KONTRIBUSI PERAN KOMITE SEKOLAH SEBAGAI BADAN PENDUKUNG TERHADAP MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI SE- KOTA BANDUNG.

(1)

SE- KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Adminsitrasi Pendidikan

Oleh

FAUZIAH AZAM 1005949

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Terhadap Manajemen Mutu Pendidikan

di SMK Negeri se- Kota Bandung

Oleh Fauziah Azam

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Fauziah Azam 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Kontribusi Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pendukung Terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung”. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel X (Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pendukung) dan variabel Y (Manajemen Mutu Pendidikan). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini mengenai peran komite sekolah sebagai badan pendukung dan kontribusinya terhadap manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi peran komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode penyebaran angket dan angket yang digunakan adalah angket tertutup. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan wakil manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung sebanyak 32 orang. Sehingga, teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Weight Means Score (WMS), diperoleh gambaran umum mengenai Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pendukung (Variabel X) termasuk dalam kategori baik dengan skor rata-rata 2,88. Sedangkan, Manajemen Mutu Pendidikan (Variabel Y) termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor rata-rata 3,50. Korelasi variabel X dan Y memiliki hubungan yang signifikan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,734 yang berada dalam klasifikasi kuat. Adapun hasil dari koefisien determinasi sebesar 53,9%, serta hasil analisis regresi sederhana X atas Y yaitu Ỷ = 13,102+ 0,734X. Artinya, bahwa untuk setiap perubahan variabel X (Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pendukung) sebesar 13,102 maka akan dikuti oleh perubahan variabel Y (Manajemen Mutu Pendidikan) sebesar 0,734. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran komite sekolah sebagai badan pendukung memberikan kontribusi terhadap manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung. Adapun saran dari penelitian ini yaitu komite sekolah mampu berperan optimal dalam setiap proses manajemen mutu pendidikan.


(5)

ABSTRACT

This research was title “Contribution of The School Committee as a Supporting Agency To Quality Management of Education at Vocational High School in Bandung”. In this research have two variables are X variable (The School Committee as a Supporting Agency) and Y variable (Quality Management of Education). The problem of this research is how The School Committee as a supporting agency and how their contributions to quality management of education at Vocational High School in Bandung. Based of that problem, aims of this research is to know contribution of The School Committee as a supporting agency to quality management of education at Vocational High School in Bandung. This research used by descriptive method with quantitative approach. Data was collected by questionnaire and used by by quistionnaire covered. The population in this research is principals and vice of quality management at Vocational High School in Bandung as much as 32 peoples. So, technique of sampling in this research used by total sampling. Based of calculation with using formula of Weight Means Score (WMS) has obtained of The School Committee as a Supporting Agency (X variable) included in good category with average score is 2,88. While, Quality Management of Education included in very well category with average score is 3,50. Correlation of variables has got significant relationship. It is reinforced by determination correlations 0,734. That is included in strong category. The result of determination coefficientis 53,9% with simple of regression analysis X for Y is Ỷ = 13,102+ 0,734X. Based of that is for a change of X variable (The School Committee as a Supporting Agency) as much as 13,102will following y change of Y variable (Quality Management of Education) as much as 0,734. Based of the result of this research has got conclude that The School Committee as a Supporting Agency is giving contributions to quality management of educaton at Vocational High School in Bandung. As for the suggestion from this research that The School Committee should be able optimally in Quality Management of Education.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era desentralisasi, pendidikan ini ditekankan pada kebijakan setiap sekolah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dalam pelaksanaannya, MBS ini memerlukan pengaturan yang mandiri namun terarah. Sejauhmana stakeholder mampu meningkatkan kinerja dan menghasilkan kualitas, sehingga mampu memberikan kepuasan di mata masyarakat. Dalam hal ini muncul pula pengaturan yang berasaskan desentralisasi yang terarah. Mulyasa (2012: 14) memaparkan lebih jauh mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu:

Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah sangat erat kaitannya dengan UU No. 20 dan No. 25 Th. 1999. Undang-undang tersebut akan mengubah mekanisme pengambilan kebijakan, jika selama ini dilakukan dari pusat, akan berubah dan dilimpahkan menjadi kewenangan daerah kabupaten dan kota. Kebijakan tersebut tampaknya merupakan paradigma baru yang lebih memungkinkan memperbaiki sistem sentralisasi yang terlalu kaku. Desentralisasi pendidikan memberikan kewenangan kepada sekolah dan masyarakat setempat untuk mengelola pendidikan. Hal ini memungkinkan adanya kerjasama yang erat antara staf sekolah, kepala sekolah, guru, personel lain dan maysrakat dalam upaya pemerataan, efisisensi, efektivitas, dan peningkatan kualitas, serta produktivitas pendidikan. Model ini juga akan menyerahkan fungsi kontrol yang berada pada pemerintah kepada masyarakat melalui dewan sekolah, sementara fungsi monitor tetap pada pemerintah. Kebijakan-kebijakan pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada pengaturan mandiri, namun pada kenyataannya kebijakan sekolah akan selalu menjadikan bumerang tersendiri bagi sekolah tersebut. Misalnya, pada pemungutan liar diluar yang sudah ditetapkan pemerintah. Namun, kebutuhan sekolah yang tidak terpenuhi oleh pendanaan dari pemerintah merupakan alasan yang paling kuat adanya pemungutan liar


(7)

tersebut. Dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat, maka diperlukan penguat-penguat kebijakan dari sekolah itu sendiri.

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dapat dikatakan sebagai bentuk dari otonomi sekolah dalam membuat kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Tidak hanya dilihat dari hasil dari pendidikan, tetapi juga dari input dan proses penyelenggaraan pendidikan itu sendiri harus bermutu. Disinilah peran manajemen mutu pendidikan. Dengan adanya manajemen mutu pendidikan, maka segala sesuatu akan baik sejak awal, setiap waktu, sampai pada akhir produk tersebut sampai di tangan masyarakat dan dapat memberikan kepuasan. Kualitas atau mutu pendidikan dapat dikatakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu bangsa. Hal ini akan terlihat apabila suatu bangsa memiliki pendidikan yang bermutu, maka akan menghasilkan pertumbuhan bangsa yang bermutu pula.

Ketika mutu pendidikan ingin dicapai, maka diperlukan perencanaan yang matang. Dewasa ini, mengingat mengenai mutu maka yang akan terlintas adalah barang atau jasa yang jauh dari kata cacat. Barang atau jasa yang bermutu tidak muncul begitu saja. Tetapi, mutu ini akan tercapai apabila ada manajemen yang dilakukan oleh pihak terkait. Usaha untuk pencapaian mutu ini dilakukan dengan manajemen mutu. Hal ini sangat terbukti dalam dunia pendidikan. Dengan kata lain, mutu pendidikan dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai jasa pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan pendidikan dengan pelayanan yang optimal. Mutu barang maupun jasa dapat dilihat dari sejauhmana mendapatkan kepuasan dari konsumen. Kepuasan inilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan mengenai produk atau jasa yang bermutu.

Sekolah dikatakan sebagai suatu sistem yang dimulai dari menginput sumber daya manusia yang akan diproses, sehingga menghasilkan output yang akan dikembalikan kembali kepada lingkungan/masyarakat. Hal tersebut sangat menunjukkan bahwa tumbuh kembangnya sekolah sangat memerlukan keterlibatan lingkungan untuk mencapai tujuan yang


(8)

diharapkan dan dapat memuaskan masyarakat sebagai pelanggan dari sekolah.

Dalam pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dibutuhkan suatu wadah masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dan dapat berpartisipasi langsung dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini dikatakan sebagai sebuah ide yang baik, dimana komite sekolah dijadikan jembatan antara pihak sekolah dengan masyarakat, sehingga dapat memajukan pendidikan. Peran dari Komite Sekolah ini tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan Manajemen Berbasis Sekolah. Hal ini dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, pasal 56 ayat 3, disebutkan bahwa:

Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai peran Komite Sekolah, penulis mengadakan studi pendahuluan ke salah satu SMK Negeri di Kota Bandung. Berdasarkan wawancara dengan salah satu Wakil Kepala Sekolah SMK tersebut pada April 2014, bahwa permasalahan yang masih ditemukan menyangkut Komite Sekolah yaitu bahwa Komite Sekolah belum memiliki program kerja sendiri dan belum dapat melaksanakan perannya dengan baik.

Namun, sering terdengar Komite Sekolah dengan fenomena muncul pada saat-saat tertentu. Dengan adanya fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya, perlu diteliti kembali peran dan fungsi dari adanya Komite Sekolah. Hal ini lebih ditekankan pada lembaga swasta dimana, wewenang dalam pembentukan kebijakan dapat dikatakan lebih luas. Salah satu tujuan dibentuknya Komite Sekolah yaitu mampu memfasilitasi upaya peningkatan kinerja dan profesionalisme kepala sekolah, guru dan staf lain yang teribat dalam proses pendidikan anak sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah.


(9)

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044 Tahun 2002, dipaparkan bahwa:

Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan etisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah; yang berperan sebagai badan pemberi pertimbangan (advisory agency), badan pendukung (supporting agency), badan pengontrol (controlling agency), dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat (eksekutif).

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat dikatakan sebagai usaha peningkatan mutu pendidikan. Namun, dengan adanya peran Komite Sekolah sebesar apa kontribusi yang dapat diberikan oleh mereka selaku perwakilan dari masyarakat dalam upaya peningkatan kinerja dan profesionalisme kepala sekolah, guru dan staf lain yang terlibat dalam proses pendidikan anak sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah.

Mutu pendidikan akan didapatkan apabila adanya sinergi dari semua pihak terkait. Kepala sekolah, guru, siswa dan tidak lupa komite sekolah. Mereka adalah pihak yang memiliki peran penting dalam menjamin kepuasan dari konsumen pendidikan. Mutu dapat dikatakan sebagai langkah dalam menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum. Jika diaplikasikan kedalam dunia pendidikan, maka standar ini dikenal dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam memenuhi standar yang telah ditetapkan diperlukan sinergi antara sekolah dengan masyarakat. Berdasarkan PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, terdapat 8 standar yang wajib dalam Sistem Penjaminan Mutu yaitu:

1. Standar Isi

2. Standar Sarana dan Prasarana 3. Standar Proses

4. Standar Pengelolaan


(10)

6. Standar Pembiayaan

7. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 8. Standar Penilaian

Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab antara sekolah dan masyarakat sebagai mitra terdekat dalam meningkatkan pendidikan. Komite sekolah yang diharapkan dapat menjembatani proses komunikasi antara yang diharapkan oleh masyarakat sebagai kebutuhan mereka selaku mitra dan implementasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Inilah peranan penting komite sekolah dalam manajemen mutu pendidikan.

Komite Sekolah dibentuk dan berperan dalam mewadahi peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Di era desentralisasi ini, masyarakat dapat berperan secara langsung dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat dilakukan baik memberikan pandangan maupun aspirasi kepada pihak sekolah. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga dapat menggali potensi masyarakat untuk mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjamin demokratis, tranparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan melalui suatu wadah yang disebut dengan komite sekolah. Tidak hanya dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 42 disebutkan bahwa komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

Dalam mendapatkan kepuasan konsumen pendidikan, maka diperlukan manajemen mutu atas penyelenggaraan pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) dijadikan sebagai sebuah acuan penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Deming (1982) dalam Engkoswara (2010: 306) mengatakan bahwa untuk membangun sistem mutu harus dilakukan perbaikan secara terus menerus (continous quality improvement). Oleh karena itu, perlu


(11)

adanya manajemen yang baik agar mutu yang diharapkan dapat berjalan secara terus menerus dan tetap mengutamakan kepuasan pelanggan. Abdul Hadis (2010:81) mengemukakan bahwa faktor kepuasan guru, siswa, staf sekolah, kepala sekolah, orang tua siswa, masyarakat, dunia kerja dan pemerintah serta para stakeholders lainnya sebagai pelanggan pendidikan terhadap hasil pendidikan, merupakan barometer bagi pendidikan yang bermutu.

Namun, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di salah satu SMK, praktek pembelajaran yang diberikan kepada siswa kurang implementatif dengan dunia kerja. Hal tersebut membuktikan bahwa dalam pelaksanaannya, sekolah kurang dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan (dunia industri). Oleh karena itu, masalah tersebut akan berpengaruh pada mutu lulusan. Pendidikan yang bermutu bukan hanya dilihat dari mutu lulusannya, tetapi bagaimana lembaga tersebut mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar pendidikan yang berlaku. Pelanggan yang dimaksud disini adalah baik itu pelanggan internal (tenaga pendidik dan kependidikan) ataupun pelanggan eksternal (siswa, orang tua siswa, masyarakat, dan pemakai lulusan). Khususnya, lulusan dari SMK adalah mereka yang sudah siap untuk mengaplikasikan ilmunya di dunia kerja. Hal ini mencerminkan bahwa kemajuan pendidikan kejuruan khususnya di SMK masih kurang dibandingkan dengan kemajuan dunia industri.

Pada kenyataannya, tuntutan masyarakat akan ilmu yang aplikatif dari lulusan SMK, mengharapkan lulusan SMK ini dapat langsung mengaplikasikan ilmunya di dunia kerja. Manajemen mutu pendidikan ini diharapkan dapat memperbaiki mutu pendidikan khususnya mengenai penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sehingga dapat memberikan pelayanan optimal. Keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat akan dapat mempermudah pencapaian mutu pendidikan. Lembaga masyarakat yang dibentuk untuk dapat ikut berperan serta dalam pengelolaan pendidikan yaitu komite sekolah.


(12)

Komite sekolah, mereka adalah salah satu pihak yang memiliki peran penting dalam manajemen mutu pendidikan sehingga menghasilkan outcome yang diharapkan oleh lembaga pendidikan lanjut ataupun dunia industri yang berada di lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, komite sekolah diharapkan dapat menjadi pihak yang menjembatani antara masyarakat dengan pihak sekolah. Tidak hanya itu, komite sekolah harus pihak yang mendukung proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini dilakukan agar mutu yang diinginkan dapat tercapai.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat memberikan kebebasan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Hal ini didukung dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Dewasa ini, banyak institusi pendidikan menggunakan sistem manajemen mutu berstandar internasional Sistem Manajemen Mutu` (SMM) ISO 9001:2008 sebagai sistem pengelolaan manajemen sekolah. Sistem ini dapat memberikan jaminan mutu bahwa manajemen dan kinerja sekolah dapat berjalan secara optimal.

Dalam implementasi manajemen mutu berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan sehingga diharapkan dapat memuaskan pelanggan pendidikan yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan mutu sekolah. Sehingga, dalam menunjang ketercapaian manajemen mutu pendidikan harus didukung oleh kesadaran dari semua pihak yang terlibat mengenai mutu dalam proses penyelanggaraan pendidikan di sekolah. Namun, Komite Sekolah adalah pihak yang paling menarik perhatian penulis sesuai dengan konteks Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dan didukung dengan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya.

Hal ini yang menjadi perhatian penulis, kontribusi seperti apa yang telah dilakukan oleh Komite Sekolah dalam mendukung manajemen mutu pendidikan, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sehingga tetap dapat memberikan kepuasan berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh pelanggan dari pendidikan. Berdasarkan latar belakang


(13)

permasalahan yang telah dipaparkan diatas, penulis mengambil judul

“Kontribusi Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pendukung

Terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK se- Kota Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, agar masalah penelitian tidak menyimpang dari apa yang ingin diteliti dan tetap menjadi fokus dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan secara konseptual dan kontekstual, diantaranya adalah:

1. Secara konseptual, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kontribusi komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap manajemen mutu pendidikan.

2. Secara kontekstual, penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri se- Kota Bandung.

Dari batasan masalah yang sudah tercantum diatas, maka adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini diantaranya:

1. Bagaimana peranan komite sekolah sebagai badan pendukung di SMK Negeri se- Kota Bandung?

2. Bagaimana manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung?

3. Seberapa besar kontribusi peran komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap manajemen mutu pendidikan SMK Negeri se- Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang Kontribusi Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung.


(14)

2. Tujuan Khusus

Dari adanya penelitian ini, adapun tujuan khusus diantaranya adalah:

a. Mengetahui impementasi kontribusi peran komite sekolah sebagai badan pendukung di SMK Negeri se- Kota Bandung.

b. Mengetahui manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung.

c. Mengetahui kontribusi peran komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat baik pada tataran teoritis maupun praktis.

1. Pada tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan ikut memperkaya pembendaharaan teoritis tentang peran komite sekolah sebagai badan pendukung dalam hal manajemen mutu pendidikan.

2. Secara operasional, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan manajemen mutu pendidikan yang didukung oleh peran komite sekolah di SMK Negeri se- Kota Bandung.

E. Struktur Organisasi Skripsi Judul

Judul skripsi ini adalah “Kontribusi Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan SMK Negeri se- Kota

Bandung”

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing: 1) Pembimbing I : Prof. Dr. H. Johar Permana, M.A


(15)

2) Pembimbing II : Dr. Nugraha Suharto, M.Pd

NIP. 19670628 200102 1 001

3) Dan diketahui oleh Bpk. Dr. H. Endang Herawan, M.Pd selaku Ketua Departemen Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Pernyataan Tentang Keaslian Karya Ilmiah

Penulis telah menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Skripsi ini merupakan Karya Tulis Ilmiah asli karya penulis yang merupakan hasil pemikiran penulis dengan dibimbing oleh dosen pembimbing

Kata Pengantar

Berisi kalimat-kalimat pengantar dalam skripsi.

Ucapan Terima Kasih

Bentuk apresiasi yang setinggi-tingginya serta ungkapan rasa syukur kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Abstrak

Uraian singkat yang termuat dalam abstrak adalah: judul, hakikat penelitian, metode penelitian yang dipakai dan teknik pengumpulan datanya, serta hasil temuan, kesimpulan dan saran.

Daftar Isi

Memuat penyajian sistematika isi skripsi secara rinci agar mempermudah para pembaca mencari judul atau subjudul bagian yang ingin dibaca.

Daftar Tabel

Menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel yang terakhir yang tercantum dalam skripsi.

Daftar Gambar

Menyajikan gambar secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel yang terakhir yang tercantum dalam skripsi.

Daftar Lampiran

Menyajikan gambar secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel yang terakhir yang tercantum dalam skripsi.


(16)

BAB I

Latar Belakang Penelitian, dalam Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian.

BAB II

Kajian Pustaka, Kerangka Pikir Penelitian, dan Hipotesis Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan teori yang relevan dengan judul penelitian serta diuraikan mengenai kerangka pikir penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III

Metode Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan mengemukakan mengenai metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis yang meliputi: Definisi operasional, metode penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data.

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam Bab ini mengemukakan mengenai deskripsi dari hasil penelitian yang meliputi gambaran umum objek penelitian, gambaran variabel yang diamati, analisis data, dan pengujian hipotesis serta pembahasannya.

BAB V

Simpulan dan Saran, dalam Bab ini mengemukakan simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan mengemukakan saran yang berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan referensi bagi pihak yang berkepentingan.

Daftar Pustaka

Berisi daftar referensi baik berupa buiu, artikel, jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi.

Lampiran


(17)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan. Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian penulis adalah SMK Negeri se- Kota Bandung yang terdiri dari:

Tabel. 3.1 Lokasi Penelitian

No. Nama Sekolah Alamat

1. SMKN 1 Bandung Jl. Wastu Kencana No.3 2. SMKN 2 Bandung Jl. Ciliwung No. 4 3. SMKN 3 Bandung Jl. Solontongan No. 10 4. SMKN 4 Bandung Jl. Kliningan No. 6 5. SMKN 5 Bandung Jl. Bojong Koneng No. 6 6. SMKN 6 Bandung Jl. Soekarno Hatta No. 7. SMKN 7 Bandung Jl. Soekarno Hatta No. 596 8. SMKN 8 Bandung Jl. Kliningan No. 31 9. SMKN 9 Bandung Jl. Soekarno Hatta KM.10 10. SMKN 10 Bandung Jl. Cijawura Hilir No. 339 11. SMKN 11 Bandung Jl. Budi Cilember, Cimindi 12. SMKN 12 Bandung Jl. Pajajaran No. 92

13. SMKN 13 Bandung Jl. Soekarno Hatta KM. 10 14. SMKN 14 Bandung Jl. Cijawura Hilir Margasenang 15. SMKN 15 Bandung Jl. Gatot Subroto No.12

16. SMK PU Negeri Bandung Jl. Garut No.10


(18)

Menurut Riduwan (2010: 55) “Populasi dapat diartikan sebagai objek atau subjek yang berbeda pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.” Dari definisi tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dan wakil manajemen mutu di SMK Negeri se- Kota Bandung.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan populasi yang relevan, peneliti memerlukan identifikasi jenis data yang diperlukan dalam peneilitian tersebut yang mengarah pada permasalahan penelitian. Sehingga, peneliti harus memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dan jenis instrumen pengumpulan data yang relevan.

Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah seberapa besar kontribusi peran komite sekolah terhadap manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung. Berdasarkan permasalahan tersebut, yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah dan wakil manajemen mutu di SMK Negeri se- Kota Bandung.

Untuk lebih jelasnya keadaan populasi yang dijadikan sebgai sumber data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 3.2 Populasi Penelitian

No. Nama Sekolah Kepala Sekolah

Wakil

Manajemen Mutu Jumlah

1. SMKN 1 Bandung 1 1 2

2. SMKN 2 Bandung 1 1 2

3. SMKN 3 Bandung 1 1 2

4. SMKN 4 Bandung 1 1 2

5. SMKN 5 Bandung 1 1 2

6. SMKN 6 Bandung 1 1 2

7. SMKN 7 Bandung 1 1 2


(19)

9. SMKN 9 Bandung 1 1 2

10. SMKN 10 Bandung 1 1 2

Lanjutan Tabel 3.2

No. Nama Sekolah Kepala Sekolah

Wakil

Manajemen Mutu Jumlah

11. SMKN 11 Bandung 1 1 2

12. SMKN 12 Bandung 1 1 2

13. SMKN 13 Bandung 1 1 2

14. SMKN 14 Bandung 1 1 2

15. SMKN 15 Bandung 1 1 2

16. SMK PU Negeri

Bandung 1 1 2

Jumlah 32

3. Sampel Penelitian

Riduwan (2010: 56) mengemukakan bahwa “Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.” Dalam penelitian ini dikarenakan populasinya hanya 32 orang. Arikunto (2006: 112) mengemukakan bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah total sampling atau seluruh pupulasi dijadikan sampel. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah dan wakil manajemen mutu SMK Negeri se- Kota Bandung. Adapun alasan peneliti memilih wakil manajemen mutu dan kepala sekolah sebagai responden yaitu bahwa kedua pihak tersebut yang lebih sering melakukan koordinasi dengan komite


(20)

sekolah. Tidak hanya itu, mereka adalah pihak yang memiliki peranan penting dalam mengelola mutu pendidikan di sekolah.

B. Desain Penelitian

Menurut Nasution (1987: 40) “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.” Namun, Nasution memaparkan manfaat dari desain penelitian yaitu:

1. Desain memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya.

2. Desain juga menentukan batas-batas penelitian dengan tujuan penelitian. Bila tujuan tidak dirumuskan dengan jelas, maka penelitian itu seakan-akan tidak ada ujung pangkalnya.

3. Desain penelitian selain memberi gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan juga memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi yang mungkin juga telah dapat kita pikirkan cara-cara mengatasinya.

Arikunto (2006: 22) mengemukakan terdapat langkah-langkah penelitian diantaranya adalah:

1. Memilih masalah 2. Studi pendahuluan 3. Merumuskan masalah

4. Merumuskan anggapan dasar, merumuskan hipotesis 5. Memilih pendakatan

6. Menentikan variabel dan sumber data 7. Menentukan dan menyusun instrumen 8. Mengumpulkan data

9. Analisis data

10.Menarik kesimpulan 11.Menulis laporan

Nana Syaodih (2006: 100) mengemukakan secara garis besar mengenai langkah-langkah penelitian kuantitatif sebagai berikut:

1. Identifikasi perumusan dan pembatasan masalah

2. Perumusan hipotesis dan penelitian sampel probabilitas 3. Penyusunan dan validasi instrumen

4. Pengukuran dan pengumpulan data 5. Analisis data dan interpretasi 6. Penyusunan laporan


(21)

Dengan mengacu beberapa pendapat ahli yang telah dipaparkan, peneliti mencoba membuat desain penelitian. Peneliti membuat desain penelitian menjadi tiga tahap sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Pada tahap pertama, peneliti akan menggambarkan latar belakang dari penelitian yang akan dilakukan. Sebelum latar belakang dibuat, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan informasi lebih

Input Proses Output

Studi Pendahuluan

Penarikan Kesimpulan

Penelitian Pengumpulan

Data

Analisis Data (Variabel X & Y) 1. Seleksi Angket 2. Pengolahan

Data

Pengujian Hipotesis Latar Belakang

Masalah

Fenomena Makro 1. Yuridis 2. Filosofis 3. Teoritik Fenomena Mikro

Empirik

Rumusan Masalah

Hipotesis Penelitian

Metode dan Pendekatan


(22)

lanjut mengenai masalah yang ditemukan. Pada tahap ini, peneliti melakukan identifikasi perumusan masalah beserta batasannya. Masalah ini dibuktikan dengan melakukan studi pendahuluan guna membuktikan masalah yang menjadi latar belakang dalam penelitian. Rumusan masalah yang telah dibuat akan memperjelas proses penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya setelah rumusan dan batasan masalah telah relevan, maka akan menghasilkan kerangka pikir yang sesuai dengan anggapan dasar. Hal ini akan melahirkan hipotesis penelitian yang akan menentukan metode dan pendekatan penelitian yang akan digunakan. Sehingga, tahap pertama ini merupakan perencanaan penelitian yang membutuhkan data atau informasi yang relevan untuk diolah pada tahap yang kedua.

Selanjutnya, pada tahap kedua penelitian berhubungan dengan pengumpulan dan menganalisis data yang selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis. Dalam tahap ini, terdapat beberapa langkah yang dilakukan mulai dari mendefiniskan variabel penelitian, menyusun alat pengumpulan data, lalu melakukan pengumpulan data. Tahap kedua ini akan menghasilkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

Pada tahap ketiga ini, akan diperoleh informasi bahwa penelitian yang telah dilakukan tersebut relevan atau tidak dengan hipotesis penelitian yang telah disusun. Hal ini dibuat dalam bentuk laporan yang harus dapat dipertanggungjawabkan. Namun, dalam pelaksanaan penelitian ini selalu membuka peluang untuk berbagai rekomendasi guna memperbaiki penelitian ini dan tidak menutup kemungkinan menjadikan penelitian ini sebagai informasi oleh pihak-pihak terkait untuk diteliti kembali.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian dikatakan sebagai cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Nana Syaodih (2006: 52) “Metode penelitian adalah rangkaian cara atau


(23)

kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gambaran mengenai kontribusi peran komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung.

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka metode penelitian yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dan untuk mendukung, memperjelas serta memperkuat permasalahan juga, maka penelitian ini dibantu dengan studi kepustakaan.

1. Metode Penelitian Deskriptif

Dalam penelitian yang berjudul “Kontribusi Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pendukung Terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung”, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini dikatakan sebagai metode untuk memahami masalah berdasarkan peristiwa atau fenomena yang sedang terjadi saat ini. Nana Syaodih (2006: 72)

berpendapat bahwa “Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”. Hal ini didukung oleh Sugiyono (2012: 11) bahwa:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Penelitian deskriptif ini lebih memusatkan pada aspek-aspek yang berpengaruh antara berbagai variabel. Nasution (1987: 41) mengemukakan bahwa “Penelitian deskriptif diadakan untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial”.


(24)

Berdasarkan pemaparan tersebut, sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka melalui metode penelitian deskriptif diharapkan dapat menghasilkan gambaran dan informasi yang relevan mengenai kontribusi peran komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung.

2. Pendekatan Kuantitatif

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Nana Syaodih (2006: 53) mengemukakan bahwa

“Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivistme yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara

kuantitatif.”

Pendekatan kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X yang akan diteliti yaitu peran komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap variabel Y yang akan diteliti yaitu manajemen mutu pendidikan dengan cara mengukur dan menghitung apa yang menjadi indikator-indikator variabel penelitian, sehingga dapat diperoleh deskripsi serta korelasi diantara variabel-variabel penelitian melalui sistem perhitungan dengan menggunakan statistika.

D. Definisi Operasional

Nazir (2003: 152) berpendapat bahwa “Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun

memberikan suatu operasional.”

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa definisi operasional dapat dikatakan sebagai suatu definisi yang dibuat oleh peneliti sebagai penjelasan tentang masing-masing variabel


(25)

berdasarkan pada teori-teori yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut adalah operasionalisasi variabel yang akan diteliti:

Gambar 3.2 Operasionalisasi Variabel

Berikut ini adalah definisi operasional dari masing-masing dalam penelitian ini:

1. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung

Dalam Kepmendiknas No.044 Tahun 2002 tentang Dewan Sekolah dan Komite Sekolah dituliskan bahwa:

Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan etisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah yang berperan sebagai badan pertimbangan (advisory agency), badan pendukung (supporting agency), badan pengontrol (controlling agency), dan badan mediator.

Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung

(Variabel X)

Indikator:

1. Pengelola Sumber Daya 2. Pengelola Sarana dan

Prasarana

3. Pengelola Anggaran

Kepmendiknas No 044 Tahun 2002

Manajemen Mutu Pendidikan (Variabel Y)

Indikator:

1. Perencanaan Mutu 2. Pengendalian Mutu 3. Perbaikan Mutu

Juran dalam Tampubolon (2001: 115)


(26)

Hal ini lebih jelas dipaparkan dalam Panduan Kinerja Dewan Sekolah dan Komite Sekolah (2005) bahwa komite sekolah berperan sebagai badan pendukung dengan menjalankan fungsi manajemen sebagai pengelola sumber daya, pengelola sarana dan prasarana, serta pengelola anggaran pendidikan.

Sedangkan, peran komite sekolah sebagai badan pendukung dalam penelitian ini adalah pihak yang memiliki peran dalam mewadahi aspirasi masyarakat untuk meningkatkan mutu dengan cara mendukung program pembelajaran pendidikan yang ada di setiap satuan pendidikan dalam hal mengelola sumber daya, sarana dan prasarana, serta anggaran pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung.

2. Manajemen Mutu Pendidikan

Engkoswara dan Aan Komariah (2010: 313) memaparkan

bahwa “Manajemen mutu pendidikan adalah upaya manajemen

pendidikan yang telah ditetapkan standarisasi sistem pendidikannya berdasarkan penilaian mutu.” Manajemen mutu lebih jelas dipaparkan oleh Juran dalam Tampubolon bahwa yang mendasari manajemen mutu adalah perencanaan mutu, pengendalian mutu dan perbaikan mutu.

Sedangkan, manajemen mutu pendidikan dalam penelitian ini adalah upaya manajemen yang berhubungan dengan pengelolaan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan standarisasi sistem pendidikan yang telah ditentukan yang didasari dengan perencanaan mutu, pengendalian mutu dan peningkatan mutu secara terus menerus di SMK Negeri se- Kota Bandung.

E. Instrumen Penelitian


(27)

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel X (Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung) dan variabel Y (Manajemen Mutu Pendidikan). Sumber data dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah dan wakil kepala sekolah di SMK Negeri se- Kota Bandung. Responden dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah dan wakil manajemen mutu yang akan memberikan gambaran terkait variabel-variabel yang diteliti.

2. Teknik Pengukuran Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, untuk mengukur masing-masng variabel disusun menjadi dua format yaitu instrumen variabel X dan variabel Y. Teknik yang digunakan untuk mengukur kedua variabel tersebut adalah dengan menggunakan Skala Likert. Sugiyono (2012: 134)

mengemukakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial.”

Skala Likert ini akan mempermudah peneliti dalam menjabarkan variabel kedalam indikator yang akan dijadikan sebagai perumusan dalam item pertanyaan atau pernyataan. Dalam penelitian ini, skala likert yang digunakan berjumlah empat gradasi atau setiap skala memiliki skor masing-masing untuk analisis kuantitatif. Berikut ini analisis jawaban yang digunakan dengan menggunakan Skala Likert:

Tabel 3.3 Tabel Skala Likert

Analisis Jawaban Skor

Selalu (SL) 4

Sering (SR) 3

Kadang-kadang (KD) 2

Tidak pernah (TP) 1


(28)

Kisi-kisi instrumen penelitian sangat diperlukan untuk mempermudah penyusunan instrumen penelitian. Dengan adanya kisi-kisi instrumen akan terlihat dimensi dan indikator dari masing-masing variabel yang akan diteliti. Dimensi dan indikator ini akan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang dituangkan dalam instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua format kisi-kisi instrumen yaitu kisi-kisi instrumen variabel X dan kisi-kisi instrumen variabel Y. Berikut ini penjabaran kisi-kisi instrumen penelitian:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Variabel X

Variabel Dimensi Indikator Item

Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung (Variabel X) Pengelola Sumber Daya

Memantau kondisi ketenagaan pendidikan di sekolah

1, 2

Mobilisasi guru tidak tetap untuk menanggulangi kekurangan guru di sekolah

3, 4

Mobilisasi tenaga kependidikan non guru untuk mengisi

kekurangan di sekolah

5, 6

Pengelola Sarana dan

Prasarana

Memantau kondisi sarana dan prasarana di sekolah

7, 8

Mobilisasi bantuan sarana dan prasarana sekolah

9, 10, 11

Koordinasi dukungan sarana dan prasarana sekolah

12, 13

Evaluasi pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana sekolah

14, 15, 16

Pengelola Anggaran

Pemantauan kondisi anggaran pendidikan di sekolah

17, 18


(29)

anggaran pendidikan di sekolah Koordinasi terhadap anggaran pendidikan di sekolah

21, 22, 23, 24

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Variabel Y

Variabel Dimensi Indikator Item

Manajemen Mutu Pendidikan (Variabel Y) Perencanaan Mutu Pendidikan Identifikasi kebutuhan pelanggan 1, 2

Analisis lingkungan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)

3, 4, 5, 6

Pengembangan keungggulan program pendidikan

7, 8, 9

Pengembangan sistem dan proses pendidikan

10, 11, 12

Penyebaran rencana kepada level operasional

13, 14

Pengendalian Mutu Pendidikan

Penilaian kinerja mutu pendidikan

15, 16

Evaluasi antara kinerja dengan tujuan mutu pendidikan di sekolah

17, 18, 19

Bertindak sesuai dengan hasil evaluasi

20, 21

Perbaikan Mutu

Pengembangan infrastruktur 22, 23 Identifikasi bagian yang

memerlukan perbaikan mutu pendidikan

24, 25


(30)

perbaikan mutu pendidikan Pelaksanaan proyek perbaikan mutu pendidikan

29, 30

Mengevaluasi sumber utama penyebab masalah

31, 32

Lanjutan Tabel 3.5

Variabel Dimensi Indikator No.Item

Manajemen Mutu Pendidikan (Variabel Y)

Perbaikan Mutu

Menganalisis solusi pemecahan masalah

33, 34

Melakukan pengendalian mutu yang akan mempertahankan mutu pendidikan di sekolah.

35, 36

F. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam sebuah penelitian, salah satu keberhasilannya adalah ditentukan oleh instrumen yang dibuat oleh peneliti. Angket sebagai instrumen yang akan digunakan akan lebih baik melalui tahap uji coba kelayakan angket. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan yang terdapat dalam angket. Adapun yang dianalisis dalam angket yaitu pernyataan, alternatif jawaban maupun tata bahasa yang digunakan.

Setelah angket diuji cobakan kepada responden, maka dilakukan analisis statistik untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Hal ini disampaikan oleh Sugiyono (2012: 173), bahwa:

Dengan menggunakan instrmen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Dalam hal ini, pelaksanaan uji coba angket dilakukan kepada 10 orang responden di 5 SMK Negeri Kota Bandung pada tanggal 29


(31)

Agustus–5 September 2014. Berikut ini adalah hasil dari uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan.

1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas dapat dikatakan sebagai hal yang penting untuk dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya angket penelitian yang telah dibuat. Sugiyono (2012: 363) memaparkan bahwa “Validitas merupakan derajat ketetapan antara yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang

dilaporlam oleh peneliti”. Sedangkan Arikunto (2006: 138)

berpendapat bahwa:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur hal yang akan diukur oleh peneliti dan mempunyai kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang terjadi pada objek yang diteliti.

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2013: 98). Dengan rumus ini akan diketahui kevalidan dari setiap item pertanyaan yang tertuang dalam angket. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam uji validitas.

ℎ� � = n ∑XY − ∑X ∑Y

√{n ∑X − ∑X }. {n ∑Y² − ∑Y ²} Keterangan:


(32)

rhitung = Koefisien korelasi ∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

N = Jumlah responden

Hasil dari perhitungan korelasi Pearson Product Moment (PPM), selanjutnya dilakukan uji signifikansi menggunakan rumus Uji-t sebagai berikut:

ℎ� � =r√n −

− r²

Keterangan:

thitung = Nilai thitung

R = Koefisien korelasi hasil rhitung

N = Jumlah responden

Hasil perhitungan thitung kemudian dikonsultasikan dengan

distribusi (ttabel), yang diketahui taraf signifikansi α = 0,05 dengan

derajat kebebasan (dk = n – 2), sehingga dk = 10 – 2= 8. Maka distribusi (ttabel) yaitu 1,860.

Sesudah nilai thitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel,

dengan kaidah keputusan sebagai berikut: jika thitung > ttabel maka item

soal dinyatakan valid. Sebaliknya, jika thitung < ttabel maka item soal

dinyatakan tidak valid.

Peneliti melakukan uji validitas angket kepada 10 responden di SMK Negeri se- Kota Bandung (SMKN 3, SMKN 4, SMKN 8, SMKN 1, dan SMKN 12 Bandung). Berikut ini adalah hasil uji validitas dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

Tabel 3.6

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel X (Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung)


(33)

L

anjutan Tabel 3.6

S

Setelah dilakukan perhitungan terhadap uji validitas variabel X (peran komite sekolah sebagai badan pendukung), diperoleh hasil

No.Item rhitung rtabel Interpretasi Tindak Lanjut

1 2,406 1.860 Valid Digunakan

2 3,457 1.860 Valid Digunakan

3 2,844 1.860 Valid Digunakan

4 3,964 1.860 Valid Digunakan

No.Item rhitung rtabel Interpretasi Tindak Lanjut

5 2,581 1.860 Valid Digunakan

6 3,964 1.860 Valid Digunakan

7 4,564 1.860 Valid Digunakan

8 3,893 1.860 Valid Digunakan

9 4,488 1.860 Valid Digunakan

10 1,907 1.860 Valid Digunakan

11 3,446 1.860 Valid Digunakan

12 3,720 1.860 Valid Digunakan

13 1,872 1.860 Valid Digunakan

14 2,381 1.860 Valid Digunakan

15 3,824 1.860 Valid Digunakan

16 5,945 1.860 Valid Digunakan

17 2,282 1.860 Valid Digunakan

18 2,247 1.860 Valid Digunakan

19 1,155 1.860 Tidak Valid Revisi

20 3,297 1.860 Valid Digunakan

21 3,525 1.860 Valid Digunakan

22 2,860 1.860 Valid Digunakan

23 4,991 1.860 Valid Digunakan


(34)

bahwa dari 24 item yang diujikan terdapat 1 item yang tidak valid, tetapi 23 item lainnya dinyatakan valid.

Tabel 3.7

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Y (Manajemen Mutu Pendidikan)

No.Item rhitung rtabel Interpretasi Tindak Lanjut

1 3,131 1.860 Valid Digunakan

2 2,960 1.860 Valid Digunakan

3 4,854 1.860 Valid Digunakan

4 4,854 1.860 Valid Digunakan

5 4,854 1.860 Valid Digunakan

6 2,742 1.860 Valid Digunakan

7 3,907 1.860 Valid Digunakan

8 1,731 1.860 Tidak Valid Revisi

9 2,652 1.860 Valid Digunakan

10 3,784 1.860 Valid Digunakan

11 3,784 1.860 Valid Digunakan

12 3,131 1.860 Valid Digunakan

13 2,259 1.860 Valid Digunakan

14 3,584 1.860 Valid Digunakan

15 4,854 1.860 Valid Digunakan

16 2,893 1.860 Valid Digunakan

17 3,131 1.860 Valid Digunakan

18 2,313 1.860 Valid Digunakan

19 3,267 1.860 Valid Digunakan

20 3,707 1.860 Valid Digunakan


(35)

22 0,666 1.860 Tidak Valid Dibuang

23 2,652 1.860 Valid Digunakan

24 2,465 1.860 Valid Digunakan

25 3,584 1.860 Valid Digunakan

26 3,584 1.860 Valid Digunakan

27 1,386 1.860 Tidak Valid Revisi

Lanjutan Tabel 3.7

No.Item rhitung rtabel Interpretasi Tindak Lanjut

28 2,223 1.860 Valid Digunakan

29 2,742 1.860 Valid Digunakan

30 1,449 1.860 Tidak Valid Revisi

31 2,630 1.860 Valid Digunakan

32 3,457 1.860 Valid Digunakan

33 1,629 1.860 Tidak Valid Revisi

34 2,952 1.860 Valid Digunakan

35 3,457 1.860 Valid Digunakan

36 2,313 1.860 Valid Digunakan

37 2,560 1.860 Valid Digunakan

Setelah dilakukan perhitungan terhadap uji validitas variabel Y (manajemen mutu pendidikan), diperoleh hasil bahwa dari 37 item yang diujikan terdapat 5 item yang tidak valid, tetapi 32 item lainnya dinyatakan valid.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabel berarti dapat dipercaya, sehingga angket yang diuji akan menghasilkan data yang sama meskipun diukur dalam waktu yang berbeda. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 173),

bahwa “Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila


(36)

menghasilkan data yang sama.” Selain itu, Arikunto (2006: 178)

menyatakan bahwa “Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian

bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.”

Dalam penelitian ini, proses pengujian reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti menggunakan metode Alpha. Sebagaimana

yang dikemukakan Riduwan (2013: 115) bahwa “Metode mencari reliabilitas internal yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha

sebagai berikut:”

r = [ k − ] . [ − k ∑ ᵢ ] Keterangan:

r = Nilai Reliabilitas

∑Sᵢ = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total

k = Jumlah item

Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2010. Nilai reliabilitas yang didapatkan dari hasil perhitungan uji reliabilitas (r ), kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel r product moment, dengan derajar kebebasan (dk) = n – 1 = 10 – 1 = 9, dan dengan signifikansi sebesar 5%. Sehingga dapat diperoleh nilai rtabel adalah 0,666. Adapun

keputusan untuk membandingkan r11 dengan rtabel adalah sebagai

berikut:

a. Jika r11 > rtabel berarti Reliabel; dan


(37)

Adapun hasil perhitungan uji reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2010 untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

a. Hasil uji reliabilitas variabel X (peran komite sekolah sebagai badan pendukung)

r = [ k − ] . [ − k ∑ ᵢ ]

r = [ − ] .[ − ,, ]

r = [ , ] . [ − , ]r = [ , ] . [ , ] r = ,

Dari hasil perhitungan uji reliabilitas tersebut diperoleh bahwa rhitung = 0,959, dan rtabel = 0,666. Sehingga dapat

dikatakan bahwa r11 > rtabel, maka seluruh item instrumen

variabel X (peran komite sekolah sebagai badan pendukung) yang berjumlah 24 dapat dinyatakan Reliabel.

b. Hasil uji reliabilitas variabel Y (manajemen mutu pendidikan)

r = [ k − ] . [ − k ∑ ᵢ ]

r = [ − ] .[ − ,, ]

r = [ , ] . [ − , ] r = [ , ] . [ , ] r = ,

Dari hasil perhitungan uji reliablitias tersebut diperoleh bahwa rhitung = 0,966, dan rtabel = 0,666. Sehingga dapat

dikatakan bahwa r11 > rtabel, maka seluruh item instrumen

variabel Y (manajemen mutu pendidikan) yang berjumlah 37 dapat dinyatakan Reliabel.


(38)

Berikut ini adalah kesimpulan dari uji reliabilitas dari kedua variabel yang diujikan.

Tabel 3.8

Uji Reliabilitas Instrumen

Koefisien Realibilitas � �� Keterangan

Variabel X (Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung)

0,959 0,666 Reliabel

Variabel Y (Manajemen Mutu Pendidikan)

0,966 0,666 Reliabel

G. Teknik Pengumpulan Data

Soegiyono (2013: 308) mengemukakan bahwa “Teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.”

Sedangkan, Riduwan (2013: 69) bahwa “Teknik pengumpulan data yang diperlukan adalah data yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat

data yang valid dan reliabel.” Metode dalam teknik pengumpulan data

diantaranya adalah dengan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, uji (tes), dokumen-dokumentasi lainnya.”

Berdasarkan pemaparan diatas bahwa menentukan teknik dalam pengumpulan data sebagai hal yang penting agar dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah melalui penyebaran angket. Riduwan (2013: 71) mengemukakan bahwa

“Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain

bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.” Hal ini

ditegaskan kembali oleh Soegiyono (2013: 199) bahwa “Angket atau

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti tahu dengan pasti varieabel yang akan diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden.”

Penelitian ini memilih menggunakan teknik penyebaran angket adalah agar peneliti mendapatkan informasi yang lengkap mengenai suatu situasi atau kondisi yang dirasakan oleh reponden dalam mengungkap


(39)

masalah yang dialami sesuai dengan variabel yang diteliti. Lebih khususnya, angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup. Hal ini dilakukan agar mempermudah responden dalam memilih jawaban yang sesuai dengan karakteristik atau situasi yang dialami dengan cara memberikan tanda ceklis () atau silang (x). Dalam penelitian ini angket tertutup terdiri dari beberapa pernyataan yang mengungkapkan tentang peran komite sekolah sebagai badan pendukung dan manajemen mutu pendidikan.

H. Analisis Data

Dalam penelitian, proses analisis data merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Soegiyono (2013: 207) mengemukakan bahwa “Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber lain terkumpul.” Analisis data dengan menggunakan perhitungan statistik akan membantu peneliti dalam menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian. Tidak hanya itu, analisis data yang dilakukan akan menghasilkan kesimpulan mengenai masalah yang diteliti. Berikut ini langkah-langkah dalam analisis data, yaitu:

1. Seleksi Angket

Tahap pertama yang dilakukan dalam analisis data yaitu seleksi angket. Tahap ini dilakukan ketika data telah terkumpul. Peneliti memeriksa kelengkapan angket yang terkumpul setelah disebarkan kepada konsumen. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa data-data yang terkumpul telah siap untuk diolah pada tahap berikutnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam seleksi angket, yaitu:

a) Pemeriksaan jumlah angket yang terkumpul dari responden dan disesuaikan dengan jumlah angket yang disebar.

b) Pemeriksaan pernyataan dijawab berdasarkan petunjuk yang telah diberikan

c) Pemeriksaan keutuhan angket dan dipastikan tidak ada kerusakan.


(40)

d) Pemeriksaan angket yang telah terkumpul sudah siap untuk diolah. Angket yang telah diterima harus memenuhi kelengkapan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan.

2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan tahap selanjutnya dari seleksi angket. Data yang telah terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan variabel penelitian. Dalam penelitian ini variabel X yaitu peran komite sekolah sebagai badan pendukunng, dan variabel Y yaitu manajemen mutu pendidikan. Hal berikutnya yang dilakukan adalah pemberian skor pada setiap alternatif jawaban berdasarkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan skor-skor dari responden terhadap kedua variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, skala Likert merupakan kriteria yang digunakan untuk pemberian skor. Jumlah skor yang diperoleh dari responden dikatakan sebagai skor mentah dari masing-masing variabel, sehingga dapat dioleh pada tahap berikutnya.

3. Pengolahan Data

a. Uji Kecenderungan Umum Skor Responden Dari Masing-Masing Variabel dengan rumus Weight Means Score (WMS)

Uji WMS (Weight Means Score) digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kecenderungan rata-rata dari variabel yang diteliti. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui kedudukan dari setiap indikator atau item dalam instrumen penelitian. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam perhitungan WMS:

1) Memberikan bobot nilai pada setiap alternatif jawaban dengan menggunakan skala Likert yang telah ditetapkan

2) Menghitung jumlah frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang telah tersedia


(41)

3) Menjumlahkan dari setiap responden atau frekuensi pada masing-masing item dan dikalikan dengan bobot nilai alternatif jawabannya masing-masing

4) Menghitung nilai rata-rata untuk setiap item pada masing-masing kolom, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X =

Keterangan:

X : Jumlah rata-rata yang dicari

X : Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikalikan dengan bobot untuk setiap alternatif kategori) N : Jumlah responden

5) Menentukan kriteria untuk setiap item dengan menggunakan tabel konsultasi WMS sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kriteria Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang

Nilai Kriteria

Penafsiran

Variabel X Variabel Y

3,00 – 4,00 Sangat Baik Selalu Selalu

2,00 – 3,00 Baik Sering Sering

1,00 – 2,00 Cukup Kadang-kadang Kadang-kadang 0,00 – 1,00 Rendah Tidak Pernah Tidak Pernah

b. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku

Dalam mengubah skor mentah menjadi skor baku setiap variabel menggunakan rumus (Riduwan, 2013: 131):


(42)

�= + [ ��−̅ ]

Keterangan:

Ti = Skor Baku Xi = Skor Mentah s = Standar Deviasi

̅ = Rata-rata

Dalam menggunakan rumus tersebut, peneliti harus melalui langkah-langkah sebagai berikut (Riduwan, 2013: 130):

1) Mencari skor terbesar dan terkecil

2) Mencari nilai Rentangan (R), dengan rumus: R= data terbesar – data terkecil

3) Mencari banyaknya kelas (BK), dengan rumus: BK = 1 + 3,3 log n

4) Mencari nilai panjang kelas (i) � = ��

5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong 6) Mencari rata-rata (mean) dengan rumus:

�̅ =∑ ���

7) Mencari simpangan baku (standard deviasi) dengan rumus: =�∑ ��� � −� − ∑ ��

c. Uji Normalitas Distribusi Data

Dalam mengetahui dan menentukan teknik statistik yang akan digunakan untuk pengolahan data diperlukan uji normalitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui normal atau tidak normalnya penyebaran data yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil uji normalitas akan berpengaruh pada teknik statistik yang harus


(43)

digunakan untuk pengolahan data berikutnya. Ketika distribusi data normal, maka teknik perhitungan statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Namun, ketika distribusi data tidak normal, maka teknik perhitungan statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik.

Dalam penelitian ini, perhitungan uji normalitas data menggunakan rumus Chi Kuadrat (X2) (Riduwan, 2013: 132) sebagai berikut:

� =∑ – ²

�=

Keterangan:

X2 : Chi Kuadrat yang dicari

fo : Frekuensi yang ada (frekuensi observasi atau frekuensi sesuai dengan keadaan)

fe : Frekuensi yang diharapkan, sesuai dengan teori

Berikut ini adalah langkah-kangkah yang digunakan untuk menghitung uji normalitas data:

1) Mencari skor terbesar dan skor terkecil, dari data baku 2) Menentukan nilai rentangan (R) dengan rumus:

R = skor terbesar – skor terkecil

3) Menentukan banyak kelas (BK) dengan menggunakan rumus Sturgess sebagai berikut:

BK = 1 + 3,3 (log n)

4) Menentukan nilai panjang kelas (i), dengan cara membagi nilai rentangan (R) dengan kelas interval (BK) yaitu:

i = BKR

5) Membuat tabel penolong distribusi frekuensi berdasarkan nilai banyak kelas (BK) dan nilai panjang kelas (i).


(44)

6) Menentukan nilai rata-rata (mean) dengan menggunakan rumus:

X = ∑ �ᵢ

7) Menentukan simpangan baku atau standar deviasi dengan rumus

� =∑ – ²

�=

8) Menentukan daftar frekuensi yang diharapkan (fe) melalui langkah-langkah diantaranya adalah:

a) Menentukan batas kelas interval, yaitu skor kiri (interval pertama) dikurang 0,5 dan semua skor kanan interval ditambah 0,5

b) Menentukan batas kelas interval dengan menghitung

standar atau Z-score dengan rumus:

� = − ̅

Keterangan:

̅ = Rata-rata distribusi = Batas kelas distribusi

= Simpangan baku atau standar devisas

c) Menentukan 0 – Z dari tabel kurva normal 0 – Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas. Sehingga diperoleh batas 0 – Z

d) Mencari luas setiap kelas interval dengan cara mengurangi-angka-angka atau bilangan 0 – Z dengan interval berikutnya (nilai luas 0 – Z pada baris pertama dikurangi dengan nilai luas 0 – Z pada baris kedua) untuk tanda Z-score yang sama dan menambahkan nilai luas 0 – Z mempunyai tanda yang berbeda (tanda positif dan negatif) ditambahkan dengan angka berikutnya


(45)

e) Menentukan frekuensi yang diharapkan (fe) dengan mengalikan luas dari setiap interval dengan jumlah responden (n).

9) Menghitung nilai Chi Kuadrat (X2) dengan menggunakan rumus:

� =∑ – ²

�=

10)Membandingkan X2hitung dengan X2tabel

Setelah diketahui nilai X2hitung kemudian dikonsultasikan

dengan X2tabel, dimana untuk taraf signifikansi (α) sebesar 0,05

dan derajat kebebasan (dk) = k-1. Berikut ini adalah kriteria pengujiannya:

a) Jika X2hitung > X2tabel, maka distribusi data tidak normal

b) Jika X2hitung < X2tabel, maka distribusi data normal.

Namun, adapun langkah-langkah untuk uji normalitas dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for Windows, diantaranya adalah:

1) Buka program SPSS

2) Masukkan data mentah variabel X dan variabel Y pada “Data

View”

3) Klik Variabel View. Pada Variabel View, kolom name pada baris pertama diisi dengan variabel X dan pada baris kedua diisi dengan variabel Y, kolom decimal dibuat menjadi 0, kolom label diisi dengan nama masing-masing variabel.

4) Klik Analyze, sorot pointer pada Non Parametric Test, kemudian klik 1-Sample K-S

5) Pindahkan Variabel X dan Variabel Y pada kolom Test Variabel List dengan klik tanda


(46)

6) Klik options, kemudian pilih descriptive pada Statistic, dan Exclude cases test by test, lalu continue

7) Klik normal pada Test Distribution 8) Lalu, klik OK

4. Teknik Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh/kontribusi yang positif dan signifikan antara Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung (variabel X) terhadap Manajamen Mutu Pendidikan (variabel Y). Berikut ini adalah rumusan

hipotesis dalam penelitian yang berjudul “Kontribusi Peran Komite

Sekolah sebagai Badan Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung”:

Ho : Tidak terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan.

Ha : Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan

Adapun langkah-langkah dalam uji hipotesis diantaranya adalah:

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui derajat hubungan antara Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung (variabel X) dengan Manajemen Mutu Pendidikan (variabel Y). Teknik perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment (PPM). Teknik ini digunakan karena distribusi data dari kedua variabel yang diteliti bersifat normal. Berikut ini rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2013: 138):


(47)

= n ∑XY − ∑X ∑Y

√{n ∑X − ∑X }. {n ∑Y² − ∑Y ²} Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi yang dicari

n = Banyaknya subjek pemilik nilai X = Nilai variabel 1

Y = Nilai variabel 2

Dalam pengolahannya, peneliti menggunakan bantuan SPSS 17.0 for Windows. Perhitungan rxy merupakan hasil koefisien

korelasi dari variabel X dan variabel Y. Berikutnya, rxyhitung

dibandingkan dengan rxytabel dengan taraf kesalahan sebesar 5%.

Apabila rxyhitung > rxytabel maka Ha diterima, tetapi apabila rxyhitung <

rxytabel maka Ho diterima. Dalam menentukan hubungan kuat atau

tidaknya variabel yang diteliti, maka digunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi (Riduwan, 2013: 138) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Adapun langkah-langkah dalam mencari koefisien korelasi dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows, diantaranya adalah:


(48)

1) Buka program SPSS, klik pada Variabel View dan definisikan dengan mengisi kolom-kolom berikut ini:

a) Kolom Name pada baris pertama diisi dengan X dan baris kedua diisi dengan Y

b) Kolom Type diisi dengan Numeric c) Kolom Width diisi dengan 8 d) Kolom Decimal = 0

e) Kolom Label untuk baris pertama diisi dengan “Nama

Variabel X” dan baris kedua diisi dengan “Nama Variabel Y”

f) Kolom Value dan Missing diisi dengan None g) Kolom Columns diisi dengan 8

h) Kolom Align pilih Center i) Kolom Measure pilih Scale

2) Arahkan pointer pada Data View, kemudian masukkan data baku variabel X dan variabel Y

3) Klik menu Analyze, kemudian pilih Correlate dan klik pointer pada Bivariete

4) Pindahkan variabel X dan variabel Y kolom Variabel dengan klik tanda 

5) Tandai pilihan pada kotak Pearson

6) Klik option dan tandai pada kotak pilihan Mean and Standart Deviation. Lalu klik continue

7) Dan klik Ok

b. Analisis Signifikansi

Analisis Signifikansi dilakukan untuk mengetahui dari hasil koefisien variabel X (Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung) dan variabel Y (Manajemen Mutu Pendidikan). Tidak hanya itu, uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan tersebut signifikan atau berlaku untuk semua populasi.


(49)

Dalam menguji signifikasi korelasi digunakan rumus (Riduwan, 2013: 140):

ℎ� � =r√n −

− r²

Keterangan:

thitung = Nilai thitung

R = Koefisien korelasi hasil rhitung

N = Jumlah responden

Kemudian dibandingkan antara thitung dengan ttabel. Apabila

thitung > ttabel , maka Ha diterima. Artinya nilai korelasi Pearson

Product Moment (PPM) ini siginifikan. Namun, apabila thitung <

ttabel , maka Ho diterima. Artinya, nilai korelasi Pearson Product

Moment (PPM) ini tidak signifikan. Tingkat kesalahan dalam uji signifikansi ini adalah 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Dalam menghitung uji signifikansi, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for Windows.

c. Analisis Koefisien Determinasi

Perhitungan koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi atau sumbangan variabel X (Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung) terhadap variabel Y (Manajemen Mutu Pendidikan). Dalam mencari nilai koefisien determinasi, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Namun, pada dasarnya uji koefisien korelasi menggunakan rumus (Riduwan, 2013: 140):

�� = 2 %

Keterangan:

KD = Nilai koefisien determinasi r = Nilai koefisien korelasi


(50)

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk uji koefisien determinasi dengan menggunakan program SPSS.

1) Buka program SPSS

2) Klik Data View, masukkan data baku variabel X dan variabel Y

3) Klik Analyze, pilih Regression, klik Linear

4) Pindahkan variabel X pada kolom independen dan variabel Y pada kolom dependen

5) Klik Statistic, lalu tandai Estimates, Model Fit, R square, Descriptive, dan klik continue

6) Klik plots, pindahkan SDRESID ke kotak Y, dan ZPRED ke kotak X, lalu klik next

7) Masukkan ZPRED ke kotak Y dan DEPENDENT ke kotak X

8) Pilih Histogram dan Normal Probability Plot, klik continue

9) Klik Save pada Predicted Value, pilih Unstandarized dan Prediction Intervals klik Mean, dan Individual, lalu continue

10)Klik Options, pastikan bahwa taksiran probabilitas sebesar 0,05 , lalu klik continue dan Ok

11)Untuk melihat hasil R square yang akan digunakan untuk menghitung koefisien determinasi ada pada Tabel Model Summary

d. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi digunakan apabila terdapat hubungan sebab akibat antara Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung (variabel x) terhadap Manajemen Mutu Pendidikan (variabel Y). Menurut Riduwan (2013: 147) regresi adalah:


(51)

Regresi atau peramalan adalah suatu proses memperikaran secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu atau sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil.

Dalam menghitung regresi sederhana, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Namun, pada dasarnya dalam menghitung regesi sederhana, berikut ini rumus yang digunakan (Riduwan, 2013: 148):

Ŷ = a +bX Keterangan:

Ŷ = (baca Y topi) subjek variabel terikat yang diproyeksikan X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk

diprediksikan

A = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

B = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

Untuk mengetahui nilai a dan b, maka digunakan rumus sebagai berikut:

a =∑Y − b . ∑Xn

b =n . ∑XY − ∑X . ∑Y n . ∑X2− ∑X ²

Adapun langkah-langkah dalam menghitung regresi sederhana dengan menggunakan program SPSS, diantaranya adalah:


(52)

1) Buka program SPSS

2) Klik Data View, masukkan data baku variabel X dan variabel Y

3) Klik Analyze, pilih Regression, klik Linear

4) Pindahkan variabel X pada kolom independen dan variabel Y pada kolom dependen

5) Klik Statistic, lalu tandai Estimates, Model Fit, R square, Descriptive, dan klik continue

6) Klik plots, pindahkan SDRESID ke kotak Y, dan ZPRED ke kotak X, lalu klik next

7) Masukkan ZPRED ke kotak Y dan DEPENDENT ke kotak X

8) Pilih Histogram dan Normal Probability Plot, klik continue

9) Klik Save pada Predicted Value, pilih Unstandarized dan Prediction Intervals klik Mean, dan Individu, lalu continue

10)Klik Options, pastikan bahwa taksiran probabilitas sebesar 0,05 , lalu klik continue dan Ok

11)Untuk melihat hasil R square yang akan digunakan untuk menghitung koefisien determinasi ada pada Tabel Model Summary


(53)

113 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data

penelitian yang berjudul “Kontribusi Peran Komite Sekolah sebagai Badan

Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK Negeri se-

Kota Bandung”, diperoleh gambaran mengenai masing-masing variabel

dan keterkaitan antara variabel yang diteliti. Adapun simpulan dari penelitian ini diantaranya adalah:

1. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung di SMK Negeri se- Kota Bandung

Dalam penelitian ini, sesuai dengan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa variabel X (Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung) berada pada kategori baik. Hal ini dapat dilihat bahwa peran komite sekolah sebagai badan pendukung di SMK Negeri se- Kota Bandung mampu menerapkan ketiga dimensi sebagai badan pendukung yaitu pengelola sumber daya, pengelola sarana dan prasarana, serta pengelola anggaran pendidikan. Ketiga dimensi tersebut lebih dijelaskan kedalam masing-masing indikator. Hal ini menggambarkan bahwa secara empirik di lapangan, ketiga dimensi peran komite sekolah sebagai badan pendukung di SMK Negeri se- Kota Bandung dapat dilaksanakan baik dengan skor 2,88.

2. Manajemen Mutu Pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa variabel Y (Manajemen Mutu Pendidikan) memperoleh skor 3,51 dan dapat dikategorikan sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung mampu menerapkan fungsi manajemen mutu dengan sangat baik


(1)

114

diantaranya adalah perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan perbaikan mutu. Sehingga, dapat terlihat bahwa SMK Negeri se- Kota Bandung menjalankan ketiga fungsi manajemen tersebut guna meningkatkan mutu pendidikan.

3. Kontribusi Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung

Berdasarkan hasil perhitungan analisis data yang telah dilakukan, maka korelasi atau hubungan antara variabel X (Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung) dan variabel Y (Manajemen Mutu Pendidikan) di SMK Negeri se- Kota Bandung berada pada kriteria kuat. Hal ini dapat diartikan bahwa peran komite sekolah sebagai badan pendukung dapat memberikan kontribusi terhadap manajemen mutu pendidikan. Pada perhitungan determinasi membuktikan bahwa besaran kontribusi yang diberikan oleh variabel X (Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung) adalah 53,9% dan 46,1% dipengaruhi oleh peran lain seperti yaitu peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan, badan pengontrol, mediator. Adapun hasil perhitungan signifikansi dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti dapat diterima. Hal ini diartikan bahwa peran komite sekolah sebagai badan pendukung memiliki kontribusi yang signifikan terhadap manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kontribusi Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran diantaranya adalah:


(2)

1. Bagi Lembaga

Setelah melakukan pengamatan sesuai dengan hasil penelitian, manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung sudah berjalan sangat baik. Namun, hal tersebut perlu ditingkatkan. Peneliti mencoba memberikan beberapa saran yaitu untuk dalam perencanaan mutu pendidikan, sekolah harus lebih mengidentifikasi antara kebutuhan pelanggan dan disesuaikan dengan implementasi dunia kerja (industri), seperti praktek pembelajaran di sekolah. Tidak hanya itu, pengendalian mutu pendidikan yang terselenggara di sekolah harus lebih dioptimalkan dengan adanya peran komite sekolah. Hal ini dilakukan guna mengutamakan zero deffect. Dan perbaikan mutu ini perlu dilakukan oleh semua pihak, maka dari itu diperlukan sosialisasi kembali kepada semua pihak untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

2. Bagi Komite Sekolah

Komite sekolah diharapkan mampu menjalankan perannya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini komite sekolah seharusnya dapat berperan aktif. Bukan hanya mengesahkan segala sesuatu yang diajukan oleh pihak sekolah, akan tetapi mampu berperan dalam setiap tahapan manajemen mutu pendidikan. Tidak hanya itu, komite sekolah harus mendukung manajemen mutu pendidikan, baik secara materil maupun non materil. Hal ini dapat dilakukan dengan mengimplementasikan jadwal kunjungan ke sekolah secara rutin dan terprogram.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Adapun rekomendasi untuk peneliti selanjutnya yaitu dapat menindaklanjuti hasil penelitian terkait peran komite sekolah terhadap


(3)

116

manajemen mutu pendidikan, tidak hanya sebagai badan pendukung tetapi sebagai badan pertimbangan, badan pengawas, dan mediator. Hal ini direkomendasikan agar terlihat keseimbangan antara peran yang satu dengan peran yang lainnya.

Tidak hanya itu, untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai kontribusi peran lainnya terhadap manajemen mutu pendidikan. Seperti, kepala sekolah sebagai pemimpin, guru sebagai ujung tombak pendidikan, atau dunia industri sebagai mitra kerja di SMK. Namun, alangkah lebih baiknya peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan pendekatan kualitatif guna memperkuat penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA A.Buku

Amri, Sofan. (2013). Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar &

Menengah. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Amtu, Onisimus. (2011). Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta. PT Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Panduan Umum Dewan Pendidikan

dan Komite Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Engkoswara, dan Komariah, Aan. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Fattah, Nanang. (2004). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan

Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Fattah, Nanang. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya.

Hadis, Abdul dan Nurhayati. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Lestari, Anisa. (2011). Kontribusi Peran Komite Sekolah Sebagai Badan

Pengontrol Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Di Sekolah Dasar Negeri Se- Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Skripsi

FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Makawibang, Jerry H. (2011). Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa. (2012). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyono. (2009). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan.

Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Nasution, S. (1987). Metode Research. Bandung: Jemmars. Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.


(5)

119

Riduwan. (2013). Belajar Mudah Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

S, Jerome Arcaro. (2007). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sallis, Edward. (2008). Total Quality Management in Education. Jogjakarta: IRCiSoD.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Berbasis Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suhardan, Dadang. (2010). Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta. Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sujanto, Bedjo. (2009). Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta:

Sagung Seto.

Syaodih, Nana Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tampubolon, Daulat P. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (2001). Total Quality Management

(TQM). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Umiarso, dan Imam Gojali. (2010). Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi

Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD.

Zazin, Nur. (2011). Gerakan Menata Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

B.Perundang-Undangan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Peraturuan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44 Tahun 2002 Tentang Dewan Pendidikan Dan Komite Sekolah


(6)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Taun 2008 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan