Integrasi Tasawuf dan Syariah: Studi Kritis Disertasi Karya Nurasiah, ‚ Asra>r al-Iba>dah, Fikih Spiritual, dan Praksis Pemikiran Ibn ‘Arabi>‛

Integrasi Tasawuf dan Syariah: Studi Kritis Disertasi Karya Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah, Fikih Spiritual, dan Praksis Pemikiran Ibn ‘Arabi>‛

Yoyo Hambali*

Abstract: This paper entitled "Integration of Sufism and Sharia: Criticals Studies of Nurasiah ’s Dissertation "Asra>r al-Iba>dah, Fikih Spiritual, da n Praksis Pemikiran Ibn ‘Arabi‛. The main source of this article is the dissertation work of Nurasiah and secondary sources consist of manuals/guidelines writing of papers, books research methodology, and other sources relevant to the critical study of this dissertation. This paper concludes that the dissertation work of Nurasiah has several advantages, among others, that in general this dissertation meet the standards as a standard of writing of papers according to the guidelines of writing scientific papers, standard research methodology or research design. This dissertation has the uniqueness and differences with previous research more focused on philosophy and Sufism of Ibn 'Arabi. In the aspect of methodology, in general engineering research, data sources and data analysis used by the compilers of the dissertation so that the general level of reliability and validity can be accounted for. Likewise on the theoretical aspects, in addition to referring to the earlier theories that the authoritative, Nurasiah also formulate his own theory which became frame of mind with the hypothesis that has been demonstrated in research findings. Some shortcomings dissertation Nurasiah between the aspects of methods and approaches, research is lacking Nurasiah in use approach and more precise methods such as not using a legal approach, philosophy, and hermeneutics. Other deficiencies in the study of theory in which the works referenced earlier lacking and the actual (average over 10 years), less equipped with direct quotes and references cited original text, making it hard to be rechecked originality and authenticity

Pendahuluan: Review * menguraikan secara historis perkem- Dalam disertasinya, ‚ Asrar al-

bangan sufisme yang menurutnya Ibadah , Fikih Spiritual, dan Praksis

muncul dipengaruhi oleh kemewahan Pemikiran Ibn ‘Arabi‛, 1

Nurasiah

dan orientasi kedunia-wian dan sebagai reaksi terhadap kelompok

Nurasiah, * Yoyo Hambali, lahir 18 April 1976. Lulus

Khawarij. 2

Menurut

sufisme, dalam sejarahnya yang pan- S-1 Pendidikan Agama Islam FAI UNISMA-

jang, mengalami konfrontasi dengan Bekasi tahun 200; S2 Jurusan Falsafah Agama

syariah. Ketegangan di antara kubu Universitas Paramadina Jakarta dan Jurusan

Islamic Philosophy ICAS Jakarta, lulus tahun 2006; tengah studi lanjut pada Program Doktor

(Jakarta: SPS UIN Syarif Hidayatullah, 2010), Pengkajian Islam di Sekolah Pasca Sarjana UIN

h.1.

Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini sebagai 2 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah, Fikih Spiri- dosen tetap di UNISMA Bekasi

tual, dan Praksis Pemikiran Ibn ‘Arabi>‛, 1 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah, Fikih Spiri-

(Jakarta: SPS UIN Syarif Hidayatullah, 2010), tual, dan Praksis Pemikiran Ibn ‘Arabi>‛,

h.1.

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 41 Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 41

tang makna spiritual wudu, zakat, dan nya sebagai inti dan pokok ajaran

puasa, yang disimpulkan menjadi Islam. 3 Ketegangan juga dikarenakan konteks dan manifestasi dari teori-

karakter sufisme yang tidak mudah teori sufistik Ibn ‘Arabi> dan bukti 6 dipahami sehingga sering terjadi kesa-

praksis pemikirannya?‛ lahpahaman fuqaha> terhadap beberapa

Nurasiah menyebutkan beberapa ajaran sufisme. 4 Untuk menghilang-

penelitian terdahulu yang relevan kan salah pengertian itu, para tokoh

antara lain studi Mah}mu>d al-Ghura>ba, sufi berusaha menegaskan bahwa

Erick Winkel, Ah}mad al-Jurjawi>, sufisme adalah ekspresi batin Islam

Yusuf al-Qard}awi>, K.H. Bahauddin yang otentik dan saling melengkapi

Mudhary, Muhammad Muhyiddin, dengan dimensi lahirnya serta bagian

Sulayman al-Kumayi, Shah Wali- dari kesempurnaan realisasi Islam itu

yullah al-Dihlawi, Shaikh al- ‘Alawi sendiri. Menurut Nurasiah, upaya

dan Abdul Wahab al- Sha’rani, Sayyid klarifikasi, verifikasi, dan reformulasi

Haidar Amuli, Imam Khomeini, dan pemikiran para sufi termasuk pemikir-

Murtadha Mutahhari. 7 an Ibn ‘Arabi> telah banyak dilakukan

Kerangka teoretis penelitian ini melalui berbagai studi. Namun di

adalah teori legalitas tasawuf dan antara semua studi tersebut belum ada

teori praktikalitas pemikiran Ibn yang menganalisis wacana fikih dan

‘Arabi>. Teori petama merujuk kepada rahasia- rahasia ibadah Ibn ‘Arabi>,

beberapa teori, yaitu teori al-Sarraj yang terbukti berisikan rumusan fikih

tentang keabsahan tasawuf yang spiritualitasnya dan menjadi konteks

didasarkan kepada sumber-sumber bagi teori-teori sufismenya. Disertasi

Alquran dan hadis. Rujukan lainnya Nurasiah ini hendak mengkaji wacana

dari Seyyed Hossein Nasr yang me- pemaknaan ritual ibadah, di mana Ibn

nyatakan bahwa kita harus meman- Arabi> merumuskan tindakan-tindakan

dang tasawuf berakar pada wahyu ketaatan hati dan materi-materi

Islam. Ritus-ritus Islam untuk meraih hukum-hukum fikih ibadah, yang juga

dimensi batiniahnya dan pencarian menjadi perhatian khusus Ibn ‘Arabi,

pengetahuan dan kebenaran puncak dan ditempatkan dalam kitab

(Tuhan) sebagai Realitas Hakiki. mag- 8 num opus -nya, 5 al-Fu>tu>h}at al-Maki-

Teori lain dari Abu> Bakr Sira>j al-Di>n yyah . yang menyatakan bahwa esoterisme

Pokok masalah yang hendak bersumber dari Nabi saw. sendiri, dijawab oleh disertasi ini adalah:

yang dalam aspek Islam disebut

3 6 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah,....‛, h. 2. Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h.18. 4 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 4.

7 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 21. 5 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h.13.

8 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah...‛, h. 21-22.

42 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014 42 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014

logis dan pembahasannya dengan Chokiewicz, J.W. Morris, R.W. J.

deskriptif analisis. Austin, W.C. Chittick, Erick Winkel

Berkaitan dengan wacana pemak- dan Mahmu>d al-Ghura>ba di mana

naan ritual ibadah, Nurasiah menggu- asumsi yang mendasari teori ini

nakan pendekatan berbagai disiplin adalah komprehensifitas pemikiran

ilmu ilmu sosial, filafat, kalam dan Ibn ‘Arabi, yang mencakup keduduk-

tasawuf. Disiplin ilmu-ilmu itu an syariah dan teks nas bagi

digunakan dalam pemaknaan ibadah pengetahuan dan visi spiritual Ibn

sebagai legitimasi keilmuan dan ‘Arabi>, serta penekanannya akan

legitimasi para sufi dengan doktrin kepentingan praktik keagamaan dan 13 dan praktik kashf- nya.

kepatahuan pada hukum syariah. 9 Menurut Nurasiah, pemaknaan Objek penelitian disertasi Nurasi-

ritual ibadah bukan saja mendapatkan

ah ini adalah gagasan pemikiran legitimasi dan kepentingannya secara tentang rahasia-rahasia ibadah se-

sosiologis, filsafat, dan kalam, tetapi bagai suatu pemikiran sufistik. Jenis

juga merupakan doktrin tradisional penelitiannya kepustakaan dan ber-

atau arus besar (mainstream) Islam. sifat kualitatif dengan pendekatan

Adapun melalui pendekatan sufistik, analisisnya yang induktif-konseptuali-

pemaknaan ritual mendapatkan legiti- sasi. 10 Sumber data primernya kitab masinya dari

para sufi yang al-Fu>tu>ha>t al-Makiyyah Juz I-II dan

mengembangkan disiplin ini, sebagai sumber sekundernya berupa karya

manifestasi dan implementasi dari terjemahan, ringkasan, dan tulisan-

proposisi dasar mereka tentang tulisan tentang topik syariah, fikih

ketersingakapan sufi . 14 dan rahasia-rahasia ibadah Ibn

Nurasiah menyatakan bahwa Ibn ‘Arabi. 11 Pendekatan yang dipakai ‘Arabi> menjelaskan makna zahir dan

oleh Nurasiah dalam disertasi ini makna batin t}aharah , zakat dan puasa. adalah pendekatan sufistik dengan

Dalam masalah t}aharah seperti pembahasan materinya digunakan

penggunaan air Ibn ‘Arabî> mendu- multi-perspectives dan multi-me-

kung pendapat yang membolehkan thods. Untuk menelisik dan mengurai

bersuci dengan air musta‘mal. Ibn kekayaan pemaknaan ibadah Ibn

‘Arabî> tidak mensyaratkan wudu ‘Arabi> digunakan perspektif semiotik

menyentuh mus}haf dan dan fenomenologi agama. 12 Peng- melakukan tawaf, walaupun ia

untuk

mengatakan sangat menganjurkan. Ia

9 tidak melarang atau membolehkan

10 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 27-30. Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 36.

11 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 37. 13 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 43-60. 12 N urasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 42.

14 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 61

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 43 Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 43

kuat berpuasa. Bahwa Allah tidak juga, ia membolehkan orang yang

hendak membebani seseorang, justru junub menyentuh Alquran. Dalam 16 memberikan keluasan.

masalah tayamum, pendapat termu- Selanjutnya, Menurut Nurasiah, dahnya, orang boleh bertayamum

dalam masalah zakat Ibn ‘Arabî> walaupun hanya dengan alasan

mendukung pendapat yang tidak dugaan akan sakit akibat kedinginan;

mewajibkan zakat pada harta piutang, boleh bertayamum bagi yang mukim

kecuali telah berada di tangan pemilik manakala tidak mendapati air; dan

dan mencapai satu haul. Selain itu, lalu tidak mensyaratkan mencari air

apabila hutang seseorang menghabis- untuk sahnya tayamum. 15 kan hartanya yang terkena wajib

Nurasiah menjelaskan, menurut zakat, Ibn ‘Arabî> menyatakan tidak pandangan Ibn ‘Arabi>, dalam masalah

wajib zakat apa pun, dan hutang lebih puasa, penyaksian hilal oleh seorang

berhak ditunaikan. Hal ini berbeda saja sah dijadikan dasar penetapan

dengan pendapat lainnya; bahwa puasa dan berbuka, bagi yang ber-

hutang sama sekali tidak mencegah sangkutan dan bagi orang banyak.

zakat; bahwa hutang tidak mencegah Kemudian, orang boleh berbuka

zakat tanaman tetapi mencegah yang dalam setiap yang disebut perjalanan

lainnya; bahwa hutang mencegah atau safar, dan boleh berbuka dalam

zakat uang saja dengan pengecualian semua kondisi sakit; apakah sangat

uang yang diputarkan (investasi), berat, berat atau ringan. Orang yang

yang bisa memberinya ganti untuk mengakhirkan qad}a> Ramadan sampai

melunasi hutangnya, maka uangnya Ramadan berikutnya tidak terkena 17 tidak tercegah dari zakat. Tetapi

kaffarat dan hanya wajib qad}a> .. selain dua masalah ini, untuk Orang yang hamil dan menyusui, bila

selanjutnya dalam masalah zakat Ibn keduanya berbuka tidak diwajibkan

‘Arabî> lebih memperlihatkan posisi qada dan hanya memberi makan.

hukum yang maksimal tuntutannya. Orang yang membatalkan qad}a> Rama-

Artinya, dalam persoalan yang terkait dan dengan sengaja, Ibn ‘Arabî> hanya

dengan kepentingan dan hak orang menetapkan qad}a> dan tidak kaffâra>t. lain, Ibn ‘Arabî> nyatanya berada

Dan yang menarik juga, orang lanjut dalam kelompok pendapat hukum usia dan orang yang tidak mampu lagi

yang ketat. Contohnya, ia me- puasa tidak dikenakan kewajiban

wajibkan zakat atas harta hamba, atas memberi makan, cuma dianjurkan

tanaman dalam tanah wakaf, tanah saja. Ibn ‘Arabî> mengomentari bahwa

kharrâj, atas hewan ternak dan bukan di dalam shara‘ tidak ada ketentuan

16 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 90.

Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h.87. 17 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 92-93.

44 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014 44 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014

al-Quddûs 20 (Yang Mahasuci). Berkaitan dengan fikih spiritual

Menurut Nurasiah, Ibn ‘Arabi bersuci, puasa dan zakat Nurasiah

membagi tingkatan spiritual penga- menjelaskan pemikiran Ibn ‘Arabi>.

malan zakat menjadi tingkatan kaum Bagi Ibn ‘Arabi>, secara spiritual

‘ari>f dan tingkatan umum. Kaum ‘ari>f bersuci memiliki beberapa rahasia

memiliki pencapaian spiruitualitas spiritual, yaitu; (1). penyucian kotor-

yang lebih tinggi daripada kaum an-kotoran maknawi (dosa) dari

awam.

masing-masing anggota tubuh dan Dalam masalah puasa, menurut penyucian jiwa dari segenap akhlak

Nurasiah, Ibn ‘Arabî> lebih tegas lagi yang tercela; (2). penyucian akal dari

menerangkan tingkatan kualitasnya, segenap noda dan kekaburan pemi-

yang memastikan kesadarannya akan kiran; dan (3). penyucian hati ter-

realitas perbedaan spiritualitas manu- dalam (sirr) dari memandang selain

sia sekaligus usulan tingkatan puncak Allah. yang menjadi konsern sekaligus

yang ia kehendaki dan targetkan. target Ibn ‘Arabî> adalah makna t}ahâ-

Nurasiah secara langsung mengutip rah sebagai penyucian hati terdalam

perkataan Ibn ‘Arabi> yang menga- (sirr) dari memandang selain Alla>h,

takan bahwa Ibn ‘Arabi> membagi yang menghasilkan keimanan sejati

tingkatan spiritual puasa, yaitu dan hakiki. Hal ini dalam teori

‚puasa jiwa (nafs) yang memberi sufistik dikenal dengan perolehan

perintah (efek) kepada anggota- pengetahuan sesungguhnya dan pe-

anggota tubuh untuk menahan dan nyaksian langsung dan semurninya

menjauh dari yang terlarang; dan tentang Allah melalui ketersibakan

puasa hati (qalb) , yang hal ini disifati Cahaya Ilahiah. 19 dengan ‘si’ah’ hati hingga mampu

Kaitan dengan rahasia zakat, menerima turunnya (ruh) Ilahiah ke Nurasiah menuturkan bahwa totalitas

dalamnya sebagaimana hadis ‚ wasi- makna dari zakat dalam pandangan

‘anî qalbu ‘abdî‛. 21 Ibn ‘Arabî> adalah penghancuran ego

Dari uraian mengenai fikih zahir pemilikan manusia untuk menyerah-

dan fikih spiritual di atas, maka kannya kepada Sang Pemilik mutlak

jelaslah bahwa Ibn ‘Arabi> memiliki azali. Zakat adalah pengembalian

konsep ibadahnya sendiri. Nurasiah segala yang dilekatkan manusia pada

mengklaim bahwa pemikiran makna- dirinya kepada kesuciannya yang asli

makna ibadah Ibn ‘Arabî> adalah suatu dan hakiki, yang menjadi tuntutan

aspek manifestasi dan konteks-

Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 145-

18 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 97. 19 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 120. 146. 21 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 152.

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 45 Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 45

dakan ibadah bersuci, zakat, dan ibadah Ibn ‘Arabi> bukan saja amalan

puasa, sebagaimana ditetapkan hu- lahir, namun merupakan disiplin

kum fikih adalah jalan riil dan cara spiritual untuk mencapai ketersing-

nyata untuk mencapai dan berada kapan hati dan meraih kehadiran serta

dalam had}rah ilâ>hiyyah, yang menjadi kebersamaan dengan Tuhan. 22 tujuan hakiki ibadah menurut Ibn

Ibn ‘Arabi> menekankan dimensi, ‘Arabî>. Nurasiah membuat perban- makna dan rahasia spiritual ibadah

dingan a ntara Ibn ‘Arabi> dengan Al- dengan tidak mengabaikan sama

Ghaza>li> mengenai klasifikasi ibadah. sekali dimensi lahirnya. Menurut

Menurutnya, Ibn ‘Arabi> telah mencip- penelaahan Nurasiah, yang dikehen-

takan satu tingkatan ibadah melam- daki Ibn ‘Arabî> adalah keseimbangan,

paui tingkatan yang diajukan oleh Al- seperti dikatakan Ibn ‘Arabi>,‚…dan

Ghazali>. Nurasiah menuturkan, kebahagiaan puncak ada pada kelom-

‚Ibn ‘Arabî> telah menciptakan pok yang menggabungkan sisi lahir

satu tingkatan kualitas ibadah di dan makna batin syariat. Merekalah

luar yang diajukan al-Ghazâlî>. Dia orang-orang yang benar-benar menge-

bahkan merambah dan menjelajah nal Allah dan hukum-hukum- 23 Nya‛. kualitas ibadah di atas tingkat

Penjejakan makna kepada ‘hukum- yang diajukan al-Ghazâlî. Walha- hukum fikih’ bersuci, zakat, dan

sil, thaharah tingkat tertinggi puasa dalam fikih spiritual dan praksis

dalam klasifikasi al-Ghazâlî, yang pemikiran Ibn ‘Arabi>, sebagaimana

dikatakannya secara umum seba- dilakukan Nurasiah, memperlihatkan

gai pensucian hati dari selain bahwa transformasi spiritual ibadah

Allah dan merupakan kualitas para Ibn ‘Arabi> diupayakan dengan dan

nabi dan siddiqin , diurai secara melalui kewajiban-kewajiban agama

detail oleh Ibn ‘Arabî> kepada yang normatif, bukan malah melalui

pensucian hati dari selain Allah praktik-praktik spiritual yang infor-

pada wilayah pikiran dan hati, mal, apalagi liar. Menurut Nurasiah,

sampai pada level hamba merasa- bagi Ibn ‘Arabi>, realisasi-realisasi

kan keberadaan Allah di hatinya spiritual, pengolahan kesucian hati,

atau hatinya sebagai lokus tajallî ataupun klaim keintiman Ilahiah tidak

Tuhan....Ibn ‘Arabî> telah mencip- mungkin dapat tercapai dan diterima

takan satu tingkatan kualitas iba- kecuali melalui ‘kerangkeng’ amal

dah di luar yang diajukan al- ibadah yang ditetapkan syariat.

Ghazâlî. Dia bahkan merambah dan menjelajah kualitas ibadah di

22 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 179. 23 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 180.

46 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014 46 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014

simpel tuntutannya. Menurut Nurasi- Menurut pandangan Nurasiah, Ibn

ah, sebegitu konsisten hingga meng- ‘Arabi> telah mencapai pemaknaan

giring kepada sejumlah kesimpulan, tingkat terdalam, yang bersifat filo-

dari yang positif dengan merujukkan sofis-sufistik, disebabkan materi urai-

Ibn ‘Arabî> sebagai pemilik mazhab annya adalah topik-topik sufistik

taysîr , sampai yang negatif dengan yang dirumuskan secara filosofis.

memasukkan Ibn ‘Arabî ke dalam Pada jenis ini, orientasi dan pene-

kelompok Ibâhiyyah, yaitu meman- kanannya adalah transformasi spiritu-

dang enteng syariat dan mempermu- al, sedangkan jangkauan efeknya

dah-mudah agama. Menurut Nurasiah, adalah signifikansi ruhaniah dalam

prinsip al-iba>hah (kemudahan) ini bentuk akhlak atau moral Ilahiah.

adalah implementasi dari salah satu Selanjutnya Nurasiah menegaskan,

ide kunci bangunan pemikiran Ibn pemaknaan ibadah Ibn ‘Arabî> yang

‘Arabî> yaitu doktrin ‘Kasih Sayang bersifat sufistik-filosofis ini nyatanya

Tuhan’. Doktrin ini menegaskan tidak terpisah dari kondisi historis dan

bahwa kewajiban adalah terbatas realitas empiris, yaitu kondisi pelak-

kepada apa yang diperintahkan Tuhan sanaan hukum dan keberagamaan

secara tegas; bahwa tidak semua masyarakat di tempat dan masa Ibn

tindakan Nabi harus diikuti karena ia ‘Arabî>, yang dengan demikian me-

juga memiliki sisi manusiawi; bahwa mungkinkan

syariat memiliki aturan dispensasi relevansinya bagi pemecahan prob-

untuk

mengusulkan

hukum dan aturan rukhsahbagi orang lematika

yang lupa, tidak sengaja dan yang Muslim sekarang ini, yang akar

keagamaan

masyarakat

tersulitkan; dan bahwa syariat selalu masalahnya, sebagaimana juga disim-

terkait dengan batasan waktu dan pulkan oleh sejumlah pemikir Muslim 26 ditentukan oleh waktu.

kontemporer, termasuk konsepsi iba- Ketika menguraikan posisi Ibn dah yang salah dan krisis penghayatan

‘Arab>i mengenai ijtihad, Nurasiah makna asasi ibadah sebagai pengab-

menjelaskan bahwa Ibn ‘Arabî> tam- dian total kepada Allah‛. 25 pak telah merealisasikan secara nyata

Berdasarkan telaah terhadap bebe- dan sepenuhnya definisi ijtihad dalam rapa kasus hukum (masail) ibadah Ibn

terminologi fuqaha> , yaitu sebagai ‘Arabi, Nurasiah berpendapat bahwa

upaya sungguh-sungguh dengan sega- praksis pemaknaan ibadah Ibn ‘Arabi

la kemampuan untuk merumuskan didasarkan pada kaidah al-iba>hah al-

hukum, dengan pendapat-pendapat fikihnya yang tersendiri maupun

24 Nurasiah, ‚Asrar al-Ibadah....‛, h. 206.

Nurasiah, ‚Asrar al-Ibadah....‛, h. 245. 26 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 248.

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 47 Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 47

ibadah adalah suatu pemikiran yang yang berbeda dan baru. Namun, lanjut

fikihnya

sistematis, selain memiliki dasar-da- Nurasiah, Ibn ‘Arabî> bukan saja telah

sar filosofis dan teoritis, juga di- memenuhi tuntutan ijtihad legal-

arahkan oleh kerangka operasional formal seperti yang ditetapkan fuqa-

dan konsepsi-konsepsi praktisnya, dan

ha >, dia melampaui dan melebihinya dengan proposisi-proposisi tertentu. dan malah mengusulkan pemikiran

Ringkasnya, pemikiran Ibn ‘Arabî> baru tentang ijtihad spiritual yang

tentang makna-makna ibadah ini secara khusus hendak dia desakkan

adalah bagian dari keseluruhan sistem kepada kelompok praktisi hukum. 27 teori dan bangunan pemikiran sufistik

Menurut Nurasiah, bagi Ibn ‘Arabî>, 30 Ibn ‘Arabî>. ijtihad terbuka bahkan diwajibkan

Nurasiah merumuskan beberapa kepada siapa saja, dan taklid adalah

kesimpulan antara lain bahwa Ibn tindakan yang sangat tercela kalau

‘Arabi> menunjukkan perhatiannya tidak bisa dikatakan haram. Ini

terhadap aspek legal atau formal merupakan salah satu doktrin sentral

agama dan memastikan fundamen- dalam praksis pemikiran Ibn ‘Arabî>. 28 talitas hukum-hukum fikih tersebut

Nurasiah mengklaim bahwa menu- bagi peraihan makna spirutual ibadah. rut Ibn ‘Arabi>, siapapun terbuka

Ibn ‘Arabi> menjadikan hukum-hukum untuk berijtihad bahkan wajib hokum-

fikih dan ibadah tersebut sebagai nya. Karena itu, Ibn ‘Arabi> mengakui

manifestasi, konteks, dan kerangka perbedaan pendapat (ikhtilaf) dan

realisasi teori-teori metafisiknya. setiap orang memiliki kesempatan

Penelitian Nurasiah ini menolak pen- yang sama untuk mencari kebenaran,

dapat A.E. Affifi yang berpendapat yang diungkapkan Ibn ‘Arabi> sebagai

bahwa semua pembahasan termasuk mengetuk pintu Tuhan. Ia mengata-

teks-teks ilmu-ilmu tradisional Ibn kan, seorang mujtahid dalam konsep

‘Arabi> adalah untuk menutupi Ibn ‘Arabî> memburu ‘Kebenaran’ atas

kecenderungan panteistiknya, dan perintah Tuhan, dengan jalan tanpa

harus dibaca dalam kerangka teori henti dan sepuncak usaha mengetuk

kesatuan wujud (wah}dah al-wuju>d) . pintu Tuhan, dan mendapatkannya

mendukung pendapat pula atas izin Tuhan yang membu-

Nurasiah

William Chittick dan J.W. Moris kakan pintu tersebut untuknya. 29 bahwa kebersentuhan Ibn ‘Arabi>

Dengan demikian, kata Nurasiah, dengan disiplin ilmu-ilmu tradisional wacana pemaknaan batiniah Ibn ‘Ara-

adalah satu isyarat sensitifitas tradisi- bî> terhadap hukum-hukum fikih

onalnya. Terkait dengan pemaknaan ibadah dengan kritik dan analisis

27 batiniahnya, Ibn ‘Arabi> pada dasarnya Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 267. 28 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 267.

Nurasi ah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 275. 30 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 290.

48 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014 48 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014

kerangka persoalan spiritual keaga- mal, melainkan hendak menggugat

maan umat Islam masa kini; (3) perlu penyalahgunaannya serta mendesak

dilakukan perumusan kerangka opera- penghayatan aspek ruhaniah dan

sional agar ide-ide konsepsional aktualisasi signifiknasi moral-spiri-

pemikiran Ibn ‘Arabi> tersebut dapat tualnya. 31 disosialisasikan secara nyata; (4)

Kesimpulan Nurasiah berikutnya, mengingat karakter pemikiran Ibn bahwa dalam pembahasan asra>r al-

‘Arabi> yang multi-interpretatif, diper- iba>dah yang membedakan Ibn ‘Arabi>

kemampuan interpretatif, dengan para sufi lainnya adalah

lukan

analisis konteks, dan pengetahuan penghadiran hati dan kesucian hati

tentang latar belakang sosio-historis yang dikonsepsi Ibn ‘Arabi> adalah

serta tujuan-tujuan fundamental yang sampai levelnya yang paling dalam

konsep-konsep Ibn dan tersembunyi, dan tingkatnya yang

mendasari

‘Arabi>. 33

paling puncak dan total. Pemaknaan ini membuat makna ibadah bagi Ibn

Analisis-Kritis

‘Arabi> melebihi pemaknaan al- Bagian ini merupakan analisis- Ghaza>li> dan al-Jurjawi> yang masih

kritis terhadap disertasi yang meliputi mementingkan efek fisik dan duniawi.

metodologi dan teori yang digunakan Menurut Nurasiah, konsepsi Ibn

dalam penelitian disertasi karya ‘Arabi> menemukan relevansinya dan

Nurasiah. Analisis kritis terhadap me- mendapatkan nilai aktualitasnya bagi

todologi meliputi cara-cara atau masalah-masalah moral spiritual ke-

teknik penelitian sesuai standar agamaan umat Islam dewasa ini. 32 penelitian ilmiah dan research design

Setelah memberikan beberapa ke- mulai dari cara dan kriteria pem- simpulan, Nurasiah menyebutkan

buatan judul sampai dengan peru- beberapa saran sebagai bagian akhir

musan kesimpulan, metode dan disertasinya, yaitu (1) perlu dikem-

pendekatan penelitian, teknik analisis, bangkan

interpretasi data, serta reabilitas dan aspek-aspek praktikal dan analisis

selanjutnya

pembacaan

validitas analisis penelitian. Sedang- konteks pemikiran-pemikiran Ibn

kan analisis kritis terhadap teori ‘Arabi>; (2) perlu diberikan apresiasi

meliputi kajian teori, kerangka yang proposional kepada wacana

berpikir dan hipotesis penelitian. pemaknaan ibadah Ibn ‘Arabi>, dengan studi lebih luas dan pemahaman lebih dalam ide-ide dasar pemikirannya,

31 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 292. 33 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 295- 32 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 293.

296.

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 49

Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014

A. Analisis Kritis

Metodologi

Penelitian Jenis penelitian Nurasiah sebagai-

mana dinyatakannya adalah penelitian kualitatif. 34 Menurut Nurasiah, sifat kualitatif penelitian ini terlihat dari strategi dan pendekatan analisisnya

yang induktif-konseptualisasi. 35 Me-

nurut Anselm Strauss & Juliet Corbin dalam Basics of Qualitative Research: Grouned Theory Procedures and Techniques, istilah penelitian kuali- tatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di- samping juga peranan organisasi, pergerakan sosial atau hubungan

timbal balik. 36 Penelitian Nurasiah memang benar merupakan jenis penelitian kualitatif, yakni penelitian tentang teori dan praksis pemikiran Ibn ‘Arabi>. Di dalamnya juga dising- gung walau barang sedikit saja

kehidupan atau riwayat Ibn ‘Arabi>. 37

Penelitian kualitatif, menurut Anselm Strauss & Juliet Corbin, terdapat banyak alasan sahih untuk melalukan penelitian kualitatif antara lain adalah kemantapan

peneliti

berdasarkan

pengalaman penelitiannya. Beberapa

34 35 Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 36.

Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....", h. 36. 36 Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-

dasar Penelitian Kualitatif, Terj. Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 4. 37

Nurasiah, Asra>r al-Iba>dah...., h. 77-78.

peneliti yang berlatar belakang bidang pengetahuan seperti antropologi, atau yang terkait dengan orientasi filsafat seperti fenomenologi, biasanya dian- jurkan untuk menggunakan metode kualitatif guna mengumpulkan dan menganalisis data. Penelitian kuali- tatif lebih tepat digunakan misalnya untuk mengungkap sifat pengalaman seseorang dengan fenomemna. Pene- litian ini dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikitipun belum diketahui. Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru

sedikit diketahui. 38 Penelitian Nurasiah dengan topik pemikiran hukum (fikih) Ibn ‘’Arabi> memang belum banyak diketahui karenanya tepat apabila menggunakan penelitian kualitatif. Dengan demi- kian, melalui penelitian kualitatif tentang Ibn ‘Arabi> dalam bidang fikih, maka akan terkuak lebih luas fenomena pemikiran dan praksis fikih Ibn ‘Arabi> khususnya dalam perma- salan wudu, zakat, dan puasa. Dalam penelitian kualitatif ini, maka setiap peneliti termasuk Nurasiah dituntut memiliki kemampuan antara lain kemampuan meninjau kembali dan menganalisis sistuasi secara kritis; mengenali dan menghindari bias;

38 Strauss & Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, h. 5.

mendapatkan data yang sahih dan John W. Creswell mengemukakan andal; dan berpikir secara abstrak. 39 beberapa karakteristik penelitian kua- Strategi dan pendekatan analisis

litatif antara lain perspektif teoretis penelitian kualitatif yang dilakukan

(theoretical lens), terkadang diawali Nurasiah adalah induktif-konsep-

dengan mengidentifikasi terlebih da- tualisasi. Menurut Lexy J. Moleong

hulu konteks sosial, politis, atau dalam bukunya 41 Metodologi Penelitian historis dari masalah yang diteliti.

Kualitatif , analisis data secara induk- Namun, Nurasiah tidak menguraikan tif ini digunakan karena beberapa

konteks sosial, politis dan historis Ibn alasan. Pertama, proses induktif lebih

‘Arabi>. Nurasiah hanya menguaraikan dapat menemukan kenyataan-kenya-

konteks historis dalam kaitannya taan jamak sebagai yang terdapat

dengan riwawat hidup ibn ‘Arabi> dan dalam data. Kedua, analisis induktif

tidak menguraikan konteks-konteks lebih dapat membuat hubungan pene-

lainnya. Padahal, apabila kita mem- liti-responden menjadi eksplisit, dapat

baca sejarah hukum Islam (tari>kh dikenal, dan akuntabel. Ketiga , ana-

tashri> Islami>) , kita mengetahui bahwa lisis lebih dapat menguraikan latar

ijtihad seorang ulama mujtahid sangat secara penuh dan dapat membuat

dipengaruhi oleh kondisi tempat, keputusan-keputusan tentang dapat-

sosial, politik dan sebagainya. Oleh tidaknya pengalihan pada suatu latar

karena itu, Imam Syafii, misalnya lainnya. Keempat, analisis induktif

memiliki dua pendapat, yakni pen- lebih dapat menemukan pengaruh

dapat lama (qaul qadi>m) ketika ia bersama yang mempertajam hubung-

bermukim di Irak dan pendapat baru an-hubungan. Kelima , analisis demi-

(qaul jadi>d) ketika ia bermukim di 42 kian dapat memperhitungkan nilai-

Mesir. Mengapa Imam Syafii memi- nilai eksplisit sebagai bagian dari

liki pendapat baru dan pendapat struktur analisis. 40 Dengan menelaah

lama? Karena ijtihadnya dipengaruhi penelitian Nurasiah dapat diketahui

konteks sosial, politik, dan sebagai- bahwa penelitian analisis penelitian

nya. P emikiran Ibn ‘Arabi> pun sedikit nurasiah bersifat induktif. Ini pun

banyak dipengarui oleh faktor sosial, dapat dilihat dari analisisnya yang

politik, dan historisnya. selalu mengungkapkan fakta-fakta khusus lalu membuat kesimpulan

yang sifatnya umum. Creswell, Research Design:....h. 262. 42 Mengenai qaul qadi>m (pendapat lama)

dan qaul jadi>d (pendapat baru) Imam Syafi’i dan faktor-faktor yang mempengaruhi muncul-

39 nya pendapat-pendapat itu lihat Ahmad Nah- Strauss & Corbin, Dasar-dasar Penelitian rawi Abdus Salam Al-Indunisi , Ensiklopedi Kualitatif, h. 7.

40 Lexy J. Moleong, Imam Syafi’i: Biografi dan Pemikiran Mazhab Metodologi Penelitian Fiqih Terbesar Sepanjang Masa, (Jakarta: Kualitatif, (Bandung: Rosda, 2010), h. 10.

Penerbit Hikmah, 2008).

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 51

Karakteristik penelitian kualitatif katan Ibn Arabi> itu berdasarkan lainnya adalah bersifat interpretatif

kerangka filsafatnya. Contoh lainnya, (penafsiran) di mana di dalamnya para

penafsiran Nurasiah sebagaimana pa- peneliti membuat suatu interpretasi

da bagian kesimpulan Nurasiah me- apa apa yang mereka lihat, dengar,

ngatakan bahwa pemaknaan rahasia dan pahami. Interpretasi-interpretasi

ibadah Ibn Arabi> berbeda dengan al- mereka bisa saja berbeda dengan latar

Ghaza>li> dan al-Jurjawi yang menurut- belakang sejarah, konteks, dan pema-

nya pemaknaan rahasia iba-dah Ibn haman-pemahaman mereka sebelum-

‘Arabi> memfokuskan pada efek nya. Setelah laporan penelitian diter-

kesucian hati sampai tingkat jiwa luar bitkan, barulah pembaca dan para

atau jiwa tabiat, yang termini-festasi partisipan yang melakukan interpret-

pada akhlak jiwa dan bersifat moral tasi, yang sering kali berbeda dengan

insaniah; sedangkan al-Ghaza>li> dan interpretasi peneliti. Pembaca atau

al-Jurja>wi> memberi perhatian pada partisipan terlibat dalam pergumulan

efek-efek jasmani, fisik dan materil. interpretasi apa yang dikaji oleh pene-

Menurut reviewer , tujuan tertinggi liti sehingga penelitian kualitatif

(ultimate goal) ibadah menurut al- menawarkan

pandangan-pandangan Ghaza>li> dan al-Jurja>wi>-pun bersifat yang beragam atas suatu masalah. 43 moral dan rohani juga, yakni kesucian

Dengan menggunakan karakteris- jiwa (tazkiyah al-nafs) , makrifat tik penelitian kualitatif tersebut, pe-

bahkan tercapainya ketersingakapan nelitian Nurasiah melakukan inter-

(kashf) dan tajalli> Tuhan. Interpretasi pretasi atas pemikiran Ibn ‘Arabi>

reviewer ini berdasarkan pembacaan khususnya dalam bidang fikih. Oleh

dan interpret-tasi antara lain terhadap karena itu, barangkali interpretasi

Ih ya ‘Ulu>m al-Di>n karya al-Ghaza>li> Nurasiah ini akan berbeda dengan

dan tergadap H}ikmah al-Tashri> wa interpretasi pembaca disertasinya.

Falsafatu>hu karya al-Jurja>wi>. Ini dua Dalam hal ini, reviewer- pun memiliki

contoh perbedaan interpretasi penulis penafsiran yang berbeda dalam bebe-

dengan Nurasiah yang dalam peneli- rapa

penafsiran Ibn ‘Arabi> dalam tian kualitatif membuka peluang per- bidang fikih. Sebagai contoh, Nur-

bedaan interpretasi terhadap permasa- asiah menyimpulkan bahwa pemakna-

lahan yang dijadikan objek penelitian. an ibadah wudu, zakat, dan puasa,

Dalam penelitiannya, Nurasiah adalah murni pendekatan sufistik

menggunakan sumber primer dan yang berkarakter tradisional. 44 Ini ber- sumber sekunder. Data primer adalah

arti Nurasiah menolak pendekatan data yang dikumpulkan oleh peneliti filsafat Ibn ‘Arabi>. Padahal, pende-

untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskannya. Data

44 Creswell, Research Design:....h. 263.

sekunder adalah data yang dikum- Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 292.

pulkan oleh oleh orang lain untuk

52 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014 52 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014

kurang meyakinkan. Sebaiknya, Nur- sekunder digunakan untuk mendu-

asiah mencantumkan teks asli bagian kung data primer dalam menjawab

kitab al-Fu>tu>ha>t al-Makiyyah yang permasalahan yang telah dirumuskan

dirujuk baik pada teks, catatan kaki oleh peneliti. 45 Sumber yang diguna- (footnote) atau pada bagian lampiran

kan terbatas pada kitab al-Fu>tu>ha>t al- sehingga pembaca dapat menilai Makiyyah karena kitab-kitab Ibn

kualitas terjemahan Nurasiah terha- ‚Arabi> yang lain seperti Tanazulat al-

dap teks yang dikutip apakah Maushuliyah tidak dapat dia akses.

terjemahannya itu tepat dan benar, Sedangkan kitab-kitab Fu>s}u>s al-

atau terdapat bias dalam terjemah- H}ika>m dan Tafsir al- Qur’a>n al-Kari>m annya. Sebagai sebuah karya ilmiah,

karena keterangan terkait topik yang pencantuman teks asli itu penting dikaji hanya merupakan tambahan

untuk menjaga orisinalitas dan otenti- penjelasan. 46 Dengan demikian, hanya

sitas hasil penelitian dan memberi satu kitab yakni al-Fu>tu>ha>t al-Maki-

kemudahan kepada pembaca agar yyah yang menjadi rujukan primer

tidak mencari-cari pada kitabnya dan selebihnya untuk mendukung

langsung ketika memeriksa teks asli- penelitiannya menggunakan rujukan

nya yang tentu saja memakan waktu sekunder, yakni karya-karya yang

dan kerumitan tersendiri. Kekurangan relevan dengan objek yang dikaji.

lainnya dari sumber primer yang

digunakan walaupun terdapat alasan Bab III s.d. Bab V, dapat diketahui

Berdasarkan penelaahan terhadap

sebagaimana dikemukakan Nurasiah bahwa sumber primer berupa kitab al-

di atas, yakni kesulitan mengakses Fu>tu>ha>t al-Makiyyah betul-betul telah

kitab- kitab Ibn ‘Arabi> lainnya. digunakan oleh Nurasiah sebagaimana

Memang dari sekian banyak karya dapat dilihat pada kutipan-kutipan

Ibn ‘Arabi>, tidak semuanya sampai 47 yang disertai cacatan kaki yang

bisa memaklumi kesu- merujuk langsung kepada karya

kepada kita.

magnum opus Ibn ‘Arabi> itu. Hanya 47

saja, kebanyakan kutipan-kutipan itu Osman Yahya menyatakan bahwa Ibn ‘Arabi> menulis 700 buku, risalah dan kumpulan berupa kutipan tidak langsung dan

puisinya yang berjumlah 400 buah. Lihat relatif sedikit yang berupa kutipan

William C. Chittick, The Sufi Path of langsung. Kekurangan lainnya, yakni

Knowledge: Hermeneutika Al- Qur’an Ibn tidak dicantumkannya teks asli kitab ‘Araby, terj. Achmad Nidjam, dkk., (Yogya- karta: Qalam, 2001), h. 6. Sedangkan Al- Maqqari menyatakan bahwa karya Ibn Ibn ‘Arabi> berjumlah kurang lebih 400 buah. Lihat

Ujang Sumarwan, dkk., ‚Panduan Riset Nurasiah Faqihsutan HRP., Meraih Hakikat dan Kajian‛ dalam Riset Pemasaran Konsumen,

Melalui Syariat: Telaah Pemikiran Syekh Al- (Bogor:IPB Press, 2011), h. 21. 46 Akbar Ibn ‘Arabi, (Bandung: Mizan 2005), h.

Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....‛, h. 36.

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 53 Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 53

beberapa kelemahannya antara lain: mana barangkali kemudahan dalam

(1) tidak semua orang memiliki ke- mengakses infor-masi tidak semudah

mampuan dan artikulasi dan per-sepsi seperti saat ini termasuk kemudahan

yang setara; (2) dokumen bisa saja mengakses kitab-kitab dan buku-

diproteksi dan tidak memberikan buku.

akses privat maupun publik; (3) Sumber primer penelitian yang

mengharuskan peneliti menggali digunakan Nurasiah juga didukung

informasi dari tempat-tempat yang oleh sumber-sumber sekunder. Seba-

yang mungkin saja sulit ditemukan; gaimana dapat dilihat dari kutipan-

(4) materi-materinya sangat mungkin kutipan, catatan kaki dan daftar

tidak lengkap; (5) dokumen tersebut pustaka, di mana Nurasiah menggu- 48 bisa saja tidak asli atau tidak akurat.

nakan sumber-sumber sekunder itu. Apabila memperhatikan beberapa Hanya saja, karena penelitian tentang

kelebihan dan kekurangan di atas, aspek hukum atau fikih Ibn ‘Arabi> ini

reviewer berpendapat bahwa studi masih dapat dihitung dengan jari,

disertasi dengan menggunakan antara maka Nurasiah cenderung mengutip

lain studi dokumentasi memiliki referensi yang itu-itu juga. Referensi

kelebihan seperti kelebihan pada point sekunder yang sangat sering dikutip

(1), (3), dan (4). Beberapa kelemahan- (dan tidak mencantumkan teks asli-

nya sebagaimana dikemukakan di atas nya) adalah karya-karya J.W. Morris,

berkaitan dengan sumber primer dan Erick Winkel, dan Mahmu>d al-Ghu-

sekunder sesuai dengan point (1) s.d. ra>ba>. Referensi sekunder memang

point (5).

hanya merupakan referensi pendu- Disertasi Nurasiah menggunakan kung, namun dapat memperkuat data

pendekatan sufistik guna melihat dan dan hasil sebuah penelitian.

membiarkan tradisi tasawuf berbicara Penelitian yang dilakukan oleh

atas namanya sendiri menyangkut Nurasiah ini merupakan studi kepus-

uraian yang dipaparkan. Menurutnya, takaan atau studi dokumentasi. Studi

pendekatan lain (fikih dan filsafat) dokumentasi memiliki beberapa kele-

mungkin akan terlihat baseless (tidak bihan dan kelemahan, yaitu: (1)

berdasar) dan non-sense (tidak berarti/ memungkinkan peneliti memperoleh

omong kosong). Adapun dalam pem- bahasa dan kata-kata tekstual dari

bahasan materinya, menurut Nur- partisipan; (2) dapat diakses kapan

asiah, mengggunakan beberapa pers- saja; (3) menyajikan data yang berbo-

pektif dan metode (multi-perspec- bot, data ini biasanya sudah ditulis

tives dan multi-method). Berkaitan secara mendalam oleh partisipan; (4)

d engan pemaknaan ibadah Ibn ‘Arabi, sebagai bukti tertulis, data ini benar-

benar dapat menghemat waktu Creswell, Research Design:....h. 268.

54 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014

Nurasiah menggunakan perpektif tanggungjawabkan secara akademis di semiotik. 49 .

lingkungan studi-studi keagamaan. Berkaitan dengan pendekatan dan

Adapun pendekatan sufistik, dalam metode yang digunakan oleh Nurasiah

lingkup pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam penelitiannya, diperlukan be-

dan keagamaan belum diakui sebagai berapa catatan kritis. Menyangkut

pendekatan ilmiah sebab pendekatan pendekatan, sangat disayangkan, Nur-

ini tidak memenuhi persyaratan se- asiah tidak menguraikan maksud

bagai pendekatan sains (ilmu penge- pendekatan sufistik yang ia gunakan.

tahuan), yang antara lain harus meme- Ia juga tidak menjelaskan maksud

nuhi persyaratan rasional, logis, dan pendekatan fikih dan filsafat baseless empiris. Pengakuan atas keberadaan

dan non-sense. Disertasi Nurasiah pengalaman sufistik memang ada, termasuk studi keagamaan ( religious

misalnya dari William James, tetapi studies ) khususnya studi Islam

teramasuk dalam kategori penga- ( Islamic studies). Studi keagamaan

laman keagamaan yang sifatnya psi- dapat menggunakan beberapa pende-

kologis sehingga dapat dipahami de- katan antara lain pendekatan antropo-

ngan pendekatan psikologis (psycho- logis (

logical approaches ) anthropological approaches), 51 dan bukan pen- pendekatan fenomenologis (phenome-

dekatan sufistik. Dengan demikian, nological approaches), pendekatan

harusnya, Nurasiah berupaya meng- filosofis ( philosophical approaches),

kaji permasalahan penelitiannya itu pendekatan psikologis ( psychological

menggunakan pendekatan-pendekatan approaches), pendekatan sosiologis

yang sudah diakui eksistensinya se- ( sociological approaches) , pende-

bagai pendekatan sains (scientifical katan teologis ( theologycal approa-

approach) bukan dengan pendekatan ches),

pendekatan hukum ( legal yang yang eksistensinya masih dira- approaches), dan pendekatan historis

gukan bahkan ditolak. Bila menggu- ( 50 historical approa-ches). nakan pendekatan sains positivistik,

Pendekatan-pendekatan di atas justru pendekatan sufistiklah yang walaupun terdapat kelebihan dan ke-

baseless dan non-sense. Apalagi bila kurangan telah diakui dan diper-

melihat permaslahan penelitian Nur- asiah ini yang dapat dilakukan

49 pendekatan secara hukum dan filsafat, Nurasiah, ‚Asra>r al-Iba>dah....,‛ h. 37.

50 Tentang pengertian, fungsi dan bagaima- mengapa ia tidak menggunakan dua na penggunaan berbagai metode pendekatan

dalam studi keagamaan lihat Peter Connolly (Ed.), Approaches to the Study of Religion,

51 Tentang pengalaman keagamaan dan (London: York House Typographic Ltd, 1999).

variasinya sebagai gejala psikologis lihat Lihat juga Peter Connolly, Peter (ed.),

William James, The Verieties of Relligius Pendekatan Studi Agama, Terj. Imam Khoiri,

Aneka

Experience, (New York: The American Library, (Yogyakarta: LKiS, 2002).

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 55 Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 55

filsafat dan kalam, fikih, dan sufistik. praksis pemikiran Ibn ‘Arabi> dapat

Adapun perspektif semiotik dan dikaji dengan pendekatan hukum dan

fenomenologi yang digunakan Nurasi- filsafat berkaitan dengan ontologi,

ah, penulis menilai bahwa kedua epistemologi, dan aksiologinya . Ada-

perspektif itu secara konsisten dan pun tentang rahasia ibadah juga dapat

konsekuen digunakan oleh Nurasiah dikaji dengan pendekatan ushul fikih,

ketika melakukan pembahasan dan misalnya pendekatan maqa>s}i>d al-

analisis Bab III dan IV.

52 sha>ri>’ah 55 yang telah menjadi bagian Perspektif semiotika sebagai- dari materi filsafat hukum Islam.

mana dikatakan Nurasiah digunakan Belakangan ini, Al-Jabiri memperke-

dalam studi ritual ibadah Ibn ‘Arabi> nalkan pendekatan atau epistemologi

di mana setiap ritual adalah suatu

tanda (sign) yang memiliki signifi- katan sufistik barangkali termasuk

baya>ni>, burha>ni> dan ‘irfa>ni. . 53 Pende-

kansi-signifikansi. Perspektif semioti- atau merupakan istilah lain dari

ka juga untuk merumuskan dan pendekatan ‘ irfa>ni>. menyimpulkan visi-visi transformatif

Berkaitan dengan metode yang moral- spiritual Ibn ‘Arab>i. Pengguna- digunakan oleh Nurasiah dalam diser-

an semiotika yang pertama dilakukan tasinya yaitu multi-perspectives dan

dalam analisis Bab III dan untuk yang mulli-method , barangkali yang dimak-

kedua dilakukan pada analisis Bab IV. sud dengan dua istilah tersebut adalah

Dalam Bab IV dan V digunakan juga tinjauan berbagai disiplin ilmu atau

perspektif fenomenologi di mana interdisipliner, 54 sebagaimana diba-

Nurasiah berupaya mengungkap mak- hasnya pada Bab II yang membahas

na dibalik fenomena ritual ibadah pemaknaan ritual ibadah dengan

52 Semiotika berasal dari kata Yunani Tentang maqa>s}id al- shari>’ah lihat Ahmad ‚semeion‛ yang berarti tanda. Secara termino-

al-Raysuni, Imam Al- Shatibi’s Theory of the logis, semiotika adalah cabang ilmu yang Higher Objectives and Intens of Islamic Law,

berurusan dengan pengkajian tanda dan segala (London, Washington: IIIT, 2011); lihat juga

sesuatu yang berhubungan dengan tanda, Yudian W. Asmin (Penyadur), Filsafat Hukum

seperti sistem tanda dan proses yang berlaku Islam dan Perubahan Sosial, (Surabaya: Al-

bagi tanda. Semiotik merupakan ilmu yang Ikhlas, 1995). 53 mempelajari sederetan luas objek-obek, peris-

Mengenai epistemologi baya>ni> , burha>ni> tiwa-persitiwa, seluruh kebudayaan sebagai dan ‘irfa>ni> lihat Muhammad Abed Al-Jabiri,

tanda. Lihat Ni Wayan Sartini, ‚Tinjauan Teo- The Formation of Arab Reason: Text, Tradition

retik tentatang Semiotik‛, Makalah tidak and the Construction of Modernity in the Arab

dipublikasikan, Jurusan Sastra Indonesia, World, (Libanon: Center for Arab Unity

Fakultas Sastra Universitas Airlangga: Lihat studies, 2011) 54 , h. 3007.

juga Rahmat Joko Pradoyo, ‚Semiotika: Teori, Mengenai studi Islam interdisipliner lihat

Metode, dan Penerapannya dalam Pemaknaaan Lukman S. Thahir, Studi Islam Interdisipliner,

Sastra‛, Humaniora, No. 10, (Januari-April (Yogyakarta: Qirtas, 2004).

56 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014 56 Maslahah, Vol. 5, No. 1, Mei 2014

ketiga ritual ibadah itu. asiah antara lain ketika mengungkap

Dalam penelitiannya, Nurasiah prinsip dan ide dasar pemaknaan

tidak menggunakan metode herme- ibadah Ibn ‘Arabi> yang tersimpul

neutika. Padahal untuk memahami dalam satu kata, yaitu ‘ibrah (meng-

teks- teks Ibn ‘Arabi termasuk yang ambil pelajaran), yakni menyeberang

berkaitan dengan aspek ibadah di atas dari makna literal ke makna spiritual.

dapat menggunakan hermeneutika. 57 Dengan memakai semiotika, bagi Ibn

Kajian Nurasiah tentang ibadah Ibn ‘Arabi>, semua adalah tanda yang me-

‘Arabi> dapat menggunakan metode nanti diberi makna. Ibadah adalah

analisis wacana, yang menurut Nas}r simbol yang mengandung makna

H}ami>d Abu> Zayd dalam kitabnya Al- batin yang menjaungkau efek spiritua-

Nas}s}, al-Sult}ah, al-H}aqi>qah, bersandar litas paling puncak dari ibadah.

pada pemanfaatan hermeneutika, di Adapun perspektif fenomenologi 56 samping semiologi, linguistik, stilisti-

digunakan oleh Nurasiah ketika 58 ka, dan naratologi . Menurut William menguraikan

C. Chittick dalam The Sufi Path of zakat, dan puasa di mana ketiga

fenomena

taharah,