Analisis Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2011)

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obligasi

2.1.1 Pengertian Obligasi

Secara umum, obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang masyarakat yaitu di atas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi.

Menurut Abdul Halim (1993:12) ciri – ciri obligasi antara lain: 1. Jaminan aktiva

Surat obligasi tidak dijamin dengan aktiva tertentu namun pemegang surat obligasi berhak atas aktiva-aktiva perusahaan bilamana bunga dan pokok pinjaman tidak dapat dibayar oleh perusahaan

2. Jatuh tempo

Surat obligasi mempunyai jatuh tempo atau masa pelunasan tertentu. 3. Kupon

Umumnya surat obligasi dilampiri kupon-kupon yang berisi tanggal-tanggal pengambilan bunga.


(2)

2.1.2 Jenis Obligasi

Menurut M.Samsul (2006:217) terdapat beberapa jenis obligasi yang dikenal dalam perdagangan di bursa efek antara lain:

a. Government bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. b. Corporate bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan.

c. Convertible bonds adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham perusahaan penerbit obligasi.

d. Municipal bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh Kotapraja atau Kotamadya.

e. Serie bonds adalah obligasi yang diterbitkan melalui beberapa tahapan. f. Serial bonds adalah obligasi yang pelunasannya dilakukan secara angsur. g. Term bonds adalah obligasi yang diterbitkan dan dilunasi sekaligus.

h. Balloon bonds adalah obligasi yang pelunasannya dimulai dari sedikit dan semakin lama semakin besar.

i. Euro bonds adalah obligasi dalam mata uang asing US$ dan beredar di luar Amerika Serikat.

j. Puttable bonds adalah obligasi yang pelunasannya dapat diminta dengan segera oleh pemegang obligasi sebelum jatuh tempo, tetapi sesudah protection period. k. Callable bonds adalah obligasi yang dapat dilunasi oleh emiten sebelum jatuh

tempo tetapi sesudah protection period.


(3)

m. Unsecured bonds adalah obligasi tanpa jaminan aktiva atau tanpa guarantor. n. Bearer bonds adalah obligasi atas pembawa yang dapat diperjualbelikan

antarinvestor tanpa melalui perantara.

o. Registered bonds adalah obligasi atas nama yang harus diperjuabelikan melalui bursa efek.

p. Zero coupon bonds adalah obligasi tanpa kupon. Obligasi ini dijual dengan harga diskon (at discount) dan dilunasi dengan harga nominal. Obligasi yang membayar kupon disebut coupon bonds, dimana pembayarannya dapat dilakukan secara triwulanan dan tengah tahunan.

Sedangkan surat utang yang tercatat di BEI terdiri dari :

1. Obligasi Korporasi adalah obligasi yang di terbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional termasuk BUMN dan BUMD.

2. Surat Utang Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, terdiri dari:

o Obligasi Negara (termasuk Obligasi Negara Retail/ORI) o Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

3. Sukuk Korporasi adalah Instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan Bapepam&LK Np.IX.A.13 tentang Efek Syariah.Pendapatan Sukuk Korporasi berdasarkan akad-akad yang tertuang dalam ketentuan Bapepam&LK tentang Akad-akad Efek Syariah.


(4)

4. Surat Berharga Syariah Negara/SBSN atau Sukuk Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah yang berdasarkan Syariah Islam sesuai dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

5. Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan dengan Underlying Aset sebagai dasar penerbitan.

2.2 Bond Rating

2.2.1 Pengertian Bond Rating

Secaraumum, bond rating dapat diartikan sebagai suatu tingkat pengukuran kualitas dan keamanan dari sebuah obligasi(bond) yang diterbitkan yang didasarkan pada kondisi finansial dari bond issuer. Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:18) Bond rating diartikan sebagai skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan dimana skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi investor.

Yayan (2006) menyebutkan bahwa terdapat beberapa pengertian bond rating seperti:

a. Moody’s (1984), menyatakan bahwa pemeringkat didesain secara ekslusif untuk tujuan mencapai obligasi (bond) yang sesuai dengan kualitas investasi. b. Standard & Poor’s (1984), menyatakan bahwa peringkat hutang perusahaan

maupun municipal adalah penilaian asset saat ini atas kewajaran kelayakan kredit dari penerbit obligasi dengan menekankan pada obligasi tertentu.


(5)

c. Australian rating (1984) menyatakan bahwa peringkat hutang perusahaan memberikan sistem garansi yang sederhana kepada peminjam tentang kemampuan membayar bunga dan hutangnya tepat waktu.

d. PT.Pefindo (1997) menyatakan bahwa pada umumnya peringkat obligasi merupakan indikator kemungkinan pembayaran bunga dan hutangnya tepat waktu, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

2.2.2.Manfaat Bond Rating

Adapun beberapa manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut:

a. Informasi resiko investasi. Dengan adanya rating maka diharapkan dapat memberikan informasi tentang resiko yang ada sehingga investor dapat mengambil keputusan yang lebih tepat.

b. Rekomendasi investasi. Dengan adanya informasi rating maka diharapkan dapat memberikan rekomendasi tentang obligasi mana yang lebih baik sehingga dapat melakukan strategi investasi yang tepat.

c. Perbandingan hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain.

Bagi emiten, manfaat adanya rating diantaranya:

a. Informasi posisi bisnis. Dengan adanya informasi rating maka pihak perusahaan (emiten) dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan lain sejenisnya.


(6)

b. Menentukan struktur obligasi. Dengan adanya informasi rating maka dapat diketahui kelebihan dan kelemahan manajemen sehingga bisa menentukan struktur obligasi yang akan diterbitkan meliputi suku bunga, jens obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligsi serta berbagai struktur pendukung lainnya.

c. Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup bagus maka kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan alternatif.

d. Alat pemasaran. Dengan adanya informasi rating yang bagus, maka dapat menjadi daya tarik perusahaan bagi investor.

e. Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independen akan membuat investor merasa lebih aman sehingga kepercayaan investor dapat terjaga dengan baik.

Manfaat umum lain dengan adanya proses pemeringkatan ini antara lain:

1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut berbagai macam obligasi akan menciptkan pasar obligasi yang sehat dan transparan.

2. Efisiensi biaya. Hasil rating yang baik biasanya memberikan keuntungan yaitu menghindarkan kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan seperti penyediaan sinking fund (jaminan aset).


(7)

3. Menentukan besarnya coupon. Semakin bagus hasil peringkatnya maka semakin rendah nilai coupon, begitu juga sebaliknya.

4. Memberikan informasi yang objektif dan independen menyangkut kemampuan pembayaran utang, tingkat resiko investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkat utang tersebut.

5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada umumnya.

2.2.2 Aspek Pemeringkatan

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses pemeringkatan obligasi adalah:

1. Kinerja industri. Dalam aspek ini akan dibahas mengenai persaingan industri, prospek dan pangsa pasar, adanya ketersediaan bahan baku, struktur industri yang kuat, pengaruh kebijakan pemerintah dan kebijakan ekonomi lainnya. 2. Kinerja keuangan. Dalam apek ini akan dibahas mengenai aspek kualitas aset,

rasio profitabilitas, pengelolaan aset dan passiva, rasio kecukupan modal, tingkat pengelolaan modal, pengelolaan hutang, dan rasio kecukupan pembayaran bunga.

3. Kinerja non-keuangan. Dalam aspek ini akan dibahas mengenai aspek manajemen, reputasi perusahaan, serta perjanjian indenture (meliputi sinking fund, debt test, dividend test, merger, dan sales of asset)


(8)

2.2.3 Lembaga Pemeringkat

Pihak institusi yang memberikan evaluasi dan penilaian atas rating pada umumnya disebut lembaga pemeringkat (rating company). Seperti Standard & Poor’s (S&P), Moody’s, Fitch dan sebagainya. Di Indonesia, lembaga pemeringkat yang diakui yaitu PT.Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia), Moody’s Indonesia (sebelumnya PT.Kasnic Credit Rating Indonesia) dan Fitch Indonesia.

Terdapat beberapa peringkat hutang menurut PT.Pefindo antara lain:

a. Peringkat idAAA

Peringkat ini merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas dan kemampuan yang superior untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.

b. Peringkat idAA

Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.

c. Peringkat idA

Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Sekuritas hutang ini lebih mudah


(9)

terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang dengan peringkat yang lebih tinggi.

d. Peringkat idBBB

Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang cukup untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Perubahan kondisi ekonomi dianggap dapat melemahkan kapasitas obligor dalalm memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya.

e. Peringkat idBB

Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang agak lemah untuk memenuhi komitmen jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya.

f. Peringkat idB

Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relative terhadap obligor Indonesia lainnya. Walaupun obligor memiliki kapasita untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi


(10)

lainnya dapat melemahkan kapasitas (willingness) pemenuhan kewajiban obligor tersebut.

g. Peringkat idCCC

Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang rentan untuk tidak memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadp obligor Indonesia lainnya.

h. Peringkat idD

Peringkat ini menggambarkan obligor tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi komitmen financial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi default (gagal bayar).

Pada peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasikan menggunakan notasi plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori peringkat tersebut.

Adapun yang disebut dengan rating outlook adalah penilaian atas propek jangka menengah dan panjang mengenai penerbit obligasi (obligor) yang diperingkat. Dalam penentuannya, rating outlook mengevaluasi perubahan kondisi perekonomian serta bisnis dari obligor tersebut. Penilaian rating outlook tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan credit alert atas sekuritas yang diperingkat. Beberapa istilah yang digunakan adalah sebagai berikut:


(11)

Tabel 2.1

Outlook dalam Bond Rating

Outlook Defenisi

Positif Rating diperkirakan mengalami peningkatan Negatif Rating diperkirakan mengalami penurunan Stabil Rating diperkirakan tidak berubah

Developing Rating diperkirakan dapat mengalami baik

peningkatan maupun penurunan

Rating(peringkat) obligasi diklasifikasikan menjadi 2 kelas umum yaitu:

a. Investment grade. Kelas ini mengindikasikan bahwa obligasi yang ditawarkan memiliki resiko gagal bayar (default risk) yang lebih kecil.

b. Speculative grade. Kelas ini mengindikasikan bahwa obligasi yang ditawarkan memiliki resiko gagal bayar yang lebih besar.

Gambaran kelas dari peringkat obligasi menurut S&P, Moody’s dan PT.Pefindo dari Nugraha (2010) dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2

Pembagian Berdasarkan Rating Class

S&P Moody’s Pefindo Highest Grade

Investment Grade High Grade

Upper Medium Grade Medium Grade AAA AA (+,none,-) A (+,none,-) BBB (+,none,-) Aaa Aa (1,2,3) A (1,2,3) Baa (1,2,3) AAA AA (+,none,-) A (+,none,-) BBB (+,none,-) Lower Medium Grade

Speculative Grade Speculative Poor Standing Highly Speculative Lowest Quality In Default BB (+,none,-) B (+,none,-) CCC (+,none,-) CC C D Ba (1,2,3) B (1,2,3) Caa (1,2,3) Ca C BB (+,none,-) B (+,none,-) CCC D


(12)

Nugraha (2010) menyatakan bahwa investment grade mengacu pada grade yang memiliki default probability di bawah 10%. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa peringkat obligasi dalam kategori ini memiliki default probability yang rendah sehingga dianggap layak menjadi suatu sekuritas yang bersifat investasi. Sebaliknya speculative grade mengacu pada grade yang memiliki default probability 10% ke atas. Obligasi dengan peringkat ini memiliki default probability yang dianggap cukup tinggi sehingga bersifat speculative bagi para pelaku pasar modal.

2.3. Saham

2.3.1.Pengertian Saham

Saham merupakan salah satu instrumen dalam pasar modal. Menurut Mohammad Samsul (2006:45), saham dapat didefenisikan sebagai tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebgai pemegang saham (shareholder atau stockholder).

2.3.2.Jenis Saham

Menurut Mohammad Samsul (2006:45) jenis-jenis saham dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pemegang saham preferen akan lebih didahulukan.


(13)

Perhitungan indeks saham didasarkan pada harga saham biasa. Pemegang saham biasa yang hanya memiliki hak suara dalam RUPS.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen adalah jenis saham yang memiliki hak erlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga pemegang saham ini akan menerima laba dua kali. 2.3.3.Harga Saham

Harga saham dapat diartikan sebagai harga terakhir (penutupan) yang terbentuk sebagai akibat dari mekanisme penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar modal.

Menurut Hernawati dan Setyaningsih (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi harga pasar saham antara lain:

1. Proyeksi laba per lembar saham

Yang dimaksud dengan proyeksi laba per saham adalah nilai pendapatan per saham (earning per share/EPS) yang nilainya diperoleh dengan membagi jumlah yang diperoleh perusahaan dengan jumlah saham yang beredar.


(14)

2. Saat diperolehnya laba

Saat diperolehnya laba sangat menentukan harga saham. Laba yang besar dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut sehat dan layak investasi sehingga dapat mengakibatkan kenaikan harga saham

3. Tingkat resiko dengan proyeksi laba

Apabila tingkat resiko terhadap laba yang akan didapat di masa mendatang bernilai kecil, maka hal ini akan memberikan nilai positif terhadap kenaikan harga saham. Sebaliknya jika tingkat resiko tidak sebanding dengan laba yang diharapkan diperoleh di masa mendatang, maka hal ini akan menmberikan nilai negative terhadap harga saham.

4. Proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas

Apabila proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) bernilai kecil maka hal ini berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar hutang

5. Kebijakan pembagian deviden

Dengan posisi likuiditas yang lebih kuat maka perusahaan akan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk membayar deviden. Akan tetapi beberapa perusahaan yang memperoleh laba tidak membayar dividen untuk digunakan sebagai cadangan terhadap hal-hal yang tidak pasti di masa depan.

6. Kendala eksternal


(15)

maka akan menarik minat investor sehingga dapat membantu meningkatkan harga pasar.

2.4. Volume Perdagangan

Volume perdagangan dapat diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangkan atau ditransaksikan pada kurun waktu tertentu. Volume perdagangan dapat menjadi ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan dan dapat juga mngindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut.

Edward (2011) menjelaskan bahwa Trading Volume Activity merupakan sautu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal. Besarnya variabel volume perdagangan dapat diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang harian dengan melihat aktivitas volume perdagangan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Aiky (2010) dijelaskan tentang penelitian awal mengenai dampak bond rating terhadap return saham yang dilihat dari harga sahamnya yang dilakukan antara lain oleh Pinches dan Singleton (1978), Weinstein (1977), serta Wakemen (1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada dampak signifikan akibat pengumuman bond rating terhadap harga saham.Penelitian dari Holthausen dan Leftwich (1986) menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Dengan menggunakan data saham periode 1977 – 1982 dan data bond rating yang


(16)

dikeluarkan oleh Moody’s dan S&P, penelitian ini memperlihatkan adanya dampak signifikan terhadap harga akibat adanya penurunan peringkat (downgrade). Namun untuk kenaikan peringkat (upgrade) obligasi tidak ditemukan adanya reaksi yang signifikan tehadap harga saham.

Jorion dan Zhang (2007) melakukan pengujian peringkat obligasi terhadap perubahan harga saham. Dengan menggunakan metode merton yang menghubungkan perubahan probabilitas default terhadap perubahan harga saham, maka diperoleh hasil adanya reaksi pasar yang lebih signifikan pada perubahan rating downgrade dibandingkan dengan reaksi pasar ketika terjadi rating upgrade.

Penelitian juga dilakukan oleh Pefindo. Penelitian menggunakan data dari tahun 1996-2006. Hasil statistik penilitian mempunyai implikasi terhadap perubahan harga saham yang terjadi, dimana obligasi dengan peringkat yang rendah mempunyai resiko yang tinggi, sebagai akibatnya investor mengharapkan tingkat keuntungan yang tinggi juga sebanding dengan resiko yang ditanggung. Ketika peringkat obligasi turun sampai pada rating yang tidak layak investasi maka investor kemungkinan akan menjual saham yang dimiliki karena resiko gagal bayar menjadi lebih tinggi. Pada kondisi ini, terjadi peningkatan penawaran dan penurunan permintaan terhadap saham obligasi dengan peringkat yang rendah. Oleh karena itu akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada harga saham perusahaan.


(17)

Dalam penelitian Yan, Wang dan John (2007) dengan menggunakan sampel dari tahun 1996 – 2004 dimana terdapat 279 upgrade dan 310 downgrade menemukan bahwa perubahan peringkat mempengaruhi persepsi investor terhadap keterbukaan perusahaan sehingga memperngaruhi informasi perdagangan yang asimetris dan resiko informasi lainnya.

Dalam penelitian Amirah menyebutkan bahwa Pratiwi (2002) menguji pengaruh pengumuman peringkat obligasi terhadap return saham dan volume perdagangan. Dengan menggunakan 10 sampel perusahaan yang mengalami penurunan peringkat obligasi tahun 1997-1999. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat abnormal return pada 1 hari sebelum dan sesudah pengumuman penurunan peringkat obligasi, serta terdapat penurunan rata-rata volume perdagangan harian pada hari pengumuman dibandingkan dengan hari di luar pengumuman penurunan peringkat obligasi.

Penelitian lainnya dari Lestari (2003) dimana mengambil sampel dari 12 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang melakukan pengumuman bond rating pada periode 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman bond rating tidak berdampak terhadap aktifitas volume perdagangan saham sebelum, saat dan sesudah pengumuman bond rating.


(18)

2.4. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

2.5. Hipotesis Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengeluarkan informasi peringkat obligasi dengan periode pengamatan dari tahun 2008 sampai dengan 2011 dan penelitian ini hanya menguji pengaruh pengumuman peringkat obligasi terhadap harga saham dan volume perdagangan. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. �1:Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham sebelum dan saat pengumuman bond rating

2. �2: Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham pada saat dan setelah pengumuman bond rating

3. �3:Terdapat perbedaan yang signifikan antara Harga saham sebelum dan setelah pengumuman bond rating

Pengumuman Bond Rating

Harga Saham

Volume Perdagangan


(19)

4. �4: Terdapat perbedaan yang signifikan antara Volume perdagangan sebelum dan saat pengumuman bond rating

5. �5: Terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saat dan setelah pengumuman bond rating

6. �6: Terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan sebelum dan setelah pengumuman bond rating


(1)

2. Saat diperolehnya laba

Saat diperolehnya laba sangat menentukan harga saham. Laba yang besar dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut sehat dan layak investasi sehingga dapat mengakibatkan kenaikan harga saham

3. Tingkat resiko dengan proyeksi laba

Apabila tingkat resiko terhadap laba yang akan didapat di masa mendatang bernilai kecil, maka hal ini akan memberikan nilai positif terhadap kenaikan harga saham. Sebaliknya jika tingkat resiko tidak sebanding dengan laba yang diharapkan diperoleh di masa mendatang, maka hal ini akan menmberikan nilai negative terhadap harga saham.

4. Proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas

Apabila proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) bernilai kecil maka hal ini berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar hutang

5. Kebijakan pembagian deviden

Dengan posisi likuiditas yang lebih kuat maka perusahaan akan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk membayar deviden. Akan tetapi beberapa perusahaan yang memperoleh laba tidak membayar dividen untuk digunakan sebagai cadangan terhadap hal-hal yang tidak pasti di masa depan.

6. Kendala eksternal

Kendala eksternal seperti kondisi perekonomian, pajak maupun hal-hal yang lain. Apabila perekonomian dalam kondisi perekonomian dalam kondisi yang baik


(2)

maka akan menarik minat investor sehingga dapat membantu meningkatkan harga pasar.

2.4. Volume Perdagangan

Volume perdagangan dapat diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangkan atau ditransaksikan pada kurun waktu tertentu. Volume perdagangan dapat menjadi ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan dan dapat juga mngindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut.

Edward (2011) menjelaskan bahwa Trading Volume Activity merupakan sautu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal. Besarnya variabel volume perdagangan dapat diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang harian dengan melihat aktivitas volume perdagangan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Aiky (2010) dijelaskan tentang penelitian awal mengenai dampak bond rating terhadap return saham yang dilihat dari harga sahamnya yang dilakukan antara lain oleh Pinches dan Singleton (1978), Weinstein (1977), serta Wakemen (1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada dampak signifikan akibat pengumuman bond rating terhadap harga saham.Penelitian dari Holthausen dan Leftwich (1986) menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya.


(3)

dikeluarkan oleh Moody’s dan S&P, penelitian ini memperlihatkan adanya dampak signifikan terhadap harga akibat adanya penurunan peringkat (downgrade). Namun untuk kenaikan peringkat (upgrade) obligasi tidak ditemukan adanya reaksi yang signifikan tehadap harga saham.

Jorion dan Zhang (2007) melakukan pengujian peringkat obligasi terhadap perubahan harga saham. Dengan menggunakan metode merton yang menghubungkan perubahan probabilitas default terhadap perubahan harga saham, maka diperoleh hasil adanya reaksi pasar yang lebih signifikan pada perubahan rating downgrade dibandingkan dengan reaksi pasar ketika terjadi rating upgrade.

Penelitian juga dilakukan oleh Pefindo. Penelitian menggunakan data dari tahun 1996-2006. Hasil statistik penilitian mempunyai implikasi terhadap perubahan harga saham yang terjadi, dimana obligasi dengan peringkat yang rendah mempunyai resiko yang tinggi, sebagai akibatnya investor mengharapkan tingkat keuntungan yang tinggi juga sebanding dengan resiko yang ditanggung. Ketika peringkat obligasi turun sampai pada rating yang tidak layak investasi maka investor kemungkinan akan menjual saham yang dimiliki karena resiko gagal bayar menjadi lebih tinggi. Pada kondisi ini, terjadi peningkatan penawaran dan penurunan permintaan terhadap saham obligasi dengan peringkat yang rendah. Oleh karena itu akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada harga saham perusahaan.


(4)

Dalam penelitian Yan, Wang dan John (2007) dengan menggunakan sampel dari tahun 1996 – 2004 dimana terdapat 279 upgrade dan 310 downgrade menemukan bahwa perubahan peringkat mempengaruhi persepsi investor terhadap keterbukaan perusahaan sehingga memperngaruhi informasi perdagangan yang asimetris dan resiko informasi lainnya.

Dalam penelitian Amirah menyebutkan bahwa Pratiwi (2002) menguji pengaruh pengumuman peringkat obligasi terhadap return saham dan volume perdagangan. Dengan menggunakan 10 sampel perusahaan yang mengalami penurunan peringkat obligasi tahun 1997-1999. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat abnormal return pada 1 hari sebelum dan sesudah pengumuman penurunan peringkat obligasi, serta terdapat penurunan rata-rata volume perdagangan harian pada hari pengumuman dibandingkan dengan hari di luar pengumuman penurunan peringkat obligasi.

Penelitian lainnya dari Lestari (2003) dimana mengambil sampel dari 12 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang melakukan pengumuman bond rating pada periode 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman bond

rating tidak berdampak terhadap aktifitas volume perdagangan saham sebelum, saat


(5)

2.4. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

2.5. Hipotesis Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengeluarkan informasi peringkat obligasi dengan periode pengamatan dari tahun 2008 sampai dengan 2011 dan penelitian ini hanya menguji pengaruh pengumuman peringkat obligasi terhadap harga saham dan volume perdagangan. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. �1:Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham sebelum dan saat pengumuman bond rating

2. �2: Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham pada saat dan setelah pengumuman bond rating

3. �3:Terdapat perbedaan yang signifikan antara Harga saham sebelum dan setelah pengumuman bond rating

Pengumuman Bond Rating

Harga Saham

Volume Perdagangan


(6)

4. �4: Terdapat perbedaan yang signifikan antara Volume perdagangan sebelum dan saat pengumuman bond rating

5. �5: Terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saat dan setelah pengumuman bond rating

6. �6: Terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan sebelum dan setelah pengumuman bond rating


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2011)

6 120 71

Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Index Kompas 100 Tahun 2010-2014)

2 71 69

Analisis Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Harga dan Volume Perdagangan Saham Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi

0 4 93

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN DI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2011-2012.

0 1 34

Analisis Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2011)

0 0 11

Analisis Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2011)

0 0 2

Analisis Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2011)

0 0 5

Analisis Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2011)

1 1 2

Analisis Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2011)

0 0 4

Analisis Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Harga dan Volume Perdagangan Saham Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi

1 1 12