UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA
TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06
KOTA SALATIGA 2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
OLEH :
AHMAD ALFIYAN FAKHRONI
NIM: 11510055
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA
TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06
KOTA SALATIGA 2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
OLEH :
AHMAD ALFIYAN FAKHRONI
NIM: 11510055
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP.19670112 199203 1005
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Jadilah Seseorang Yang Tersenyum, Bukan Orang Yang Tertawa.
Teruskanlah Berdakwah, Dan Jangan Menjadi Orang Yang Tanpa Tujuan.
Janganlah Kamu Melakukan Kekhilafan Lagi Dan Perputus Asa. Dam
Menangislah Disebabkan Karena Kekhilafan Yang Kamu Lakukan Itu.
( NasehatNabiKhidirKepadaMusa AS)
Menjadi Apapun Kamu, Maknailah Dengan Hatimu.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1.
Kedua Orang TuaSaya Yang Selalu Mendidikku Dan Memotivasiku.
2. Adik-Adikku Yang Ada Di Lampung, Serta
AdikkuYangLagiMenyelesaikanKuliahnya Di JeparaSemogaDenganKarya Kecil IniDapatMemberiMotivasi Kalian.
3. Kepada DEDE Yang SelamaIniSudahMemberiSemangatBuatku, TrimakasihBanyakAtasBantuannya. Dan TrimakasihBanyakBuatKebersamaannya. Semoga Engkau Mendapatkan Yang Terbaik Dari Padaaku.
4. My Best Frend, Ahmad Syaifudin, Yang TelahMengajariku Serta MembimbingkuSelamaIni.
5. TakLupa Serta Teman-TemanSeperjuangannku di JurusanTarbiyah STAIN Salatiga 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Rahman Dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemauan dan kemampuan sehingga penulis dapan menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Uswatun Hasanah Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin. Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan bekal kemauan dan tekad yang kuat serta bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah sekripsi yang sederhana ini dengan judul “ UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DI SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA TAHUN2014 dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih banyak yang tiada taranya kepada :
1. Bapak Dr. RahmadHariyadi M.Pd.selakuKetua STAIN Salatiga.
2. BapakSumarnoWidjadipa, M.Pdselakudosenpembimmbing yang denganikhlassertadengansabarmemberikanbimbingannyahinggatersusu nskripsiini.
3. STAIN Salatiga yang KaryawanPerpustakaan telahmenyediakanfasilitasnya.
4. pula kepadakaryawanperpusda yang Terimakasih memberikanfasilitasnya pula.
5. Bapakdanibukutercinta yangtelahmemberikankasihsayangnyadenganikhlassertamotivasidanba ntuan yang beliauberikan.
ABSTRAK
Ahmad Alfiyan Fakhroni. 2014.UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DI SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA TAHUN 2014. Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Sumarno Widjadipa, M.Pd. Kata Kunci : Tulang Napier, Hasil Belajar,Operasi Hitung Perkalian
Banyak siswa di SDN Sidorejo Lor 06 mengangap mata pelajaran matematika itu sulit sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar mereka. Untuk itu penulis menerapkan pembelajaran matematika pada operasi hitung perkalian menggunakan alat peraga tulang napier agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga.
Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Urutan kegiatan penelitian mencakup : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan tes formatif. Sedangkan untuk analisanya menggunakan teknik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes individu pada post tes siklus I sebesar 33,3% atau sebanyak 10 siswa dari 33 siswa dinyatakan lulus pada standar KKM individu/kelas. Sedangkan yang gagal 23 siswa atau sebesar 69,7%. Sedangkan pada standar KKM nasional/ideal 12,1% atau 4 siswa dinyatakan lulus dan yang gagal sebanyak 29 siswa atau 87,9%. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan alat peraga tulang napier selama 2 siklus. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 75,8% atau sebanyak 25 siwa dari 33 siswa yang dinyatak lulus pada standar KKM individu/kelas, sedangkan yang gagal sebanyak 8 siswa atau sebesar 24,2%. Pada standar nasional/ideal sebanyak 12 siswa atau sebesar 36,3% yang dinyatakan lulus, yang gagal sebanyak 21 siswa atau sebesar 63,7%. Kemudian pada siklus III meningkat menjadi 87,9% atau sebanyak 29 siswa dari 33 siswa yang dinyatakan lulus pada standar KKM individu/kelas, dan yang gagal sebanyak 4 siswa atau sebanyak 12,1%. Sedangkan pada standar nasional/ideal sebanyak 22 siswa atau 66,7% yang dinyatakan lulus, sedangkan yang gagal sebanyak 11 siswa atau sebesar 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa 50% lebih siswa berhasil mempelajari operasi hitung perkalian pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga tulang napier.
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL i
LEMBAR BERLOGO ii
JUDUL iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iv PENGESAHAN KELULUSAN v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN vi MOTO DAN PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR viii
ABSTRAK x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN A.
1 Latar Belakang Masalah B.
4 Rumusan Masalah C.
4 Tujuan Penelitian D.
5 Manfaat Penelitian E.
7 Definisi Operasional F.
8 Hipotesis G.
9 Metode Penelitian H.
16 Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.
17 Hasil Belajar 1.
18 Ciri-ciri Belajar 2.
19 Prinsip Belajar 3.
19 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar B.
20 Matematika 1.
21 Pengertian 2.
21 Fungsi dan Tujuan 3.
22 Ruang Lingkup C.
23 Tulang Napier 1.
23 Pengertian 2.
24 Prinsip dan Cara Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier 3.
27 Operasi Perkalian D.
29 Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 1.
29 Pengertian 2.
29 KKM Nasional, Kelas, dan Individu
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A.
33 Deskripsi Pra Siklus B.
33 Deskripsi Siklus I 1.
33 Perencanaan 2.
35 Tindakan 3.
37 Observasi 4.
37 Refleksi C.
38 Deskripsi Siklus II 1.
38 Perencanaan 2.
39 Tindkan 3.
40 Observasi 4.
40 Refleksi D.
41 Deskripsi Siklus III 1.
41 Perencanaan 2.
41 Tindakan 3.
42 Observasi 43 4.
Refleksi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
44 Hasil Penelitian 1.
44 Standar Pencapaian KKM 2.
45 Pra Siklus 3.
45 Siklus I
4.
49 Siklus II 5.
55 Siklus III B.
62 Pembahasan 1.
62 Hasil Rekapitulasi 2.
65 Kondisi Awal 3.
65 Kondisi Akhir
BAB V PENUTUP A.
68 Kesimpulan B.
69 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1Hasil tes formatif pada siklus I
Tabel 4.2 tes formatif siklus IITabel 4.3 perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus IITabel
4.4 Hasil tes formatif siklus III Tabel
4.5 Perbandingan hasil belajar pada siklus II dan III
4.6Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada Tabel standar KKM individu/kelas
4.7 hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada Tabel standar KKM nasional/ideal Tabel
4.8 Rekapitulasi perbandingan hasil belajar siklus I,II, dan III
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus I Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus II Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus III Lampiran 5 Lembar Soal Post Tes Matematika Siklus I, II dan III Lampiran 6 Lembar Jawab Siklus I, II dan III Lampiran 7 Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus I Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I Lampiran 9 Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus II Lampiran 10 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II Lampiran 11 Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus III Lampiran 12 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III Lampiran 13 Lampiran Foto Siklus I Lampiran 14 Lampiran Foto Siklus II Lampiran 15 Lampiran Foto Siklus III Lampiran 16 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Lampiran 17 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 18 Biografi Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok, mata pelajaran
wajib yang ada disetiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Matematika juga menjadi salah satu dari tiga pelajaran wajib yang mulai tahun ajaran 2009/2010 dimasukan dalam UASBN. Sampai sekarang masih ada siswa yang kurang berminat terhadap matematika dan prestasi belajar matematikapun belum menunjukan hasil yang optomal.
Siswa sekolah dasar mulai mengenal oprasi hitung perkalian ketika berada di kelas II. Seharusnya mereka sudah mengetahui konsep dasarnya ketika berada di kelas rendah dan sudah bisa mengaplikan konsep tersebut ke dalam materi yang lainnya ketika berada di kelas yang lebih tinggi yaitu kelas IV, V dan VI.
Kenyataannya siswa kelas V yang termasuk kelas tinggi, banyak yang belum hafal perkalian dasar.Sepeti halnya yang dihadapi oleh SDN Sidorejo lor 06 Kota Salatiga, masih adanya sebagian siswa yang belum memahami atau pun mengerti tentang perkalian. Untuk mengerjakan perkalian dua angka atau lebih mereka masih kesulitan. Kesulitan itu terlihat pada oprasi hitung perkalian ketika tes akhir pembelajaran matematika , untuk oprasi hitung perkalian di kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga menunjukan hasi yang kurang memuaskan.
Masalah yang sering muncul adalah siswa dalam kondisi terpaksa harus menghafal secara mekanis apa-apa yang telah disampaikan oleh guru, sehingga menjadikan para siswa tidak memiliki kebranian untuk mengemukakan pendapat, tidak kreatif dan mandiri, apa lagi tuk berfikir inovatif. Selain itu, pendekatan pembelajaran matematika masih menggunakan pendekatan tradisional , yaitu duduk dengan catat dan hafal. Pembelajaran jadi membosankan , tidak menerik dan hasilnya tidak memuaskan. Waktu mengerjakan soalpun lebih lama, sehingga tidak semua soal dapat terjawab dengan cepat dan benar.
Mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa kelas IV SD pada semester 1 untuk membekali siswa tuk berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi tuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Untuk menguasai mata pelajaran matematika secara baik, diperlukan pemahaman konsep dan prosedur secara baik pula.
Pemahaman konsep matematika tidak lahir dengan sendirinya , tetapi diproses melalui tatanan kehidupan pembelajaran. Tatanan kehidupan pembelajaran di sekolah secara formal yang paling dominan adalah pembelajaran. Berarti, praktik pembelajaran di sekolah idealnya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Akan tetapi, ada sebagian praktik pembelajaran model pada pelajaran matematika belum secara serius dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang benar untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas, kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Sebagian besar praktik pelajaran di sekolah masih menggunakan cara-cara lama yang dikembangkan dengan menggunakan intuisi, atau berdasarkan pengalaman sejawat.
Mata pelajaran matematika tentang operasi hitung perkalian dilaksanakan semester gasal tahun 2014/2015, sehingga belum tahu kesenjangannya. Namun kesenjangan tersebut dapat diasumsikan relevan dengan kesenjangan yang ada pada mata pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas pada SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga. Asumsi ini peneliti ambil, karena peneliti berkolaborasi bersama guru kelas sekaligus materi ajar, sarana prasarana lingkungan sekolah serta karakteristik siswanya tidak jauh berbeda.
Mata pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas atau guru matematika belum menunjukan suatu proses peningkatan pemahaman konsep siswa. Proses pembelajaran masih sebatas sebagai proses trasfer of knowladge, bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru, bukan pada kebutuhan siswa yang lazim disebut teacher.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul : “ UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA 2014 “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Apakah penggunaan peraga tulang napier dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian pada siswa kelas IV SD Negri Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun pelajaran 2014? “ C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada oprasi hitung perkalian dan pencapaian target KKM siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga dengan menggunakan alat peraga tulang napier sehingga dihasilkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan akhirnya dapat mencapai dapat mencapai hasil pembelajaran dengan tuntas.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga tulang napier.
2. Manfaat Praktis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut : a.
Bagi Siswa 1)
Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal matematika terutama pada indikator penelitian dua angka atau lebih dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier. 2)
Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan kemampuan menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian dengan menggunakan peraga tulang napier. 3)
Siswa harus mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan.
b.
Bagi guru dan peneliti
1) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas
2) Dengan pelaksanaan penelitian ini, guru dapat meningkatkan pencapaian target KKM yang sudah ditentukan.
3) Guru mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.
4) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian.
5) Hasil penelitian ini dapat digunkan sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya.
c.
Bagi Sekolah 1)
Sebagai masukan bagi guru SD / MI dalam mengajarkan matematika pada operasi hitung perkalian.
2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika melalui peraga tulang napier.
E. Definisi Oprasional
Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul maka akan dijelaskan dalam definisi oprasional sebagai berikut : 1.
Upaya peningkatan
Upaya adalah usaha atau ikhtiyar untuk mencapai maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2003 :3). Peningkatan merupakan suatu perubahan keaadaan menjadi lebih baik. Upaya peningkatan merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka membuat perubahan kearah yang lebih baik.
2. Hasil Belajar Hasil adalah suatu yang ada akibat suatu usaha yang dilakukan.
Sedangkan belajar adalah berusaha supanya mendapatkan suatu kepandaian ( Purwadamita, 2006: 121). Hasil belajar adalah kompetisi yang telah dicapai siswa setelah pembelajaran. Hasil belajar merupakan semua yang dapat diterima, dicerna dan disimpan oleh siswa saat berlangsung pembelajaran sehingga dapat mengubah pengetahuan atau prilaku siswa setelah pembelajaran. Hasil belajar merupakan puncak proses pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006:20). Hasil belajar diperoleh dari evaluasi yang dilakukan guru pada akhir pembelajaran.
3. Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar yang berkaitan dengan oprasi hitung ( pengurangan, penambahan, perkalian, dan pembagian). Matematika adalah ilmu tentang bilangan,hubungan antar bilangan dan prosedur oprasional yang digunakan sebagai penjelas masalah mengenai bilangan (poerwadaminta, 2006: 554).
4. Tulang Napier
Batang napier atau disebut pula tulang napier adalah alat bantu hitung yang dikenalkan oleh jhon Napier pada sebuah karya di Edinburgh pada tahun 1617. Batang Napier ini dapat digunakan untuk menghitung hasil perkalian dan pembagian bilangan bulat. (P4TK Matematika, 2013) Tulang Napier merupakan alat peraga berupa potongan-potongan melamin panjang yang telah diberi angka-angka yang digunakan sebagai alat bantu hitung perkalian.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling mungkin tingkat kebenarannya atau jawaban sementara atas masalah yang hendak dipecahkan karena belum diuji kebenarannya (basrowi dan suwandi, 2008: 90)
Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah sebagai beriku : ``Penggunaan alat peraga Tulang Napier dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belaljar Matematika pada operasi hitung perkalian serta dapat meningkatkan pencapaian KKM siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga tahun ajaran 2014 G.
Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara lazim sesuai dengan prinsip Penelitian Tindakan Kelas yaitu meliputi 4 tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Alasan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya kendala dari siswa khususnya kelas IV adalah rendahnya tingkat hafalan perkalian dan prestasi belajar matematika.
2. Subjek Penelitian a.
Subjek Penelitian Penentuan subjek penelitian merupakan masah pokok yang perlu diperhatikan dalam sebuah penelitian, karena tingkat validitas suatu penelitian sangat dipengaruhi oleh pengambilan subjek penelitian.
Dalam penelitian ini, yang penulis jadikan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IVSD N Sidorejo Lor 06 Kota Salatigan tahun ajaran
2014, yang berjumlah 33 anak terdiri dari 16 anak laki-laki dan 17 anak perempuan.
b.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga.
c.
Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 september 2014 sampai selesai.
Pada semester satu.
3. Langkah-Langkah
Menurut Arikunto (2008: 74), ada empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Rancangan atau rencana awal, sebelum mengadakan penelitian , peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari penerapan isi rancangan.
Refleksi, yakni peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
Menurut Suyadi (2010: 50-64) langkah-langkah awal untuk dapat menyusun proposal PTK yaitu:
Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Siklus III ? a.
Perencanaan PTK tidak ubahnya seperti penelitian-penelitian ilmiah lain yang selalu dipersiapkan secara matang. Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti.
b.
Pelaksanaan Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. c.
Observsi Observasi yang dimaksud dalam tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
d.
Refleksi Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan.
4. Instrumen Penelitian
Menurut Kunandar (2011: 124) “instrumen penelitian adalah alat pengum pul data”. Instrumen penelitian yang dilakukan yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah : a.
Silabus Matematika kelas IV b.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran c. Tes tertulis d.
Lembar Observasi 5.
Pengumpulan Data
Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian. Data digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan dan menguji hipotesis. Pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) informasi yang dibutuhkan (Suyadi, 2010: 84).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 metode yaitu: a.
Tes Formatif Menurut Purwanto (1988: 143) tes formatif adalah tes yang diberikan kepada murid-murid pada setiap akhir program suatu pelajaran. Fungsinya untuk mengetahui sampai di mana pencapaian hasil belajar murid dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan pelajaran tersebut. Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan peningkatan prestasi siswa. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan materi apabila telah mencapai nilai minimal 70 dari target yang ditentukan.
b.
Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja alat pancaindra mata serta dibantu pancaindra lainnya (burhan 2005: 133)
Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Yonny, 2012:58). Observasi ini dilakukan terhadap peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier.
c.
Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip- arsip resmi (Azwar, 2007:36). Menurut Arikunto (2005: 64) Dokumentasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan sedang dalam arti luas dokumentasi berupa sertifikat, foto, dan lain-lain. Digunakan untuk mencari data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian.
6. Analisis Data
Analisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data dilakukuan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam catatan lapangan dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan peneliti bersama dengan kolaborator sebagai pijakan untuk menentukan progam aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya.
Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif yang digunakan berupa persentase sebagai berikut : ∑
Keterangan: M = nilai rata-rata ∑ = jumlah semua nilai N = jumlah siswa (Djamarah,2006: 64)
Untuk mengetahui perbandingan antar siklus I dengan siklus II, siklus
II dengan siklus III, maka digunakan rumus sebagai berikut : ̅
√∑
∑
Keterangan : t : uji beda D : perbedaan antar siklus ̅
: rerata dari nilai perbedaan : kuadrat dari rerata
N : jumlah siswa Hasil perhitungan diperoleh t hitung kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan derajat kebebasan (db = n-1) pada taraf signifikasi 5%.
H. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Bab I: merupakan bab pendahuluanyang menguraikan gambaran singkat dari penelitian ini, bab I ini tersiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II: akan diuraikan mengenai kajian pustaka yang meliputi Hasil Belajar (ciri-ciri belajar, prinsip-prinsip belajar dan faktor-faktor yangmempengaruhi belajar), Matematika (pengertian, fungsi dan tujuan, ruang lingkup), dan Tulang Napier (pengertian, prinsip dan cara menggunakan alat peraga tulang napier, oprasi perkalian).
Bab III : pada bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian deskripsi pra siklus, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus
II, dan deskripsi pelaksanaan siklus III
Bab IV : pada bab ini akan diuraikan analisa penulis mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi standar pencapaian KKM dan deskripsi per siklus dengan pembahasan.
BAB V : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan pembahasan penelitian dan saran penulis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. HASIL BELAJAR Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar terlebih dahulu akan
dikemukakan apa yang dimaksud dengan hasil dan apa yang dimaksud dengan belajar. Menurut Mulyanto (2011:16) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa hasil adalah suatu pendapatan atau perolehan dari suatu yang telah dikerjakan. Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian.
Belajar menurut morgan, dan kawan-kawan dalam buku (Baharuddin, 2008:12) adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.Sementar itu bahrudin (2008:12) sendiri menambahkan belajar adalah usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu dan merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum di punyai sebelumnya. Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa ketrampilan dan prilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Dari hal ini, Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar ( Sam`s, 2010:23)
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai oleh siswa berupa ketrampilan yang dinyatakan dalam penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.
1. Ciri-ciri belajar
Bahrudin(2008:150) menyatakan beberapa ciri-ciri dari belajar: a. Belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).
Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat di amati dari tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar; b.
Perubahan perilaku relative permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup; c.
Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat di amati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
d.
Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan susatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
2. Prinsip-prinsip belajar
Soekamto dan wintaputra dalam (Burhanuddin:2008:16) menyatakan bahwa guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar yang sebgai berikut: a.
Dalam setiap kondisi belajar siswa yang harus belajar bukan orang lain, b.
Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang di lakukan selama proses belajar.
d.
Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang di lakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti, e.
Motivasi belajar akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab akan kepercayaan penuh atas belajarnya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Dalam proses belajar pada individu seseorang agar mengalami keberhasilan dalam prestasi atau hasil belajar, maka diperlukan factor-faktor yang menunjang pada saat proses belajar berlangsung. Seperti yang dikemukaan sebelumnya Baharuddin menjelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain, 1) factor internal dan 2) faktor internal. Jika kedua factor tersebut dapat dimiliki seseorang individu dengan baik maka, ketercapaian dalam hasil belajar dapat maksimal. Menurut Slameto (1988:56) yang tergolong faktor internal adalah : a.
Faktor jasmaniyah, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh.
Yang termasuk faktor ini misalnya kesehatan, cacat dan lain sebagainya.
b.
Faktor psikologi terdiri atas : 1)
Faktor intelektif/intelegensi a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki
2) Faktor non-intelektif , yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat, bakat, kebiasaan, dan penyesuaian diri.
c.
Faktor fisik maupun psikis Yang termasuk faktor eksternal adalah : 1)
Faktor social yang terdiri atas :
a) Linkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok B.
Matematika 1. Pengertian
Kata `` matematika ``berasal dari kata mathema dalam bahasa yunani yang diartikan sebagai ``sains, ilmu pengetahuan, atau belajar``, juga mathematikos yang diartikan sebagai `` suka belajar``. Dalam kurikulum standar kompetensi tahun 2004, matematika berasal dari bahas latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari. Dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Cirri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. (Depag RI, 2004: 173)
Menurut Jonhson dan Myklebust (1967: 244) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan- hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
2. Fungsi dan Tujuan
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengurangan, geometri , dan pengelolaan data.Tujuan pembelajaran matematika adalah : a.
Melatih cara berfikir dan menalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsisten, inkonsisten.
b.
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi dengan mengembangkan pemikiran ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
c.
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah d. kemampuan menyampaikan informasi atau Mengembangkan mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
3. Ruang lingkup
Menurut Mulyanto (2011: 28) ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika ini adalah bilangan,pengukuran, geometrid an pengelolaan data. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan. Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi sifat dan unsur bangun serta menentukan keliling, luas dan volume dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan,menyajikan, dan mengelolah data (Depag RI, 2004: 174).
C. Tulang Napier 1. Pengertian
Batang napier atau disebut juga tulang napier adalah alat bantu hitung yang dikenalkan oleh John Napier pada sebuah karya di Edinburgh Skotlandia pada tahun 1617. Batang Napier ini dapat digunakan utuk menghitung hasil perkalian dan pembagian bilangan bulat. (P4TK Matematika, 2013)
Nama alat peraga tulang napier diambil dari nama orang yang menemukan alat tersebut, yaitu yang bernama John Napier yang lahir di Kastil Merchiston tahun 1550. John Napier adalah seorang matematikawan abad ke 16 yang mengembangkan logaritma dengan tulang atau keping.
Menurut Jhon Napier dalam bukunya yang berjudul Rabdologiae, Napier menerangkan berhitung dengan memindahkan keping-keping perhitungan pada papan catur dan untuk selanjutnya, keping-keping tersebut dinamakan keping atau tulang napier, dan belakangan alat tersebut lebih dikenal dengan nama Tulang Napier.
Selanjutnya, alat peraga tulang napier ini digunakan sebagai alat pembantu dalam menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan operasi perkalian khususnya untuk perkalian dengan bilangan yang besar. Berikut adalah contoh alat peraga tulang napier yang dimaksud dalam tulisan ini.
Tulang Napier ini terkait dengan bilangan basis sepuluh atau sistem desimal yang terdiri dari 10 tulang atau keping atau kartu yang jika kita cermati susunan bilangan-bilangan yang ada pada masing-masing tulang tersebut, maka sebenarnya dalam alat peraga tulang napier berisi daftar perkalian untuk suatu sistem bilangan basis dalam basis 10.
2. Prinsip dan Cara Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier
Prinsip dasar yang harus dipahami pada penggunaan alat peraga tulang napier adalah terkait dengan penempatan bilangan-bilangan yang akan dikalikan dan bilangan pengalinya. Untuk menentukan bilangan yang akan dikalikan kita harus menunjuk pada bilangan-bilangan yang berfungsi sebagai penunjuk kartu (bilangan petunjuk), sedangkan bilangan pengalinya ditunjukkan oleh bilangan-bilangan yang ada pada baris atau indeks. Dalam alat peraga tulang napier, bilangan yang akan dikalikan letaknya paling atas dan di tata secara horizontal. Sementara itu, bilangan pengali letaknya pada kolom yang paling kiri dan tersusun secara vertikal.
Ketika kedua hal tersebut telah ditentukan, maka prinsip selanjutnya adalah menentukan keping-keping yang menjadi cikal bakal hasil perkaliannya dan keping-keping ini harus dikeluarkan dari papan alat peraga dan diletakkan berimpitan pada salah satu sisinya. Dari kondisi yang terakhir ini, kita harus menjumlahkan angka-angka yang terdapat pada keping-keping secara diagonal dari kanan atas ke kiri bawah atau dari kiri bawah ke kanan atas. Hasil penjumlahan inilah yang dikatakan sebagai hasil perkalian bilangan-bilangan yang dimaksud. Agar lebih jelas, simak ilustrasinya di halaman berikut. Misalkan akan diperagakan bagaimana menentukan hasil kali 6 x 54.
Untuk menentukan hasil kali 6 x 54 tersebut, mula-mula pandang seluruh kartu dalam tulang napier basis 10, lalu susun keping napier dengan bilangan petunjuk 5 dan 4 seperti peragaan di sebelahnya. Setelah tersusun seperti itu, sekarang perhatikan pada indeks untuk baris ke 6 lalu lepaskanlah keping-keping yang terletak pada baris ke 6 tersebut untuk disusun tersendiri seperti gambar di sebelahnya lagi. Setelah keping-keping terpisah dan tersusun seperti itu, lalu jumlahkan angka-angka yang ada pada keping tersebut secara diagonal dan didapatlah hasil kalinya, yaitu 324. Jadi 6 x 54 = 324.
Selanjutnya, akan diperagakan contoh perkalian untuk bilangan besar. Misalnya, akan diperagakan bagaimana menentukan hasil kali dari 582 x 726.
Untuk menentukan hasil kali 582 x 726, mula-mula pandang seluruh kartu dalam tulang napier basis 10, lalu susun keping napier dengan bilangan petunjuk 7, 2 dan 6 seperti peragaan di sebelahnya.Setelah tersusun seperti itu, sekarang perhatikan pada indeks untuk baris ke 5, 8 dan 2 lalu lepaskanlah keping-keping yang terletak pada baris ke 5, 8 dan 2 tersebut untuk disusun tersendiri seperti gambar di sebelahnya lagi. Setelah keping-keping terpisah dan tersusun seperti itu, lalu jumlahkan angka-angka yang ada pada keping tersebut secara diagonal dan didapatlah hasil kalinya, yaitu 422532. Jadi 582 x 726 = 422532.
3. Operasi Perkalian
Arti perkalian pada suatu bilangan dari berbagai referensi didefinisikan sebagai a x b = b + b + . . . . + b + b, dengan b sebanyak a kali.
Ini artinya jika ada perkalian 3 x 4, maka akan sama artinya dengan 4 + 4 + 4
- 4 (3 x 4 = 4 + 4 + 4). Terhadap konsep ini, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahaminya. Masih banyak yang siswa yang menafsirkan konsep a x b sebagai a + a + a + . . . + a, dengan a sebanyak b kali. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh bahasa jawa yang memberikan makna berbeda terhadap konsep tersebut. Misal, untuk perkalian 3 x 4 orang jawa memaknainya sebagai telu ping papat. Ini artinya orag jawa menafsirkan 3 x 4 sebagai 3 + 3 + 3 + 3 = 12. Tentu kondisi yang demikian akan memberikan dampak terhadap kakacauan pola pikir siswa dalam memahami konsep tersebut.
Perkalian merupakan salah satu konsep dalam matematika yang mulai dikenalkan kepada siswa di sekolah dasar kelas 3 dengan teknik penyampaian yang masih sangat rendah. Teknik berhitung perkalian yang masih sering diajarkan di sekolah adalah dengan cara menghafal tabel perkalian bilangan 1 sampai 10. Sementara itu, untuk bilangan yang besarnya di atas 10 guru masih mengandalkan teknik perkalian bersusun. Terhadap konsep ini, ternyata masih banyak dijumpai siswa di sekolah dasar mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal perkalian dengan cepat. Menurut pengamatan, siswa masih mengalami kebingungan terhadap digit yang akan dikalikan. Mana hasil yang akan disimpan dan mana hasil yang akan dituliskan, bilangan yang diuraikanpun terlihat menumpuk. Dengan teknik tersebut, tentu akan membuat mata yang melihatnya mengalami kebosanan. Apakah kondisi ini akan dibiarkan terus-menerus sebagaimana apa adanya?
Dalam menghadapi berbagai permasalahan pendidikan matematika di sekolah, hal pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kembali minat siswa terhadap pelajaran matematika. Sebab, tanpa adanya minat, siswa akan sulit untuk belajar dengan baik. Untuk menumbuhkan kembali minat siswa ini, tentu terkait dengan berbagai aspek yang mempengaruhi proses pembelajaran matematika di sekolah. Aspek-aspek yang dimaksud meliputi: pendekatan dan metodologi pembelajaran yang digunakan guru. Selain itu, untuk menumbuhkan minat ini dalam penyajiannya harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran matematika, sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, hal itu seringkali diabaikan, sehingga matematika dikenal siswa hanya sebagai kumpulan rumus dan simbol-simbol belaka. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menarik minat dan menghilangkan kejenuhan siswa di kelas adalah dengan menggunakan alat permainan matematika.
Dalam matematika, cukup banyak topik yang dapat disajikan dengan menggunakan alat permainan matematika. Salah satu topik tersebut adalah tentang perkalian dengan alat permainannya berupa tulang napier.
D. Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM) 1) Pengertian KKM
Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan.
2) KKM Nasional, Kelas, dan Individu 1.
KKM Nasional KKM nasional disebut dengan KKM ideal. KKM nasional adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan secara nasional. (Permendiknas
N0 20 Tahun 2007) Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%.
Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator adalah 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. (BNSP, 2006:10).