Pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan.

(1)

xiv ABSTRAK

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

Andrean Indrajaya NIM: 112114089 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Peran modal intelektual dalam bisnis berbasis pengetahuan semakin dibutuhkan. Modal intelektual dipercaya mampu berkontribusi dalam peningkatan nilai perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan. Modal intelektual diukur dengan menggunakan model Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang

dikembangkan oleh Pulic (1998). Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan

Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price to Earning Ratio

(PER).

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Jumlah sampel diperoleh sebanyak 71 perusahaan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data pengamatan selama tiga periode, sehingga jumlah sampel akhir yang diperoleh berjumlah 213. Teknik analisa data menggunakan regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) dan

Earning Per Share (EPS), akan tetapi modal intelektual tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Earning Ratio (PER). Kata Kunci: Modal Intelektual, Nilai Perusahaan, VAICTM, PBV, EPS, PER


(2)

xv ABSTRACT

THE EFFECT OF INTELLECTUAL CAPITAL ON FIRM VALUE An Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock

Exchange during 2011-2013

Andrean Indrajaya NIM: 112114089 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The role of intellectual capital in knowledge-based business is increasingly required. Intellectual capital is believed to contribute to the improvement of firm value. The purpose of this study is to analyze the effect of intellectual capital on firm value. Intellectual capital is measured using a model of Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) developed by Pulic (1998). The firm value is measured by Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), and Price to Earning Ratio (PER).

The study is empirical. The population in this study are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2011-2013. The number of samples are 71 firms that are selected using purposive sampling method. This study uses observational data for three periods, so the number of final samples are 213. The data were analyzed using simple linear regression.

The result of this study shows that intellectual capital influences firm value which is measured by price to book value (PBV) and earning per share (EPS). However, intellectual capital does not influence firm value which is measured by Price to Earning Ratio (PER).


(3)

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN

Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Andrean Indrajaya NIM: 112114089

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN

Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Andrean Indrajaya NIM: 112114089

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

ii Skripsi

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

Oleh:

Andrean Indrajaya NIM: 112114089

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I


(6)

iii Skripsi

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Andrean Indrajaya

NIM: 112114089

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 30 Juli 2015

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., C.A. ... Sekretaris Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., C.A. ... Anggota Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Ak. ... Anggota Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., C.A. ... Anggota Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si., Ak., QIA., C.A. ...

Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Dekan


(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hidup hanya sekali. Jangan menua tanpa prestasi

dan inspirasi

.

(Ridwan Kamil)

Jangan awali hari dengan penyesalan hari

kemarin, karena akan mengganggu hebatnya

hari ini dan merusak indahnya hari esok.

(-unknown-)

Kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Bapakku Adi Wahyono dan Ibuku Erna Sulistriyani

Adikku Mira Adiana

Nosa Aninditya

Teman-teman Akuntansi 2011


(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN

Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 30 Juli 2015 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja atau tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Andrean Indrajaya

NIM : 112114089

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memplubikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

Andrean Indrajaya


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dri berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.

2. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Ak., selaku Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Kedua orang tua dan adik penulis yang senantiasa memberikan perhatian,

dukungan, doa, dan semangat kepada penulis.

4. Nosa Aninditya yang selalu memberikan doa, semangat, dan masukan selama proses penulisan skripsi.

5. Teman-teman Akuntansi angkatan 2011, khususnya Kelas B atas semangat, kebersamaan dan kekompakan kita selama ini.


(11)

viii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015


(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Teori Stakeholder ... 8


(13)

x

1. Pengertian Modal Intelektual ... 10

2. Komponen Modal Intelektual ... 11

C. Value Added Intellectual Coefficients (VAICTM)... 15

1. Value Added Capital Employed (VACA) ... 16

2. Value Added Human Capital (VAHU) ... 16

3. Structural Capital Value Added (STVA) ... 17

D. Nilai Perusahaan ... 18

1. Pengertian Nilai Perusahaan ... 18

2. Pengukuran Nilai Perusahaan ... 19

E. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan ... 22

F. Penelitian Terdahulu ... 23

G. Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran... 25

1. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan yang Diukur dengan Price to Book Value (PBV) ... 26

2. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan yang Diukur dengan Earnings per Share (EPS) ... 27

3. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan yang Diukur dengan Price to Earning Ratio (PER) ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30


(14)

xi

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 32

G. Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 41

A. Bursa Efek Indonesia ... 41

B. Pemilihan Sampel ... 43

C. Profil Perusahaan Sampel... 44

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Analisis Data ... 62

B. Pembahasan ... 72

BAB VI PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan... 75

B. Keterbatasan Penelitian ... 75

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perkembangan Pasar Modal ... 41

Tabel 2 Hasil Pemilihan Sampel ... 43

Tabel 3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 64

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas... 65

Tabel 5 Hasil Koefisien Determinasi Model Regresi 1 ... 66

Tabel 6 Hasil Koefisien Determinasi Model Regresi 2 ... 67

Tabel 7 Hasil Koefisien Determinasi Model Regresi 3 ... 67

Tabel 8 Hasil Uji Statistik t Hipotesis 1 ... 68

Tabel 9 Hasil Uji Statistik t Hipotesis 2 ... 69


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR


(17)

xiv ABSTRAK

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

Andrean Indrajaya NIM: 112114089 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Peran modal intelektual dalam bisnis berbasis pengetahuan semakin dibutuhkan. Modal intelektual dipercaya mampu berkontribusi dalam peningkatan nilai perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan. Modal intelektual diukur dengan menggunakan model Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang dikembangkan oleh Pulic (1998). Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan

Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price to Earning Ratio

(PER).

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Jumlah sampel diperoleh sebanyak 71 perusahaan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data pengamatan selama tiga periode, sehingga jumlah sampel akhir yang diperoleh berjumlah 213. Teknik analisa data menggunakan regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) dan

Earning Per Share (EPS), akan tetapi modal intelektual tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Earning Ratio (PER). Kata Kunci: Modal Intelektual, Nilai Perusahaan, VAICTM, PBV, EPS, PER


(18)

xv ABSTRACT

THE EFFECT OF INTELLECTUAL CAPITAL ON FIRM VALUE An Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock

Exchange during 2011-2013

Andrean Indrajaya NIM: 112114089 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The role of intellectual capital in knowledge-based business is increasingly required. Intellectual capital is believed to contribute to the improvement of firm value. The purpose of this study is to analyze the effect of intellectual capital on firm value. Intellectual capital is measured using a model of Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) developed by Pulic (1998). The firm value is measured by Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), and Price to Earning Ratio (PER).

The study is empirical. The population in this study are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2011-2013. The number of samples are 71 firms that are selected using purposive sampling method. This study uses observational data for three periods, so the number of final samples are 213. The data were analyzed using simple linear regression.

The result of this study shows that intellectual capital influences firm value which is measured by price to book value (PBV) and earning per share (EPS). However, intellectual capital does not influence firm value which is measured by Price to Earning Ratio (PER).

.


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian global tumbuh begitu pesat. Indonesia sebagai negara berkembang harus mampu beradaptasi dengan hal tersebut agar kondisi ekonomi dalam negara tetap stabil. Perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mampu mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki (baik aset berwujud maupun aset tak berwujud) secara maksimal. Terlebih pada tahun 2015, akan diberlakukan Asean Free Trade Area (AFTA). Kondisi ini memungkinkan semua negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat (BBC Indonesia 2014).

Persaingan usaha yang semakin ketat di pasar global menuntut perusahaan-perusahaan melakukan berbagai cara dan strategi untuk memenangkan persaingan. Cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah mengubah proses bisnis yang sebelumnya didasarkan pada tenaga kerja

(labor based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business), sehingga karakteristik utama perusahaan adalah berdasarkan

ilmu pengetahuan (Sawarjuwono dan Kadir 2003). Perubahan proses bisnis tersebut akan mendorong perusahaan untuk mengembangkan inovasi produk dengan sumber-sumber pengetahuan yang dimiliki, sehingga perusahaan mampu menciptakan produk-produk baru yang disukai oleh konsumen.


(20)

Sawarjuwono dan Kadir (2003) berpendapat bahwa era bisnis berbasis pengetahuan menyebabkan peran modal konvensional menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal berbasis pengetahuan dan teknologi. Hal ini berarti perusahaan harus memusatkan pada pengelolaan aset tak berwujudnya secara optimal seperti pengetahuan, daya pikir, inovasi, dan kemampuan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Aset tak berwujud tersebut diukur dengan menggunakan modal intelektual yang saat ini perannya semakin dibutuhkan dalam dunia bisnis modern.

Menurut Bontis et al. (2000), secara umum para peneliti membagi modal intelektual ke dalam tiga unsur utama yaitu human capital, structural

capital, dan customer capital. Ketiga unsur tersebut dipercaya dapat

membangun modal intelektual yang mampu meningkatkan nilai perusahaan apabila dikelola secara optimal. Jika nilai perusahaan tinggi, investor akan memberi nilai lebih pada perusahaan dengan melakukan investasi. Penilaian lebih oleh investor terhadap harga saham perusahaan ini diyakini disebabkan modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012).

Menurut Ulum (2009: 3), fenomena modal intelektual telah berkembang di Indonesia setelah muncul PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tak berwujud. Dalam PSAK No. 19 (revisi 2000) aktiva tak berwujud tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai modal intelektual, tetapi kurang lebih hal ini telah mendapat perhatian. Paragraf 09 dalam PSAK No.19 (revisi 2000) menyebutkan beberapa contoh aktiva tak berwujud antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru,


(21)

lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar, dan merk dagang. Contoh-contoh tersebut secara tidak langsung telah mencerminkan modal intelektual.

“Salah satu persoalan yang dihadapi dalam penelitian mengenai

intellectual capital adalah bagaimana cara mengukur aset tak berwujud atau

modal intelektual” (Marfuah dan Rahman 2013). Beberapa peneliti telah

mengembangkan metode pengukuran modal intelektual. Pulic (1998) memperkenalkan metode pengukuran modal intelektual secara tidak langsung dengan menggunakan Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM). VAICTM menggabungkan tiga komponen sumber daya perusahaan, yaitu

capital employed/physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Metode ini digunakan sebagai ukuran untuk

menilai efisiensi penggunaan modal intelektual dalam menciptakan nilai tambah.

Modal intelektual dipercaya mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan nilai perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012). Investor akan memberikan nilai lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki efisiensi modal intelektual yang tinggi (Chen et al., 2005). Hal ini berarti, secara tidak langsung modal intelektual telah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi pasar terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi modal intelektual di dalam suatu perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki keunggulan bersaing dan nilai tambah


(22)

dibandingkan perusahaan yang memiliki modal intelektual yang rendah (Marfuah dan Rahman, 2013).

Penelitian mengenai modal intelektual telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Menurut Sudibya dan Restuti (2014), modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV). Jacub (2013) menemukan pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan yang diukur menggunakan price to earning ratio (PER). Hasil penelitian Wijayanti (2013) menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh terhadap earning per share (EPS).

Sunarsih dan Mendra (2012) tidak berhasil membuktikan pengaruh langsung modal intelektual pada nilai perusahaan yang diproksikan dengan PBV. Hasil yang sama juga dinyatakan oleh Solikhah dkk. (2010) bahwa modal intelektual tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV dan PER. Beberapa penelitian yang telah dilakukan belum menunjukkan hasil yang konsisten. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1) Apakah modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV) ?


(23)

2) Apakah modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan earning per share (EPS) ?

3) Apakah modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to earning ratio (PER) ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV).

2) Untuk mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan earning per share (EPS).

3) Untuk mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to earning ratio (PER).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna untuk berbagai pihak, antara lain:

1) Bagi Universitas

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa Universitas Sanata Dharma tentang modal intelektual dan dapat digunakan sebagai tambahan koleksi kepustakaan yang bermanfaat untuk penunjang kegiatan akademik mahasiswa.


(24)

2) Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan untuk lebih maksimal dalam mengelola aset tak berwujud yang dimilikinya dan mengoptimalkan nilai perusahaan melalui pengelolaan modal intelektual.

3) Bagi Penulis

Penulis dapat mengembangkan dan menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan serta menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang modal intelektual.

4) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori

Bab ini menjelaskan teori-teori yang mendukung atau relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian dan hasil penelitian terdahulu beserta analisisnya.


(25)

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan objek dan subjek penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini menjelaskan gambaran umum perusahaan yang menjadi objek penelitian.

BAB V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan analisis data penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB VI : Penutup

Bab ini menjelaskan kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran.


(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Stakeholder

Menurut Freeman dan Reed (1983), stakeholder adalah kelompok atau individu yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi tujuan organisasi atau dapat dipengaruhi oleh tujuan organisasi. Kelompok yang termasuk dalam

stakeholder menurut Belkaoui (2003) adalah pemegang saham, karyawan,

pelanggan, pemasok, kreditur, pemerintah dan masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut dikatakan stakeholder apabila memiliki kekuasaan ataupun kepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Ulum (2009: 4), teori stakeholder beranggapan bahwa seorang manajer harus melakukan aktivitas-aktivitas yang dianggap penting oleh para

stakeholder dan melaporkan aktivitas tersebut kepada para stakeholder.

Seluruh stakeholder memiliki hak untuk mengetahui segala informasi terkait dengan aktivitas perusahaan.

Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer perusahaan memahami lingkungan stakeholder dan melakukan pengelolaan secara efektif hubungan-hubungan yang ada di lingkungan perusahaan (Ulum, 2009: 5). Hal ini menciptakan sebuah hubungan timbal balik dengan

stakeholder yang berarti perusahaan (dalam hal ini manajer) melaksanakan

perannya secara dua arah, selain memenuhi kebutuhan sendiri, juga harus memperhatikan kesejahteraan stakeholder (Efandiana, 2011). Pada intinya,


(27)

kunci utama keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan nilainya terletak pada relasi yang dibangun antara perusahaan dan stakeholder.

Keterkaitannya dengan modal intelektual, teori stakeholder dapat dipandang dari dua bidang yaitu bidang etika dan bidang manajerial (Ulum, 2009: 5-6). Menurut Deegan (2004), dikutip oleh Ulum (2009: 6), bidang etika berpendapat bahwa stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh perusahaan dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Aspek etika akan terpenuhi jika manajer mampu mengelola perusahaan dalam proses penciptaan nilai (Ulum 2009: 6). Teori stakeholder juga menjelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara pada penciptaan nilai, kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan meningkatkan nilai tambah (Sunarsih dan Mendra, 2012). Hal ini berarti, manajer harus mengelola seluruh sumber daya berupa aset fisik, teknologi, sistem informasi, human capital, dan structural capital yang dimiliki oleh perusahaan secara maksimal sehingga mendorong pembentukan nilai tambah. Menurut Watts dan Zimmerman (1986), dikutip oleh Ulum (2009: 6), bidang manajerial berpendapat bahwa kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi manajemen perusahaan harus dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Hal ini dilakukan oleh para stakeholder untuk meningkatkan kesejahteraan mereka yang tercermin dari tingkat return perusahaan yang tinggi (Ulum 2009: 6).


(28)

B. Modal Intelektual

1. Pengertian Modal Intelektual

Beberapa peneliti memiliki versi berbeda terkait definisi modal intelektual. Bukh (2003), dikutip oleh Ulum (2009: 14), menyebutkan bahwa modal intelektual dan aset tak berwujud adalah sama dan saling menggantikan. Namun demikian Edvinsson dan Malone (1997), dikutip oleh Ulum (2009: 14), menyatakan bahwa modal intelektual adalah bagian dari aset tak berwujud.

Klein dan Prusak, dikutip oleh Sawarjuwono dan Kadir (2003) mendefinisikan modal intelektual yang kemudian dipopulerkan oleh

Stewart (1994), yaitu “...we can define intellectual capital operationally as intellectual material that has been formalized, captured, and leveraged to produce a higher valued asset”. Modal intelektual dapat

didefinisikan secara operasional sebagai material yang telah disusun, ditangkap, dan dimanfaatkan untuk menghasilkan aset yang bernilai lebih tinggi.

Lebih jelas, Sawarjuwono dan Kadir (2003) juga mendefinisikan modal intelektual sebagai berikut:

Intellectual capital dapat didefinisikan sebagai jumlah dari apa

yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (human capital,

structural capital, costumer capital) yang berkaitan dengan

pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi”.

Menururt Bontis (1998), dikutip oleh Sudibya dan Restuti (2014), modal intelektual adalah seperangkat aset tak berwujud (sumber daya,


(29)

kemampuan, dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai. Namun demikian, Pramestiningrum (2013) mendefinisikan modal intelektual sebagai aset tak berwujud yang berisi pengetahuan dan dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan baik dalam pembuatan keputusan untuk saat ini maupun manfaat di masa depan.

Sudibya dan Restuti (2014) juga mendefinisikan modal intelektual

sebagai “Akumulasi kinerja dari tiga elemen utama perusahaan (human

capital, structural capital, dan customer capital) yang dapat memberikan

nilai lebih di masa yang akan datang”. Namun demikian, secara garis besar modal intelektual berhubungan dengan aset non fisik atau aset tak berwujud yang meliputi aspek pengetahuan, skill, teknologi, dan pengalaman individu yang apabila dikelola dengan maksimal akan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

2. Komponen Modal Intelektual

Beberapa pakar atau peneliti telah mengklasifikasikan modal intelektual ke dalam tiga komponen atau elemen utama (Sawarjuwono dan Kadir 2003). Komponen-komponen utama modal intelektual tersebut antara lain:

a. Human Capital (Modal Manusia)

Human capital atau modal manusia adalah keahlian dan


(30)

dan jasa serta kemampuannya untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan (Sudibya dan Restuti, 2014). Menurut IFAC (1998) dikutip oleh Ulum (2009: 29), human capital atau modal manusia terdiri dari: keterampilan, pendidikan, penilaian kerja, pengetahuan, dan kompetensi yang berhubungan dengan pekerjaan.

Human capital menggabungkan pengetahuan, keterampilan,

inovasi, dan kemampuan individu yang direpresentasikan oleh karyawan perusahaan (Bontis, 2000). Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu untuk mengembangkan dan memanfaatkan kompetensi yang dimiliki oleh karyawannya secara efisien (Prasetyanto, 2013). Perusahaan yang memiliki potensi karyawan berkualitas akan mendorong kinerja perusahaan secara optimal sehingga meningkatkan persepsi pasar terhadap perusahaan.

Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003), human capital merupakan lifeblood dari modal intelektual yang di dalamnya terdapat unsur inovasi dan pengembangan. Artinya manusia atau individu memiliki peran penting dalam pembentukan modal intelektual sehingga perusahaan memiliki keunggulan bersaing dengan para kompetitor.

b. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal Organisasi) Structural capital merupakan infrastruktur yang dimiliki oleh


(31)

Infrastruktur tersebut mencakup budaya organisasi, pelatihan karyawan, sistem informasi, sistem jaringan perusahaan, proses manajemen, dan financial relations (Ulum 2009: 30). Bontis (2000) berpendapat structutal capital terdiri dari database perusahaan, struktur organisasi, paten, merek dagang, dan semua kemampuan perusahaan yang mendukung produktivitas karyawannya. Lebih jelas, structural capital akan tetap dimiliki oleh perusahaan ketika karyawan telah meninggalkan perusahaan (Bontis, 2000).

Structural capital juga digunakan sebagai sarana penunjang

dari human capital yang menyediakan fasilitas pendukung untuk menghasilkan kinerja karyawan yang optimal (Sudibya dan Restuti, 2014). Sumber daya ini akan melekat pada perusahaan seiring dengan aktivitas operasional yang dilakukannya. Seorang karyawan atau individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika tidak didukung dengan sistem perusahaan yang memadai maka akan sangat sulit untuk mengoptimalkan sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

c. Customer Capital (Modal Pelanggan)

Pelanggan merupakan sumber utama bagi perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (Prasetyanto, 2013). Pelanggan akan membeli produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini


(32)

menuntut perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para pelanggan agar kepuasan pelanggan tercapai.

Menurut Pramestiningrum (2013), “Relational capital

merupakan hubungan baik antara perusahaan dengan pihak eksternal seperti supplier yang berkualitas, pelanggan yang loyal,

pemerintah, dan masyarakat di sekitar”. Modal ini terdiri dari loyalitas pelanggan, jaringan distribusi, perjanjian lisensi, kepuasan pelanggan, kerjasama bisnis, dan kontrak yang saling menguntungkan (Ulum 2009: 29).

Menurut Putra (2012), customer capital menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengidentifikasi kebutuhan atau selera pasar sehingga terjalin hubungan baik dengan pihak luar. Bontis et al. (2000) berpendapat bahwa basis utama dari customer

capital adalah pengetahuan yang tertanam pada perusahaan untuk

membuat jalur pemasaran dan menjalin hubungan dengan pelanggan dalam rangka menjalankan bisnis.

Modal pelanggan merupakan association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Hal ini berarti, perusahaan harus mampu menjaga hubungan dengan pihak-pihak eksternal agar pengelolaan sumber daya intelektual, khususnya customer capital dapat dimanfaatkan secara optimal.


(33)

C. Value Added Intellectual Coefficients (VAICTM)

Modal intelektual dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

Value Added Intellectual Coefficients (VAICTM). VAICTM merupakan metode pengukuran modal intelektual secara moneter yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1998. Metode ini menggabungkan unsur human capital, structural

capital dan capital employed. Hal terpenting ketika akan mengukur modal

intelektual adalah mengetahui value added yang diciptakan oleh perusahaan. Keunggulan metode ini menurut Ulum (2009: 90) adalah data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan karena berasal dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan.

Pulic (1998) menjelaskan bahwa value added dihitung dari selisih antara output (OUT) dan input (IN). Output merupakan seluruh penghasilan perusahaan mencakup semua produk dan jasa yang dijual di pasar. Input meliputi seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh penghasilan kecuali beban karyawan. Pulic (1998) menyatakan: “The labour expenditures are not calculated as costs any more but represent an active component of

value creation”, bahwa beban karyawan tidak dihitung sebagai biaya karena

merupakan komponen aktif dalam proses penciptaan nilai. Rumus untuk menghitung value added adalah (Ulum 2009: 88):

VA = OUT – IN Keterangan:

VA = Value added

Output (OUT) = Total penjualan dan pendapatan lain


(34)

Menururt Sudibya dan Restuti (2014), VAICTM dirancang untuk memungkinkan manajemen dan stakeholder secara efektif mengawasi dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah (value added) dengan komponen sumber daya perusahaan. Value added tersebut membentuk hubungan dengan unsur-unsur pembentuk modal intelektual yang dimiliki perusahaan, antara lain:

1. Value Added Capital Employed (VACA)

Value Added Capital Employed (VACA) adalah rasio dari value added (VA) terhadap capital employed (CE). Capital employed (CE)

merupakan dana yang tersedia atau dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa efisien modal fisik telah digunakan. Pulic mengasumsikan (Ulum 2009: 87) jika satu unit capital employed (CE) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan lain, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut telah memanfaatkan capital

employed (CE) dengan maksimal. Rumus untuk menghitung VACA

adalah sebagai berikut (Ulum 2009: 89): VACA =

Keterangan:

VA = Value Added, yaitu total penjualan dan pendapatan lain dikurangi dengan beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan).

CE = Capital Employed, yaitu dana yang tersedia atau dimiliki oleh perusahaan (total ekuitas).

2. Value Added Human Capital (VAHU)

Value Added Human Capital (VAHU) merupakan rasio dari value added (VA) terhadap human capital (HC). Value added merupakan


(35)

biaya-biaya (selain beban karyawan). Menurut Ulum (2008), hubungan ini menunjukkan kemampuan karyawan atau tenaga kerja dalam menghasilkan value added bagi perusahaan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut.

Perusahaan yang memiliki sumber daya manusia berkualitas, dapat dengan mudah menghasilkan nilai tambah. Hal ini juga berbanding lurus dengan penghargaan yang diterima oleh karyawan atau tenaga kerja, yaitu berupa gaji atau upah yang merupakan indikator dari human

capital. “VAHU menjadi indikator kualitas dari sumber daya manusia

dalam suatu perusahaan dan sumber daya manusia tersebut telah mampu menghasilkan VA untuk setiap Rupiah yang dikeluarkan untuk HC” (Pramestiningrum 2013). Rumus untuk menghitung VAHU adalah sebagai berikut (Ulum 2009: 88):

VAHU = Keterangan:

VA = Value Added, yaitu total penjualan dan pendapatan lain dikurangi dengan beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan).

HC = Human Capital, yaitu beban karyawan atau tenaga kerja yang ditanggung oleh perusahaan (total gaji, upah dan pendapatan karyawan).

3. Structural Capital Value Added (STVA)

Structural Capital Value Added (STVA) merupakan rasio structural capital (SC) terhadap value added (VA). Rasio ini mengasumsikan

jumlah structural capital yang dibutuhkan untuk manghasilkan satu Rupiah dari value added. Menurut Ulum (2009: 88), jika semakin besar


(36)

kontribusi human capital dalam menciptakan nilai bagi sebuah perusahaan, maka semakin kecil kontribusi yang diberikan structural

capital dalam hal tersebut. Rumus untuk menghitung STVA adalah

sebagai berikut (Ulum 2009: 90):

STVA =

Keterangan: SC (structural capital) = VA – HC

VA = Value Added

Tahap akhir setelah menghitung ketiga komponen yang terdiri dari VACA, VAHU, dan STVA adalah menghitung nilai VAICTM. VAICTM menunjukkan seberapa besar kemampuan intelektual perusahaan untuk menciptakan nilai bagi perusahaan itu sendiri (Pramestinigrum, 2013). Ketiga komponen tersebut digabungkan dengan bentuk formula sebagai berikut:

VAICTM = VACA + VAHU + STVA

D. Nilai Perusahaan

1. Pengertian Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan menurut pandangan Sartono (2010: 487) adalah

“Nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang

beroperasi. Adanya kelebihan nilai jual di atas nilai likuidasi adalah nilai

dari organisasi manajemen yang menjalankan perusahaan itu”. Menurut Husnan (2000: 7), “Nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar


(37)

oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual”. Berdasarkan

pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan menggambarkan pandangan investor mengenai perusahaan yang bersangkutan. Jika perusahaan dapat memberikan kemakmuran kepada pemegang saham, maka publik akan menilai bahwa perusahaan tersebut memiliki nilai tinggi yang tercermin dari harga sahamnya.

Perusahaan yang sudah go public akan lebih mudah dalam mengukur nilai perusahaan, karena perusahaan telah menjual sahamnya di masyarakat. Saham yang beredar tersebut mencerminkan nilai sebuah perusahaan. Jika harga pasar saham tinggi maka nilai perusahaan juga tinggi yang sejalan dengan meningkatnya kemakmuran pemegang saham. Menurut Sartono (2010: 8), tujuan utama perusahaan bukan memaksimumkan profit tetapi, memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimisasi nilai perusahaan. Perusahaan harus melaksanakan manajemen keuangan secara profesional agar maksimisasi nilai perusahaan berhasil dilakukan, sehingga prospek atau masa depan perusahaan jelas.

2. Pengukuran Nilai Perusahaan

Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diukur dengan menggunakan beberapa cara, yaitu:

a. Price to Book Value (PBV)

Price to book value (PBV) merupakan perbandingan antara


(38)

mencerminkan harga saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku per lembar sahamnya. Semakin tinggi hasil dari PBV menunjukkan bahwa pasar semakin percaya prospek perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012). Menurut Tandelilin (2010: 385), cara untuk menghitung PBV adalah:

PBV =

Menurut Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-310/BEJ/09-2004, harga saham penutupan adalah harga yang terbentuk berdasarkan penawaran jual dan permintaan beli saham yang dilakukan oleh anggota bursa efek yang tercatat pada akhir jam perdagangan di pasar reguler. Menurut Tandelilin (2010: 384), nilai buku per lembar saham merupakan jumlah ekuitas dibagi dengan jumlah lembar saham beredar.

b. Earning per Share (EPS)

“Komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam

analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal sebagai earning per share (EPS)” (Tandelilin 2010: 373). EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah bunga dan pajak dengan jumlah saham beredar. Hasil ini menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada seluruh pemegang saham.

Nilai EPS sudah tersaji dan dapat dilihat dalam laporan keuangan perusahaan. Namun demikian, nilai EPS dapat dihitung


(39)

dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Tandelilin 2010: 374):

EPS =

Laba bersih setelah bunga dan pajak adalah laba tahun berjalan yang terdapat dalam laporan laba rugi komprehensif suatu perusahaan. Jumlah saham beredar adalah jumlah saham yang dipegang oleh investor, termasuk saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan dan masyarakat investor umum (Kamus Bisnis).

c. Price to Earning Ratio (PER)

Price to Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan

antara harga saham dengan laba per lembar saham. Menurut Tandelilin (2010: 375), rasio ini menunjukkan besarnya Rupiah yang dibayarkan oleh investor untuk memperoleh satu Rupiah

earning perusahaan. PER juga menunjukkan perbandingan antara

harga saham terhadap earning perusahaan. Menurut Tandelilin (2010: 320), cara untuk menghitung PER adalah:

PER =

Harga saham yang digunakan untuk menghitung PER adalah harga saham penutupan (closing price) yaitu harga yang terbentuk berdasarkan penawaran jual dan permintaan beli saham yang dilakukan oleh anggota bursa efek yang tercatat pada akhir jam


(40)

perdagangan di pasar reguler. Laba per lembar saham adalah perbandingan antara laba bersih setelah bunga dan pajak dengan jumlah saham beredar.

E. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan

Teori stakeholder menyatakan bahwa manajer perusahaan harus melakukan aktivitas-aktivitas yang dianggap penting oleh para stakeholder (Ulum 2009: 4). Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh stakeholder tersebut bermuara pada penciptaan nilai dari pemanfaatan sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012).

Menurut Ulum (2009: 6) para stakeholder memiliki wewenang untuk mempengaruhi manajer dalam proes pemanfaatan sumber daya perusahaan. Pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien akan mendorong terciptanya nilai tambah pada perusahaan sehingga menarik perhatian para investor yang merupakan salah satu pihak yang berkepentingan pada perusahaan.

Investor cenderung menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki modal intelektual tinggi (Sudibya dan Restuti, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa investor akan menilai tinggi perusahaan yang memiliki efisiensi modal intelektual yang tinggi (Chen et al., 2005). Modal yang ditanamkan tersebut mencerminkan nilai dari sebuah perusahaan. Pertambahan modal dari investor, akan berdampak pada naiknya nilai perusahaan (Sudibya dan Restuti, 2014). Kepentingan seluruh stakeholder


(41)

juga akan terpenuhi apabila perusahaan mampu menciptakan nilai dari modal intelektual yang dimiliki.

Menurut Sudibya dan Restuti (2014), penciptaan nilai dari modal intelektual dapat dilakukan dengan memaksimalkan potensi human capital,

structural capital, dan customer capital yang dimiliki oleh perusahaan.

Kepemilikan dan pemanfaatan modal intelektual memungkinkan perusahaan memiliki keunggulan bersaing serta nilai tambah (Putra, 2012). Perusahaan yang mampu memanfaatkan modal intelektual secara efisien, akan meningkatan nilai perusahaannya (Sunarsih dan Mendra, 2012).

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang modal intelektual telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sudibya dan Restuti (2014) meneliti pengaruh modal intelektual tehadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh langsung pada nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Hal ini menunjukkan bahwa pasar telah memberikan penilaian yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang tinggi. Hasil penelitian yang kedua menunjukkan bahwa kinerja keuangan sebagai variabel intervening mampu memediasi hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan meskipun tidak lebih kuat daripada pengaruh langsung dari modal intelektual terhadap nilai perusahaan.


(42)

Putra (2012) meneliti pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Pengelolaan dan penggunaan modal intelektual secara efektif terbukti mampu meningkatkan nilai perusahaan yang diukur dengan rasio

price to book value (PBV).

Sunarsih dan Mendra (2012) menguji pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa modal intelektual tidak berpengaruh pada nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Temuan penelitian ini mengindikasikan investor belum memberikan penilaian yang lebih tinggi terhadap perusahaan yang memiliki modal intelektual yang tinggi.

Wijayanti (2013) menguji pengaruh modal intelektual terhadap harga saham melalui kinerja keuangan pada perusahaan perbankan. Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara modal intelektual dengan kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan EPS. Salim dan Karyawati (2013) juga menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan EPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara empiris hanya unsur capital employed dan

structural capital yang berpengaruh signifikan terhadap EPS, namun secara


(43)

Jacub (2012) menguji pengaruh modal intelektual dan pengungkapannya terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan sampel perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan PER. Hal ini menunjukkan bahwa modal intelektual merupakan kekuatan bagi perusahaan dalam menciptakan keunggulan bersaing.

Solikhah dkk. (2010) menguji implikasi modal intelektual terhadap

financial performance, growth, dan market value pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. Penelitian ini menggunakan PER dan PBV dalam mengukur nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa modal intelektual tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV dan PER.

G. Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran

Teori stakeholder menjelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan berpusat pada penciptaan nilai. Kepemilikan dan pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012). Penelitian ini akan menguji pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan. Modal intelektual dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Pulic (1998) yaitu VAICTM.


(44)

Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan PBV, EPS, dan PER. Berikut merupakan pengembangan hipotesis dalam penelitian ini:

1. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan yang Diukur dengan Price to Book Value (PBV)

Salah satu peran modal intelektual adalah membantu perusahaan dalam proses penciptaan nilai. Perusahaan yang memiliki modal intelektual tinggi akan direspon positif oleh investor dengan melakukan penanaman modal. Hal tersebut akan berdampak pada naiknya nilai perusahaan. Menurut Sudibya dan Restuti (2014), para pemegang saham akan memberi perhatian lebih pada perusahaan yang mampu menciptakan nilai karena dengan begitu perusahaan akan lebih mampu untuk menyejahterakan stakeholder.

Nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan PBV akan menunjukkan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku sahamnya. Peningkatan nilai perusahaan diciptakan oleh modal-modal yang digunakan perusahaan termasuk modal intelektual (Sudibya dan Restuti, 2014). Jika perusahaan mampu mengelola modal intelektual secara maksimal, maka nilai perusahaan akan meningkat yang tercermin dari PBV.

Penelitian Sudibya dan Restuti (2014) menyimpulkan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan Sunarsih dan Mendra (2012) yang menyatakan bahwa modal intelektual tidak berpengaruh pada nilai


(45)

perusahaan yang diukur dengan PBV. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1: Modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang

diukur dengan price to book value (PBV)

2. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan yang Diukur dengan Earnings per Share (EPS)

Pada dasarnya logika bisnis sebuah perusahaan didasarkan pada pencapaian keberhasilan pertumbuhan dan penciptaan nilai dalam jangka panjang (Ulum, 2009: 84). Penciptaan nilai dapat dilakukan salah satunya dengan pengelolaan modal intelektual. Unsur-unsur yang terdapat pada modal intelektual (human cappital, strucutral capital dan customer

capital) harus mampu dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.

Menurut Sunarsih dan Mendra (2012), kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan meningkatkan nilai tambah. Keunggulan bersaing yang dimiliki perusahaan akan menarik perhatian investor untuk berinvestasi sehingga nilai perusahaan akan meningkat seiring dengan

return yang diperoleh.

Return yang diperoleh perusahaan akan menentukan besarnya

jumlah EPS. Melalui EPS, para pemegang saham akan mengetahui besarnya laba bersih perusahaan yang mereka terima. Semakin tinggi


(46)

modal intelektual yang dimanfaatkan oleh perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai EPS (Pramestiningrum, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara modal intelektual dengan EPS. Hasil yang sama juga diungkapkan oleh Salim dan Karyawati (2013) yang menunjukkan bahwa secara umum modal intelektual berpengaruh terhadap EPS. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha2: Modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang

diukur dengan earning per share (EPS)

3. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan yang Diukur dengan Price to Earning Ratio (PER)

Salah satu pertimbangan yang digunakan oleh investor ketika akan berinvestasi adalah mengetahui tingkat PER. Rasio ini dapat digunakan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan. Menurut Sartono (2010: 87), jika investor lebih optimis tehadap prospek perusahaan, maka mereka akan membeli saham tersebut.

Menurut Sudibya dan Restuti (2014), pasar akan memberikan penilaian yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pemikiran Chen et al. (2005) bahwa investor akan menilai tinggi perusahaan yang memiliki efisiensi modal intelektual yang tinggi. Jika pengelolaan modal


(47)

Nilai Perusahaan intelektual dapat dilakukan secara maksimal, maka persepsi pasar terhadap nilai perusahaan tersebut diharapkan akan semakin meningkat (Jacub, 2012).

Jacub (2012) menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan PER. Namun demikian, penelitian Solikhah dkk. (2010) menyimpulkan bahwa modal intelektual tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV dan PER. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha3: Modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang

diukur dengan price to earning ratio (PER)

Berdasarkan penjelasan dan perumusan hipotesis di atas, dapat dibentuk sebuah kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1: Kerangka Pemikiran Modal

Intelektual (VAICTM)

Price to Earning Ratio (PER) Earning Per Share

(EPS) Ha2

Ha3

Price To Book Value (PBV)


(48)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai 2013.

2. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti dan terdiri atas sejumlah individu (Sumarni dan Wahyuni, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Sumarni dan Wahyuni, 2005). Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan


(49)

menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2010). Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

2. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami delisting selama periode penelitian.

3. Perusahaan manufaktur yang tidak menunjukkan laba dan ekuitas negatif selama periode 2011-2013 berturut-turut.

4. Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya.

5. Perusahaan manufaktur yang memiliki akhir tahun buku 31 Desember dalam laporan keuangannya.

6. Perusahaan manufaktur yang memiliki informasi tentang harga saham.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif (Wiyono, 2011). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013 yang dapat diakes melalui


(50)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan adalah modal intelektual. Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003), modal intelektual adalah jumlah dari yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (human

capital, structural capital, costumer capital) yang berkaitan dengan

pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi. Modal intelektual diukur dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Pulic (1998) yaitu VAICTM.

Model VAICTM merupakan gabungan dari unsur human capital,

structural capital dan capital employed. Tahapan untuk menghitung

VAICTM antara lain:

a. Menghitung Value Added (VA)

VA merupakan selisih antara output dan input. Rumus untuk menghitung VA adalah:


(51)

Keterangan:

VA = Value added

Output (OUT) = Total penjualan dan pendapatan lain

Input (IN) = Beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan) b. Menghitung Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah rasio dari value added (VA) terhadap capital

employed (CE). Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh

setiap unit dari CE terhadap value added perusahaan. Rumus untuk menghitung VACA adalah:

VACA = Keterangan:

VA = Value Added, yaitu total penjualan dan pendapatan lain dikurangi dengan beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan).

CE = Capital Employed, yaitu dana yang tersedia atau dimiliki oleh perusahaan (total ekuitas).

c. Menghitung Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU adalah rasio dari value added (VA) terhadap human

capital (HC). Rasio ini menunjukkan kontribusi setiap Rupiah yang

diinvestasikan dalam HC terhadap value added perusahaan. Rumus untuk menghitung VAHU adalah:

VAHU = Keterangan:

VA = Value Added, yaitu total penjualan dan pendapatan lain dikurangi dengan beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan).

HC = Human Capital, yaitu beban karyawan atau tenaga kerja yang ditanggung oleh perusahaan (total gaji, upah dan pendapatan karyawan).


(52)

d. Menghitung Structural Capital Value Added (STVA)

STVA adalah rasio structural capital (SC) terhadap value

added (VA). Rasio ini mengasumsikan jumlah structural capital

yang dibutuhkan untuk manghasilkan satu Rupiah dari value added Rumus untuk menghitung STVA adalah:

STVA =

Keterangan: SC (structural capital) = VA – HC

VA = Value Added

e. Menghitung Value Added Intellectual Coefficients (VAICTM) VAICTM menunjukkan kemampuan intelektual perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Rumus untuk menghitung VAICTM adalah:

VAICTM = VACA + VAHU + STVA 2. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Menurut Husnan (2000: 7), nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan price to

book value (PBV), earning per share (EPS), dan price to earning ratio

(PER).

a. Price to Book Value (PBV)

PBV merupakan perbandingan antara harga saham penutupan dengan nilai buku per lembar saham. Rasio ini menggambarkan


(53)

seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Rumus untuk menghitung PBV adalah:

PBV = b. Earning Per Share (EPS)

EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah bunga dan pajak dengan jumlah saham beredar. Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Rumus untuk menghitung EPS adalah: EPS =

c. Price to Earning Ratio (PER)

PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba per lembar saham. Rasio ini menunjukkan besarnya Rupiah yang dibayarkan oleh investor untuk memperoleh satu Rupiah

earning perusahaan. Rumus untuk menghitung PER adalah:

PER =

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Analisis regresi linier digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana karena hanya terdapat satu variabel


(54)

independen. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2007: 19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi mengenai suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Statistik deskriptif dalam penelitian ini akan mendeskripsikan nilai dari variabel VAICTM, PBV, EPS dan PER.

2. Melakukan Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali 2007: 110). Untuk melihat normalitas residual tersebut dapat digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Kriteria hasil uji stastistik

Kolmogorov-Smirnov adalah:

1) Jika angka signifikansi (sig) ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal.

2) Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

3. Menentukan Model Regresi Linier

Penelitian ini menggunakan tiga model regresi linier sederhana. Model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y1 = a + b1 X + e ... (1)


(55)

Y3 = a + b1 X + e ... (3)

Keterangan:

Y1 = price to book value (PBV)

Y2 = earning per share (EPS)

Y3 = price to earning ratio (PER)

X = value added intellectual coefficients (VAICTM) a = konstanta

b1 = koefisien regresi

e = error 4. Menguji Hipotesis

a. Menguji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali 2007: 83). Nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat kecil atau terbatas. Jika nilai R2 mendekati satu, variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Melalui uji ini akan diketahui seberapa besar variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak diteliti.

b. Melakukan Uji Statistik t

Uji Statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali 2007: 84). Uji


(56)

statistik t dapat dilihat dari signifikansi nilai t pada masing-masing variabel dari output penghitungan. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis

Ho1 Modal intelektual tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV).

Ha1 Modal intelektual berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV).

Ho2 Modal intelektual tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diukur dengan earning per share (EPS).

Ha2 Modal intelektual berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diukur dengan earning per share (EPS).

Ho3 Modal intelektual tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diukur dengan price to earning ratio (PER).

Ha3 Modal intelektual berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diukur dengan price to earning ratio (PER).


(57)

2) Menentukan tingkat signifikansi (α)

Tingkat signifikansi (α) menunjukkan peluang kesalahan yang ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau mendukung hipotesis nol.

3) Menentukan t hitung dan t tabel

4) Mengambil keputusan

Ho tidak dapat ditolak jika nilai t hitung ≤ t tabel atau -t hitung≥ -t tabel

Ho ditolak jika nilai t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel

5) Menarik kesimpulan

a) Jika Ho1 tidak dapat ditolak, maka modal intelektual

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV).

Jika Ho1 ditolak, maka modal intelektual berpengaruh

terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to

book value (PBV).

b) Jika Ho2 tidak dapat ditolak, maka modal intelektual

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan earning per share (EPS).

Jika Ho2 ditolak, maka modal intelektual berpengaruh

terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan earning


(58)

c) Jika Ho3 tidak dapat ditolak, maka modal intelektual

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to earning ratio (PER).

Jika Ho3 ditolak, maka modal intelektual berpengaruh

terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to


(59)

41 BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Bursa Efek Indonesia

Sejarah pasar modal di Indonesia telah ada sejak jaman Belanda tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pemerintah Hindia Belanda mendirikan pasar modal di Indonesia untuk kepentingan VOC. Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan pasar modal tidak berjalan sesuai dengan harapan pada masa itu. Kegiatan pasar modal di Indonesia mengalami kevakuman selama beberapa periode. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pada tahun 1977, Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal yang telah lama vakum. Beberapa tahun kemudian pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah Indonesia. Secara kronologis, perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1. Perkembangan Pasar Modal

Tahun Peristiwa

Des 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

1914-1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

1925-1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

Awal Tahun 1939

Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.


(60)

Tabel 1. Perkembangan Pasar Modal (lanjutan)

1942-1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

1956-1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum. 10 Agustus

1977

Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

1977-1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen pasar modal. 1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES

87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran pmum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

1988-1990 Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Des 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES

88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go

public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi

pertumbuhan pasar modal.

16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

22 Mei 1995 Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading

Systems).

10 Nov 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.


(61)

Tabel 1. Perkembangan Pasar Modal (lanjutan)

2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

2 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.

Sumber: www.idx.co.id

B. Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2010). Sampel yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pemilihan Sampel

No. Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2011-2013 140

2 Perusahaan manufaktur yang mengalami delisting

selama periode penelitian (3)

3 Perusahaan manufaktur yang menunjukkan laba dan

ekuitas negatif selama periode 2011-2013 berturut-turut (34) 4 Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan mata

uang Rupiah dalam laporan keuangannya (21) 5 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki akhir tahun

buku 31 Desember dalam laporan keuangannya (2) 6 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki informasi

tentang harga saham (9)

Jumlah Sampel 71

Jumlah Sampel Akhir 213

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan proses pemilihan sampel dengan menggunakan metode


(62)

manufaktur. Penelitian ini menggunakan data pengamatan selama tiga periode, sehingga jumlah sampel akhir yang diperoleh berjumlah 213.

C. Profil Perusahaan Sampel

Berdasarkan kriteria pemilihan sampel, terdapat 71 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berikut merupakan profil singkat 71 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini:

1) PT Akasha Wira International Tbk (ADES) Direktur Utama : Martin Jimi

Komisaris Utama : Hanjaya Limanto Sub Sektor : Food and Beverages

Alamat Kantor : Perkantoran Hijau Arkadia Tower C Lantai 15 Jl. TB. Simatupang Kav. 88 Jakarta 12520

2) PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) Direktur Utama : Stefanus Joko Mogoginta Komisaris Utama : Anton Apriyantono Sub Sektor : Food and Beverages

Alamat Kantor : Alun Graha Lantai 1 Jl. Prof. DR. Soepomo No. 233 Jakarta Selatan 12820

3) PT Argha Karya Prima Ind Tbk (AKPI) Direktur Utama : Wilson Pribadi Komisaris Utama : Andry Pribadi


(63)

Alamat Kantor : Jl. Pahlawan, Karang Asem Citeureup 16810

Bogor

4) PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) Direktur Utama : Herwanto Sutanto Komisaris Utama : Lili Mulyadi Sutanto Sub Sektor : Pulp and Paper

Alamat Kantor :Kawasan Industri Cimareme, Jl. Cimareme II No. 14, Padalarang, Bandung Barat 40553

5) PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI) Direktur Utama : Alim Markus

Komisaris Utama : Angkasa Rachmawati Sub Sektor : Metal and Allied Products

Alamat Kantor : Sawotratap, Gedangan (Kompleks Industri Maspion Unit I) Sidoarjo-61254

6) PT Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) Direktur Utama : Mampei Chiyoda Komisaris Utama : Tan Pei Ling

Sub Sektor : Ceramics, Glass, and Porcelain

Alamat Kantor : Jl Ancol IX/5, Ancol Barat Jakarta 14430 7) PT Asiaplast Industries Tbk (APLI)

Direktur Utama : Wilson Agung Pranoto Komisaris Utama : Alexander Agung Pranoto Sub Sektor : Plastic and Packaging


(1)

Lampiran 7. Data Earning Per Share (EPS)

No Kode EPS

2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp)

1 ADES 44,00 141,00 94,00 2 AISA 74,22 72,18 106,80

3 AKPI 93,00 51,00 57,00

4 ALDO 11,07 16,77 24,69

5 ALMI 177,87 45,29 84,80 6 AMFG 776,00 799,00 780,00

7 APLI 10,92 2,81 1,28

8 ARNA 52,00 85,00 32,00

9 ASII 439,00 480,00 480,00 10 AUTO 261,00 264,00 222,00 11 BATA 4.355,00 5.334,00 3.413,00 12 BTON 106,37 137,56 143,79

13 BUDI 15,60 1,27 2,63

14 CEKA 324,00 196,00 219,00 15 CPIN 144,00 164,00 154,00 16 DLTA 9.060,00 12.997,00 16.515,00 17 DVLA 108,00 133,00 112,00 18 EKAD 38,00 51,00 56,00

19 ETWA 75,02 39,75 8,12

20 GDST 12,00 6,00 11,00

21 GGRM 2.544,00 2.086,00 2.250,00 22 GJTL 196,00 325,00 35,00 23 HMSP 1.840,00 2.269,00 2.468,00 24 ICBP 339,00 374,00 382,00 25 IGAR 37,52 28,16 20,28 26 IMAS 347,27 289,93 192,55 27 INAI 166,39 146,18 31,69 28 INDF 350,00 371,00 285,00 29 INDS 551,69 591,92 349,53 30 INTP 977,10 1.293,15 1.361,02 31 JECC 190,37 211,71 151,64 32 JPFA 60,00 94,00 56,00 33 JPRS 50,00 13,00 20,00 34 KAEF 30,93 36,93 38,63 35 KBLI 15,90 31,24 18,35


(2)

Lampiran 7. Data Earning Per Share (EPS) Lanjutan

No Kode EPS

2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp)

36 KBLM 17,00 21,00 7,00

37 KDSI 58,34 90,96 88,90

38 KICI 2,59 16,37 53,76

39 KLBF 32,00 37,00 41,00 40 LION 1.010,00 1.641,00 1.245,00 41 LMSH 1.135,00 4.300,00 1.498,00 42 LPIN 533,00 781,00 403,00 43 MAIN 121,00 179,00 142,00 44 MBTO 40,35 42,54 15,11 45 MERK 10.320,00 4.813,00 7.832,00 46 MYOR 614,00 952,00 1.115,00 47 NIPS 892,00 1.078,00 47,00 48 PICO 21,68 19,70 28,01

49 PRAS 3,30 26,50 18,80

50 PSDN 8,91 9,78 5,48

51 PYFA 9,67 9,92 11,58

52 RICY 19,36 25,92 11,43 53 ROTI 22,90 29,47 31,22 54 SCCO 533,00 824,00 509,00

55 SIPD 2,35 2,38 1,03

56 SKLT 8,65 11,53 16,56

57 SMCB 139,00 176,00 124,00 58 SMGR 662,00 817,00 905,00 59 SMSM 147,00 152,00 214,00 60 SQBB 12.063,00 13.439,00 14.822,00

61 SRSN 3,98 2,82 2,66

62 STTP 32,58 56,98 87,38 63 TCID 696,00 748,00 796,00 64 TOTO 440,00 476,00 478,00 65 TRST 52,00 22,00 12,00 66 TSPC 126,00 140,00 141,00 67 ULTJ 44,00 122,00 113,00

68 UNIT 31,00 5,00 6,00

69 UNVR 546,00 634,00 701,00 70 VOKS 133,01 176,74 47,04


(3)

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Price to Earning Ratio (PER)

No Kode Harga Saham Penutupan Laba per Lembar Saham (EPS) PER

2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2011 (x) 2012 (x) 2013 (x)

1 ADES 1.010 1.920 2.000 44,00 141,00 94,00 22,95 13,62 21,28

2 AISA 495 1.080 1.430 74,22 72,18 106,80 6,67 14,96 13,39

3 AKPI 1.020 800 810 93,00 51,00 57,00 10,97 15,69 14,21

4 ALDO 370 470 660 11,07 16,77 24,69 33,42 28,03 26,73

5 ALMI 910 650 600 177,87 45,29 84,80 5,12 14,35 7,08

6 AMFG 6.550 8.300 7.000 776,00 799,00 780,00 8,44 10,39 8,97

7 APLI 75 86 65 10,92 2,81 1,28 6,87 30,60 50,78

8 ARNA 365 1.640 820 52,00 85,00 32,00 7,02 19,29 25,63

9 ASII 74.000 7.350 6.800 439,00 480,00 480,00 168,56 15,31 14,17 10 AUTO 3.400 3.700 3.650 261,00 264,00 222,00 13,03 14,02 16,44 11 BATA 55.000 60.000 1.060 4.355,00 5.334,00 3.413,00 12,63 11,25 0,31

12 BTON 335 700 550 106,37 137,56 143,79 3,15 5,09 3,83

13 BUDI 240 114 109 15,60 1,27 2,63 15,38 89,76 41,44

14 CEKA 950 1.300 1.160 324,00 196,00 219,00 2,93 6,63 5,30

15 CPIN 2.150 3.500 3.375 144,00 164,00 154,00 14,93 21,34 21,92 16 DLTA 111.500 255.000 380.000 9.060,00 12.997,00 16.515,00 12,31 19,62 23,01 17 DVLA 1.150 1.690 2.200 108,00 133,00 112,00 10,65 12,71 19,64

18 EKAD 280 355 390 38,00 51,00 56,00 7,37 6,96 6,96

19 ETWA 430 310 365 75,02 39,75 8,12 5,73 7,80 44,95


(4)

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Price to Earning Ratio (PER) Lanjutan

No Kode Harga Saham Penutupan Laba per Lembar Saham (EPS) PER

2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2011 (x) 2012 (x) 2013 (x)

21 GGRM 62.050 56.300 42.000 2.544,00 2.086,00 2.250,00 24,39 26,99 18,67 22 GJTL 3.000 2.225 1.680 196,00 325,00 35,00 15,31 6,85 48,00 23 HMSP 39.000 59.900 62.400 1.840,00 2.269,00 2.468,00 21,20 26,40 25,28 24 ICBP 5.200 8.000 10.200 339,00 374,00 382,00 15,34 21,39 26,70

25 IGAR 475 375 295 37,52 28,16 20,28 12,66 13,32 14,55

26 IMAS 12.800 5.300 4.900 347,27 289,93 192,55 36,86 18,28 25,45

27 INAI 540 450 600 166,39 146,18 31,69 3,25 3,08 18,93

28 INDF 4.600 5.850 6.600 350,00 371,00 285,00 13,14 15,77 23,16

29 INDS 3.500 4.200 2.675 551,69 591,92 349,53 6,34 7,10 7,65

30 INTP 17.050 22.450 20.000 977,10 1.293,15 1.361,02 17,45 17,36 14,69

31 JECC 600 1.900 2.850 190,37 211,71 151,64 3,15 8,97 18,79

32 JPFA 3.825 6.100 1.220 60,00 94,00 56,00 63,75 64,89 21,79

33 JPRS 485 335 270 50,00 13,00 20,00 9,70 25,77 13,50

34 KAEF 340 740 590 30,93 36,93 38,63 10,99 20,04 15,27

35 KBLI 104 187 142 15,90 31,24 18,35 6,54 5,99 7,74

36 KBLM 114 135 158 17,00 21,00 7,00 6,71 6,43 22,57

37 KDSI 245 495 345 58,34 90,96 88,90 4,20 5,44 3,88

38 KICI 180 270 270 2,59 16,37 53,76 69,50 16,49 5,02

39 KLBF 3.400 1.060 1.250 32,00 37,00 41,00 106,25 28,65 30,49 40 LION 5.250 10.400 12.000 1.010,00 1.641,00 1.245,00 5,20 6,34 9,64


(5)

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Price to Earning Ratio (PER) Lanjutan

No Kode Harga Saham Penutupan Laba per Lembar Saham (EPS) PER

2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2011 (x) 2012 (x) 2013 (x)

41 LMSH 5.000 10.500 8.000 1.135,00 4.300,00 1.498,00 4,41 2,44 5,34 42 LPIN 2.200 7.650 5.000 533,00 781,00 403,00 4,13 9,80 12,41

43 MAIN 980 2.275 3.175 121,00 179,00 142,00 8,10 12,71 22,36

44 MBTO 410 380 305 40,35 42,54 15,11 10,16 8,93 20,19

45 MERK 132.500 152.000 189.000 10.320,00 4.813,00 7.832,00 12,84 31,58 24,13 46 MYOR 14.250 20.000 26.000 614,00 952,00 1.115,00 23,21 21,01 23,32 47 NIPS 3.900 4.767 3.345 892,00 1.078,00 47,00 4,37 4,42 71,17

48 PICO 193 260 155 21,68 19,70 28,01 8,90 13,20 5,53

49 PRAS 132 255 185 3,30 26,50 18,80 40,00 9,62 9,84

50 PSDN 310 205 150 8,91 9,78 5,48 34,79 20,96 27,37

51 PYFA 176 177 147 9,67 9,92 11,58 18,20 17,84 12,69

52 RICY 184 174 173 19,36 25,92 11,43 9,50 6,71 15,14

53 ROTI 3.325 6.900 1.020 22,90 29,47 31,22 145,20 234,14 32,67

54 SCCO 3.125 4.050 4.400 533,00 824,00 509,00 5,86 4,92 8,64

55 SIPD 54 50 50 2,35 2,38 1,03 22,98 21,01 48,54

56 SKLT 140 180 180 8,65 11,53 16,56 16,18 15,61 10,87

57 SMCB 2.175 2.900 2.275 139,00 176,00 124,00 15,65 16,48 18,35 58 SMGR 11.450 15.700 14.150 662,00 817,00 905,00 17,30 19,22 15,64 59 SMSM 1.360 2.525 3.450 147,00 152,00 214,00 9,25 16,61 16,12 60 SQBB 127.500 238.000 304.000 12.063,00 13.439,00 14.822,00 10,57 17,71 20,51


(6)

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Price to Earning Ratio (PER) Lanjutan

No Kode Harga Saham Penutupan Laba per Lembar Saham (EPS) PER

2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2011 (x) 2012 (x) 2013 (x)

61 SRSN 54 50 50 3,98 2,82 2,66 13,57 17,73 18,80

62 STTP 690 1.050 1.550 32,58 56,98 87,38 21,18 18,43 17,74

63 TCID 7.700 11.000 11.900 696,00 748,00 796,00 11,06 14,71 14,95 64 TOTO 50.000 6.650 7.700 440,00 476,00 478,00 113,64 13,97 16,11

65 TRST 390 345 250 52,00 22,00 12,00 7,50 15,68 20,83

66 TSPC 2.550 3.675 3.250 126,00 140,00 141,00 20,24 26,25 23,05 67 ULTJ 1.080 1.330 4.500 44,00 122,00 113,00 24,55 10,90 39,82

68 UNIT 300 345 250 31,00 5,00 6,00 9,68 69,00 41,67

69 UNVR 18.800 20.850 26.000 546,00 634,00 701,00 34,43 32,89 37,09

70 VOKS 820 1.030 740 133,01 176,74 47,04 6,16 5,83 15,73