PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS (1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK INTERPRETASI FOTO IWAN ZAHAR

No Registrasi: 7117080700

Program Studi : Teknologi Pendidikan

Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Doktor dan Dipertahankan di Hadapan Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Jakarta

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

The development of problem based learning to interpret photographs

Abstract

The objective of the research is to develop problem based learning in large classes for Tarumanagara student who were learning to interpret photographs in design photo course. The problem based learning aims not only to identify composition and aesthetics but also to know deeper about social, culture and photographer’s biography. The research conducted in 50 student form visual communication design, fifth semester, Tarumanagara Universtiy, Jakarta.

In this action research, the research questions is how to design and develop problem based learning as a method to interpret photographic in large classes in visual communication design? The designs of problem based learning models in the first cycle will be created as follows (1) prepare the learning materials and give urban theme as a problems, prepare Barrett model critics for delivery and assignments, and delivery cycles from low taxonomies to high taxonomies, (2) delivery materials and assestments, presented the problems and brainstrorming (3) describe individual and group assignments (4) fasilitates student to interpret photographs (5) supervise student to combine data and discuss sub theme (6) provide feedback and summative evaluation. The second cycle use only the fifth and the sixth steps.

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK INTERPRETASI FOTO Penelitian kaji tindak di Universitas Tarumanagara

Jakarta (2009)

Ringkasan

Tujuan penelitian untuk mengembangkan pembelajaran berbasis masalah dalam kelas besar pada mahasiswa Tarumanagara yang belajar interpretasi foto pada kuliah foto desain. Pembelajaran berbasis masalah tidak hanya membelajarkan komposisi dan estetika tetapi juga memperdalam sosial, budaya dan biografi fotografer. Penelitian ini melibatkan 50 mahasiswa dari jurusan desain komunikasi visual semester lima di Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Penulis menjawab pertanyaan penelitian kaji tindak dalam disertasi ini yaitu Bagaimana merancang dan mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah sebagai metode baru dalam pembelajaran interpretasi fotografi di kelas besar seperti di jurusan DKV? perancangan desain pembelajaran berbasis masalah pada siklus pertama dibuat dengan (1) penyiapan materi belajar dengan pemberian tema sebagai permasalahan, penyiapan format model kritik Barrett untuk kuliah dan tugas, penyiapan format model kritik Terry Barrett, dan siklus kuliah yang bertingkat dari taksonomi yang rendah ke tinggi (2) penyampaian materi, pelontaran masalah dan brainstorming (3) penjelasan tugas kelompok dan individu (4) membimbing/memfasilitasi mahasiswa dalam mengkritik foto (5) membimbing mahasiswa dalam menggabungkan data dan diskusi sub tema (6) memberikan umpan balik dan evaluasi akhir. Pada siklus kedua hanya penggunaan tahap ke lima dan keenam saja

A. PENDAHULUAN

A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni rupa dan desain modern di Indonesia telah berlangsung lebih dari setengah abad, yang dirilis sejak jaman kolonial hingga di era paskakolonial dan berkesinambungan hingga kini. Pemerintah mengesahkan pendidikan desain yang menginduk kepada ilmu kesenirupaan, yaitu oleh ITB yang mendirikan pendidikan desain di tahun 1957 (Sachari, 2001:30). Jurusan desain didirikan di berbagai pelosok Indonesia dan mengambil model pembelajaran dari ITB. Salah satu Universitas yang

menggunakan model tersebut adalah jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Tarumanagara. Jumlah mahasiswa rata-rata 180 mahasiswa per tahun dengan jumlah total 869 mahasiswa pada semester ganjil 2008/2009.

Pada mata kuliah fotografi, setiap kelas dibagi empat kelompok sehingga perbandingan antara dosen dan mahasiswa adalah 1 : 50. Jumlah mahasiswa ini masih kurang ideal, seharusnya untuk kuliah di seni rupa per kelas maksimal sekitar 25 orang mahasiswa (Micherdzinski, 1963:14 ) . Oleh karena itu, penelitian ini akan menguji cara belajar pembelajaran berbasis masalah yang bisa mengatasi jumlah mahasiswa yang banyak dan meningkatkan kemampuan belajar mahasiswa.

Selain jumlah mahasiswa, masalah lain yang selalu dijumpai pada mahasiswa jurusan seni rupa adalah banyaknya praktek seni rupa yang tidak seimbang dengan pengembangan tiga kompetensi lainnya yaitu kritik Selain jumlah mahasiswa, masalah lain yang selalu dijumpai pada mahasiswa jurusan seni rupa adalah banyaknya praktek seni rupa yang tidak seimbang dengan pengembangan tiga kompetensi lainnya yaitu kritik

Permasalahan lain, hasil wawancara 20 dosen menunjukkan bahwa 95% dosen DKV dari 20 orang dan 100% mahasiswa tidak pernah membaca UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 dan 100% dosen DKV dan mahasiswa tidak mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah. Oleh karena itu, penelitian dengan metode kaji tindak (action research) digunakan untuk memberdayakan para dosen dan mahasiswa. Cara belajar pembelajaran berbasis masalah dan model kritik fotografi dari Terry Barret yang akan diujikan dengan metode kaji tindak

Kritik foto yang dilakukan pada karya mahasiswa untuk kemajuan ketrampilan memotret dari mahasiswa, sedangkan pembelajaran kritik foto pada karya maestro foto (Barrett, 1988:26) untuk belajar menjadi kritikus foto dan hal ini jarang dilakukan di Untar. Pembelajaran kritik foto tersebut membutuhkan integrasi dengan ilmu sosial, budaya, psikologi pada saat foto itu dibuat. Hal ini dapat diatasi dengan PBM yang melatih ketrampilan berpikir tingkat tinggi memungkinkan interdisiplin antara ilmu kritik foto dengan ilmu sosial lainnya. Pembelajaran teori foto kurang kuat di jurusan DKV Untar bila dilihat dari data hasil wawancara ketiga dosen fotografi yang menunjukkan tidak pernah diujikan ujian tertulis atau ujian teori fotografi, sehingga dapat dikatakan penelitian ini untuk pertama kalinya mencoba ujian teori tertulis mengkritik foto.

Selain hal-hal tersebut, tuntutan jaman juga membuat seorang calon desainer tidak cukup hanya bisa membuat karya, tetapi juga perlu tahu Selain hal-hal tersebut, tuntutan jaman juga membuat seorang calon desainer tidak cukup hanya bisa membuat karya, tetapi juga perlu tahu

A.2. Pembatasan Masalah

Penenelitian ini akan membatasi masalah pada pengembangan model pembelajaran berbasis masalah yang bisa mengembangkan kemampuan sistem baca foto.

A.3. Perumusan Masalah

Bagaimana merancang dan mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah sebagai metode baru dalam pembelajaran interpretasi fotografi di kelas besar seperti di jurusan DKV?

A.4. Kegunaan Penelitian

1. Fotografi digunakan pula sebagai dokumentasi untuk bahan pembelajaran segala ilmu pengetahuan

2. Fotografi banyak juga digunakan untuk iklan dan untuk keperluan promosi dan dokumentasi.

3. Fotografi dalam dunia senirupa masih relatif baru dan langka di Asia, khususnya di Indonesia.

4. Kegunaan interpretasi foto bagi mahasiswa akan membantu dalam memaknai foto saat bekerja.

5. Kegunaan interpretasi foto adalah mengkaitkan informasi verbal dari berbagai bidang diluar seni rupa seperti sosial, budaya, agama, politik , psikologi dan sebagainya dengan informasi visual, sehingga pemelajar dapat berpikir secara holistik.

6. Dengan rekaman hasil metode penelitian kaji tindak membuat dosen lain dapat mempelajari dengan detail kondisi mahasiswa DKV di Untar 6. Dengan rekaman hasil metode penelitian kaji tindak membuat dosen lain dapat mempelajari dengan detail kondisi mahasiswa DKV di Untar

7. Pembelajaran kritik foto, penilaian kritik, cara melakukan ujian kritik foto atau kritik seni rupa termasuk jarang dilakukan dengan cara yang standard dan teruji.

8. Cara pembelajaran kritik foto ini pun bisa diterapkan untuk pembelajaran visual lainnya.

B. KAJIAN PUSTAKA

B.1. Model Pembelajaran

Cara belajar kolaborasi merupakan hal yang penting dalam PBM. Martin dkk (1998:485) menyatakan bahwa proses kolaborasi dalam PBM akan meningkatkan keterampilan metakognitif. Kolaborasi dengan teman sebaya dan bantuan dari instruktur, memungkinkan pemelajar mempunyai kesempatan untuk mengubah interaksi sosial menjadi fungsi mental menurut Vygotsky (dalam Woolfolk, 2004:45). Pemecahan masalah yang dibuat dengan interaksi dan kolaborasi dengan teman sebaya merupakan hal yang penting dalam PBM. Hal ini akan berguna sebagai dasar pengembangan model PBM. Constantino (2002:220) menyatakan langkah PBM ini sebagai berikut

1. Guru mengembangkan dan melontarkan permasalahan, pemelajar harus menunjukkan pusat dari permasalahan. Kemudian guru melakukan “Brainstorming” dengan menggunakan empat tahap proses interaktif yang di mulai dengan mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan dalam teknik KWL (membuat daftar pertanyaan yang diketahui, mengapa kasus itu terjadi, apa yang sudah dipelajari, dst.). Setelah itu pemelajar mempresentasikan 1. Guru mengembangkan dan melontarkan permasalahan, pemelajar harus menunjukkan pusat dari permasalahan. Kemudian guru melakukan “Brainstorming” dengan menggunakan empat tahap proses interaktif yang di mulai dengan mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan dalam teknik KWL (membuat daftar pertanyaan yang diketahui, mengapa kasus itu terjadi, apa yang sudah dipelajari, dst.). Setelah itu pemelajar mempresentasikan

2. Mencari sumber lokasi untuk menjawab pertanyaan, biasanya pemelajar akan mencari informasi dari berbagai disipilin ilmu. Permasalahan sebagai pusat pengaturan integrasi atau kurikulum.

3. Pemelajar dibagi ke dalam kelompok kecil dan setiap siswa bertanggung jawab pada pertanyaan atau wilayah penelitiannya, dan mulai dengan proses penelitian.

4. Pemelajar kembali ke kelompok dan mendiskusikan informasi yang terkumpul lalu mengulas pertanyaan dan strategi penelitian. Pada tahap ini kemungkinan pemelajar mengulangi diskusi beberapa kali sampai kelompok ini mencapai kesimpulan yang masuk akal

Pada disertasi ini, metode “brainstorming” dengan KWL tidak digunakan dan diganti dengan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan model kritik foto Barrett.

B.2. Model Kritik Foto

Tindakan mengkritik foto terbagi menjadi dua hal menurut Barrett (1988:23) , pertama mengkritik foto karya mahasiswa yang ditujukan untuk kemajuan ketrampilan memotret foto. Hal kedua, mengkritik foto karya maestro fotografi yang sudah diterima dan termasuk kegiatan belajar pustaka kritik foto. Kegiatan mengkritik karya maestro fotografi ini hampir tidak pernah dilakukan pada tiga mata kuliah fotografi. Seandainya dilakukan dosen tidak melakukan dengan suatu model kritik yang sudah ada. Kegiatan mengrkitik karya maestro foto dengan alur logika yang sistematis dan mempelajari budaya, latar belakang, biografi, pengaruh seniman lain dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan karya perlu dipelajarai dalam kritik seni foto. Hal ini berbeda sekali dengan kritik karya mahasiswa yang lebih bersifat Tindakan mengkritik foto terbagi menjadi dua hal menurut Barrett (1988:23) , pertama mengkritik foto karya mahasiswa yang ditujukan untuk kemajuan ketrampilan memotret foto. Hal kedua, mengkritik foto karya maestro fotografi yang sudah diterima dan termasuk kegiatan belajar pustaka kritik foto. Kegiatan mengkritik karya maestro fotografi ini hampir tidak pernah dilakukan pada tiga mata kuliah fotografi. Seandainya dilakukan dosen tidak melakukan dengan suatu model kritik yang sudah ada. Kegiatan mengrkitik karya maestro foto dengan alur logika yang sistematis dan mempelajari budaya, latar belakang, biografi, pengaruh seniman lain dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan karya perlu dipelajarai dalam kritik seni foto. Hal ini berbeda sekali dengan kritik karya mahasiswa yang lebih bersifat

Model kritik Hamblen yang menggunakan taksnonomi Bloom bisa disetarakan dengan niteni, niroake dan nambai dari Ki Hajar Dewantara (1977). Kendatipun demikian, Model kritik oleh Hamblen (1984:42), Broudy (1986), Chapman (1977), Feldman (1987), Kaelin (1981), Lankford (1984), Marantz (1965), Mittler (1980), Salome (1981) dan Smith (1968) lebih bertitik berat pada rasio, sedangkan Johanson (1982) dan Clements (1979) lebih banyak intuisi atau perasaan. Fieldman dan lain-lain merupakan modek kritik yang lebih menekankan pada rasio dari pada perasaan. Penulis memilih model kritik Barrett yang biasa digunakan dalam fotografi dan ada unsur rasio dan perasaannya. Format pada model kritik Barret dari subject matter, form, aliran, membandingkan dan membedakan, posisi foto dalam sejarah foto. Format ini digunakan untuk tugas pembelajaran saat kuliah dan tugas yang diberikan pada mahasiswa.

Penulis mengusulkan taksonomi affektif untuk fotografi yang akan mengelompokkan foto berbasis tingkat perasaan yang ditimbulkan oleh pengamat dan dapat dibagi menjadi lima tingkat (Zahar, 2009:1), yaitu foto dokumentasi, foto komersial, foto jurnalistik, foto seni murni dan foto abstrak. Taksonomi ini digunakan untuk memilah foto sebelum melakukan perkuliahan dan dilaksanakan pada saat siklus kuliah dari foto advertising yang masuk dalam taksonomi rendah sampai foto abstrak yang masuk dalam taksonomi tinggi.

C. METODOLOGI PENELITIAN

C.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengembangkan pembelajaran berbasis masalah

2. Mengetahui efektifitas, efesiensi dan manfaat dari pembelajaran berbasis masalah pada pelajaran senirupa khususnya fotografi.

3. Mengembangkan model kritik foto yang sesuai dengan kompetensi mahasiswa desain komunikasi visual di Universitas Tarumanagara.

4. Untuk menguji taksonomi afektif foto yang akan mempermudah proses pembelajaran kritik foto (Zahar, 2009:1).

C.2. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan acuan teori dan kerangka berpikir yang diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan enam pertanyaan penelitian terkait model pembelajaran berbasis masalah untuk interpretasi foto.

1. Apa langkah-langkah persiapan yang dilakukan dosen untuk kuliah kritik foto?

2. Bagaimana cara penyampaian materi, pelontaran masalah dan brainstorming?

3. Bagaimana menjelaskan tugas kelompok dan individu?

4. Bagaimana membimbing/memfasilitasi mahasiswa dalam mengkritik foto?

5. Bagaimana membimbing mahasiswa dalam menggabungkan data dan diskusi sub tema?

6. Bagaimana memberikan umpan balik dan evaluasi akhir?

C.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di semester V jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Tarumanagara, waktu penelitian mulai September – Desember 2009. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester ganjil Universitas Tarumanagara. Penetapan mahasiswa semester V adalah pada tingkat tersebut pemahaman mahasiswa akan seni rupa sudah agak baik .

C.4. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

Penelitian ini menggunakan kaji tindak model Kemmis yang terdiri dari suatu siklus spiral. Pengertian siklus disini adalah suatu putaran kegiatan Penelitian ini menggunakan kaji tindak model Kemmis yang terdiri dari suatu siklus spiral. Pengertian siklus disini adalah suatu putaran kegiatan

C.5. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian. Subyek atau partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah 50 mahasiswa dari semester V dari 208 mahasiswa. Pemilihan salah satu kelas ini karena kesediaan dari dosen yang berangkutan pada mata kuliah ini untuk terlibat dalam penelitian kaji tindak. Empat kelas di Universitas Tarumanagara dibagi dengan sebaran kemampuan yang kurang lebih sama satu sama lain.

C.6. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian kaji tindak ini peneliti sebagai pemimpin perencanaan dan sebagai partisipan aktif. Derajat atau tingkat keikutsertaan peneliti dalam kegiatan ini dikategorikan pada tingkat peran serta aktif peneliti sebagai pengamat. Dalam pelaksanaan peneliti merekam sendiri dan melakukan observasi jalannya pembelajaran didampingi kolaborator.

C.7. Intervensi Siklus Kaji Tindak

C.7.a. Perencanaan (planning)

Berdasarkan hasil pra obervasi, penulis dan kolaborator mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah untuk peningkatan hasil belajar kritik foto. Secara umum tindakan peningkatan hasil belajar kritik sekaligus mempraktekkan dan menguji coba taksonomi afektif dan taksonomi kognitif.

C.7. b. Pelaksanaan Tindakan

Sistem kritik foto yang akan dibelajarkan pada mahasiswa. Secara singkat rencana penelitian tindakan pada siklus pertama ada tiga tahap . Tahap pertama : Penjelasan kegunaan kritik foto dan perbedaan jenis foto advertising dan foto jurnalistik. Tahap kedua : penjelasan perbedaan foto Sistem kritik foto yang akan dibelajarkan pada mahasiswa. Secara singkat rencana penelitian tindakan pada siklus pertama ada tiga tahap . Tahap pertama : Penjelasan kegunaan kritik foto dan perbedaan jenis foto advertising dan foto jurnalistik. Tahap kedua : penjelasan perbedaan foto

C.7. c. Observasi

Observasi merupakan hal dasar yang menyatu dalam kegiatan penelitian tindakan, maka perlu dikembangkan sistem dan prosedur observasi. Pada penelitian ini akan diamati a) untuk melihat strategi belajar mahasiswa dalam proses pembelajaran berbasis masalah b) melihat pola pemelajar yang tidak berpartisipasi dalam proses pembelajaran berbasis masalah, tes awal dan tes akhir c) sebagai peneliti untuk mendapatkan pengalaman pribadi dan pengetahuan pada topik Cresswell (2008: 596).

C.7. d. Refleksi (Reflecting)

Proses penelitian kaji tindak dimulai dengan sistematik dan refleksi kritis menurut Hendricks 2009 (dalam Davidson 2009:30). Terlibat dalam refleksi akan membuat peneliti mampu mengidentifikasi prakteknya selama penelitian berlangsung. Pada tahap refleksi ini hasil yang didapat pada observasi akan dianalisis. Hasil analisis ini akan digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya.

C.8. Instrumen-Instrumen Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data berupa catatan lapangan dalam penelitian, tes awal berupa tes tertulis, lembar penilaian kritik foto dan tes tertulis.

C.9. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil dari intervensi tindakan pertama diharapkan adanya kenaikan hasil belajar kritik foto. Peningkatan dapat diketahui dari perbedaan antara Hasil dari intervensi tindakan pertama diharapkan adanya kenaikan hasil belajar kritik foto. Peningkatan dapat diketahui dari perbedaan antara

C.10. Teknik Analisis Data

Penelitian kaji tindak ini akan menganalisis dan mengamati fenomena interaksi mahasiswa dengan PBM, interaksi mahasiswa dalam membaca gambar, identifikasi aktivitas kelompok dan pola kolaborasi untuk mengerti proses pemecahan masalah (problem solving) dan menambah pengetahuan tentang belajar pemelajar melalui proses kolaborasi. Desain pembelajaran ini merupakan deskriptif dan interpretatif. Proses eksplorasi kelompok saat memecahkan persoalan tergantung dari sumber data yang berbeda yang biasanya terdiri dari prilaku eksplisit dan implisit. Perilaku eksplisit meliputi aksi verbal dan non verbal. Aksi verbal dapat terjadi saat adanya komunikasi antar kelompok sedangkan aksi non verbal pada pergerakan dan gerak tubuh. Aksi verbal terjadi pula saat pemelajar mengungkapkan pendapatnya saat diminta membaca foto.

C.11. Pengumpulan Data

C.11. a. Sumber data

Peneliti mengambil data dari bebagai sumber termasuk (a) observasi peserta (b) perekaman video dari tugas (c) wawancara dan (d) analisis dokumen., e) tes awal, tes akhir dan pertanyaan sebelum tes (f). Catatan lapangan

C.11.b. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian adalah rencana pembelajaran, tes awal dan tes akhir, daftar pertanyaan, wawancara. Tes awal dan tes akhir sebenarnya adalah instrumen penelitian kuantitatif, tetapi digunakan pada penelitian kaji tindak untuk melihat kemajuan hasil belajar. Menurut Stringer (2007:67) dan Cresswell

(2008:602) yang menyatakan penelitian kaji tindak dapat menggunakan data kuantitatif

C.12. Analisis data

Menurut Cresswell (2008:445) terdapat enam tahap

1. Peneliti mengumpulkan data seperti catatan dan hasil scan.

2. Menyiapkan data untuk dianalisis. Penyiapan pengumpulan data dan analisis dilakukan dengan proses yang simultan.

3. Membaca semua data dengan seksama untuk mendapatkan pandangan tentang materi

4. Memberi kode pada data dan memberi label pada data. Coding adalah proses pengorganisasian data ke dalam chunks

5. Gunakan hasil pengkodean untuk mendapatkan tema atau bahan analisis. Penyajian deskripsi dan tema untuk mempermudah menganalisis data

6. Analisis dan penafsiran dilakukan secara terpadu

C.13. Kalibrasi Intrumen

Metoda triangulasi ini merupakan metoda kualitatif untuk mengecek dan mengejewatahkan validitas dari penelitian. Ada lima tipe triangulasi yaitu data triangulasi, triangulasi penelitian, teori triangulasi, metode triangulasi dan triangulasi lingkungan.

C.14. Keabsahan data

Tiga hal utama yang digunakan oleh penelitian kualitatif yaitu triangulasi, pemantauan anggota (member checking) dan audit.

D. HASIL PENELITIAN

D.1. Deskripsi Hasil Penelitian

D.1.1. Deskripsi Proses Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada penelitian ini akan mengambil tema urban dan persoalan di kota besar yang bisa diangkat sebagai tema foto. Pada pembelajaran tahun sebelumnya, mata kuliah fodes diberi teori tetapi tidak pernah di ujikan. Mahasiswa yang berjumlah 50 orang ini dibagi menjadi 12 kelompok terdiri dari 10 kelompok dengan 4 mahasiswa dan 2 kelompok dengan 5 mahasiswa. Mahasiswa ini mendapat tugas masing-masing membahas sub tema urban yang terdiri dari masalah agama sampai arsitektur di daerah perkotaan. Kedua dua belas kelompok dengan tema besar agama, sosial, kematian, budaya, subject matter tidak teridentifikasi dan sebagainya. Setiap mahasiswa berspesialisasi pada sub topik dan membagi pengetahuannya pada kelompok, sehingga membangun pengetahuan bersama-sama untuk memecahkan persoalan. Cara ini seperti yang pernah diusulkan oleh Wilson (dalam Ho, 2008:110) yang menggunakan aktivitas koloboratif “jigsaw”. Tutor teman sebaya dalam metoda “jigsaw” dapat diadaptasi untuk melibatkan mahasiswa untuk merefleksikan pengertian isi dan mendorong rasa interdependensi dalam belajar berkelompok. .

D.1.2. Deskripsi Desain Intervensi Tindakan Siklus Pertama

D.1.2.a. Perencanaan

Hasil tes awal menunjukkan hasil yang kurang baik pada semua mahasiswa dengan 52% bernilai C dan 48% bernilai D. Penulis dan kolaborator menyiapkan bahan materi yang bertahap sesuai dengan taksonomi fotografi yang diusulkan. Mahasiswa akan ditunjukkan pada awalnya foto-foto advertising (taksonomi 2) dan foto jurnalistik

Tabel 1. Hasil tes kritik foto tes awal dan tes akhir siklus pertama Nilai Ujian Nilai Relatif Tes awal

Tes akhir

Absolut 80-100

(taksonomi3) yang diduga akan mudah dipahami konotasinya dan formnya. Setelah itu, penulis dan kolaborator merencanakan untuk memberikan materi yang pemahamannya dan pesan konotasinya lebih dalam misal tema kesetaraan jender, diskriminasi rasial, agama. Kemudian meningkat lagi pada taksnomi 5 yaitu foto ”abstrak”.

D.1.2.b. Tindakan

Hasil kuiz dari minggu keempat kurang baik maka tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kemampuan kritik sebelum siklus pertama berakhir dengan cara mengulang kuliah kritik foto, membagi edaran kuliah sebelum kuliah berlangsung dan mempercepat keempat kelompok untuk presentasi sehingga mahasiswa melihat dan melakukan sendiri cara membuat kritik foto dalam power point.

D.1.2.c. Observasi

Pelaksanaan kuliah dilaksanakan oleh kolaborator yang bernama KS. Kuliah dengan pembagian kelompok pernah dilakukan pada empat – lima mata kuliah sebelumnya. Kuliah diawali oleh KS dengan menunjukkan foto dan menjelaskan konteks internal, konteks original dan konteks eksternal dari masing-masing foto. Saat menunjukkan foto diadakan ”brainstorming” untuk Pelaksanaan kuliah dilaksanakan oleh kolaborator yang bernama KS. Kuliah dengan pembagian kelompok pernah dilakukan pada empat – lima mata kuliah sebelumnya. Kuliah diawali oleh KS dengan menunjukkan foto dan menjelaskan konteks internal, konteks original dan konteks eksternal dari masing-masing foto. Saat menunjukkan foto diadakan ”brainstorming” untuk

D.1.2.d. Refleksi

Setelah empat kali kuliah kritik foto, interpretasi foto pada pertanyaan ”apa yang anda lihat?”, hampir 90% mahasiswa masih menjawab sama seperti jawaban pada tes awal. Rencana lain penulis dan kolaborator mempercepat persiapan presentasi empat kelompok mahasiswa sehingga bisa terjadi tutor teman sebaya sebelum berakhirnya siklus pertama saat ujian tengah semester (pertemuan ke delapan). Kesalahan kemungkinan besar terjadi karena tidak diberikan edaran kuliah saat presentasi. Hasil ternyata menunjukkan kenaikan hasil belajar pada semua mahasiswa kecuali

12 mahasiswa.

D.1.3. Deskripsi Desain Intervensi Tindakan Siklus Kedua

D.1.3.a. Perencanaan

Penelitian kaji tindak pada siklus pertama berakhir tanggal 8 oktober 2009. Penelitian ini dilanjutkan untuk meneliti apakah pembelajaran berbasis masalah hasil belajar kritik foto pada aliran dan membandingkan dan membedakan bisa ditingkatkan? Tabel 2. Hasil tes kritik foto tes awal dan tes akhir siklus kedua

Nilai Ujian Absolut Nilai Relatif *tes awal Tes akhir 80-100

A 0%

*tes awal dilakukan pada kuliah minggu ke empat dan tes akhir pada minggu ke 14

Hasil tes awal pada minggu ke empat menunjukkan hasil yang kurang baik pada semua mahasiswa dengan 94% bernilai C dan 6% bernilai D (minggu ke empat) dan hasil pada tabel 15 yang menunjukkan 98%- 100% mahasiswa tidak mampu membandingkan dan membedakan karya maestro fotografer. Tambahan pula hasil penentuan aliran dari Maestro Fotografi yang kurang dikuasai. Hal ini kemungkinan besar karena tidak adanya kuliah sejarah seni foto dan tidak pernah diadakan ujian tertulis pada ketiga kuliah fotografi sebelumnya. Penilaian pada ketiga kuliah berbasis dari hasil prakek foto saja dan tidak pernah ada ujian teori.

D.1.3. b. Tindakan

Penulis dan kolaborator bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan kritik foto ini dengan mengulang kuliah sejarah seni foto, memberi tugas kelompok membandingkan dan membedakan tokoh sejarah seni foto, memutar film maestro foto.

D.1.3. c. Observasi

Pelaksanaan kuliah pada siklus dua ini berlangsung lima kali dan diakhiri dengan tes akhir pada pertemuan yang keempat belas. Pada lima kuliah terakhir ini masih berlangsung 9 presentasi kelompok. Saat presentasi kelompok mahasiswa kurang tertarik dan kurang memahami masalah sosial, pence maran lingkungan, kekerasan, homo, sakit jiwa. Presentasi ”subject matter tidak biasa” yang membawakan karya Sandy Skolgund termasuk yang paling diminati. Masalah seks dan kesetaraan jender merupakan paduan Pelaksanaan kuliah pada siklus dua ini berlangsung lima kali dan diakhiri dengan tes akhir pada pertemuan yang keempat belas. Pada lima kuliah terakhir ini masih berlangsung 9 presentasi kelompok. Saat presentasi kelompok mahasiswa kurang tertarik dan kurang memahami masalah sosial, pence maran lingkungan, kekerasan, homo, sakit jiwa. Presentasi ”subject matter tidak biasa” yang membawakan karya Sandy Skolgund termasuk yang paling diminati. Masalah seks dan kesetaraan jender merupakan paduan

D.1.3.d. Refleksi

Setelah tes akhir pada siklus pertama menunjukkan hasil yang baik pada uraian ”form” atau komposisi pada foto tetapi buruk pada membandingkan dan membedakan. Walaupun begitu, mahasiswa mampu mengulas comparing and contrast dari maestro foto saat presentasi. Maka dari hasil observasi tersebut, penelitian dilanjutkan untuk siklus yang kedua.

D.2. Pembahasan Hasil Penelitian

D.2.1. Temuan di siklus pertama

D.2.1. a. Interpretasi F oto dari mahasiswa pada pertanyaan ”apa yang anda lihat?”

Pada tabel 3 dapat dilihat jawaban yang pertama yaitu mengenai subject matter dari foto 78%-98% jawaban pada pertanyaan tes awal menjawab subject matter saja. Subject matter menurut definisi Barret (2006:21) merupakan identifikasi orang, benda, tempat dan kejadian dalam foto. Jawaban deskripsi ”form” pada kelima foto 0%-24% pada tes awal. Hal ini sebenarnya buruk sekali untuk suatu hasil tes. Form menurut Barrett (2006 : 26) adalah ”bagaimana subject matter di presentasikan”. Pertanyaan ”apa yang anda lihat? dianggap sebagian besar mahasiswa Untar sebagai pertanyaan yang tidak langsung pada masalah. Ternyata mahasiswa lebih

mengerti bila pertanyaannya berbunyi ”komposisi apa yang digunakan fo tografer?”.

Tabel 3. Pertanyaan 1 “Apa yang anda lihat ? “

Foto Tak Subyek

son Matter

gkan dan

omi membedaka

n Tes

Tes Tes Post awal

akhir awal Test

*Karya lorna Simpson You are fine

Jawaban mahasiswa setelah 7 kali kuliah ada perbaikan dan meningkat menjadi 64-80% mahasiswa menjawab form dengan benar. Jawaban media yang menurut Barrett (2006: 29) berarti objek seni ini terbuat dari apa?. Pada kelima foto yang ditampilkan tidak ada objek yang khusus, sehingga jawaban mahasiswa cukup menjawab media yang digunakan untuk memotret seperti media film hitam putih atau film warna. Kebanyakan jawaban pada tes akhir lebih baik dan waspada pada media yang digunakan.

Gaya atau aliran menurut Barrett (2006: 29) merupakan pergerakan seniman pada zaman tertentu yang ditandai dengan bagaimana mereka menangani subject matter dan elemen formal. Penentuan aliran dan gaya dari fotografer dibutuhkan pengetahuan sejarah seni fotografi. Mata kuliah sejarah seni fotografi tidak diberikan pada jurusan Desain Komunikasi Visual dan hanya diberikan pada jurusan fotografi. Hal ini yang menyebabkan jawaban mengenai aliran kurang tepat pada tes awal. Jawaban membaik pada saat tes akhir. Walaupun begitu jawaban aliran foto tidak menjadi persoalan pada saat presentasi.

Membandingkan dan membedakan menurut Barrett (2006: 29) adalah membandingkan karya fotografer itu sendiri dan membandingkan dengan karya fotografer lain. Perbandingan ini sering kali ada hubungannya dengan Membandingkan dan membedakan menurut Barrett (2006: 29) adalah membandingkan karya fotografer itu sendiri dan membandingkan dengan karya fotografer lain. Perbandingan ini sering kali ada hubungannya dengan

D.2.1.b. Interpretasi Foto dari mahasiswa pada pertanyaan ”Apa makna dari foto ini ?”

Pertanyaan no 2. Apa makna dari foto ini? Mengambil dari pendapat Barthes yang menggunakan denotasi dan konotasi untuk menjelaskan foto. Menurut Barrett (2006 : 45), pendapat Barthes dapat digunakan untuk semua jenis foto. Penjelasan konotasi berkaitan juga dengan perasaan seseorang pada saat melihat foto. Menurut Roland Barthes informasi verbal sangat penting disamping denotasi dan konotasi. Informasi verbal dari lima foto ini pada foto advertising pakaian Versace dari majalah vogue dan karya foto no 4. Karya Lorna Simpson You’re Fine, 1988. Pada kedua foto tersebut setelah tes akhir menunjukkan kenaikan dari 12-24% sampai 64-76% mahasiswa. Pesan denotasi yang menunjukkan bentuk dari subject matter menurut Barthes. Kebanyakan mahasiswa tidak mempunyai kesulitan dalam menentukan denotasi dari suatu foto. Pesan konotasi dari foto yang akan menjelaskan lebih dari hal yang terlihat mata merupakan bagian penting dalam deskripsi foto. Pesan konotasi inipun berkaitan dengan taksonomi foto yang diusulkan oleh penulis.

Taksonomi 2

Pesan konotasi dari foto fashion dua wanita berpakaian versace ini yang paling mudah ditangkap pesannya. Jawaban mahasiswa bervariasi dari Pesan konotasi dari foto fashion dua wanita berpakaian versace ini yang paling mudah ditangkap pesannya. Jawaban mahasiswa bervariasi dari

Taksonomi 3

Tingkat yang lebih atas yaitu taksonomi 3 pada foto pekerja ladang yang difoto oleh Sebastio Salgado. Pada foto ini 76% mahasiswa menjawab dan sekitar 50% jawabannya benar saat tes akhir. Jawaban mahasiswa bervariasi keras, perjuangan, mencekam, kerja sama, lelah.

Taksonomi 4

Tingkat yang lebih atas yaitu taksnomi 4. Pada karya Lorna Simpson You’re Fine, 1988 merupakan foto yang termasuk sulit ditangkap pesan konotasinya. Foto wanita berkulit hitam yang tidur membelakangi dengan pakaian tidur berwarna putih. Adanya tulisan you are fine, you are hired, tes medis dan lowongan pekerjaan sekretaris di kiri, kanan, atas dan bawah dari foto tersebut. Foto ini bermakna konotasi perjuangan kesetaraan jender dan penolakan diskriminasi rasial yang dialami wanita berkulit hitam. Hal yang pernah dialami oleh Lorna Simpson sendiri. Sekitar 8% saat tes akhir yang menjawab mendekati benar yaitu suram, tidak sehat, tertekan.

Taksonomi 4

Tettons and Snake River oleh Ansel Adams termasuk taksonomi 4. 86% yang memberi jawaban saat tes akhir, tetapi hanya 10% yang menjawab dengan benar yaitu megah. Mahasiswa menjawab indah sekitar 32%, jawaban ini bukan jawaban yang salah sama sekali, hanya jawaban ini biasanya jawaban yang orang pada umumnya akan menjawab bila diperlihatkan foto Ansel Adam.

Tabel 4 . Pertan yaan 2 “ Apa makna dari foto ini? “ Foto Tak Pesan verbal

Pesan Konotasi son Tes

Pesan Denotasi

Tes awal Tes omi awal

Tes

Tes awal

Tes akhir

akhir

akhir

*3 foto karya Lorna Simpson, you are fine.

Taksonomi 5

Karya foto Ireland, 1979 oleh fotografer Harry Callahan yang biasanya memotret benda-benda disekitarnya yang tidak bermuatan politis, sosial dan budaya. Pada foto ini terlihat ada tiang listrik yang menjadi pusat perspektif dan seakan membelah foto menjadi dua sisi. Foto ini tidak terlalu abstrak dan masih terlihat jalan dan gedung yang utuh masih seperti foto arsitektur kota. Pesan konotasi sepi dan kosong dari foto ini masih bisa ditangkap dari mahasiswa sekitar 52% saat tes akhir.

D.2.1.c. Interpretasi Foto dari mahasiswa pada pertanyaan ”Bagaimana anda mengetahui ?”

Pertanyaan bagaimana anda mengetahui? Pertanyaan ini termasuk membingungkan bahkan untuk soal gambar no 1 yaitu gambar wanita yang memasarkan merk Versace tetap sulit ditentukan. 14% mahasiswa tidak menjawab pertanyaan ini. Pada pertanyaan ini sekitar 49-59% mahasiswa menjawab pertanyaan ini dari ekspresi gaya dan pose. Pada foto jurnalistik no

2 kebanyakan mereka tahu dari aktivitas, ekspresi, posisi sekitar 49-59%. Sedangkan pada foto Landscape no 3 mereka tahu dari subject matter, awan,langit, sungai berbentuk huruf s, cahaya tidak biasa dan sebagainya. Pada foto no 4 kebanyakan mahasiswa sekitar 64-69% mengetahui dari tulisan yang menyertai gambar. Pada foto no 5. 26-47% mahasiswa dari tes awal dan tes akhir paling banyak menjawab dari pesan konotasinya yaitu bersih, rapi dan sepi. Tabel 5 Pertanyaan 3 “ Bagaimana anda mengetahui ?”

Fo Subject Form

Pesan Pesan to

Medi

Gaya

Memba Pesan

Denotasi Konotasi

an dan membe dakan

Tes Tes Tes Te T T Te Tes Tes Te Tes Tes Tes Tes Tes Tes awa akhir aw s e e s akh aw s awal akh Awal Akh Awa Akhir

D.2.1.d. Interpretasi foto ”Apa yang unik dari foto ini?”

Pertanyaan ini diambil dari pendapat Roland Barthes (2000: 25) yang menyatakan bahwa pada bagian foto yang seakan menusuk, menyengat kita saat melihat. Elemen ini disebut sebagai punctum dari sebuah foto. Foto no 1 Iklan Versace dalam majalah Vouge ini direspons paling banyak sekitar 19% pada persilangan kaki di bagian bawah dekat logo Versace. Ini terbukti bahwa dalam satu gambar “tension” atau tegangan saat melihat pada dua bentuk kaki yang berpotongan. Setelah itu sekitar 16% mahasiswa memilih ekspresi wajah. Menurut Arnheim (1974:42), penelitian pada suku yang buas, binatang dan bayi sekalipun dapat mengenali tanda dari beberapa garis dan dua titik mata sebagai wajah seseorang. Perubahan sedikit saja pada wajah seseorang yang terlihat lelah akan dapat diamati dengan seksama oleh manusia lain. .

Pada foto no 2 pekerja ladang berkulit hitam yang difoto oleh Sebastio Salgado direspons terbanyak berjumlah 28%. Respons tersebut menyatakan dua orang, dua orang yang mirip, dua orang akan menyiksa, pusat perhatian pada orang, semak seperti kayu, golok diatas kepala dan orang hitam.

Menurut Arnheim (1974 : 42), manusia bisa melihat dan membedakan bentuk hingga tidak terhingga. Respons mahasiswa melihat bentuk dua orang yang sedang menyabit ini dilihat dari berbagai sudut. Ada yang melihat goloknya, ada yang melihat orang hitam.

Pada foto karya Lorna Simpson You’re Fine, 1988. 26% mahasiswa merespons pembagian pada foto wanita yang berbaring tersebut. Pembagian foto yang seperti dalam bentuk persegi dipotong. 18,2% mahasiswa merespons teks sebagai bagian yang penting dalam foto ini. Seperti dikatakan Roland Barthes bahwa teks menambah arti pada foto (Barthes, 2000).

Pada foto Tettons and Snake River oleh Ansel Adams direspons 30% yang menyatakan bentuk sungai huruf S, bentuk gunung, awan, pohon silhuet sebagai yang tertinggi. Setelah itu kontras warna direspons 29% dari mahasiwa. Kontras warna pada foto Ansel Adams berupa warna hitam putih dan terlihat menyolok antara gunung yang nyaris gelap dan langit yang terang.

Pada foto karya Harry Callahan berjudul Ireland. 16% mahasiswa merespons perspektif sebagai yang paling unik pada foto abstrak ini. Warna rumah merah diresons sekitar 11% sedangkan 11% mahasiswa lain hanya menyebut warna. Kelima foto yang disebutkan sebelumnya selalu direspons oleh mahasiswa yang terbanyak adalah tentang bentuk, warna dan gerak tubuh. Sedangkan masalah konotasi dari gambar bukan hal yang unik. Hanya pada foto berjudul Ireland karya Harry Callahan yang direspons lebih banyak pada perspektifnya. Kemungkinan besar mahasiswa kurang bisa merasakan atau mengetahui konotasi foto abstrak dan lebih berusaha melihat komposisi pada foto abstrak ini.

D.2.2. Temuan di siklus kedua D.2.2. Temuan di siklus kedua

Interpretasi foto ”apa yang anda lihat”? Pada foto dalam tabel ini sebenarnya masih masuk dalam siklus pertama pada minggu keempat (tes akhir dari siklus pertama pada minggu ke delapan). Pada kelima foto tersebut sekitar 94-100% masih menjawab disekitar subject matter. Pada tes akhir mahasiswa mengalami banyak kemajuan dan hanya 38-56% dari mahasiswa yang menjawab subject matter dan itupun disertai dengan jawaban ”form”. Pada foto no 2 Minamata oleh W.Eugene Smith. Seorang anak yang kurus ceking korban kelaparan digendong oleh seorang ibu. (korban keracunan merkuri – deskripsi sujbect matter). Sudut pengambilan foto dari depan. Komposisi berpusat ke arah anak dan ibu. Kontras yang tinggi, media foto hitam puith (deksripsi form). Gaya foto mempunyai kemiripan dengan Hiroshi Sugimoto dari segi kontras yang tinggi, tetapi tema foto sangat berbeda. Aliran foto realis (jawaban salah satu mahasiswa bernama YS)

Pada foto no 3, Foto Three Graces, 1994 oleh Sally Mann, jawaban YS yang langsung membandingkan dengan gaya foto Cindy Sherman yang memotret tema jender. Media foto sephia. Pusat perhatian pada ketiga perempuan tersebut. Komposisi geometris dari lekuk tubuh ketiga wanita. Sudut pemotretan dari depan dengan latar belakang gunung (deskripsi ”form”).

Pada foto no 4. New Hamburg Boat marina, 1983 oleh Robert Glenn Ketchum Foto ini seperti didaerah perindustrian. Cahaya yang digunakan datar, sudut pemotretan dari depan. Komposisi berat dikanan karena peralatan industri ada di kanan sedangkan di kiri kosong. Aliran foto realis (lebih tepat disebut kontemporer). Foto ini mempunyai kemiripan dengan karya fotografer Lewis Hines yang mengangkat tema Industri (membandingkan dan membedakan) .

Pada foto no 5. Piedras-Destinos oleh Maria Martinez-Canas. Mahasiswi YS membandingkan dengan karya Robert Mapplethorpe dan menyatakan tema yang sangat berbeda. Fotografer Maria dianggap mengetahui mengabstrakan sebuah pohon yang masih bisa terlihat walaupun abstrak. Cahaya datar dari depan dan pusat perhatian pada batang pohon. Walaupun YS merupakan satu-satunya mahasiswi yang membandingkan paling tepat, tetapi kekurangannya tidak ada menjawab siapa pembuat karya ke lima foto tersebut. Secara keseluruhan jawaban mahasiswa mengalami kemajuan pada siklus kedua terutama dalam jawaban ”form”, walaupun hanya 4-8% yang mencoba membandingkan dan membedakan foto.

Tabel 6 Pertanyaan 1 “Apa yang anda lihat ? “ Foto Tak Subject

son Matter

gkan dan

omi membedaka

n Tes

Tes Tes Tes awal

akhir awal akhir

*Karya Sally Mann

D.2.2.b. Interpretasi Foto dari mahasiswa pada pertanyaan ”Apa makna dari foto ini ?”

Jawaban mahasiswa pada umumnya berbeda pada kelima foto. Pada foto pertama iklan gudang garam, jawaban konotasi mahasiswa bervariasi dari nikmat sewaktu bersantai, suasana hangat dan nyaman, macho, nikmat gudang garam, dingin, tenang, kuat, klasik, lelaki harus mempunyai tujuan. Walaupun jawaban berbeda paling banyak menjawab macho 33-50%. Pada Jawaban mahasiswa pada umumnya berbeda pada kelima foto. Pada foto pertama iklan gudang garam, jawaban konotasi mahasiswa bervariasi dari nikmat sewaktu bersantai, suasana hangat dan nyaman, macho, nikmat gudang garam, dingin, tenang, kuat, klasik, lelaki harus mempunyai tujuan. Walaupun jawaban berbeda paling banyak menjawab macho 33-50%. Pada

Pada foto no 2 Minamata oleh W.Eugene Smith yang termasuk taksonomi 3. Foto seorang ibu yang memandikan anaknya di tempat mandi khusus orang jepang ini merupakan gambar yang memilukan karena kondisi anak yang keracunan merkuri. Foto inipun hampir dijawab dengan berbeda- beda kesakitan, sedih, derita, miskin dan jawaban lainnya. Sekitar 94% dijawab baik tes awal maupun tes akhir dengan benar.

Pada foto no 3, Foto Three Graces, 1994 oleh Sally Mann yang termasuk taksonomi 4. Foto ini masih lebih mudah dibandingkan dengan karya Lorna Simpson. Jawaban konotasi kesetaraan jender meningkat dari 15% ke 34% setelah diadakan pembelajaran. Hal inipun membuktikan pentingnya pembelajaran yang holistik dan bisa dibelajarkan pada mahasiswa seni rupa di Untar.

Pada foto no 4. New Hamburg Boat marina, 1983 oleh Robert Glenn Ketchum yang termasuk taksonomi no 4. Pada foto ini sekitar 88% mahasiswa menjawab berbeda-beda. Hanya sekitar 20% mahasiswa yang menjawab dengan benar yaitu pencemaran lingkungan, protes terhadap lingkungan yang rusak. Masalah pencemaran lingkungan, pemanasan global dan pengetahuan umum sejenis masih kurang dikuasai dan diminati oleh mahasiswa.

Tabel 7. Pertanyaan 2 “ Apa makna dari foto ini “ Foto Tak Pesan verbal

Pesan Konotasi son Tes

Pesan Denotasi

Tes Tes akhir omi awal

Tes

Tes awal

Tes akhir

akhir

awal

*3 foto karya Sally Mann

Pada foto no 5. Piedras-Destinos oleh Maria Martinez-Canas termasuk taksonomi no 5. Pada foto ini tidak mudah untuk mengetahui subject matter dari foto ini. Maria menyusun dari potongan foto yang dipotong-potong. Bentuk abstrak ini sulit diinterpretasikan secara konotasi, tetapi mahasiswa tidak mengalami kesulitan untuk mendeksripsi ”form”. Walaupun tetap lebih sulit dibandingkan mendeskripsi form dari foto jurnalistik atau foto komersial. Pada foto ini dibutuhkan pengetahuan konteks original dan konteks eksternal dari foto ini, sehingga bisa diinterpretasikan konotasinya saat pembelajaran.

D.2.2.c. Interpretasi Foto dari mahasiswa pada pertanyaan ”Bagaimana anda mengetahui ?”

Interpretasi pada pertanyaan “Bagaimana anda mengetahui?”. Pada siklus ke dua ada peningkatan pada jawaban terutama pada gaya dan membandingkan dan membedakan dari foto. Pada foto no 1 iklan Gudang garam dibandingkan dengan Henry Cartier Bresson dan Cindy Sherman suatu usaha yang baik, tetapi jawaban itu terlalu jauh. Karya jurnalistik dan “fine art” dibandingkan dengan karya foto komersial agak terlalu jauh perbandingannya. Lebih tepat dibandingkan dengan karya foto iklan yang sejenis dan mirip yaitu iklan rokok Marlborough.

Tabel 8. Pertanyaan 3 “ Bagaimana anda mengetahui?”

Fo Subject Form

Pesan Pesan to

Mediu Gaya

Memba Pesan

Denotasi Konotasi

kan dan membe dakan

akhir aw

akh awal akh awa akhir

D.2.2.d. Interpretasi foto ”Apa yang unik dari foto ini?”

Pertanyaan apa yang unik dari foto ini? Pada siklus kedua dari penelitian ini menghasilkan jawaban yang kurang lebih sama dengan jawaban pada siklus pertama. Pada foto no 1 yaitu foto iklan Rokok Jarum, jawaban kontras warna hangat dan dingin, aksen warna kuning dan biru, dominan warna biru, pusat perhatian pada warna biru dan merah sekitar 20% dari mahasiswa. Jawaban yang lebih ke arah bentuk yaitu ekspresi dingin, ruang sempit, banyak media dan sosok pria sekitar 5%.

Pada foto Minamata oleh W.Eugene Smith, mahasiswa menjawab ekspresi wajah sekitar 17% dan kontras gelap terang dari foto sekitar 20%. Hanya sekitar 10% mahasiswa memperhatikan bentuk anak pada foto tersebut. .

Persepsi mahasiswa pada foto Three Graces, 1994 oleh Sally Mann Ini lebih melihat pada tingkah atau aktivitas tiga perempuan telanjang yang buang air seni dengan berdiri sekitar 17%. Hasil ini berbeda dengan foto you are fine dari Lorna Simpson. Pembagian bentuk foto yang dibagi menjadi 4 bagian itu yang menjadi persepsi utama. Dua foto dengan tema yang sama akan dipersepsikan berbeda oleh mahasiswa yang sama.

Persepsi warna sekitar 35% mahasiswa saat melihat foto New Hamburg Boat marina, 1983 oleh Robert Glenn Ketchum. Hanya 12% mahasiswa memperhatikan bentuk jembatan roboh, dan benda-benda lainnya.

Persepsi pada susunan dan komposisi yang dijawab 26% mahasiswa saat melihat foto Piedras-Destinos oleh Maria Martinez-Canas. Hasil ini memperlihatkan setiap foto akan dipersepsikan secara berbeda walaupun tetap selalu ada yang dominan antara warna, bentuk, ekspresi, susunan, kontras gelap dan terang.

E. Model PBM

Dari uraian sebelumnya, pembelajaran berbasis masalah ini diterapkan pada

50 mahasiswa DKV, fakultas seni rupa dan desain Universitas Tarumanagara. Model PBM yang dihasilkan secara berurut mencakup 6 tahap dari 1 sampai dengan 6 pada siklus pertama dan 2 tahap dari tahap 5 sampai dengan 6 pada siklus kedua (Gb. 1). Observasi dan refleksi mengikuti gambar 1.

Tahap 1. Penyiapan materi belajar