PENGGUNAAN MODUL HASIL PENELITIAN IDENTI

PENGGUNAAN MODUL HASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI FUNGI DALAM TAPE TALAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERAMPILAN MENGINTERPRETASI DATA PADA SISWA KELAS X SMA SKRIPSI

Oleh: BADRISYIYANI EKO WULANDARI K4307021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PENGGUNAAN MODUL HASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI FUNGI DALAM TAPE TALAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERAMPILAN MENGINTERPRETASI DATA PADA SISWA KELAS X SMA

Oleh: BADRISYIYANI EKO WULANDARI K4307021

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Muzayyinah, M. Si Harlita, S. Si, M.Si NIP. 19640406 199103 2 001

NIP. 19690401 199802 2 001

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal

Tim Penguji Skripsi Nama Terang

Tanda Tangan Ketua

: Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd. .…………… Sekretaris

: Riezky Maya Probosari, S.Si, M.Pd ....................... Anggota I

: Dra. Muzayyinah, M. Si …………….. Anggota II

: Harlita, S. Si, M.Si ……………..

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 196007271987021001

ABSTRAK

Badrisyiyani Eko Wulandari. PENGGUNAAN MODUL HASIL PENELITIAN

IDENTIFIKASI FUNGI DALAM TAPE TALAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERAMPILAN

MENGINTERPRETASI DATA PADA SISWA KELAS X SMA. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang hasilnya diimplementasikan pada pembelajaran biologi kelas X SMA. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui genus dari jamur yang terdapat dalam tape talas, (2) untuk mengetahui pengaruh penerapan modul hasil penelitian identifikasi fungi dalam tape talas sebagai sumber belajar biologi dan dampaknya terhadap keterampilan menginterpretasi data siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.

Implementasi hasil penelitian pada pembelajaran biologi kelas X SMA ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi experiment). Variabel bebas berupa sumber belajar biologi berupa modul dan variabel terikat adalah keterampilan menginterpretasi data siswa. Populasi penelitian identifikasi fungi dalam tape talas adalah fungi yang terdapat dalam tape talas. Populasi implementasi hasil penelitian pada proses pembelajaran pada pokok bahasan fungi adalah seluruh siswa siswa kelas

X SMA Al Islam 1 Surakarta semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah siswa kelas X.3 sebagai kelompok kontrol dan siswa kelas X.4 sebagai kelompok eksperimen. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data identifikasi fungi dalam tape talas dengan eksperimen dan dokumentasi sedangkan implementasi hasil penelitian terhadap keterampilan menginterpretasi data pada pokok bahasan fungi dengan lembar observasi. Teknik analisis data dengan menggunakan uji t.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) i dentifikasi fungi dalam tape talas (Colocasia esculenta) ditemukan dua jenis yaitu genus Saccharomyces dan genus Aspergillus dilihat dari ciri morfologi, (2) pemanfaatan modul hasil penelitian identifikasi fungi dalam tape talas sebagai sumber belajar biologi dan dampaknya berpengaruh nyata terhadap keterampilan menginterpretasi data pengamatan siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.

Kata Kunci: identifikasi fungi , sumber belajar , keterampilan menginterpretasi data

ABSTRACT

Badrisyiyani Eko Wulandari. THE IMPLEMENTATION OF RESEARCH

RESULTS OF THE FUNGAL IDENTIFICATION IN TARO TAPE AS A MODUL-BASED LEARNING SOURCE TOWARDS THE INTERPRETING

DATA SKILL OF THE X TH GRADE OF SMA. Thesis, Surakarta: Biology Education Department of Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret

University of Surakarta, Januari 2012. Keywords: fungal identification, learning source, interpreting data skill

This research aimed to find out: (1) the kinds genus of fungal in taro tape according to their morphological characteristics, (2) the effect of the utilization of the research result of identification as a modul-based learning source towards the interpreting data skill of the X grade of SMA.

This study was a quasi-experimental studies using observation. The independent variable of the research was the modul-based learning source whereas the dependent variable was the interpreting data skill. The population of the study was the entire class X at SMA Al Islam 1 Surakarta Academic Year 2011/2012. The sample were taken toward fait control and experiment group. The sample was taken by using cluster random sampling method. The data of implementation of the learning material was taken using documentation procedures and observation. The proposed hypothesis were tested using t-test.

The conclusion of this research were: (1) there are two kind of fungal in taro tape, i.e. genus Saccharomyces dan genus Aspergillus which identified according to their morphological characteristics, (2) the utilization of the research result of fungal identification in taro tape as modul-based learning source has a tangible impact towards the interpreting data skill of the X grade of SMA Al Islam 1 Surakarta academic year 2011/2012.

MOTTO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai

sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh mengetahui, sedang kamu tidak. (Al Baqarah: 216)

Jadilah diri sendiri setiap waktu (Cathie Balck)

Bila kita melihat keadaan dengan kacamata negatif, maka hidup akan tertekan, tapi sebaliknya bila melihat keadaan dengan kacamata positif maka akan mendapat kepuasan dan kebahagiaan...so belajar

untuk selalu Positive Thingking agar hati tenang, nyaman dan bisa termasuk golongan orang-orang yang bersyukur. (Penulis)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

 Ibu, Ibu, dan Ibuku tersayang wanita terhebat di dunia bagiku..terima

kasih tiada terkira untukmu Ibu. Tak akan pernah terputus doa kupanjatkan untukmu Ibu...

 Bapak, atas nasihat, segala pengertian dan kasih sayangnya

Bapak…terima kasih sedalam-dalamnya...

I Love U

 Adik-adikku tersayang ( Trias Angelia Ramadhani dan Dian Indah

Sulistyaningrum) yang selalu memberikan warna dalam hari-hariku.

 Bu Yayin dan Bu Lita, terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya…  Ibu Ira, Ibu Michel, murid-muridku, seluruh staf karyawan SMA Al Islam

1 Surakarta yang telah membantu dalam penelitian .

 Desy, Peny, Maya, Devy, Mayang, Siti, Raras, Dini, Ana, Nisa, Alyuni

yang selalu memberikan semangat dan kekuatan dalam setiap kebersamaan kita .. our friendship will never die, lingkaran yang kita buat tidak akan pernah ada ujungnya.

 Bram, Nining dan Titis, perjuangan kita sungguh indah.. terimakasih

untuk semangat yang selalu diberikan..

 Bioholic ’07 yang menorehkan banyak kenangan dalam hidupku..  Para inspiratorku, yang selalu membantuku, yang selalu mendoakan

aku,,,terima kasih…

 Almamater.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGGUNAAN

MODUL HASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI FUNGI DALAM TAPE TALAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERAMPILAN MENGINTERPRETASI DATA PADA SISWA KELAS X SMA.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberi ijin dan kesempatan dalam penyusunan skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Muzayyinah, M. Si, selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

5. Harlita, S. Si, M.Si, selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

6. Drs. Riyanto selaku Kepala SMA Al Islam 1 Surakarta yang telah memberi ijin dalam penelitian.

7. Ibu Ira dan Ibu Michel selaku guru mata pelajaran biologi yang telah memberi bimbingan dan bantuan selama penelitian.

8. Siswa kelas X.3 dan X.4 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.

9. Siswa kelas X.2 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.

10. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan support baik moral maupun spriritual.

11. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.

6 Tabel 2.

Kandungan Gizi Talas .................................................................

13 Tabel 3.

Kandungan Gizi Ragi Tape…………………………..................

14 Tabel 4.

Kandungan Mikroorganisme dalam Ragi......………............……

15 Tabel 5.

Peranan Mikroorganisme dalam Ragi Tape .................................

31 Tabel 6.

Rancangan Penelitian ..................................................................

35 Tabel 7.

Daftar Hasil Identifikasi Fungi dalam Tape Talas.………………

35 Tabel 8.

Hasil Identifikasi Fungi dalam Tape Talas....................................

36 Tabel 9.

Karakteristik Isolat Fungi secara Makroskopis ............................

36 Tabel 10.

Karakteristik Isolat Fungi secara Makroskopis.............................

40 Tabel 11.

Daftar Hasil Identifikasi Fungi dalam Tape Talas………………

42 Tabel 12.

Perbandingan Ciri Morfologi Fungi .............................................

45 Keterampilan Menginterpretasi Data Kelas Kontrol...................... Tabel 13.

Hasil Analisis Rata-rata Nilai Setiap Indikator LO

46 Keterampilan Menginterpretasi Data Kelas Eksperimen................ Tabel 14.

Hasil Analisis Rata-rata Setiap Indikator LO

47 data siswa....................................................................................... Tabel15

Data Nilai rata-rata keterampilan menginterpretasi

49 pengamatan..................................................................................... Tabel 16.

Hasil Uji Normalitas keterampilan menginterpretasi data

49 Tabel17.

Hasil Uji Homogenitas keterampilan menginterpretasi data……..

Hasil Perhitungan Uji t …..............................................................

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.

Reaksi fermentasi gula oleh Saccharomyces cereviseae..........

11 Gambar 4.

Alur proses fermentasi…………………………..……………

17 Gambar 5.

Askus dan askospora…………………………………………….

23 Gambar 6.

Paradikma pemikiran………………………….………………

37 Gambar 7.

Genus Saccharomyces…………………………………………..….

37 Gambar 8.

Genus Aspergillus…………………………………………………...

38 Gambar 9.

Spesies a: Aspergillus sp, spesies b: Saccharomyces sp………

43 Gambar 10.

Reaksi fermentasi gula oleh Saccharomycess cereviseae……..

46 Gambar 11.

Rata-rata Nilai Setiap Indikator Kelas Kontrol………………

47 Gambar 12.

Rata-rata Nilai Setiap Indikator Kelas Eksperimen………….

48

Nilai Rata-rata Keterampilan menginterpretasi data...............

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tape merupakan makanan tradisional yang sangat populer di Indonesia. Tape biasanya dibuat dari beras ketan dan ketela pohon yang kaya akan kandungan karbohidrat. Alternatif bahan yang bisa digunakan dalam pembuatan tape selain dari beras ketan dan singkong adalah dari talas (Colocasia esculenta L.) Talas merupakan umbi-umbian yang juga mengandung karbohidrat cukup tinggi, protein, lemak, dan vitamin.

Proses pembuatan tape dimulai dengan proses fermentasi. Proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape tidak terlepas dari peranan mikroba yang terdapat pada ragi tape, mikroorganisme yang terdapat dalam ragi tape berasal dari golongan kapang, khamir dan bakteri. Identifikasi fungi pada tape sangat perlu dilakukan untuk mengetahui fungi apa saja yang terlibat aktif dalam proses pembuatan tape.

Hasil identifikasi fungi yang dilakukan bisa diaplikasikan di dunia pendidikan yaitu sebagai literatur dan sumber belajar pada materi fungi/jamur. Hasil identifikasi tersebut dapat memberikan informasi tentang berbagai fungi meliputi bentuk dan ciri morfologinya. Hasil identifikasi juga dapat memberikan informasi tentang peranan mikroba khususnya kapang dan khamir yang termasuk dalam golongan fungi atau jamur dapat dijadikan alternatif sumber belajar pada pokok bahasan jamur atau fungi. Konsep pembelajaran biologi yang diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) khususnya pokok bahasan jamur tertuang pada kompetensi dasar yang sudah ditetapkan yaitu “mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis- jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan” Kompetensi dasar ini menuntut siswa memiliki penga- laman belajar berupa kemampuan mengenali ciri–ciri morfologi jamur baik tingkat mikroskopis maupun makroskopis, melakukan kajian literatur mengenai cara

2 reproduksi jamur, memahami informasi tentang peranan jamur dalam kehidupan dan

melakukan praktek pembuatan jenis makanan olahan dengan fermentasi jamur. Keberhasilan pencapaian kompetensi dasar tersebut sangat terkait dengan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan aktivitas siswa. Pencapaian kompetensi tersebut diperlukan keterampilan- keterampilan pada proses pembelajaran khususnya biologi karena pada dasarnya pembelajaran biologi tidak lepas dari proses dan keterampilan-keterampilan untuk memahami konsep dan sekaligus sebagai bekal untuk pendidikan yang lebih lanjut dengan adanya keterampilan yang dilatih di sekolah.

Keterampilan-keterampilan proses belajar yang dapat dikembangkan di sekolah dalam pembelajaran biologi khususnya antara lain merencanakan penelitian, menyusun hipotesis, mengendalikan variabel, bereksperimen, observasi, menginterpretasi data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Keterampilan menginterpretasi data pengamatan merupakan keterampilan yang seyogyanya dikembangkan dalam proses pembelajaran biologi. Keterampilan menginterpretasi data pengamatan adalah keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran Sains khususnya biologi yang pada dasarnya mata pelajaran ini tidak lepas dari penelitian dan percobaan ilmiah. Keterampilan ini harus dikembangkan dan dilatih kepada siswa agar tidak mengalami kesulitan dan bisa menjadi tolak ukur keberhasilan dalam suatu percobaan ilmiah. Menginterpretasi data pengamatan dapat dilihat melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain mencatat pengamatan, menjelaskan data pengamatan, mengorganisasikan data dalam tabel/gambar, menentukan pola hubungan sebab akibat, membandingkan data dengan teori, mendefinisikan makna dari gambar, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian/percobaan di dunia sains bisa dipahami oleh semua orang dengan adanya interpretasi data.

Inovasi pembelajaran juga bisa dilakukan dengan mengubah pola pembelajaran yang selama ini hanya bersumber pada buku paket dan lembar kerja siswa (LKS) menjadi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan. Inovasi pembelajaran dapat dilakukan dengan memperkaya sumber

3 penelitian biologi. Modul hasil penelitian yang dipakai dalam pembelajaran biologi di

kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta ini membahas mengenai fungi meliputi ciri morfologi dan struktur dari fungi khususnya fungi dalam tape talas dan peranan dalam kehidupan sehari–hari yaitu proses pembuatan tape yang melibatkan jamur tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka telah dilakukan penelitian dengan judul : “PENGGUNAAN

MODUL HASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI FUNGI DALAM TAPE TALAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERAMPILAN MENGINTERPRETASI DATA PADA SISWA KELAS X SMA”

B. Perumusan Masalah

Berdasar latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu:

1. Apa sajakah genus dari jamur yang berperan dalam pembuatan tape talas?

2. Adakah pengaruh penggunaan modul hasil penelitian identifikasi fungi dalam tape talas sebagai sumber belajar biologi dan dampaknya terhadap keterampilan menginterpretasi data siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui genus dari jamur yang terdapat pada tape talas.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan modul hasil penelitian identifikasi fungi dalam tape talas sebagai sumber belajar biologi dan dampaknya terhadap keterampilan menginterpretasi data siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain

1. Bagi Siswa

a. Melatih keterampilan menginterpretasi data sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki

b. Memberikan alternatif sumber belajar yang dapat memperkaya informasi tentang konsep pembelajaran biologi

2. Bagi guru

a. Masukan bagi guru untuk menyusun sumber belajar alternatif selain buku paket sebagai upaya inovasi pembelajaran

b. Memberi masukan bagi guru dalam mengembangkan keterampilan menginterpretasi data pada siswa

3. Bagi institusi

Memberi saran dalam upaya mengembangkan suatu proses pembelajaran yang melatih keterampilan menginterpretasi data siswa secara umum pada tahap berikutnya

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Fungi Dalam Tape Talas

a. Talas

Talas dalam sistematika tumbuhan menurut Gembong Tjitrosoepomo (1990:342-345) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 1. Talas

a. Kingdom : Plantae

b. Divisi

: Spermatophyta

c. Class

: Dicotyledoneae

d. Ordo

: Arales

e. Famili

: Araceae

f. Genus

: Colocasia

g. Spesies

: Colocasia esculenta

Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro dan Old cocoyom (Kemal Prihatman, 2000:1)

Talas merupakan tanaman dengan sistem perakaran serabut, liar dan pendek. Umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk silinder atau bulat, berukuran 30cm Talas merupakan tanaman dengan sistem perakaran serabut, liar dan pendek. Umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk silinder atau bulat, berukuran 30cm

Talas merupakan umbi berbentuk silinder atau lonjong sampai agak bulat. Kulit talas bewarna kemerahan, bertekstur kasar dan terdapat bekas-bekas pertumbuhan akar. Warna daging putih keruh. Kandungan kimia dalam talas dipengaruhi oleh varietas, iklim, kesuburan tanah, dan umur panen. Umbi talas segar sebagian besar terdiri dari air dan karbohidrat. Talas berkembang biak dengan anakan, sulur umbi anakan atau pangkal umbi serta bagian pelepah daunnya (Arie Cyberedan, 2011:1).

Talas merupakan sumber pangan yang penting karena selain merupakan sumber karbohidrat, protein dan lemak, talas juga mengandung beberapa unsur mineral dan vitamin sehingga dapat dijadikan bahan obat-obatan. Komposisi zat yang terkandung dalam 100 gram talas dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Kandungan gizi Talas per 100 gram Bahan Komponen

T. Rebus Energi

Satuan

T. mentah

0,8 Vitamin C Miligram 2 4 Vitamin B1 Miligram

Gram

0,05 0,06 Air Gram

72,4 Bagian yang dapat %

- Dimakan Sumber : Dewi Sabita (2011:26)

1) Pengertian Fermentasi

Johan W. von Mollendorff (2008:14) mengungkapkan fermentasi merupakan proses perubahan biokimia dari substrat karena adanya aktivitas dari mikroba dan enzim yang dikeluarkan oleh mikroba tersebut. Pada proses fermentasi terjadi peningkatan nutrisi dan kualitas organoleptik.

Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik sesuai. Menurut Winarno (1984:10) terjadinya proses fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat pangan sebagai akibat pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut.

Fermentasi pada dasarnya merupakan suatu proses enzimatik dimana enzim yang bekerja mungkin sudah dalam keadaan terisolasi yaitu dipisahkan dari selnya atau masih dalam keadaan terikat di dalam sel. Pada beberapa proses fermentasi yang menggunakan sel mikroba, reaksi enzim mungkin terjadi sepenuhnya di dalam sel mikroba karena enzim yang bekerja bersifat intraselular. Pada proses lainnya reaksi enzim terjadi di luar sel karena enzim yang bekerja bersifat ekstraseluler (Srikandi Fardiaz, 1988:6).

Menurut Hidayat (2000:23) fermentasi tape yang paling baik terjadi pada kondisi mikroaerob, karena pada kondisi anaerob kapang tidak mampu tumbuh sehingga kapang tidak mampu menghidrolisis pati, sedangkan pada kondisi aerob, pertumbuhan kapang dan khamir berlangsung baik tetapi aroma yang dikehendaki tidak muncul.

Keberhasilan proses fermentasi dipengaruhi beragam faktor dan kondisi lingkungan. Winarno dan Fardiaz (1984:63-65) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan fermentasi

a) Keasaman Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus, a) Keasaman Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus,

b) Mikroba Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan. Pembuatan makanan dengan cara fermentasi di Indonesia pada umumnya tidak menggunakan kultur murni sebagai contoh misalnya ragi pasar mengandung beberapa ragi diantaranya Saccharomyces cereviseae yang dicampur dengan tepung beras dan dikeringkan. Kultur murni biasa digunakan dalam fermentasi misalnya untuk pembuatan anggur, bir, keju, sosis, dan lain-lainnya.

c) Suhu Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama fermentasi. Setiap mikroorganisme memiliki suhu maksimal pertumbuhan, suhu minimal pertumbuhan dan suhu optimal. Suhu pertumbuhan optimal adalah suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.

d) Alkohol Mikroorganisme yang terkandung dalam ragi tidak tahan terhadap alkohol dalam kepekatan (kadar) tertentu, kebanyakan mikroba tidak tahan pada konsentrasi alkohol 12 – 15 %

e) Oksigen Oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu, ragi yang menghasilkan alkohol dari gula lebih baik dalam kondisi anaerobik. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan

atau membentuk sel-sel baru dan untuk proses fermentasi. Misalnya Saccharomyces sp yang melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat pada keadaan anaerobik, akan tetapi mengalami pertumbuhan lebik baik pada keadaan aerobik sehingga jumlahnya bertambah banyak atau membentuk sel-sel baru dan untuk proses fermentasi. Misalnya Saccharomyces sp yang melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat pada keadaan anaerobik, akan tetapi mengalami pertumbuhan lebik baik pada keadaan aerobik sehingga jumlahnya bertambah banyak

a) Energi, biasanya diperoleh dari substansi yang mengandung karbon, yang salah satu sumbernya adalah gula.

b) Nitrogen, sebagian besar mikroba yang digunakan dalam fermentasi berupa senyawa organik maupun anorganik sebagai sumber nitrogen. Salah satu contoh sumber nitrogen yang dapat digunakan adalah urea.

c) Mineral, yang diperlukan mikroorganisme salah satunya adalah phospat yang dapat diambil dari pupuk TSP.

d) Vitamin, sebagian besar sumber karbon dan nitrogen alami mengandung semua atau beberapa vitamin yang dibutuhkan. Defisiensi vitamin tertentu dapat diatasi dengan cara mencampur berbagai substrat sumber karbon atau nitrogen.

2) Mekanisme Fermentasi

Salah satu substrat utama yang dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat, karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, pati, pektin, selulosa dan lignin. Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan

menjadi monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan suatu molekul yang dapat tediri dari lima atau enam atom carbon (C), oligosakarida merupakan polimer dari 2–10 monosakarida, dan polisakarida merupakan polimer yang terdiri lebih dari 10 monomer monosakarida. Salah satu jenis polisakarida adalah pati yang banyak terdapat dalam serealia dan umbi–umbian. Selama proses pematangan, kandungan pati berubah menjadi gula- gula pereduksi yang akan menimbulkan rasa manis (Winarno, 2002:17-18)

Fermentasi gula oleh ragi dapat menghasilkan etil alkohol dan karbon dioksida menjadi dasar dari pembuatan tape.

C 6 H 12 O 6 2C 2 H 5 OH + 2 CO 2 + 22 kkal Saccharomyces cereviseae

Gambar 2. Reaksi Fermentasi Gula oleh Saccharomyces cereviseae Winarno dan Fardiaz (1990:68) berpendapat di dalam proses fermentasi, kapasitas mikroba untuk mengoksidasi tergantung dari jumlah aseptor elektron terakhir yang dapat dipakai. Sel–sel melakukan fermentasi menggunakan enzim– enzim yang akan mengubah hasil dari reaksi oksidasi, dalam hal ini yaitu asam menjadi senyawa yang memiliki muatan lebih positif, sehingga dapat menangkap elektron terakhir dan menghasilkan energi.

Khamir lebih cenderung memfermentasi substrat karbohidrat untuk menghasilkan etanol bersama sedikit produk akhir lainnya jika tumbuh dalam keadaan anaerobik.

Etanol memiliki nama lain alkohol, aethanolum dan etil alkohol merupakan cairan yang bening, tidak berwarna, mudah mengalir, mudah menguap serta mudah terbakar dengan api biru tanpa asap. Etanol dapat larut dalam air, kloroform, eter, gliserol, dan hampir dapat larut dalam semua jenis pelarut organik lainnya.

c. Tape

1) Istilah tape

Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tape dibuat dari bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti singkong, ketan dan bahan-bahan lain yang mengandung tepung/ karbohidrat.

Tape merupakan makanan tradisional hasil fermentasi yang mempunyai rasa manis, beraroma alkohol dan mempunyai tekstur yang lunak seperti pasta. Tape merupakan makanan olahan hasil industri rumah tangga. Substrat yang dipakai biasanya adalah beras ketan atau singkong (Gloria Lim, 1991:89)

Winarno (1984:59) mengungkapkan suatu bahan disebut tape apabila bahan yang telah diragikan berubah menjadi lebih lunak, rasa manis keasam-asaman dan berbau alkohol. Hal ini disebabkan oleh kegiatan mikroba-mikroba tertentu Winarno (1984:59) mengungkapkan suatu bahan disebut tape apabila bahan yang telah diragikan berubah menjadi lebih lunak, rasa manis keasam-asaman dan berbau alkohol. Hal ini disebabkan oleh kegiatan mikroba-mikroba tertentu

2) Proses Pembuatan Tape

Proses pembuatan tape dari tinjauan Teknik Kimia merupakan proses konversi karbohidrat (pati) yang terkandung dalam talas menjadi gula kemudian berlanjut menjadi alkohol melalui proses biologi dan kimia (biokimia) berikut:

Hidrolisis Fermentasi Pati Glukosa Alkohol Proses hidrolisis melalui reaksi sebagai berikut :

Hidrolisis

(C 6 H 10 O 5 ) n +nH 2 O n(C 6 H 12 O 6 ) Fermentasi oleh ragi, misalnya Saccharomyces cereviseae dapat menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO 2 melalui reaksi sebagai berikut :

Ragi (C 6 H 12 O 6 ) 2C 2 H 5 OH + 2 CO 2

Gambar 3. Alur Proses Fermentasi

1. Hidrolisis (Perebusan) Hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa pecah atau terurai. Dalam pembuatan tape, tahap hidrolisis diwakili oleh tahap perebusan substrat. Reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu karena air yang digunakan berlebih, sehingga perubahan air dapat diabaikan.

Reaksi hidrolisis dapat terjadi pada semua ikatan yang menghubungkan monomer yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh produk berupa glukosa. Buckle (2003:3) menyatakan bahwa dalam proses fermentasi sederhana dari proses hidrolisis pati yaitu dengan perebusan. Perebusan penting untuk dilakukan untuk mempermudah proses fermentasi dan untuk meningkatkan nilai produksi.

2. Fermentasi Gula Menjadi Alkohol Enzim yang mampu memecah glukosa menjadi alkohol dan CO 2 adalah

Proses ini terus berlangsung dan akan terhenti jika kadar etanol sudah meningkat sampai tidak dapat diterima lagi oleh sel-sel khamir. Tingginya kandungan alkohol akan menghambat pertumbuhan khamir dan hanya mikroba yang toleran terhadap alkohol yang dapat tumbuh.

3. Pembentukan Asam Apabila proses fermentasi tape terus berlanjut maka terbentuk asam asetat karena adanya bakteri Acetobacter yang sering terdapat pada ragi yang bersifat oksidatif. Metanol yang dihasilkan dari penguraian glukosa akan dipecah oleh Acetobacter menjadi asam asetat, asam piruvat, dan asam laktat. Asam piruvat adalah produk antara yang terbentuk pada hidrolisis gula menjadi etanol. Asam piruvat dapat diubah menjadi etanol dan asam laktat.

4. Pembentukan Ester Alkohol yang dihasilkan dari penguraian glukosa oleh khamir akan dipecah menjadi asam asetat pada kondisi aerobik. Pada proses fermentasi lanjut, asam-asam organik yang terbentuk seperti asam asetat akan bereaksi dengan etanol membentuk suatu ester aromatik sehingga tape memiliki rasa yang khas.

d. Fungi dalam Tape

Tape merupakan makanan hasil dari proses fermentasi. Fermentasi tersebut tidak lepas dari peranan suatu mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut terdapat dalam starter dalam pembuatan tape yaitu ragi. Ragi merupakan starter atau inokulum tradisional Indonesia untuk membuat berbagai macam makanan fermentasi seperti tape, brem cair atau padat. Mikroba yang terkandung dalam ragi umumnya berupa kultur campuran (mixed culture) yang terdiri dari kapang, khamir, dan bakteri.

Susanto (1994:31) menyatakan bahwa ragi yang mengandung mikoflora seperti kapang, khamir dan bakteri dapat berfungsi sebagai starter fermentasi. Selain itu ragi juga kaya akan protein yaitu sekitar 40-50% jumlah protein ragi tersebut tergantung dari jenis bahan penyusunnya.

Dwidjoseputro(1976:1) berpendapat bahwa ragi mengandung beberapa Dwidjoseputro(1976:1) berpendapat bahwa ragi mengandung beberapa

Ko Swan Djien (1972:976) berpendapat bahwa dalam proses fermentasi tradisional dalam pembuatan tape selalu dibantu dengan penambahan ragi. Ragi tersebut terbuat dari rempah-rempah yang mengandung kapang dan khamir. Kapang dan khamir yang terdapat dalam ragi tersebut ada secara alami.

Prihatiningsih (2000:18) ragi mengandung sejumlah zat gizi antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin B, dan fosfor. Kandungan gizi ragi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Gizi Ragi Setiap 100 gram

Kandungan gizi

Kandungan dalam 100 gram

Kalori 136 kal Protein 43,0 g Lemak 2,4 g Karbohidrat 3,0 g Kalsium 140 mg Fosfor 1900 mg Besi 20,0 mg Vitamin A 0 Vitamin B 16000 mg Air 10 g

Sumber: Direktorat Depkes RI (1981) Kandungan ragi tersebut sangat memungkinkan untuk fungi yaitu kapang

dan khamir serta bakteri dapat hidup baik dengan didukung oleh substrat yang baik pula.

Ragi yang sering digunakan dalam pembuatan tape di daerah Solo sekitar adalah ragi NKL (Na Kok Liong). Ragi NKL berbentuk bulat pipih dengan diameter 4-6 cm dan ketebalan 0,5 cm. Di dalam ragi ini terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Beberapa jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp., Candida sp., Saccharomyces cerevicae, Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain (Tim Ragi yang sering digunakan dalam pembuatan tape di daerah Solo sekitar adalah ragi NKL (Na Kok Liong). Ragi NKL berbentuk bulat pipih dengan diameter 4-6 cm dan ketebalan 0,5 cm. Di dalam ragi ini terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Beberapa jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp., Candida sp., Saccharomyces cerevicae, Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain (Tim

Asal Daerah Jenis Mikroorganisme Semarang Chlamydomucor oryzae., Saccharomycopsis sp. 1,

Saccharomyces sp.

Yogyakarta Chlamydomucor oryzae., Mucor rouxii, Saccharomycopsis sp 1., Saccharomyces sp

Madiun Chlamydomucor oryzae., Saccharomycopsis sp 2 ,

Saccharomyces sp.

Sumber : Dyah Raharjanti (2006:31) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah Raharjanti (2006:31) menunjukkan sampel ragi tape merk NKL (Na Kok Liong) yang berasal dari tiga daerah yaitu Semarang, Yogyakarta dan Madiun diperoleh 5 jenis kapang dan khamir yang

yaitu Mucor, Chlamydomucor,Saccharomycopsis dan Saccharomyces. Kandungan mikroorganisme dalam ragi dari ketiga daerah tersebut memiliki kesamaan yaitu sama–sama mengandung Chlamydomucor oryzae, Saccharomycopsis sp dan Saccharomyces sp, hanya ragi dari Yogyakarta yang sedikit berbeda yaitu mengandung juga Mucor rouxii.

dapat dikelompokkan

menjadi

4 genus

Mikroorganisme yang berperan banyak dalam proses fermentasi tape terdiri dari golongan kapang dan khamir. Kapang dan khamir termasuk golongan fungi (jamur). Perbedaan utama antara kapang dan khamir adalah kapang mempunyai filamen (miselium), sedangkan khamir merupakan fungi sel tunggal tanpa filamen.

Srikandi Fardiaz (1989:207-208) mengungkapkan pada khamir yang bersifat fermentatif 70% dari glukosa di dalam subtrat akan diubah menjadi karbondioksida dan alkohol, sedangkan sisanya sebanyak 30% tanpa adanya nitrogen akan diubah menjadi

cadangan. Produk penyimpanan

produk

penyimpanan

melalui fermentasi (endogenous) jika glukosa di dalam medium sudah habis.

tersebut

akan digunakan

kembali

Peranan kapang dan khamir yang terdapat di ragi tape akan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Peranan Mikroorganisme dalam Ragi Tape

Grup Mikroorganisme

Peranan Kapang amilolitik

Genus

Amylomyces

Sakarifikasi dan likuifier

Mucor

Sakarifikasi dan likuifier

Rhizopus

Likuifier (lemah) dan penghasil alkohol

Khamir amilolitik

Endomycopsis /

Sakarifikasi dan

Saccharomycopsis

penghasil aroma (lemah)

Saccharomyces

Penghasil alkohol

Hansenula

Penghasil aroma yang sedap

Khamir non amilolitik Endomycopsis / Penghasil aroma spesifik Saccharomycopsis Penghasil aroma spesifik Candida

Sumber: Dyah Raharjanti (2006:36) Enzim amilase yang dihasilkan oleh kapang dan khamir mampu memecah pati menjadi gula sederhana. Fungi atau jamur merupakan salah satu materi pokok dalam mata pelajaran biologi yang dipelajari oleh siswa Sekolah Menengah Atas khususnya pada kelas X. Fungi termasuk dari golongan makhluk hidup selain protista, tumbuhan, monera dan hewan. Materi yang dibahas pada pokok bahasan fungi tertuang dalam kompetensi dasar yaitu “mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan”. Kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa tersebut melatih kemampuan siswa mengenali ciri–ciri morfologi jamur baik tingkat mikroskopis maupun makroskopis, melakukan kajian berbagai literatur mengenai cara reproduksi jamur, memahami peranan jamur dalam kehidupan, dan membuat salah satu produk dengan fermentasi jamur.

2. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah salah satu komponen penting yang menentukan suksesnya proses pembelajaran. Sumber belajar yang dipakai dalam satu proses pembelajaran hendaknya beraneka ragam sebagai upaya memperkaya informasi yang didapat oleh siswa. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar (Enco Mulyasa, 2006:48). Salah satu alternatif sumber belajar yang dapat dipakai untuk memperkaya informasi adalah modul hasil penelitian.

Modul menurut Enco Mulyasa (2006:148) merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai pedoman penggunaannya oleh para guru. Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.

Made Wena (2008:231) berpendapat modul adalah paket pembelajaran mandiri berisi satu topik atau unit materi pelajaran dan memerlukan ketentuan waktu untuk mempelajari modul.

Sistem pembelajaran dengan modul (modular instruction) menurut Winkel (2007:472) merupakan strategi tertentu dalam menyelenggarakan pengajaran individual secara menyeluruh. Pembelajaran dengan menggunakan modul merupakan salah satu bentuk pengajaran individual sebab tingkat pemahaman dalam mempelajari modul yang dimiliki oleh tiap siswa berbeda-beda. Pembelajaran individual ini biasanya dilaksanakan secara mandiri antara lain dengan metode diskusi untuk Sistem pembelajaran dengan modul (modular instruction) menurut Winkel (2007:472) merupakan strategi tertentu dalam menyelenggarakan pengajaran individual secara menyeluruh. Pembelajaran dengan menggunakan modul merupakan salah satu bentuk pengajaran individual sebab tingkat pemahaman dalam mempelajari modul yang dimiliki oleh tiap siswa berbeda-beda. Pembelajaran individual ini biasanya dilaksanakan secara mandiri antara lain dengan metode diskusi untuk

Vembriarto (1985:22) mendefinisikan bahwa modul merupakan paket pembelajaran dari guru untuk peserta didik yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara khusus dan dalam waktu yang telah ditentukan.

Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, 1988:203).

Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan Enco Mulyasa (2004:148) sebagai berikut:

1) Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang peserta didik, bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.

2) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam hal ini setiap modul harus: memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.

3) Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif tidak sekedar mebaca dan mendengar, tetapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi, dan berdiskusi.

4) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan kapan mengakhiri suatu modul, dan tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan, atau

5) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. Pengukuran ini juga merupakan suatu kriteria atau standard kelengkapan kelengkapan modul.

Tugas seorang guru dalam sistem pembelajaran dengan modul adalah mengatur dan mengorganisasi proses belajar agar berjalan baik. Guru sebagai penyusun modul harus membimbing siswa agar mudah memahami isi dari modul tersebut dengan memberikan petunjuk yang jelas. Hal ini untuk menghindari kesulitan peserta didik dalam memahami modul karena Kesulitan mempelajari modul yang dihadapi akan dapat mengakibatkan menurunnya motivasi belajar peserta didik. Motivasi belajar yang menurun akan dapat pula berpengaruh pada tingkat keberhasilan belajar peserta didik (Sudirman Siahaan, 2006:93).

Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga siswa dapat mengetahui saat memulai dan mengakhiri sebuah modul. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, yaitu untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar serta dapat mengukur tingkat keterampilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul menurut E. Mulyasa (2006:149) akan melibatkan beberapa komponen sebagai berikut :

1) Lembar kegiatan peserta didik,

2) Lembar kerja,

3) Kunci lembar kerja,

4) Lembar soal,

5) Lembar jawaban, dan

6) Kunci jawaban. Berbagai komponen penyusun modul seperti yang disebutkan di atas selanjutnya dikemas dalam format modul sebagai berikut :

1) Pendahuluan Bagian ini berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan dicapai setelah belajar; termasuk kemapuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.

2) Tujuan Pembelajaran Bagian ini berisi tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai oleh setiap peserta didik setelah mempelajari modul. Dalam kegiatan ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan.

3) Tes Awal Tes ini berguna untuk menetapkan posisi peserta didik, dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan dari mana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari modul tersebut atau tidak.

4) Pengalaman belajar Bagian ini merupakan rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, yang berisi sejumlah materi, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.

5) Sumber belajar Pada bagian ini disajikan tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik. Penetapan sumber belajar ini perlu dilakukan dengan baik oleh pengembang modul, sehingga peserta didik tidak kesulitan memperolehnya.

6) Tes akhir Tes akhir ini instrumennya sama dengan isi tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul. Penyusunan modul dengan memperhatikan komponen-komponen yang telah diuraikan di atas dilakukan agar diperoleh modul yang lengkap dan terstruktur sehingga mempermudah peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran yang terdapat dalam modul tersebut.

Penggunaan modul dalam pembelajaran bermanfaat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan modul juga berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya ketekunan dan rasa percaya diri siswa (Acelajado, 2005:310)

3. Keterampilan Menginterpretasi Data

Keterampilan belajar yang dimiliki oleh seorang siswa dapat dilatih dan dikembangkan sesuai dengan tahapan perkembangan pikirannya. Dengan melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan belajarnya, siswa tersebut akan terbiasa menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Menafsirkan (mengintepretasikan) adalah keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpulkan melalui penghitungan, penelitian, atau eksperimen (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setyawati ,1993:79). Interpretasi yaitu kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik simbol verbal maupun yang nonverbal. Kemampuan untuk menjelaskan konsep, atau prinsip atau teori tertentu termasuk dalam kategori ini.seorang dapat menginterpretasikan sesuatu konsep atau prinsip jika ia dapat menjelaskan secara rinci makna, arti suatu konsep atau prinsip, atau dapat membandingkan, membedakan, atau mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain (Gulo, 2002:60).

Suatu eksperimen akan diperoleh data-data yang dapat dicatat atau disajikan dalam berbagi bentuk seperti tabel, diagram, atau grafik. Dan data tersebut dapat ditafsirkan, dianalisis dan kemudian menentukan pola sebagai dasar dalam pembuatan

(2005:78) mengungkapkan keterampilan menginterpretasi data merupakan salah satu keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh siswa yang sedang mempelajari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk biologi.

kesimpulan-kesimpulan.

Nuryani

Menurut Wenno (2008:73) interpretasi adalah kemampuan siswa memberi arti kepada sesuatu, seperti kepada persamaan matematika, atau kepada grafik. Tujuan kegiatan interpretasi untuk menyimpulkan hasil pengamatan yang telah dilakukan berdasarkan pada pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya. Kesimpulan tersebut merupakan konsep yang perlu dimanfaatkan atau digunakan (Suryosubroto, 1997:74).

Interpretasi data biasanya melibatkan organisasi data kedalam tabel, gambar, bagan, atau grafik. Interpretasi data juga dapat dilakukan dengan jalan membuat gambar atau grafik dan hasil pengamatan yang biasanya melibatkan usaha-usaha untuk penulisan hasil observasi, melakukan inferensi menafsirkan data dan membuat kesimpulan (Nono Sutarno, 2009:95)

Dokumen yang terkait

VARIASI PENGGUNAAN AGREGAT BENTUK PECAH DAN BENTUK BULAT PADA CAMPURAN ASPAL BETON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

6 148 2

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85