MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN METODE DISCUSSION GROUP (DG)-GROUP PROJECT (GP) KELAS VII B SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Retno Ayu Wulandari NIM. 10416241004

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

iv Nama : Retno Ayu Wulandari

NIM : 10416241004

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPS Fakultas : Ilmu Sosial

Judul : Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS melalui Penerapan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang pengetahuan peneliti tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata penulisan karya ilmiah yang lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 9 Juni 2014 Yang menyatakan,

Retno Ayu Wulandari NIM 10416241004


(5)

v

lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang”

(Imam Syafii)

 Man shobaru zhafira Siapa yang bersabar akan beruntung

(Ahmad Fuadi, Ranah 3 Warna)

 Jadikan hidup ini seindah mungkin, meskipun terkadang pahit menghampiri kita


(6)

vi

Karya ini penulis persembahkan kepada:

Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Drs. Suparno Mohas dan Ibu Sundari yang telah memberikan kasih sayang, semangat, motivasi dan tak pernah berhenti untuk mendoakan serta memberi dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

(TAS) yang berjudul “Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS melalui Penerapan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Kelas VII B SMP Negeri Yogyakarta” dapat terselesaikan.

Penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi pada jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin guna melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan perijinan dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Sudrajat, M.Pd sebagai narasumber yang telah berkenan memberikan masukan dan menguji skripsi ini.

5. Bapak Supardi, M.Pd sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak Saliman, M.Pd sebagai Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

7. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada mahasiwa selama ini.

8. Bapak Drs. Sukirno, S.H, kepala Sekolah SMP Negeri 11 Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian di sekolah.

9. Ibu Dra. Witartini, Guru IPS SMP Negeri 11 Yogyakarta yang telah memberikan arahan dan membantu pelaksanaan penelitian di sekolah.


(8)

viii

11.Adik-adikku tercinta Suryo Adi Pamungkas dan R. Ayu Dyah Kartikasari yang selalu mengurai rindu dan memberikan keceriaan dalam hidupku.

12.Sahabat-sahabatku Nofia, Dwi Pratiwi, Nia, Kinasih, Tiwi, Wiwit, Sagita, Risma, Rena, Agus, Amin dan teman-taman seperjuangan Pendidikan IPS 2010 kelas A atas persaudaraan yang erat selama 3,5 tahun bersama dalam suka dan duka. 13.Keluarga besar kost Ikawana 1 (Ibu Parni, Bapak Suwarto, Dek Fifi, Dek Izal,

Rizka, Meyta, Dea, dan Nike) terima kasih telah memberikan semangat dan kecerian di tempat perantauan.

14.Semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini, saya mengucapkan terimakasih.

Penulis berharap Tugas Akhir Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk penulisan yang lebih baik. Terima kasih.

Yogyakarta, 9 Juni 2014 Peneliti

Retno Ayu Wulandari NIM. 10416241004


(9)

ix

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Tinjauan Kreativitas Siswa ... 8

a. Kreativitas Siswa ... 8

b. Ciri-ciri Kreativitas ... 12

c. Meningkatkan Kreativitas Siswa ... 16

2. Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) ... 19

a. Pengertian Discussion Group (DG) ... 19

b. Pengertian Group Project (GP ... 21

c. Langkah-langkah Pembelajaran Metode DG-GP ... 25

3. Hakikat IPS ... 27

a. Pengertian IPS ... 27

b. Tujuan IPS ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Pikir ... 32

D. Hipotesis Tindakan ... 34


(10)

x

C. Desain Penelitian ... 37

D. Variabel dan Definisi Operasional ... 42

1. Kreativitas ... 42

2. Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Instrumen Penelitian ... 46

G. Keabsahan Data... 52

H. Teknik Analisis Data ... 53

I. Kriteria Keberhasilan ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 56

1. Deskripsi SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 56

2. Kondisi Umum Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 59

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

1. Siklus I ... 60

2. Siklus II... 77

C. Pembahasan ... 93

D. Hambatan dalam Menggunakan Metode DG-GP ... 101

E. Temuan Penelitian ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 100

B. Implikasi ... 104

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(11)

xi

2. Kisi-kisi Lembar Observasi Metode DG-GP ... 48

3. Kisi-kisi Lembar Observasi Kreativitas Siswa ... 49

4. Skor Skala Guttman ... 50

5. Skor Skala Likert ... 50

6. Kisi-kisi angket Kreativitas Siswa ... 51

7. Skor Skala Likert ... 52

8. Pedoman Penilaian Observasi dan Angket ... 55

9. Kondisi Sarana dan prasarana SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 57

10. Hasil Observasi pelaksanaan Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Siklus I ... 68

11. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I ... 72

12. Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I ... 74

13. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Siklus II ... 85

14. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus II ... 88

15. Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus II ... 91

16. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I dan Siklus II ... 99


(12)

xii

2. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart ... 38

3. Teknis Analisis Data Kualitatif ... 52

4. Diagram Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I ... 73

5. Diagram Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I ... 75

6. Diagram Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus II ... 89

7. Diagram Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus II ... 91

8. Diagram Keterlaksanaan Pembelajaran menggunakan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Siklus I dan Siklus II ... 94


(13)

xiii

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 126

3. Soal Post Test ... 140

4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Siklus I ... 143

5. Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Siklus II ... 147

6. Lembar Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta Siklus I ... 151

7. Lembar Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta Siklus II ... 155

8. Hasil Angket Kreativitas Siswa Siklus I ... 159

9. Hasil Angket Kreativitas Siswa Siklus II ... 161

10. Daftar Nilai Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 163

11. Catatan Lapangan Siklus I ... 164

12. Catatan Lapangan Siklus II... 168

13. Daftar Hadir Siswa Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 172

14. Triangulasi Teknik ... 173

15. Dokumentasi Penelitian ... 192


(14)

vii

Retno Ayu Wulandari NIM: 10416241004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bagaimana upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta dengan menerapkan metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP), 2) mengetahui bagaimana peningkatan kreativitas dalam pembelajaran IPS kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta dengan diterapkannya metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP).

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mencakup perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi. Keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif model Milles dan Huberman yang mencakup reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata persentase keseluruhan indikator kreativitas siswa mencapai ≥ 76%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya untuk meningkatkan kreativitas antara lain: a) memilih topik masalah yang mampu mengajak siswa untuk kreatif dan berpikir luas dalam menyelesaikan suatu permasalahan, b) menggunakan katerampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dengan memberikan lembar diskusi kelompok dan proyek kelompok, c) mengikutsertakan siswa dalam menyusun kegiatan pembelajaran dengan melakukan diskusi atas permasalahan yang diberikan oleh guru dan membuat proyek kelompok, d) memberikan reward pada akhir pembelajaran terhadap siswa yang kreatif. 2) peningkatan kreativitas siswa pada hasil siklus I menunjukkan 68,84% pada kategori cukup, sedangkan pada siklus II mencapai 83,57% dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang ditetapkan yaitu ≥ 76%.

Kata Kunci: kreativitas, pembelajaran IPS, metode discussion group (DG)-group project (GP)


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183) mengemukakan bahwa materi IPS terkait dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain itu kajian materi di dalam IPS juga dapat berupa fakta, konsep dan generalisasi, terkait juga dengan aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan nilai-nilai spiritual. Menurut Sapriya (2009: 201), salah satu tujuan mata pelajaran IPS adalah memiliki kemampuan dasar untuk mampu berfikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu, mampu memecahkan masalah, dan mempunyai keterampilan dalam kehidupan sosial. Tujuan tersebut merupakan salah satu ciri-ciri dari kreativitas siswa. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan kreativitas siswa agar tujuan pendidikan IPS dapat tercapai.

Pembelajaran IPS membekali siswa untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi. Melalui kreativitas yang dimiliki, siswa diharapkan mampu berpikir lebih dalam bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Kreativitas merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk dapat bersaing dalam pembelajaran demi menunjang hasil belajar yang optimal dan juga untuk meraih kesuksesan ketika siswa telah memasuki dunia kerja. Kreativitas penting karena dapat membantu siswa untuk meningkatkan kualitas hidupnya mengingat dalam


(16)

era pembangunan seperti ini dibutuhkan sumbangan kreatif berupa ide-ide baru serta penemuan-penemuan baru dari anggota masyarakat. Sikap dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak dini untuk mencapai hal tersebut, agar siswa tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mereka mampu menghasilkan pengetahuan baru. Kebutuhan peningkatan kreativitas dirasakan dalam semua bidang kegiatan manusia, karena manfaat dari peningkatan kreativitas tidak hanya dirasakan oleh individu sendiri, namun juga dirasakan oleh lingkungannya. Walaupun pengembangan kreativitas sangat dibutuhkan, namun pada kenyataanya belum banyak yang dilakukan untuk merealisasikan pengembangan kreativitas tersebut.

Dewasa ini masih banyak metode pembelajaran yang hanya berpusat pada guru. Metode yang digunakan dalam mengajar juga masih bersifat konvensional, sehingga kreativitas siswa kurang dapat ditingkatkan. Selain itu, siswa hanya duduk mendengarkan dan mencatat materi tanpa ikut serta aktif dalam kegiatan pembelajaran, akibatnya siswa memiliki kecenderungan mudah bosan dan jenuh. Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru menyebabkan rendahnya kesempatan siswa untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya dalam proses pembelajaran. Permasalahan ini juga terlihat pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dimana guru hanya menggunakan metode caramah yang melemahkan siswa untuk menumbuhkan sikap kreatif, sebagian besar siswa juga menganggap bahwa pelajaran IPS bersifat hafalan sehingga kurang tertarik dalam mempelajarinya. Padahal yang seharusnya terjadi,


(17)

guru harus mampu menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat. Selain itu guru harus mampu menjadikan pembelajaran IPS lebih menarik agar siswa bersemangat dalam mempelajarinya. Penggunaan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk dapat meningkatkan kreativitasnya sangatlah dibutuhkan, sehingga siswa dapat belajar bersama dengan temannya serta mempunyai kesempatan untuk bertukar pengetahuan dengan siswa yang lain.

SMP Negeri 11 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang memiliki input dengan prestasi belajar yang beraneka ragam. Prestasi belajar yang beraneka ragam tersebut menjadikan perbedaan pula terhadap peran siswa dalam proses pembelajaran. Guru yang memiliki tanggung jawab terhadap proses pembelajaran di sekolah harus mampu mengelola dan menyesuaikan pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan. Pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 11 Yogyakarta kelas VII B, partisipasi siswa dalam belajar IPS masih rendah. Hal ini dapat dilihat ketika diskusi berjalan, masih ada beberapa siswa yang mengobrol sendiri di luar materi diskusi dan ketika kelompok lain mempresentasikan hasil diskusi di depan, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan. Selain itu, kreativitas siswa juga masih rendah, hal ini dapat dilihat seperti masih rendahnya rasa ingin tahu siswa, masih sedikitnya siswa dalam mengemukakan pendapat, siswa kurang mencoba hal-hal baru, pendapat


(18)

yang dikemukakan masih terpengaruh oleh teman lainnya, dan kemampuan mereka dalam mengembangkan gagasan masih rendah sehingga tidak bisa menghasilkan suatu produk yang kreatif.

Guru mempunyai peran besar dalam membantu siswa untuk meningkatkan kreativitasnya. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suatu metode pembelajaran yang menarik dan memudahkan siswa dalam memahami materi sehingga siswa dapat mengembangkan gagasannya untuk dapat menghasilkan suatu produk yang kreatif. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar IPS adalah dengan menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP). Metode discussion group (DG)-group project (GP) merupakan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara berdiskusi dengan kelompoknya untuk dapat mengembangkan gagasan, berinovasi serta dapat menciptakan suatu produk.

Metode discussion group (DG)-group project (GP) memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan atau ide sehingga dapat memperluas pemikiran siswa, dapat membantu siswa untuk menerapkan keterampilannya dalam menghadapi suatu permasalahan serta dapat mengembangkan aktivitas, kreativitas dan pengalaman siswa. Penggunaan metode discussion group (DG)-group project (GP) dalam meningkatkan kreativitas siswa didukung dengan pembuatan proyek oleh siswa, dalam penelitian ini proyek yang akan dibuat


(19)

adalah berupa flip chart. Melalui pembuatan flip chart siswa dapat menuangkan materi yang dipahaminya kedalam sebuah karya yang isinya dapat berupa gambar ataupun tempelan kliping. Kegiatan pembuatan flip chart dapat membantu guru untuk melihat seberapa besar kreativitas yang dimiliki oleh siswa.

Berdasarkan permasalahan proses belajar mengajar IPS pada siswa SMP Negeri 11 Yogyakarta, maka peneliti berupaya untuk menerapkan metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) sebagai salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan kreativitas siswa. Adapun judul penelitian ini yaitu “Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional. 2. Rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. 3. Partisipasi siswa dalam belajar IPS masih rendah.


(20)

6 C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran IPS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta melalui penerapan metode discussion group (DG)-group project (GP)?

2. Bagaimana peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta dengan diterapkannya metode discussion group (DG)-group project (GP)?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengetahui:

1. Upaya meningkatkan kreativitas siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta melalui penerapan metode metode discussion group (DG)–group project (GP).

2. Peningkatan kreativitas siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta dengan diterapkannya metode discussion group (DG)–group project (GP).


(21)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui penerapan metode pembelajaran discussion group (DG)–group project (GP) dalam pembelajaran IPS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, membantu meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS dan dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Bagi guru, memperluas wawasan mengenai variasi metode pembelajaran yang menarik dan bermakna, serta diharapkan mampu meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran.

c. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran.

d. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat dijadikan sebuah pengalaman sebagai bekal menjadi calon guru IPS.


(22)

8 A. Kajian Teori

1. Tinjauan Kreativitas siswa a. Kreativitas siswa

Kreativitas merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Kreativitas dapat membantu seseorang dalam mengembangkan bakat yang dimilikinya untuk meraih prestasi dalam hidupnya. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2012: 42-43), memaparkan bahwa kreativitas adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang ditandai dengan adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari kombinasi karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi suatu karya baru yang berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya dan dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif pemecahannya dengan cara berpikir divergen.

Seseorang yang memiliki keativitas selalu berpikir luas dalam mengembangkan gagasannya. Potensi kreativitas yang dimiliki seseorang dapat membantu menciptakan hasil karya, baik dalam bentuk ide atau gagasan yang bermakna dan berkualitas. Menurut Utami Munandar (1992: 47), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu melalui kombinasi baru berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang


(23)

telah ada sebelumnya. Menciptakan sesuatu tidak perlu dimulai dari hal-hal yang baru, tetapi dapat melakukan kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Salah satu hal yang dapat menentukan seseorang itu kreatif adalah kemampuannya untuk dapat membuat kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada. Menurut Hamzah & Nurdin ( 2011: 154), kreativitas sering digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis, mempunyai banyak ide, mampu menggabungkan sesuatu gagasan yang belum pernah tergabung sebelumnya dan kemampuan untuk menemukan ide untuk memecahkan permasalahan.

Kreativitas tidak harus menciptakan sesuatu yang baru dan belum pernah ada sebelumnya, melainkan siswa dapat menyalurkan ide dengan membuat sesuatu yang menurutnya berbeda dari yang lain melalui kombinasi dari data atau informasi yang tersedia sebelumnya, sehingga ada kebanggaan sendiri dari siswa dalam menciptakan karyanya. Kreativitas sangat dibutuhkan dalam menyiasati segala keterbatasan yang dimilki oleh seseorang, sehingga seseorang yang telah menggunakan kreativitasnya berarti telah melatih dirinya sendiri untuk mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga berpeluang untuk menghasilkan sesuatu yang baru untuk memudahkan dalam kehidupannya.

Menurut Beetlestone (2011: 2), kreativitas dapat membantu seseorang dalam menjelaskan dan menggambarkan konsep-konsep abstrak dengan melibatkan skil-skil seperti keingintahuan, kemampuan, menemukan,


(24)

eksplorasi, pencarian kepastian dan antusiasme, yang semuanya merupakan kualitas-kualitas yang sangat besar terdapat pada siswa. Berdasarkan pendapat tersebut, kreativitas merupakan komponen penting dalam pembelajaran, tanpa kreativitas siswa hanya akan belajar pada tingkat kognitifnya saja, dan hal ini akan mempersempit pengetahuan siswa dalam belajar mengembangkan kreativitasnya. Kreativitas diperlukan untuk mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Guru harus mampu menciptakan kondisi yang nyaman dalam pembelajaran sehingga bakat-bakat kreativitas dalam siswa dapat keluar dan menghasilkan pemahaman yang mudah dimengerti oleh siswa.

Kreativitas tidak hanya bersifat abstrak, namun juga bersifat konkrit. Guru dapat menggunakan acuan taksonomi untuk mengetahui kreativitas siswa. David R. Krathwohl (2002: 212), mengemukakan “The taxonomy of educational objectivest is a framework for classifying statements of what we expect or intend students to learn as a result of instruction”. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa taksonomi adalah sebuah kerangka kerja untuk mengklasifikasikan apa yang diharapkan pada pembelajaran yang tujuannya untuk menginstruksikan siswa dalam belajar.

Menurut Nana Sudjana (2006: 22), mengemukakan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: 1)


(25)

ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, 2) ranah afektif berkenaan dengan sikap, 3) ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga taksonomi tersebut tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah satu dengan yang lain namun saling berhubungan satu sama lain.

Taksonomi pada ranah kognitif meliputi enam jenjang, yaitu: 1) mengingat (remembering) merupakan kemampuan menyebutkan kembali informasi atau pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan; 2) memahami (understanding) merupakan kemampuan memahami intruksi dan menegaskan pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram; 3) menerapkan (applying) merupakan kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tetentu; 4) analisis (analyzing) merupakan kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen dan mnghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh; 5) menilai (evaluating) merupakan kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu; 6) mencipta (creating) merupakan kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil (Atwi Suparman, 2012: 140).

Kreativitas merupakan puncak dari taksonomi pada ranah kognitif. Siswa sebelum melakukan kreasi atau menciptakan sesuatu, maka siswa


(26)

harus melakukan tahapan antara lain: 1) mengingat materi pembelajaran dengan cara menyebutkan, mengingat, menjelaskan, dan mengulang pembelajaran; 2) memahami materi dengan cara menerangkan, menjelaskan, menguraikan, mendiskusikan, dan mencontohkan; 3) menerapkan materi yang dapat dilakukan dengan mendemonstrasikan, mempraktekkan, mengemukakan, menggambar dan menyusun; 4) menganalisis materi pembelajaran dengan cara menemukan, memecahkan, merinci, dan menyimpulkan; 5) mengevaluasi materi pembelajaran dengan cara mempertahankan, menggkritik, membuktikan, dan merangkum. Setelah semua tahapan tersebut dilakukan, maka siswa dapat menciptakan sebuah produk dari materi yang didapatkan dengan cara melakukan inovasi dan mengahasilkan suatu karya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam mengkombinasikan data atau informasi yang telah didapat sebelumnya untuk menciptakan suatu karya baru yang berbeda dengan lainnya dan dapat membantu seseorang dalam memecahkan suatu permasalahan.

b.Ciri-ciri Kreativitas

Kreativitas berhubungan dengan proses berpikir seseorang. Seseorang yang memiliki kreativitas, kemampuan berpikirnya akan menyebar secara luas, dengan hal ini seseorang akan berimajinasi untuk mendapatkan sesuatu


(27)

yang kreatif. Menurut Munandar (Hamzah B. Uno dan nurdin Mohamad, 2011: 252), berpendapat bahwa indikator kreativitas sebagai berikut:

“1) memiliki rasa ingin tahu yang besar; 2) sering mengajukan pertanyaan yang berbobot; 3) memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah; 4) mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu; 5) mempunyai atau menghargai rasa keindahan; 6) mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; 7) memiliki rasa humor yang tinggi; 8) mempunyai daya imajinasi yang kuat; 9) mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinal); 10) dapat bekerja sendiri; 11) senang mencoba hal-hal baru; 12) mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).”

Guru dapat menumbuhkan sikap kreatif pada siswanya, dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat beraktifitas melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang sifatnya bermain yang memungkinkan munculnya ide-ide kreatif siswa. Berdasarkan ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas akan selalu aktif dalam proses pembelajaran, siswa tidak ingin diam diri atau pasif dan akan selalu mencari tantangan agar bisa mendapatakan hal baru seperti apa yang ingin didapatkannya. Menurut Sukmadinata (2005: 104-105), seseorang yang kreatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian seperti: mandiri, bertanggung jawab, bekerja keras, motivasi tinggi, optimis, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, terbuka, memiliki toleransi, dan kaya akan pemikiran.

Salah satu penilaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah melihat sejauh mana kreativitas siswa dalam mengikuti proses


(28)

pembelajaran. Jamaris (2006: 164), memaparkan bahwa secara umum karakteristik dari suatu bentuk kreativitas tampak dalam proses berpikir saat seseorang memecahkan masalah, yaitu:

“1) kelancaran dalam memberikan jawaban dan atau mengemukakan

pendapat atau ide-ide; 2) kelenturan berupa kemampuan untuk mengemukakan berbagai alternatif dalam memecahkan masalah; 3) keaslian berupa kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide atau karya yang asli hasil pemikiran sendiri; 4) elaborasi berupa kemampuan untuk memperluas ide dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau terlihat oleh orang lain; dan 5) keuletan dan kesabaran dalam menghadapi suatu situasi yang tidak menentu”.

Guru dalam pembelajaran IPS harus bisa membentuk siswa didik untuk peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada di sekitarnya dan berupaya untuk mencari pemecahan terhadap permasalahan sosial tersebut. Berdasarkan karakteristik di atas siswa yang kreatif menunjukkan bahwa dalam memecahkan masalah, dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah kemampuan dalam mengemukakan berbagai alternatif untuk memecahkan masalahnya. Siswa yang memiliki lebih dari satu alternatif akan mempermudah dirinya untuk dapat memecahkan masalahnya karena jika siswa tidak berhasil dalam memecahkan masalahnya, siswa masih memiliki berbagai alternatif lain hingga mampu memecahkan masalahnya sendiri. Hal ini akan melatih siswa untuk selalu bersamangat dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai masalah.

Oemar Hamalik (2003: 179-180), mengemukakan bahwa aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir divergen yang memiliki ciri-ciri yaitu: 1)


(29)

fleksibilitas, yaitu menggambarkan keragaman ungkapan atau sambutan terhadap sesuatu stimulasi; 2) Orisinalitas, yaitu menunjuk pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap suatu masalah; 3) fluency, yaitu menunjuk pada kuantitas output, artinya lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif.

Kreativitas dalam penelitian ini merupakan fleksibilitas dalam berpikir siswa yang bersifat abstrak dan kongkret untuk mewujudkan suatu gagasan atau ide yang menimbulkan motivasi untuk mengembangkan diri dalam prestasi belajar. Kreativitas siswa yang abstrak dapat diketahui dengan cara dia mengemukakan pendapat, mampu mengelola ide atau pendapatnya ke dalam sebuah produk, menanyakan sesuatu hal yang berkaitan dengan materi yang belum ia mengerti, mampu menyelesaikan permasalahan dari berbagai sudut pandang, dan selalu memberikan bukti atau alasan atas pendapatnya. Sedangkan kreativitas siswa yang bersifat kongkret dapat diketahui dari rasa keindahan yang dimiliki oleh siswa dengan dapat menghasilkan produk yang rapi dan bersih dan mampu mendiskripsikan secara detail materi yang telah disampaikan guru ke dalam sebuah produk. Menumbuhkan kreativitas, gagasan atau ide sendiri pada diri siswa perlu dibina agar potensi yang ada dalam diri siswa dapat terarah untuk mengembangkan keterampilan yang dimilikinya, sehingga terpilihlah indikator kreativitas yang berhubungan dengan tujuan tersebut, tanpa mengabaikan esensi dari ciri-ciri kreativitas yang lain.


(30)

Berdasarkan ciri-ciri kreativitas yang telah dipaparkan di atas, peneliti menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Munandar (Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, 2011: 252), diantaranya adalah: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar; 2) sering mengajukan pertanyaan yang berbobot; 3) memberikan banyak gagasan dan usul; 4) mampu menyatakan pendapat spontan dan tidak malu-malu; 5) memiliki rasa keindahan; 6) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; 7) memiliki rasa humor yang tinggi; 8) mempunyai daya imajinasi kuat; 9) mampu mengajukan pemikiran dan gagasan yang berbeda dari orang lain (orisinal); 10) dapat bekerja sendiri; 11) senang mencoba hal-hal baru; 12) dapat mengembangkan suatu gagasan.

Pemikiran indikator kreativitas didasari oleh permasalahan yang terjadi di sekolah. Permasalahan tersebut antara lain rendahnya rasa ingin tahu siswa, kurangnya inisiatif dari siswa untuk mengemukakan pendapat, masih rendahnya kemampuan siswa untuk mengembangkan suatu gagasan sehingga dia tidak bisa menghasilkan suatu produk yang kreatif. Permasalahan yang terjadi pada siswa di atas harus mendapatkan jalan keluar untuk diselesaikan. Oleh karena itu, peneliti memilih indikator yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.

c. Meningkatkan Kreativitas Siswa

Guru mempunyai tanggung jawab terhadap pemahaman siswa dan guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar dengan


(31)

kemampuan-kemampuan siswa, selain itu guru juga harus melatih siswa untuk dapat menumbuhkan kreativitas dalam diri siswa, karena hal tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka untuk bersaing meraih prestasi di sekolah dan tentunya untuk meraih kesuksesan ketika sudah memasuki dunia kerja. Oleh karena itu diperlukan dorongan, pujian, dan teguran dari guru untuk menumbuhkan itu semua.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 180-182), dalam mengembangkan kreativitas siswa guru perlu menyediakan kondisi-kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan kuantitas dari kreativitas yang dimiliki oleh para siswa. Langkah-langkah dalam mengembangkan kreativitas siswa yaitu: 1) mengklasifikasikan jenis-jenis masalah yang akan disajikan kepada siswa; 2) mengembangkan dan menggunakan katerampilan-keterampilan pemecahan masalah; dan 3) memberikan ganjaran bagi prestasi belajar yang kreatif. Langkah-langkah tersebut merupakan cara untuk mempermudah siswa agar mampu mengembangkan kreativitasnya. Guru harus pandai dalam memilih masalah yang harus diselesaikan oleh siswa, topik masalah yang diambil hendaknya mampu mengajak siswa untuk kreatif dan berpikir luas dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Selain itu, siswa yang kreatif perlu diberikan reward untuk memotivasi siswa agar kemampuan kreativitasnya dapat terus dikembangkan.


(32)

Utami Munandar (1992: 69), mengemukakan untuk meningkatkan kreativitas siswa, terdapat saran-saran yang harus dilakukan oleh guru, antara lain: 1) guru harus menghargai kreativitas anak; 2) bersikap terbuka terhadap gagasan baru; 3) guru mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual; 4) guru bersikap menerima dan menunjang anak; 5) guru menyediakan pengalaman belajar yang berdiferensiasi; dan 6) mengikutsertakan anak dalam mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok. Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas menurut Slameto (2010: 156-159) yaitu: 1) melakukan pendekatan inquiri (pencaritahuan); 2) menggunakan teknik-teknik sumbang saran; 3) memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif; 4) meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media.

Guru dalam upaya meningkatkan kreativitas harus mampu mengajak siswa bersikap terbuka kepada guru dan mampu menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga dalam hal ini guru akan mudah mengenali karakteristik siswa sehingga pembentukan keterampilan dan kreativitas dalam diri siswa akan dapat dikembangkan. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal yang harus dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan kreativitas siswa adalah:

1)Memilih topik masalah yang mampu mengajak siswa untuk kreatif dan berpikir luas dalam menyelesaikan suatu permasalahan.


(33)

2)Menggunakan katerampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah. 3)Mengikutsertakan siswa dalam menyusun dan merencanakan

kegiatan-kegiatan belajar.

4)Memberikan reward teradap siswa yang kreatif. 2. Metode Discussion Group (DG)Group Project (GP)

a. Pengertian Discussion Group (DG)

Guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi tersebut adalah harus menguasai teknik-teknik dalam menyajikan pelajaran melalui penerapan metode yang dapat mengajak anak aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode diskusi. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2004: 20), diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Metode diskusi merupakan salah satu teknik yang digunakan oleh guru untuk melatih siswa percaya diri dalam berpendapat. Djamarah dan Zain (2006: 87), mengemukakan bahwa metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis yang perlu untuk dibahas dan dipecahkan bersama.


(34)

Metode diskusi kelompok melibatkan antara dua atau lebih individu saling berinteraksi, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dan menuntut siswa untuk aktif. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu cara untuk membuat siswa aktif melalui kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk saling berinteraksi, menambah dan memahami pengetahuan, mengumpulkan pendapat, dan membuat suatu kesimpulan atas permasalahan yang ada. Diskusi memungkinkan siswa untuk mengembangkan penalaran, pemikiran kritis dan kreatif, serta kemampuan memberikan pertimbangan dan penilaian. Diskusi bertujuan agar permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik.

Metode diskusi kelompok memiliki kelebihan dan kelemahan ketika diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Wina Sanjaya (2009: 156), kelebihan dan kelemahan metode diskusi antara lain:

1) Kelebihan Metode Diskusi

a) Dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide.

b)Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.

c) Metode diskusi dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal dan dapat melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.


(35)

2) Kelemahan Metode Diskusi

a) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

b)Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan kurang sesuai dengan topik diskusi.

c) Diskusi memerlukan waktu yang cukup panjang dan terkadang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.

d)Dalam diskusi sering kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.

Berdasarkan pendapat tersebut, salah satu kelebihan dalam metode diskusi adalah dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk mampu mengemukakan pendapat dan bertukar pikiran dalam mencari jawaban atas permasalah yang dihadapi. b. Pengertian Group Project (GP)

IPS menekankan kepada siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah yang terjadi di masyarakat. Pemecahan suatu masalah tidak mudah jika hanya diselesaikan melalui aspek pemahaman saja, namun perlu dilakukan sebuah tindakan proyek untuk memecahkan masalah yang bersifat abstrak. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 83), metode proyek adalah cara


(36)

penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi, sehingga pemecahan masalah secara keseluruhan dan bermakna. Metode proyek dapat juga disebut dengan metode penugasan. Menurut Mulyasa (2006: 113), metode proyek merupakan cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan siswa baik secara individual maupun berkelompok.

Majid (2008: 208), mengemukakan bahwa dalam merencanakan metode proyek terdapat hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru yaitu: kemampuan pengelolaan, relevansi dan keaslian. Kemampuan pengelolaan dapat diartikan bahwasannya seorang guru harus benar-benar menjelaskan tentang proyek yang akan dikerjakan oleh siswa, baik topik pembuatan proyek maupun waktu pengerjaan yang diberikan. Relevansi yang ada berarti seorang guru harus mempertimbangkan proyek yang ada dengan pemahaman, keterampilan serta pengetahuan siswa. Keaslian adalah guru perlu mempertimbangkan seberapa besar dukungan dan petunjuk yang telah diberikan siswa. Menurut Nasution (2012: 83), metode proyek akan dapat menghapuskan batas antara sekolah dan masyarakat, menuntut siswa menerapkan hasil belajar kognitif dan afektif secara luas dan hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka metode proyek adalah metode pengajaran dengan memberikan penugasan kepada siswa yang dapat dikerjakan secara individu maupun kelompok untuk dapat memecahkan


(37)

suatu permasalahan secara keseluruhan dan bermakna. Penelitian ini menggunakan metode group project, jadi tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa harus dikerjakan secara berkelompok. Penugasan secara berkelompok berarti menuntut siswa untuk ikut berperan aktif dalam mengerjakan tugas, sehingga dapat melatih siswa untuk saling bertukar pikiran, dan mampu mengemukakan ide-ide yang kreatif.

Djamarah dan Zain (2006: 83-84) mengemukakan bahwa metode proyek memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain:

1) Kelebihan Metode Proyek

a) Dapat memperluas pemikiran siswa yang berguna dalam menghadapai masalah kehidupan.

b) Dapat membina siswa dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan kemampuan individual siswa dan kerjasama dalam

kelompok.

d) Dapat mengembangkan aktivitas, kreativitas dan pengalaman siswa. 2) Kekurangan Metode Proyek

a) Sulit dalam memilih topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, media dan sumber belajar yang diperlukan.

b) Bahan pelajaran dalam metode proyek sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.


(38)

Berdasarkan pengertian dari diskusi kelompok dan proyek kelompok diatas dapat disimpulkan bahwa metode discussion group (DG)-group project (GP) adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa untuk dapat memecahkan suatu permasalahan dengan saling berinteraksi kepada dua orang atau lebih untuk dapat mengembangkan penalaran, pemikiran yang kreatif dan dapat membuat suatu kesimpulan dan pemecahan dari suatu permasalahan yang disajikan melalui sebuah penugasan yang dikerjakan secara berkelompok.

Miftahul Huda (2012: 133), mengemukakan diskusi kelompok dan proyek kelompok dirancang untuk mengerjakan tugas pembelajaran atau proyek-proyek tertentu. Discussion group (DG)-group project (GP) lebih terfokus dan terstruktur, biasanya berlaku untuk beberapa kali pertemuan. Prinsip dasar proyek kelompok menurut Slavin (2009: 254), sama dengan prinsip dasar dalam diskusi kelompok, yaitu setiap orang harus berpartisipasi dalam tugas kelompok dan tidak boleh ada satu atau dua orang siswa dalam kelompok memikul semua tanggung jawab. Penting dalam metode ini untuk memilih seorang pemimpin dalam kelompok. Pemimpin harus membuat setiap anggota pada kelompoknya berpartisipasi yaitu dengan memberikan tugas pada setiap anggota kelompok.


(39)

c. Langkah-langkah pembelajaran metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP)

Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok dan proyek kelompok merupakan upaya untuk membantu siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dengan melakukan interaksi dengan dua orang atau lebih untuk bertukar pikiran, mengembangkan penalaran, dan membuat kesimpulan yang disajikan dalam bentuk produk. Metode discussion group (DG)-group project (GP) dapat mmebantu guru dalam meningkatkan kreativitas siswa melalui kegiatan diskusi kelompok, dimana dalam diskusi tersebut siswa dapat saling tukar pikiran terhadap kelompoknya dan mampu berfikir secara luas dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Selain itu dalam metode ini guru memberikan suatu penugasan kepada siswa berupa sebuah proyek yang harus diselesaikan bersama dalam satu kelompok. Penelitian ini menggunakan flip chart sebagai tugas yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok.

Langkah-langkah metode diskusi menurut Hasibuan dan Moedjiono (2004: 23-24), adalah:

1)Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa.


(40)

2)Siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi dipandu oleh guru, memilih pimpinan diskusi, mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya. kriteria yang harus dimiliki siswa sebagai pemimpin diskusi yaitu: lebih memahami masalah yang akan didiskusikan, berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya, lancar berbicara, dapat bertindak tegas, adil dan demokratis. sedangkan tugas pemimpin diskusi yaitu: pengatur dan penengah diskusi, pengatur lalu lintas pembicaraan, penengah dan penyimpul berbagai pendapat.

3)Siswa berdiskusi dalam kelompokya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, mejaga katertiban, serta memeberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi berjalan lancar. diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.

4)Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya.

5)Siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.

Berdasarkan langkah-langkah diatas, maka penerapan metode discussion group (DG)-group project (GP) dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(41)

1) Guru menjelaskan inti materi dan menyampaikan masalah yang akan didiskusikan serta memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.

2) Guru membagi kelas menjadi 8 kelompok.

3) Setiap kelompok berkumpul dan menentukan ketua kelompok.

4) Setiap kelompok mendiskusikan masalah atau topik yang telah dikemukakan oleh guru.

5) Guru mengkondisikan jalannya diskusi dengan berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain.

6) Hasil dari diskusi kelompok dilaporkan dalam bentuk proyek berupa flip chart.

7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya berupa flip chart di depan dan kelompok lain menanggapi presentasi dengan memberikan masukan atau pertanyaan.

8) Siswa mencatat hasil presentasi. 4. Hakikat IPS

a. Pengertian IPS

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Kebudayaan, tatanan hidup dan sistem kemasyaraatan terbentuk karena adanya interaksi dan kepentingan antara manusia satu dengan manusia yang lain. Interaksi yang timbul dalam kehidupan manusia sering menghadirkan suatu permasalahan sosial yang harus diselesaikan agar tercipta ketentraman


(42)

dalam kehiduan bermasyarakat. IPS merupakan mata pelajaran sosial yang objeknya adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu di dalam pengajaran IPS siswa dibekali dengan sikap mental yang positif dan pengatahuan yang berguna dalam kehidupan masyarakat agar mampu menyelesaikan permasalahan yang ada disekitarnya.

Numan Somantri (2001: 92), mengemukakan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Trianto (2010: 171), IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Pendidikan IPS menurut Supardi (2011: 182), menekankan pada keterampilan siswa dalam memecahkan masalah mulai dari lingkup diri sampai pada masalah yang kompleks. Materi IPS terkait dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan dunia global. Jenis materi IPS dapat berupa fakta, konsep dan generalisasi, terkait juga dengan aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan nilai-nilai spiritual.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik hukum dan budaya yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Materi dalam IPS selalu berkaitan dengan


(43)

masyarakat. Jadi IPS merupakan mata pelajaran yang membahas mengenai masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan menekankan kepada siswa untuk dapat memecahkan masalah dari segala aspek mengingat materi IPS berkaitan dengan masalah sosial yang ada di masyarakat.

b.Tujuan IPS

Objek dalam mata pelajaran IPS adalah masyarakat, sehingga materi yang dipelajari dalam pelajaran IPS selalu berhubungan dengan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. Menurut Sapriya (2009: 201), tujuan mata pelajaran IPS di SMP/MTs sama dengan mata pelajaran IPS di SD/MI, diantaranya adalah:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk mampu berpikir logis dan kritis, mampu mencari jawaban sendiri (inkuiri), memiliki rasa ingin tahu, mampu memecahkan masalah, dan mempunyai keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan utama dari pendidikan IPS menurut Trianto (2010: 176), adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap


(44)

masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun menimpa masyarakat. Sedangkan menurut Etin dan Raharjo (2011: 15), tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan pendapat diatas, pendidikan IPS bertujuan bukan hanya memberikan konsep-konsep IPS yang banyak mengandung hafalannya saja, namun pembelajan IPS juga bermaksud untuk melatih dan membentuk siswa agar dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan konsep-konsep yang telah didapatkan, dan peka terhadap lingkungan masyarakatnya. Selain itu, IPS juga bertujuan untuk melatih siswa untuk mampu berpikir positif, kritis dan logis agar dalam setiap masalah yang datang, siswa dapat memecahkan permasalahan dengan keterampilan yang dimilkinya dengan baik.

B. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian Abukhori yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS


(45)

Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010-2011”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan diterapkannya metode diskusi kelompok pada pembelajaran IPS di SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pada setiap akhir siklusnya. Siklus 1 pada umumnya berada dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 66,91%, dan siklus II berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 82,79%. Persamaan dalam penelitian ini adalah pada metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode diskusi. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel yang diukur.

2. Penelitian Sulasmi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X MAN Yogyakarta II”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penggunaan metode berbasis projek dengan metode konvensional terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis projek lebih baik daripada kelas yang menggunakan metode konvensional dengan nilan F sebesar 0,265 dengan sig 0,608. Selain itu, hasil belajar siswa pada kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis projek lebih baik daripada kelas yang menggunakan metode konvensional dengan nilai F sebesar 1.365 dengan sig 0,246. Persamaan dalam penelitian ini adalah pada metode


(46)

pembelajaran yang digunakan yaitu metode pembelajaran berbasis proyek. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel yang diukur.

C. Kerangka Pikir

IPS memiliki banyak masalah dalam proses pembelajarannya, salah satunya adalah kreativitas yang dimiliki siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat seperti masih rendahnya rasa ingin tahu siswa, siswa kurang mencoba hal-hal baru, pendapat yang dikemukakan masih terpengaruh oleh teman lainnya, kemampuan mereka dalam mengembangkan gagasan masih rendah sehingga tidak bisa menghasilkan suatu karya yang kreatif, siswa juga enggan berpendapat secara spontan, mereka hanya mau mengemukakan pendapatnya ketika harus ditunjuk oleh guru atau jika dengan diberi reward. Permasalahan tersebut dibutuhkan suatu metode pengajaran yang dapat meningkatkan kreativitasnya. Metode discussion group (DG)–group project (GP) adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut, dan dapat membantu siswa untuk meningkatkan kreativitas dalam proses pembelajaran.

Discussion group (DG)–group project (GP) merupakan sebuah metode pembelajaran yang menghadapakan siswa untuk dapat memecahkan suatu permasalahan dengan cara mendiskusikan ke dalam sebuah kelompok untuk dapat mengembangkan penalaran, pemikiran kritis dan kreatif serta dapat membuat suatu kesimpulan atas suatu permasalahan yang disajikan melalui sebuah produk. Pembelajaran dengan menggunakan metode DG-GP dapat melatih siswa untuk


(47)

membangun kerjasama dalam kelompok dan melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga solidaritas dalam kelompok akan meningkat. Selain itu, metode DG-GP juga akan meningkatkan kreativitas siswa melalui pembuatan proyek kelompok. Berikut ini adalah kerangka pikir penerapan metode discussion group(DG)–group project (GP).

Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP)

Mengembangkan

aktivitas dan

pengalaman siswa Membiasakan siswa

untuk bertukar pikiran dalam memecahkan masalah

Mengembangkan kemampuan

individual siswa dan kerjasama kelompok

Membina siswa untuk menerapkan keterampilan dalam kehidupan


(48)

dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan metode discussion group (DG)-group project (GP) dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta.


(49)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 3), Penilitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran discussion group (DG)-group project (GP). Penelitian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi antara peneliti dengan guru. Peneliti bertindak sebagai pelaksana dan guru dibantu oleh teman sejawat bertindak sebagai observer.

B. Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada semester II yaitu pada bulan April-Mei 2014 dengan materi menyesuaikan dengan materi yang tengah dicapai di kelas VII B yaitu KD 6.2 Mendeskripsikan Kegiatan Pokok Ekonomi yang meliputi Kegiatan Konsumsi, Produksi, dan Distribusi Barang/Jasa dan KD 6.3 Mendeskripsikan Peran Badan Usaha, Termasuk Koperasi, Sebagai Tempat


(50)

Berlangsungnya Proses Produksi dalam Kaitannya dengan Pelaku Ekonomi. Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada matriks di bawah ini:

Tabel 1. Matriks Pelaksanaan Penelitian

No. Bulan/Tanggal Kegiatan Tempat

1. Perencanaan Siklus 1

7 April 2014 a) menyusun RPP R. guru SMPN

11 YK 10 April 2014 b)menyiapkan instrumen penelitian FIS UNY 23 April 2014 c) koordinasi dengan observer R. Perpustakaan

SMPN 11 YK

2. Tindakan dan Observasi Siklus 1

23 April 2014 a) pelaksanaan metode DG-GP pertemuan 1 dengan materi konsumsi

Kelas VII B SMPN 11 YK 23 April 2014 b)observer melakukan pengamatan

terhadap siswa pada pertemuan 1

Kelas VII B SMPN 11 YK 23 April 2014 c) peneliti dan observer melakukan

evaluasi pertemuan ke-1

R. Perpustakaan SMPN 11 YK 26 April 2014 d)pelaksanaan metode DG-GP pertemuan

2 dengan materi produksi

Kelas VII B SMPN 11 YK 26 April 2014 e) observer melakukan pengamatan

terhadap siswa pada pertemuan 2

Kelas VII B SMPN 11 YK f) peneliti dan observer melakukan

evaluasi pertemuan ke-2

R. Perpustakaan SMPN 11 YK

3. Tindakan dan Observasi Siklus 2

30 April 2014 a) pelaksanaan metode DG-GP pertemuan 1 dengan materi distribusi

Kelas VII B SMPN 11 YK 30 April 2014 b)observer melakukan pengamatan

terhadap siswa pada pertemuan 1

Kelas VII B SMPN 11 YK 30 April 2014 c) peneliti dan observer melakukan

evaluasi pertemuan ke-1

R. Perpustakaan SMPN 11 YK 10 Mei 2014 d)pelaksanaan metode DG-GP pertemuan

2 dengan materi perusahaan

Kelas VII B SMPN 11 YK 10 Mei 2014 e) observer melakukan pengamatan

terhadap siswa pada pertemuan 2

Kelas VII B SMPN 11 YK 10 Mei 2014 f) peneliti dan observer melakukan

evaluasi pertemuan ke-2

R. Perpustakaan SMPN 11 YK


(51)

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta. Jumlah siswa kelas VII B adalah 34 siswa, yang terdiri dari 18 laki-laki dan 16 perempuan. Kelas ini dipilih karena kreativitasnya masih rendah. Rendahnya kreativitas siswa pada kelas VII B dapat dibuktikan dengan kurangnya rasa ingin tahu siswa yang dapat dilihat ketika proses pembelajaran hanya sedikit dari mereka yang mau bertanya, pasif dalam berpendapat, dan siswa kurang dalam menciptakan sebuah karya.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebagai strategi untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran. Penelitian tindakan terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting) dan observasi (observing), serta refleksi (reflecting). Prosedur dalam penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui beberapa siklus yang tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar peningkatan kreativitas belajar IPS melalui metode discussion group (DG)-group project (GP).

Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan Taggart seperti gambar di bawah ini:


(52)

Gambar 2. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1992: 11)

Model penelitian Kemmis dan Taggart membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi (Endang Mulyatiningsih, 2012:70). Penelitian tindakan dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus. Berikut langkah-langkah dalam penelitian:

1. Siklus Pertama a. Perencanaan

Peneliti harus melakukan persiapan dalam tahap perencanaan ini sebelum melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Persiapan yang dilakukan peneliti di antaranya adalah menentukan pokok bahasan atau materi dan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta media yang akan digunakan. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini antara lain:


(53)

1)Peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait pembelajaran dengan menggunakan metode discussion group (DG)–group project (GP).

2)Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari: a) Lembar observasi kreativitas siswa.

b)Lembar observasi kegiatan guru. c) Angket kreativitas siswa.

3)Melakukan koordinasi dengan guru dan teman sejawat mahasiswa yang bertindak sebagai observer.

b. Tindakan dan Observasi

Pada tahap tindakan, dilaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah metode discussion group (DG)-group project (GP). Berikut ini dijelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP).

1) Pendahuluan

a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan memimpin doa dan melakukan presensi terhadap siswa. b) Guru menyampaikan apersepsi yaitu dengan menyuruh siswa untuk

menuliskan barang kebutuhan sebagai seorang pelajar.

c) Guru memberikan motivasi pada siswa untuk selalu membeli barang yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.


(54)

2) Kegiatan Inti

a) Guru menyampaikan inti materi tentang kegiatan ekonomi dan konsumsi.

b) Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP). c) Guru mengemukakan masalah yang harus didiskusikan oleh setiap

kelompok yaitu tentang kegiatan ekonomi dan produksi.

d) Guru membentuk kelas menjadi 8 kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 anggota.

e) Guru memberikan arahan pada setiap kelompok untuk berkumpul dan menentukan pemimpin dalam masing-masing kelompoknya.

f) Guru memberikan handout dan lembar diskusi kelompok agar siswa dapat lebih mendalami materi yang disampaikan oleh guru.

g) Setiap kelompok mendiskusikan masalah atau topik yang telah dikemukakan oleh guru. Semua kelompok mendapatkan materi sama, yaitu menjelaskan tentang kegiatan ekonomi dan kegiatan konsumsi. h) Guru mengkondisikan jalannya diskusi dengan berkeliling dari

kelompok satu ke kelompok yang lain.

i) Hasil dari diskusi kelompok dilaporkan dalam bentuk proyek berupa flip chart.


(55)

j) Setiap kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya berupa flip chart di depan dan kelompok lain menanggapi presentasi dengan memberikan masukan atau pertanyaan.

k) Siswa mencatat hasil presentasi. 3) Penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b) Siswa mengambil makna dari pembelajaran yang telah berlangsung. c) Guru memberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya dan

mencari gambar sesuai dengan materi tersebut.

d) Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucap salam Pada tahap kedua ini, selain dilakukan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan perencanaan, juga dilakukan pengamatan atau observasi. Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP) yang berpedoman pada instrumen penelitian yang digunakan. Kegiatan ini dilakukan melalui pengamatan terhadap peneliti sebagai pelaksana serta kreativitas siswa dalam pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran. c. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan evaluasi atas hasil yang diperoleh dari data yang terhimpun sebagai bentuk dampak dari tindakan yang telah


(56)

dirancang. Kegiatan refleksi ini dilakukan ketika peneliti sebagai pelaksana sudah selesai melakukan tindakan kemudian berdiskusi dengan guru mengenai proses dan hasil dari pembelajaran IPS. Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengkaji dan menganalisis hasil observasi mengenai kelebihan dan kekurangan yang terjadi saat berlangsungnya pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki kelemahan atau kekurangan yang akan digunakan sebagai dasar apakah perlu dilakukan perubahan dalam tindakan pada siklus berikutnya.

2. Siklus Kedua

Siklus kedua dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Pada siklus kedua ini peneliti membuat perencanaan berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus pertama. Apabila pada siklus kedua hasil belum sesuai yang diharapkan, peneliti akan melanjutkan pada siklus berikutnya.

D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam mengembangkan gagasan atau ide untuk membuat sesuatu yang berbeda dengan yang lainnya dan merupakan kombinasi dari hal baru yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Peneliti menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Munandar (Hamzah B. Uno dan nurdin Mohamad, 2011: 252), diantaranya adalah: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar; 2) sering


(57)

mengajukan pertanyaan yang berbobot; 3) memberikan banyak gagasan dan usul; 4) mampu menyatakan pendapat spontan dan tidak malu-malu; 5) memiliki rasa keindahan; 6) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; 7) memiliki rasa humor yang tinggi; 8) Mempunyai daya imajinasi kuat; 9) mampu mengajukan pemikiran dan gagasan yang berbeda dari orang lain (orisinal); 10) dapat bekerja sendiri; 11) senang mencoba hal-hal baru; 12) dapat mengembangkan suatu gagasan. 2. Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP)

Metode discussion group (DG)-group project (GP) adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa untuk dapat memecahkan suatu permasalahan dan saling berinteraksi dengan dua orang atau lebih untuk dapat mengembangkan penalaran, pemikiran kritis dan kreatif dan dapat membuat suatu kesimpulan dan pemecahan dari suatu permasalahan yang disajikan melalui sebuah proyek. Metode discussion group (DG)-group project (GP) memiliki kelebihan diantaranya adalah dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan atau ide sehingga dapat memperluas pemikiran siswa, dapat membantu siswa untuk menerapkan keterampilannya dalam menghadapai suatu permasalahan serta dapat mengembangkan aktivitas, kreativitas dan pengalaman siswa. Berdasarkan kelebihan tersebut, metode discussion group (DG)-group project (GP) tersebut dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.


(58)

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP) yaitu: 1) guru menjelaskan inti materi dan menyampaikan masalah yang akan didiskusikan serta memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya; 2) guru membagi kelas menjadi 8 kelompok; 3) setiap kelompok berkumpul dan menentukan ketua kelompok; 4) setiap kelompok mendiskusikan masalah atau topik yang telah dikemukakan oleh guru; 5) guru mengkondisikan jalannya diskusi dengan berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain; 6) hasil dari diskusi dilaporkan dalam bentuk proyek berupa flip chart; 7) setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan dan kelompok lain menanggapi presentasi dengan memberikan masukan atau pertanyaan; dan 8) siswa mencatat hasil presentasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Tenik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, kuesioner (angket), dan catatan lapangan.

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Wina Sanjaya, 2011: 86). Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti untuk mengamati kegiatan siswa dan proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan menggunakan


(59)

lembar observasi untuk memperoleh data kreativitas siswa dalam proses kegiatan pembelajaran serta kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP). 2. Dokumentasi

Peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa dokumen untuk mengumpulkan data. Dokumentasi dapat berupa transkip nilai siswa, data mengenai kondisi sekolah, foto laporan proyek berupa flip chart yang memuat hasil analisis terhadap materi dan pemecahan masalah yang dibuat oleh siswa juga akan digunakan sebagai dokumen untuk melengkapi pengumpulan data kreativitas siswa pada kelas VII B.

3. Kuesioner (angket)

Kuesioer merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009: 199). Angket digunakan untuk mengetahui kreativitas siswa terhadap metode pembelajaran discussion group (DG)-group project (GP). Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket bersifat tertutup dengan berpedoman pada skala Likert dengan alternatif jawaban selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP). Angket diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran IPS dengan implementasi metode discussion group (DG)-group project (GP) pada setiap akhir siklus.


(60)

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dialami dalam pengumpulan data. Catatan lapangan berisikan catatan pokok dalam pengamatan dan pembicaraan yang ditulis oleh peneliti atau observer dengan kalimat yang singkat dan padat.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian (Wina Sanjaya, 2011: 84). Instrumen penelitian bertujuan untuk memudahkan peneliti memperoleh data penelitian. Instrumen penelitian utama dalam penelitian ini adalah peneliti. Artinya, posisi peneliti dalam serangkaian kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, sampai dengan penulis hasil laporan.

Peneliti sebagai perencana memilki peran dalam pembuatan rencana penelitian dan rencana pembelajaran. Peran peneliti sebagai pengumpul data dilakukan saat pembuatan instrumen dan sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai penganalis dan penafsir data yang dilakukan setelah pengambilan data. Setelah data terkumpul, peneliti berperan sebagai penulis hasil laporan. Instrumen kedua dalam penelitian ini yaitu berupa lembar observasi, dan angket.


(61)

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan peneliti selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode discussion group (DG)-group project (GP) dan untuk mengamati perilaku siswa yang menunjukkan ciri-ciri kreativitas dalam proses pembelajaran.

Observasi yang dilakukan berpedoman pada lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan berbentuk checklist () untuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP) sedangkan untuk mengamati kreativitas siswa lembar observasi yang digunakan berbentuk rating scale (1-4). Adapun kisi-kisi lembar observasi, sebagai berikut:


(1)

kelompok mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru dan memberikan proyek yang harus diselesaikan secara berkelompok serta membagi penugasan yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota kelompok. Upaya yang dilakukan guru ini mampu meningkatkan aspek kreativitas siswa yaitu dapat meningkatkan rasa humor, meningkatkan daya imajinasi, melatih siswa untuk mampu bekerja sendiri, dan meningkatkan siswa untuk menyukai hal-hal baru; 4) memberikan reward pada akhir pembelajaran terhadap siswa yang kreatif. Peningkatan kreativitas siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I dan Siklus II

No. Aspek Kreativitas Persentase (%) Kriteria Keberhasilan Siklus I Siklus II

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar

63,64 81,25

≥ 76% 2. Sering mengajukan pertanyaan

yang berbobot

59,47 80,88

3. Memberikan banyak gagasan dan usul

61,36 83,09

4. Berpendapat secara spontan dan tidak malu-malu

62,88 77,20

5. Memiliki rasa keindahan 79,92 89,70 6. Mempunyai pendapat sendiri dan

tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

66,66 81,25

7. Memilki rasa humor yang tinggi 80,68 87,5 8. Mempunyai daya imajinasi kuat 60,61 83,09 9. Mampu mengajukan pemikiran

dan gagasan yang berbeda dari orang lain (orisinal)

63,63 81,25

10. Dapat bekerja sendiri 81,44 91,54 11. Senang mencoba hal-hal baru 80,68 83,45 12. Dapat mengembangkan suatu

gagasan

65,15 82,72

Jumlah Total 1045 1002,92

Rata-rata 68,84 83,57

Kategori Kreativitas Cukup Baik

Berdasarkan tabel di atas, terjadi peningkatan pada setiap indikator kreativitas siswa dari siklus I ke siklus II. Rata-rata persentase indikator kreativitas siswa pada siklus I adalah 68,84% dengan kategori cukup sehingga siklus I dinyatakan belum berhasil. Peningkatan berlanjut pada siklus II yaitu mencapai 83,57% dengan kategori


(2)

baik sehingga mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu ≥ 76% dan dapat dinyatakan berhasil. Pada siklus II rata-rata persentase kreativitas siswa adalah 83,57% atau meningkat sebesar 14,73% dari siklus I. Penggunaan metode discussion group (DG)-group project (GP) terbukti dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta.

Kreativitas siswa tidak hanya diukur melalui observasi, tetapi juga diukur dengan lembar angket siswa. Angket diisi oleh setiap siswa pada akhir siklus. Peningkatan skor angket kreativitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas VII B Siklus I dan Siklus II

Kategori Siklus I Siklus II

Persentase Persentase

Sangat Baik 12,12 23,52

Baik 39,39 73,53

Cukup 45,46 2,95

Kurang 3,03 0

Kurang Sekali 0 0

Jumlah 100 100

Hasil yang diperoleh dari angket yang telah diisi oleh siswa pada akhir siklus I dan akhir siklus II menunjukkan bahwa kreativitas siswa kelas VII B pada mata pelajaran IPS mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah 12,58% dari siklus I sebesar 75,10% meningkat pada siklus II menjadi 87,68%.

3. Hambatan Dalam Menggunakan Metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) Pelaksanaan metode pembelajaran discussion group (DG)-group project (GP) mengalami beberapa hambatan yang meliputi:

a. Guru pada awal pertemuan belum memberikan penjelasan secara mendalam pada siswa mengenai kegiatan pembelajaran menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP) sehingga banyak siswa yang belum memahami kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran.

b. Pada saat pembuatan proyek, masih ditemukan beberapa siswa yang kebingungan dalam mendiskripsikan secara detail materi yang diberikan oleh peneliti ke dalam sebuah flip chart.


(3)

c. Pembuatan proyek dibutuhkan waktu yang lama, sehingga guru harus bisa membagi waktu sesuai dengan rencana pembelajaran.

4. Temuan Penelitian

Peneliti mengumpulkan data-data hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil observasi, angket, dan dokumentasi. Beberapa temuan peneliti dalam penerapan metode discussion group (DG)-group project (GP) untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu: pembelajaran dengan menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP) dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta, pemberian proyek berupa flip chart dapat membantu siswa untuk memunculkan kreativitas, presentasi hasil diskusi dapat melatih siswa untuk dapat mempertanggungjawabkan ide-ide yang dikemukakan dan melatih siswa untuk mengemukakan pendapat.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Upaya meningkatkan kreativitas siswa dengan metode discussion group (DG)-group project (GP) pada mata pelajaran IPS di kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) memilih topik masalah yang mampu mengajak siswa untuk kreatif dan berpikir luas dalam menyelesaikan suatu permasalahan, 2) menggunakan katerampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah, 3) mengikutsertakan siswa dalam menyusun kegiatan pembelajaran, 4) memberikan reward pada akhir pembelajaran terhadap siswa yang kreatif. Berdasarkan upaya tersebut, guru mampu meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta.

b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Discussion Group (DG)-Group Project (GP) dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan persentase indikator kreativitas siswa dalam setiap siklusnya. Kreativitas siswa pada siklus I adalah 68,84% pada kategori cukup dan belum memenuhi kriteria keberhasilan yang diinginkan, sedangkan pada siklus II mencapai 83,57% yaitu pada kategori baik. Hal


(4)

tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kreativitas siswa menunjukkan peningkatan sebesar 14,73%. Peningkatan tersebut juga diikuti pada peningkatan hasil angket siswa yang menunjukkan 75,10% pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 87,68%.

2. Implikasi

Hasil penelitian menyebutkan bahwa penerapan metode discussion group (DG)-group project (GP) mampu meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran IPS siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta. Hal tersebut terbukti dengan diperoleh data yang menunjukkan peningkatan kreativitas pada tiap-tiap siklus. Oleh karena itu ketika guru menggunakan metode discussion group (DG)-group project (GP) maka kreativitas siswa akan meningkat.

3. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mempunyai beberapa saran, antara lain: 1) sebaiknya guru menerapkan metode discussion group (DG)-group project (GP) agar dapat meningkatkan kreativitas siswa di kelas lain, 2) guru harus melakukan pengawasan secara maksimal terhadap setiap kelompok pada saat berdiskusi dan pembuatan proyek agar semua anggota kelompok dapat berpartisipasi dan mengerjakan tugas sesuai dengan yang telah dibagi dalam kelompok, 3) guru harus lebih tegas dalam pengelolaan kelas agar siswa dapat terkondisikan pada saat penerapan metode discussion group (DG)-group project (GP) sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, 4) sebaiknya guru melakukan pemanfaatan waktu secara maksimal agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, 5) guru dapat menggunakan kalender bekas untuk mengganti lembar flipchart agar dapat menghemat biaya pembuatan flipchart.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran: mengembangkan standar kompetensi guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Abukhori. 2011. Peningkatan Hasil Belajar IPS Menggunakan Metode Diskusi Kelompok Siswa Kelas VI SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010-2011. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Atwi Suparman. 2012. Desain Interaksional Modern: panduan para pengajar dan innovator pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Beetlestone, Florence. 2011. Creative Learning Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreatifitas Siswa. Penerjemah: Narulika Yusron. Bandung: Nusa Media.

E. Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Endang Mulyatiningsih. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Etin Solihatin & Raharjo. 2011. Cooperative Learning: analisis model pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pailkem: pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, JJ dan Moedjiono. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Kemmis, Stephen & Taggart, Robin Mc. 1992. The Action Research Planner. Victoria: Deakin

University.

Krathwohl David R. 2002. “A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview”. Theory Into Practice (Volume 41 Number 4). Hlm 212.

Martini Jamaris. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Mohammad Ali & Mohammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

Ngalim Purwanto. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rochiati Wiraatmaja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Penerjemah: Lita.

Bandung: Nusa Media.

Somantri, M. Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi aksara. Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulasmi. 2011. Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X MAN Yogyakarta II. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zein. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: konsep strategi dan implementasinya dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Utami Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gamedia

Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.


Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Role Playing Sebagai Wahana Ekspresi Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS. Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII B SMP Negeri 14 Bandung.

0 4 399

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI KOMIK BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian tindakan kelas di kelas VII F smp negeri 12 Bandung.

3 11 70

PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KUTABULUH).

0 5 32

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI TUGAS (TASK) PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBAHAN DASAR LIMBAH SAMPAH DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-B SMP Negeri 5 Bandung.

0 1 63

Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas VII SMP RSBI.

0 0 1

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS IV B MELALUI PENERAPAN METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD NEGERI GEDONGKIWO, YOGYAKARTA.

0 0 143

PERBEDAAN METODE CONCEPT MAPPING DENGAN METODE PROJECT BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 GAMPING.

1 2 151

PENERAPAN STRATEGI KREATIF PRODUKTIF DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MATERI KREATIVITAS DALAM TINDAKAN EKONOMI PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VII C SMP N 11 YOGYAKARTA.

0 0 108

Penerapan Metode Role Playing Sebagai Wahana Ekspresi Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS. Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII B SMP Negeri 14 Bandung. - repository UPI S IPS 1102018 Title

0 0 5

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM B

0 0 1