belum optimal, umumnya masih sebatas pengetahuan kognitif saja belum diaplikasikan, sehingga siswa tidak membiasakan diri berprilaku baik dan benar. Penilaian terhadap siswa secara keseluruhan hendaknya sudah diterapkan dengan berbagai metode atau pendekatan untuk menginformasikan tingkah laku siswa”.

Pernyataan KPK tersebut diatas merupakan sindiran sekaligus sebagai tantangan bagi guru terutama guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk menghasilkan sebuah pendekatan pembelajaran dan media yang tepat untuk mengembangkan nila-nilai anti korupsi dan menjadikan prilaku baik siswa. Disadari atau tidak pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan saat ini hanya berorientasi konsep kognitif semata dan mengabaikan penanaman nilai.

Guru sebagai fasilitator berperan dalam mengatur proses pembelajaran agar lebih bermakna dan menyenangkan. Peran ini diatur dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa:

proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara inteaktif, inspirati, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Guru adalah garda depan dari proses pendidikan, maka selayaknya guru menjadi teladan Selain sebagai teladan, guru juga mempunyai tugas penting sebagai motivator. Dalam Pendidikan Antikorupsi guru berperan dalam:

1) Mengenalkan fenomena korupsi, esensi, alasan, dan konsekuensinya 2) Mempromosikan sikan intoleransi terhadap korupsi

3) Mendemontrasikan cara memerangi korupsi (sesuai koridor anak) 4) Memberi kontribusi pada kurikulum standar dengan:


(21)

a. Penanaman nilai- nilai

b. Penguatan kapasitas siswa (seperti: berpikir kritis, tanggungjawab, penyelesaian konflik, memanage dirinya sendiri, dalam berkehidupan sosial disekolah- masyarakat- lingkungan, dll) (Yulita, 2010).

Prakteknya di persekolahan tidak semuanya sesuai dengan harapan di atas. Guru masih terjebak pada pembelajaran berorientasi kognitif semata yang didominasi oleh metode ceramah di kelas dan tanya jawab semata dengan hanya menggunakan buku bahkan hanya menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Oleh sebab itu Pendidikan Kewarganegaraan di persekolahan hanya dianggap mata pelajaran hapalan semata yang membosankan dan kurang bermakna bagi kehidupan siswa.

Kurikulum pendidikan Indonesia pada tahun 2013 mengalami revisi dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Saruan Pendidikan (KTSP) berubah menjadi Kurikulum 2013. Perubahan ini membawa angin segar bagi pendidikan pada ummnya dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti (KD) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti akan menagih kepada tiap mata pelajaran apa yang dapat dikontribusikannya dalam membentuk kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi. Rumusan Kompetensi Inti dalam kurikulum 2013 ini adalah (1) 1 untuk Kompetensi Inti sikap spiritual, (2) KI-2 untuk Kompetensi Inti sikap sosial, (3) KI-3 untuk Kompetensi Inti pengetahuan dan KI-4 untuk Kompetensi Inti keterampilan. Urutan tersebut mengacu pada urutan yang disebutkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa kompetensi terdiri dari kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam mendukung Kompetensi Inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi dasar. Pencapaian Kompetensi Inti adalah melalui pembelajaran kompetensi dasar yang disampaikan melalui mata pelajaran. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.


(22)

Pembelajaran bahaya korupsi dan Pendidikan Antikorupsi (PAk) dimuat di dalam KD 3.5 “Menganalisis sistem hukum dan peradilan nasional dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Di dalam Kompetensi Dasar inilah pendidikan anti korupsi dimasukan di dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dalam pembelajarannya.

Efektifitas suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah guru, siswa, materi, metode atau pendekatan dan media pembelajaran serta evaluasi. Dalam hal ini guru dan siswa merupakan dua faktor yang penting atau paling utama dalam pendidikan. Selanjutnya Supriatna (2011: 144) dalam kesimpulan penelitiannya mengatakan bahwa:

tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn yang didorong dengan kesenangan terhadap pembelajaran dengan metode yang memberi peluang lebih kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, memberi peluang terhadap pengembangan nilai-nilai anti korupsi agar ditanamkan dalam kehidupan keseharian siswa.

Selain itu tugas guru sebagai salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran harus mempunyai kreativitas untuk meramu suatu pembelajaran yang disenangi siswa. Faktor penting lainnya yaitu media, media menjadi sarana interaksi antara guru dan siswa dalam memberikan kemudahan untuk menyampaikan materi. Media pembelajaran berperan penting karena dalam pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru sebagai fasilitator dengan siswa sebagai pembelajar. Rahmat (2009:85) mengatakan bahwa “dalam penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan diperlukan saluran (media) agar message tersebut tersalurkan secara efektif dan efisien”.

Selanjutnya tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan media pembelajaran dan pendekatan pembelajaran atau metode pembelajaran. di dalam kurikulum 2013 populer penggunaan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah ini lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 28) membuktikan bahwa:


(23)

pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70.

Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 12) mengemukakan bahwa proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,

analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya

Selanjutnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mencari dan menentukan media dan sumber belajar sangat penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis. Dharma (2012:5) mengatakan fungsi media bahwa “ ...media dalam kegiatan pembelajaran dianggap tidak hanya sekedar alat bantu, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik”. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan


(24)

menimbulkan gairah belajar, proses pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Namun demikian Warsita (2008:281) mengatakan bahwa” tidak ada satu media maupun metode manapun yang berperan sebagai obat mujarab untuk mengatasi seluruh permasalahan pembelajaran”.

Dalam penelitian Dharma (2012: ix) mengenai penggunaan media pembelajaran interaktif dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan penelitian di atas menunjukan bahwa peran media pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan pemahaman materi dan pembentukan sikan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bagi siswa.

Pembelajaran nilai-nilai anti korupsi di sekolah dengan menggunakan media pembelajaran video dengan pendekatan saintifik diharapkan akan tumbuh gairah belajar dan menimbulkan persepsi yang sama mengenai bahaya korupsi, nilai-nilai antikorupsi yang ditanamkan dan perubahan sikap anti korupsi siswa. Berkaitan dengan pendidikan antikorupsi, berdasarkan Inpres No. 5 tahun 2004 tentang Upaya Percepatan Pemberantasan Korupsi, SMA Negeri 8 Bandung merupakan salah satu pilot project Pendidikan Antikorupsi di Jawa Barat yang masih melaksanakan Pendidikan Antikorupsi dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas, maupun pelajaran lain dan kegiatan ekstrakrikuler. Karena SMA 8 Bandung ini sebagai sekolah percontohan dalam pendidikan antikorupsi, maka dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas ingin dilihat penggunaan media belajar terhadap perubahan sikap anti korupsi siswa. Berdasarkan pada permasalahan di atas, peneliti ingin meneliti lebih lanjut pengaruh antara media pembelejaran berbasis video dengan pengembangan nilai-nilai anti korupsi siswa di sekolah dengan judul penelitian Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Pendidikan Kewargaraan Terhadap Sikap Anti Korupsi Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di kelas X SMA Negeri 8 Bandung).


(25)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah

Sumber: Data Diolah oleh Peneliti, 2014

Secara garis besar berdasarkan pada uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah yaitu bagaimanakah pengaruh penggunaan media belajar berbasis video dengan pendekatan saintifik dalam

Pendidikan Antikorupsi perlu diajarkan sejak dini dan pada setiap jenjang pendidikan dan salah satunya melalui Pendidikan Kewarganegaraan

- Korupsi semakin merajalela dan menjadi patologi sosial.

- Pembelajaran PKn masih konvensional dan menarik serta belum

mengoptimalkan media pembelajaran untuk membentuk sikap anti korupsi

Inovasi pembelajaran PKn dan

mengoptimalkan

penggunaan media video dengan pendekatan saintifik pembelajaran pendidikan

anti korupsi dalam PKn menggunakan media video tentang bahasa korupsi dan nilai nilai anti korupsi Sikap antikorupsi siswa: a. tanggung jawab; b. disiplin;

c. jujur; d. sederhana; e. kerja keras; f. mandiri; g. adil; h. berani; i. peduli

yang harus dilakukan

dengan proses Hasil yang diharapkan


(26)

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran terhadap sikap antikorupsi siswa? Agar penelitian lebih terfokus pada masalah, maka masalah di atas dijabarkan ke dalam beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen terhadap sikap antikorupsi siswa?

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara hasil pretest dan posttest dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol terhadap sikap antikorupsi siswa?

3. Apakah terdapat perbedaan antara kelas eksperimen yang menggunakan media video dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional terhadap sikap antikorupsi siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh . penggunaan media video dalam pembealajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap sikap anti korupsi siswa.

Secara lebih rinci tujuan khususnya adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen terhadap sikap anti korupsi siswa.

2. Perbedaan antara hasil pretest dan posttest dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas kontrol terhadap sikap antikorupsi siswa.

3. Perbedaan sikap antikorupsi antara siswa pada kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik dengan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.


(27)

D. Manfaat Penelitian

Apabila tujuan penelitian ini telah dicapai, diharapkan dapat menghasilkan manfaat yaitu:

1. Diketahuinya perbedaan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen terhadap sikap antikorupsi siswa. 2. Diketahuinya perbedaan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas kontrol terhadap sikap antikorupsi siswa.

3. Diketahuinya perbedaan sikap antikorupsi antara siswa pada kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran Pendidikan Kewarganrgaraan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik dengan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Kegunaan teoritis hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan untuk memperkaya pengetahuan khususnya dalam pengembangan media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan nilai-nilai antikorupsi sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan disiplin ilmu yang ditekuni peneliti yaitu Pendidikan Kewarganegaraan.

Kegunaan praktis penelitian ini diantaranya adalah: 1. Guru

Memberikan masukan kepada para pendidik dalam merancang suatu pembelajaran berbasis video terutama dalam hal sikap antikorupsi pada siswa 2. Siswa

Meningkatkan pemahaman, sikap dan prilaku siswa mengenai nilai-nilai antikorupsi dan cara pencegahan korupsi.

3. Sekolah

Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 8 Bandung khususnya dalam hal pemanfaatan media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(28)

E. Struktur Organisasi Tesis

Bab I menyajikan latar belakang penelitian yang menjadi konteks munculnya masalah, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian , dan struktur organisasi tesis.

Bab II menyajikan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka berisi deskripsi, analisis konsep, teori-teori, dan penelitian dahulu yang relevan mengenai penggunaan media pembelajaran video dengan pendekatan sainntifik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap sikap antikorupsi siswa. Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji antarvariabel penelitian.

Bab III menyajikan metodologi penelitian menyajikan lokasi, subjek populasi, sampel penelitian, desain penelitian metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional yang dirumuskan dalam setiap indikator, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data.

Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengolahan data atau analisa data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitiian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.

Bab V menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian. Saran atau rekomendasi yang ditujukan kepada pembuat kebijakan, kepada pengguna hasil penelitian, dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian kuasi eksperimen mengenai sikap antikorupsi ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandung Jalan Solontongan No. 3 Bandung. Pemilihan lokasi penelitian pada sekolah tersebut karena SMA Negeri 8 Bandung merupakan salah satu pilot project Pendidikan Antikorupsi. Sekolah tersebut di atas telah melaksanakan kegiatan yang mendukung dalam pendidikan yang berorientasi antikorupsi, dengan melaksanakannya tidak hanya dalam intrakurikuler atau mata pelajaran namun juga pada ekstrakurikuler yakni adanya kantin kejujuran pada sekolah tersebut.

2. Populasi Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah SMA Negeri 8 Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas sepuluh (X). Sebaran populasinya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Populasi Kelas X SMA Negeri 8 Bandung

KELAS L P JUMLAH

X MIA 1 16 20 36

X MIA 2 17 19 36

X MIA 3 16 20 36

X MIA 4 15 21 36

X MIA 5 17 18 36

X MIA 6 17 19 35

X MIA 7 15 21 36

X MIA 8 13 23 36

X MIA 9 15 21 36


(30)

KELAS L P JUMLAH

X IIS 1 10 23 33

X IIS 2 9 17 26

X IIS 3 8 13 21

JUMLAH X IIS 27 53 80

JUMLAH KELAS X 168 235 403

Sumber: Profil Sekolah SMA Negeri 8 Bandung, 2013

3. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Arikunto (2010: 183) mengemukakan bahwa “pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Pengambilan sampel yang ditentukan peneliti dengan mempertimbangkan kriteria yang sesuai dengan penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah:

a) perolehan nilai akademik yang sama atau mendekati (homogen).

b) kelompok belajar dengan jumlah peserta didik yang sama atau tidak jauh berbeda.

c) memiliki ruang kelas dengan kondisi yang sama, baik dilihat dari fasilitas belajar, maupun kondisi ruangan kelas.

Selanjutnya yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas X MIA 4 dan kelas MIA 5. Sebaran sampelnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Penelitian

KELAS L P JUMLAH

X MIA 4 15 21 36

X MIA 5 17 18 36

JUMLAH 32 39 72

Sumber: Data Diolah oleh Peneliti, 2014

Dua perlakuan berbeda akan diterapkan pada kedua kelas tersebut. Pada kelas kelas eksperimen, peneliti akan mengujicobakan media video antikorupsi


(31)

sedangkan pada kelas kontrol, peneliti akan menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini direncanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 pada pada materi pokok sistem hukum dan peradilan nasional.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan pola nonequivalent control group design (pretest-postest yang tidak ekuivalen). Eksperimen itu sendiri adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Creswell (2010: 19) menyatakan bahwa:

penelitian eksperimen berusaha menentukan apakan sebuah treatment mempengaruhi hasil sebuah penelitian, pengaruh ini denilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada suatu kelompok dan tidak menerapkannya pada kelompok yang lain.

Desain penelitian kuasi eksperimen digunakan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasikan semua variabel yang relevan.

Desain tersebut sejalan dengan pendapat cresswell (1994:132) yang

menyatakan bahwa: “quasi experimental group A and the control B are selected without random assignment. Both groups take a pre test and post test and only the experimental group received the treatment”. Pemilihan kelas eskperimen maupun kelas kontrol tidak dilakukan secara acak.

Alasan peneliti memilih penelitian eksperimen karena suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu tindakan terhadap tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment yang artinya pemberian kondisi yang akan dinilai pengaruhnya. Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variabel mempunyai karakteristik yang sama atau mendekati sama. Keadaan yang membedakan dari kedua kelompok ialah bahwa grup eksperimen diberi treatment atau perlakuan tertentu, sedangkan grup kontrol diberikan treatment seperti


(32)

keadaan biasanya. Dengan pertimbangan sulitnya pengontrolan terhadap semua variabel yang mempengaruhi variabel yang sedang diteliti maka peneliti memilih eksperimen kuasi. Dasar lain peneliti menggunakan desain eksperimen kuasi karena penelitian ini termasu penelitian sosial.

Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi eksperimen. Sugiyono (2012:116) menyatakan bahwa “kuasi eksperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian” Selanjutnya Sugiyono (2012:116) menjelaskan bahwa:

pada desain eksperimen ini kelompok kontrol dan kelompok ekspeimen tidak dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dengan maksud adakah perbedan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Merancang desain kuasi eksperimen harus membentuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dilakukan tanpa acak atau random. Penentuan tersebut berdasarkan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan tingkat homogenitas yang sama terutama aspek tingkat akademis siswa sehari-hari dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Pretest dan posttest ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil sebelum dan sesudah diberikanya perlakuan dengan membandingkan dua kelompok belajar yaitu antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok kelas eksperimen dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini dimulai dengan adanya pretes untuk mengetahui keadaan awal peserta didik baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Selain itu juga digunakan untuk melihat perkembangan selanjutnya setelah diberikan postest. Postest ini diberikan setelah adanya perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontol pun diberikan postest.


(33)

Desain penelitian kuasi eksperimen ini dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel 3.3

Desain Penelitian

KELOMPOK PRE-TEST TREATMENT (X) POST-TEST

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 O4

Sumber: Sugiyono (2012;79) Keterangan:

O1 = Nilai pretest kelas eksperimen O2 = Nilai posttest kelas eksperimen X = Penggunaan media video antikorupsi O3 = Nilai pretest kelas kontrol

O4 = Nilai posttest kelas kontrol

Pengaruh penggunaan media video terhadap sikap antikorupsi siswa = (O2 - O1).

Tanda X pada tabel di atas adalah perlakuan yang diberikan dan dilihat pengaruhnya dalam experimen tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah penggunaan video antikorupsi dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, O1 adalah pretes yang dilakukan peneliti sebelum diberikanya perlakuan atau treatment sedangkan O2 adalah postes yang dilakukan peneliti setelah diberikanya perlakuan. Sedangkan O3 adalah pretes yang dilakukan peneliti sebelum diberikanya perlakuan. O4 adalah postest yang dilakukan peneliti setelah diberikanya perlakuan. Pengaruh perlakuan X yaitu penggunaan media video antikorupsi dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil O1 dan O2 dalam situasi yang terkontrol.

Selanjutnya dikemukakan desain awal penggunaan media video dengan pendekatan saintifk dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai landasan dalam proses pembelajaran antikorupsi dengan tema sistem hukum dan peradilan nasional. Desain awal tersebut adalah sebagai berikut:


(34)

Gambar 3. 1

Desain Awal penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik

Sumber: Data Diolah Peneliti Tahun 2014

Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek

Video Siswa di bawah pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama

pengerjaanpembuatan video antikorupsi ini harus diselesaikan tahap demi tahap.

Perancangan Langkah-Langkah Penyelesaian

Proyek Video Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian tugas dari awal sampai akhir beserta

pengelolaannya.

pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas video antikorupsi dan kerja sama antar anggota kelompok. Penentuan Kegiatan

Guru bersama –sama dengan siswa menentukan topik, masalah dan penjadwalan kegiatan yang akan dilaksanakkan Siswa diberi kesempatan untuk

memilih/menentukan proyek yang akan

dikerjakannya baik secara kelompok dengan catatan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan guru.

Presentasi/Publikasi Hasil

Secara berkelompok siswa mempresentasikan karya mereka dan mendiskusikannya Evaluasi Proses Dan

Hasil Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktifitas dan hasil media video antikorupsi.

Pelaksanaan Kegiatan Secara berkelompk siswa mngerjakan pembuatan video yang telah ditugaska sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.


(35)

Berdasarkan gambar desain awal penggunaan media video antikorupsi di atas bahwa kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

1. Penentuan proyek

Pada langkah ini siswa menentukan tema/topik pembuatan maupun mendownload video berdasarkan pedoman yang diberikan oleh guru. Siswa diberi kesempatan untuk memilih/menentukan tema antikorupsi yang akan dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan guru.

2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek video antikorupsi

Siswa merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian tugas dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas, pemilihan aktifitas yang dapat mendukung tugas, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas dan kerja sama antar anggota kelompok.

3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek video antikorupsi

Siswa di bawah pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama tugas itu harus diselesaikan tahap demi tahap.

4. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru

Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini antaranya adalah dengan a) membaca, b) meneliti, c) observasi, d) interview, e) merekam, f) mengunjungi objek proyek, atau g) akses internet. Guru bertanggung jawab memonitor aktifitas siswa dalam melaksanakan tugas mulai proses hingga penyelesaian tugas pembuatan video antikorupsi tersebut. Pada kegiatan monitoring, guru membuat pedoman observasi yang akan dapat merekam aktifitas siswa dalam menyelesaikan tugas proyek.


(36)

5. Penyusunan laporan dan presentasi video

Hasil pembuatan tugas dalam bentuk video antikorupsi dipresentasikan di depan kelas untuk ditanggapi oleh kelompok lainnya dan didiskusikan.

6. Evaluasi proses dan hasil proyek video antikorupsi

Guru dan siswa pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas pembuatan video antikorupsi tersebut.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan untuk memperoleh pengaruh serta uji beda antar variabel, dengan cara menyebarkan angket tentang variabel yang diperlukan. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan melalui metode kuasi eksperimen yang menggunakan treatment seperti yang dikemukakan oleh Creswell (2010:19) bahwa “penelitian eksperimen berusaha menentukan apakah suatu treatment memengaruhi hasil sebuah

penelitian”. Sementara itu menurut Sugiyono (2012:114) bahwa “desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”.

Selain itu, penggunaan pendekatan kuantitif ini karena data yang akan diperoleh berupa angka yang diproses dengan mengunakan perhitungan statistika. Metode kuasi eksperimen ini menurut Arikunto (2010: 77-78) “dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel-variabel yang selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar”.

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian kuantitatif penting keberadaanya sebagaimana pendapat Sugiyono (2012:59) bahwa variabel penelitian adalah “suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Dalam penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Adapun penjelasan dari masing- masing variabel itu adalah sebagai berikut:


(37)

1) Variebel Independen atau Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2012:59) adalah “Variabel independen adalah variabel

yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat)”. Penelitian ini memiliki variabel bebas (x) adalah media video dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran PKn.

2) Variabel Independen atau Variabel Terikat

Variabel depeden menurut Sugiyono (2012:59) “Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel independen (bebas).” Variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah adalah sikap anti korupsi siswa.

Setiap variabel tersebut dioperasionalkan dan diukur dengan statistik. Opersionalisasi variabel penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Operasionalisai Variabel Penelitian

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

1 Variabel

Independen (X) Media Video dengan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegara an

- Media video - Kesesuaian dengan tujuan.Kesesuaian dengan materi pembelajaran - Kesesuaian dengan

teori

- Kesesuaian dengan gaya belajar siswa - Keseuaian dengan

kondisi ligkungan, fasilitas pendukung dan waktu yang tersedia.

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1 - Pendekatan

saintifik

- Observing (mengamati) - Questioning (menan

ya) - Associating (menalar), - Experimenting (mencoba) - Networking (membentuk Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4


(38)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

Jejaring/

mengkomunikasikan

skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1 -Pembelajara

n Pendidikan Kewarganeg araan

- Keseuaian dengan kurikulum

- Kesesuaian dengan materi pembelajaran - Disampaikan secara

sistematis - Menggunakan metode yang bervariasi - Menggunakan media yang bervariasi

- Menggunakan buku paket sebagai sumber belajar - Menggunakan

lingkungan sekitar sebagai seumber belajar

- Menggunakan tes tulis dan lisan - Mengadakan

pengayaaan dan remedial

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1

2 Variabel Dependen (Y) Sikap antikurupsi siswa - Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut

- Berdoa sebelum dan sesudah

menjalankan sesuatu.

- Menjalankan ibadah tepat waktu.

- Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.

- Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa;

- Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 tidak pernah dengan skor 1


(39)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

- Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu. - Berserah diri

(tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha. - Menjaga lingkungan

hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat

- Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

- Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia.

- Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. - Jujur - Mengatakan sesuatu

dengan jujur - Menunjukan sikap

terbuka

- Mengakui kesalahan yang telah dilakukan - Melaksanakan hasil

kesepakatan secara konsekuen

- Menunjukan sikap dapat dipercaya di masyarakat

Skala likert

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1 - Disiplin - Menunjukan sikap

tekun

- Menunjukan sikap taat

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari


(40)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

- Menunjukan sikap selalu tepat waktu - Menunjukan sikap

komitmen dan konsisten terhadap kesepakatan. - Memiliki prioritas

dalam

- Menunjukan sikap selalu fokus terhadap tujuan - Merencanakan segala sesuatu dengan matang Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1

- Tanggung jawab

- Melaksanakan kewajiban yang diberikan

- Menunjukan sikap siap menanggung resiko

- Menunjukan sikap dapat dipercaya - Menunjukan sikap

berani menghadapi tantangan terhadap keutuhan NKRI - Menunjukan sikap

tidak mengelak dari kesalahan

- Menyadari adanya konsekuensi dari setiap perubahan

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1

- Adil - Menunjukan sika penuh pertimbangan dalam memutuskan sesuatu

- Menunjukan sikap proposrional dalam dalam bertindak - Menunjukan sikap

tidak memihak dalam menyikapi perselisihan - Menujukan sikap

objektif dalam melihat masalah kemasyarakatan

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah


(41)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

- berani - Menunjukan sikap pantang mundur dalam membela kebenaran

- Menunjukan sikap percaya diri sebagai bangsa Indonesia - Menunjukan sikap

berani menanggung resiko dari perbuatan yang dilakukan

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1 - Sederhana - Menunjukan sikap

syuku atas segala sesuatu yang diperoleh

- Menujukan sikap tidak berlebihan dalam berpakaian. - Merencanaka

sesuatu sesuai kebutuhan - Apa adanya - Menujukan sikap

rendah hati di masyarakat

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1 - Kerja

keras

- Menujukan sikap pantang menyerah dalam mengerjakan tugas

- Menunjukan sikap selalu berusaha meraih sukses - Menujukan sikap

mau berubah ke arah yang lebih baik - Menunjukan sikap

tabah terhadap cobaan

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah


(42)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

- Mandiri - Menyelesaikan masalah sendiri - Menujukan sikap

tidak tergantung pada orang lain - Menunjukan sikap

insiatif dalam kegiatan di masyarakat - Menujukan sikap

percaya diri tampil di hadapan umum

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1 - Peduli - Menujukan sikap

setia kawan - Menunjukan sikap

senasib

sepenanggungan sebagai bangsa Indonesia

- Menjukan sikap satu rasa sebagai bangsa Indonesia

- Menunjukan sikap embela rasa

persaudaraan sebagai bangsa Indonesia - Mennjukan sikap

toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbagsa dan bernegara. - Menujukan sikap

empati terhadap musibah yang menimpa warga di sekitarnya

- Menujukan sikap setia kawan

Menggunakan skala SSHA (Survey Study of Habits and Attitudes) dari Brownd dan Holtzman dengan pilihan:

- Selalu dengan skor 4

- Sering dengan skor 3

- Kadang-kadang dengan skor 2 - tidak pernah

dengan skor 1


(43)

Selanjutnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2

Hubungan Antar Variabel Penelitian

Sumber: Data Diolan Peneliti Tahun 2014

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran PKn merupakan proses kegiatan belajar siswa yang direkayasa oleh seluruh komponen belajar yang meliputi guru, materi, metode, media, sumber dan evaluasi pembelajaran PKn. Pembelajaran PKn merupakan program pendidikan/pembelajaran yang yang secara pragmatic-prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing)serta memberdayakan peserta didik (diri dan kehidupannya) suapaya menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/yuridis konstitusional bangsa/negara yang bersangkutan (Djahiri (2006:9).

2. Media Pembelajaran dalam PKn sebagai medium yang efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual maupun kelompok karena materi PKn sangat berkaitan dengan peristiwa aktual dinamika politik dan ketatanegaraan yang selalu berubah dan persitiwa tersebut dikaitkan dengan proses pembelajaran sesuai dengan materi pokok yang sedang dibahas.

3. Nilai-nilai anti korupsi berupa sikap moral fundamental yang akan membuat orang menjadi kebal terhadap godaan anti korupsi: kejujuran, rasa keadilan dan rasa tanggung jawab. Nilai-nilai diajarkan melalui pendidikan anti korupsi sejak dini kepada siswa sehingga memiliki pemahaman yang benar mengenai bahaya korupsi dan nilai-nilai anti korupsi.


(1)

181

3. Bagi Sekolah :

a. Sekolah berupaya mewujudkan budaya sekolah yang sesuai dengan nilai nilai antikorupsi

b. Sekolah berupaya untuk memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat terlatih bersikap antikorupsi

4. Bagi peneliti lainnya :

a. Penelitian ini lebih dominan menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga data penelitian sebagian besar terkumpul sebagai bentuk data kuantitatif, sehingga kurang mengulas hal lain diluar rumusan masalah. Oleh karena itu diharapkan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media video dengan pendekatan saintifik ini.

b. Seting penelitian hanya menjangkau satu sekolah saja sehingga data yang diperoleh kurang bervariasi, sehingga peneliti selanjunya dapat memperluas setting penelitian.

5. Bagi Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

a. Perkuliahan media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran lebih ditingkatkan lagi dengan tujuan lebih meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap kemajuan jaman dalam hal teknologi informasi dalam pembelajaran di kelas sehingga lebih memotivasi apabila nanti terjun ke lapangan yang sebenarnya

b. Lebih ditingkatkan inovasi media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan mengaplikasikan media dengan pendekatan saintifik dengan tujuan untuk meningkatkan minat dan pemahanan siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU, JURNAL, SKRIPSI, TESIS DAN DISERTASI

Anderson, R. (1987). Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi

Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S., & dkk. (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.

Aryani, I. K., & Susatim, M. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indah.

Atmasasmita, R. (2004). Sekitar Masalah Korupsi. Aspek Nasional dan

Internasional. Bandung: Mandar Maju.

Azwar, S. (2012). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiamin. (2012). Penilaian Sikap. Diambil kembali dari Penilaian Sikap:

Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._psikologi_pend_dan_bimbinga n/195807031985031-amin_budiamin/penilaian_sikap.pdf (5 februari 2014).

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: PT. Widya Aksara Press.

Budimansyah, D., & Suryadi, K. (2008). PKN dan masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Cholisin. (2000). Ilmu Kewarganegaraan. Yogyakarta: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UNY.

Creswell, J. W. (1994). Research Design, Quantitative and Qualitative Approach. California: Sage Publication.

Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmadi, H. (2009). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.

Dharma, S. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif

Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Research and Development di SMP Pasundan 1 Bandung). Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2011). Master Buku Pendidikan Anti


(3)

183

Direktorat Pembinaan Widyaiswara LAN RI. (2011). Pemberantasan Korupsi.Modul Prajabatan Golongan III. Jakarta: Direktorat Pembinaan

Widyaiswara LAN RI.

Djahiri, A. K. (1995). Dasar Umum Metodologi Pengajaran Pendidikan Nilai dan

Moral. Bandung: Laboratorium PMPKN IKIP Bandung.

Djahiri, A. K. (2006). Esensi Pendidikan Nilai dan Moral dalam PKn di Era Globalisasi. Dalam K. Djahiri, D. Budimansyah, & Syaifullah (Penyunt.),

Pendidikan Nilai dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (hal. 3-13).

Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Djaja, E. (2010). Memberantas Korupsi Bersama KPK. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Sinar Grafika.

Hakim, L. (2012). Model Pendidikan Antikorupsi Dalam Kurikulum Pendidikan

Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim, Volume. 10 No.2, 141-156. Hamzah, A. (2005). Pemberantasan Korupsi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harmanto. (2012). Pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi dalam Pembelajaran

PKn Sebagai Penguat Karakter Bangsa. Disertasi. Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Haryono. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan

Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar , 7, 1-13.

Ismaniati, C. (2012). Pengembangan dan Pemanfaatan Media Video Instruksional

Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Majalah Ilmiah Edisi Khusus,

111-123.

Kartono, K. (1983). Patologi Sosial. Jakarta: CV Rajawali Press.

Kartono, K. (2005). Patologi Sosial Jilid I Edisi Baru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. (2013). Analisis Materi Ajar.

Pendekatan Saintifik. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Bahan Ajar Training on

Trainer (ToT ) Implementasi Kurikulum 2012 In Service Learning 2.

Jakarta: Tidak Diterbitkan.

Kesuma, D., & dkk. (2009). Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi. Bandung: Pustaka Aulia Press.

KPK. (2008). Buku Panduan Memberantas Korupsi. Jakarta: KPK. Mukti., B. W. (1992). Media Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


(4)

Novitasari. (2013). Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Bermuaran Pendidikan Antikorupsi. Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung. Bandung: Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak

Diterbitkan.

Nur, M. (1998). Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan

Keterampilan Proses. Surabaya: SIC.

Nur, M., & Wikandari, P. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan

Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya. Universitas Negeri

Surabaya : University Press.

Poerwadaminta, W., & Wojowasito, S. (1982). Kamus Lengkap Inggris -

Indonesia Indonesia - Inggris. Bandung: Penerbit Hasta.

Poerwadarminta, W. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prastowo. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Kreatif. Yogyakarta: Diva Press.

Putra, A. S. (2009). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan

Kompetensi Kewarganegaraan Terhadap Sikap Demokratis Siswa (Studi Deskriptif Analisis Siswa SMP dan MTs Pada Lingkungan Pesantren di Kota Tasikmalaya. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rahardjo, S. (1983). Hukum dan Perubahan Sosial: suatu Tinjauan Teoretis Serta . Bandung: Alumni.

Rahardjo, S. (1986). Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Jakarta: Genta Pressindo.

Rahmat, & dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Unviersitas Pendidikan Indonesia.

Ritzer, G., & Goodman, J. D. (2006). Teori Sosiologi Modern Jilid 6. Diterjemahkan Oleh Tim Penerjemah. Jakarta: Pustaka Kencana.

Riyana, R. S. (2008). Media Pembelajaran. Hakikat, Pengembangan,

Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia.

Rose, C., & Nicholl, M. J. (1997). Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Penerbit Nuansa.

Sadiman, A. (1990). Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan

Pemanfaatan. Jakarta: Rajawali .

Sadulloh, U. (2004). Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Samsuri. (2013). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam


(5)

185

Universitas Akhmad Dahlan. Yogyakarta: Prodi PPKN Universitas Akhmad Dahlan.

Sardiman, A. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Siswosumarto, S. (1994). Proses dalam Mendesain Pesan dan Memvisualisasikan

Ide. Jakarta: Pustekkom Depdikbud.

Smaldino, E., & Sharon. (2011). Introduction Strategy & Media For Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soemantri, N. (1976). Metode Mengajar CIvics. Jakarta: Airlangga.

Soemantri, N. (2001). Menggagas Pembaruan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugono, D. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sulistyantoro, H. (2004). Etika Kristen dalam Menyikapi Korupsi. 2004: Kompas. Supardi, E. (2004). Kewirausahaan SMK: Kiat Mengembangkan Sikap Mandiri.

Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.Pendidikan Nasional.

Supriatna, Y. (2011). Pengaruh Pembelajaran PKn Melalui Project Citizen

Terhadap pengembangan Nilai-Nilai Antikorupsi (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Negeri 3 Majalengka). Tesis. Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Winataputra, U. S. (2014). Diskursus Aktual Tentang Paradigma Pendidikan

Kewarganegaraan( PKn) dalam Kurikulum 2013. Disampaikan Pada

Seminar dan Lokakarya AP3KNI Februari 2014. Solo: AP3KNI.

Winataputra, U. S., & Budimansyah, D. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam Perspektif Internasional, Konteks, Teori dan Profil Pembelajaran.

Bandung: Widya Aksara Press.

Winataputra, U. S., & Budimansyah, D. (2012). Civic Education, Konteks,

Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi

Pendidikan Kewarganegaraan Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

Yulita, T. (2010). Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah, Perlukah? Retrieved Desember Kamis, 2013, from Pusat Studi Urban Unika Soegijapranata Semarang: www.sintak.unika.ac.id

Yusuf, S., & Nurihsan, A. J. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zuriah, N. (2007). Pendidikan Moral Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Bandung: Bumi Aksara.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Permendikbud No. 81a Tentang Implementasi Kurikulum


Dokumen yang terkait

Pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak lurus: kuasi eksperimen di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan

1 8 273

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIK, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) BERBASIS MEDIA VIDEO KLIP LAGU DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK : Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

0 3 54

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BAURAN (BLENDED LEARNING) DENGAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERPEN: Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

0 1 50

PENGARUH MEDIA VIDEO TUTORIAL PADA KEGIATAN PRAKTIKUM ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR : Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Kota Cirebon.

0 3 40

PENDEKATAN KLARIFIKASI NILAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SEBAGAI POLA PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bandung.

1 6 323

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI: Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X di SMA Pasundan 1 Bandung.

0 2 41

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN BERMUATAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI : Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung.

0 0 38

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP SIKAP DAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJAS : Penelitian Deskriptif Pada Siswa – Siswi Kelas X SMA Negeri 23 Bandung.

0 1 48

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 24 BANDUNG.

0 0 38

PENGGUNAAN MEDIA FOTO FEATURE JURNALISTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 47