PERBEDAAN METODE CONCEPT MAPPING DENGAN METODE PROJECT BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 GAMPING.

(1)

NEGERI 2 GAMPING

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: Leli Afita 11416241014

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perbedaan Penerapan Metode Concept Mapping dengan Metode Project Based Learning dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Gamping” ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang pengetahuan peneliti tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah.

Tanda Tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Juli 2015 Yang menyatakan


(5)

v MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” ( Surat Al- Insyirah ayat 6)

“Jangan menyerah atas impianmu, karena impian memberimu tujuan hidup” (Peneliti)


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Bapak Sunarto dan Ibu Parti, orang tua tercinta yang selalu

memberikan do’a, nasehat, semangat, dan dukungan kepada peneliti

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Nani Eryanti, S.Pd.I., kakakku yang selalu memberi nasehat dan

semangat.

Almamaterku, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas


(7)

vii

PERBEDAAN PENERAPAN METODE CONCEPT MAPPING

DENGAN METODE PROJECT BASED LEARNING

DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VII DI SMP

NEGERI 2 GAMPING Oleh:

Leli Afita 11416241014

ABSTRAK

Kreativitas dalam pembelajaran IPS di kelas VII SMP Negeri 2 Gamping masih tergolong rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya kreativitas siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan menarik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara metode Concept Mapping dan metode Project Based Learning dalam meningkatkan kreativitas siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Gamping.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gamping sebanyak 204 siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Simple Random Sampling, yaitu kelas VII F sebagai kelas eksperimen 1 (Concept Mapping) dan kelas VII E sebagai kelas eksperimen 2 (Project Based Learning). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi dan angket. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis independent t-test dengan bantuan program SPSS 19.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Concept Mapping dengan metode Project Based Learning dalam meningkatkan kreativitas siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gamping. Hal ini dilihat dari hasil uji–t (independent sample t-test) yang menunjukkan skor angket akhir sebesar 2,137. Nilai thitung>ttabel (2,137>1,997) dan nilai (sig)<0,05 yaitu sig. 0,000<0,05. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kreativitas siswa yang signifikan antara kelas eksperimen 1 (CM) dengan kelas eksperimen 2 (PjBL). Hal tersebut menunjukkan bahwa metode Concept Mapping terbukti mampu meningkatkan kreativitas siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Gamping.

Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Metode Concept Mapping, Metode Project Based Learning, Kreativitas Siswa


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Penerapan Metode Concept Mapping dengan Metode Project Based Learning dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Gamping” untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Peneliti menyadari bahwa pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang berkenan memberikan izin dalam melaksanakan penelitian.

2. Bapak Drs. Saliman, M. Pd., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi. 3. Bapak Sugiharyanto, M. Si., narasumber yang telah memberikan arahan dan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Satriyo Wibowo, S. Pd., pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan IPS UNY yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan arahan selama proses perkuliahan.

6. Mas Dwi Suluh P, petugas administrasi Pendidikan IPS yang telah memberikan pelayanan dan bantuannya dalam mengurus perizinan dan kelengkapan administrasi skripsi ini.


(9)

ix

7. Sugiharto, M. Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Gamping yang telah memberikan izin penelitian.

8. Suwarsi S. Pd., Guru IPS SMP Negeri 2 Gamping, serta kelas VII E dan VII F Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah membantu kelancaran dalam kegiatan penelitian.

9. Kedua Orang Tuaku, Bapak Sunarto dan Ibu Parti, serta kakakku Nani Eryanti S. Pd. I., yang telah memberikan do’a, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang begitu besar sehingga penelitian ini dapat selesai dengan lancar. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

terlaksananya penelitian ini.

Semoga kebaikan yang diberikan oleh pihak-pihak tersebut mendapatkan balasan dari Allah SWT. Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi mahasiswa Pendidikan IPS pada khusunya.

Yogyakarta, Juli 2015 Peneliti


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN TEORI ... 7

A. Deskripsi Teori ... 7

1. Penerapan Metode Concept Mapping ... 7

a. Pengertian Metode Concept Mapping ... 7

b. Jenis-jenis Metode Concept Mapping ... 9

c. Langkah-langkah Metode Concept Mapping ... 11

d. Penerapan Metode Concept Mapping ... 13

2. Penerapan Metode Project Based Learning ... 15

a. Pengertian Metode Project Based Learning ... 15

b. Langkah-langkah Metode Project Based Learning ... 17

c. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning ... 21

d. Penerapan Metode Project Based Learning ... 22

3. Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS ... 24

a. Pengertian Pembelajaran ... 24

b. Pengertian IPS ... 25

c. Pengertian Pembelajaran IPS ... 26

d. Pengertian Kreativitas Siswa ... 27

e. Pengertian Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS .. 28

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Pikir ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN... 37

A. Desain Penelitian ... 37


(11)

xi

C. Definisi Operasional Variabel ... 38

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

E. Populasi ... 40

F. Sampel ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ... 41

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 42

I. Uji Instrumen ... 46

J. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

1. Deskripsi Tempat Penelitian ... 51

a. Keadaan Fisik SMP Negeri 2 Gamping ... 51

b. Keadaan Non Fisik SMP Negeri 2 Gamping ... 52

c. Kondisi Umum Kelas Penelitian ... 53

2. Deskripsi Data Penelitian ... 53

3. Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian ... 54

a. Data Observasi Kreativitas Siswa ... 55

b. Data Angket Kreativitas Siswa ... 60

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 66

1. Uji Normalitas ... 66

2. Uji Homogenitas ... 67

C. Pengujian Hipotesis ... 67

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Simpulan ... 72

B. Implikasi ... 72

C. Keterbatasan Penelitian ... 73

D. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Desain Penelitian Eksperimen ... 37

Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi Kreativitas Siswa ... 42

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru Keterlaksanaan Metode Concept Mapping ... 43

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Project Based Learning ... 44

Tabel 5. Kisi-kisi Angket Kreativitas Siswa ... 45

Tabel 6. Skor Angket Kreativitas Siswa ... 45

Tabel 7. Hasil Uji Validitas ... 47

Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas ... 48

Tabel 9. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Kelas Eksperimen .. 54

Tabel 10. Data Observasi Kreativitas Siswa ... 55

Tabel 11. Tabel Distribusi Frekuensi Observasi 1 Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen 1 (CM). ... 56

Tabel 12. Tabel Distribusi Frekuensi Observasi 2 Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen 1 (CM). ... 57

Tabel 13. Tabel Distribusi Frekuensi Observasi 1 Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen 2 (PjBL). ... 58

Tabel 14. Tabel Distribusi Frekuensi Observasi 2 Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen 2 (PjBL). ... 59

Tabel 15. Data Angket Kreativitas Siswa ... 60

Tabel 16. Tabel Distribusi Frekuensi Angket Awal Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen 1 (CM). ... 61

Tabel 17. Tabel Distribusi Frekuensi Angket Akhir Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen 1 (CM). ... 62

Tabel 18. Tabel Distribusi Frekuensi Angket Awal Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen 2 (PjBL). ... 63

Tabel 19. Tabel Distribusi Frekuensi Angket Akhir Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen 2 (PjBL). ... 64

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas ... 66

Tabel 21. Hasil Uji Homogenitas ... 67

Tabel 22. Hasil Perhitungan Independent T-test terhadap Skor Angket Kreativitas Siswa ... 68


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 35 Gambar 2. Diagram Observasi 1 Kreativitas Siswa Eksperimen 1

(CM) ... 57 Gambar 3. Diagram Observasi 2 Kreativitas Siswa Eksperimen 1

(CM) ... 58 Gambar 4. Diagram Observasi 1 Kreativitas Siswa Eksperimen 2

(PjBL) ... 59 Gambar 5. Diagram Observasi 2 Kreativitas Siswa Eksperimen 2

(PjBL) ... 60 Gambar 6. Diagram Angket Awal Kreativitas Siswa Eksperimen 1

(CM) ... 62 Gambar 7. Diagram Angket Akhir Kreativitas Siswa Eksperimen 1

(CM) ... 63 Gambar 8. Diagram Angket Awal Kreativitas Siswa Eksperimen 2

(PjBL) ... 64 Gambar 9. Diagram Angket Akhir Kreativitas Siswa Eksperimen 2


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar RPP Kelas Eksperimen 1 (CM) ... 76

Lampiran 2. Lembar RPP Kelas Eksperimen 2 (PjBL) ... 88

Lampiran 3. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen 1 (CM) ... 99

Lampiran 4. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen 2 (PjBL) ... 100

Lampiran 5. Lembar Observasi Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS... ... 101

Lampiran 6. Data Hasil Observasi 1 Eksperimen 1 (CM) ... 103

Lampiran 7. Data Hasil Observasi 2 Eksperimen 1 (CM) ... 104

Lampiran 8. Data Hasil Observasi 1 Eksperimen 2 (PjBL) ... 105

Lampiran 9. Data Hasil Observasi 2 Eksperimen 2 (PjBL) ... 106

Lampiran 10. Data Hasil Observasi 1 Kegiatan Guru Eksperimen 1 (CM) ... 108

Lampiran 11. Data Hasil Observasi 2 Kegiatan Guru Eksperimen 1 (CM) ... 110

Lampiran 12. Data Hasil Observasi 1 Kegiatan Guru Eksperimen 2 (PjBL) ... 112

Lampiran 13. Data Hasil Observasi 2 Kegiatan Guru Eksperimen 2 (PjBL) ... 114

Lampiran 14. Angket Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS ... 116

Lampiran 15. Uji Validitas Angket Kreativitas Siswa ... 119

Lampiran 16. Uji Reliabilitas Angket Kreativitas Siswa ... 120

Lampiran 17. Hasil Uji Coba Angket Kreativitas Siswa ... 121

Lampiran 18. Data Hasil Angket Awal Eksperimen 1 (CM) ... 123

Lampiran 19. Data Hasil Angket Akhir Eksperimen 1 (CM) ... 124

Lampiran 20. Data Hasil Angket Awal Eksperimen 2 (PjBL)... 125

Lampiran 21. Data Hasil Angket Akhir Eksperimen 2 (PjBL) ... 126

Lampiran 22. Uji Normalitas ... 127

Lampiran 23. Uji Homogenitas ... 128

Lampiran 24. Uji Hipotesis ... 129

Lampiran 25. Foto Penelitian ... 130


(15)

1

Pendidikan merupakan suatu alat atau sarana yang paling mendasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tujuan pendidikan pada umumya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Aktivitas pendidikan dapat berlangsung di keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya yaitu dengan memperbaiki kurikulum, memberikan fasilitas yang memadai, dan meningkatkan kualitas kinerja guru. Dalam hal ini peran guru sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Seorang guru harus aktif dan kreatif agar tercipta pembelajaran yang efektif. Selain harus aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, guru juga harus bisa berperan sebagai motivator, fasilitator, dan mampu menciptakan pembelajaran yang menarik. Pembelajaran yang menarik sangat diperlukan agar siswa dapat antusias selama proses pembelajaran berlangsung.

Namun pada kenyataannya, pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan dari pada pengembangan kreativitas, sedangkan kecerdasan dan kreativitas sama-sama penting untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan kehidupan. Kualitas guru juga belum cukup bagus karena metode yang digunakan oleh guru belum bervariasi. Hal ini


(16)

membuat siswa merasa jenuh selama proses pembelajaran. Selain itu proses pembelajaran yang berlangsung masih didominasi oleh guru, siswa kurang aktif dan interaktif sehingga kreativitas yang ada dalam diri mereka kurang berkembang.

Berdasarkan survei dari PISA-OECD yang dilakukan secara kualitatif oleh Amerika pada tahun 2012 dan dirilis pada awal desember 2013, dari 65 negara yang ikut dalam survei, Indonesia menduduki peringkat paling bawah. Survei ini melibatkan responden 510 ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara dunia yang mewakili populasi 28 juta siswa berusia 15-16 tahun di dunia serta 80 persen ekonomi global. Dari data itu disebutkan bahwa kemampuan matematika siswa di Indonesia menduduki peringkat bawah dengan skor 375. Kurang dari 1 persen siswa Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di bidang matematika. Di bidang kemampuan membaca, Indonesia mendapatkan skor 396 dan di bidang kemampuan sains mendapatkan skor 382. Namun keduanya sama-sama tergolong dalam level bawah.

(http://news.detik.com/read/2014/02/08/153124/2491125/10/ri-terendah-di-pisa-wna-indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are).

Dari data di atas, terlihat jelas bahwa siswa Indonesia yang berusia 15-16 tahun masih belum bisa bersaing dengan siswa yang seusianya di negara lain, itu menunjukan kurangnya kreativitas siswa Indonesia. Kreativitas sendiri sangat dibutuhkan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Kreativitas


(17)

akan membantu siswa untuk memperoleh suatu keberhasilan dalam pembelajaran yang dilakukan.

Mata pelajaran IPS merupakan suatu mata pelajaran yang di dalamnya memuat berbagai permasalahan sosial dan dianggap cocok untuk mengembangkan kreativitas siswa. Ide/kreativitias dari diri siswa sangat dibutuhkan untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial yang terjadi. Namun pada kenyataanya masih banyak siswa yang kreativitasnya masih kurang ketika pelajaran IPS berlangsung.

Hal tersebut juga terjadi di SMP Negeri 2 Gamping. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru IPS di SMP Negeri 2 Gamping, disana belum mempresentasikan pengembangan kreativitas siswa secara optimal. Masih terdapat beberapa siswa di kelas VII yang pasif dan mengandalkan temannya ketika proses pembelajaran dan kegiatan berkelompok. Selain itu, ada beberapa siswa yang kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya ketika kerja kelompok berlangsung. Siswa tersebut kurang terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya baik itu terhadap guru maupun temannya sendiri. Akibatnya kreativitas siswa tidak muncul dan pembelajaran berlangsung kurang efektif.

Guru seharusnya mampu menciptakan proses pembelajaran yang dapat menarik siswa agar siswa dapat aktif dan tidak merasa bosan atau jenuh selama proses pembelajaran. Guru juga harus menguasai empat kompetensi karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran. Kemampuan guru tidak hanya terbatas pada materi saja tetapi


(18)

guru juga harus mampu melakukan variasi mengajar yang baik. Variasi mengajar seorang guru dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep materi yang akan disampaikan.

Beberapa metode pembelajaran yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu metode pembelajaran tipe Concept mapping dan Project Based Learning. Metode ini merupakan pilihan yang tepat untuk membantu mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode tersebut menuntut siswa untuk terlibat secara aktif dalam kelompok selama proses pembelajaran.

Dalam metode pembelajaran Concept mapping, setiap kelompok diminta untuk menuangkan ide-idenya dan kemudian mengembangkan kreatifitasnya melalui sebuah peta konsep. Sedangkan dalam metode Project Based Learning, siswa terlibat secara aktif selama proses pembelajaran untuk membuat suatu proyek yang nyata.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dengan judul “Perbedaan Metode Pembelajaran Concept mapping dan Project Based Learning dalam meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Gamping”.


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah, antara lain sebagai berikut:

1. Rendahnya kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS.

2. Belum optimalnya pengembangan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS.

3. Kurangnya keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat. 4. Rendahnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPS. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada rendahnya kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ditentukan, maka rumusan masalah dalam penelitian yaitu “Adakah perbedaan yang signifikan antara Metode Concept mapping dan Metode Project Based Learning dalam meningkatkan Kreativitas siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Gamping”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara metode Concept Mapping dan metode Project Based Learning dalam meningkatkan kreativitas siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Gamping.


(20)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian adalah hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui metode Concept mapping dan metode Project Based Learning dalam pembelajaran IPS.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Melalui metode Concept mapping dan metode Project Based Learning, mendorong guru untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif di kelas, serta diharapkan mampu meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan wawasan sebagai bekal calon guru IPS.


(21)

7 1. Penerapan Metode Concept Mapping

a. Pengertian Metode Concept Mapping

Dinamakan Concept Mapping (Peta Konsep) karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk berpikir kritis dan kreatif menuangkan ide-idenya dalam sebuah konsep untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Martin (dalam Trianto, 2009: 158), Concept Mapping merupakan metode mencatat kreatif yang dituangkan dalam sebuah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. George Posner dan Alan Rudnitsky (dalam Trianto, 2009: 159) menyatakan bahwa peta konsep mirip dengan peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat.

Novak (dalam Dahar 1988:150) mendefinisikan bahwa peta konsep merupakan suatu alternatif selain outlining, dan dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining dalam mempelajari hal-hal yang lebih kompleks. Peta digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proporsi.


(22)

Dahar (dalam Trianto, 2009: 158) mengemukakan bahwa ciri-ciri Concept Mapping sebagai berikut:

1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proporsi-proporsi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika, dan sebagainya. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

2) Suatu peta konsep merupakan gambaran dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antar konsep.

3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain. 4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep

yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirearki pada peta konsep tersebut.

Jadi dapat ditegaskan bahwa metode Concept Mapping merupakan sebuah metode yang menekankan pada adanya kreativitas pada diri siswa untuk membuat suatu catatan kreatif yang dituangkan dalam ilustrasi grafis konkret dalam sebuah kelompok.


(23)

b. Jenis-Jenis Metode Concept Mapping

Menurut Nur (dalam Trianto, 2009:160) ada empat macam peta konsep yaitu:

1) Pohon Jaringan (Network Tree)

Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan antara ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan hubungan antar konsep. Pada saat mengkonstruksikan suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu. Periksalah daftar dan mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: pertama, menunjukkan sebab akibat; kedua, suatu hirearki; ketiga, prosedur yang bercabang, dan istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.

2) Rantai Kejadian (Events Chain)

Nur (dalam Trianto, 2009: 161) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian,


(24)

pertama-tama temukan satu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal. Kemudian, temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan dilanjutkan sampai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: pertama, memberikan tahap-tahap dari suatu proses; kedua, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier; dan ketiga, suatu urutan kejadian.

3) Peta Konsep Siklus (Cycle Consept Map)

Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak mengahasilkan suatu hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.

4) Peta Konsep Laba-Laba (Spider Consept Map)

Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melalui curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal


(25)

berikut: pertama, tidak menurut hierarki; kedua, kategori yang tidak paralel; dan ketiga, hasil curah pendapat.

Dalam penelitian ini peta konsep yang digunakan adalah Rantai Kejadian, karena dalam pelajaran IPS banyak materi-materi yang memuat kejadian sosial.

c. Langkah-Langkah Metode Concept Mapping

Concept Mapping dibuat untuk melatih siswa mengidentifikasi ide-ide yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis.

Arends (dalam Trianto, 2009: 258) memberikan langkah-langkah dalam membuat Concept Mapping sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh: Kegiatan Ekonomi.

2) Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Contoh: Produksi, Distribusi, dan Konsumsi.

3) Menempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta.

4) Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.


(26)

Menurut Dahar (1988: 154), langkah-langkah untuk membuat sebuah peta konsep adalah:

1) Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran kemudian identifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.

2) Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder atau konsep-konsep yang relevan yang menunjang ide.

3) Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut atau urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang kurang inklusif.

4) Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

5) Hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata-kata atau kata-kata penghubung.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat ditegaskan bahwa langkah-langkah pelaksanaan metode Concept Mapping dalam penelitian ini yaitu: pertama, Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran kemudian identifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep; kedua, mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder atau konsep-konsep yang relevan yang menunjang ide; ketiga, menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut atau urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang kurang inklusif; keempat, mengelompokkan ide-ide sekunder di


(27)

sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide-ide utama; dan kelima, hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata-kata atau kata-kata penghubung.

d. Penerapan Metode Concept Mapping

Penerapan disebut juga dengan implementasi. Penerapan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Nurdin Usman (2002: 70) bahwa implementasi atau penerapan adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implemantasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Penerapan dalam pembelajaran biasanya dilakukan oleh seorang guru untuk mengaplikasikan suatu metode pembelajaran. Setiap guru mempunyai penerapan yang berbeda-beda dalam mengaplikasikan suatu metode pembelajaran meskipun metode tersebut sama. Ada guru yang baik/cakap dalam menerapan metode pembelajaran, ada juga guru yang biasa saja dalam menerapkan metode pembelajaran.

Penerapan metode pembelajaran dapat berjalan dengan baik, jika seorang guru mengikuti langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan. Begitu juga pada metode Concept Mapping. Metode Concept Mapping merupakan sebuah metode yang menekankan adanya kreativitas pada diri siswa untuk membuat suatu


(28)

cacatan kreatif yang dituangkan dalam ilustrasi grafis konkret dalam sebuah kelompok. Metode Concept Mapping menuntut adanmya kreativitas dan kerja sama antar siswa untuk memahamkan materi kepada setiap anggota kelompok agar dapat meraih hasil yang optimal.

Jadi dapat ditegaskan bahwa penerapan metode Concept Mapping adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu/kelompok untuk mencapai tujuan tertentu melalui sebuah cacatan kreatif yang dituangkan dalam ilustrasi grafis konkret. Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode Concept Mapping dalam penelitian ini yaitu: pertama, siswa mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep; kedua, siswa mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder untuk menunjang ide pokok; ketiga, siswa menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta; keempat, siswa mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama; kelima, siswa menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata atau kata penghubung; keenam, guru mendampingi siswa melakukan diskusi dalam pembuatan peta konsep; dan ketujuh, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil peta konsep.


(29)

2. Penerapan Metode Project Based Learning

a. Pengertian Metode Project Based Learning

Project Based Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang dikenal dengan pembelajaran berbasis proyek atau PJBL. Dalam metode pembelajaran ini kreativitas siswa sangat dibutuhkan baik dalam kegiatan diskusi maupun kerja kelompok untuk menghasilkan suatu proyek. Sejalan dengan pendapat tersebut, Trianto (2009: 93) menyatakan bahwa metode Project Based Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengaplikasikan kreativitas dan ketrampilan mereka sendiri, dan mencapai puncak untuk menghasilkan produk yang nyata. Made Wena (2010:145) mengemukakan bahwa Project Based Learning (PjBL) merupakan sebuah metode pembelajaran inovatif yang lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.

Warsono dan Hariyanto (2013: 153) mengemukakan bahwa secara sederhana Project Based Learning merupakan suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari, atau dengan suatu proyek sekolah.

PjBL adalah suatu teknik pengajaran yang khas dan berbeda dengan umumnya teknik pengajaran. PjBL meningkatkan kebiasaan


(30)

belajar siswa yang khas serta praktik pembelajaran yang baru. Siswa harus berpikir secara orisinal sampai akhirnya mereka dapat memecahkan suatu masalah dalam kehidupan nyata. Dalam PjBL siswa akan bekerja secara kolaboratif. Siswa merasakan adanya suatu masalah sebagai tantangan atau pertanyaan yang harus dijawab, serta mengelola waktunya sendiri untuk dapat menyelesaikan proyeknya.

Dalam PjBL, peranan guru hanya sebagai fasilitator. Guru bekerja dengan siswa dalam bingkai pemecahan masalah yang bermanfaat, membangun tugas-tugas yang bermakna, memandu pengembangan pengetahuan siswa dan pengembangan ketrampilan sosialnya, dan secara hati-hati melakukan penilaian otentik tentang apa yang telah dipelajari siswa selama mengerjakan proyek maupun menilai proyek sebagai produk belajar siswa bersama timnya.

Brown dan Campione (dalam Warsono dan Hariyanto, 2013: 155) menyatakan bahwa ada dua komponen pokok dalam PjBL, yaitu:

1) Ada masalah menantang yang mendorong siswa mengorganisasikan dan melaksanakan suatu kegiatan, yang secara keseluruhan mengarahkan siswa kepada suatu proyek yang bermakna dan harus diselesaikan sendiri sebagai tim.

2) Karya akhir berupa suatu proyek atau serangkaian proyek, atau suatu penyelesaian tugas berkelanjutan yang bermakna bagi pengembangan pengetahuan dan ketrampilan mereka.


(31)

Jadi dapat ditegaskan bahwa Project Based Learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengaplikasikan kreativitas dan ketrampilan mereka sendiri, dan mencapai puncak untuk menghasilkan produk yang nyata.

b. Langkah-Langkah Project Based Learning

Secara umum langkah-langkah PjBL adalah perencanaan, penciptaan dan penerapan, serta pemrosesan. Menurut Sabar Nurrohman (2007:10), langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning terdiri dari:

1) Start With the Essential Question

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relefan untuk para siswa.

2) Design a Plan for the Project

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam


(32)

menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3) Create a Schedule

Pengajar dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: pertama, membuat time line untuk menyelesaikan proyek; kedua, membuat dead line penyelesaian proyek; ketiga, membawa siswa agar merencanakan cara yang baru; keempat, membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek; dan kelima, meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4) Monitor the Students and the Progress of the Project

Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitoring terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5) Assess the Outcome

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi


(33)

kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6) Evaluate the Experience

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Bumfled (dalam Warsono dan Hariyanto, 2013: 155) berpendapat bahwa langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah dalam PjBL yaitu: pertama, merasakan dan mempertanyakan secara mendalam keberadaan masalah; kedua, mendebatkan gagasan dalam timnya; ketiga, membuat prediksi; keempat, merancang rencana kerja atau percobaan; kelima, mengumpulkan dan menganalisis data; keenam, menarik kesimpulan; ketujuh, mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain, terutama rekan satu timnya; kedelapan, mempertanyakan kemungkinan adanya masalah baru yang timbul; kesembilan, mencipta sebuah proyek sebagai bukti hasil belajar.


(34)

Brown dan Campione (dalam Warsono dan Hariyanto, 2013: 158) menyatakan langkah-langkah yang umum diterapkan dalam PjBL adalah: pertama, timbulnya masalah dari siswa. Dalam hal ini terkait dengan menghadapi masalah (problem facing), mendefinisikan masalah (problem definition), dan kategori masalah (problem categorization); kedua, memunculkan adanya proyek sebagai alternatif pemecahan masalah; ketiga, pembentukan tim pembelajaran kolaboratif/kooperatif untuk menyelesaikan masalah/proyek; keempat, setelah kajian lebih lanjut dalam tim mereka, para siswa yang cepat belajar (expert) membantu rekannya yang lambat belajar sehingga tidak mengganggu kelangsungan proyek; dan kelima, pengerjaan serangkaian tugas berkelanjutan bagi semua anggota tim yang memungkinkan terciptanya hasil pemikiran siswa yang nyata, dapat dilihat dan dipublikasikan berupa suatu produk atau karya pemikiran yang bermakna.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, langkah-langkah Project Based Learning dalam penelitian ini yaitu: pertama, timbulnya masalah dari siswa. Dalam hal ini terkait dengan menghadapi masalah (problem facing), mendefinisikan masalah (problem definition), dan kategori masalah (problem categorization); kedua, memunculkan adanya proyek sebagai alternatif pemecahan masalah; ketiga, pembentukan tim pembelajaran kolaboratif/kooperatif untuk menyelesaikan masalah/proyek; keempat,


(35)

setelah kajian lebih lanjut dalam tim mereka, para siswa yang cepat belajar (expert) membantu rekannya yang lambat belajar sehingga tidak mengganggu kelangsungan proyek; kelima, pengerjaan serangkaian tugas berkelanjutan bagi semua anggota tim yang memungkinkan terciptanya hasil pemikiran siswa yang nyata, dapat dilihat dan dipublikasikan berupa suatu produk atau karya pemikiran yang bermakna.

c. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning

Menurut Daryanto (2009:408), kelebihan dari Project Based Learning adalah sebagai berikut: pertama, meningkatkan motivasi; kedua, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; ketiga, meningkatkan kolaborasi; keempat, meningkatkan kemampuan mengelola sumber; kelima, mengembangkan kemampuan kerja individu atau kelompok; keenam, teori dan praktik dihayati sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan; ketujuh, mengembangkan sikap hidup demokrasi dan gotong royong disertai tanggungjawab yang tinggi; kedelapan, mengembangkan cara hidup berencana. Sedangkan untuk kelemahan dari Project Based Learning adalah sebagai berikut: pertama, sulit memiliki tema yang sesuai dengan minat dan taraf perkembangan peserta; kedua, besarnya biaya yang harus tersedia untuk keperluan pelaksanaan kerja; ketiga, engetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang diperoleh peserta secara individu berbeda-beda;


(36)

keempat, memerlukan kecakapan yang baik dalam mengorganisasi (siswa, tempat, guru, dsb); kelima, membutuhkan waktu yang lama.

Jadi kelebihan dari Project Based Learning adalah melatih siswa untuk meningkatkan motivasi dan ketrampilan yang dimiliki untuk mengahadapi atau menyelesaikan suatu masalah. Sedangkan kelemahan dari Project Based Learning yaitu kurangnya minat siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dan membutuhkan waktu yang lama.

d. Penerapan Metode Project Based Learning

Penerapan merupakan bentuk sederhana dari implementasi. Penerapan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Nurdin Usman (2002: 70) bahwa implementasi atau penerapan adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implemantasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Penerapan dalam pembelajaran biasanya dilakukan oleh seorang guru untuk mengaplikasikan suatu metode pembelajaran. Setiap guru mempunyai penerapan yang berbeda-beda dalam mengaplikasikan suatu metode pembelajaran meskipun metode tersebut sama. Ada guru yang baik/cakap dalam menerapan metode pembelajaran, ada juga guru yang biasa saja dalam menerapkan metode pembelajaran.


(37)

Penerapan metode pembelajaran dapat berjalan dengan baik, jika seorang guru mengikuti langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan. Begitu juga pada metode Project Based Learning. Metode Project Based Learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengaplikasikan kreativitas dan ketrampilan mereka sendiri, dan mencapai puncak untuk menghasilkan produk yang nyata. Metode Project Based Learning memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, kerjasama, serta bertanggung jawab, dan mengaplikasikan kreativitas yang dimiliki dalam memahami materi pelajaran melalui sebuah proyek.

Jadi dapat ditegaskan bahwa penerapan metode Project Based Learning adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu/kelompok untuk mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan-kegiatan kompleks untuk menghasilkan produk yang nyata. Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode Project Based Learning dalam penelitian ini yaitu: pertama, siswa dibagi menjadi 5-6 kelompok; kedua, siswa memunculkan masalah yang berkaitan dengan pelajaran; ketiga, siswa memikirkan sebuah ide/proyek yang berupa produk atau karya pemikiran sebagai alternatif pemecahan masalah; keempat, setiap kelompok saling bekerja sama dalam membuat proyek yang


(38)

diusulkan; kelima, guru mendampingi siswa dalam melakukan pembuatan proyek; keenam, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil proyek.

3. Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan sesuatu yang dirancang dengan sengaja untuk mendukung terjadinya proses belajar mengajar secara efektif dan efeisien dengan hasil yang optimal. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sugihartono (2007:81), menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir dan menciptakan sistem lingkungan belajar dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien serta hasil yang optimal.

Menurut Riyanto (2002:57) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu proses eksperimentasi. Selalu harus ada yang dipelajari karena adanya pengalaman-pengalaman baru. Selanjutnya Syaiful Sagala (2006:68) mendefinisikan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, hal tersebut dibuat karena adanya kebutuhan untuk meyakinkan yang pertama yaitu adanya alasan untuk belajar, yang kedua yaitu peserta didik belum mengetahui apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-hasil belajar dan tujuan yang akan dicapai.


(39)

Jadi pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, hal tersebut dibuat karena adanya kebutuhan untuk meyakinkan yang pertama yaitu adanya alasan untuk belajar, yang kedua yaitu peserta didik belum mengetahui apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-hasil belajar dan tujuan yang akan dicapai

b. Pengertian IPS

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang memadukan dari disiplin ilmu sosial dan humaniora. IPS merupakan mata pelajaran yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Trianto (2010: 171) menyatakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang diwujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.

IPS menurut National Council for Sosial Studies (NCSS) (dalam Supardi, 2011: 182) yaitu:

Sosial studies are the intergrated study of the sosial sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, sosial studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the natural


(40)

Definisi tersebut memiliki arti bahwa IPS merupakan kajian terintegrasi dari ilmu sosial dan humaniora untuk mengembangkan kemampuan sebagai warga negara. Melalui program yang diberikan di sekolah, IPS merupakan perpaduan yang sistematis dari disiplin ilmu antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, seperti keserasian isi humaniora, matematika, dan ilmu alam.

Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang diwujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.

c. Pengertian Pembelajaran IPS

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, pembelajaran IPS terdiri dari dua konsep utama, yaitu konsep tentang pembelajaran dan konsep tentang IPS. Jadi dapat ditegaskan bahwa pembelajaran IPS adalah suatu aktivitas belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa mengenai konsep-konsep dari IPS yang tersusun dari hasil integrasi berbagai cabang ilmu sosial atas dasar realitas dan fenomena sosial. d. Pengertian Kreativitas Siswa

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas seseorang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Kreativitas dapat membantu seseorang dalam


(41)

mengembangkan bakat yang dimiliki untuk meraih prestasi dalam hidupnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2012: 42-43), menjelaskan bahwa kreativitas adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh individu dengan adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari kombinasi karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi suatu karya baru yang berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya dan dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif pemecahannya dengan berpikir divergen.

Menurut Utami Munandar (1992:47), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu melalui kombinasi baru berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Pengertian kreativitas juga dijelaskan oleh Hamzah & Nurdin (2011: 154), menurutnya kreativitas sering digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis, mempunyai banyak ide, mampu menggabungkan sesuatu gagasan yang belum pernah tergabung sebelumnya dan kemampuan untuk menemukan ide untuk memecahkan permasalahan. Sedangkan Slameto (2010:145) menyatakan bahwa pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang mengahasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.


(42)

Jadi kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu melalui kombinasi baru berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Kreativitas seseorang juga sangat dibutuhkan dalam kehidupan untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya.

e. Pengertian Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kreativitas merupakan seseorang menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas seseorang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Kreativitas dapat membantu seseorang dalam mengembangkan bakat yang dimiliki untuk meraih prestasi dalam hidupnya. Kreativitas juga dibutuhkan dalam suatu kegiatan pembelajaran di kelas. Pada guru, kreativitas dibutuhkan untuk merancang suatu kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, sedangkan pada siswa, kreativitas dibutuhkan untuk memecahkan sebuah masalah dalam kegiatan diskusi.

Sund (1975) dalam Slameto (2010:147) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar. 2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. 3) Panjang akal.

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti.


(43)

6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.

7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas.

8) Berpikir fleksibel.

9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak.

10) Kemampuan membuat analisis dan sitesis. 11) Memiliki semangat bertanya serta meneliti. 12) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.

13) Memiliki latar belakang membaca yang cukup lama.

Menurut Utami Munandar (1999:88), kreativitas dari aspek berpikir kreatif dan sikap kreatif, semuanya mempunyai perumusan yang menjelaskan konsepnya yaitu:

1) Berpikir fleksibel 2) Berpikir divergen 3) Berpikir orisinil

4) Keterampilan menilai (mengevaluasi) 5) Rasa ingin tahu yang besar

6) Bersedia mengambil resiko

7) Merasa tertantang oleh kemajemukan 8) Imajinatif


(44)

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dalam penelitian ini ciri-ciri kreativitas yaitu: pertama, berfikir fleksibel; kedua, berfikir divergen; ketiga, berpikir orisinil; keempat, ketrampilan menilai; kelima, memiliki rasa ingin tahu yang besar; keenam, berani mengambil resiko; ketujuh, merasa tertantang oleh kemajemukan; kedelapan, imajinatif.

Jadi dapat ditegaskan bahwa kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS dapat dimaknai sebagai kemampuan siswa dalam menuangkan ide yang dimiliki untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran IPS. Kreativitas siswa dapat diamati melalui ciri-ciri: pertama, berfikir fleksibel; kedua, berfikir divergen; ketiga, berpikir orisinil; keempat, ketrampilan menilai; kelima, memiliki rasa ingin tahu yang besar; keenam, berani mengambil resiko; ketujuh, merasa tertantang oleh kemajemukan; kedelapan, imajinatif.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yang mendukung berjalannya penelitian ini adalah:

1. Enni Lestari 2011 dalam penelitian yang berjudul Penerapan Metode Belajar Project Based Learning Pada Pembelajaran Kewirausahaan

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Kreativtas Siswa Kelas XI

Program Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Moyudan


(45)

kewirausahaan menggunakan PJBL menunjukkann adanya peningkatan prestasi belajar dan kreativitas pada setiap siklusnya.

Dalam kesimpulan kajian teori pada penelitian ini dijelaskan bahwa metode Project Based Learning dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Enni Lestari yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning. Kreativitas siswa dalam pembelajaran kewirausahaan meningkat pada siklus II. Peningkatan tersebut dilihat dari nilai rata-rata ketujuh indikator yang mengalami kenaikan dari pertemuan pertama sebesar 24,09 menjadi 25,64 pada pertemuan kedua. Untuk persentasenya diperoleh 18,18% (sebanyak 4 siswa) memiliki kreativitas dalam kategori sangat tinggi, 63,64% (sebanyak 14 siswa) memiliki kreativitas dalam kategori tinggi, sebanyak 9,09% (sebanyak 2 orang siswa) memiliki kreativitas dalam kategori sedang dan sisanya 9,09% (sebanyak 2 orang siswa) memiliki kreativitas dalam kategori yang rendah. Jumlah siswa yang memiliki kreativitas dalam kategori sedang, tinggi, sangat tinggi ada 20 siswa atau 90,91%.

Dengan demikian, penerapan metode Project Based Learning pada siklus II telah mampu meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran kewirausahaan, sesuai target yang diharapkan yaitu minimal 17 siswa atau 75% dari total siswa kelas XI AP1 memiliki kreativitas dalam kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Melihat hal tersebut, penelitian yang


(46)

dilakukan Enni Lestari sangat mendukung untuk keberlangsungan penelitian ini.

2. Rina Dewi Marina 2012Dalam penelitian yang berjudul Penggunaan Peta Konsep (Concept Mapping) Untuk Meningkat Prestasi Belajar Siswa Pada

mata Pelajaran IPS Di Kelas V SD Wonoroto, Kecamatan Windusari,

Kabupaten Magelang (skripsi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan peta konsep pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata kelas dan peningkatan nilai individu siswa.

Dalam kajian teori pada penelitian dijelaskan bahwa metode Concept Mapping dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rina Dewi Marina. Penerapan metode Concept Mapping yang dilakukan oleh Rina dapat menaikkan prestasi belajar. Prestasi belajar dapat naik karena kreativitas siswa yang meningkat. Kenaikan prestasi belajar tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yang tadinya 57,4 dengan pencapaian KKM 11 siswa (47,8%) sebelum dilaksanakan tindakan. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7,8 (13,6%) dan nilai rata-rata menjadi 65,2 dengan pencapaian KKM 20 siswa (87%). Pada siklus II meningkat 6,7 (9,4%) dari siklus sebelumnya, sehingga nilai rata-rata kelas menjadi 7,9 dengan pencapaian KKM 22 siswa (95,7%). Melihat hal tersebut,


(47)

penelitian yang dilakukan Rina Dewi Marina sangat mendukung untuk keberlangsungan penelitian ini.

C. Kerangka Pikir

Kreativitas siswa saat ini masih sangat rendah, hal ini menjadi tanggung jawab seorang guru dalam bidang pendidikan. Seorang guru sangat berperan dalam proses pembelajaran dan akan membantu siswa dalam menciptakan kreativitas. Namun pada kenyataannya guru belum berperan sepenuhnya dalam mingkatkan kreativitas siswa. Metode yang digunakan guru masih kurang bervariasi sehingga menyebabkan siswa jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran.

Keadaan di atas juga terjadi di kelas VII SMP Negeri 2 Gamping. Pembelajaran IPS masih didominasi oleh guru, selain itu metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang bervariasi serta siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut berpengaruh pada kreativitas siswa yang rendah, karena siswa tidak dibiasakan menghadapi masalah-masalah yang menuntun mereka mencari penyelesainnya. Dengan kondisi seperti ini perlu dicari solusi-solusi untuk menciptakan proses pembelajaran IPS yang tepat dan membantu meningkatkan kreativitas siswa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran Concept mapping dan Project Based Learning. Dalam metode Concept mapping siswa dituntut untuk berkreasi dan menciptakan ide-ide yang kemudian dituangkan dalam sebuah konsep. Sedangkan dalam metode Project Based Learning siswa dihadapkan pada


(48)

masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamnnya dalam beraktivitas secara nyata.

Untuk memperjelas kerangka pikir yang telah diuraikan, maka digambarkan bagan kerangka pikir dalam penelitian ini:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Metode yang diterapkan guru kurang bervariasi

Kreativitas siswa Rendah

Angket Awal Angket Awal

Kelas Eksperimen 2 (Perlakuan dengan Metode

Project Based Learning) Kelas Eksperimen 1

(Perlakuan dengan Metode Concept mapping)

Observasi Observasi

Angket Akhir Angket Akhir

Uji t

Perbedaan Penerapan Metode Concept Mapping dengan Metode Project Based Learning dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Gamping

Pembelajaran IPS kelas VII di SMP Negeri 2 Gamping

Penerapan metode yang lebih meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS


(49)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada kerangka pikir, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kreativitas siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gamping yang menggunakan metode Concept Mapping dan metode Project Based Learning.


(50)

36

Penelelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan metode Concept Mapping dan Metode Project Based Learning dalam meningkatkan kreativitas siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gamping.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan Randomized Subject, Pretest-Posttest Group Design.

Table 1. Desain Penelitian Eksperimen

Kelompok Awal Perlakuan

(Treatment)

Akhir

KE1 Y1 Ta Y2

KE2 Y1 Tb Y2

(Sumber: Wiersma William, 2009: 146) Keterangan:

KE1 = Kelas Eksperimen 1 KE2 = Kelas Eksperimen 2

Y1 = Pemberian Angket dan Observasi Awal Ta = Perlakuan dengan metode Concept mapping Tb = Perlakuan dengan metode Project Based Learning Y2 = Pemberian Angket dan Observasi Akhir


(51)

B. Variabel Penelitian

Jenis variabel dalam penelitian ini ada 2, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berikut ini merupakan penjelasan variabel yang terdapat dalam penelitian.

1. Variabel bebas atau independent variabel (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penerapan metode Concept Mapping dan penerapan metode Project Based Learning. X1 yaitu penerapan metode Concept Mapping dan X2 yaitu penerapan metode Project Based Learning.

2. Variabel terikat atau dependent variabel (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS. Pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen akan berakibat pada perbedaan kreativitas siswa kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Penerapan Metode Concept Mapping

Penerapan metode Concept Mapping adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu/kelompok untuk mencapai tujuan tertentu melalui sebuah cacatan kreatif yang dituangkan dalam ilustrasi grafis konkret. Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode Concept Mapping dalam penelitian ini yaitu: pertama, siswa mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep; kedua, siswa mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder untuk menunjang ide pokok; ketiga, siswa


(52)

menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta; keempat, siswa mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama; kelima, siswa menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata atau kata penghubung; keenam, guru mendampingi siswa melakukan diskusi dalam pembuatan peta konsep; ketujuh, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil peta konsep.

2. Penerapan Metode Project Based Learning

Penerapan metode Project Based Learning adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu/kelompok untuk mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan-kegiatan kompleks untuk menghasilkan produk yang nyata. Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode Project Based Learning dalam penelitian ini yaitu: pertama, siswa dibagi menjadi 5-6 kelompok; kedua, siswa memunculkan masalah yang berkaitan dengan pelajaran; ketiga, siswa memikirkan sebuah ide/proyek yang berupa produk atau karya pemikiran sebagai alternatif pemecahan masalah; keempat, setiap kelompok saling bekerja sama dalam membuat proyek yang diusulkan; kelima, guru mendampingi siswa dalam melakukan pembuatan proyek; keenam, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil proyek.

3. Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS

Kreativitas dalam pembelajaran IPS dapat dimaknai sebagai kemampuan siswa dalam menuangkan ide yang dimiliki untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran IPS. Adapun indikator kreativitas siswa dalam


(53)

pembelajaran IPS meliputi : pertama, berfikir fleksibel; kedua, berfikir divergen; ketiga, berpikir orisinil; keempat, ketrampilan menilai; kelima, memiliki rasa ingin tahu yang besar; keenam, berani mengambil resiko; ketujuh, merasa tertantang oleh kemajemukan; kedelapan, imajinatif.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di kelas VII SMP Negeri 2 Gamping yang beralamat di Jalan Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Juli 2015.

E. Populasi

Populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Nurul Zuriah, 2007: 116). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gamping Tahun Ajaran 2014/2015. Jumlah populasi sebanyak 204 siswa. F. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi, sebagai contoh (master) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nurul Zuriah, 2007: 119). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Simple Random Sampling yaitu dengan cara pengundian. Teknik ini dilakukan karena populasi bersifat homogen. Pengundian dilakukan dengan gulungan kertas untuk mencari kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Berdasarkan pengundian terpilihlah kelas VII E dan VII F. Kelas VII F sebagai kelas eksperimen 1 dan mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan metode Concept mapping sedangkan kelas VII E sebagai kelas eksperimen 2 dan


(54)

mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan metode Project Based Learning.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan mengenai kreativitas siswa selama pembelajaran IPS berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk kelas yang menggunakan metode Concept mapping dan metode Project Based Learning. Observasi juga dilakukan kepada guru dengan melakukan pengamatan mengenai langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru untuk kelas yang menggunakan metode Concept mapping dan metode Project Based Learning.

2. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199).

Teknik angket dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan sejumlah pernyataan tertulis kepada siswa untuk mengetahui kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS. Angket ini bersifat tertutup dimana siswa diminta mengisi tanda checklist () pada kolom yang sesuai. Teknik angket dalam penelitian ini dilakukan kepada siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan dengan metode Concept mapping dan metode Project Based Learning.


(55)

H. Instrumen Pengumpulan Data 1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar pengamatan untuk mengevaluasi kreativitas siswa sesuai dengan indikator dan langkah-langkah pembelajaran IPS dengan metode Concept mapping dan Metode Project Based Learning. Penilaian lembar observasi kreativitas siswa dilakukan dengan cara memberikan alternatif pilihan “Ya” atau “Tidak”. Pada jawaban “Ya” diperoleh nilai 1 (satu) dan pada jawaban “Tidak” diperoleh nilai 0 (nol).

Table 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kreativitas Siswa

No. Indikator Nomor

Item 1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar 1, 2, 3

2. Berpikir fleksibel 4, 5

3. Berpikir divergen 6

4. Berpikir orisinil 7, 8, 9

5. Ketrampilan menilai 10

6. Berani mengambil resiko 11, 12

7. Merasa tertantang oleh kemajemukan 13, 14

8. Imajinatif 15, 16


(56)

Kisi-kisi lembar observasi guru disajikan dalam tabel 3 dan tabel 4 berikut. Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru Keterlaksanaan Metode

Concept mapping

Aspek yang Diamati

Indikator Nomor

Item

1. Pendahuluan a. Membuka pelajaran dengan salam dan

berdoa.

1

b. Mengkondisikan kelas (presensi). 2

c. Memberi apersepsi dan motivasi:

berkaitan dengan materi pada hari ini.

3

d. Menyampaikan topik dan tujuan

pembelajaran.

4

2. Kegiatan Inti a. Menyampaikan materi pelajaran IPS. 5

b. Membagi kelas menjadi 5-6

kelompok.

6

c. Menjelaskan langkah-langkah metode. 7

d. Mengidentifikasi ide pokok atau

prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.

8

e. Mengidentifikasi ide-ide atau

konsep-konsep sekunder untuk menunjang ide pokok.

9

f. Menempatkan ide utama di tengah

atau di puncak peta.

10

g. Mengelompokkan ide-ide sekunder di

sekeliling ide utama.

11

h. Menghubungkan konsep-konsep itu

dengan kata-kata atau kata

penghubung.

12

i. Mendampingi siswa melakukan

diskusi dalam pembuatan peta konsep.

13

j. Memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mempresentasikan hasil peta konsep.

14

3. Penutup a. Menyimpulkan materi pelajaran

bersama siswa dan melakukan refleksi

terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan.

15, 16

b. Menyampaikan nilai dan moral dari

pembelajaran hari ini serta mengakhiri pelajaran,


(57)

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru Keterlaksanaan Metode

Project Based Learning

Aspek yang Diamati

Indikator Nomor

Item 1. Pendahuluan a. Membuka pelajaran dengan salam

dan berdoa.

1 b. Mengkondisikan kelas (presensi). 2 c. Memberi apersepsi dan motivasi:

berkaitan dengan materi pada hari ini.

3

d. Menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran.

4 2. Kegiatan Inti a. Menyampaikan materi pelajaran

IPS.

5 b. Membagi kelas menjadi 5-6

kelompok.

6 c. Menjelaskan langkah-langkah

metode.

7 d. Memunculkan masalah yang

berkaitan dengan pelajaran.

8 e. Memikirkan sebuah ide/proyek

yang berupa produk atau karya pemikiran sebagai alternatif pemecahan masalah.

9

f. Meminta setiap kelompok untuk saling bekerja sama dalam membuat proyek yang diusulkan.

10

g. Mendampingi siswa dalam melakukan pembuatan proyek.

11 h. Memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mempresentasikan hasil proyek.

12

3. Penutup a. Menyimpulkan materi pelajaran bersama siswa dan melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

13, 14

b. Menyampaikan nilai dan moral dari pelajaran hari ini serta mengakhiri pelajaran.


(58)

2. Angket Kreativitas

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa mengenai pelaksanaan metode Concept Mapping dan Project Based Learning dalam meningkatkan kreativitas siswa. Kisi-kisi angket kreativtas siswa berupa pernyataan tertutup. Berikut kisi-kisi angket kreativitas siswa.

Tabel 5. Kisi-kisi Angket Kreativitas Siswa

No. Indikator Nomor

Item 1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar 1, 2, 3

2. Berpikir fleksibel 4, 5

3. Berpikir divergen 6

4. Berpikir orisinil 7, 8, 9

5. Ketrampilan menilai 10

6. Berani mengambil resiko 11, 12

7. Merasa tertantang oleh kemajemukan 13, 14

8. Imajinatif 15, 16

(Sumber: Utami Munandar, 1999: 88)

Skala angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Dalam penelitian ini menggunakan angket dengan bentuk checklist yang berupa pernyataan positif, siswa hanya memilih salah satu jawaban dari 4 kategori yang disediakan. Berikut penskoran angket berdasarkan skala Likert.

Table 6. Skor Angket Kreativitas Siswa

Alternatif Jawaban Skor

Selalu (SL) 4

Sering (SR) 3

Kadang (KK) 2

Tidak Pernah (TP) 1


(59)

I. Uji Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian merupakan validitas isi dan validitas konstruk.

a. Validitas Isi

Validitas isi merupakan derajat dimana sebuah instrument mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Validitas isi dalam penelitian ini ditilik dari segi isi instrument sebagai alat pengukur kreativitas siswa. Instrumen dalam validitas isi terdiri dari lembar observasi dan angket. Validitas isi ditentukan melalui pertimbangan dosen pembimbing dan narasumber. Selain itu validitas isi dalam penelitian ini juga ditentukan dari saran-saran anggota dalam seminar proposal skripsi.

b. Validitas Konstruk

Validitas konstruk dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukkan suatu instrument mengukur sebuah konstruk sementara. Dalam penelitian pengujian validitas konstruk ditentukan melalui pertimbangan dosen pembimbing. Instrumen yang telah disetujui oleh dosen pembimbing kemudian diujicobakan dan dianalisis dengan korelasi product moment dengan bantuan program SPSS dengan taraf signifikansi 0,05. Jika r hitung>r tabel maka instrumen dinyatakan valid, namun jika r hitung<r tabel maka instrumen dinyatakan tidak valid. Berikut merupakan hasil uji validitas lembar angket kreativitas siswa.


(60)

Tabel 7. Hasil Uji Validitas

Instrumen Butir yang Tidak Valid

Lembar Angket 7, 11, 17

Butir-butir yang tidak valid tersebut digugurkan karena masih ada butir-butir valid yang mewakili setiap indikator. Hasil uji validitas angket selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 118.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan tingkat konsistensi atau tingkat keajegan sebuah instrumen. Instrumen yang reliabel akan memberi hasil yang tetap walaupun dilakukan oleh siapa saja dan di waktu yang berbeda. Teknik yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah reliabilitas internal, yaitu menganalisis data dari satu kali pertemuan (Suharsimi Arikunto, 2010: 223). Perhitungan reliabilitas angket kreativitas siswa dalam penelitian ini menggunakan rumus koefisien Alpha (alpha cronbach) dengan bantuan program SPSS 19. Adapun rumus alpha cronbach menurut Arikunto Suharsimi yaitu:

r11 = [ ] [ ] Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pernyataan ∑α2

b = jumlah varian butir ∑α2


(61)

Menurut Sugiyono (2012: 184) suatu instrumen dikatakan reliabel jika koefisien korelasinya > 0,6. Semakin tinggi nilai koefisien korelasinya, maka semakin reliabel instrumen tersebut dan sebaliknya. Berikut merupakan hasil uji reliabilitas lembar angket kreativitas siswa.

Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas

Instrumen Reliabilitas Instrumen

Keterangan

Lembar angket 0,714 Reliabel

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus alpha cronbach nilai reliabilitas angket adalah 0,714. Maka instrumen lembar angket dapat dinyatakan reliabel karena nilai reliabilitasnya > 0,6. Hasil dari uji reliabilitas angket selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 119.

J. Teknik Analisis Data 1. Penyajian Data

a. Tabel Distribusi Frekuensi

Data yang telah terkumpul akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan agar data yang disajikan mudah dipahami. Adapun langkah-langkah pembuatan tabel distribusi frekuensi yaitu: 1) Menentukan rentang data (R)


(62)

2) Menentukan Kelas Interval (K)

Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus sebagai berikut:

K = 1 + 3,3 log n Keterangan:

K = jumlah kelas interval n = jumlah data

3) Menentukan panjang kelas (P)

Panjang kelas = rentang (R) / jumlah kelas interval (K) b. Diagram Batang

Setelah tabel distribusi frekuensi dibuat selanjutnya dibuat diagram batang. Diagram batang dibuat untuk melihat tampilan fisik dari data yang diperoleh.

2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok sampel berdistribusi normal atau tidak. Data yang memiliki ditribusi normal berarti data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov dibantu dengan program SPSS 19. Kriteria pengujiannya jika nilai signifikan >0,05 maka dapat dikatakan bahwa data berdidtribusi normal, tetapi jika nilai signifikan <0,05 maka data tidak berdistribusi normal.


(63)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok sampel mempunyai varians populasi yang sama atau berbeda. Pengujian homogenitas dilakukan terhadap sebaran data dari kedua kelas yaitu kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 secara bersamaan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians dari data kedua kedua kelas eksperimen tersebut homogen atau tidak. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Test Homogenity of Variances dengan bantuan program SPSS 19. Data akan homogen jika memiliki nilai signifikansi >0,05.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang sisgnifikan dalam hal kreativitas siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pengujian hipotesis dalam penelitian dilakukan dengan analisis independent-sample-T-test. Kriteria pengujian hipotesis pada penelitian adalah jika t hitung>t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika t hitung<t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Penerimaan dan penolakan Ho juga dapat dilihat melalui nilai signifikansi yaitu jika (sig) > 0,05 maka Ho diterima, dan jika (sig) < 0,05 maka Ho ditolak.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

Ho: Tidak terdapat perbedaan kreativitas siswa yang signifikan antara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gamping yang menggunakan metode Concept Mapping dan metode Project Based Learning.


(64)

Ha: Terdapat perbedaan kreativitas siswa yang signifikan antara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gamping yang menggunakan metode Concept Mapping dan metode Project Based Learning.


(65)

51 1. Deskripsi Tempat Penelitian

a. Keadaan Fisik SMP Negeri 2 Gamping

SMP Negeri 2 Gamping terletak di Jalan Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman. Sekolah ini memiliki 18 kelas yang masing-masing tingkat terdiri atas 6 ruang untuk kelas VII, VIII dan IX. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan white board, papan presensi, papan pengumuman, dan papan struktur organisasi.

Sarana dan prasarana yang lain di SMP Negeri 2 Gamping tergolong cukup lengkap. Sarana dan prasarana tersebut yaitu Ruang Kepala Sekolah, Ruang Tata Usaha, Ruang Guru, Ruang Perpustakaan, Ruang BK, Ruang Koperasi Siswa, Ruang UKS, Ruang OSIS, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Mushola, Kantin, Lapangan Olah Raga, Kamar Mandi Guru, Kamar Mandi Siswa, dan Tempat Parkir untuk guru dan siswa. Sarana dan prasarana tersebut dalam keadaan layak dan terawat serta dapat dimanfaatkan dengan baik.


(66)

b. Keadaan Non Fisik SMP Negeri 2 Gamping

SMP Negeri 2 Gamping memiliki tenaga pengajar atau guru sebanyak 36 orang PNS S1, 1 Orang PNS D3 dan 7 orang Guru Honorer dengan tingkat pendidikan S1. Karyawan di SMP Negeri 2 Gamping terdiri atas 16 orang dengan masing-masing bidang keahliannya. Karyawan tersebut terbagi menjadi 4 karyawan tetap dan 8 karyawan tidak tetap yang bekerja sebagai tenaga TU (Tata Usaha), serta 4 karyawan tidak tetap yang bekerja sebagai penjaga sekolah.

Jumlah siswa SMP Negeri 2 Gamping tahun ajaran 2014/2015 secara keseluruhan berjumlah 606 siswa yang terdiri atas 204 siswa kelas VII, 204 siswa kelas VIII dan 198 siswa kelas IX. Mereka terbagi dalam 18 kelas. Sekolah ini memiliki 8 kegiatan ekstra kurikuler yaitu Pramuka, KIR, Basket, Karawitan, Tari, Drum Band, Seni Musik, dan Seni Rupa.

Adapun Visi dan Misi SMP Negeri 2 Gamping yaitu: 1) Visi

Prima dalam prestasi berlandaskan iman dan taqwa, berbudi pekerti luhur serta cinta tanah air.

2) Misi

a) Melaksanakan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan).

b) Melaksanakan pembelajaran untuk mewujudkan lulusan yang cerdas, kompetitif, dan berkahlak mulia.


(67)

c) Mewujudkan lulusan yang memiliki keterampilan dasar dalam kehidupan (life skill).

d) Mewujudkan sekolah yang memiliki budaya hidup bersih, disiplin dan berperilaku sesuai norma agama dan tata krama.

c. Kondisi Umum Kelas Penelitian

Subjek dalam penelitian yaitu kelas VII E dan kelas VII F SMP Negeri 2 Gamping. Masing-masing kelas berjumlah 34 siswa. Sarana dan prasarana di kedua kelas sudah cukup memadai antara lain terdapat meja dan kursi untuk guru dan siswa, white board, papan presensi, papan pengumuman, dan papan struktur organisasi. Namun di kedua kelas tersebut belum dilengkapi dengan sarana pendukung pembelajaran seperti LCD dan proyektor.

2. Deskripsi Data Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di kelas VII E dan VII F SMP Negeri 2 Gamping. Masing-masing kelas mendapat jatah 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Data penelitian ini diambil dari angket awal, angket akhir, dan observasi.

Langkah awal yang dilakukan adalah siswa diberikan angket awal kreativitas siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah diberi angket awal masing-masing kelas diberi perlakuan. Kelas eksperimen 1 (kelas VII F) diberi perlakuan dengan metode Concept Mapping, sedangkan kelas eksperimen 2 (kelas VII E) diberi perlakuan dengan metode Project Based Learning.


(68)

Selama proses pembelajaran terdapat 2 observer ( peneliti dibantu oleh 1 orang observer) yang bertugas memantau dan mengamati kreativitas siswa serta keterlaksanaan pembelajaran IPS pada kedua kelompok tersebut. Setelah diberi perlakuan, masing-masing kelas diberi angket akhir untuk mengetahui perbedaan peningkatan kreativitas siswa.

Jadwal pelaksanaan pengambilan data pada kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Kelas Eksperimen

No Hari/Tanggal Waktu Keterangan

Kelas eksperimen 1 (CM) Kelas eksperimen 2 (PjBL) 1. Selasa, 12 Mei 2015 07.00-07.40

07.40-08.20 09.00-09.40 09.55-10.35

Angket awal, metode CM -

-

- -

Angket awal, metode PjBL 2. Selasa, 19 Mei 2015 09.00-09.40

09.55-10.35 11.15-11.55 12.15-12.55

- -

Angket akhir, metode CM

Angket akhir, metode PjBl -

-

3. Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian

Data pada penelitian yaitu data observasi kreativitas siswa, dan hasil angket awal dan akhir kreativitas siswa. Berikut disajikan data untuk hasil observasi dan angket kreativitas siswa. Deskripsi data yang disajikan meliputi nilai tertinggi (max), nilai terendah (min), dan rata-rata (mean).


(69)

Untuk data hasil observasi dan hasil angket kreativitas siswa juga disajikan dalam bentuk persentase.

Kemudian untuk menyusun tabel distribusi frekuensi digunakan langkah-langkah dengan urutan mencari rentang (R) = data terbesar – data terkecil, kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n, dan panjang kelas (P) = rentang / jumlah kelas interval.

1. Data Observasi Kreativitas siswa

Tabel 10. Data Observasi Kreativitas Siswa Kriteria

Data

E1 (CM) Observasi 1

E1 (CM) Observasi 2

E2 (PjBL) Observasi 1

E2 (PjBL) Observasi 2

Max 9 15 11 14

Min 2 6 1 2

Mean 6,1 9,6 6,6 8,2

Pencapaian 37,8% 59,6% 41,2% 51,2%

Peningkatan 21,8% 10%

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa skor observasi 1 kreativitas siswa tertinggi kelompok ekspermen 1 (CM) = 9; skor terendah = 2; dan rata-rata = 6,1; sedangkan pada kelas eksperimen 2 (PjBL) skor tertinggi = 11; skor terendah = 1; dan rata-rata = 6,6. Kemudian pada observasi 2 diketahui kreativitas siswa tertinggi kelas eksperimen 1 (CM) = 15; skor terendah = 6; dan rata-rata = 9,6; sedangkan pada kelas eksperimen 2 (PjBL) skor tertinggi = 14; skor terendah = 2; dan rata-rata = 8,2. Hasil pencapaian kreativitas siswa berdasarkan persentase observasi 1 pada kelas eksperimen 1 (CM) yaitu 37,8% sedangkan kelas eksperimen 2 (PjBL) yaitu 41,2%. Pada


(1)

131

LAMPIRAN 26: Surat Perijinan


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya peningkatan hasil belajar IPS melalui project based learning (pembelajaran berbasis proyek) pada siswa kelas V di SD Islam Al-Syukro Universal

1 26 253

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VII Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Banyudono Tahun Aja

0 3 15

IMPLEMENTASI METODE CONCEPT MAPPING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI IMPLEMENTASI METODE CONCEPT MAPPING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI UPAYAPENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gondangrejo).

0 1 9

IMPLEMENTASI METODE CONCEPT MAPPING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI IMPLEMENTASI METODE CONCEPT MAPPING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI UPAYAPENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gondangrejo).

0 1 152

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATKA SISWA DENGAN PROJECT BASED LEARNING Peningkatan Kreativitas Dan Prestasi Belajar Matematka Siswa Dengan Project Based Learning ( Ptk Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Viie Semester Genap Smp Negeri

0 1 18

APLIKASI METODE IMAGE STREAMING DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 14 BANDUNG.

0 13 48

PENDAHULUAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROJECT-BASED LEARNING (PTK di Kelas VII C SMP Negeri 4 Wonogiri).

0 1 6

Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas VII SMP RSBI.

0 0 1

Perbedaan Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping Dan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) Dalam Meningkatkan Kreativitas Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan.

0 10 185

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN METODE DISCUSSION GROUP (DG)-GROUP PROJECT (GP) KELAS VII B SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA.

1 3 236