IMPLEMENTASI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN, MANAJER, DAN SUPERVISOR DI SLB NEGERI 1 BANTUL.

(1)

IMPLEMENTASI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN, MANAJER, DAN SUPERVISORDI SLB NEGERI 1 BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Victoria Wikanti Widaninggar 11101244008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan kamu mau

mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (1 Petrus 5:2)

Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi.Tindakan tanpa visi hanyalah membuang waktu. Visi dengan tindakan akan mengubah dunia.

(Joel Arthur Barker)

WE CAN IF WE THINK WE CAN (Anonim)


(6)

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa beserta alam semesta yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Simbah putriku, Anna Saniyah Sahid.

2. Kedua orang tuaku, Drs. Agung Endratmoko & MM. Siti Nuraheni, S.Pd 3. Almameter Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

IMPLEMENTASI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN, MANAJER, DAN SUPERVISOR DI SLB NEGERI 1 BANTUL

Oleh

Victoria Wikanti Widaninggar NIM 11101244008

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk; 1) mengetahui implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin; 2) mengetahui implementasi peran kepala sekolah sebagai manajer, dan; 3) mengetahui implementasi peran kepala sekolah sebagai supervisor di SLB Negeri 1 Bantul.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Informan penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, karyawan, dan orang tua siswa.Data dikumpulkan melalui wawancara tidak struktur, observasi, dan dokumentasi dengan instrumen penelitian pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi.Uji keabsahan data dengan triangulasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin, manajer, dan supervisor di SLB Negeri 1 Bantul adalah sebagai berikut. (1) Implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin telah dilaksanakan dengan memberikan keteladanan dalam hal kedisplinan menggunakan waktu dan menjalankan tugas, memiliki visi ke depan bagi SLB Negeri 1 Bantul, mendorong kemauan kuat dan semangat melalui keteladanan yang diberikan secara nyata di sekolah, memberikan pengarahan dan bimbingan bagi personil secara langsung maupun tidak langsung, menjalin komunikasi yang membangun dengan guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, mitra sekolah dan masyarakat sekitar sekolah dan mengambil keputusan secara tepat bersama personil sekolah. (2) Implementasi peran kepala sekolah sebagai manajer telah dilaksanakan dengan melaksanakan perencanaan program dan kegiatan, menggunakan strategi dalam mengelola sumber daya sekolah, mengorganisasi dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada di sekolah dengan memanfaatkan struktur organisasi yang dibentuk beserta pembagian tugas, mendorong keterlibatan seluruh personil sekolah, mengembangkan potensi yang dimiliki sekolah, dan melakukan kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah. (3) Implementasi peran kepala sekolah sebagai supervisor telah dilaksanakan melalui pelaksanakan fungsi supervisi dibantu oleh koordinator PKG/PKB yaitu tim asesor perwakilan dariguru. Teknik supervisi yang digunakan tim asesor adalah observasi kelas setiap satu semester sekali. Kegiatan supervisi secara insindental dan rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah ialah kunjungan kelas dengan berkeliling mengamati proses belajar mengajar yang dilakukan guru di sekolah. Hasil tindak lanjut dari kegiatan supervisi adalah berupa nilai dan hasil temuan kekurangan kinerja guru dalam mengajar yang selanjutnya akan dijadikan dasar perencanaan pelaksanaan diklat untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Kata kunci: peran kepala sekolah, pemimpin, manajer, supervisor


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Tujuan penulisan akhir skripsi sebagai syarat dalam menyelesaikan jenjang Strata 1 (S1) pada program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir skripsi dapat terselesaikan dengan baik karena adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Dr. Haryanto, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

2. Dr. Cepi Safruddin A J, M.Pd, Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Suyud, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan tugas akhir skripsi ini.

4. Penguji Utama Bapak Hermanto, M.Pd dan Sekretaris Penguji Bapak Slamet Lestari, M.Pd yang telah meluangkan waktu dan tenaga memberikan koreksi dan perbaikan terhadap hasil penelitian saya.

5. Dr. Udik Budi Wibowo sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dalam menjalani perkuliahan.

6. Para dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan wawasannya.

7. Orang tua, kakak, adek, dan teman-teman dekat penulis, yang senantiasa memberikan doa dan dorongan sehingga terselesaikan tugas akhir skripsi ini.

8. Bapak Muh. Basuni, M.Pd selaku Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Bantul, beserta Bapak dan Ibu Guru Karyawan dan orang tua siswa SLB Negeri 1


(9)

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Kepemimpinan ... 14

1. Pengertian Kepemimpinan ... 14

2. Fungsi Kepemimpian ... 15

3. Kepemimpinan Efektif ... 19


(11)

B. Perbedaan Manajer dan Pemimpin ... 25

C. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 28

1. Pengertian Kepemimpinan ... 28

2. Peran Kepala Sekolah ... 32

3. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin ... 34

a. Pengertian Pemimpin ... 34

b. Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin ... 34

4. Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 37

a. Pengertian Manajer ... 37

b. Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 38

5. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 41

a. Pengertian Supervisor ... 41

b. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 42

D. Pendidikan Khusus ... 46

1. Pengertian Pendidikan Khusus ... 46

2. Anak Berkebutuhan Khusus ... 48

3. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus ... 49

4. Sistem Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ... 49

E. Penelitian Relevan ... 53

F. Pertanyaan Penelitian ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

A. Pendekatan Penelitian ... 56

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56

C. Subjek Penelitian ... 57

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 58

E. Instrumen Penelitian ... 59


(12)

G. Teknik Analisis Data Penelitian ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Deskripsi Umum Penelitian ... 65

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 65

2. Struktur Organisasi SLB Negeri 1 Bantul ... 68

3. Personalia Penanggungjawab SLB Negeri 1 Bantul ... 69

4. Jumlah Siswa SLB Negeri 1 Bantul ... 70

5. Jumlah Guru, Tenaga Kependidikan, dan Tenaga Ahli/ Konsultan dan Paramedis SLB Negeri 1 Bantul ... 71

6. Profil Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Bantul ... 71

B. Hasil Penelitian ... 73

1. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin ... 75

a. Memberikan teladan baik bagi peronil sekolah ... 75

b. Merumuskan dan memahami visi, misi, dan tujuan sekolah ... 79

c. Mendorong kemauan kuat dan semangat terhadap personil sekolah... 82

d. Memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap personil sekolah... 86

e. Menjalin komunikasi yang membangun terhadap personil sekolah... 88

f. Mengambil keputusan secara tepat ... 92

2. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 94

a. Merencanakan program dan kegiatan sekolah ... 96

b. Menggunakan strategi dalam mengelola sumber daya sekolah, program, dan kegiatan sekolah ... 97

c. Mengorganisasikan dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada di sekolah ... 98

d. Mendorong keterlibatan seluruh personil dalam menjalankan tugas masing-masing ... 100


(13)

f. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

kegiatan sekolah ... 110

3. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor... 111

a. Melaksanakan perencanaan supervisi akademik ... 112

b. Melaksanakan supervisi akademik ... 112

c. Melakukan tindak lanjut dari hasil supervisi akademik ... 115

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 115

1. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin ... 116

2. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Manajer... 124

3. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor... 130

D. Keterbatasan Peneliti ... 132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 133

A. Kesimpulan ... 133

B. Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 136


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar1. Analisis data model Miles Huberman ... 63 Gambar2. Bagan Struktur Organisasi SLB Negeri 1 Bantul ... 68


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Peran Manajer dan Pemimpin ... 27

Tabel 2.Tabel Kisi-kisi Instrumen Penelitian Imlementasi Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin, Manajer, dan Supervisor ... 60

Tabel 3. Rekap Jumlah Siswa TKLB N 1 Bantul Menurut Jenis Kelamin ... 70

Tabel 4.Rekap Jumlah Siswa SDLB N 1 Bantul Menurut Jenis Kelamin ... 70

Tabel 5.Rekap Jumlah Siswa SMPLB N 1 Bantul Menurut Jenis Kelamin ... 70

Tabel 6.Rekap Jumlah Siswa SMALB N 1 Bantul Menurut Jenis Kelamin ... 71

Tabel 7. Rekap Jumlah Guru, Tenaga Kependidikan, dan Tenaga Ahli/ Konsultan dan Paramedis SLB Negeri 1 Bantul Tahun 2013 ... 71

Tabel 8. Kualifikasi Akademik Kepala Sekolah ... 72

Tabel 9.Pengalaman Mengajar Kepala Sekolah... 72


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian ... 138

Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 142

Lampiran 3. Pedoman Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi ... 147

Lampiran 4 Analisis Data ... 154

Lampiran 5. Prestasi Siswa SLB Negeri 1 Bantul ... 210

Lampiran 6. Notulen Rapat ... 213


(17)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan wacana yang tidak pernah habis dibicarakan di negera seperti Indonesia. Berbicara mengenai pendidikan sekolah, sama halnya berbicara mengenai kehidupan. Pendidikan, menurut Benni Setiawan (2006:63) merupakan proses yang dilakukan setiap individu menuju kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaan. Proses ini hanya akan berhenti ketika nyawa sudah tiada di dalam raga manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia (humanizing human being). Proses ini merupakan bagian dari suatu aktivitas yang sadar akan tujuan.

Sekolah dalam hal ini pendidikan menempati posisi yang sangat sentral dan strategis dalam membangun kehidupan secara tepat dan terhormat. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pun diatur hak warga negara untuk memperoleh pengajaran. Setiap manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik secara formal, informal maupun non formal, sehingga pada gilirannya ia akan memiliki mental, akhlak, moral dan fisik yang kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Implementasinya seluruh warga negara Indonesiatanpa terkecuali berhak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya, oleh karena itu negara berperan dalam memberikan peluang dengan menyelenggarakan pendidikan yang dibutuhkan oleh setiap warga negara.

Tetapi pada kenyataan di lapangan belum seluruh warga negara mengenyam pendidikan, termasuk di dalamnya adalah warga negara yang memiliki kelainan


(18)

fisik, emosional, mental, dan sosial. Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pemerintah mendefinisikan pendidikan khusus seperti tertuang pada Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut, pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pengertian pendidikan khusus yang sama berasal dari Pemerintah sesuai dengan Pasal 127 Peraturan Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yaitu, pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Menurut Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani (2013:19) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dilihat dari kedua pengertian yang sama berkenaan dengan pengertian pendidikan khusus sebagai ciri bahwa pemerintah telah konsisten dalam konsep atau sebutan/ peristilahan yang dapat dijadikan acuan oleh semua pihak yang menangani pendidikan seperti pemerintah daerah, dinas pendidikan, perguruan tinggi, sekolah atau setiap satuan pendidikan dan masyarakat. Secara teknis operasional Pendidikan Khusus diatur


(19)

dalam Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar Operasional Pendidikan Khusus.

Sekolah sebagai tempat bagi anak didik melakukan kegiatan belajarnya. Tujuan terpenting sekolah adalah memberi pertolongan bagi anak untuk dapat mendidik dirinya sendiri. Sekolah merupakan tempat membentuk pribadi dan mempersiapkan kehidupan dewasa anak sehingga dapat berintegrasi dalam masyarakat. Pendidikan khusus bertujuan untuk membantu peserta didik yang memiliki keterbatasan dalam mengikuti proses pembelajaran karena ia menyandang kelainan fisik, psikis dan kelainan perilaku agar sebagai pribadi ataupun sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan hubungan sosial, budaya, dan alam sekitar atau dapat mengembangkan kemampuan diri sehingga mampu terjun ke dalam dunia kerja.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan dalam hal fisik, mental, atau sosial. Sebagai individu yang memiliki kekurangan mereka pada umumnya sering dibelaskasihani bahkan dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang yang mengakibatkan anak berkebutuhan khusus cenderung menutup diri dari lingkungannya dan merasa tidak percaya diri. Pandangan masyarakat yang kurang positif terhadap anak berkebutuhan khusus justru akan menambah beban permasalahan bagi para anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan. Sebenarnya dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada anak berkebutuhan khusus harus disikapi secara positif agar mereka dapat lebih mandiri dan juga mampu mengembangkan seoptimal mungkin potensinya


(20)

serta diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi keluarga, lingkungan, masyarakat, serta pembangunan bangsa.

Dalam rangka memberdayakan dan memenuhi hak-hak bagi anak berkebutuhan khusus, pengelolaan pendidikan khusus pun dituntut untuk dapat memotivasi dan mengembangkan potensi anak didik dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang ada dalam program-program sekolah pengembangan potensi anak didik merupakan hal yang penting dari pelaksanaan proses pembelajaran, guna membekali siswa kelak dalam kehidupan bermasyarakat. Tantangan dalam pengelolaan pendidikan khusus di sekolah luar biasa terkait dalam meningkatkan bidang-bidang pendidikan terkait dengan kurikulum, kebijakan sekolah, profesionalisme ketenagaan, sarana prasarana, dan manajemen sekolah. Hal ini didukung oleh Dedy dan Yani (2013) yang memaparkan dalam bukunya masalah yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan khusus di antaranya, rendahnya kualitas sekolah dan pelayanan sepertibelum mencukupi guru dan tenaga pendidik, kurangnya ketersediaan sarana-prasarana yang sesuai dengan kebutuhan khusus anak didik, tidak ada atau kurang tersedia tenaga psikolog dan dokter yang bekerja dan dapat bekerjasama dalam rangka penyelenggaraan pendidikan khusus, kurangnya sistem informasi manajemen, dan kurangnya biaya untuk sosialisasi, monitoring, dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan khusus. Dengan masih minimnya publikasi dan sosialisasi menyebabkan masyarakat kurang mengetahui keberadaan sekolah luar biasa.


(21)

Penyelenggaraan pendidikan khusus di sekolah luar biasa dapat terlaksana apabila terdapat partisipasi dari masyarakat. Rendahnya masyarakat dalam menyekolahkan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus menjadi salah satu penyebab belum meratanya pendidikan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Kemudian terkait partisipasi anak didik yang memiliki kebutuhan khusus bersekolah di sekolah luar biasa sangat dipengaruhi oleh faktor kesiapan dan motivasi keluarga terutama dilihat dari latar belakang pendidikan, sosial, dan ekonomi keluarga yang tergolong masih rendah. Adapun orang tua anak didik yang hanya menyerahkan anak didik ke sekolah luar biasa dengan membayar dana pendidikan dan menyerahkan pendidikan anak didik kepada lembaga. Peran masyarakat dalam mendidik menjadi kurang karena mengandalkan lembaga pendidikan yaitu sekolah luar biasa. Perlu adanya komunikasi efektif antara lembaga pendidikan dan orangtua untuk mendidik anak didik yang memiliki kebutuhan khusus agar mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan bersama.

Oleh karena itu dengan menyadari kenyataan banyak pemasalahan yang dihadapi oleh penyelenggaraan sekolah luar biasa maka dibutuhkan pengelolaan yang baik terhadap sumberdaya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia, yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan. Sekolah merupakan organisasi yang memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lainnya.Karena sifat lembaga sekolah yang kompleks maka diperlukan koordinasi yang tinggi.Secara stuktural organisasi kedudukan kepala sekolah disekolah adalah sebagai seorang pemimpin. Dalam hal ini kepemimpinan kepala


(22)

sekolah sangat berperan penting sebagai penanggung jawab terhadap pelaksanaan keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran yang berlangsung di sekolah yang dilakukan oleh seluruh unsur sekolah.

Dikutip dari Mulyasa (2003) bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaan dan fungsi pentingnya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah guna menciptakan situasi belajar dengan baik dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini seorang kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaan sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator (EMASLIM). Semua peran tersebut harus dipahami dan dilaksanakan dalam bentuk nyata oleh kepala sekolah. Melalui peran-peran tersebut diharapkan dapat menjadi langkah kepala sekolah untuk mencapai mutu dan kualitas sekolah. Kedudukan dan peran pemimpin dalam suatu organisasi akan menentukan kinerja dan keefektifan organisasi yang dipimpin. Pemimpin memegang peranan penting dalam menggerakkan dan memotivasi bawahan, mengelola sumber daya manusia dan lainnya untuk mencapai tujuan organisasi.

Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah dituntut untuk mengutamakan pelaksanaan proses pendidikan sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan menentukan seperti apa seharusnya masa depan sekolah, mengarahkan visi, dan memberikan inspirasi untuk mewujudkannya. Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin dalam pelaksanaan di lapangan belum maksimal dikarenakan masih mengalami hambatan dalam menjalankan visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Adanya berbagai kendala disebabkan dalam proses pencapaian tujuan melibatkan banyak komponen.Dengan masih


(23)

ditemui berbagai hambatan dalam mewujudkan tujuan sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin bukan pusat kekuatan organisasi, namun keberadaannya mutlak diperlukan karena tidak mungkin digantikan oleh fungsi dan peran lain. Sehingga kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada tenaga pendidik, karyawan dan anak didik.

Kepedulian kepala sekolah dapat dilakukan dengan meyakinkan dan memotivasi seluruh pesonil sekolah, orang tua anak didik, mitra sekolah, dan pihak lain yang terkait untuk berperan ikut aktif terlibat mewujudkan keberhasilan tujuan sekolah. Kepedulian seorang pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya dapat dibangun melalui komunikasi yang terjalin secara akrab dan hangat. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Komunikasi kepala sekolah merupakan bentuk interaksi agar mampu bekerja sama dengan orang yang dipimpinnya. Akan tetapi masih ditemui guru dan karyawan yang belum menyadari bahwa dalam perannya menjalankan tugas dengan sebaik mungkinmenjadiserangkaian upayauntuk mewujudkan tujuan sekolah. Hal ini sangat erat hubungannya dengan kemampuan kepala sekolah dalam kepemimpinannya untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, membimbing, dan memotivasi orang yang dipimpinnya.

Salah satu personil sekolah yang paling dibutuhkan demi keberlangsungan pembelajaran di sekolah yakni guru.Guru merupakan komponen terpenting dalam pendidikan karena merupakan ujung tombak dalam mendidik dan mengajar di sekolah. Pembelajaran yang berlangsung berupa interaksi langsung antara guru


(24)

dan anak didik. Anak didik yang dihadapi guru memiliki berbagai macam karakteristik terlebih anak didik yang berada di sekolah luar biasa yang merupakan anak berkebutuhan khusus. Pasti akan ada berbagai kendala yang dialami guru di dalam proses pelaksanaan belajar mengajar. Apalagi belum semua guru di sekolah luar biasa mampu mendedikasikan dirinya sesuai panggilan jiwa untuk dapat mendidik dan mengajar anak berkebutuhan khusus. Selain itu masih juga ditemui guru yang belum termotivasi dalam mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam mengajar dan mendidik anak berkebutuhan khusus.

Dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan penting dalam memberdayakan guru yaitu antara lain memberikan motivasi, mendukung, dan mengembangkan sumber daya tenaga pendidikan dengan melibatkan dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan profesionalisme. Guru sebagai tenaga pengajar di sekolah merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Potensi sumber daya guru harus terus berkembang agar dapat melaksanakan fungsinya secara professional. Oleh karena itu diperlukan adanya supervisi akademik untuk mengawasi dan memperbaiki proses belajar. Di lingkup sekolah kepala sekolah mempunyai peran sebagai supervisor.Namun kepala sekolah masih belum optimal dalam melaksanakan perannya sebagai supervisor jika dilihat dari guru belum mendapatkan pembinaan dari kepala sekolah dan termotivasi dalam meningkatkan mutu pengajaran.

Sekolah yang menjadi tempat penelitian memiliki kekhasan yang menarik bagi peneliti yaitu SLB Negeri 1 Bantul. Fakta yang menarik yaitu mengenai


(25)

kepemimpinan kepala sekolah SLB Negeri 1 Bantul yang menyelenggarakan pendidikan khusus yaitu sekolah luar biasa dari tingkat TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB dengan jenis layanan pendidikan luar biasa di antaranya autis, tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa yang dikepalai oleh satu kepala sekolah. Mengingat bahwa anak didik secara individu memiliki kelainan masing-masing yang berbeda kebutuhannya satu sama lain dari tiap jenjang pendidikan. Jumlah anak didik secara keseluruhan di SLB Negeri 1 Bantul termasuk dalam kategori banyak dan secara istimewa juga banyak mencetak prestasi dari tingkat kabupaten, provinsi, nasional bahkan hingga taraf internasional di berbagai cabang olahraga dan kesenian.

Berdasarkan observasi melalui wawancara dengan kepala sekolah SLB Negeri 1 Bantul terdapat hambatan dalam mengelola sumber daya sekolah yang sangat besar. Sumber daya diantaranya mengelola sekolah yang merupakan bekas SGPLB dengan luas tanah hampir tiga hektar yang berhubungan dengan penataan dan pengelolaan sarana prasarana sekolah. Selain itu jumlah guru yang banyakmenyebabkan keterbatasan kepala sekolah dalam memberikan pengarahan secara individu dan terdapat beberapa guru yang akan memasuki masa pensiun. Seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu mengelola sumber daya yang ada di sekolah dengan segala keterbatasan yang ada. Terlebih kepala sekolah juga mempunyai kesibukkan di luar sekolah. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk mendalami mengenai implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin, manajer, dan supervisor yang ada di SLB Negeri 1 Bantul. Terlebih belum ada


(26)

informasi mengenai implementasi peran kepala sekolah yang dilaksanakan di sekolah luar biasa.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang yang penulis kemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.

1. Belum meratanya pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus.

2. Pandangan masyarakat yang kurang positif terhadap anak berkebutuhan khusus justru menambah beban permasalahan bagi anak berkebutuhan khusus tersebut.

3. Kurangnya dukungan dan partisipasi dari masyarakat terhadap keberlangsungan pendidikan khusus yaitu sekolah luar biasa.

4. Pendidikan khusus atau sekolah luar biasa masih memiliki tantangan dalam meningkatkan bidang-bidang penyelenggaraan pendidikan.

5. Kepala sekolah belum maksimal dan masih mengalami hambatan dalam implementasi visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan sekolah.

6. Adanya keterbatasan kemampuan kepala sekolah dalam memberikan pengarahan secara individu terhadap setiap guru.

7. Kepala sekolah kurang memberikan motivasi untuk menyakinkan personil sekolah di dalam pencapaian keberhasilan sekolah melalui peran serta menjalankan tugas masing-masing.

8. Kepala sekolah masih belum optimal melaksanakan perannya sebagai supervisor untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.


(27)

9. Kurangnya motivasi dari guru untuk mengembangkan kemampuan profesional.

10.Tidak semua guru di sekolah luar biasa mampu mendedikasikan dirinya sesuai panggilan jiwa untuk dapat mengajar dan mendidik anak berkebutuhan khusus dengan sepenuh hati.

11.Pengelolaan sekolah luar biasa dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB dengan jenis kelainan di antaranya autis, tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa yang dikepalai oleh satu kepala sekolah masih ditemui banyak tantangan maupun hambatan.

12.Belum ada informasi tentang bagaimana implementasi peran kepala sekolah di sekolah luar biasa dalam perannyasebagai pemimpin, manajer, dan supervisor.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini akan dibatasi hanya pada peran kepala sekolah sebagai pemimpin, manajer, dan supervisor yang dilaksanakan di SLB Negeri 1 Bantul.

D. Rumusan Masalah

Dalam penjabaran batasan masalah di atas maka penulis merumuskan permasalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpindi SLB Negeri1 Bantul?

2. Bagaimana implementasi peran kepala sekolah sebagai manajer di SLB Negeri 1 Bantul?


(28)

3. Bagaimana implementasi peran kepala sekolah sebagai supervisor di SLB Negeri 1 Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu kepada rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin di SLB Negeri 1 Bantul.

2. Implementasi peran kepala sekolah sebagai manajerdi SLB Negeri 1 Bantul. 3. Implementasi peran kepala sekolah sebagai supervisordi SLBNegeri 1 Bantul. F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, masukan dan sumbangan pemikiran mengenai peran seorang kepala sekolah di sekolah luar biasa, khususnya peran dan fungsinya sebagai pemimpin, manajer, dan supervisor kepada mahasiswa dan peneliti sejenis di masa akan datang.

2. Secara Praktis

a. Bagi SLB Negeri 1 Bantul

Sebagai bahan masukan kepada lembaga atau warga sekolah di SLB Negeri 1 Bantul dalam meningkatkan kualitas pendidikan luar biasa yang berlangsung di sekolah.

b. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang peran dan fungsi kepada kepala sekolah, sehingga


(29)

kepala sekolah dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan terlebih pada sekolah luar biasa.

c. Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam memberikan dukungan yang tepat bagi pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah di sekolah luar biasa.


(30)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpian adalah terjemahan dari kata leadership yang berasal dari kata leader. Pemimpin (leader) ialah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing atau tuntun. Tatang M. Amirin dkk (2010: 134) menyebutkan pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu, karenanya seorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Adapun istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang, oleh sebab itu

berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Menurut Robbins (1971) dalam Didin Kurmiadin dan Imam Machali (2013: 289), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh tersebut dapat diperoleh secara formal, yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang diduduki dalam suatu organisasi. Hal yang sama dipaparkan oleh Edy Sutrisno (2011:217) menyebutkan kepemimpinan merupakan seni memengaruhi dan mengarahkan kemampuan dan usaha orang lain untuk mencapai tujuan pemimpin.


(31)

Dari definisi kepemimpinan yang ada memiliki esensi yang sama yaitu proses mempengaruhi orang lain guna untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu seni, kemampuan, kecakapan, dan ketrampilan dalam proses mempengaruhi dan mengarahkan orang atau kelompok orang agar mau dan mampu bekerja mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ketercapaian kepemimpinan juga perlu didukung para pengikutnya serta menjadi konkrit apabila memiliki suatu jabatan yang diduduki dalam suatu organisasi.

2. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing yang mengisyarakatkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial karena harus diwujudkan dalam interaksi antar-individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.

Menurut Didin Kurmiadin dan Imam Machali (2013: 309) fungsi kepemimpian memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin. Kedua, dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi.

Wahjosumidjo (2007:40) juga menyebutkan fungsi-fungsi kepemimpinan yaitu membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan, mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain, mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara,


(32)

menciptakan perubahan secara efektif di dalam penampilan kelompok, dan mengerakkan orang lain sehingga secara sadar orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki.

Menurut Veithzal Rivai (2006: 53) fungsi kepemimpinan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Instruktif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpinnya. Kemampuan pimpinan menggerakkan orang-orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.

b. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pemimpin selalu melakukan konsultasi terhadap bawahannya sebagai bahan petimbangan atau mendengarkan pendapat dan saran untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back), yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah dilaksanakan dan ditetapkan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapatkan dukungan dan lebih mudah mengintruksikannya.


(33)

c. Fungsi Partisipasi

Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pimpinan dengan orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan, maupun dalam pelaksanaanya.

d. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang, membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pemimpin. Fungsi delegasi pada dasarnya adalah kepercayaan. Pemimpin harus bersedia dan dapat mempercapai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi/mendapat pelimpahan wewenang. Jadi pada dasarnya pendelegasian harus diberikan pada orang-orang kepercayaan.

e. Fungsi Pengendalian

Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, meskipun tidak mustahil jika dilakukan dengan komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.


(34)

Adapun lebih jelasnya fungsi kepemimpinan pendidikan menurut Soekarto Indrafachrudi (2006:3) yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu fungsi pemimpin yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai dan fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan.

1) Fungsi pemimpin yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai:

a) Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya anggota dapat bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi, supaya dapat dirumuskan suatu rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat member harapan baik. Kepemimpinan harus cocok dengan situasi yang nyata, sebab kepemimpinan yang seefektif-efektifnya dalam suatu demokrasi bergantung pada interaksi antar anggota dalam situasi ini.

c) Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat.

d) Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok.

e) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok.

f) Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama. 2) Fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang

sehat dan menyenangkan;

a) Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan dalam kelompok. Jika ada kegotong-royongan antara anggota kelompok, pekerjaan akan berjalan dengan lancar dan akan mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

b) Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas. Kepuasaan rohaniah akan terpenuhi jika ada ruang menarik dan dalam ruang itu terdapat perabotan yang


(35)

dapat memberi kenyamanan beristirahat dan cukup memadai. Jalan lain untuk menciptakan situasi pekerjaan yang menyenangkan ialah berusaha supaya anggota kelompok merasa bahwa pemimpin berdiri di belakang mereka dan mendukungnya.

c) Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok. Semangat kelompok dapat dibentuk melalui penghargaan terhadap usaha setiap anggota atau kelompok demi kepentingan kelompok dan melalui social activities. Jika pemimpin memberi semangat persahabatan kepada anggota-anggota kelompoknya, sifat ramah tamah dan kegembiraannya akan mempengaruhi anggota dan mereka akan menirunya.

d) Pemimpin dapat menggunakan kelebihan yang terdapat pada pemimpin, bukan untuk berkuasa dan mendominasi, melainkan untuk memberi sumbangan pemikiran kepada kelompok menuju pencapaian tujuan bersama. Dalam suasana tersebut, pemimpin dapat juga mengembangkan kesanggupan anggotanya. Pemimpin juga harus mengakui anggotanya secara wajar, dengan berbuat seperti itu pemimpin akan diterima dan diakui secara wajar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi kepemimpinan merupakan aktifitas utama seorang pemimpin dalam menjalankan perannya pada berbagai bidang tugas, yang membutuhkan pengetahuan, sikap, keterampilan, seni, serta profesionalnya.

3. Kepemimpinan Efektif

Menurut Wahjosumidjo (2007: 4) Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Sebuah sasaran utama dari program penelitian kepemimpinan adalah untuk mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang efektif. Adapun kategori-kategori dari praktik-praktik kepemimpinan menurut Yulk (2005:78) dapat dipaparkan sebagai berikut.

a. Merencanakan dan Mengorganisasi b. Pemecahan Masalah

c. Menjelaskan Peran dan Tujuan d. Memberi Informasi


(36)

e. Memantau

f. Memotivasi dan Memberi Inspirasi g. Melakukan konsultasi

h. Mendelegasikan i. Mendukung

j. Mengembangkan dan Membimbing k. Mengelola Konflik dan Membangun Tim l. Membangun Jaringan Kerja

m. Memberikan Pengakuan n. Memberikan Penghargaan

Keempat belas perilaku dalam menciptakan kepemimpinan yang efektif di atas dapat dijelaskan lebih lanjut melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut. Merencanakan dan mengorganisasian meliputi: (a) menentukan tujuan dan strategi jangka panjang; (b) mengalokasikan sumber daya sesuai dengan prioritas; (c) menentukan cara menggunakan personel dan sumber daya untuk menghasilkan efisiensi tugas; dan (d) menentukan cara memperbaiki koordinasi, produktivitas, serta efektivitas unit organisasi.

Pemecahan masalah: (a) mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pekerjaan; (b) menganalisis masalah pada waktu yang tepat, namun dengan cara yang sistematis untuk mengidentifikasi sebab dan mencari pemecahannya; dan (c) bertindak secara tegas untuk mengimplementasikan solusi guna memecahkan masalah atau krisis penting.

Menjelaskan peran dan tujuan: (a) membagi tugas; (b) memberi arah tentang cara melakukan pekerjaan tersebut; dan (c) mengkomunikasikan pengertian yang jelas mengenai tanggung jawab pekerjaan, dan tujuan tugas, tenggat waktu, serta harapan mengenai kinerja.

Memberi informasi: (a) membagi informasi yang relevan tentang keputusan, rencana, dan kegiatan kepada orang yang membutuhkannya agar dapat melakukan


(37)

pekerjaannya; (b) memberi material dan dokumen tertulis; dan (c) menjawab permintaan dan informasi teknis.

Memantau: (a) mengumpulkan informasi mengenai aktifitas kerja dan kondisi eksternal yang mempengaruhi pekerjaan tersebut; (b) memeriksa kemajuan dan kualitas pekerjaan; (c) mengevaluasi kinerja para individu dan unit organisasi; (c) mengevaluasi kinerja para individu dan unit organisasi; (d) menganalisis kecenderungan (trends); dan (e) meramalkan peristiwa eksternal.

Memotivasi dan memberi inspirasi: (a) dengan menggunakan teknik memengaruhi yang menarik emosi atau logika untuk menimbulkan semangat terhadap pekerjaan; (b) komitmen terhadap sasaran tugas; dan (c) patuh terhadap tuntunan akan kerja sama, bantuan, dukungan, atau sumber daya, menetapkan contoh yang baik mengenai perilaku yang sesuai.

Melakukan konsultasi: (a) menanyakan orang-orang sebelum membuat perubahan yang akan mempengaruhi mereka; (b) mendorong saran untuk membuat perbaikan; (c) mengundang partisipasi dalam pengambilan keputusan; dan (d) memasukkan ide-ide serta saran-saran dari orang lain dalam keputusan-keputusan.

Mendelegasikan: (a) mengizinkan para bawahan untuk mempunyai tanggung jawab dan kebijaksanaan yang cukup besar dalam melaksanakan aktivitas kerja; (b) menangani masalah; dan (c) membuat keputusan penting.

Mendukung: (a) bertindak ramah dan penuh perhatian, sabar, dan membantu; (b) memperlihatkan simpati dan dukungan jika seorang bingung dan cemas; (c) mendengarkan keluhan dan masalah; dan (d) mencari minat seseorang.


(38)

Mengembangkan dan membimbing: (a) memberi pelatihan dan nasihat karier yang membantu; dan (b) melakukan hal-hal yang membentuk perolehan ketrampilan, pengembangan profesional, kemajuan karier seseorang.

Mengelola konflik dan membangun tim: (a) memudahkan pemecahan konflik yang konstruktif; (b) mendorong kerja sama; (c) kerja sama tim; dan (d) identifikasi dengan unit kerja.

Membangun jaringan kerja: (a) bersosialisasi secara informal; (b) mengembangkan kontak-kontak dengan orang-orang yang merupakan sumber informasi dan dukungan; (c) mempertahankan kontak melalui interaksi secara periodik, termasuk kunjungan, menelpon, dan korespondensi; dan (d) kehadiran pada pertemuan serta peristiwa sosial.

Memberikan pengakuan: (a) memberi pujian dan pengakuan bagi kinerja yang efektif; (b) keberhasilan yang signifikan dan kontribusi khusus; dan (c) mengungkapkan penghargaan terhadap kontribusi dan upaya-upaya khusus seseorang.

Memberi penghargaan: (a) memberi atau merekomendasikan penghargaan yang nyata, seperti penambahan gaji atau promosi bagi yang kinerja efektif; (b) keberhasilan yang signifikan; dan (c) kompetensi yang terlihat.

Keempat belas perilaku dapat dihubungakan dengan empat jenis kegiatan umum yang dilakukan seorang pemimpin, yaitu mempengaruhi orang, membuat keputusan, memberi-mencari informasi, dan membangun hubungan.


(39)

4. Kepemimpinan Pendidikan

Menurut Marno dan Supriyatno (2008: 32) istilah kepemimpinan pendidikan menerangkan di lapangan apa dan di mana kepemimpinann itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri kepemimpinan, yaitu bersifat mendidik, membimbing, dan mengemong. Sebagaimana kata pendidikan yang menunjuk arti yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu: (1) pendidikan sebagai usaha atau proses mendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari; dan (2) pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakekat dan kegiatan mendidik mengajar dari zaman ke zaman atau yang membahas prinsip-prinsip dan praktik-praktik mendidik dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam. Dari hal itu, maka kepemimpinan pendidikan pada dasarnya terdapat dan berperan pada usaha-usaha yang berhubungan dengan proses mendidik dan mengajar di satu pihak, dan pada pihak lain berhubungan sebagai satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya dan ilmu-ilmu pembantunya.

Dari itu Fachrudi (1983: 33) yang dikutip oleh Marno dan Triyo mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat berlangsung lebih efesien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.


(40)

Nawawi (1994: 82) yang dikutip oleh Marno dan Triyo mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah proses mengerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas tersebut lanjut Nawawi, setiap pemimpin pendidikan harus mampu bekerja sama dengan orang-orang yang dipimpinnya untuk meberikan motivasi agar melakukan pekerjaannya secara ikhlas. Dengan

membership .

Dalam Uhar Suharsaputra (2013: 124) dalam tataran intitusi pendidikan seperti sekolah, kepemimpinan pendidikan dapat dilihat dalam tataran mikro institusi, yaitu kepala sekolah, dan dalam tataran mikro teknis yaitu tenaga pendidik (guru). Kepemimpinan sekolah yang akan menetukan bagaimana kinerja organisasi secara keseluruhan, sedangkan guru adalah pemimpin dalam tataran teknis guna menghasilkan output pembelajaran/pendidikan yang bermutu.

Dari pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan seseorang dalam proses mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Kepemimpinan pendidikan yang dimaksud adalah dalam lingkup sekolah yang dilihat dari tataran mikro institusi, yaitu kepala sekolah.

Robert C. Bog dalam Moch mengemukakan empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan, yaitu:


(41)

a. Kemampuan mengorganisasikan dan membantu staff di dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap.

b. Kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri sendiri dan guru-guru dan anggota staff sekolah lainnya.

c. Kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam mengajukan dan melaksanakan program-program supervisi.

d. Kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta segenap staff sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab berpartisipasi secara aktif paada setiap usaha-usaha sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.

Oleh karena itu, selanjutnya akan banyak membahas mengenai kepemimpinan kepala sekolah yang menekankan bahwa peran kepala sekolah sebagai faktor penentu bagi keberhasilan suatu sekolah dalam mengelola semua sumber daya di sekolahtermasuk berkembangnya kinerja guru sebagai pemimpin pendidikan dalam tataran teknis pembelajaran.

B. Perbedaan Manajer dan Pemimpin

Hingga saat ini masih terdapat berdebatan mengenai perbedaan maupun persamaan antara pemimpin dan manajer. Onisimus Amtu (2011: 17) mengatakan bahwa untuk menjadi manajer diperlukan proses dan waktu. Sebagai seorang manajer yang dapat dipercaya adalah yang memiliki keterampilan dan kompetensi serta telah memiliki pengalaman, selanjutnya telah mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan bidang tertentu. Manajer sesuai dengan tugas dan kewenangannya, memiliki sejumlah orang bawahan yang membantu dalam


(42)

tugas-tugas yang dibagi sesuai dengan prosedur kerja perusahaan dalam situasi kerja, terdapat hirarki yang jelas antara atasan dan bawahan, serta terkondisi dalam sistem dan mekanisme yang bersifat mengikat. Kewibawaan manajer terikat dalam lingkungan kerja dan menyatu dengan jabatannya.

Sedangkan pemimpin adalah dalam pandangan tertentu bersifat alami, karena aspek-aspek genetik atau pembawaan sebagaimana diwariskan keluarganya, maupun yang dibentuk oleh lingkungan. Pemimpin yang alami, bersifat karismatik serta tidak memiliki bawahan tetapi pengikut, karena kewibawaannya tidak terbentuk karena struktur kekuasaan. Pemimpin memiliki pengaruh yang mampu menembus batas-batas keyakinan, budaya dan kebiasaan dalam suatu komunitas. Jika untuk menjadi seorang manajer diperlukan ketrampilan dan kemampuan akademis tertentu, maka seseorang pemimpin hanya membutuhkan pengakuan, penghormatan, dan penghargaan dari komunitasnya. Legitimasi itu sangat kuat dan melekat erat dengan keyakinan para pengikut maupun komunitas di mana seorang pemimpin dilahirkan dan dibesarkan. Seorang pemimpin mengenal dengan baik para pengikut dan komunitasnya.

Oleh karena itu untuk melengkapi pembahasan ini, akan disajikan berbagai pandangan yang membantu memperjelas fungsi dan peran manajer dan pemimpin yang sesungguhnya. Warren Bennis (1989) dalam bukunya berjudul:

Learning to Lead: A Workbook on Becoming Leader sebagaimana dikutip

Onisimus Amtu (2011:19) menjelaskan perbedaan peran antara manajer dan pemimpin sebagaimana diuraikan dalam tablel berikut ini.


(43)

Tabel: 1. Perbedaan Peran Manajer dan Pemimpin (Bennis, 1989) Peran

Manajer Pemimpin

a) Mengelola b) Tiruan

c) Mempertahankan

d) Berfokus pada sistem dan struktur e) Bergantung kepada pengawasan f) Melihat jangka pendek

g) Bertanya kapan dan bagaimana h) Melihat hasil pokok

i) Meniru

j) Menerima status quo k) Prajurit yang baik

l) Melakukan hal-hal dengan benar

a) Menginovasi b) Orisinal

c) Mengembangkan d) Fokus kepada orang

e) Membangkitkan kepercayaan f) Melihat perpektif jangka panjang g) Bertanya apa dan mengapa h) Menatap masa depan i) Menciptakan

j) Menantangnya k) Dirinya sendiri

l) Melakukan hal-hal yang benar

Menurut Uhar Suharsaputra (2013:152) manajemen dan kepemimpinan merupakan dua istilah yang punya kaitan dan sering dipandang identik, namun masing-masing sebenarnya berbeda dalam konteks organisasi, pelaksana manajemen disebut manajer, dan pelaksanana kepemimpinan disebut pemimpin. Ada pandanggan bahwa manajemen lebih luas dari kepemimpinan dan ada juga yang sebaliknya, namun terlepas dari kontroversi tersebut dalam tataran praktik lapangan idealnya seorang kepala sekolah adalah pemimpin yang baik sekaligus manajer yang baik pula, artinya kepala sekolah harus mempunyai kemampuan kepemimpinan dan kemampuan manajemen sekaligus.

Seorang manajer lebih menekankan pada pelaksanaan tugas melalui cara yang teratur dengan prosedur yang jelas serta secara ketat menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Seorang manajer lebih mengacu pada apa yang sudah biasa dilakukan serta mempertahankannya untuk mencapai proses organisasi yang efektif dan efesien, sehingga dalam bekerjanya seorang manajer lebih bersifat rutin dari waktu ke


(44)

waktu, yang penting organisasi dapat berjalan dengan stabil dalam menjalankan perannya. Berbeda dengan seorang manajer, dalam melaksanakan perannya seorang pemimpin lebih menekankan pada perubahan dan penentuan arah, serta upaya-upaya yang inovatif visioner dalam membuat organisasi mampu berperan lebih produktif, lebih maju, dan lebih bermutu, sehingga mereka lebih menekankan pada pembelajaran dan pemberdayaan seluruh sumberdaya organisasi, akibatnya kinerja seorang pemimpin lebih berdampak dinamis bagi organisasi.

Seorang kepala sekolah jelas memerlukan kemampuan manajemen dan kepemimpinan, sehingga organisasi sekolah dapat secara internal dan responsif terhadap faktor eksternal yang terus mengalami perubahan. Dalam konteks sekarang ini kepala sekolah sebagai pemimpin tampaknya makin diperlukan penguatan mengingat akselerasi perubahan yang makin sulit diprediksi, namun demikian kemampuan sebagai manajer tetap diperlukan dalam upaya menata organisasi sekolah berjalan secara efektif dan efisien, oleh karena itu keseimbangan keduanya menjadi hal yang perlu terus dikembangkan. Hal ini dapat terlaksana oleh kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin dan juga seorang manajer di sekolah.

C. Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut Wahyudi (2009: 63) kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Seorang diangkat dan dipercaya menduduki jabatan kepala sekolah harus memenuhi kriteria-kriteria


(45)

yang disyaratkan untuk jabatan dimaksud. Didin Kurmiadin dan Imam Machali (2013: 295) menyebutkan kepala sekolah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin.Ia mempunyai dua jabatan dan peran penting dalam melaksanakan proses pendidikan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah; dan kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Sebagai pengelola pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Disamping itu kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu sebagai pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja para personel terutama guru kearah profesionalisme yang diharapkan. Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah pertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan kearah pencapaian tujuan pendidikan yang telah diharapkan.

Menurut Gavis, G.A. & Thomas, M.A. (1989) dalam Wahyudi (2009: 63) yang berpendapat bahwa kepala sekolah yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu memimpin sekolah; (2) memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah; (3) mempunyai ketrampilan sosial; (4) professional dan kompeten dalam bidang tugasnya.

Selain memiliki karakteristik sebagai kepala sekolah juga dibutuhkan mempunyai kompetensi. Menurut Wahyudi (2009: 36) daftar atau rincian tugas kepala sekolah termasuk peran dan fungsi yang dijalankan dapat menjadi dasar


(46)

bagi penentuan kompetensi kepala sekolah. Dengan demikian, kompetensi yang perlu dimiliki kepala sekolah meliputi.

a. Kompetensi Merumuskan Visi

Kepala sekolah berkewajiban merumuskan visi sekolah. Visi sekolah diperlukan untuk membimbing dan mengarahkan pencapaian tujuan sekolah. Dalam perumusan visi, kepala sekolah harus memahami elemen visi kepemimpinan dan manajemen sekolah.

b. Kompetensi Merencanakan Program

Kompetensi kepala sekolah dalam merencanakan program meliputi kemampuan dalam menetapkan tujuan-tujuan sekolah yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan pendidikan dan masyarakat, menetapkan keadaan pendidikan saat ini pada suatu masyarakat tertentu, merumuskan program khusus tentang tujuan-tujuan bagi sekolah, dan menetapkan rangkaian tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, mewujudkan rencana menjadi tindakan, secara rutin mengadakan penilaian terhadap pencapaian program, dan merencanakan kembali jika hasil penilaian menyatakan bahwa standar yang diinginkan belum tercapai.

c. Kompetensi Membangun Komunikasi

Kepala sekolah perlu mengembangkan komunikasi dua arah secara sehat dengan guru dan karyawan. Dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut, (1) memberikan kesempatan kepada guru untuk mengemukakan pendapat sehingga tercipta komunikasi dua arah, (2) berperan sebagai pengarah, pengatur, pembicara, perantara dan pengambil keputusan, (3) bersikap


(47)

terbuka, tidak memaksakan kehendak dan menciptakan suasana demokratis persahabatan (kolegialitas), (4) mengembangkan kebiasaan diskusi secara terbuka, melatih guru agar mengahargai pendapat orang lain secara objektif, dan (5) memberi kesempatan kepada guru agar berani mengambil keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan tugas.

d. Kompetensi Hubungan Masyarakat dan kerjasama

Kepala sekolah melalui bidang humas dan kerjasama perlu menggalang sumberdaya masyarakat untuk membangun lembaga independen (dewan sekolah/komite sekolah) untuk menampung masukan, dan sumber dana masyarakat yang diperlukan untuk penyusunan, pelaksanaan, dan pembiayaan program sekolah dengan memfasilitasi pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat dengan anggota masyarakat.

e. Kompetensi Mengelola Sumberdaya Manusia

Perberdayaan sumberdaya sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah, sehingga harus menemukan faktor-faktor penghambat dan selanjutnya mencari solusi secara tepat untuk mengatasi hambatan yang muncul teutama yang berkaitan dengan sumber daya manusia.

f. Kompetensi Pengambilan Keputusan

Dalam aktivitas kerja kepala sekolah sering dihadapkan pada berbagai persoalan yang mengharuskan kepala sekolah mengambil suatu keputusan untuk menghindari ketidakpastian dalam melaksanakan tugas.


(48)

g. Kompetensi Mengelola Konflik

Kepala sekolah sebagai pimpinan institusi pendidikan harus meyakini bahwa konflik yang terjadi di sekolah tidak dapat dihindarkan, dan pasti terjadi, karena itu menjadi tugas kepala sekolah untuk mengelola konflik agar tetap produktif dan fungsional.

Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim dan budaya sekolah yang konduktif, bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif, efisien, dan produktif dengan menggunakan kompetensi yang dimiliki.

2. Peran Kepala Sekolah

Berikut ini merupakan peran seorang kepala sekolah menurut Mulyasa (2004:98) seorang pemimpin yaitu kepala sekolah memiliki beberapa peran yaitu: a. Peran sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya

meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.

b. Peran sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memperdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. c. Peran sebagai administrator, kepala sekolah harus memiliki hubungan yang

sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumentasian seluruh program sekolah.


(49)

d. Peran sebagai supervisor, yaitu kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

e. Peran sebagai leader, yaitu harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.

f. Peran sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

g. Peran sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.

Adapun menurut Wahjosumidjo (2010: 82) bahwa kepala sekolah memiliki peranan penting dalam menggerakkan kehidupan sekolah mencapai tujuan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam rumusan tersebut yaitu kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah dan kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa. Selanjutnya dari sisi tertentu kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal, sedang dari sisi lain kepala sekolah dapat berperan sebagai manajer, sebagai pemimpin, sebagai pendidik dan yang tidak kalah penting seorang kepala sekolah juga berperan sebagai staf.


(50)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat dipandang sebagai pejabat formal dan juga menjalankan banyak peran yang menjadi bidang tugasnya yaitu sebagai seorang educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator danstaf.

3. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin a. Pengertian Pemimpin

Menurut Tatang M. Amirin dkk (2010: 134) Pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Sedangkan kata memimpin memiliki arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan. Dalam lingkup pendidikan yaitu sekolah, yang memiliki jabatan sebagai seorang pemimpin adalah kepala sekolah. Seorang pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan yang maksimal dalam mencapai tujuan.

b. Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin

Menurut Marno dan Triyo Supriyanto (2008: 38) peran kepala sekolah sebagai pemimpin diantaranya:

1) Memiliki kepribadian yang kuat, taat beribadah, memelihara norma agama dengan baik, jujur, percaya diri, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak egois, bertindak dengan obyektif, penuh optimis, bertanggung jawab demi kemajuan dan perkembangan, berjiwa besar dan mendelegasikan sebagian tugas dan wewenang kepada orang lain.

2) Memahami semua personilnya yang memiliki kondisi yang berbeda, begitu juga kondisi siswanya berbeda dengan yang lain. 3) Memiliki upaya untuk peningkatan kesejahteraan guru dan


(51)

4) Mau mendengarkan kritik/usul/saran yang konstruktif dari semua pihak yang terkait dengan tugasnya baik dari staf, karyawan, atau bawahannya sendiri.

5) Memiliki visi dan misi yang jelas dari lembaga yang dipimpinnya, visi dan misi tersebut disampaikan dalam pertemuan individual dan kelompok.

6) Kemampuan berkomunikasi dengan baik, mudah dimengerti, teratur, dan sistematis kepada semua pihak.

7) Kemampuan mengambil keputusan bersama secara musyawarah. 8) Kemampuan menciptakan hubungan kerja yang harmonis,

membagi tugas secara merata dan dapat diterima oleh semua pihak. Menurut Mulyasa (2003: 115) Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi. Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya diri), (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan. Sedangkan pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non guru), (2) memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, (3) menyusun program pengembangan tenaga kependidikan, (4) menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.

Selanjutnya menurut Mulyasa (2003: 116) Kepala sekolah juga perlu memiliki pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari kemampuannya untuk: (1) mengembangkan visi sekolah, (2) mengembangkan misi sekolah, dan (3) melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemampuan dalam: (1) mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di


(52)

sekolah, (2) mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah, dan (3) mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah. Dan kemampuan komunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk (1) berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah, (2) menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, (3) berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik, (4) berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah.

Menurut Koontz dalam Wahjosumidjo (2007: 105) Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing. Dan memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan mengacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

Menurut Wahjosumidjo (2010: 118) menyimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut selalu:

a) Bertanggung jawab agar para guru, staf dan siswa menyadari akan tujuan sekolah yang telah ditetapkan, dengan kesadaran tersebut para guru, staf, dan siswa dengan penuh semangat, keyakinan melaksanakan tugas masing-masing dalam mencapai tujuan sekolah. b) Agar guru, staf dan siswa melaksanakan tugas-tugas dengan penuh

kesadaran, maka setiap kepala sekolah bertanggung jawab untuk menyediakan segala dukungan, perlatihan, fasilitas, berbagai peraturan dan suasana yang mendukung kegiatan.

c) Kepala sekolah harus pula mampu memahami motivasi setiap guru, staf dan siswa mengapa mereka bersikap dan berperilaku baik yang bersifat positif maupun reaksi yang tidak mendukung.

d) Kepala sekolah harus selalu tampak sebagai sosok yang selalu dihargai, terpercaya, diteladani, dituruti segala perintahnya, sehingga kepala sekolah sebagai seorang pemimpin betul-betul berfungsi sebagai sumber inspirasi bawahan.


(53)

e) Kepala sekolah harus selalu dapat menjaga memelihara keseimbangan antara guru, staf dan siswa di satu pihak dan kepentingan sekolah serta kepentingan masyarakat dipihak lain. Sehingga tercipta suasana keseimbangan, keserasian, antara kehidupan sekolah dengan masyarakat.

f) Tiap kepala sekolah harus menyadari bahwa esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (the followership). Artinya kepemimpinan tidak akan terjadi apabila tidak didukung pengikut atau bawahan. Bawahan dalam hal ini adalah para guru, staf dan siswa.

g) Memberikan bimbingan, mengadakan koordinasi kegiatan, mengadakan pengendalian/pengawasan dan mengadakan pembinaan agar masing-masing anggota/bawahan memperoleh tugas yang wajar dalam beban dan hasil usaha bersama.

h) Untuk mengatasi permasalahan matarantai pengelolaan kepala sekolah yang sebenarnya sangat menentukan terciptanya kepala sekolah yang professional.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin merupakan suatu serangkain perilaku maupun aktifitas yang dilakukan oleh kepala sekolah itu sendiri dalam kepemimpinannya agar mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

4. Kepala Sekolah sebagai Manajer a. Pengertian Manajer

Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa manajemen merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumberdaya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam Marno dan Triyo Supriyatno (2008: 50) Manajer adalah orang yang melakukan kegiatan manajemen. Setiap manajer selalu melibatkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi, jika seseorang bekerja sendiri, dia bukan seorang manajer. Seorang manajer selalu mampu merencanakan, mengelola, dan mengendalikan organisasi dengan baik. Seorang manajer atau kepala sekolah pada hakikatnya adalah


(54)

seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali. Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karier-karier sumber daya manusia, memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Peran Kepala Sekolah sebagai Manajer

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang menyebutkan bahwa, kepala sekolah memiliki lima kompetensi yaitu, kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Salah satu yang berhubungan dengan tugas-tugas kepala sekolah adalah dalam hal manajerial dan supervisi. Dalam kompetensi manajerial tersebut, terdapat peran kepala sekolah sebagai manajer, diantaranya adalah:

1) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkat perencanaan.

2) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.

3) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah yang efektif.

4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.

5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pedayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

7) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka perdayagunaan secara optimal.

8) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.


(55)

9) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik. 10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

11) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.

12) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.

13) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah.

14) Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.

15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah.

16) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, erta merencanakan tindak lanjutnya.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah. Kedua, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif. Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan untuk ikut berpartisipasi dalam seluruh kegiatan di sekolah.Namun dalam hal ini kepala sekolah harus berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban, dan asas integritas.


(56)

Agar seorang kepala sekolah secara efektif dapat melaksanakan fungsinya sebagai manajer, menurut Wahjosumidjo (2007: 101) kepala sekolah harus memahami dan mampu mewujudkan ke dalam tindakan atau perilaku nilai-nilai yang terkandung di dalam ketrampilan manajerial diantaranya:

a) Technical Skills

(1) Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus.

(2) Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut.

b) Human Skills

(1) Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerja sama

(2) Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku

(3) Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif

(4) Kemampuan menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif, praktis, dan diplomatis.

(5) Mampu berperilaku yang dapat diterima c) Conceptual skills

(1) Kemampuan analisis

(2) Kemampuan berfikir rasional

(3) Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi

(4) Mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai kecenderungan

(5) Mampu mengantisipasikan perintah

(6) Mampu mengenali macam-macam kesempatan dan problem-problem social.

Menurut Wahjosumidjo (2007: 101) fungsi kepala sekolah sebagai seorang manajer yang diadaptasi dari pandangan Stoner diantaranya;

(a) Kepala sekolah bekerja dengan dan menilai orang lain

(b) Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan (c) Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah

harus mampu menghadapi berbagai persoalan

(d) Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional (e) Kepala sekolah sebagai juru penegah

(f) Kepala sekolah sebagai politisi (g) Kepala sekolah sebagai diplomat


(57)

Keberadaan manajer pada suatu organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karir-karir sumber daya manusia, memerlukan menajer yang mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wahjosumidjo, 2007: 95-96). Menurut Marno dan Triyo Supriyanto (2008: 37) menyebutkan peran kepala sekolah sebagai manajer adalah; (i) kemampuan menyusun program secara sistematis, periodik, dan kemampuan melaksanakan program yang dibuatnya secara skala prioritas; (ii) kemampuan menyusun organisasi personal dengan uraian tugas sesuai dengan standar yang ada; (iii) kemampuan menggerakkan stafnya dan segala sumber daya yang ada, serta lebih lanjut memberikan acuan yang dinamis, dalam kegiatan rutin dan temporer.Sehingga kualitas dan kompetensi kepala sekolah dapat dinilai dari kinerjanya dalam mengaktualisasikan fungsi dan perannya sebagai kepala sekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah sebagai manajer merupakan kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah.

5. Kepala Sekolah sebagai Supervisor a. Pengertian Supervisor

Seseorang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Menurut Gunawan (2002: 193-194) dalam Maryono (2013: 17) Supervisi berasal dari bahasa Inggris

supervision yang berarti pengawas atau kepengawasan. Orang yang


(58)

super = atas, lebih, dan visi=lihat/penglihatan, pandangan. Seorang supervisor memiliki kelebihan dalam banyak hal, seperti penglihatan, pandangan, pendidikan, pengalaman, kedudukan/pangkat/jabatan posisi, dan sebagainya Dalam perkembangannya sudah ada yang membedakan supervisi pendidikan dalam batasan yang lebih spesifik, yaitu pengajaran. Menurut Alfonso dalam Maryono (2013: 17), supervisi pengajaran adalah tindak laku pejabat yang dirancang oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu. Uraian tentang supervisi pengajaran yang disebutkan di atas berfokus pada; (1) perilaku supervisor; (2) dalam membantu guru-guru; dan (3) tujuan untuk mengangkat harapan belajar siswa.

Setiap aktivitas yang dilakukan di sekolah dengan melibatkan banyak orang didalamnya sangat dibutuhkan adanya koordinasi di dalam segala proses pelaksanaan kegiatannya. Untuk dapat mengkoordinasikan semua proses pelaksanaan kegiatan seorang pemimpin sekolah yaitu kepala sekolah harus berusaha mengetahui keseluruhan situasi di sekolahnya dalam segala bidang. Usaha kepala sekolah dan guru untuk mengetahui situasi lingkungan sekolah dalam segala kegiatannya, disebut supervisi atau pengawasan sekolah.

b. Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang menyebutkan bahwa, kepala sekolah memiliki lima kompetensi yaitu, kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Salah satu yang berhubungan dengan tugas-tugas kepala


(59)

sekolah adalah dalam hal manejerial dan supervisi. Dalam kompetensi supervisi tersebut, terdapat peran kepala sekolah sebagai supervisor, diantaranya yaitu:

1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.

2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.

Dengan demikian, kepala sekolah bukan hanya mengawasi karyawan dan guru yang sedang melaksanakan kegiatan, tetapi ia membekali diri dengan pengetahuan dan pemahamannya tentang tugas dan fungsi stafnya, agar pengawasan dan pembinaan berjalan dengan baik dan tidak membingungkan.

Menurut Mulyasa (2004: 113) dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip: 1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis, 2) dilaksanakan secara demoktaris, 3) berpusat pada guru, 4) dilakukan berdasarkan kebutuhan guru, dan 5) merupakan bantuan professional. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.

a) Diskusi kelompok, diskusi kelomok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama guru-guru dan bisa juga melibatkan tenaga administrasi, untuk memecahkan berbagai masalah di sekolah, dalam mencapai suatu keputusan. Dapat dilaksanakan di ruang guru atau ruang kelas pada saat anak-anak sudah pulang sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran.


(60)

b) Kunjungan kelas, kunjungan kelas dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung.

c) Pembicaraan individu, merupakan teknik bimbingan dan konseling, yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk memberikan konseling kepada guru, baik berkaitan dengan kegiatan pembelajaran maupun masalah yang menyangkut profesionalisme guru.

d) Simulasi pembelajaran, merupakan suatu teknik supervisi terbentuk demontrasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat menganalisa penampilan yang diiamatinya sebagai intropeksi diri, walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang paling baik. Kegiatan ini dapat dilakukan kepala sekolah secara terprogram, misalnya sebulan sekali mengajar di kelas-kelas tertentu untuk mengadakan simulasi pembelajaran.

Menurut Ngalim Purwanto (2012: 123) Teknik yang digunakan dalam melaksanakan supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru-guru dan pegawai sekolah dapat dilakukan dengan teknik perseorangan dan teknik kelompok. Kegiatan yang termasuk teknik perseorangan adalah mengadakan kunjungan kelas, kunjungan observasi, membimbing guru-guru dan pegawai sekolah tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialamai siswa, dan membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah. Sedangkan yang termasuk teknik kelompok adalah mengadakan pertemuan atau rapat dengan guru-guru untuk membicarakan


(61)

berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar mengajar, mengadakan dan membimbing diskusi kelompok di antara guru-guru bidang studi, memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidang tugasnya, dan membimbing guru-guru dalam mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah diikutinya.

Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh, 1) meningkatnya kesadaran guru untuk meningkatkan kinerjanya, dan 2) meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Ametembun dalam Maryono (2013: 23), ada empat fungsi supervisi yaitu fungsi penelitian, fungsi penilaian, fungsi perbaikan, dan fungsi pembinaan. (1) Fungsi penelitian adalah fungsi supervisi yang harus dapat mencari jalan

keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. Penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yaitu merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisis guna menarik suatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan di atas.

(2) Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicaai, dan penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara seperti tes, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa,


(62)

melihat perkembangan hasil penilaian sekolah, serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

(3) Fungsi perbaikan adalah sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perseorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugas mereka. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan bimbingan, yaitu dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.

(4) Fungsi pembinaan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, yaitu dengan melakukan pembinaan atau pelatihan kepada guru-guru tentang cara-cara baru dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran. Pembinaan ini dapat dilakukan melalui demontrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, konferensi individual dan kelompok, serta kunjungan supervisi.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dalam menjalankan peran sebagai supservisor perlu memahami tugas dari para guru dan karyawan sehingga mampu melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan fungsinya.

D. Pendidikan Khusus

1. Pengertian Pendidikan Khusus

Pemerintah mendefinisikan pendidikan khusus seperti tertuang pada Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut, pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta


(1)

Peneliti sedang mewawancarai Bapak Basuni selaku Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Bantul.


(2)

Kepala sekolah sedang memberikan pembinaan saat pengumuman setelah upacara bendera.


(3)

Kepala sekolah saat berkeliling sekolah memasuki kantor guru jurusan tuna daksa.


(4)

Presensi tertulis guru dan karyawan SLB Negeri 1 Bantul.


(5)

Pertunjukkan drum band oleh siswa-siswi SLB Negeri 1 Bantul saat proses syuting TVRI.


(6)

Dokumen kegiatan supervisi akademik SLB Negeri 1 Bantul.