Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Metode Eksperimen Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran IPA

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

  IPA adalah Ilmu Pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis melalui suatu proses pengamatan, percobaan, dan penemuan. Keterampilan proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk bersikap dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

  Menurut H.W. Fowler dalam Abu Ahmadi (2008: 1), “IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan tertutama atas pengamatan dan induksi.

  ” Sedangkan

  IPA menurut Nash dalam Usman Samatowa (2010: 3), “IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. ”

  Menurut Wahyana dalam Trianto (2010: 136), IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, IPA adalah suatu kumpulan teori yang tersusun secara sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam yang ditandai dengan adanya kumpulan fakta, metode ilmiah dan sikap ilmiah.

  2.1.1.2 Pembelajaran IPA SD

  IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logi, diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan panca indra.

  Pembelajaran IPA yang baik bagi siswa SD adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA yang telah disesuaikan dengan tahap perkembangan struktur kognitif siswa.

  Keterampilan proses IPA yang didefinisikan oleh Paolo dan Marten dalam Usman Samatowa (2010: 50), adalah: “(1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. ” Pendidikan IPA SD lebih mengacu pada persoalan-persoalan yang terjadi dikehidupan sehari-hari siswa dan terkait dengan alam sekitar siswa. Siswa melakukan keterampilan proses IPA yng dijelaskan di atas untuk membuktikan suatu teori atau memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi siswa.

  2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA

  Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI sesuai KTSP, adalah sebagai berikut: a. memperoleh keyakinan terhadap kebasaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya.

  b. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  c. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

  d. mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. e. meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

  f. meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  g. memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

2.1.2 Metode Eksperimen

2.1.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran

  Metode atau yang sering disebut juga metoda, berasal dari Bahasa Yunani “Mhetodos” yang mempunyai arti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Sugiartono (2007: 81),

  “metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.

  ” Menurut Ahmad Sabri (2007: 49), metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode pembelajaran. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud metode pembelajaran adalah keseluruhan cara yang digukan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa baik secara individual atau secara kelompok sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya, penggunaan metode yang tepat akan berpengaruh pada penerimaan materi pembelajaran oleh siswa.

  Syarat-syarat yang harus diperhatikan seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran menurut Ahmad Sabri (2007: 49), adalah sebagai berikut: a. metode yang dipergunakan harus harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.

  b. metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan inovasi dan eskpotasi.

  c. metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

  d. metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

  e. metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

  f. metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai- nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

  Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk menentukan metode pembelajaran yang baik, seorang guru harus memperhatikan syarat-syarat dalam pemilihan metode pembelajaran. Syarat metode pembelajaran yang baik antara lain adalah: (1) metode yang dapat membangkitkan motif, minat belajar siswa. (2) dapat merangsang pemikiran siswa untuk belajar lebih lanjut. (3) dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk membuat atau mewujudkan sebuah karya. (4) dapat mengembangkan kepribadian siswa. (5) dapat menuntun siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui belajar sendiri. (6) dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru sebagai pengajar hendaknya dapat memilih metode yang sesuai dalam proses pembelajarannya, karena pemilihan metode yang sesuai akan mempermudah pembelajaran dan pemahaman siswa menjadi lebih baik.

2.1.2.2 Pengertian Metode Eksperimen

  Menurut Sumantri (2001: 136), “metode eksperimen adalah merupakan cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu.

  ” Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2013: 84), “metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran saat siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.” Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 132), metode eksperimen bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Selain itu, siswa juga bisa berlatih dalam cara berpikir ilmiah. Dengan eksperimen , siswa pun mampu menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya.

  Dari kajian teori diatas dapat disimpulkan, bahwa metode eksperimen adalah suatu metode yang melibatkan secara langsung peserta didik/siswa. Dimana siswa menemukan jawabannya sendiri dari suatu persoalan-persoalan atau masalah yang sedang dihadapi oleh siswa, sehingga siswa akan lebih mudah mengingat apa yang telah ditemukannya. Selain itu, metode eksperimen dapat bermanfaat untuk melatih siswa berpikir secara ilmiah dan melatih siswa untuk menemukan bukti kebenaran suatu teori yang sedang dipelajarinya dari hasil percobaan yang dilakukan siswa.

  Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. Penting juga diperhatikan, eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan di dalam laboratorium, tetapi juga dapat dilakukan diluar kelas atau di laboratorium, seperti di alam sekitar.

2.1.2.2 Tujuan Metode Eksperimen

  Adapun berbagai tujuan dari metode eksperimen Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 134) ialah sebagai berikut.

  a.

  Siswa mampu mengumpulkan fakta-fakta, informasi, atau data-data yang diperoleh.

  b.

  Melatih siswa dalam merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan. c.

  Melatih siswa dalam menggunakan logika berpikir induktif guna menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan.

  Sedangkan tujuan dari metode eksperimen menurut Sumantri (2001: 136), adalah sebagai berikut.

  a.

  Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh.

  b.

  Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan.

  c.

  Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif.

  d.

  Menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.

  Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, metode eksperimen memilik beberapa tujuan yang berguna bagi perkembangan pemikiran siswa dikarenakan metode eksperimen ini membuat peserta didik untuk belajar secara mandiri membuktikan suatu fakta atau teori dengan melakukan sebuah percobaan mulai dari merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan. Dengan melakukan suatu percobaan siswa dapat berlatih menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul serta menumbuhkan cara berpikir secara rasional dan ilmiah.

2.1.2.3 Langkah-langkah Metode Eksperimen

  Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 135), ketika siswa akan melaksanakan suatu eksperimen, maka guru perlu memperhatikan prosedur- prosedur eksperimen, diantaranya adalah sebagai berikut.

  a.

  Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, ia harus memahami masalah-masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. Pada kegiatan ini guru menjelaskan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan eksperimen dan menjelaskan masalah-masalah apa yang akan dibuktikan melalui eksperimen.

  b.

  Siswa perlu mengetahui tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Pada aspek ini guru menjelaskan dan mengenalkan alat serta bahan apa saja yang perlu digunakan pada saat eksperimen berlangsung. c.

  Selama proses eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu, guru bisa memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.

  d.

  Setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, serta mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauhmana pemahaman yang dimiliki siswa setelah melakukan eksperimen.

  Dalam menggunakan metode eksperimen, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat tiga langkah yang harus diperhatikan menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 136), yakni: a.

  Persiapan eksperimen Dalam melakukan eksperimen, persiapan yang matang mutlak diperlukan agar memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam hal ini, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. 1)

  Menetapkan tujuan eksperimen. Guru menetapkan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan eksperimen. 2)

  Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan. Guru menyiapkan alat dan bahan apa saja yang diperlukan dalam proses eksperimen. 3)

  Mempersiapkan tempat eksperimen. Tempat eksperimen bukan hanya bisa dilakukan di laboratorium saja melainkan bisa di ruang kelas, dan atau di lingkungan sekitar sekolah. 4)

  Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat atau bahan yang ada serta daya tampung eksperimen. Membagi siswa kedalam kelompok sesuai dengan alat dan bahan yang tersedia. 5)

  Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak seluruh siswa) atau secara bergiliran. Pada kegiatan eksperimen dapat dilakukan secara keseluruhan maupun bergiliran disesuaikan dengan waktu dan materi yang akan dieksperimenkan. 6)

  Berikan penjelasan mengenai sesuatu yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh siswa, yang termasuk dilarang dan membahayakan. Tugas guru untuk menjelaskan hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan saat melakukan eksperimen agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

  b.

  Pelaksanaan eksperimen Setelah semua persiapan kegiatan selesai, maka langkah selanjutnya adalah sebagai berikut.

  1) Siswa memulai percobaan. Saat siswa melakukan percobaan, guru mengamati proses percobaan serta memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, sehingga eksperimen tersebut dapat diselesaikan dan berhasil.

  2) Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan. Sehingga, jika terjadi hal-hal yang menghambat, maka bisa segera diselesaikan.

  c.

  Tindak lanjut eksperimen Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut.

  1) Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru. Setelah semua laporan dikumpulkan setiap kelompok mempresentasikan hasil eksperimen mereka di depan kelas lalu kelompok yang lain menanggapi dan guru menyimpulkan dan membenarkan materi hasil eksperimen.

  2) Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen, serta memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan sekaligus peralatan yang digunakan.

2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen

  Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 138), metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a. metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima informasi dari guru atau dari buku.

  b. siswa bisa mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi. c. dengan metode ini, akan terbina manusia yang dapat menghadirkan trobosan- trobosan baru dari penemuan, sebagai hasil percobaan, yang diharapkan bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

  d. siswa memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan eksperimen.

  e. siwa terlibat aktif dalam menggumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan saat percobaan.

  f. siswa dapat menggunakan serta melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah.

  g. siswa bisa memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realitas, dan menghilangkan verbalisme.

  h. siswa lebih aktif berpikir dan berbuat, karena hal itulah yang sangat diharapkan dalam dunia pendidikan modern; siswa lebih aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru. i. dengan eksperimen, siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah sikapnya yang percaya terhadap hal-hal yang tidak logis.

  Sedangkan kelebihan metode eksperimen menurut Syaiful Bahri Djamarah (2013: 84), ialah: a. membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.

  b. dapat membina siswa untuk membuat trobosan-trobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

  c. hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran manusia.

  Dari penjelasan para ahli tentang kelebihan metode eksperimen di atas dapat disimpulkan, bahwa metode eksperimen ini memiliki banyak kelebihan bagi peserta didik khususnya dalam pembentukan sikap pemikiran ilmiah siswa. Dengan pemikiran ilmiah siswa mampu memecahkan suatu masalah yang dihadapi dan membuktikan sendiri teori yang dipelajari siswa, sehingga pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik.

  Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 138), metode eksperimen memiliki beberapa kelemahan, antara lain: a. tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan mengadakan eksperimen.

  b. jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, siswa harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

  c. kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam menggambil kesimpulan.

  d. sering kali mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen, karena guru dan siswa kurang berpengalaman dalam melakukan eksperimen.

  Sedangkan kelemahan metode eksperimen menurut Syaiful Bahri Djamarah (2013: 84), ialah: a. metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.

  b. metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.

  c. metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.

  d. setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar.

  Dari penjelasan para ahli tentang kelemahan metode eksperimen di atas dapat disimpulkan, bahwa kekurangan dari metode eksperimen ini adalah perlu waktu yang lebih untuk melakukan percobaan, metode ini hanya bisa digunakan dimata pelajaran yang berkitan dengan sains dan teknologi, keterbatasan pada alat dan bahan percobaan, kadang setiap percobaan tidak berhasil, karena kurang pemahaman siswa dan guru tentang percobaan yang akan dilakukan.

2.1.3 Media Pembelajaran

2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

  Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gerlach & Ely dalam Sri Anitah (2012: 6),

  “media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual.

  ” Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2013: 120),

  “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.

  ” Dari berbagai pengertian media di atas maka dapat disimpulkan bahwa, media adalah segala benda atau alat yang berguna sebagai penyalur pesan untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media ini dapat berupa grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik.

  Dengan kata lain, media pembelajaran merupakan alat bantu mengajar yang dapat digunakan untuk menyalurkan materi yang disampaikan guru kepada siswa dan merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.3.2 Kegunaan Media Pembelajaran

  Media pembelajaran merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk untuk lebih tertarik dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  Menurut Arief S. Sudiman. Dkk (2012: 17), secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: a. memperjelas penyajian peran agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

  b. mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti misalnya:

  (1) objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan replika, gambar, film, atau model. (2) objek yang terlalu kecil, dibantu dengan proyektor micro, film, atau gambar. (3) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat, rekaman film, video, maupun foto. (4) konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain.

  c. penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: (1) menimbulkan kegairahan belajar. (2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. (3) memungkankan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

  d. dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: (1) memberikan perangsang yang sama. (2) mempersamakan pengalaman. (3) menimbulkan persepsi yang sama. Dengan demikian media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar dalam membantu mempermudah penyampaian materi untuk siswa yang diharapkan dapat tercapainya tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

  2.1.3.3 Media Gambar Diam (still picture)

  Menurut Smaldino, dkk dalam Sri Anitah (2012: 8), “gambar atau fotografi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu, seperti: binatang, orang, tempat, atau peristiwa.

  ” Sedangkan menurut Edgar Dale dalam Sri Anitah (2012: 8),

  “gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit (pengalaman langsung).

  ” Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran, yaitu: potret, kartupos, ilustrasi dari buku, katalog, dan gambar cetak. Melalui gambar dapat diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis.

  Manfaat media gambar sebagai media visual menurut Sri Anitah (2012: 9), antara lain sebagai berikut: a. menimbulkan daya tarik bagi siswa. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian siswa.

  b. mempermudah pengertian siswa. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga siswa lebih mudah memahami apa yang dimaksud.

  c. memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas.

  d. menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

  Ciri-ciri gambar yang baik menurut Sri Anitah (2012: 10), antara lain sebagai berikut: a. cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan siswa. b. tidak terlalu kompleks. Jika gambar terlalu kompleks, perhatian siswa terbagi, akibatnya ada sesuatu yang justru penting tetapi tidak tertangkap oleh siswa.

  c. realistis, maksudnya gambar itu seperti benda yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa yang digambar.

  c.

  e.

  Guru menyampaikan bahwa eksperimen akan dilakukan secara berkelompok dan dilakukan di dalam kelas.

  d.

  Guru menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan eksperimen.

  c.

  Guru memberikan gambaran awal tentang materi apa saja yang akan menjadi bahan eksperimen.

  b.

  Siswa mendengarkan penjelasan guru, bahwa siswa akan diajak belajar dengan menggunakan metode ekperimen berbantuan media visual.

  2 Inti a.

  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

  Guru member apersepsi dan motivasi kepada siswa.

  Cara menunjukkan gambar menurut Sri Anitah (2012: 11), antara lain sebagai berikut: a. apa yang harus dicari siswa dalam gambar itu.

  b.

  Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam.

  1 Awal a.

  No Kegiatan Keterangan Kegiatan

  Sintaks ini disusun berdasarkan langkah-langkah metode eksperimen dari para ahli dan penggunaan media visual dalam pembelajarannya sesuai dengan ketentuan standar proses.

  2.1.3.4 Sintaks Model Pembelajaran Eksperimen Berbatuan Media Visual Berdasarkan Standar Proses

  e. waktu melihat gambar, mungkin tidak senua siswa dapat melihat dengan jelas, maka sesudah pembelajaran berakhir hendaknya gambar diletakkan ditempat yang dapat dijangkau oleh siswa.

  d. bila gambar terlalu luas, berikan dalam seri-seri gambar yang mempunyai ukuran logis.

  c. bagaimana hubungan gambar tersebut dengan materi pelajaran lain.

  b. siswa harus mengerti bagaimana mempelajari gambar.

  Siswa membentuk 5 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa sesuai dengan arahan dari guru.

  f.

  Guru membagikan alat dan bahan yang diperlukan serta membagikan lembar kegiatan eksperimen kesetiap kelompok.

  g.

  Siswa mengamati gambar tentang langkah-langkah dalam melakukan setiap eskperimen yang ada di lembar eksperimen.

  h.

  Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang langkah- langkah dalam melakukan eksperimen melalui gambar yang sudah dibagikan ke setiap kelompok. i.

  Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang aturan dalam melakukan eksperimen agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. j.

  Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah dijelaskan oleh guru. k.

  Guru mengamati jalannya proses eksperimen yang dilakukan siswa, jika ada siswa yang mengalami kesulitan guru membimbing kelompok tersebut. l.

  Siswa menjawab pertanyaan yang ada di lembar eksperimen sesuai dengan hasil percobaan yang didapat oleh siswa. m.

  Setelah setiap kelompok melakukan eksperimen, siswa membuat laporan hasil eksperimen sesuai yang diperintahkan guru. n.

  Guru mengamati proses pembuatan laporan eksperimen dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. o.

  Setiap kelompok mengumpulkan laporan eksperimen kepada guru. p.

  Salah satu kelompok mempresentasikan laporan hasil percobaan yang sudah dilakukan dan kelompok yang lain menanggapi hasil laporan eksperimen yang dipresentasikan di depan kelas. q.

  Guru meluruskan jawaban siswa, jika ada jawaban siswa yang masih kurang tepat, agar tidak terjadi miskonsepsi tentang sifat-sifat cahaya. r.

  Setelah semua materi yang dilakukan percobaan dilaporkan dan dibahas di depan kelas. guru mendiskusikan masalah- masalah yang ditemukan selama eksperimen bersama dengan siswa, kemudian memberikan solusi pemecahannya. s.

  Guru mengecek dan menyimpan kembali alat dan bahan ekperimen.

  3 Penutup a.

  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa.

  b.

  Guru melakukan tanya jawab untuk menguji pemahaman siswa.

  c.

  Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

  d.

  Guru menutup pembelajaran.

2.1.4 Belajar dan Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Belajar

  Menurut R. Gagne dalam Ahmad Susanto (2013: 1), “belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

  ” Sedangkan menurut Cronbach dalam Yatim Riyanto (2009: 5), “belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.” Menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu dengan menggunakan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.

  Menurut W.S. Wingkel dalam Ahmad Susanto (2013: 5), “belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seorang

  dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas

  ”. Jadi kalau seorang dikatakan belajar IPA adalah apabila pada diri orang tersebut terjadi sesuatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan IPA. Perubahan ini terjadi dari tidak tahu menjadi tahu konsep IPA ini, dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang dialami dengan menggunakan pancaindra dengan cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu. Perubahan dari belajar ini adalah dari yang tidak tahu menjadi tahu akan suatu konsep.

  2.1.4.2 Hasil Belajar

  Menurut Nawawi (Susanto, 2013:5) “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.

  Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru

  ”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010 : 22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya ”.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa dan kemampuan yang dimiliki siswa setelah melalui kegiatan belajar, yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil nilai tes yang diberikan guru dari sejumlah materi pelajaran tertentu.

  2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Menurut Wasliman dalam Ahmad Susanto (2013: 12), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, secara rinci menganai faktor internal dan eksternal sebagai berikut: a. faktor internal, faktor yang bersumber dari dalam peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

  b. faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.

  Sedangkan menurut Ruseffendi dalam Ahmad Susanto (2013: 14), mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu: a. kecerdasan anak, kemampuan intelegensiseseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membentu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.

  b. kesiapan dan kematangan, adalah tingkat perkembangan di mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya.

  c. bakat anak, adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

  d. kemauan belajar, kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya.

  e. minat, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya.

  f. model penyajian materi pelajaran, model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar. g. pribadi dan sikap guru, kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang kreatif dan inovatif ini.

  h. suasana pengajaran, suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. i. kompetensi guru, guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang profesiional.

  

2.1.4.5 Hubungan Antara Metode Pemebelajaran Eksperimen berbantuan Media

Visual dengan Hasil Belajar

  Hubungan antara penerapan metode eksperimen berbantuan media visual berupa gambar diam dengan hasil belajar IPA, adalah dengan digunakannya metode eksperimen dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA SD yang mengharuskan siswa untuk aktif agar siswa memahami sendiri materi yang dipelajarinya. Metode eksperimen ini menekankan pada bagaimana cara siswa untuk menemukan pemahaman dengan melakukan percobaan sendiri, kemudian dengan bantuan media gambar diam yang berisikan tentang gambar langkah- lanhkah dalam melakukan percobaan kan mempermudah siswa untuk melakukan percobaan. Metode eksperimen membuat siswa untuk aktif dan dapat memahami materi karena siswa melakukan percobaan sendiri untuk menemukan suatu jawaban atau membuktikan suatu teori, serta digunakannya media gambar diam berupa langkah-langkah dalam melakukan percobaan akan mempermudah siswa untuk melakukan percobaan, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik dan pada akhirnya akan meninhkatkan hasil belajar IPA siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain yang digunakan sebagai bahan kajian yang relevan. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan variable penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menurut penelitian yang dilakukan Imam Arif (2012) dengan judul

  “upaya meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya melalui metode eksperimen pada siswa kelas 5 SD Negeri Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 ”, menyimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Imam Arif menunjukkan bahwa pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM terdapat 8 siswa (42,11%). Siklus I menerapkan metode eksperimen terjadi peningkatan yaitu terdapat 12 siswa memenuhi KKM (63,16%) dan 7 siswa (36,84%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 19 siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan. Ini berarti penelitian telah berhasil, dibuktikan dengan nilai seluruh siswa di atas KKM yaitu 63 dan 100% siswa tuntas memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan.

  Menurut penelitian yang dilakukan Agus Surya (2012) dengan judul “upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui metode eksperimen pada siswa kelas 5 SD Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora tahun pelajaran 2011/2012

  ”, menyimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Agus Surya menunjukkan bahwa pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM terdapat 13 siswa (43%). Siklus I menerapkan metode eksperimen terjadi peningkatan yaitu terdapat 21 siswa memenuhi KKM (70%) dan 9 siswa (30%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 28 siswa atau (93%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan dan 2 (7%) siswa masih belum mencapai KKM yang ditetapkan. Ini berarti penelitian telah berhasil, dibuktikan dengan nilai seluruh siswa di atas KKM yaitu 60 dan 93% siswa tuntas memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan.

  Menurut jurnal penelitian yang dilakukan Isna Basonggo, I Made Tangkas, dan Irwan Sa id (2014) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek”, menyampaikan Pada siklus I pertemuan I dari 16 siswa yang mengikuti tes formatif, terdapat 9 siswa (56,25%) yang tidak tuntas dan pertemuan II terdapat 7 siswa (43,75%) yang tidak tuntas, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode eksperimen belum berhasil sehingga perlu dilakukan refleksi untuk ditindak lanjuti pada siklus II. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II guru lebih giat dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen. Hasil tes formatif siklus II pertemuan I masih terdapat 2 siswa (12,5%) yang belum tuntas dan pada pertemuan II terdapat 16 siswa (100%) berhasil tuntas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Meselesek pada mata pelajaran IPA.

  Menurut penelitian yang dilakukan Supriharyono (2006), dengan judul “Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen pada pembelajaran IPA di SD Kartika Surabaya untuk meningkatkan keaktifan siswa”, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, terutama siswa menjadi tidak malu untuk menyampaikan hal yang belum dipahami kepada kelompoknya. Hal tersebut membawa dampak pada penigkatan hasil belajar yang diperoleh individu maupun kelompok.

  Keterkaitan antara kajian penelitian yang relevan dangan penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

  

Tabel 2

Daftar Persamaan dan Perbedaan Penelitian Kajian Hasil Yang Relevan

  No Nama Peneliti Tahun Variabel Penelitian Metode Media Hasil Keaktifan

  Eksperimen Visual Belajar belajar

  1 Imam Arif 2012

  • √ √

  2 Agus Surya 2012

  • √ √

  3 Isna Basonggo, dkk 2014 √ √ - -

  4 Supriharyono 2006 - - √ √

  5 Adi Kurniawan 2015 √ √ √

Dari tabel di atas dapat dilihat persamaan dan perbedaan variabel penelitian yang diteliti. Persamaan penelitian Imam Arif, Agus Surya, Isna Basonggo, dkk, Supriharyono dan peneliti sama-sama menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran. Sedangkan perbedaan penelitian Imam Arif, Agus Surya, Isna Basonggo, dkk, dan peneliti adalah hanya peneliti saja yang menggunakan media visual dalam pembelajarannya. Dan perbedaan yang lainnya adalah hanya Supriharyono saja yang mengukur keaktifan belajar dan yang lainnya termasuk peneliti mengukur hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Pikir

  Dalam pembelajaran IPA di SD, guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional atau sering disebut juga dengan metode ceramah. Dalam hal ini guru masih mendominasi proses belajar mengajar di kelas dan tidak melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dalam proses belajar mengajar guru tidak menggunakan media yang sesuai sehingga siswa cepat bosan dan kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru. Seharusnya dalam pembelajaran guru dituntut untuk dapat merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar, agar siswa menjadi lebih tertarik dalam kegiatan pembelajaran dan lebih menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Maka guru perlu memilih metode serta media pembelajaran yang tepat, berbagai metode yang dapat digunakan dalam pengajaran IPA salah satu metode yang sesuai dan dapat menunjang pemahaman siswa adalah metode eksperimen serta media yang sesuai dengan metode eksperimen adalah media visual berupa gambar diam. Kegiatan pembelajaran metode eksperimen memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep sendiri malalui observasi dengan daya nalar, daya pikir dan kreatifitas. Dengan bantuan media visual berupa gambar diam siswa dalam melakukan kegiatan eksperimen dapat lebih mudah melakukan percobaan. Dengan adanya hal tersebut siswa akan menjadi lebih aktif dan pemahaman siswa menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapannya yaitu, pembelajaran yang awalnya menggunakan metode konvensional/ceramah yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah kemudian diterapkan metode eksperimen yang berbantuan media visual berupa gambar diam menunjukkan hasil belajar siswa meningkat. Setelah itu pemantapan penggunaan metode eksperimen yang berbantuan media visual berupa gambar diam agar hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat.

  Alur kerangka pikir ditulis dalam sebuah skema yang berisikan alur penelitian yang bertujuan agar pada saat melakukan penelitian tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan yang ada. Alur skema penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut.

  Pembelajaran Hasil belajar menggunakan metode

  KBM siswa rendah konvensional/ceramah

  Menerapkan metode eksperimen berbantuan media visual berupa gambar diam

  Pemantapan penerapan Hasil belajar

  Hasil belajar metode eksperimen siswa lebih siswa berbantuan media visual meningkat meningkat berupa gambar diam

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka pikir diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

  a.

  Penggunaan metode eksperimen berbantuan media visual diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 semester II di SD Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2014/2015. b.

  Penerapan langkah-langkah metode eksperimen berbantuan media visual yang sesuai sintaks diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 semester II di SD Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 44

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI KUTOWINANGUN 11 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 78

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Pilang Randu

0 0 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Pilang

0 0 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian 4.1.1 Hasil penelitian siklus I - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 S

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Pilang Randublatung Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Pilang Randublatung Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 84