PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF UNTUK MENGETAHUI AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF UNTUK MENGETAHUI AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh :

Yayan Sopian Zaelani NIM 0602330

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF

DAN PRODUKTIF UNTUK MENGETAHUI

AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Oleh

Yayan Sopian Zaelani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Yayan Sopian Zaelani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF UNTUK MENGETAHUI AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Oleh :

Yayan Sopian Zaelani NIM. 0602330

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I,

Drs. David Edison Tarigan, M. Si NIP. 195606171980021001

Pembimbing II,

Dra. Heni Rusnayati, M.Si. NIP. 196102021989012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si


(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF UNTUK MENGETAHUI AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Yayan Sopian Zaelani NIM. 0602330

Pembimbing I : Drs. David E. Tarigan, M.Si. Pembimbing II: Dra. Heni Rusnayati, M.Si.

Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Penelitian berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif untuk Mengetahui Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa” ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya prestasi belajar siswa serta untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA-Fisika di sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil aktivitas dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain one group pretest posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X salah satu SMA di kota Bandung yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes prestasi berupa soal-soal berbentuk pilihan ganda serta lembar observasi Aktivitas belajar siswa dan lembar observasi keterlaksanaan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif. Analisis data yang dilakukan adalah dengan cara menghitung skor gain yang dinormalisasi. Hasil analisis data diperoleh rata-rata gain yang dinormalisasi sebesar 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif berada pada kategori sedang.

Hasil untuk profil aktivitas belajar siswa yaitu untuk pertemuan ke- 1 besarnya persentase rata-rata aktivitas visual adalah 65,5%, untuk pertemuan ke- 2 adalah 68,5% dan untuk pertemuan ke- 3 adalah 80%. Untuk profil aktivitas lisan, besarnya persentase rata-rata pada pertemuan ke- 1 adalah 41,3%, untuk pertemuan ke- 2 adalah 49,7% dan pada pertemun ke- 3 sebesar 52,3%. Sedangkan untuk profil aktivitas motorik, besarnya persentase rata-rata pada pertemuan ke- 1 adalah 69,7%, pada pertemuan ke- 2 adalah 71% dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 79%.

Kata kunci : Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif, Aktivitas Belajar, Prestasi Belajar.


(5)

ABSTRACT

The study entitled "Application of Creative and Productive Learning Model for Knowing Activities and Student Achievement" is motivated by low student achievement and to determine the students' learning activities in science subjects-Physics in school to be a place of research. This study aims to determine the activity profile and student achievement after the implementation of Creative and Productive Learning Model. The method used in this study is a quasi experiment with the design of one-group pretest-posttest design. The samples in this study were the students of class X one high school in the city were taken by purposive sampling technique. Data collection was carried out in this study using achievement test questions in the form of multiple choice and student activity sheets observation and observation sheets keterlaksanaan Creative and Productive Learning Model. Data analysis was performed by calculating the normalized gain scores. Results of data analysis, the average normalized gain of 0.60, so it can be concluded that the increase in student achievement after application of Creative and Productive Learning Model in middle category.

The results for the profile of students' learning activities for the 1st meeting of the percentage of the average visual activity was 65.5%, for the meeting of 2 is 68.5% and for the 3rd meeting is 80%. For oral activity profiles, the percentage of the average at the meeting to-1 is 41.3%, for a meeting to-2 was 49.7% and in pertemun 3rd at 52.3%. As for the profile of motor activity, the percentage of the average at the meeting to-1 is 69.7%, at a meeting of the 2nd is 71% and at the meeting of the 3rd at 79%.

Keyword: Creative Learning and Earning, Learning Activity, Learning Achievement.


(6)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 4

D. Variabel Penelitian ... 4

E. Definisi Operasional……… 4

F. Tujuan Penelitian ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR ... 7

A. Belajar ... 7

B. Model Pembelajaran... 9

C. Aktivitas ... 15


(7)

E. Hubungan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif Dengan

Prestasi Serta Aktivitas Belajar Siswa ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Metode dan Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

C. Instrumen Penelitian... 22

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

E. Prosedur Penelitian ... 25

F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 28

G. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes ... 32

H. Teknik Pengolahan Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Pelaksanaan Penelitian ... 39

B. Hasil dan Analisis Penelitian ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 54


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya untuk mencapai dan mengarahkan seseorang menuju kedewasaan. Proses pendidikan berarti di dalamnya menyangkut kegiatan belajar mengajar dengan segala aspek dan faktor yang mempengaruhi. Pada hakikatnya untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, maka dalam proses tersebut menuntut terjadinya proses belajar mengajar yang optimal. Dengan optimalisasi proses belajar mengajar tersebut diharapkan para peserta didik dapat meraih prestasi belajar yang memuaskan.

Selain itu dalam buku Proses Belajar Mengajar karangan Hamalik (2001: 27) merumuskan tentang belajar sebagai modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.

Berdasarkan petunjuk teknis pengembangan silabus dan contoh/ model silabus SMA/MA untuk mata pelajaran fisika disebutkan bahwa kegiata pembelajaran dikembangkan untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Peraturan menteri pendidikan nasional


(9)

republik Indonesia No.23 tahun 2006 menetapkan salah satu standar kompetensi lulusan (SKL) SMA untuk mata pelajaran fisika adalah siswa dituntut untuk dapat melakukan percobaan, yang meliputi merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variable, merancang dan merakit instrument, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Berdasarkan petunjuk teknis dan SKL ini dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran fisika siswa dituntut untuk dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini siswa harus melakukan aktivitas belajar yang melibatkan fisik maupun mental sesuai dengan pengklasifikasian oleh Dierich (Hamalik, 2001: 172-173), yaitu visual activities, oral activities, listening activities, writing activities,drawing activities, motor activities, mental activities dan emotional activities.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada salah satu SMA swasta di kota Bandung pada kelas X yang mana didapatkan respon siswa menunjukkan bahwa fisika termasuk mata pelajaran yang kurang disukai siswa. Sebesar 26% siswa yang menyenangi fisika, selebihnya 74% menjawab tidak suka. Alasan siswa tidak menyukai fisika karena siswa beranggapan bahwa dalam pelajaran fisika terlalu banyak rumus yang dihapalkan sebesar 36%, metode pembelajaran yang membosankan sebesar 54%, dan kurang menyukai pelajaran hitungan sebesar 10%. Siswa yang menganggap bahwa fisika sebagai pelajaran sulit sebesar 53% dan sisanya yaitu sebesar 6 % siswa yang menganggap fisika sebagai pelajaran yang biasa saja dan yang menganggap fisika itu pelajaran yang mudah. Serta dalam pembelajaran fisika di dalam kelas masih berpusat pada guru, kebanyakan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang disampaikan oleh guru. Hasilnya, banyak siswa (60%) yang belum mencapai nilai dari kriteria kelulusan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70.

Rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa dimungkinkan karena siswa bosan dengan pembelajaran yang monoton dengan kata lain, penggunaan strategi pembelajaran yang kurang tepat. Penggunaan metode


(10)

ceramah memang baik, kondisi kelas menjadi lebih tertib dan tidak menghabiskan waktu yang lama karena guru memaparkan dan menjelaskan semua materi yang dipelajari. Metode ceramah cocok jika diterapkan pada materi-materi fisika yang bersifat abstrak seperti relativitas, gelombang elektromagnetik dan sebagainya, dimana siswa tidak dapat melihat fenomena konkret untuk materi tersebut. Sedangkan untuk materi-materi fisika yang fenomenanya dapat diperlihatkan kita bisa melakukan demonstrasi ataupun praktikum kemudian setelah itu siswa mendiskusikan hasil demonstrasi atau praktikum tersebut secara berkelompok untuk menyimpulkan konsep materi yang sedang dipelajari. Dengan adanya kegiatan tersebut siswa diajarkan untuk lebih aktif, kreatif dan bekerjasama manggali materi pelajarannya secara mandiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul : “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF UNTUK MENGETAHUI AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana profil aktivitas belajar siswa serta peningkatan prestasi siswa dengan menerapkan model pembelajaran kreatif dan produktif? Secara operasional permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana profil aktivitas belajar siswa dikelas setiap pertemuan saat diterapkan model pembelajaran kreatif dan produktif ?

2) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapakan model pembelajaran kreatif dan produktif ?


(11)

C. Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: 1.Profil aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas visual (memperhatikan penjelasan guru dan mengambil data). Aktivitas lisan (menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, dan mengemukakan pendapat). Serta aktivitas motorik (merangkai alat, melakukan percobaan dan kerjasama kelompok).

2.Peningkatan prestasi belajar siswa dibatasi dari mulai aspek hapalan (C1), aspek pemahaman (C2), aspek penerapan (C3) dan aspek analisis (C4), berdasarkan taksonomi Bloom. Peningkatan prestasi belajar dilihat dari perolehan nilai rata-rata gain dinormalisasi.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kreatif dan produktif sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas dan prestasi belajar siswa.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna, penulis menganggap perlu adanya definisi operasional. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri dari aktivitas yang dilakukannya. Dierich (Hamalik,2001) mengungkapkan ada delapan jenis aktivitas yaitu aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengar, aktivitas menulis, aktivitas menggambar, aktivitas motorik, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Jenis aktivitas yang diukur meliputi aktivitas visual jenis kegiatannya yaitu memperhatikan penjelasan guru dan


(12)

mengabil data, aktivitas lisan jenis kegiatannya menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, dan mengemukakan pendapat, dan aktivitas motorik dengan jenis kegiatan yaitu merangkai alat, melakukan percobaan, dan kerjasama kelompok. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dinilai degan menggunakan lembar observasi berupa daftar checklist yang diisi oleh observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi tersebut kemudian dilihat persentase dari setiap aktivitas.

2. Prestasi belajar siswa adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Prestasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah prestasi belajar ranah kognitif yang diukur melalui tes prestasi. Tes prestasi dilakukan melalui pretest dan posttest, yang memuat soal-soal yang dapat mengukur kemampuan hapalan C1 (menyebutkan, mendefinisikan), pemahaman C2 (membedakan, menginterprestasikan, menjelaskan), penerapan C3 (menerapkan, menghubungkan, menghitung, menunjukan, mengklasifikasikan), dan analisis C4 (menganalisis, menemukan, membandingkan). Peningkatan prestasi belajar dilihat dari nilai gain yang diperoleh dengan membandingkan nilai pretest dan posttest.

3. Model pembelajaran kreatif dan produktif pada awalnya model ini disebut sebagai Strategi Strata (Wardani dalam buku peningkatan kualitas pembelajaran), maka setelah berbagai modifikasi, model ini diberi label Pembelajaran Kreatif dan Produktif. Sesuai dengan nama yang baru, model ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, baik di jenjang pendidikan dasar dan menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi. Pembelajaran kreatif dan produktif antara lain: belajar aktif, kreatif, konstruktif, serta kolaboratif dan kooperatif. Karakteristik penting dari setiap pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang memungkinkan siswa mengembangkan kreativitas siswa untuk menghasilkan produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap materi yang dikaji. Pada dasarnya, tahap- tahap model pembelajaran ini dibagi menjadi empat tahap, yaitu: orientasi, eksplorasi, interprestasi, dan re-kreasi.


(13)

F. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini yaitu :

1) Untuk mengetahui profil aktivitas belajar dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kreatif dan produktif.

2) Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kreatif dan produktif.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang pengaruh penggunaan model Pembelajaran Kreatif dan Produktif terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa, yang nantinya dapat memperkaya hasil penelitian sejenis dan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan, seperti guru, lembaga-lembaga pendidikan, para praktisi/pemerhati pendidikan, para peneliti dan lain-lain.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (kuasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok pembanding (kelompok kontrol). Dalam metode penelitian eksperimen semu, keberhasilan dan keefektifan model pembelajaran yang di ujikan dapat dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok eksperimen sebelum di beri perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one group pretest-posttest design. Desain ini adalah suatu rancangan pretest dan posttest, dimana sampel penelitian diberi perlakuan selama waktu tertentu. Pretest dilakukan sebelum perlakuan, dan posttest dilakukan setelah perlakuan, jadi akan terlihat bagaimana pengaruh perlakuan yang berupa model pembelajaran kreatif dan produktif terhadap prestasi belajar siswa serta mengetahui profil aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pola one group pretest-posttest design ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen T1 X T2

(Panggabean, 1996: 31) Gambar 3.1

Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

Gambar tersebut menjelaskan bahwa kelas dikenakan pretest (T1) untuk mengukur prestasi belajar siswa, kemudian diberi treatment berupa pembelajaran dengan model pembelajaran kreatif dan produktif. Setelah itu diberi posttest (T2) dengan instrumen yang sama dengan pretest. Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan posttest dalam penelitian ini merupakan


(15)

instrumen untuk mengukur ranah kognitif yang telah di-judgment dan diujicobakan terlebih dahulu.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Lebih lanjut Panggabean (2001: 3) mengemukakan bahwa populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang dibatasi oleh kriterium atau pembatasan tertentu.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 130). Senada dengan pernyataan tersebut Panggabean (2001: 3) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili seluruh karakteristik populasi (sampel representatif).

Yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X salah satu SMA swasta di kota Bandung semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang.

C. Intrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini peneliti membuat seperangkat instrumen penelitian. Instrumen-instrumen adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Tes ini terdiri dari tes hasil belajar siswa pada ranah kognitif (prestasi belajar). Tes ini dimaksudkan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa terhadap konsep fisika yang diberikan.

Bentuk tes yang akan digunakan pada pretest dan posttest ini adalah pilihan ganda dengan 5 (lima) pilihan dengan kisi-kisi ditunjukan pada


(16)

lampiran B.1. Untuk tes awal dan tes akhir digunakan soal yang sama berdasarkan anggapan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa akan benar-benar dapat dilihat dan diukur dengan soal yang sama. Butir-butir soal dalam tes prestasi belajar siswa meliputi aspek hapalan (Recall /C1), pemahaman (Comprehension/C2), aplikasi (Application/C3), dan analisis (Analysis/C4). 2. Instrumen Non-Tes

Instrumen non-tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah format wawancara dengan guru, lembar angket respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika, serta lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Format wawancara dengan guru serta lembar angket respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika ini digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran fisika serta respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika. Sedangkan lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat sejauhmana keterlaksanaan model pembelajaran kreatif dan produktif oleh guru. Dan lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui profil tingkat aktivitas belajar siswa. Observasi ini tidak dilakukan oleh guru melainkan oleh observer. Format observasi sebagaimana terdapat dalam Lampiran C.3 untuk lembar observasi aktivitas guru dan untuk lembar observasi aktivitas siswa terdapat dalam Lampiran C.4.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melakukan wawancara, menyebarkan angket, melakukan observasi aktivitas guru dan siswa, serta memberikan instrumen tes.

1. Wawancara

Teknik wawancara digunakan pada saat observasi awal. Instrumen wawancara berbentuk uraian yang ditujukan kepada guru mata pelajaran


(17)

fisika dengan maksud untuk mengetahui kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran fisika. Data yang terkumpul dianalisis sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Format wawancara dapat dilihat pada Lampiran C.1. 2. Angket

Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi daftar tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Arikunto, 2006: 225). Teknik angket digunakan pada saat observasi awal untuk mengetahui respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika. Beberapa butir pertanyaan dalam angket hanya untuk memperkuat butir-butir pertanyaan yang lainnya. Data yang terkumpul dianalisis sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Format angket respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika dapat dilihat pada Lampiran C.2.

3. Observasi

Observasi dilakukan pada dua objek yaitu guru dan siswa. Observasi ini digunakan untuk melihat sejauhmana keterlaksanaan model pembelajaran kreatif dan produktif oleh guru dan untuk mengetahui aktivitas siswa. Observasi pada guru ini dibuat dalam bentuk cheklist (). Jadi dalam pengisiannya, observer memberikan tanda cheklist () pada kolom yang telah disediakan. Lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran C.3 untuk lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dibuat dalam bentuk skala (1 - 4). Jadi dalam pengisisannya, observer memberikan nilai atau skala 1 – 4 yang sudah ditentukan kriterianya masing–masing, hal ini dapat dilihat pada Lampiran C.4.

4. Instrumen Tes

Instrumen tes (soal pilihan ganda) ini dimaksudkan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa terhadap konsep fisika yang diberikan dalam penelitian ini berupa soal yang menguji pemahaman siswa ditinjau berdasarkan taksonomi Bloom dengan aspek hapalan (Recall) yang dinyatakan sebagai C1, pemahaman (comprehension) yang dinyatakan


(18)

sebagai C2, aspek penerapan (aplication) yang dinyatakan sebagai C3, dan aspek analisis (analysis) yang dinyatakan sebagai C4.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

 Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi yang akan diberikan.

 Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.

 Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.

 Setelah instrumen yang diujicobakan diolah dengan dihitung validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitasnya maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan pretest dan posttest.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

 Menentukan masalah yang akan dikaji. Untuk menentukan masalah yang akan dikaji, peneliti melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan observasi, yaitu mengamati kegiatan pembelajaran fisika di dalam kelas, penyebaran angket kepada siswa serta melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika.

 Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.

 Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan penelitian untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.

 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Skenario Pembelajaran yang mengacu pada tahapan model pembelajaran kreatif dan produktif.


(19)

Pertimbangan (judgment) instrumen penelitian oleh dau atau tiga orang dosen ahli.

 Melakukan uji coba instrumen penelitian.

 Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian dan kemudian menentukan soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :

Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan kognitif atau prestasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).

 Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran kreatif dan produktif pada pembelajaran fisika dengan adanya observer selama pembelajaran.

Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa setelah diberi perlakuan.

3. Tahap Akhir

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain :

Mengolah data hasil pretest dan posttest serta menganalisis instrumen tes lainnya.

 Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah terdapat peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kreatif dan produktif.

 Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang dipeoleh dari pengolahan data.

 Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.


(20)

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut:

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap Akhir

Gambar 3.1

Bagan Alur Proses Penelitian

Studi Kurikulum

Pretest

Observasi

Pengolahan Data

Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian

Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model Pembelajaran kreatif dan

produktif. Posttest

Kesimpulan

Rumusan Masalah

Solusi Permasalahan

Judgment Instrumen Penelitian Pembuatan Instrumen Penelitian dan

Perangkat Pembelajaran Studi Litelatur Studi Pendahuluan


(21)

F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

1. Analisis validitas instrumen uji coba

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Scarvia B. Anderson (Arikunto, 2007: 65) menyatakan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menggunakan perumusan:

p t

pbi

t

M M p

S q

   ………..Persamaan 3.1 (Arikunto, 2007: 79) Keterangan:

γpbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjaawab salah

Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi biserial yang diperoleh dari perhitungan di atas, digunakan kriteria validitas butir soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.


(22)

Tabel 3.1

Interpretasi Validitas Butir Soal

Interval Kriteria

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2007: 75) 2. Analisis reliabilitas instrumen uji coba

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg (konsisten) walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda.

Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode yang diketemukan oleh Kuder dan Richardson, yaitu rumus K-R. 20. Rumus K-R. 20 tersebut adalah:

2

11 2

1

s pq

n r

n s

  

 





…………persamaan 3.2

(Arikunto, 2007: 100-101) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item


(23)

Untuk menginterpretasikan nilai r11 yang diperoleh dari perhitungan di atas, digunakan kriteria reliabilitas instrumen tes seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Interpretasi Reliabilitas Instrumen Tes

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r11≤ 0,60 Cukup 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,00 < r11≤ 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2007: 75)

3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran merupakan bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal (Arikunto, 2007: 207). Tingkat kesukaran dapat juga disebut sebagai taraf kemudahan. Taraf kemudahan suatu butir soal ialah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut.

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.

Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:

P B JS

 ..……Persamaan 3.3 (Arikunto, 2007: 208) Keterangan:


(24)

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai P Kriteria

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

(Arikunto, 2007: 210) 4. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. (Arikunto, 2009: 211).

Untuk menentukan nilai daya pembeda maka digunakan rumus sebagai berikut :

A B

A B

A B

B B

DP P P

J J

    ……….Persamaan 3.4

(Arikunto, 2007: 213) Keterangan:

DP = daya pembeda butir soal

BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.4.


(25)

Tabel 3.4

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Nilai DP Kriteria

Negatif Soal Dibuang

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2007: 218) G. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Untuk memperoleh instrumen yang baik maka terlebih dahulu instrumen yang akan digunakan diuji coba terlebih dahulu. Pada penelitian ini uji coba soal dilakukan di kelas XI IPA yang telah terlebih dahulu mempelajari materi yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian di sekolah yang sama dengan tempat penelitian dilakukan. Data hasil uji coba kemudian dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya agar diperoleh instrumen yang baik dan layak digunakan dalam penelitian.

1. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar

Hasil perhitungan tingkat kesukaran tes, daya pembeda, validitas, dan reabilitas serta hasil interpretasi untuk instrumen prestasi belajar dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.5

Perhitungan Validitas, Realibilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda. No.

Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Keputusan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,40 R 0,81 M 0,40 C Digunakan

2 -0,09 TV 0,71 M -0.35 Buang Dibuang

3 -0,10 TV 0,76 M -0.07 Buang Dibuang


(26)

No. Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Keputusan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

5 0,49 C 0,48 S 0.15 J Digunakan

6 -0,03 TV 0,71 M 0.22 C Dibuang

7 0,05 SR 0,48 S -0.05 Buang Dibuang

8 0,08 SR 0,52 S 0.05 J Dibuang

9 0,08 SR 0,52 S 0.05 J Dibuang

10 0,00 SR 0,57 S 0.14 J Dibuang

11 0,04 SR 0,67 S 0.13 J Dibuang

12 0,19 SR 0,05 SR 0.09 J Dibuang

13 0,12 SR 0,52 S 0.05 J Dibuang

14 0,03 SR 0,62 S 0.23 C Dibuang

15 0,03 SR 0,62 S -0.15 Buang Dibuang

16 0,36 R 0,67 S 0.13 J Digunakan

17 0,40 C 0,67 S 0.32 C Digunakan

18 0,62 T 0,71 M 0.22 C Digunakan

19 0,38 R 0,67 S 0.32 C Digunakan

20 0,20 SR 0,19 SR -0.02 Buang Dibuang

21 0,63 T 0,67 S 0.51 B Digunakan

22 0,00 SR 0,00 SR 0,00 J Dibuang

23 0,42 C 0,57 S 0,33 C Digunakan

24 0,25 R 0,14 SR 0,08 J Digunakan

25 0,83 ST 0,67 S 0,70 B Digunakan

26 0,55 C 0,62 S 0,61 B Digunakan

27 0,42 C 0,57 S 0,14 J Digunakan

28 0,72 T 0,62 S 0,61 B Digunakan

29 0,20 SR 0,14 SR -0,11 Buang Dibuang

30 0,47 C 0,57 S 0,71 BS Digunakan

31 0,74 T 0,62 S 0,80 BS Digunakan

32 0,47 C 0,57 S 0,52 B Digunakan

33 0,59 C 0,57 S 0,33 C Digunakan

34 0,57 C 0,57 S 0,14 J Digunakan

35 0,54 C 0,48 S 0,34 C Digunakan

36 -0,16 TV 0,14 SR -0,30 Buang Dibuang

37 0,64 T 0,57 S 0,52 B Digunakan

38 0,44 C 0,57 S 0,33 C Digunakan

Reliabilitas 0,77


(27)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat kesukaran dari 38 soal yang diujicobakan dengan kategori mudah sebanyak 5 butir soal, kategori sedang sebanyak 27 butir soal, dan kategori sukar sebanyak 6 butir soal. Daya pembeda dari 38 soal yang diujicobakan dengan kategori jelek sebanyak 12 butir soal, kategori cukup sebanyak 9 butir soal, kategori baik sebanyak 6 butir soal, kategori baik sekali sebanyak 3 butir soal, dan yang termasuk ke dalam kategori soal yang harus dibuang karena nilai daya pembedanya negatif sebanyak 8 butir soal. Selain itu dari tabel tersebut diperoleh informasi bahwa validitas tes dari 38 soal yang diujicobakan dengan kategori sangat rendah sebanyak 12 butir soal, kategori rendah sebanyak 4 butir soal, kategori cukup sebanyak 11 butir soal, kategori tinggi sebanyak 5 butir soal, kategori sangat tinggi 1 butir soalpun yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi, dan tidak valid sebanyak 5 butir soal. Sedangkan hasil perhitungan reliabititas tes semua soal dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi yaitu 0,77.

Setelah menganalisis hasil uji coba soal tersebut maka soal yang digunakan peneliti berjumlah 21 soal dari 38 soal yang dibuat dengan membuang soal dengan kategori tidak valid dan sangat rendah, serta merevisi beberapa soal yang dianggap masih kurang baik yaitu soal yang memiliki validitas rendah. Soal-soal tersebut diperbaiki dari segi konsep, bahasa, dan kesesuainnya dengan indikator. Setelah dirasa cukup melakukan perbaikan, penulis menetapkan untuk menggunakan soal-soal tersebut dalam penelitian. H. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain: 1. Data nilai tes, yaitu nilai tes prestasi belajar.

2. Data nilai non-tes, yaitu data respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika, data hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika, data aktivitas belajar siswa serta data keterlaksanaan model pembelajaran kreatif dan produktif.


(28)

Dari data-data tersebut, data respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika, data wawancara dengan guru mata pelajaran fisika digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran fisika, data prestasi belajar siswa digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa, sedangkan data observasi aktivitas guru pada proses pembelajaran digunakan sebagai gambaran keterlaksanaan model pembelajaran kreatif dan produktif dan data aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui profil aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika. Adapun teknik pengolahan data yang digunakan terhadap data-data tersebut, antara lain:

1. Analisis Data Hasil Observasi Respon Siswa Terhadap Pelajaran dan Pembelajaran Fisika

Hasil angket dideskripsikan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian.Untuk mendeskripsikan hasil angket siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

 Menjumlahkan skor seluruh siswa atau siswi

 Menentukan persentase tiap jawaban siswa dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

 

% = siswa yang memilih item alternatif jawaban 100% siswa

P

2. Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran kreatif dan produktif pada setiap pertemuan maka data hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran diolah menjadi dalam bentuk persentase. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut:


(29)

 Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.

 Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut:

observer menjawab ya atau tidak

% Keterlaksanaan Model = 100%

observer seluruhnya 

 Menginterprestasikan persentase keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada Tabel 3.5.

 Batasan keterlaksanaan model yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 90%.

Tabel 3.5 Interpretasi keterlaksanaan pembelajaran Persentase Rata – rata ( % ) Kategori

80 – 100 Sangat Baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup

21 – 39 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

(Mulyadi dalam Usep Nuh, 2007:52) 3. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Untuk melihat efektifitas model pembelajaran kreatif dan produktif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa maka dilakukan analisis gain ternormalisasi dari skor pretest dan posttest. Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

a. Memberi pretest dan posttest

Sebelum di lakukan pengolahan data, semua jawaban pretest dan posttest siswa diperiksa dan di beri skor. Jawaban benar diberi nilai satu dan jawaban salah atau tidak dijawab diberi nilai nol.


(30)

Pemberian skor dihitung dengan rumus :

S

R

(Arikunto, 2007: 172) Keterangan :

S : skor yang diperoleh siswa R : jawaban siswa yang benar

b. Menghitung gain skor pretest dengan posttest

Gain adalah selisih antara skor pretest dengan posttest. ”Perbedaan skor pretest dan posttest ini diasumsikan sebagai efek dari tretment” (Panggabean, 2001). Secara matematis dituliskan sebagi berikut:

G = Skor posttest - Skor pretest c. Menghitung rerata skor gain yang dinormalisasi.

Setelah data pretest dan posttest diperoleh, data tersebut diolah untuk menentukan rerata skor gain yang dinormalisasi. Besarnya skor gain yang dinormalisasi ditentukan dengan rumus, sebagai berikut:

(Hake, 1998) Dengan:

<g> = Rerata skor gain yang dinormalisasi Sf = Skor posttest

Si = Skor pretest

Skor gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan kategori peningkatan pemahaman konsep yang terjadi untuk setiap pertemuannya. Kriteria yang digunakan diadopsi dari Richard R. Hake (1998).


(31)

Tabel 3.8

Kategori Skor Gain yang Dinormalisasi Rentang <g> Kategori 0.7 < (<g>)≤1,0 Tinggi 0.3 < (<g>) ≤0.7 Sedang (<g>) ≤ 0.3 Rendah

(Hake : 1998) 4. Analisis Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang diamati pada penelitian ini dibatasi pada tiga jenis aktivitas, yaitu aktivitas visual, aktivitas lisan dan aktivitas motorik. Untuk mengetahui profil aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung, maka data hasil observasi diolah dalam bentuk persentase.

Skor yang diperoleh siswa kemudian di hitung persentasenya dengan cara :

Keterangan:

∑x = Rata – rata jumlah siswa yang melakukan aktivitas Berikut ini klasifikasi aktivitas siswa :

Tabel 3.8 Interpretasi kategori aktivitas siswa Persentase Rata – rata ( % ) Kategori

80 – Lebih Sangat Baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup

21 – 39 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

(Ridwan, 2000) % Rata – rata aktivitas siswa = Skor total siswa


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA swasta di Kota Bandung kelas X semester genap mengenai model pembelajaran kreatif dan produktif untuk mengetahui aktivitas dan prestasi belajar siswa, diperoleh kesimpulan:

1. Hasil skor rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) untuk prestasi belajar siswa sebesar 0,60 yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kreatif dan produktif.

2. Hasil persentase rata-rata aktivitas belajar siswa:

 Aktivitas visual, pada pertemuan ke- 1 sebesar 65,5% yang termasuk dalam kategori baik, pada pertemuan ke- 2 sebesar 68,5% yang termasuk kedalam kategori baik dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 80% yang termasuk kedalam kategori sangat baik.

 Aktivitas Lisan, pada pertemuan ke- 1 sebesar 41,3% yang termasuk dalam kategori cukup, pada pertemuan ke- 2 sebesar 49,7% yang termasuk kedalam kategori cukup dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 52,3% yang termasuk kedalam kategori cukup.

 Aktivitas Motorik, pada pertemuan ke- 1 sebesar 69,7% yang termasuk dalam kategori baik, pada pertemuan ke- 2 sebesar 71% yang termasuk kedalam kategori baik dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 79% yang termasuk kedalam kategori baik.


(33)

B. Saran

1. Penilaian untuk aktivitas baik bagi guru maupun untuk siswa lebih baiknya disamakan, sehingga pada perhitungan kedua aktivitas tersebut tidak terjadi perbedaan yang sangat jauh.

2. Salah satu tujuan model pembelajaran kreatif dan produktif yaitu dimana pada akhir pembelajaran siswa menghasilkan produk. Dalam hal ini lebih baiknya siswa itu menghasilkan barang atau produk jadi yang bisa dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari, jangan hanya berupa laporan ataupun makalah.

3. Diperlukan acuan penilaian untuk hasil produk yang telah dihasilkan dalam proses pembelajaran model kreatif dan produk.


(34)

Yayan Sopian Zaelani , 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Dan Produktif Untuk Mengetahui Aktivitas Dan Prestasi DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jogjakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiningsih, A. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa.

Dimyati dan Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hake, R.R., (1998). Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Tes Data For Introductory Physics Course, Am. J. Phys. 66 (1) 64-74.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Kemendikbud. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta :

Dirjendikti.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Murjono. (1996). Intelegensi dalam hubungan dengan prestasi belajar. Jurnal Anima, 2,174-183.

Nuh, U. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Panggabean, L. (1996). Penelitian Pendidikan (Diktat). Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.


(35)

Yayan Sopian Zaelani , 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Dan Produktif Untuk Mengetahui Aktivitas Dan Prestasi Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan

Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Ridwan, S. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa Dalam Mempelajari Konsep Cahaya Kelas 2G SLTPN 12 Bandung. Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Transito.

Sudjana, N. (2008). Penilaiam Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya: Bandung.

Sukmadinata, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, A. (2003). Perubahan Perilaku dan Hasil Belajar. Jakarta: Bina Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.


(1)

Pemberian skor dihitung dengan rumus :

S

R

(Arikunto, 2007: 172) Keterangan :

S : skor yang diperoleh siswa R : jawaban siswa yang benar

b. Menghitung gain skor pretest dengan posttest

Gain adalah selisih antara skor pretest dengan posttest. ”Perbedaan skor pretest dan posttest ini diasumsikan sebagai efek dari tretment” (Panggabean, 2001). Secara matematis dituliskan sebagi berikut:

G = Skor posttest - Skor pretest c. Menghitung rerata skor gain yang dinormalisasi.

Setelah data pretest dan posttest diperoleh, data tersebut diolah untuk menentukan rerata skor gain yang dinormalisasi. Besarnya skor gain yang dinormalisasi ditentukan dengan rumus, sebagai berikut:

(Hake, 1998) Dengan:

<g> = Rerata skor gain yang dinormalisasi Sf = Skor posttest

Si = Skor pretest

Skor gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan kategori peningkatan pemahaman konsep yang terjadi untuk setiap pertemuannya. Kriteria yang digunakan diadopsi dari Richard R. Hake (1998).


(2)

Tabel 3.8

Kategori Skor Gain yang Dinormalisasi

Rentang <g> Kategori

0.7 < (<g>)≤1,0 Tinggi 0.3 < (<g>) ≤0.7 Sedang (<g>) ≤ 0.3 Rendah

(Hake : 1998) 4. Analisis Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang diamati pada penelitian ini dibatasi pada tiga jenis aktivitas, yaitu aktivitas visual, aktivitas lisan dan aktivitas motorik. Untuk mengetahui profil aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung, maka data hasil observasi diolah dalam bentuk persentase.

Skor yang diperoleh siswa kemudian di hitung persentasenya dengan cara :

Keterangan:

∑x = Rata – rata jumlah siswa yang melakukan aktivitas Berikut ini klasifikasi aktivitas siswa :

Tabel 3.8 Interpretasi kategori aktivitas siswa

Persentase Rata – rata ( % ) Kategori

80 – Lebih Sangat Baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup

21 – 39 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

(Ridwan, 2000) % Rata – rata aktivitas siswa = Skor total siswa


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA swasta di Kota Bandung kelas X semester genap mengenai model pembelajaran kreatif dan produktif untuk mengetahui aktivitas dan prestasi belajar siswa, diperoleh kesimpulan:

1. Hasil skor rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) untuk prestasi belajar siswa sebesar 0,60 yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kreatif dan produktif.

2. Hasil persentase rata-rata aktivitas belajar siswa:

 Aktivitas visual, pada pertemuan ke- 1 sebesar 65,5% yang termasuk dalam kategori baik, pada pertemuan ke- 2 sebesar 68,5% yang termasuk kedalam kategori baik dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 80% yang termasuk kedalam kategori sangat baik.

 Aktivitas Lisan, pada pertemuan ke- 1 sebesar 41,3% yang termasuk dalam kategori cukup, pada pertemuan ke- 2 sebesar 49,7% yang termasuk kedalam kategori cukup dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 52,3% yang termasuk kedalam kategori cukup.

 Aktivitas Motorik, pada pertemuan ke- 1 sebesar 69,7% yang termasuk dalam kategori baik, pada pertemuan ke- 2 sebesar 71% yang termasuk kedalam kategori baik dan pada pertemuan ke- 3 sebesar 79% yang termasuk kedalam kategori baik.


(4)

B. Saran

1. Penilaian untuk aktivitas baik bagi guru maupun untuk siswa lebih baiknya disamakan, sehingga pada perhitungan kedua aktivitas tersebut tidak terjadi perbedaan yang sangat jauh.

2. Salah satu tujuan model pembelajaran kreatif dan produktif yaitu dimana pada akhir pembelajaran siswa menghasilkan produk. Dalam hal ini lebih baiknya siswa itu menghasilkan barang atau produk jadi yang bisa dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari, jangan hanya berupa laporan ataupun makalah.

3. Diperlukan acuan penilaian untuk hasil produk yang telah dihasilkan dalam proses pembelajaran model kreatif dan produk.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jogjakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiningsih, A. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa.

Dimyati dan Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hake, R.R., (1998). Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Tes Data For Introductory Physics Course, Am. J. Phys. 66 (1) 64-74.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Kemendikbud. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta :

Dirjendikti.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Murjono. (1996). Intelegensi dalam hubungan dengan prestasi belajar. Jurnal Anima, 2,174-183.

Nuh, U. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

Yayan Sopian Zaelani , 2013

Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Ridwan, S. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa Dalam Mempelajari Konsep Cahaya Kelas 2G SLTPN 12 Bandung. Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Transito.

Sudjana, N. (2008). Penilaiam Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya: Bandung.

Sukmadinata, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, A. (2003). Perubahan Perilaku dan Hasil Belajar. Jakarta: Bina Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.