PEMAKNAAN COVER PADA MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).

(1)

PEMAKNAAN COVER PADA

MAJALAH TEMPO

( Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi

Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011)

S K R I P S I

oleh :

GANDA KRI STYANDHI 0643010368

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDI DI KAN DAN PERUMAHAN UNI VERSI TAS PEMBANGUNAN NASI ONAL “VETERAN” JAWA TI MUR

FAKULTAS I LMU SOSI AL DAN I LMU POLI TI K PROGRAM STUDI I LMU KOMUNI KASI


(2)

PEMAKNAAN COVER PADA MAJALAH TEMPO

(Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi

Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011)

Disusun Oleh :

GANDA KRISTYANDHI 0643010368

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Mei 2011

PEMBIMBING TIM PENGUJI :

1. Ketua

Dra. Sumardjijati, M.Si NIP 196203231993092001 2. Sekretaris

Dra. Herlina Suksmawati, MSi NIP. 196 4122 5199 3092 001

3. Anggota

Yuli Candrasari. S.sos, M.Si NIP. 3 71079400271

Mengetahui DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi Dra. Herlina Suksmawati, MSi


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi penelitian ini.

Keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis membuat Proposal Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Berkat usaha, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Herlina Suksmawati, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang selama ini telah membimbing serta memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan bimbingannya kepada :

1. Dra. Hj. Suparwati, M. Si, Dekan FISIP UPN Veteran JATIM

2. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran JATIM

3. Drs. Saiffudin Zuhri, M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran JATIM

4. Dra. Herlina Suksmawati, M.Si, Membimbing Peneliti Sampai Selesainya Penelitian Ini.


(4)

6. Ibu, ayah, mas Edi Winoto dan terutama kepada ibunda Aminah tercinta terima kasih atas segala dorongan, bimbingan, nasihat-nasihat, serta doanya. 7. Sahabat dan teman-teman dekat penulis, Capoeira Cordao de Ouro Indonesia

(Ega, Ericka, Anuz, Rislam, Affan, Ahmad H, Rio), Qeis, Nino, Renato, Okim tembre, Andi dll , dan semua angkatan 06 dan 07 fisip yang dekat dengan penulis.

8. Seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon kehadirat Tuhan YME semoga segala bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Tuhan YME.

Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya.

Surabaya, Maret 2011


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

ABSTRAKSI ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ...9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ...10

2.1.1 Media Cetak ...10

2.1.2 Majalah ...10

2.1.3 Cover atau Sampul ... 11

2.1.4 Majalah Sebagai Media Massa ...12


(6)

2.1.7 Tangan ...17

2.1.8 Pria ...18

2.1.9 Bintang Daud ...18

2.1.10 Bahasa Arab ...19

2.1.11 Konsep Makna ...20

2.1.12 Pemaknaan Warna ...23

2.1.13 Tipografi ...27

2.1.14 Pendekatan Semiotika ... 28

2.1.15 Model Semiotika Charles S. Pierce ... 31

2.2 Kerangka Berpikir ...34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...37

3.2 Kerangka Konseptual ...38

3.2.1 Korpus Penelitian ... 39

3.2.2 Unit Analisis ...39

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ...42

3.2.4 Metode Analisis Data ...42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...44

4.1.1 Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO ...44

4.1.2 Majalah TEMPO ...45


(7)

4.3.1 Ikon ...52 4.3.2 Indeks ...54 4.3.3 Simbol ...56 4.4 Makna Keseluruhan Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi

Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) ...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...61 5.2 Saran ...62 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN ...


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce ... 29 Gambar 2. Model Kategori Tanda Oleh Peirce ... 30 Gambar 3. Bagan Kerangka Berpikir ... 35 Gambar 4. Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) dalam Model Semiotik


(9)

D A F T A R L A M P I R A N

Halaman

Lampiran 1. Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik

Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO


(10)

ABSTRAKSI

GANDA KRISTYANDHI, Pamaknaan Cover Majalah TEMPO

(Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO

Edisi 7 - 13 Februari 2011)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan Cover Majalah TEMPO (Edisi 7 - 13 Februari 2011).

Teori yang digunakan adalah semiotika Charles Sanders Peirce yang mengemukakan membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada Frame of Reference (berdasarkan pengetahuan) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).

Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.

Hasil yang didapat dari interpretasi Cover Majalah TEMPO (Edisi 7 - 13 Februari 2011) adalah adanya sebuah aksi revolusi yang disertai penghinaan oleh rakyat Mesir melawan kediktatoran dan ketidakadilan yang dilakukan presiden Husni Mubarak dalam sebuah Cover.

Kesimpulan yang didapat adalah rakyat Mesir tidak menginginkan adanya sistem pemerintahan atau politik yang kotor serta ketidakadilan dan kediktatoran, tetapi rakyat dan lembaga pemerintahan yang lain menginginkan suasana baru, suasana yang lebih baik dan lebih maju, yaitu sistem politik atau pemerintahan yg bersih dan demokratis.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Media adalah alat utau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Masyarakat haus akan informasi. Sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet dan lain – lain. Media cetak seperti majalah, surat kabar, dan buku justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya., karena ia sarat analisa yang mendalam dibanding media lainnya (Cangara, 2005:128).

Komunikasi antar manusia dengan media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan – pesan yang diterima panca indera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap suatu hal sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media cetak sebagai salah satu media massa memiliki fungsi utama yaitu memberikan informasi kepada khalayak. Media cetak khusnya majalah berbentuk seperti buku, memiliki kualitas yang baik dan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga informasi yang terkandung didalamnya dapat dibaca berulang kali.

Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang menandai kehidupan masyarakat modern dalam menyampaikan informasinya, media mempunyai cara pengemasan yang variatif dan beragam yang disesuaikan


(12)

2

dengan segmentasi, konsumen, orientasi internal diri media itu sendiri dan banyak faktor – faktor kepentingan yang lain.

Media massa merupakan bidang kajian yang kompleks, media massa bukan berarti hanya suatu variasi media yang menyajikan informasi kepada khalayak, tetapi khalayak juga yang menggunakan media massa dengan cara yang beragam. Beberapa orang yang menggunakan media untuk mendapatkan informasi, ada yang menggunakan media untuk mendapatkan hiburan atau mengisi waktu.

Media cetak dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya karena memiliki kemampuan membawa pesan yang spesifik dengan penyajian yang mendalam. Majalah berbentuk seperti buku yang mempunyai kualitas permanen sehingga bisa disimpan dalam waktu yang lama.

Majalah yang ada saat ini, seiring dengan perkembangan jaman telah mengalami banyak kemajuan. Jika pada mulanya kehadiran majalah dalam bentuk cetak sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas apa adanya. Maka saat ini hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan menarik. Karena dicetak dengan kualitas yang tinggi. Macam – macam majalah yang beredar saat ini sanangat beraneka ragam seperti majalah anak – anak, majalah remaja, majalah dewasa, majalah olahraga, majalah keluarga, majalah politik, majalah pria, majalah wanita, dan lain – lain. Semakin banyak jumlah majalah yang beredar dimasyarakat secara otomatis akan membuat pembaca menjadi


(13)

3

selektif dalam memilih majalah sesuai kebutuhan mereka akan infomasi dan hiburan.

Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya meliputi bemacam –macam artikel, cerita, gambar dan iklan (Djuroto, 2002:32). Majalah mempunyai fungsi menyebarkan infomasi yang ada di sekitar lingkungan masyarakat. Selain itu, memberikan hiburan baik dalam bentuk tekstual atau visual seperti gambar.

Dalam buku Teori Komunikasi Visual (Kusmiati, 1999:36), mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi jelas secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan mengimajinasikan pada kejadian yang sebenarnya.

Media verbal gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Infomasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan infomasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “symbol” yang jelas dan mudah dikenal (Waluyanto, 2000:128).

Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah majalah, karena pada saat kita akan membeli atau membaca dari sebuah majalah, yang diperhatikan pertama kali adalah sampul dan ilustrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada ilustrasi sampul. Sampul perlu didisain secara indah dan artistik sgsr mampu menarik perhatian khalayak untuk pembacanya. Pemilihan judul atau


(14)

4

teks harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginfomasikan isi yang terkandung didalamnya. Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang memikat. Ilustrasi efektif digunakan untuk menarik perhatian, namun akan lebih efektif bila ilustrasi tersebut mampu menunjang pesan yang ingin disampaikan.

Gagasan menampilkan tokohatau simbol yang realistis diharapkan membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar lebih mudah diingat dari pada kata – kata, paling cepat pemahamannya dan mudah dimengerti. Karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan ganbar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya. Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.

Simbol pada gambar sketsa merupakan simbol yang disertai maksud atau signal. Sobur (2003:163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu yang berdiri sendiri atau ada untuk sesuatu yang lain,


(15)

5

kebanyakan diantaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan dan banyak hak lain.

Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar sketsa memiliki makna yang dapat digali. Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Atau memiliki sesuatu yang harus diungkap maksud dan artinya.

Pada penelitian ini penulis memilih majalah TEMPO sebagai objek yang akan diteliti, karena majalah tersebut merupakan media massa (cetak) yang sering menampilkan beberapa sketsa yang sifatnya sangat kritis dalam memberikan informasi yang selalu terbaru (up date) untuk khalayak disegala bidang (sosial, politik, dan ekonomi), sehingga menjadikan TEMPO majalah yang terbaik pada industri penerbitan majalah di Indonesia.

Majalah TEMPO yang merupakan salah satu saluran komunikasi sosial, ekonomi dan politik di Indonesia. Arus komunikasi terjadi bukan lagi didominasi oleh kekuasaan, tetapi lebih banyak dilakukan oleh praktisi komunikasi. Hal ini menunjukkan mulai tumbunya demokratisasi pada komunikasi politik Indonesia. Salah satu prinsip demokrasi adalah adanya kekuasaan yang dapat dikontrol dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Realitas media dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Disamping menggunakan bahas tulis, juga dapat menggunakan gambar berupa sketsa.

TEMPO merupakan majalah yang mempunyai rubrik khusus dalam menyajikan sketsa. Majalah yang terkenal dengan pesan – pesannya yang


(16)

6

kritis ini lebih banyak menyajikan topik – topik dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik dalam setiap kali penerbitanya. Akibat kekritisannya tersebut majalah TEMPO juga pernah dibredel pada tahun 1982 dan 1994 namun hal ini tidak membuat TEMPO terus tenggelam. Dengan semangatnya untuk memperjuangkan kebebasan pers, TEMPO berhasil bangkit menjadi pemimpin untuk industri penerbitan majalah di Indonesia serta diterbitkan dengan skala nasional atau beredar diseluruh wilayah Indonesia (www.tempointeraktif.com).

Alasan penulis dalam mengambil objek penelitian Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) karena Cover tersebut menampilkan gambar yang kontroversial yaitu dua buah poster bergambar presiden Mesir Husni Mubarak yang diwajahnya terdapat gambar bintang Daud atau bintang David (Hexagram) yang merupakan lambang kebesaran negara Israel atau Yudaisme. Seorang presiden seharusnya dihormati oleh seluruh warganya, namun itu tidak pada Husni Mubarak, disalah satu poster, gambar bintang Daud atau bintang David tepat berada di mata sebelah kiri Mubarak dan itu dapat diartikan sebagai penggambaran dewa Ra atau dewa Matahari (dajall) kepercayaan masyarakat Mesir kuno yaitu dewa yang paling dipuja oleh bangsa Israel sampai saat ini dan itu merupakan suatu penghinaan. Dan tulisan atau lafal huruf Arab yang seharusnya tidak boleh dituliskan pada sembarang tempat. Yaitu disinyalir demonstrasi besar – besaran menuntut mundurnya presiden Mesir Husni Mubarak karena ada dorongan politik dan dorongan


(17)

7

ekonomi oleh rakyatnya. Selama tiga dekade memerintah, Mubarak mengunci pintu perbedaan pendapat, sulit mencari pekerjaan serta kemiskinan semakin merajalela. Tidak sedikit pemberitaan mengenai demonstrasi besar – besaran menuntut mundurnya presiden Mesir Husni Mubarak yang diberitakan dengan cara unik, salah satunya melalui gambar sketsa. Dan setiap visual ataupun gambar (sketsa) yang muncul memiliki pengertian yang berbeda – beda sehingga akan memunculkan makna dibalik pemberitaan tersebut. Oleh karena itu para disainer – disainer dari berbagai media massa menyampaikan pesan atau memberikan sebuah informasi salah satunya melalui gambar tersebut.

Penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada cover sketsa politik tentang penggambaran seorang tokoh presiden pada Majalah TEMPO. Di Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011 ditampilkan dua buah poster tokoh politik yang menggambarkan ketidaksenangan sebagian besar warga Mesir terhadap presidennya. Di gambar ini menggambarkan sosok presiden Mesir Husni Mubarak dalam dua bingkai foto yang diangkat oleh kedua tangan seorang demonstran dan terdapat tulisan Arab serta gambar bintang daud atau bintang david (Hexagram) negara Israel tepat diwajah Mubarak. Dan yang menjadi background dari cover tersebut adalah warna hitam yang menggambarkan kesusahan atau keterpurukan rakyat Mesir selama 30 tahun dibawah kepemimpinan Husni Mubarak.

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) dapat dijelaskan pemaknaanya melalui pendekatan teori semiotika, diharapkan


(18)

8

sketsa mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda – tanda visual dan kata – kata yang terkan dung didalamnya. Oleh karena itu, pembahasan ini menggunakan kajian kritis yang bertujuan untuk mengungkap makna dan tanda – tanda atau simbol yang ada (Sobur, 2006:132).

Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik, yaitu studi tentang tanda dan yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan dengan tanda – tanda lain – lain, pengiriman dan penerimaan warna sebagai acuan untuk meneliti cover karena warna memiliki makna yang bermacam – macam.

Dengan pendekatan semiotik Pierce, berdasar tanda verbal dan tanda visual maka bisa dicermati pesan dalam proses pemaknaan melalui petanda dan penandaa yang terbagi menjadi ikon, indeks dan simbol. Maka pendekatan semiotik Pierce digunakan membedah Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011), sehingga didapat maksud yang menyeluruh dari tampilan gambar tersebut dan akan memunculkan atau menghasilkan sebuah makna baru.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah : Bagaimana Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).


(19)

9

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) melalui pendekatan semiotik.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan landasan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan masukkan untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi semiotik, sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca majalah.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Media Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat diberbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain – lain tidak terlepas kaitannya dengan perubahan – perubahan yang terjadi dalam masyarakat. media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti, 2000:3).

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang mengutamakan pesan – pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Kasali, 1995:99).

2.1.2. Majalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra dan sebagainya yang menurut


(21)

11

kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya.

Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya berupa ilustrasi foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar harian. Majalah sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa. Majalah adalahterbitan berkala yang berita bacaanya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang populer sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.

Menurut Junaedhie (1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan – karangan, pengetahuan umum, komunikasi yang menghibur, gambar – gambar, olahraga, film dan seni.

2. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan – karangan mengenai bidang – bidang khusus seperti majalah keluarga, politik, dan ekonomi.

2.1.3. Cover atau Sampul

Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah majalah. karena pada saat kita akan membeli atau


(22)

12

membaca dari sebuah majalah, yang diperhatikan pertama kali adalah sampul dan ilustrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada ilustrasi sampul. Sampul perlu didesain secara indah dan artistik agar mampu menarik perhatian khalayak untuk pembacanya.

Pemilihan judul atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang memikat. Ilustrasi efektif digunakan untuk menarik perhatian, namun akan lebih efektif bila ilustrasi tersebut mampu menunjang pesan yang ingin disampaikan.

2.1.4. Majalah Sebagai Media Massa

Media massa, seperti halnya pesan dan isyarat, sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi manusia. Pada hakikatnya, media massa adalah perpanjangan lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk mengembangkan struktur sosialnya (River, 2003:29).

Lain halnya dengan Wiryanto dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, menjelaskan bahwa media massa adalah sebagian atau sejumlah besar dari peralatan mekanik itu dikenal denagn alat – alat komunikasi massa atau lebih populer denagn nama media massa, yang meliputi semua (alat – alat) saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai sejumlah penerima


(23)

13

(komunikan, Audience) yang luas serta secara serempak dengan kecepatan yang relatif tinggi (Wiryanto, 2002:2).

Media massa datang menyampaikan pesan yang beraneka ragam dan aktual tentang lingkungan, baik yang disekitar kita atau yang jauh dari kita. Dengan demikian media telah hadir sebagai alat untuk menyalurkan berbagai pesan bagi manusia dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, media dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :

1. Media yang menyalurkan ucapan (The Spoken Words) termasuk juga yang berbentuk bunyi dan hanya dapat ditangkap oleh telinga. Dinamakan juga The Audial Media (media dengar). Media yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah gendang, telepon, dan radio.

2. Media yang menyalurkan tulisan (The Printed Writing) dan hanya dapat ditangkap oleh mata, disebut juga The Visual Media (media pandang). Media yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah selebaran, pamflet, poster, brosur, spanduk, surat kabar, majalah, dan buku.

3. Media yang menyalurkan gambar hidup dan dapat ditangkap oleh mata dan telinga sekaligus, disebut The Audio Visual Media (media dengar pandang). Media yang termasuk kategori ini antara lain adalah film (termasuk video) dan televisi (Anwar Arifin, 2002:94).

Selain seperti yang dijelaskan diatas, media juga mengubah kontrol sosial. Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton juga melihat media dapat


(24)

14

menghaluskan paksaan sehingga tampak sebagai bujukkan. Mereka mengatakan “kelompok – kelompok kuat kiat mengandalkan teknik manipulasi melalui media untuk mencapai apa yang diinginkannya, termasuk agar mereka bisa mengontrol secara lebih halus” (River, 2003:39).

Dalam penelitian ini, media yang digunakan merupakan salah satu dari media cetak yaitu majalah. Banyak alasan untuk memilih majalah sebagai media yang dipakai, diantaranya adalah majalah mempunyai beberapa kekuatan, yaitu :

1. Beberapa majalah mampu menjangkau khalayak yang sangat luas, seperti majalah TEMPO yang memasarkan dibeberapa kota besar di Indonesia. 2. Kemampuan untuk menjangkau khalayak khusus (selektivitas), didalam

masyarakat ada beberapa jenis tingkatan masyarakat yang tercipta karena adanya perbedaan, baik social, politik, latar belakang budaya, pendidikan dan lainya.

3. Majalah terkenal karena umumnya yang lama (long life), beberapa dengan media lainnya, majalah sering digunakan untuk acuan dan dapat disimpan dirumah selama berminggu – minggu.

4. Majalah mempunyai mutu produksi yang tinggi, berdasarkan kualitas kualitatif majalah sebagai media dapat memberikan hal –hal yang berhubungan dengan seni, keindahan, mutu, keistimewaan, dan daya tarik kemewahan yang mampu menarik minat pembacanya. Cirri –ciri ini disebabkan karena tingkat mutu produksi yang tinggi dan isi editorial


(25)

15

5. Majalah merupakan sumber yang sangat baik untuk memberikan suatu informasi dengan rinci dan menyampaikan informasi ini dengan penuh tanggung jawab (sense of authority). Karena isi editorial majalah seringkali menyajikan informasi – informasi yang mempengaruhi kehidupan bermasyarakat dari berbagai segi bidang, sehingga gambar yang disampaikan menyajikan rasa tanggung jawab yang sama.

6. Kemampuan kreatif majalah untuk membuat pembaca terpengaruh dengan berita yang disajikan, sehingga mendorong pembaca untuk memikirkan peristiwa apa saja yang ada disekitarnya, kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan pembaca untuk memilih sendiri majalah apa yang akan dibaca dan mengendalikan sifat majalah dibanding dengan media yang lebih mengganggu sepert radio dan televise (Shimp, 2003:517 – 518).

Demikian pula Stanton (1986:195) mengemukakan bahwa majalah mempunyai segmen atau golongan – golongan pembaca tertentu, misalnya majalah khusus pria atau wanita juga remaja atau otomotif, dan lain – lain yang kini semakin banyak macamnya. Setiap majalah umumnya mampunyai pembaca jauh lebih sedikit dibanding pembaca surat kabar, namun mempunyai pasar yang lebih mengelompok.

Majalah memang dahulu kebanyakan diterbitkan untuk menghibur wanita saja (remaja maupun dewasa), namun saat ini sangat berbeda majalah tiadak hanya didominasi untuk wanita saja namun juga majalah khusus pria,


(26)

16

hobi, ekonomi, politik, dan lainnya. Begitu pula penerbit majalah, meskipun tetap dari ibu kota, saat ini majalah juga banyak disadur dari luar negeri yang berbahasa Inggris yang kemudian dirubah menjadi bahasa Indonesia dan diedarkan di Indonesia, hingga kini cukup banyak majalah sanduran yang dikenal oleh masyarakat.

Majalah memiliki kedalaman isi yang jauh berbeda dengan surat kabar yang sebagian besarnya menyajikan berita saja. Biasanya media surat kabar dibaca sambil bersantai karena daya simpannya yang lebih lama sehingga gambar yang disajikan bisa diamati dan dibaca lebih lama, namun tentunya gambar tersebut haruslah menarik dan meninggalkan kesan yang mendalam pada pembacanya.

2.1.5. Komunikasi Politik

Politik seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam hal ini bukanlah pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan melainkan pembicaraan dalam arti kata yang lebih inklusif, yang berati segala cara orang bearatukar simbol, kata – kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh dan pakaian.

Komunikasi politik itu lebih bermuara sharring (berbagi) simbol, gagasan, kepentingan dan sebagainya diantara sejumlah pihak. Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran sosial, terutama dalam


(27)

17

politik sebagai pemimpin public opinion, karena mereka berhasil membuat beberapa gagasan yang mula – mula ditolak, kemudian dipertimbangkan dan akhirnya diterima massa (Ali dalam Marliani, 2004:13).

2.1.6. Revolusi

Revolusi merupakan perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang dilakukan dengan kekerasan seperti dengan perlawanan bersenjata, perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang atau bisa disederhanakan berevolusi mengadakan perlawanan dan sebagainya untuk mengubah sistem ketatanegaraan (pemerintahan atau keadilan sosial).

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

2.1.7. Tangan

Tangan adalah bagian tubuh di ujung suatu lengan. Sebagian besar manusia memiliki dua tangan, biasanya dengan empat jari dan satu ibu jari. Bagian dalam tangan adalah telapak tangan. Jika jari-jari ditekuk erat, tangan akan membentuk suatu kepalan. Selain manusia, banyak jenis hewan lain yang memiliki tangan, terutama dari kelompok primata. Ibu jari disebut juga jari jempol. Selain itu keempat jari yakni jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking.


(28)

18

2.1.8. Pria

Pria merupakan laki – laki dewasa idaman yang dijadikan dambaan (yang sangat diinginkan) oleh wanita. Pola pikir yang cenderung kepada logika dari pada perasaannya dalam memutuskan segala sesuatu dan emosinya lebih besar apabila merasa tergantung.

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

2.1.9. Bintang Daud

Bintang Daud (Perisai Daud) atau dalam bahasa Ibrani: Magen David, וָדּ ָ dengan nikkud atau tanpa nikkud ו , diucapkan Magen David (ma.'gen da.'vid) dalam Ibrani modern dan Mogein Dovid ('m.gen 'd.vid) atau Mogen Dovid ('m.gen 'd.vid) dalam bahasa Ibrani Ashkenazi dan Yiddish adalah sebuah lambang yang umumnya dikenali dari komunitas Yahudi dan Yudaisme. Nama ini diambil dari nama raja Israel kuno, dan mulai digunakan pada Abad Pertengahan, bersama-sama dengan lambang yang lebih tua lagi yaitu menorah.

Dengan terbentuknya negara Israel pada 1948 Bintang Daud pada bendera Israel juga telah menjadi lambang Israel. Menurut sejumlah sumber Yudais, Bintang atau Perisai Daud melambangkan angka tujuh: yaitu, keenam ujungnya ditambah dengan pusatnya. Teks Yahudi tertua yang masih ada yang menyebutkannya adalah Eshkol Ha-Kofer oleh seorang Karait bernama Judah Hadassi, dari abad ke-12M: "Tujuh nama malaikat mendahuli mezuzah: Mikail,


(29)

19

Demikian pula dengan tanda ini, yang disebut 'Perisai Daud', diletakkan di samping nama masing-masing malaikat." Asal-usul yang pasti dari hubungan lambang ini dengan identitas Yahudi tidak diketahui. Beberapa teori dikemukakan. Menurut sebuah hipotesis, Bintang Daud membentuk dua dari tiga huruf dalam nama Daud. Dalam ejaan Ibrani (דוד), kata ini hanya mengandung tiga huruf, dua di antaranya adalah "D" (atau "Dalet", dalam bahasa Ibrani). Di zaman dulu, huruf ini ditulis dalam bentuk yang sangat mirip dengan segi tiga, serupa dengan huruf Yunani Delta (Δ), yang memiliki kemiripan bunyi dan posisi (keempat) dalam abjadnya masing-masing. Lambang ini mungkin mulanya merupakan sebuah perisai keluarga yang dibentuk dengan membalikkan dan menyandingkan dua huruf yang paling penting dalam nama ini.

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

2.1.10.Bahasa Arab

Bahasa Arab (اللغة العربية al-lughah al-‘Arabīyyah) atau secara mudahnya Arab (عربي ‘Arabī), adalah sebuah bahasa semitik yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram. bahasa Arab modern telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa dengan 27 sub-bahasa dalam ISO 639-3. Bahasa - bahasa ini dituturkan di seluruh dunia Arab, sedangkan bahasa Arab baku diketahui di seluruh dunia Islam.


(30)

20

Bahasa Arab modern berasal dari bahasa Arab klasik yang telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa liturgi Islam sejak lebih kurang abad ke-6. Abjad Arab ditulis dari kanan ke kiri.

Bahasa Arab telah memberi banyak kosakata kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan Latin kepada kebanyakan bahasa Eropa. Semasa abad pertengahan bahasa Arab juga merupakan alat utama budaya, terutamanya dalam sains, matematik adan filsafah, yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak dari bahasa Arab.

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

2.1.11.Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of Meaning, (Ogden dan Richards dalam kurniawan, 2008:27) telah mengumpulkan tidak kurang 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur, 2004:248) merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasi makna manusia sebagai salinan “ultarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner. “Tetapi”, kata Jerold Katz dalam


(31)

21

telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu sama dan spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah”.

Menurut Devito, makna terletak pada kata – kata melainkan pada manusia. “Kita” lanjut Devito, menggunakan kata – kata ini secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan – pesan akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur, 2004:256).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito, 1997:123 – 125) sebagai berikut:

1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata –kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata – kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata – kata itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses ini adalah proses yang bisa salah .


(32)

22

2. makna berubah. Kata – kata relative statis, banyak dari kata – kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata – kata ini sudah berubah khusus yang terjadi pada dimensi emosional makna.

3. makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan, dan konsep – konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakkan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

6. makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna – makna ini yang benar – benar dapat


(33)

23

kita, karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003:285 – 289).

2.1.12.Pemaknaan Warna

Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakkan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata – kata seperti : merah, kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003:260 – 261), terdapat kira – kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna – warna seperti warna hitam dan abu – abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal –hal yang bersifat buruk dan negatif, misal: daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif, warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya berkonotasi negatif dan warna putih berkomunikasi positif (Sobur, 2001:25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun dibeberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur – unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam


(34)

24

hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari situasi.

Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam budaya barat. Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, dan keangkuhan. Warna oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003:376).

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992 dalam bukunya “periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikkan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :

1. Merah. Merupakan warna energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, bersaing. Warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk untuk menunjuk emosi atau debaran jantung. 2. Oranye. Merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan,

antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahabatan,kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikkan dan independen.


(35)

25

Kuning adalah warna yang berkesan optimis dan termasuk pada golongan warna yang mudah menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikkan metabolisme.

4. Merah muda. Berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra, keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi.

5. Hijau. Melambangkan alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan, warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan materi, kelimpahan, kesuburan, keajaiban, tanaman dan pohon, pertumbuhan, pencapaian personal, kebangkitan, jiwa muda, stabilitas, daya tahan, kesegaran, lingkungan, keamanan, rujukkan, cinta, keseimbangan, ketenangan, harapan, ketergantungan dan persahabatan. Warna hijau melambangkan elastisitas keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri, posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari warna ini adalah teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya, keras kepala dan berpendirian tetap.

6. biru. Melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakkan, perlindungan, inspirasi, spiritual, kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, percaya diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatifme, persahabatan dan harmoni serta kasih saying, kalem, ketenangan,


(36)

26

menenangkan. Namun juga dapat berarti depresi, sebagai akibat dari efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi. 7. Abu – abu. Melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan,

kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius, kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis, bosan, professional, kualitas, diam, dan tenang.

8. Putih. Melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan, steri, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan, lugu, murni, netral, dan fleksibel. 9. Hitam. Melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian,

misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, perlindungan, pengusiran sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

10.Ungu/Jingga. Melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, keangkuhan, pengaruh, pandangan ketiga, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, upacara, kebijakkan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi, ketidak sadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang dalam, harga diri, independensi, kontemplasi dan meditasi, ambisi, kemewahan, kekayaan, feminim, artistic, kuno dan romantik.


(37)

27

2.1.13.Tipografi

Tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu, menyusun meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisiyang tepatuntuk memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki. Huruf cetak memang huruf yang yang akan dicetakkan pada suatu media tertentu, baik menggunakan mesin cetak offset, mesin cetak desktop, cetak sablon pada body pesawat terbang, border pada kostum pemain sepak bola, maupun publikasi dihalaman web.

Pemilihan huruf tidak semudah yang dibayangkan, ribuan bahkan jutaan jumlah huruf menyebabkan desainer harus cermat dalam memilih tipografi yang tepatuntuk karyanya. Rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja bisa berarti suatu makna yang mengacu kepada sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual. Hal ini dikarenakan terdapatnya nilai fungsional dan nilai estetika dalam suatu huruf. Pemilihan jenis huruf disesuaikan dengan citra yang ingin diungkapkan.

Ada berbagai cara pendekatan untuk memperdalam ilmu maupun wawasan mengenai ilmu tentang huruf :

1. Melalui pengenalan sejarah huruf 2. Mengenali anatomi bentuk huruf

3. Membandingkan cirri masing – masing bentuk huruf 4. Mempelajari tata letak huruf


(38)

28

5. Mempelajari komposisi penggabungan huruf 6. Mempelajari ilmu warna

7. Mempelajari cirri bentuk huruf dengan emosi pesan yang hendak disampaikan (Kusrianto, 2007:190).

2.1.14.Pendekatan Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa yunani, semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, poetika. Semiotika adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda terdapat dimana-mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya.

Struktur karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan dari pengirim pesan.

Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia. Sehingga Derrida (dalam kurniawan, 2008: 34), mengikrarkan bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini sepenting


(39)

29

sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting dalam kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal tanda, tak akan bertahan hidup” (Widagdo dalam Kurniawan, 2008).

Charles Sanders Peirce merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan tanda. Tanda yang dapat dimanfaatan dalam senirupa berupa tanda visual ang bersifat non verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti grafis, warna, bentuk, tekstur, komposisi, dan sebagainya.

Tanda-tanda yang bersifat verbal adalah objek yang dilukiskan, seperti objek, manusia, bintang, alam, imajinasi atau hal hal lainnya yang abstrak. Apapun alasan (senirupawan, designer) untuk berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata. Karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan media atara perupa dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis-simbolis-bercerita (story telling). Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalnya.

Menurut John Fiske pada intinya semua model yang membahas mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu membahas tiga elemen antara lain:


(40)

30

1. Sign atau tanda itu sendiri

Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam-macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna yang terkandung di dalamnya dan juga bagaimana mereka saling berhubung dengan orang-orang yang menggunakannya. Dalam hal ini tanda dipahami sebagai komunikasi makna dan hanya bisa dimaknai oleh orang-orang yang telah mempersiapkannya.

2. Codesi atau kode

Sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan transmisi pesan mereka.

3. Budaya

Lingkungan dimana tanda atau kode itu berada. Kode dan lambang tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakang budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.

Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai ahli, seperti Saussure, Peirce, dan sebagainya. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah model semiotik milik Peirce karena adanya kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.


(41)

31

2.1.15.Model Semiotika Charles S. Pierce

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur, 2004: 83). Bagi Peirce tanda “is something which stand to somebody for something in some respect or capacity”. Kita misalnya dapat menjadikan teori segitiga makna (triangel meaning) menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (Sign atau represetamen) selalu terdapat dalam sebuah triadik, yakni ground, object dan interpretant (Sobur, 2004: 41).

Sementara itu interpretant adalah suatu tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi (Barthes dalam Kurniawan, 2008: 37).

Charles Sanders Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada


(42)

32

kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat (Sobur, 2004: 42). Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut :

(Fiske dalam Sobur, 2001: 85)

Sign

Interpretant Object

Gambar 1. Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce

Garis – garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungannya antara satu elemen dengan elemen yang lain. Tanda merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri yaitu obyek yang dipahami oleh interpretant.

Istilah tanda (sign) yang merupakan representasi dari sesuatu diluar 27

tanda itu sendiri yang disebut object, dimana berdasarkan object Pierce membagi tanda atas icon, index, dan symbol.


(43)

33

Icon

Symbol Index

Icon : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan obyeknya.

Index : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya.

Symbol : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan didalam masyarakat.

(Fiske, 1990 : 47)

Gambar 2. Model Kategori Tanda Oleh Peirce

Dengan mengacu pada model Pierce, makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi diproduksi dalam hubungan antara teks dengan pengguna tanda. Hal ini merupakan suatu tindakan dinamis, kedua elemen (teks dan pengguna tanda) saling memberikan sesuatu yang sejajar. Bila suatu teks dan pengguna tanda berasal dari budaya yang relatif sama, interaksi keduanya akan lebih mudah terjadi, konotasi (pengertian tambahan) dan mitos (cara pencapaian suatu pengertian) dalam teks telah menjadi referensi pengguna tanda yang bersangkutan. (Fiske 1990 143).


(44)

34

Dalam hal ini Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) juga harus mempunyai ikon, indeks, dan simbol. Gambar Husni Mubarak (presiden Mesir) mukanya terdapat tulisan Arab dan gambar bintang Daud (lambang kebesaran negara Israel) dalam dua buah poster yang dipegang oleh kedua tangan serta background cover berwarna gelap dibawah sorotan lampu menyala, merupakan ikon, indeks, dan simbol yang disajikan untuk dapat dianalisis dan menghasilkan interpretant atau maknanya dari gambar tersebut.

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memahami suatu peristiwa objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda pada setiap individu. Begitu juga penelitian dalam memahami tanda dan lambang dalam objek, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

Pada penelitian ini melakukan pemahaman atau menginterpretasikan dengan cara mengidentifikasi secara keseluruhan terhadap tanda dan lambang dalam hal ini adalah cover majalah TEMPO. Tanda – tanda yang terdapat pada setiap penggambaran cover secara keseluruhan dikaji berdasarkan teori yang sesuai dengan peristiwa yang melatarbelakangi pembuatan cover majalah tersebut tentang Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011)


(45)

35

Untuk mengetahui dan memahami Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011), maka penulis menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Peirce, yaitu teori tentang segitiga makna. Yang terdiri dari tanda, objek, dan interpretan. Tanda merujuk pada sesuatu yang dirujuk, sementara interpretan adalah tanda dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk oleh sebuah tanda. Peirce membagi tanda ke dalam tiga kategori, yaitu ikon, indeks, dan simbol.


(46)

36

Sistematika tersebut digambarkan sebagai berikut :

.

Sampul

Revolusi pada Cover

Majalah TEMPO edisi 7 - 13

Februari

Teori Pierce

 Ikon ( icon )

a. Dua tangan yang

memegang poster bergambar Husni Mubarak

b. Presiden Mesir (Husni Mubarak) dalam bingkai poster yang mukanya terdapat tulisan Arab dan gambar bintang Daud (lambang negara Israel atau Yudaisme)

 Indeks ( index )

a. Teks “Pergi Mubarak!” b. Tulisan huruf Arab yang

terdapat di poster  Simbol ( symbol )

a. Gambar Bintang Daud (lambang kebesaran negara Israel atau Yudaisme) b. Lampu menyala terang c. Background Cover

berwarna hitam

Hasil Pemaknaan

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moeloeng, 2002: 33).

Selain itu pada dasarnya semiotik bersifat kualitatif interpretatif, yaitu suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut (Christomy dan Yuwono dalam Marliani, 2004: 48).

Data yang dikumpulkan berupa kata – kata dan sebuah gambar benda, kemudian semua data yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sedang diteliti. Penelitian ini pada dasarnya merupakan upaya untuk menemukan teori. Data yang dikumpulkan, di analisis, dan akan muncul teori – teori sebagai penemuan penelitian kualitatif.

Dengan menggunakan pendekatan semiotik, penelitian ini berusaha mengetahui makna dari gambar Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi


(48)

38

Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).

3.2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah bagaimana hubungan konsep-konsep atau variabel dengan penelitian, dalam hal ini maka konsep-konsep adalah Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).

Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) dalam penelitian ini merupakan pemberian makna terhadap cover berupa gambar tentang revolusi yang dilakukan oleh rakyat Mesir.

Gambar dibuat semenarik mungkin untuk mempengarui para pembacanya secara persuasif, yang hal tersebut memiliki tujuan untuk melakukan tindakan timbal balik atas informasi yang digambarkan tersebut, makna dari Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) ini menimbulkan makna atau pengertian yang berbeda – beda pada setiap individu, tergantung dari sudut pandang mana individu tersebut memaknai.

Inilah yang menjadi dasar batasan untuk diteliti menggunakan studi semiotika oleh Chalres S.Pierce dengan mengkategorikan ikon, indeks, dan simbol.


(49)

39

3.2.1. Korpus Penelitian

Korpus ialah kata lain dari sampel dan khusus digunakan untuk analisis semiotik dan analisis wacana. Korpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur – unsurnya dan memelihara sebuah sistem dari kemiripan serta perbedaan yang lengkap. Korpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun homogen pada taraf waktu (sinkroni) (kurniawan, 2001:70). Korpus dalam penelitian ini adalah tanda – tanda dalam Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011), yang terdapat seperti dalam lampiran.

3.2.2. Unit Analisis

Unit analisis dari penelitian ini adalah tanda-tanda berupa gambar dan tulisan pada Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).

Unit analisis diidentifikasi berdasarkan ikon, indeks, dan simbol, yang kemudian diintrepretasikan dengan menggunakan pendekatan semiotik Pierce. Tanda – tanda berupa gambar dan teks yang ada dalam Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011). Dengan menginterpretasikan segala bentuk penandaan baik yang berupa gambar serta tulisan yang terdapat pada Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011), peneliti membentuk


(50)

40

berbagai pemaknaan tentang cover tersebut. Tanda yang terdapat pada Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) ini menjadi korpus dalam sebuah penelitian ini, yang kemudian dimasukkan ke dalam kategori hubungan antara tanda dengan acuannya yang di buat oleh Charles Sanders Pierce, yang terdiri dari tiga kategori tersebut, yakni ikon, indeks, dan simbol.

1. Ikon (Icon)

Ikon adalah hubungan yang serupa antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. (Sobur, 2001: 41). Dengan kata lain tanda memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Ikon dalam Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) ini adalah :

a. Dua tangan yang memegang poster bergambar Husni Mubarak b. Presiden Mesir (Husni Mubarak) dalam bingkai poster yang

mukanya terdapat tulisan Arab dan gambar bintang Daud (lambang negara Israel atau Yudaisme)

2. Indeks (Index)

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat (Sobur, 2004: 42), atau disebut juga dengan tanda sebagai bukti. Indeks dalam Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik


(51)

41

Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) adalah:

a. Teks “Pergi Mubarak!”

b. Tulisan huruf Arab yang terdapat di poster

3. Simbol (Symbol)

Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda penanda dengan petandanya, bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian masyarakat) (Sobur, 2004: 42). Simbol dalam Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) adalah:

a. Gambar Bintang Daud (lambang kebesaran negara Israel atau Yudaisme)

b. Lampu menyala terang

c. Background Cover berwarna hitam

Penempatan sebuah tanda menjadi ikon, indeks, simbol, tergantung dari kebutuhan dan sudut pandang khalayak (point of interest) yang memaknainya. Sehingga penempatan tanda-tanda dalam Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) di atas, yang mana sebagai ikon, mana


(52)

42

sebagai indeks, dan mana sebagai simbol tersebut hanya sebatas subjektifitas peneliti, bukan menjadi sesuatu yang mutlak, karena hal ini kembali lagi kepada sudut pandang khalayak yang memaknai Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi maupun pengamatan secara langsung terhadap gambar. Serta melakukan studi kepustakaan dan pencarian data di internet untuk melengkapi data – data serta bahan yang dapat di jadikan referensi. Data yang sudah di peroleh tersebut merupakan data awal (primer) penelitian yang nantinya akan dianalisa berdasarkan studi semiotik Pierce, untuk mengetahui makna gambar – gambar serta tulisan yang terdapat pada gambar cover tersebut.

3.2.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan model semiotik Sanders Pierce yaitu Sistem tanda dalam Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) yang dijadikan sampel penelitian ini dikategorikan kedalam hubungan tanda dengan acuannya yang terdiri dari tiga kategori yaitu ikon, indeks dan simbol. Sistem tanda yang terdapat didalam cover akan diinterpretasikan oleh


(53)

43

pengguna tanda sesuai dengan pengalaman atau kerangka referensi pengguna tanda melalui interaksi sosial yang dilakukan oleh pengguna tanda sebagai anggota didalam sebuah masyarakat.


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1. Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011). Cover pada majalah TEMPO selalu berbeda – beda tiap edisinya, karena setiap edisinya majalah TEMPO juga selalu menampilkan topik yang berbeda – beda pula, sehingga gambar yang disajikan menyesuaikan dengan topik yang diangkat tersebut.

Priyanto Sunarto atau Pris adalah seorang desain grafik di majalah TEMPO yang membuat gambar Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) ini, dibuat sebagai ungkapan reaksinya terhadap suatu permasalahan yang terjadi di negara Mesir yaitu revolusi yang dilakukan oleh rakyat Mesir , yang bertujuan untuk menggulingkan presiden Husni Mubarak. Cover ini merupakan salah satu bentuk pesan non verbal yang sengaja diciptakan agar pembacanya dapat dengan aktif memahami pesan yang terkandung pada Cover tersebut.


(55)

45

4.1.2. Majalah TEMPO

TEMPO edisi pertama diterbitkan pertama kali pada Maret 1971. TEMPO keluaran yang pertama ini mengambil pendekatan yang belum pernah dikenal selama masa – masa yang sulit dalam kebebasan jurnalistik. Publikasi pertama TEMPO sebenarnya sama sekali tidak berhubungan atau berafiliasi dengan dunia politik. Perhatiannya yang utama justru tertuju pada misi panjangnya untuk membangunkan kesadaran yang telah lama diracuni dengan media yang tunduk pada rezim yang represif.

Ketegasannya untuk mempertahankan kebebasan jurnalistik telah membuat TEMPO sebagai legenda dan menjadi ikon dalam industri pers di Indonesia selain itu juga menjadi salah satu media tertua di Asia Tenggara. Pernah dibredel pada tahun 1982 dan 1994, TEMPO tidak pernah berhenti untuk terus bersuara dengan lantang dan telah menjadi salah satu kendaraan atau sarana kebebasan pers yang sedang dinikmati di Indonesia saat ini.

TEMPO adalah standar kesempurnaan jurnalistik yang oleh penerbit lainnya selalu dijadikan perbandingan dan dijadikan acuan. Komitmennya adalah menyeimbangkan pandangan, dan melaporkan kebenaran tetap sebagai yang benar. Sebagaimana hari ini, seperti tahun 1971. Nama “TEMPO” dengan definisinya yang tanpa disadari ternyata sesuai atau cocok, telah menetapkan sebuah standar dan langkah yang oleh penerbit lain akan selalu dijadikan perbandingan. TEMPO hari ini adalah sebuah tongkat ukuran yang ditiru oleh semuanya tetap tidak tertandingi.


(56)

46

Sebagai majalah berita tertua di Indonesia TEMPO telah membuktikan kemampuannya untuk bertahan dalam tekanan. TEMPO yang kembali terbit pada Oktober 1998, membuktikan kebebasan dan juga kekuasaan dalam bersuara. Pada tahun – tahun belakangan ini TEMPO tanpa disadari menjadi legenda, ini adalah realita. Bersama – sama dengan tenaga yang penuh pengalaman dan tenaga muda yang penuh harapan, TEMPO tidak dengan mudah memperoleh kembali posisi puncaknya diantara para pesaing dan menjamurnya majalah berita yang lain.

TEMPO tanpa risau menghadapi masalah tersebut untuk mempertahankan loyalitas dari pembaca setianya dan merebut hati dari pembaca – pembaca terbarunya, yang utama adalah lapisan urban kelas menengah. Mereka inilah yang secara ekonomis mampu serta terdidik dengan baik dan tetap diharapkan menjaga posisi negara selalu dalam keadaan yang dinamis. TEMPO kembali bersirkulasi tepatnya 6 Oktober 1998, dimana pada saat itu keadaan pasar telah berubah secara signifikan sejak tahun 1994. oleh sebab itu TEMPO menjelajah setiap kesempatan dengan semangat perubahan dan pembaharuan.

Kelahiran kembali TEMPO disambut dengan antusiasme oleh Indonesia yang baru sehingga sejak dari edisi pertamanya TEMPO akhirnya dapat memperoleh kembali posisinya yang semula sebagai pemimpin dari majalah berita mingguan meskipun pada kenyataannya, sekarang setidaknya terdapat enam pesaing yang sebelumnya tidak terdapat di pasar sebelum pembredelan TEMPO 21 Juni 1994. Namun sekarang ini, kurang dari 2 tahun


(57)

47

setelah penerbitannya kembali, majalah TEMPO berhasi menguasai hampir 60 % dari pasar. Kebutuhan untuk menciptakan produk – produk baru yang sesuai dengan misinya yang utama telah menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Peluncuran TEMPO edisi berbahasa Inggris pada tahun 2000 didisain untuk meningkatkan penetrasi (penembusan) ke pasar global.

4.2. Penyajian Data

Dari hasil pengamatan peneliti yang dilakukan pada majalah TEMPO mengenai cover yang mengangkat tentang permasalahan revolusi, maka akan disajikan data – data yang didapat dari gambar yang dimuat pada majalah TEMPO edisi 7 – 13 Februari 2011 yaitu Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011). Data – data yang akan dianalisis terdiri dari sekumpulan tanda – tanda yang secara spesifik akan dipilah – pilah dan dikelompokkan berdasarkan prinsip – prinsip yang diambil adalah : proporsi atau skala dan keseimbangan, pengkategorian tanda pada gambar juga ditunjang oleh Doktrin Tipologi tanda dari Charles S. Pierce untuk membantu proses pemaknaan (semiosis) yang akan dilakukan.

Tanda tanda tersebut berupa, tanda (gambar, warna, perilaku non verbal dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian. Pengkategorian tanda pada karikatur ini berdasarkan landasan teori Semiotika Charles Sanders Peirce untuk mengetahui makna


(58)

48

yang terkandung dalam Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).

Peirce membagi tanda menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks, simbol. Untuk mengungkap makna serta pesan yang disampaikan dalam karikatur tersebut, sistem tanda dibagi berdasarkan pembagian fungsi tanda Peirce.

Dalam pendekatan semiotik Peirce terdapat tiga komponen, yaitu : Tanda (sign), Objek (object), dan Interpretan (interpretant).

Sebagai interpretan, peneliti menganalisa Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011), yang dijadikan corpus (sample terbatas) dengan menggunakan hubungan antara tanda dengan acuan tanda dalam model Semiotik Peirce yang membagi tanda atas tiga bagian kategori yaitu : ikon, indeks, simbol, sehingga akan diperoleh interpretasi dari cover melalui kategori tanda tersebut.

Ikon, dalam tampilan Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) adalah ditunjukkan dengan gambar :

a. Dua tangan yang memegang poster bergambar Husni Mubarak

b. Presiden Mesir (Husni Mubarak) dalam bingkai poster yang mukanya terdapat tulisan Arab dan gambar bintang Daud (lambang negara Israel atau Yudaisme)

Indeks, dalam tampilan Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) ditunjukkan dengan beberapa tulisan, seperti :


(59)

49

a. Teks “Pergi Mubarak!”

b. Tulisan huruf Arab yang terdapat di poster

Simbol, dalam tampilan Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) adalah :

a. Gambar Bintang Daud (lambang kebesaran negara Israel atau Yudaisme) b. Lampu menyala terang


(60)

50

Jika digambarkan dalam model Semiotik Peirce adalah sebagai berikut :

Ikon Indeks Simbol Gambar 4

Gambar karikatur Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) dalam a. Dua tangan yang memegang

poster bergambar Husni Mubarak b. Presiden Mesir (Husni Mubarak)

dalam bingkai poster yang mukanya terdapat tulisan Arab dan gambar bintang Daud (lambang negara Israel atau Yudaisme)

a. Gambar Bintang Daud (lambang kebesaran negara Israel atau Yudaisme) b. Lampu menyala

terang c. Background

Cover berwarna hitam

a. Teks “Pergi Mubarak!” b. Tulisan huruf

Arab yang terdapat di poster


(61)

51

Gambar di atas merupakan gambar interpretasi yang dilakukan terhadap Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) pada Majalah TEMPO. Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) merupakan suatu bentuk sistem yang merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri yang ada didalam karikatur tersebut. Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) digunakan oleh peneliti untuk menginterpretasikan sistem tanda dalam penelitian ini.

4.3. Analisis dan Interpretasi Data

Menurut Peirce, sebuah tanda itu adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau keputusan. Dalam pendekatan Semiotik model Charles Sanders Peirce, diperlukan adanya model analisis, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant). Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata, karena tanda itu sendiri adalah pencitraan indrawi yang menampilkan pengertian dari objek yang dimaksudkan. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada di dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

Dalam menganalisa hubungan antara tanda dan acuannya berdasarkan Semiotik Peirce, yaitu ikon, indeks, dan simbol, maka peneliti akan berusaha menginterpretasikan atau menganalisa segala bentuk pemaknaan yang terdapat dalam Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) berdasarkan model Semiotik Peirce tersebut di atas.


(62)

52

4.3.1 Ikon

Ikon adalah hubungan yang serupa antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. (Sobur, 2001: 41). Dengan kata lain tanda memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Ikon dalam Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) ini adalah :

a. Dua tangan yang memegang poster bergambar Husni Mubarak

Tangan adalah bagian tubuh di ujung suatu lengan. Sebagian besar manusia memiliki dua tangan, biasanya dengan empat jari dan satu ibu jari. Bagian dalam tangan adalah telapak tangan. Jika jari-jari ditekuk erat, tangan akan membentuk suatu kepalan. Selain manusia, banyak jenis hewan lain yang memiliki tangan, terutama dari kelompok primata. Ibu jari disebut juga jari jempol. Selain itu keempat jari yakni jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking.

Ikon dua tangan yang memegang poster bergambar Husni Mubarak yang diwajahnya terdapat gambar bintang Daud atau bintang David (Hexagram) yang merupakan lambang kebesaran negara Israel atau Yudaisme serta bertuliskan huruf Arab yang berbunyi yaskutu amil Mubarok ke atas kepala. Hal tersebut memiliki makna suatu protes terhadap Mubarak yaitu dengan mengangkat tangan keatas sambil memegang poster bergambar Husni Mubarak yang diwajahnya terdapat gambar bintang Daud atau bintang David (Hexagram) yang merupakan lambang kebesaran negara Israel atau Yudaisme serta bertuliskan huruf Arab yang berbunyi yaskutu, amil, Mubarok.


(63)

53

Selama tiga dekade memerintah, Mubarak mengunci pintu perbedaan pendapat, sulit mencari pekerjaan serta kemiskinan semakin merajalela. Jadi tanda kedua tangan di sini apabila dihubungkan dengan penelitian penulis, yakni sebuah harapan tentang perubahan yang fundamental atau menyeluruh terhadap negara Mesir setelah mundurnya presiden Mubarak agar rakyat mudah mendapat pekerjaan serta bebas berpendapat sesuai azas demokrasi yang diakui dunia internasional.

b. Presiden Mesir (Husni Mubarak) dalam dua bingkai poster yang mukanya terdapat tulisan Arab dan gambar bintang Daud (lambang negara Israel atau Yudaisme).

Pria merupakan laki – laki dewasa idaman yang dijadikan dambaan (yang sangat diinginkan) oleh wanita. Pola pikir yang cenderung kepada logika dari pada perasaannya dalam memutuskan segala sesuatu dan emosinya lebih besar apabila merasa terganggu.

Gambar pria setengah badan memakai jas berwarna hitam serta berdasi rapi adalah presiden Mesir yaitu Husni Mubarak, seseorang yang memiliki wewenang akan kebijakan negara. Ikon presiden bermakna jabatan tertinggi pada suatu negara, dimana jabatan tersebut memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan negara tersebut. Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, presiden merupakan seseorang yang memiliki wewenang dalam melaksanakan segala kebijakkan pada negara Mesir yang kemudian hasilnya akan diterima oleh rakyat.


(64)

54

Tanda ikon presiden Mesir saat itu, adalah Husni Mubarak. Wajah Mubarak dengan background berwarna gelap. Mubarak menatap kedepan dengan fokus, dalam sebuah bingkai poster. Sementara diwajahnya terdapat gambar bintang David dan tulisan huruf Arab yang berbunyi “yaskutu, amil, dan Mubarak”.

Tanda ikon ini dengan sendirinya ingin menggambarkan keseluruhan laporan tentang revolusi yang dilakukan rakyat Mesir oleh TEMPO edisi tersebut. Latar gambar yang didominasi warna gelap melambangkan keterpurukan, kesusahan, ketakutan, kemiskinan, kesengsaraan rakyat Mesir. Warna hitam juga menggambarkan kebosanan dan kemarahan yang pada akhirnya mau tidak mau revolusi ini harus dilaksanakan karena sifatnya mendesak.

4.3.2 Indeks

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat (Sobur, 2004: 42), atau disebut juga dengan tanda sebagai bukti. Indeks dalam Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) adalah:

a. “Pergi Mubarak!”

Indeks tulisan judul cover yang berbunyi “Pergi Mubarak!”. Semua huruf ditulis dengan huruf kapital. PERGI MUBARAK! berwarna kuning.


(65)

55

Baik huruf yang semua kapital, besar huruf maupun warna kuning terang, jelas tanda indeks tanda ini adalah akibat dari sebab TEMPO mengangkat wacana Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) ini. Penulisan huruf kapital judul tersebut seakan mengkomunikasikan betapa marahnya rakyat Mesir terhadap presidennya, serta bisa membawa dampak ekonomi bagi Indonesia, yakni kemungkinan berkurangnya pasokan minyak mentah dan menyebabkan naiknya harga minyak mentah dunia. Menginginkan sistem pemerintahan yang bebas atau bersih dari ketidakadilan, Sedangkan warna kuning dalam tulisan “PERGI MUBARAK!”, melambangkan keagresifan rakyat yang penuh semangat dalam memberantas kesewenang - wenangan.

b. Tulisan hruf Arab yang terdapat di poster :

- Kata “Yaskutu” apabila diartikan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti yakni sekutu atau bersekutu dengan negara Israel, karena diwajah Mubarak terdapat gambar bintang David yang menjadi lamabang negara Israel.

- Kata “Amil” apabila diartikan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti yakni kelompok atau berkelompok dengan negara Israel, karena diwajah Mubarak terdapat gambar bintang David yang menjadi lamabang negara Israel.

- Kata “Mubarak” yakni nama dari presiden Mesir Husni Mubarak itu sendiri yang dikenal sebagai pemimpin yang diktator terhadap rakyatnya.


(66)

56

4.3.3 Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda penanda dengan petandanya, bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian masyarakat) (Sobur, 2004: 42). Simbol dalam Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) adalah:

a. Gambar Bintang Daud (lambang kebesaran negara Israel atau Yudaisme) Bintang Daud (Perisai Daud) atau dalam bahasa Ibrani: Magen David, וָדּ ָ dengan nikkud atau tanpa nikkud ו , diucapkan Magen David (ma.'gen da.'vid) dalam Ibrani modern dan Mogein Dovid ('m.gen 'd.vid) atau Mogen Dovid ('m.gen 'd.vid) dalam bahasa Ibrani Ashkenazi dan Yiddish adalah sebuah lambang yang umumnya dikenali dari komunitas Yahudi dan Yudaisme. Simbol bintang Daud berwarna hitam pada wajah presiden Mubarak, simbol ini jelas ingin mengkomunikasikan betapa marah dan kebencian sebagian besar rakyat Mesir terhadap Mubarak dengan meyamakannya sebagai orang Israel atau sekutunya yang kejam dan bengis terhadap rakyatnya.

b. Lampu menyala terang

Lampu merupakan alat penerangan dalam kegelapan, Warna putih dan emas pada sinar lampu melambangkan untuk selalu menjaga kedamaian, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan. Maksud yang terkandung dalam lampu yang menyala terang dalam kaitannya dengan Cover Majalah TEMPO


(1)

59

sebagian besar rakyat Mesir serta lembaga-lembaga pemerintahan yang menginginkan politik dan sistem pemerintahan yang bersih dari kediktatoran dan ketidakadilan terhadap rakyat yang diwujudkan dalam sebuah Cover

Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).

Banyak cara dalam menuangkan ide – ide, baik berupa saran maupun kritik dalam menanggapi sesuatu dengan kreatif. Salah satu contohnya ada pada Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011). Cara berpikir kreatif ini sangat dibutuhkan di jaman sekarang sehingga generasi muda dituntut untuk sekreatif mungkin dalam menginterpretasikan segala ide – idenya.

Disamping itu, pemilihan warna hitam yang menjadi latar belakang

cover dan hampir keseluruhan bidang cover majalah ini melambangkan

ketakutan, kesedihan, pengusiran sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan. Keseriusan majalah TEMPO dalam mengungkap setiap wacana dan peristiwa yang diangkat menjadi laporan khusus atau laporan utama. Seperti tentang Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada

Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011) ini.

Gambar ini menggunkan media majalah untuk menunjukkan kepada khalayak luas. Majalah dipilih karena dinilai sangat efektif untuk menyampaikan pesan dalam cover tersebut. Segmentasi pada majalah TEMPO merupakan kunci keberhasilan dalam mempublikasikan ke khalyak luas, agar dapat memberikan rangsangan stimulasi visual secara langsung kepada


(2)

60

khalayak publik melalui pengaturan visual, seperti tampilan warna, gambar, tipografi / huruf, serta layout. Elemen – elemen ini diatur sedemikian rupa menjadi sebuah satu kesatuan dan tampilan pada media majalah agar tampak menarik perhatian dan pesan – pesannya dapat tersampaikan secara tepat kepada khalayak umum.

Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya meliputi bermacam – macam artikel, cerita, gambar, dan iklan. Majalah mempunyai fungsi menyebarkan informasi yang ada disekitar lingkungan masyarakat. Selain itu, memberikan hiburan baik dalam bentuk tekstual atau visual seperti gambar.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian melalui segitiga makna Pierce (Triangle Of Meaning Pierce) secara keseluruhan tampilan Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011). Segitiga tersebut icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol).

Dari hasil interpretasi dan penjelasan peneliti dalam pemaknaan secara keseluruhan pada Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011), dapat disimpulkan bahwa hal tersebut ingin menyampaikan protes dan pesan kepada khalayak luas yaitu revolusi besar – besaran sebagian besar rakyat Mesir serta lembaga-lembaga pemerintahan yang menginginkan politik dan sistem pemerintahan yang bersih dari kediktatoran dan ketidakadilan terhadap rakyat, seperti halnya ketidak adilan serta kesewenang – wenangan yang dilakukan oleh Mubarak dan sebagian besar lembaga – lembaga pemerintahannya selama tiga dekade ini. rakyat Mesir menginginkan suasana baru, suasana yg lebih baik dan lebih maju, yaitu sistem politik atau pemerintahan yg bersih, transparan, serta melayani dengan sepenuh hati. TEMPO, berusaha mewujudkan laporan utama tersebut, salah satunya dengan cara membuat


(4)

62

sebuah cover. Kritik yang diwujudkan dalam sebuah cover, tujuannya bukan memberikan nilai yang negatif untuk pemerintahan Mubarak, namun tujuannya adalah memberikan sebuah berita yang bersifat membangun, yang harus dipelajari serta dipertimbangkan oleh pemerintah serta pelajaran bagi semua.

Dalam penelitian ini, kebijakkan revolusi oleh rakyat Mesir terhadap negaranya diharapkan bisa menggulingkan presiden Mubarak serta menginginkan politik dan sistem pemerintahan yang bersih dari kediktatoran dan ketidakadilan terhadap rakyat.

5.2. Saran

Bagi peneliti selanjutnya, terutama yang bermaksud menggunakan studi Pierce hendaknya mengembangkan seluruh klasifikasi Pierce berdasarkan tiga kategori universal sebagaimana yang dikembangkan Pierce, yakni Trikotomi pertama yang melihat sudut posibilitas logis (logical posibilities) berdasrkan perbendaan tanda – tanda menjadi qualisign, sinsign, dan legisign.

Trikotomi kedua yang mengandung dari sisi hubungan representamen dengan objeknya, yakni hubungan “menggantikan” atau the “standing for relation”, tanda – tanda diklasifikasikan Pierce menjadi Ikon, Indeks, dan Simbol. Trikotomi ketiga dimana tanda – tanda dibedakan oleh Pierce menjadi rema (rheme), tanda disen, serta argumen.

Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan Trikotomi kedua untuk menganalisis Pamaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik


(5)

63

Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011). Dengan hanya meminjam Trikotomi kedua Pierce tersebut penulis merasa ada banyak hal atau banyak makna dari tanda yang belum bisa diungkap, untuk itu penggunaan studi semiotik Pierce secara lengkap penulis yakini akan bisa menjadi alat yang cukup komprehensif untuk memaknai sebuah objek.


(6)

64

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafid, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Devito, Joseph A., 1997, Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Penterjemah

Djuroto, Totok, 2002, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Junaedhie, Kurniawan, 1991, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes, Yogyakarta : Yayasan Indonesia Kusmiati R., Artini, 1999, Desain Komunikasi Visual, Jakarta : PT. Remaja

Rosdakarya

Moleong, Lexy, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, 1999, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, 2000, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, 2001, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Website : www.tempointeraktif.com


Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21 – 27 Desember 2011).

2 9 82

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

PEMAKNAAN KARIKATUR “AHMADIYAH TANPA NEGARA” pada Cover Majalah Tempo edisi 14-20 Februari 2011 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “AHMADIYAH TANPA NEGARA” pada Cover Majalah Tempo edisi 14-20 Februari 2011).

0 0 79

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO YANG BERJUDUL “BAHASYIM SALABIM” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011 ).

0 1 95

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

2 4 79

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO YANG BERJUDUL “BAHASYIM SALABIM” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011 )

0 0 16

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

0 2 23

PEMAKNAAN COVER PADA MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011)

0 0 19

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

0 1 19

PEMAKNAAN KARIKATUR “AHMADIYAH TANPA NEGARA” pada Cover Majalah Tempo edisi 14-20 Februari 2011 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “AHMADIYAH TANPA NEGARA” pada Cover Majalah Tempo edisi 14-20 Februari 2011)

0 0 19