PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BLUES GUITAR SUPPLEMENT PROGRAM GUNA MENINGKATKAN APRESIASI TERHADAP MUSIK BLUES.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

BLUES GUITAR SUPPLEMENT PROGRAM

GUNA MENINGKATKAN APRESIASI TERHADAP MUSIK BLUES (Uji Coba di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan

Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni

Oleh:

Rully Setia Ramdani NIM. 1006922

PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

BLUES GUITAR SUPPLEMENT PROGRAM

GUNA MENINGKATKAN APRESIASI TERHADAP MUSIK BLUES (Uji Coba di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan

Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung)

Oleh

Rully Setia Ramdani

S.Sn Sekolah Tinggi Musik Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Seni

Sekolah Pascasarjana

© Rully Setia Ramdani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Adeng Chaedar Alwasilah, M.A NIP. 19530330 198002 1 001

Pembimbing II

Dr. Diah Latifah, M.Pd NIP. 19631006 199202 2 001

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Seni Sekolah Pacasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Bandung

Dr. Sukanta, M. Hum NIP. 19620719 198903 1 001


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues (Uji Coba di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2013

Rully Setia Ramdani NIM. 1006922


(5)

ABSTRAK

Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues (Uji Coba di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah model pembelajaran Blues Guitar yang efektif dan efisien dalam meningkatkan apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues. Metode penelitian yang dipergunakan adalah Research & Development pada tahap pengembangan produk dan uji coba produk. Model pembelajaran yang menggabungkan unsur tekstual dan kontekstual musik Blues, dengan pendekatan kualitatif pada uji apresiasi dan kuantitatif pada uji keterampilan. Hasil uji coba terbatas dan luas membuktikan bahwa model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini, dapat meningkatkan keterampilan dan apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues.

Kata kunci: Pengembangan, Model Pembelajaran, Blues Guitar, Supplement Program, Apresiasi, Research & Development, Eksperimen.


(6)

ABSTRACT

The research entitled "Developing a learning model of Blues Guitar Supplement Program in order to increase the appreciation of Blues Music (experimented in Sekolah Tinggi Musik Bandung and Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung). The purpose of this research is making an effective and efficient Blues guitar learning model in increasing students appreciation on Blues Music. The research method, is Research & Development and Experimental. Learning model that consist of Blues textual and Blues contextual, with Qualitative approach on appreciaton test and Quantitative approach on skill test. The result of the limited and wide experiment shows that this program is not only developing the student's skill but also increasing their appreciation on Blues Music.

Key Words: Learning Model Development, Blues Guitar, Supplement Program, Appreciation, Research & Development, Experiment.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRAC ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR NOTASI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 12

1. Model Pembelajaran ... 12

2. Blues Guitar ... 13

3. Supplement Program ... 14

4. Blues ... 15

5. Apresiasi ... 16

6. Sekolah Tinggi Musik Bandung ... 17

7. Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung ... 17

D. Tujuan Penelitian ... 18


(8)

F. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II LANDASAN TEORI ... 21

A. Blues ... 21

1. Tekstual ... 25

a. Blues Scales ... 25

b. 12 Bar Blues Chords Progression ... 27

c. Blues Licks ... 28

d. Blues Improvisations ... 29

2. Kontekstual ... 31

a. Blues History ... 31

b. Blues Essence ... 44

B. Model Pembelajaran ... 45

C. Apresiasi ... 52

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Metode Penelitian ... 68

B. Lokasi dan Data Penelitian ... 60

C. Tahapan Penelitian ... 61

D. Instrumen Penelitian ... 66

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 69

F. Teknik Pengumpulan Data ... 72

G. Teknik Analisis Data ... 78

H. Hipotesis ... 90

I. Draft Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 106

A. Hasil Penelitian ... 106

1. Analisis Kebutuhan Produk ... 106

2. Pengembangan dan Validasi Instrumen ... 115

a. Desain Awal dan Pengembangan Produk ... 115

b. Validasi Instrumen ... 122

3. Uji Coba Terbatas dan Revisi Produk ... 126

a. Proses Uji Coba Terbatas ... 126

b. Perhitungan t-Test Pada Uji Coba Terbatas ... 138

c. Perhitungan Anova Pada Uji Coba Terbatas ... 141

d. Evaluasi Pada Peningkatan Apresiasi ... 145

e. Revisi Produk ... 146

4. Uji Coba Luas dan Revisi Akhir Produk ... 148


(9)

b. Perhitungan t-Test Pada Uji Coba Luas ... 159

c. Perhitungan Anova Pada Uji Coba Luas ... 162

d. Evaluasi Pada Peningkatan Apresiasi ... 167

e. Media Jejaring Sosial Twitter Sebagai Indikator Peningkatan Apresiasi ... 170

f. Revisi Akhir Produk ... 171

5. Validasi Produk dan Penulisan Hasil Penelitian ... 172

B. Pembahasan ... 176

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 181

A. Kesimpulan ... 181

B. Rekomendasi ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... 188 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Fretboard Scale pada nada dasar E ... 26 Gambar 2.2. Penulisan 12 Bar Blues Traditional Chords Progress

pada nada dasar E ... 27 Gambar 3.1. Pola True Experimental Design dengan

Pretest-Posttest Control Group Design ... 59 Gambar 4.1. Wawancara mahasiswa Gitar Elektrik, Septada Nur

Widiyandono dan Gatot Dwi Raharjo, pada tahap

Analisis Kebutuhan Produk (STiMB, 11 April 2012) ... 114 Gambar 4.2. Laurentius Mario, Mahasiswa Gitar Elektrik STiMB

angkatan 2008, sedang melakukan tes 1 untuk validasi

produk (5 Oktober 2012) ... 124 Gambar 4.3. Gideon Imanuel Lalamentik, Mahasiswa Gitar

Elektrik STiMB angkatan 2010, sedang melakukan

pretes untuk Uji Coba Terbatas (11 Oktober 2012) ... 128 Gambar 4.4. Suasana Blues Guitar Supplement Program, sesi

materi kelas (12 Oktober 2012)... 130 Gambar 4.5. Modul dan DVD data sebagai tambahan materi, untuk

dapat dipelajari oleh masing-masing peserta ... 131 Gambar 4.6. Gatot Dwi Raharjo (paling kanan), salah satu peserta

sedang melakukan Jam Session di Studio Combo


(11)

Gambar 4.7. Medi Angga A J, salah satu peserta Uji Coba Luas, sedang melakukan pretest, di ruang kelas Seni Musik

FISS Unpas Bandung (22 Oktober 2012) ... 150 Gambar 4.8. Suasana materi klasikal di ruang kelas Galeri Fakultas

Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung

(27 Oktober 2012) ... 151 Gambar 4.9. Gilang Maulana Ibrahim (kanan) dan Trian Nugraha

(kiri), sedang melakukan Jam Session di gerbang depan Kampus IV Universitas Pasundan Bandung (1

November 2012)... 152 Gambar 4.10. Putra Pamungkas (kanan) dan Andro Gonar Borindi

(kiri), sedang melakukan Jam Session di depan teras kelas Galeri Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas

Pasundan Bandung (2 November 2012) ... 152 Gambar 4.11. Satrio Sigit Pamungkas (kanan) dan Reza Herdyana

(kiri), sedang melakukan Jam Session di halaman ruang Himpunan Mahasiswa Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung


(12)

DAFTAR NOTASI

Notasi 2.1. Penulisan Tangga Nada Blues in C ... 22 Notasi 2.2. Contoh Blues Licks yang dipergunakan dalam Blues


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Bentuk progresi akor 12 bar Blues ... 22

Tabel 2.2. Aplikasi lirik dalam satu bait ke dalam progresi 12 bar Blues ... 23

Tabel 3.1. Penggunaan Semantic Defferensial pada instrumen penilaian Blues Guitar Supplement Program. ... 71

Tabel 3.2. Teknik pengumpulan data pada tahapan penelitian ... 77

Tabel 3.3. Tabel perhitungan Product Moment Correlation (Pearson) ... 80

Tabel 3.4. Tabel perhitungan t-Test ... 82

Tabel 3.5. Tabel perhitungan F-Test ... 84

Tabel 3.6. Sintaks model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program... ... 103

Tabel 4.1. Jawaban Kuisioner No.1 ... 107

Tabel 4.2. Jawaban Kuisioner No.2 ... 108

Tabel 4.3. Jawaban Kuisioner No.3 ... 109

Tabel 4.4. Jawaban Kuisioner No.4 ... 110

Tabel 4.5. Jawaban Kuisioner No.5 ... 111

Tabel 4.6. Tabel hasil uji validasi instrumen pertama dan kedua di Sekolah Tinggi Musik Bandung ... 123

Tabel 4.7. Tabel untuk perhitungan Product Moment Correlation (Pearson) pada tahap validasi ... 124


(14)

Tabel 4.8. Tabel daftar sample tahap uji coba terbatas di Sekolah

Tinggi Musik Bandung ... 127 Tabel 4.9. Sintaks model pembelajaran Blues Guitar Supplement

Produk di Sekolah Tinggi Musik Bandung ... 132 Tabel 4.10. Tabel daftar skor masing-masing peserta, pada pretest

dan posttest tahap uji coba terbatas di Sekolah Tinggi

Musik Bandung ... 139 Tabel 4.11. Perhitungan Paired Samples Statistics pada IBM

SPSS Statistics 20 ... 140 Tabel 4.12. Perhitungan Paired Samples Correlations pada IBM

SPSS Statistics 20 ... 140 Tabel 4.13. Perhitungan Paired Samples Test pada IBM SPSS

Statistics 20... ... 141 Tabel 4.14. Tabel perhitungan score masing-masing indikator

variabel independen, untuk setiap test.... ... 142 Tabel 4.15. Tabel untuk perhitungan F-Test of Significance ... 142 Tabel 4.16. Tabel hasil perhitungan F-Test of Significance pada

IBM SPSS Statistics 20 ... 143 Tabel 4.17. Tabel hasil perhitungan Duncan pada IBM SPSS

Statistics 20, untuk mengetahui perbedaan antar


(15)

Tabel 4.18. Daftar sampel peserta tahap Uji Coba Luas, Blues Guitar Supplement Program di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas

Pasundan Bandung ... 148 Tabel 4.19. Sintaks model pembelajaran Blues Guitar Supplement

Program di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu

Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung ... 153 Tabel 4.20. Tabel daftar skor masing-masing peserta, pada pretest

dan postest tahap uji coba luas di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas

Pasundan Bandung ... 159 Tabel 4.21. Perhitungan Paired Samples Statistics pada IBM

SPSS Statistics 20 ... 161 Tabel 4.22. Perhitungan Paired Samples Correlations pada IBM

SPSS Statistics 20 ... 161 Tabel 4.23. Perhitungan Paired Samples Test pada IBM SPSS

Statistics 20 ... 162 Tabel 4.24. Tabel perhitungan score masing-masing indikator

variabel independen, untuk setiap test ... 163 Tabel 4.25. Tabel untuk perhitungan F-Test of Significance ... 164 Tabel 4.26. Tabel hasil perhitungan F-Test of Significance pada


(16)

Tabel 4.27. Tabel hasil perhitungan Duncan pada IBM SPSS Statistics 20, untuk mengetahui perbedaan antar


(17)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1. Proses pembelajaran yang diimplementasi dalam

Blues Guitar Supplement Program ... 6

Diagram 3.1. Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R & D) ... 61

Diagram 3.2. Diagram proses tahapan penelitian dan pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ... 62

Diagram 3.3. Triangulasi dengan tiga sumber data (kiri atas), triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data (kanan atas), dan triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan (tengah bawah) (Bachri, 2010: 56) ... 88

Diagram 3.4. Draft Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ... 93

Diagram 4.1. Hasil jawaban kuisioner No.1 ... 107

Diagram 4.2. Hasil jawaban kuisioner No.2 ... 108

Diagram 4.3. Hasil jawaban kuisioner No.3 ... 109

Diagram 4.4. Hasil jawaban kuisioner No.4 ... 110

Diagram 4.5. Hasil jawaban kuisioner No.5 ... 111

Diagram 4.6. Draft Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ... 121


(18)

Diagram 4.8. Proses pelaksanaan Blues Guitar Supplement Program


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Kuisioner ... ... Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... ... Lampiran 3 Silabus PIM Gitar Elektrik III (Style) D3 Penyaji

Musik Sekolah Tinggi Musik Bandung ... ... Lampiran 4 Silabus Blues Guitar Supplement Program ... ... Lampiran 5 Pedoman Evaluasi dan Observasi (Pretest – Posttest) ... ... Lampiran 6 Modul Blues Guitar Supplement Program ... ... Lampiran 7 Hasil Validasi Instrumen ... ... Lampiran 8 Hasil Uji Coba Terbatas di Sekolah Tinggi Musik

Bandung ... ... Lampiran 9 Lembar Evaluasi dan Observasi Hasil Revisi ... ... Lampiran 10 Hasil Uji Coba Luas di Seni Musik, Fakultas Ilmu

Seni dan Sastra, Universitas Pasundan Bandung ... ... Lampiran 11 Perhitungan Manual Uji Coba Terbatas dan Uji Coba

Luas (T-Test dan Anova) ... ... Lampiran 12 Tabel Distribusi t-Student (t-Test) ... ... Lampiran 13 Tabel Distribusi F ... ... Lampiran 14 Pedoman Observasi dan Kuisioner Akhir Peserta di


(20)

Lampiran 15 Pedoman Observasi dan Wawancara Akhir Peserta di Program Studi Seni Musik Faklutas Seni dan Sastra

Universitas Pasundan Bandung ... ... Lampiran 16 Hasil Kuisioner Peserta di Sekolah Tinggi Musik

Bandung ... ... Lampiran 17 Hasil Wawancara Peserta di Program Studi Seni

Musik Faklutas Seni dan Sastra Universitas Pasundan

Bandung ... ... Lampiran 18 DVD Data Blues Guitar Supplement Program ... ...


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Blues merupakan bagian dari rentetan panjang sejarah Amerika Serikat, yang melibatkan bangsa kulit hitam Afrika-Amerika yang menjadi budak belian untuk kaum kulit putih. Musik Blues menjadi sebuah penawar kepedihan yang dirasakan bangsa kulit hitam tersebut dan berkembang menjadi berbagai aliran musik yang kemudian berkembang di Amerika Serikat. Mack dalam Sejarah Musik 3 (1995: 57) menyatakan bahwa:

Salah satu sumber materi untuk kebanyakan aliran musik populer abad ke-20 adalah ―Blues‖, walaupun orang kulit putih sering tidak mau mengakuinya. Secara historis, Blues merupakan suatu jenis musik yang mulai berkembang pada tengah abad yang lalu di Amerika di antara kaum negro. Awal Blues sampai sekarang cukup samar, namun sebagai jenis seni pertunjukan yang berhubungan erat dengan penyelesaian zaman perbudakan di Amerika. Penegasan ini barangkali agak mengherankan, sebab lazimnya Blues dikaitkan dengan nyanyian orang negro sambil bekerja sebagai budak belian untuk orang kulit putih yang berkuasa. Memang inilah sumber praktik Blues secara murni dan utuh, akan tetapi penulis berbicara tentang Blues sebagai suatu jenis seni pertunjukan. Ternyata kebanyakan musisi Blues suka tampil sebagai solis (iringan sendiri), artinya terdapat semacam citra ―keterpencilan‖ bagi musisi tersebut, lalu menjadi ciri khas Blues sebagai seni pertunjukan.

Kata Blues berasal dari kata blue (biru), yang dipergunakan dalam lirik lagu Blues sebagai gambaran dari perasaan sedih, muram, murung, dan tertekan. Kepedihan yang diartikulasikan dalam bentuk nyanyian, yang pada mulanya tanpa iringan alat musik, hingga kemudian dikenal bentuk iringan yang menjadi bentuk 12 bar Blues. Bentuk iringan yang menjadi ruang bagi setiap orang (kulit hitam


(22)

Afrika-Amerika pada saat itu) untuk berekspresi dan mengartikulasikan kehidupannya dalam musik.

Terdapat beberapa bentuk musik yang kemudian mempengaruhi Blues, yang muncul pada akhir abad 19, dan ditemukan sebagai bentuk ekspresi diri di komunitas Afrika-Amerika. Menurut Komara (2006: 105); ―Blues memiliki bentuk umumnya 8, 12 dan 16 bar, menggunakan salah satu skala melodi dan skema sajak dan dinyanyikan atau ditampilkan dengan alat musik‖.

Blues merupakan dokumen kehidupan orang kulit hitam dan pemikiran terhadap penyatuan unsur-unsur musik tradisional, pertunjukan, dan tema lagu-lagu komersial. Seiring waktu dan perkembangannya, Blues kemudian menjadi akar dari berbagai musik populer Amerika Serikat yang lahir setelahnya. Sebut saja Rock, R n’B, Gospel, Soul, Funk, Hip Hop, Rap, dan Jazz.

Lambat laun, musik Blues kemudian menjadi digemari oleh berbagai kalangan. Dari ketertarikan terhadap keunikan musiknya, hingga menjadikannya komoditas yang menguntungkan dalam bisnis pertunjukan dan rekaman musik. Maka dalam mempelajari Blues, terjadi proses transformasi pengetahuan atau pengalaman dalam bentuk verbal maupun nonverbal (teknis dan praktek). Hal ini dilakukan baik secara otodidak (dengan jalan mendengarkan dan menirukan apa yang didengar), dengan tutorial dari media internet yang kian marak, dan mengikuti lembaga-lembaga musik formal dan non formal (melalui tutorial dari instruktur, guru, dan dosennya). Maka Blues menjadi suatu subjek yang dijadikan materi pembelajaran, dalam lingkup pendidikan tersebut.


(23)

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Proses belajar merupakan sebuah proses menuju perubahan menjadi lebih baik. Seperti diungkapkan Trianto (2009: 17):

Terjadi suatu proses perubahan perilaku, dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah seperti: (1) pendekatan pembelajaran; (2) strategi pembelajaran; (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22) adalah:

Suatu perencanaan atau suatau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Pendapat lain model pembelajaran menurut Rusman (2010: 132) pada dasarnya merupakan:

Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir, yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bingaki dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran, yang dipergunakan guru untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan sebagai seorang tenaga profesional.


(24)

Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan tiga aspek, yaitu: aspek psikomotorik, aspek kognitif, dan aspek afektif. Karena ketiga aspek tersebut merupakan inti dari sebuah tujuan pembelajaran, seperti dikemukakan Bloom dan Krathwohl dalam Rusman (2010: 171), bahwa tujuan pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga domain, yaitu:

Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri, serta memiliki lima tingkatan, dari rendah sampai tinggi, yaitu: penerimaan, responding, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik atau gerakan-gerakan fisik, seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, seni (musik, rupa, tari), dan olah raga.

Aspek kognitif difasilitasi melalui berbagai aktifitas penalaran dengan tujuan terbentuknya penguasaan intelektual atau pengetahuan. Aspek afektif dilakukan melalui aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Sedangkan aspek psikomotorik difasilitasi melalui adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya keterampilan praktis. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik, akan membentuk kemampuan berpikir kritis dan memunculkan kreativitas. Dua kemampuan inilah yang menjadi dasar kemampuan mengatasi masalah, yang diharapkan terwujud dalam diri peserta didik.

Hasil belajar menurut Bloom (1976) dalam Anderson (1981) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah


(25)

psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Kaitannya dengan musik, Kafol (2001) menyatakan bahwa:

Musik sebagai seni dan sebagai subjek artistik mempengaruhi individu secara keseluruhan. Kegiatan musik merangsang perkembangan mental dan fisik, emosi, rasa keindahan, kreativitas, self-estem dan hubungan interpersonal. Oleh karena itu kemajuan yang sama dalam kognitif, afektif, dan psikomotor menjadi hal yang sama penting dan merupakan satu kesatuan. Pembelajaran apresiasi musik, merupakan sebuah bentuk pembelajaran estetis. Melalui pembelajaran apresiasi musik, peserta didik dapat memahami motivasi seorang komposer dalam membuat sebuah komposisi musik, latar kesejarahan, bentuk musik, struktur, dan gaya musiknya. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dan dapat mendorong pada kualitas personal yang baik. Seperti diungkapkan oleh Lou, dkk (2011: 45):

Music appreciation is an aesthetic learning activity. Through the

teaching of music appreciation, we can understand a composer’s motivation and historical background as well as the music’s form, structure, and style. Students’ perception of music can be enhanced, and good personality

qualities can be encouraged.

Dalam pembelajaran apresiasi musik, selain peserta didik diberikan pemahaman mengenai hal-hal musikal (baik secara auditory maupun praktis), pembelajaran lebih ditekankan kepada hal-hal nonmusikal seperti latar belakang kesejarahan dan hal-hal filosofis yang melatari lahirnya musik tersebut. Penekanan pada hal-hal nonmusikal selain untuk wawasan peserta didik, juga dimaksudkan untuk menumbuhkan pemahaman dan penghargaan terhadap musik yang sedang diapresiasi.


(26)

Dalam Blues Guitar Supplement Program, ranah afektif menjadi landasan yang harus kuat, karena Blues merupakan soal rasa bukan sekedar soal tangga nada dan progresi akor. Penekanan pada hal-hal nonmusikal seperti latar kesejarahan dan filosofis akan lebih utama dalam Blues Guitar Supplement Program.

Proses pembelajaran pada Blues Guitar Supplement Program, dapat digambarkan dalam diagram berikut:

Diagram 1.1. Proses pembelajaran yang diimplementasi dalam Blues Guitar Supplement Program.

Dengan menggunakan beberapa pendekatan strategi pembelajaran, seperti Contextual Teaching & Learning (CTL), Pembelajaran Kelompok Partisipatif, Konstruktivistik, serta Pembelajaran Apresiasi. Metode praktek menjadi salahsatu yang cukup penting dalam model ini, karena peserta harus mengalami pengalaman secara musikal. Dengan demonstrasi oleh tutor dan proses imitasi baik melalui tutor maupun melalui materi yang diberikan dalam bentuk Modul dan DVD. Setelah memahami dasar dari permainan gitar Blues, peserta kemudian mengeksplorasi kemampuan bermain gitar Bluesnya melalui improvisasi. Materi


(27)

suplemen gitar Blues ini kemudian dievaluasi melalui assesment dengan pencatatan pada kemajuan keterampilan memainkan gitar Blues, melalui tes dengan skoring pada kegiatan Jam Session.

Dasar pemikiran Blues sebagai materi utama program ini yakni, Blues dapat menjadi sarana untuk mengolah emosi. Lebih lanjut, pendalaman pada filosofi Blues diharapkan dapat mencerdaskan emosi, sehingga menjadi lebih manusiawi, peka terhadap lingkungan sekitar, dan bersemangat untuk terus melangsungkan hidup dalam kondisi apapun. Selain itu, mengingat peran penting Blues dalam perkembangan musik populer Amerika hingga ke penjuru dunia, maka penting untuk mempelajarinya lebih dalam. Namun, pembelajaran Blues secara khusus, baik tekstual maupun kontekstual, tidak banyak ditemukan, bahkan di lembaga pendidikan tinggi musik sekalipun. Rata-rata pendidikan tinggi musik, baik itu Universitas maupun Sekolah Tinggi, acuan musik Barat sepenuhnya diarahkan pada khasanah musik Eropa Tengah. Padahal nyatanya, perkembangan industri musik di Indonesia, semenjak akhir tahun ’50-an hingga saat ini sangat tertuju pada musik populer yang berasal dari Amerika Serikat. Seperti yang dikutip Sasongko & Katjasungkana, dalam Prisma (1991: 51):

Pada pertengahan dasawarsa 1950-an itu berkembang jenis musik rock’n’roll yang diperkenalkan Bill Haley and The Comets dan kemudian dipopulerkan Elvis Presley. … Lewat medium piringan hitam, rock’n’roll

masuk Indonesia dan menjadi popular di kalangan anak-anak muda golongan menengah kota besar yang jumlahnya sangat terbatas. Pada 1960-an, pengaruh musik rock’n’roll diperkuat dengan masuknya jaringan hitam kelompok-kelompok musik Inggris seperti The Shadows dan The Beatles.


(28)

Sekolah Tinggi Musik Bandung, merupakan salah satu sekolah tinggi yang di dalamnya terdapat Program Studi D3 Penyaji Musik. Di Sekolah Tinggi Musik Bandung ini, Blues tidak banyak disentuh. Beberapa mata kuliah yang di dalamnya terdapat materi Blues yaitu: Sejarah Musik 4 untuk semester 5, yang sekilas dibahas dalam Sejarah Musik 3 (semester 4), dan PIM Gitar elektrik III (Style) untuk D3 Penyaji Musik, semester 3.

Buku pegangan Sejarah Musik jilid 3 & 4 karya Dieter Mack, yang rata-rata digunakan di perguruan tinggi musikpun, hanya menyebut kata Blues empat kali saja, itupun di bawah judul ―Jazz dan Perkembangan Musik Hiburan Tahun 20-an, dan sudah tentu selebihnya yang diangkat adalah Jazz. Seperti yang dikutip dari buku Sejarah Musik jilid 3 oleh Mack (1995: 343):

Legenda bahwa jazz berasal dari kota New Orleans, lazimnya diakui sebagai kurang lebih benar, walaupun sumber-sumber dari Blues, worksongs… mesti juga disebutkan. Tahun 1619 orang Negro mulai datang ke Amerika, ke daerah Virginia. Mula-mula, kaum negro belum bekerja sebagai budak belian. Hal ini baru mulai dengan berkembangnya ekonomi plantase. Pada abad ke-19, bagian Amerika Utara dikuasai oleh masyarakat keturunan Inggris beragama Kristen yang agak bersikap puritan (mereka sangat menentang ritual-ritual kaum Negro sebagai unsur-unsur setan…!). sedangkan di bagian Selatan di bawah pengaruh agama katolik, tradisi-tradisi lama lebih mudah dipertahankan (kenyataan ini tidak menyangkut situasi sosial kaum Negro yang lebih buruk di Selatan, walaupun hidup sosial kaum Negro menjadi makin baik dengan kemenangan bagian Utara pada tahun 1865 dalam Civil War).

Jelas disebutkan bahwa Blues sebagai sumber dari Jazz. Setelah itu, kemudian Blues disebutkan beberapa kali, sebagai salah satu fase jenis-jenis musik orang Negro, dan sebagai ciri khas dari Jazz gaya New Orleans, yang secara gamblang Mack (1995: 344) menyebutnya sebagai ―musik vokal rakyat


(29)

kampungan dari orang Afro-American – worksong, Blues, juga Blues Instrumental‖.

Pembelajaran Blues pada mata kuliah Sejarah Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung, dirasa sangat kurang. Proses pembelajaran yang selama ini hanya dengan metode ceramah, tidak cukup memberikan pemahaman yang mendasar pada mahasiswa. Pembelajaran hanya tertuju pada sejumlah hapalan periodisasi sejarah dan ciri khas musikal pada zamannya (audio sample musik Blues diperdengarkan). Itulah barangkali pemahaman pembelajaran pada Mata Kuliah Sejarah Musik di beberapa perguruan tinggi musik untuk sementara ini.

Di Sekolah Tinggi Musik Bandung, tangga nada Blues dan pola-pola permainan Blues dipelajari pada mata kuliah Instrumen Mayor (PIM) Gitar elektrik III (Style). Mata kuliah untuk semester 3, D3 Penyaji Musik ini, menjadikan Blues sebagai materi pembelajaran Style, selain Jazz dan Fusion. Pada mata kuliah ini pun hanya sebatas menyentuh bahasa musikalnya saja, tidak memperdalam bagaimana Blues terlahir dari latar kehidupan sosial.

Tidak adanya pembelajaran yang secara khusus mempelajari Blues dari sisi tekstual maupun kontekstual, menjadi dasar pemikiran penelitian ini. Sebuah penelitian yang akan menghasilkan produk berupa model pembelajaran “Blues Guitar Supplemet Program” secara lebih intensif dan terpadu antara tekstual dan kontekstual. Sebagai suatu supplement untuk meningkatkan apresiasi terhadap musik Blues.

Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program meliputi materi, pendekatan, metode, media, dan evaluasi pembelajaran. Materi yang disajikan


(30)

berupa materi tekstual dan kontekstual musik Blues, meliputi hal musikal (Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar Blues Traditional, dan Blues Improvisation) dan hal non musikal (Blues History dan Blues Essence). Pendekatan yang dilakukan dalam model ini diantaranya pendekatan Contextual Teaching and Learning, Pembelajaran Kelompok Partisipatif, Konstruktivisme, dan Apresiasi. Metode yang dipergunakan diantaranya Imitasi, Presentasi melalui Powerpoint, Pembelajaran Mandiri dengan bantuan Modul dan DVD, serta Jam Session. Media yang dipergunakan berupa Modul, DVD data, Laptop, Infocus, Presentasi Powerpoint, Gitar, Amplifier, dan Audio Set. Serta evaluasi yang dilakukan terhadap kompetensi bermain gitar Blues melalui pretest dan posttest, juga evaluasi terhadap peningkatan evaluasi melalui observasi, kuisioner, dan wawancara, serta dengan bantuan media jejaring sosial Twitter.

Keseluruhan unsur dalam model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program tersebut, kemudian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada peningkatan kompetensi keterampilan bermain gitar Blues, dan terutama peningkatan apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Secara lebih luas, model pembelajaran ini dapat diterapkan baik di perguruan tinggi musik lain. Dapat diterapkan di komunitas-komunitas Blues yang— belakangan ini—berkembang dan bermunculan di beberapa kota besar di Indonesia. Sebagai bentuk Blues Education yang akan dikemas dalam sebuah produk ―Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program.


(31)

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan dikhususkan untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran gitar, dengan musik Blues sebagai materi utamanya. Hal ini disebabkan oleh minimnya pembelajaran Blues secara menyeluruh di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Masalah penelitian dibatasi hanya pada penggunaan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, pada peningkatan apresiasi musik Blues mahasiswa Gitar elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Sehingga penelitian ini dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1: Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka didapat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah draft model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues?; (2) Bagaimanakah pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues?; (3) Bagaimana tahapan uji coba yang dilakukan terhadap model pembelajaran Blues Guitar Suplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues?; dan


(32)

(4) Apakah model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program berpengaruh terhadap peningkatan apresiasi musik Blues?.

C. Variabel dan Definisi Operasional

Dari judul penelitian yang diajukan, terdapat beberapa variabel yang menjadi fokus dalam kajian penelitian ini. Variabel-variabel tersebut kemudian terbagi menjadi dua, yakni; (1) Variabel Independen, merupakan variabel yang menjadi sebab adanya perubahan, diantaranya Model Pembelajaran, Blues, Blues Guitar, dan Supplement Program; (2) Variabel Dependen, merupakan variabel yang menjadi akibat yaitu Apresiasi; dan (3) Variabel Moderator, yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, yaitu Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Definisi operasional variabel tersebut adalah: 1. Model Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Offline versi 1.3, 2011), model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Menurut Rusman (2010: 132), model pembelajaran merupakan:

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan memiliki fungsi diantaranya adalah sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.


(33)

Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, merupakan serangkaian perencanaan (konsep) dan komponen-komponen pembelajaran yang meliputi: metode, materi (bahan ajar), media pembelajaran, dan evaluasi. Model yang telah dirancang kemudian akan diujicobakan, guna mencari hambatan-hambatan di dalam proses pelaksanaannya. Hasil dari ujicoba, akan menjadi acuan untuk perbaikan rancangan produk, sehingga dihasilkan satu produk model pembelajaran yang efektif, dan efisien. Dengan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini, mahasiswa D3 Penyaji Musik dengan instrumen mayor Gitar elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung, dapat meningkatkan keterampilan, pemahaman, terutama apresiasi terhadap musik Blues. Lebih lanjut, Model Pembelajaran dikategorikan ke dalam variabel independen.

2. Blues Guitar

Semenjak awal kemunculan Blues hingga saat ini, Blues hampir selalu diidentikkan dengan gitar. Diawali dengan bermunculannya musisi Blues di era 1920-an yang menyanyi sekaligus memainkan gitar secara individual. Catatan awal dari Handy, yang melaporkan bahwa ia pernah melihat gitaris dari Mississippi, yang bermain gitar di stasiun kereta api di tahun 1903. Wissman (2006: 1) menyatakan: ―kepopuleran Blues gitar diawali oleh rekaman Blind Lemon Jefferson tahun 1926, yang kemudian diikuti oleh sejumlah gitaris solois Blues lainnya. Blues lebih cenderung identik dengan Gitar, jika dibandingkan dengan Jazz, yang lebih identik dengan instrument tiup seperti Horns, Trumpet, Clarinet, dan Saxophones.


(34)

Rancangan model pembelajaran ini dikhususkan untuk mahasiswa dengan mayor instrumen Gitar elektrik, yang telah memiliki dasar permainan gitar Blues. Mahasiswa tersebut telah atau sedang menempuh mata kuliah PIM Gitar elektrik III (Style), D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Dalam pembelajaran PIM Gitar elektrik III (Style), Blues dipelajari sebagai pengantar dasar untuk kemudian lebih dikembangkan dalam Jazz dan Rock. Seperti dinyatakan oleh Bachtiar dalam wawancara (10 April 2012), ―Konten Blues dipelajari, namun tidak begitu dominan, hanya secara garis besarnya saja. Pembelajaran lebih dititik beratkan pada Modern Rock dan Jazz, dengan Blues (Scale) sebagai dasar.‖

Dengan mengikuti Blues Guitar Supplement Program ini, mahasiswa tersebut mendapatkan tambahan wawasan dan pemahaman mengenai Blues. Bukan hanya bagaimana permainan gitar Blues, namun lebih ditekankan pada kajian kontekstual dari musik Blues itu sendiri. Diharapkan dengan adanya Blues Guitar Supplement Program ini dapat meningkatkan Apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues. Lebih lanjut, Blues Guitar ini dikategorikan sebagai variabel independen.

3. Supplement Program

Supplement (suplemen), dapat diartikan sebagai (sesuatu) yang ditambahkan untuk melengkapi; tambahan (KBBI Offline versi 1.3, 2011). Supplement Program yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu program tambahan yang diberlakukan untuk mahasiswa instrumen mayor gitar elektrik, D3 Penyaji


(35)

Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan mahasiswa Gitar elektrik Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Program tambahan, yang pada awalnya dirancang untuk melengkapi mata kuliah PIM Gitar elektrik III (Style), yang di dalam mata kuliah praktek tersebut terdapat Blues sebagai salah satu bentuk style yang dipelajari. Sesuai dengan Silabus PIM Gitar elektrik III (Style), yang bertujuan: ―…mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami aspek-aspek musik yang berorientasi pada genre musik Blues, Jazz, dan Fusion.‖ Demikianlah Blues dipelajari dari sisi musikalnya saja. Sehingga dengan dasar minimnya pembelajaran Blues inilah, program dirancang dan diaplikasikan. Lebih lanjut, Supplement Program ini dikategorikan dalam variabel independen.

4. Blues

Mengacu pada pernyataan Komara (2006: 105), mengenai pengertian Blues: Blues adalah jenis musik yang berdasar pada penggunaan progresi akor Blues dan blue notes. Blues muncul pada akhir abad 19, yang ditemukan sebagai bentuk ekspresi diri di komunitas Afrika-Amerika. Blues umumnya memiliki bentuk 8, 12, dan 16 bar, menggunakan salah satu skala melodi dan skema sajak dan dinyanyikan atau ditampilkan baik dengan ataupun tanpa alat musik, dengan melodi sebagai komponen utamanya.

Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini meliputi materi-materi musik Blues, musikal (tekstual) dan non musikal (kontekstual). Materi tekstual dalam bentuk praktik yang meliputi Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar Blues Chords Progression, Blues Improvisation. Materi kontekstual yang meliputi kajian sejarah, dari perbudakan dan musik-musik yang melatari Blues, perkembangan Blues, esensi dan filosofi Blues, dalam bentuk diskusi (curah pendapat). Penggabungan pemahaman tekstual dan wawasan kontekstual Blues


(36)

ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada peningkatan keterampilan, pemahaman, dan khususnya apresiasi mahasiswa instrumen mayor Gitar elektrik, D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan mahasiswa Gitar elektrik Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Lebih lanjut, Blues sebagai variabel dikategorikan ke dalam variabel independen.

5. Apresiasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Offline versi 1.3, 2011), apresiasi dapat diartikan sebagai: (1) kesadaran terhadap nilai seni dan budaya; dan (2) penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu.

Menurut Miller dalam Pengantar Apresiasi Musik (1987: 1-2), apresiasi musik dapat didefinisikan sebagai dicapainya kemampuan untuk mendengarkan musik dengan penuh pengertian.

Meskipun orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam daya tangkap musikal mereka, tak seorangpun lahir dengan kemampuan ini; ia hanya bisa dicapai. Menyukai dan menghargai adalah istilah-istilah yang berhubungan, keduanya tidak berarti sama. Sangatlah mungkin untuk menyukai musik— yakni, untuk menerima kesenangan darinya—tanpa memahaminya atau sungguh-sungguh mengapresiasikannya. Juga sangatlah mungkin untuk memahami secara teknis sebuah komposisi musik tanpa menyukai sepenuhnya.

Pengukuran atau evaluasi hasil dari Blues Guitar Supplement Program ini, dapat dilakukan terhadap ranah psikomotorik (keterampilan), pemahaman (kognitif), dan terutama apresiasi (afektif). Hal tersebut dapat dianalisis melalui dokumentasi, wawancara, dan diskusi yang berlangsung sebelum program, saat program berlangsung, dan setelah program berlangsung. Lebih lanjut, apresiasi dikategorikan ke dalam variabel dependen.


(37)

6. Sekolah Tinggi Musik Bandung

Beralamat di Jl. Lamping No. 16 Cipaganti – Bandung 40161. Sekolah tinggi musik yang berdiri di kota Bandung pada tanggal 18 Oktober 2001 dengan ijin operasional berdasarkan SK Mendiknas No. 129/D/O/2001. Setelah melewati proses penilaian dan evaluasi selama dua tahun dari Departemen Pendidikan Nasional cq Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, ijin tersebut diperbaharui dengan keluarnya SK Mendiknas No. 614/D/T/2004.

Blues Guitar Supplement Program ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Musik Bandung, atas dasar pertimbangan bahwa di kampus ini, terdapat Program Studi D3 Penyaji Musik, yang berorientasi industri musik. Salahsatu mata kuliahnya yaitu PIM Gitar Elektri III (Style) untuk mahasiswa dengan instrumen mayor Gitar elektrik, yang kemudian menjadi acuan pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Analisis kebutuhan, validasi produk, dan uji coba terbatas dilakukan di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Lebih lanjut, Sekolah Tinggi Musik Bandung dikategorikan ke dalam variabel moderator.

7. Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Bertempat di Kampus IV Unpas, Jl. Dr. Setiabudi No. 193 Bandung ini berdiri pada Juli 1999, yang pada awalnya mengkhususkan pada Industri Musik program D3. Baru pada tahun 2004, Program Studi Seni Musik FISS Unpas membuka program S1 Seni Musik. Terdapat spesialisasi individual Gitar elektrik, dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak, sehingga Program Studi Seni Musik ini dipilih menjadi lokasi data untuk uji coba lebih luas, produk Model


(38)

Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Lebih lanjut, Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung dikategorikan kedalam variabel moderator.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah, ―Menyusun sebuah model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang dapat menjadi suplemen untuk meningkatkan apresiasi peserta ajar terhadap musik Blues.‖ Serta lebih lanjut model ini dapat dipergunakan selain di perguruan tinggi musik, juga dapat dipergunakan di lingkup komunitas-komunitas Blues yang ada di Indonesia.

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Signifikansi dari penelitian dan pengembangan ini adalah mengembangkan sebuah model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program dengan Blues sebagai materi utamanya. Sehingga didapat sebuah model pembelajaran gitar Blues dalam kegiatan praktik berkelompok, dengan kajian tekstual dan kontekstual. Sehingga dari penulisan ini diharapkan bisa memberi manfaat yang ditujukan pada:

1. Peneliti

Dapat memperdalam kaidah-kaidah musik Blues dan memberikan pembelajaran bagaimana pengajaran Blues yang lebih efektif dan efisien. Serta dapat menambah wawasan peneliti terhadap konsep dari model pembelajaran,


(39)

sehingga kelak dapat menghasilkan produk-produk model pembelajaran lain yang serupa.

2. Lembaga Pendidikan

Memberikan alternatif baru dalam pembelajaran gitar Blues bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang memiliki latar belakang musik Barat. Secara khusus dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan instrumen mayor Gitar elektrik, di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan dan peningkatan keterampilan, pemahaman, khususnya apresiasi terhadap musik Blues

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini kemudian dapat diterapkan di masyarakat, khususnya masyarakat pecinta blues, yang terhimpun dalam komunitas yang hadir di tengah-tengah masyarakat di beberapa kota besar di Indonesia. Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada masyarakat pecinta Blues, khususnya yang ingin mendalami Blues guitar dan wawasan seputar musik Blues.

F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, variabel dan definisi operasional, tujuan penelitian, signifikansi dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian.


(40)

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini meliputi kajian-kajian pada penelitian yang telah ada, dan teori-teori yang dipergunakan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Kajian pustaka yang lebih difokuskan pada model pembelajaran, serta kajian terhadap musik Blues seperti Blues Scales, 12 Bar Blues Standart Chord Progress, Improvisation, Blues Lyrcis, Blues History dan Blues Essence, juga hipotesis dari penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini mengemukakan penelitian Research and Development dengan pendekatan eksperimen, serta meliputi desain lokasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, pendekatan yang akan dilakukan, serta prosedur dan tahapan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini meliputi pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini meliputi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, dalam bentuk kesimpulan penelitian. Implikasi berupa rekomendasi yang dapat ditujukan kepada pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, dan kepada penelitian berikutnya. Daftar Pustaka


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, guna meningkatkan apresiasi terhadap musik Blues di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), dengan pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.

Sugiyono (2011: 407) menyatakan, “pendekatan penelitian dan pengembangan (Research & Development), adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.” Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang berisfat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat atau lembaga, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

Dalam tahap uji coba produk penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, diberlakukan metode penelitan eksperimen,

yaitu “metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2011:

107). Sehingga dapat diketahui apakah pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program baik untuk digunakan sebagai suplemen bagi mata


(42)

kuliah Gitar Elektrik, khususnya di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Metode penelitian eksperimen merupakan metode yang lekat dengan R&D, disebabkan karena metode eksperimen merupakan metode yang akurat untuk membuktikan keberhasilan R&D tersebut. Seperti dikemukakan oleh Putra (2011: 129):

Kelekatan R&D dan eksperimen didasarkan pada kenyataan bahwa metode penelitian eksperimen adalah metode yang paling tepat dan akurat untuk memenuhi fungsi ilmu yaitu menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol. Metode eksperimen memiliki unsur yang ketat, sistematis, terstruktur dan terukur untuk menguji hubungan kausal atau pengaruh dengan pengontrolan yang ketat dan transparan, dan perhitungan statistik yang tepat dan akurat. Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam tahap uji coba Blues Guitar Supplemet Program ini adalah menggunakan True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design.

Gambar 3.1. Pola True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design (Sugiyono, 2011: 112).

Dalam bentuk eksperimen ini, sampel diambil secara random, terdapat kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan) dan kelompok eksperimen (yang diberi perlakuan), serta diberlakukan pretest dan posttest. Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2011: 112-113):

Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utamanya adalah

R O1 X O2


(43)

bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal. Adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3).

Langkah-langkah yang peru dilakukan dalam ekperimen ini terdiri dari tiga tahap, yakni: pretest, treatment, dan posttest. Seperti diungkap oleh Borg & Gall (2003: 389):

True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design meliputi tiga langkah yakni:

1. Administrasi pada pengukuran pretest pada variabel terikat 2. Implementasi treatment pada kelompok eksperimen partisipan 3. Administrasi pada posttest yang mengukur lagi variabel terikat

Akibat dari treatment yang diberlakukan pada kelompok eksperimen dibedakan dengan cara membandingkan hasil score pretest dan posttest.

B. Lokasi dan Data Penelitian

Pengembangan dan tahap uji coba terbatas model pembelajaran gitar Blues dalam Blues Guitar Supplement Program ini, dilakukan di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Sebuah sekolah tinggi musik yang berdiri semenjak 18 Oktober 2001, beralamat di Jl. Lamping No.16 Cipaganti Bandung 40161. Sedangkan tahap uji coba luas dilakukan di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Data dari penelitian adalah mahasiswa D3 Penyaji Musik, dengan mayor instrumen Gitar Elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Dalam hal ini adalah mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah PIM Gitar Elektrik III (Style). Sesuai dengan silabus pembelajaran PIM Gitar Elektrik III (Style), yang terdapat konten Blues di dalamnya.


(44)

Dipilihnya Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung sebagai lokasi penelitian, adalah karena di kampus ini terdapat Mata Kuliah Instrumen Mayor (Spesialisasi) Gitar Elektrik. Terdapatnya konten pembelajaran Blues dalam mata kuliah tersebut, menjadi pilihan tepat untuk dijadikan sampel pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program.

Lebih lanjut uji coba produk Blues Guitar Supplement Program dilakukan di Program Studi Seni Musik, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan, yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No. 193 Bandung. Uji coba luas diberlakukan pada sampel mahasiswa dengan spesialisasi Gitar Elektrik secara acak (random).

C. Tahapan Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 409), dalam penelitian dan pengembangan, terdapat tahapan-tahapan penelitian seperti yang digambarkan berikut:


(45)

Pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang dilaksanan, menggunakan pendekatan R&D, dan mengikuti alur tahapan penelitian sebagaimana pada gambar 3.1. Tahapan penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini mengadaptasi tahapan tersebut, dan melakukan modifikasi, yang dibatasi pada hingga pada tahap uji coba produk. Tahap uji coba produk sekaligus menjadi tahap uji coba pemakaian, dan diakhiri dengan revisi produk dan pelaporan. Secara garis besar, tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut:

Diagram 3.2. Diagram proses tahapan penelitian dan pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program.


(46)

Berikut penjabaran tahapan penelitian: 1. Tahap I: Analisis Kebutuhan Produk

Analisis kebutuhan produk yang merupakan studi pendahuluan, berupa pengumpulan data pendukung melalui instrumen penelitian yang digunakan melalui isntrumen kuisioner dan wawancara, studi literatur terhadap silabus pembelajaran Gitar Elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung, serta perumusan masalah, dan penetapan tujuan penelitian. Analisis kebutuhan produk ini kemudian menjadi acuan dalam pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program.

2. Tahap II: Pengembangan Produk dan Validasi Instrumen

Pada tahap ini dilakukan perancangan dan pengembangan produk model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Berupa peta konsep model yang berisi Metode, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Media Pembelajaran, dan Evaluasi Pembelajaran.

Instrumen yang telah dirancang kemudian divalidasi dengan menggunakan Product Moment Correlation (Pearson), untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel X (tes pertama) dan Y (tes kedua). Korelasi yang dihasilkan apabila mendekati +1 atau sama dengan +1 maka produk tersebut valid.

Validasi dilakukan di Sekolah Tinggi Musik Bandung, terhadap mahasiswa dengan Instrumen Mayor Gitar Elektrik, dengan dipilih secara random. Sample kemudian diberikan tes sebanyak dua kali, dengan instrumen penilaian yang sama. Kemudian kedua nilai tes yang didapat dikorelasikan dengan Product Moment


(47)

Correlation (Pearson), sehingga instrumen penelitian dapat dikatakan valid dan layak untuk diujicobakan lebih lanjut.

3. Tahap III: Uji Coba Terbatas & Revisi Produk

Uji Coba Terbatas dilakukan pada data, yaitu mahasiswa mayor Gitar Elektrik, D3 Penyaji Musik, Sekolah Tinggi Musik Bandung. Lamanya uji coba disesuaikan dengan kebutuhan rancangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang telah divalidasi sebelumnya. Tahap uji coba terbatas dianalisa menggunakan statistika t-test, untuk menguji tingkat keberhasilan produk yang diujicobakan. Hipotesis komparatif sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1: Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kemudian dilakukan analisis varians (Anova), untuk melihat indikator mana yang pengaruhnya cukup besar dalam peningkatan apresiasi musik Blues.

Setelah dilakukan uji coba terbatas di Sekolah Tinggi Musik Bandung, maka akan diketahui sejumlah kekurangan-kekurangan pada produk Blues Guitar Supplement Program ini. Sehingga dilakukan beberapa perbaikan pada produk untuk kemudian Blues Guitar Supplement Program ini siap diuji coba lebih luas. 4. Tahap IV: Uji Coba Luas & Revisi Akhir Produk

Uji Coba Luas, dilakukan pada mahasiswa dengan spesialisasi Gitar Elektrik di Program Studi Seni Musik, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan Bandung. Lamanya uji coba disesuaikan dengan kebutuhan rancangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang telah direvisi hasil dari uji coba sebelumnya. Tahap uji coba luas dianalisa menggunakan statistika


(48)

t-test, untuk menguji tingkat keberhasilan produk yang diujicobakan. Hipotesis komparatif sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1: Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kemudian dilakukan analisis varians (Anova), untuk melihat indikator mana yang pengaruhnya cukup besar dalam peningkatan apresiasi musik Blues. Revisi akhir produk dilakukan jika ditemukan kekurangan-kekurangan selama proses uji coba berlangsung, atau terdapat aspek-aspek yang harus dikurangi dalam model pembelajaran yang diuji cobakan.

5. Tahap V: Validasi Produk & Penulisan Hasil Penelitian

Langkah berikutnya adalah memvalidasi produk penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, dengan metode triangulasi. Yaitu dengan mensintesa berbagai data yang didapat, baik dari apa yang dialami peneliti, data hasil wawancara, kuisioner, dan observasi oleh peneliti, maupun data validasi dari dosen dan ahli mengenai model pembelajaran. Setelah proses triangulasi, maka diperoleh kesimpulan bahwa produk model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program valid dan dapat dipergunakan. Dilanjutkan dengan proses penulisan laporan hasil penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian lanjut lainnya.


(49)

D. Instrumen Penelitian

Dalam mengumpulkan data-data, peneliti membutuhkan alat bantu berupa instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan isntrumen penelitian diantaranya sebagai berikut:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Adapun pedoman wawancara dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan data penelitian, seperti yang berkaitan dengan ada tidaknya konten Blues dalam sebaran mata kuliah di Sekolah Tinggi Musik Bandung (lihat lampiran 2). Wawancara dilakukan terhadap mahasiswa terkait, ketua Program Studi, dosen terkait, dan alumni, serta kepada musisi dan pemerhati Blues sebagai triangulasi dan penguat data.

Pada tahap uji coba, instrumen wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, untuk memperkuat proses pengamatan lapangan terhadap peserta. Hal ini dilakukan untuk melihat gejala-gejala ketertarikan dan rasa ingin tahu peserta terhadap musik Blues dalam model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang dilaksanakan. Wawancara terakhir dilaksanakan setelah pembelajaran Blues Guitar Supplement Program selesai dilaksanakan (lihat lampiran 15). Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran Blues


(50)

Guitar Supplement Program memberikan kontribusi positif pada peningkatan apresiasi peserta terhadap musik Blues.

2. Pedoman Kuisioner

Lembar kuisioner merupakan alat pengumpul data awal yang dapat disebar secara acak kepada mahasiswa aktif di Sekolah Tinggi Musik Bandung, untuk mengetahui sejauh mana Blues dipelajari di kampus tersebut. Kuisioner berisi pertanyaan singkat dengan pilihan jawaban ya atau tidak, pilihan jawaban berdasar nama mata kuliah, pilihan level pembelajaran (sangat kurang/kurang/cukup/baik/sangat baik), dan satu pertanyaan isian mengenai alasan dan atau pendapat (lihat lampiran 1).

Kuisioner kemudian dipergunakan pada saat pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini berakhir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan program, serta seberapa besar Blues Guitar Supplement Program yang diikuti, memberikan kontribusi positif pada peningkatan apresiasi peserta terhadap musk Blues.

3. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang dikemukakan di dalam pedoman wawancara sebagai upaya untuk membuktikan apa yang telah ditemukan dalam wawancara dan tes saat uji coba produk (pretest, pelaksanaan program, dan posttest) berlangsung (lihat lampiran 5). Obeservasi juga dilakukan untuk mengamati perubahan positif pada sikap peserta, sebagai bentuk peningkatan apresiasi terhadap musik Blues.


(51)

Dalam observasi, alat perekam video berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara dan tahap uji coba berlangsung. Hal ini dilakukan agar peneliti bisa tetap fokus pada pengambilan data, tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari narasumber. Dalam pengumpulan data, alat perekam video baru dapat digunakan setelah mendapatkan izin dari narasumber untuk merekam video, khususnya pada saat wawancara berlangsung.

4. Evaluasi/Tes Kompetensi

Tes dilakukan pada sebelum program berlangsung (pretest) dan setelah program berlangsung (posttest). Tes merupakan “...salah satu alat untuk mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa setelah berlangsung serangkaian proses belajar mengajar” (Trianto, 2009: 199).

Tes kompetensi yang dilakukan terhadap peserta berupa evaluasi praktek/unjuk kerja terhadap Blues Scales, Blues Licks, 12 bar Blues chords progression, Blues imporvisations. Tes bentuk lisan/wawancara dilakukan terhadap sejauh mana wawasan kontekstual Blues yang dipahami peserta sebelum dan sesudah program berlangsung (lihat lampiran 5). Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan Blues Guitar Supplement Program yang diberlakukan terhadap data, yaitu mahasiswa mayor Gitar Elektrik D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan mahasiswa mayor Gitar Elektrik di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.


(52)

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Dari empat instrumen penelitian yang digunakan, kemudian instrumen-instrumen tersebut dikembangkan untuk diuji validitas dan reliabilitasnya. Seperti

diungkapkan Sugiyono: “Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala” (2011: 133).

Pada Tahap I penelitian (studi pendahuluan), instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara dan kuisioner. Kemudian pada Tahap IV penelitian (uji coba produk) dengan pendekatan eksperimen, instrumen penelitian menggunakan wawancara, observasi, dan tes. Instrumen penelitian dikembangakan dengan menggunakan beberapa skala, diantaranya:

1. Skala Likert

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi inikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011: 135).

Jawaban setiap butir instrumen pada skala Likert mempunyai gradasi bentuk pilihan dari sangat negatif sampai sangat positif.


(53)

Setiap butir jawaban kemudian dapat diberi skor dari tertinggi menuju terrendah, sebagai berikut:

Sangat Baik = 5 | Baik = 4 | Cukup = 3 | Kurang = 2 | Sangat Kurang = 1 Skala ini dipergunakan salahsatunya dalam lembar kuisioner, seperti dalam butir pertanyaan, “Sejauh mana musik Blues dipelajari dalam mata kuliah tersebut?,” dengan butir jawaban sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan baik sekali.

2. Skala Guttman

Dalam skala Guttman hanya terdapat dua jawaban yang tegas, yaitu: “ya

-tidak”; “setuju-tidak setuju”; “pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadp suatu permasalahan yang ditanyakan. Jawaban dapat dibuat skor

tertinggi satu dan terrendah nol. Misalnya untuk jawaban “setuju” diberi skor 1 dan “tidak setuju” diberi skor 0. Dapat berbentuk pilihan ganda ataupun checklist (Sugiyono, 2011: 139).

Skala ini salah satunya dipergunakan dalam lembar kuisioner, seperti dalam

butir pertanyaan, “Apakah anda mengharapkan ada pembelajaran musik Blues secara lebih intensif?,” dengan butir jawaban ya dan tidak.

3. Semantic Defferensial

Skala ini dipergunakan untuk mengukur sikap, namun bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya berbentuk interval dari kiri ke kanan, dari sangat positif ke sangat


(54)

negatif. Biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang (Sugiyono, 2011: 140).

Sangat Baik 5 4 3 2 1 Sangat Kurang

Sangat Perlu 5 4 3 2 1 Tidak Perlu

Skala ini dipergunakan pada tes, baik itu pretest maupun posttest, yang diaplikasikan dalam bentuk tes unjuk kerja/praktek oleh peserta Blues Guitar Supplement Program.

Skala ini dipergunakan dalam tahap pre-test dan post-test, dalam lembar evaluasi dan observasi. Rentang skor 1 – 5 menjadi indikator keberhasilan materi terhadap perubahan yang terjadi pada peserta program. Berikut salah satu contohnya:

No Indikator Sub Indikator Score Interval Ket. 1 2 3 4 5

1 Blues Scales

-Memainkan Blues Scales in:

E, A, dan G 1 2 3 4 5

Tabel 3.1. Penggunaan Semantic Defferensial pada instrumen penilaian Blues Guitar Supplement Program.

Pengujian validitas instrumen kemudian menggunakan Product Moment Correlation (Pearson), dengan diujikan sebanyak dua kali terhadap data yang sama. Kedua hasil tes tersebut kemudian dikorelasikan dengan rumus tertentu, sehingga didapat kesimpulan bahwa instrumen memiliki korelasi kuat, dan layak untuk dipergunakan.

Instrumen kemudian dipergunakan untuk mencari data yang diperlukan untuk penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program di Sekolah Tinggi Musik Bandung ini. Setelah didapat data, kemudian data


(55)

ditabulasikan, dan pengujian validitas konstruksi (construct validity) dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor butir instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.

Untuk menguji reliabilitas instrumen, dilakukan secara eksternal dengan test-retest (stability), yaitu dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden yang sama, pada waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian ini disebut juga stability, yaitu kestabilan instrumen yang digunakan.

Sebagaimana diungkapkan Sugiyono (2011: 173):

Instrumen yang valid merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (terukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliablel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

F. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Kuisioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu


(56)

dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2011: 199).

Kuisioner ini berupa daftar pertanyaan dengan gabungan pola jawaban pasti (checklist) dan uraian. Digunakan sebagai studi awal, yang disebarkan kepada mahasiswa aktif (data sampel acak), untuk mengetahui sebarapa jauh musik Blues dipelajari di Sekolah Tinggi Musik Bandung, dan dalam mata kuliah apa saja musik Blues itu dipelajari. Penyajian data yang dihasilkan dari kuisioner ini disajikan secara kuantitatif dengan penjabaran kualitatif.

Kuisioner pun diberlakukan pada tahap akhir setelah Blues Guitar Supplement Program selesai dilaksanakan pada tahap uji coba terbatas di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Butir kuisioner yang mempertanyakan seberapa besar program ini memberikan kontribusi positif pada peningkatan apresiasi peserta terhadap musik Blues.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit (Sugiyono, 2011: 194). Wawancara dilakukan baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dengan tatap muka, dan dengan bantuan alat perekam video sebagai dokumentasi dan bukti wawancara.

Wawancara terstruktur dilakukan dalam pencarian data awal dan sebagai evaluasi dalam bentuk wawancara pada saat pelaksanaan program. Wawancara


(57)

terstruktur dengan pedoman wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang homogen dari narasumber, untuk memudahkan pada tahap analisis data. Sebagaimana diungkapkan dalam Kumar (2005) dalam Widi (2010: 242-243):

Dalam wawancara terstruktrur peneliti memberikan pertanyaan pada responden dengan pertanyaan yang isi dan strukturnya telah ditentukan, dirancang, dan ditulis oleh peneliti. Peneliti menggunakan pertanyaan dengan kalimat dan urutan yang sama, dan tercatat dalam daftar rencana wawancara (interview schedule). Daftar rencana wawancara ini merupakan instrumen penelitian atau research tools, sedangkan wawancaranya sendiri merupakan metode pengumpulan data. Wawancara terhadap orang-per-orang bisa dilakukan melalui tatap muka langsung, per telepon atau peralatan lainnya. Keuntungan wawancara terstruktur ini adalah diperolehnya informasi yang seragam dari semua responden sehingga memudahkan dalam melakukan perbandingan. Selain itu juga tidak terlalu memerlukan kemampuan wawancara yang lebih baik dibandingkan dengan wawancara tak-terstruktur. Untuk mengumpulkan data awal yang berkaitan dengan penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, wawancara ditujukan kepada ketua Program Studi, sekertaris Program Studi, dosen-dosen terkait, beberapa mahasiswa D3 dengan mayor instrumen Gitar Elektrik, dan beberapa alumni D3 mayor Gitar Elektrik. Sebagai studi awal untuk mengetahui sebarapa jauh musik Blues dipelajari di perguruan tinggi tersebut, dan dalam mata kuliah apa saja musik Blues itu diperlajari. Serta terakhir mempertanyakan seberapa penting musik Blues dipelajari khususnya dalam hal ini pada mata kuliah PIM Gitar Elektrik, Program Studi D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung.

Sebagai studi pendahuluan, wawancara terstruktur dilakukan dengan melibatkan beberapa narasumber, yang dibagi dalam kategori Responden dan Informan yaitu:


(58)

a. Responden

Dua orang mahasiswa mayor Gitar Elektrik D3 Penyaji Musik angkatan 2010 di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Berikut dijadikan sebagai data penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini.

b. Informan

1) Dini Ardiningsih, S.Sn, selaku Ketua Program Studi D3 Penyaji Musik Sekolah Tinggi Musik Bandung.

2) Royke B Koapaha, M.Sn dan Sunoto Eko, S.Sn, selaku dosen dan asisten dosen mata kuliah Sejarah Musik, yang di dalam mata kuliah tersebut terdapat konten kesejarahan Blues dan priodisasi musikalnya.

3) Acep Bachtiar selaku dosen mata kuliah PIM Gitar Elektrik (Style). 4) Beberapa Alumni D3 Penyaji Musik dengan mayor Gitar Elektrik.

Selain sebagai studi awal, wawancara ini dilakukan saat penelitian berlangsung dan setelah program ini selesai dilaksanakan. Wawancara tidak terstruktur pada saat program berlangsung dan wawancara terstruktur dilakukan setelah program ini berlangsung. Wawancara ini ditujukan untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien, serta untuk mengetahui seberapa besar perubahan positif yang terjadi pada peserta program suplemen pembelajaran ini, dan berdampak pada peningkatan pemahaman dan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues.

Wawancara pun dilakukan pada saat pembelajaran Blues Guitar Supplement Program berakhir. Pada akhir tahap uji coba luas di Program Studi Seni Musik Fakultas Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung, wawancara diberlakukan


(1)

186

Rully Setia Ramdani, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peningkatan apresiasi yang muncul melalui media jejaring sosial Twitter. Hasil analisa triangulsai data tersebut didapat kesimpulan bahwa produk penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program terbukti keterandalannya dalam meningkatkan apresiasi terhadap musik Blues. Maka dengan demikian produk penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program dinyatakan valid.

Temuan dan hasil penelitian menunjukkan indikasi dan keabsahan, bahwa model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, memiliki kemampuan untuk meningkatkan apresiasi mahasiswa dengan mayor instrumen Gitar elektrik terhadap musik Blues. Model ini dapat dipergunakan selamanya, selama dikaitkan dengan materi pembelajaran yang melibatkan kompetensi bermain gitar dalam ranah tekstual dan kontekstual musik Blues.

Lebih lanjut model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini dapat menjadi acuan untuk dikembangkan menjadi sebuah kegiatan pengayaan, atau menjadi sebuah model pembelajaran berbasis suplemen bagi pembelajaran instrumen mayor lainnya, dan dengan materi pembelajaran lain selain Blues. Selain itu Juga dapat dikembangkan menjadi program bagi berbagai komunitas Blues yang akhir-akhir ini bermunculan di berbagai kota besar di Indonesia.


(2)

B. REKOMENDASI

Beberapa rekomendasi yang dapat diajukan berdasarkan hasil kesimpulan penelitian diantara lain:

1. Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program dapat membantu pembelajarnya dalam meningkatkan apresiasinya terhadap musik Blues. Sehingga, model ini dapat terus diimplementasikan di masyarakat pecinta Blues, khususnya dalam komunitas-komunitas Blues, untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap musik Blues.

2. Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini dapat terus dikembangkan, dengan komunitas yang lebih luas, sehingga ditemukan model yang benar-benar cocok untuk diimplementasikan.

3. Pada dasarnya model ini dapat diimplementasikan dengan subjek pembelajaran lain selain Blues Guitar. Dengan melibatkan unsur tekstual dan kontekstual dari musik yang akan menjadi bentuk model tersebut. Maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk merancang dan mengembangkannya.


(3)

Rully Setia Ramdani, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta

Ammer, Christine. (2004). The Facts on File Dictionary of Music. New York: Facts on File. Inc.

Ary, Donald., Jacobs, Lucy Cheser., and Razavieh, Asghar. (1997). Introduction to Research in Education. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Bachri, Bachtiar S. (2010). “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada

Penelitian Kualitatif”. Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.1. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Baharuddin., Wahyuni, Esa Nur. (2007). Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Borg, Walter R., Gall, Joyce P. (2003). Educational Researchí. New York: Allyn and Bacon.

Burkholder, J. Peter, Donald J. Grout and Claude V. Palisca. (2006). A History of Western Music(7th Edition). New York: W.W. Norton and Company.

Chaniago, Junaidi. (2010). Titik Presentasi Distribusi F – Probabilita = 0,05. http://junaidichaniago.wordpress.com [13 September 2012]

Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Endraswara, Suwardi. Model Telaah Budaya: Etnografi dan Folklore. [Online].

http://fisip.untirta.ac.id/teguh/?p=16/. [23 Juli 2012]

Gorow, Ron. (2002). Hearing and Writing Music: Professional Training for Today's Musician, 2nd ed. Gardena, CA: September Publishing.

Irianto, Agus. (2004). Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana. Jazuli. (2008). Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Suarabaya: Unesa

University Press.

Johnson, Elaine B. (2010). Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Penerbit Kaifa.


(4)

Kafol, Barbara Sicherl. (2001). “Assessment of music achievements in the areas

of cognitive, affective and psychomotor development”. European

Conference on Educational Research.Slovenia: University of Ljubljana. Kamien, Roger. (2008). Music: an Appreciation. Ninth edition. New York:

McGraw-Hill International Higer Education.

Kodijat, Latifah. (1983). Istilah-istilah Musik. Jakarta: Penerbit Djambatan. Komara, Edward. (2006). Encyclopedia of the Blues. New York: Routledge

Taylor & Francis Group.

Lou, Shi-Jer. et al. (2011). “Applying Computer-Assissted Musical Instruction to Music Appreciation Course: An Example with Chinese Musical

Instruments”. The Turkish Online Journal of Educational Technology –

Januari 2011, volume 10 Issue 1, 45-57.

Mack, Dieter. (1995). Sejarah Musik (Jilid 3). Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Miller, Hugh M. (1987). Pengantar Apresiasi Musik: A Guide to Good Listening.

New Jersey: Prentice-Hall Publication Ltd.

Mulyadi, D. (1991). Apresiasi Seni. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peretti, Burton W. (2009). Lift Every Voice: The History of American Music. Maryland: Rowman & Littlefield Publisher. Inc.

Pribadi, Benny A. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran: Langkah Penting Merancang Kegiatan Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Dian Rakyat.

Prabowo, Tjahjo. (2009). Apresiasi Seni. [Online]. http://tjahjo-prabowo.staff.fkip.uns.ac.id/apresiasi-seni/. [4 Januari 2012]

Putra Nusa. (2011). Research & Development – Penelitian dan Pengembangan: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Rubin, Dave. (2007). Inside the Blues: Four Decades of the Greatest Electric Blues Guitars (1942 to 1982). Milwaukee: Hal Leonard.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press. PT. Raja Grafindo Persada.


(5)

Rully Setia Ramdani, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sasongko, A. Tjahjo dan Nug Katjasungkana. (1991). “Pasang Surut Musik Rock

di Indonesia”. Majalah Prisma 10 (Oktober 1991). Jakarta: Lembaga

Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Sekolah Tinggi Musik Bandung. Websites. Sejarah.

http://sekolahtinggimusik.com/sejarah.php [15 Februari 2012]

Setiawan, Ebta. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi offline 1.3.). http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. [4 Januari 2012]

Silverman, Marissa. (2009). “Rethinking Music Appreciation”. Vision of Research

in Music Education, 13. Retrived from http://www-usr.rider.edu/~vrme/ [4 Januari 2012]

Soedarso, SP. (2006). Trilogi Seni – Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Saku Dayar sana.

Spiegel, Murray R. (1996). Statistika. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sudjana, D. S. (2010). Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, Jakob. (2000) Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

Szwed, John F. (2008). Memahami dan Menikmati Jazz. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Trianto. (2009). Mendesai Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya, pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Weissman, Dick. (2006). American Popular Music: Blues. New York: Facts On File, Inc. an imprint of Infobase Publishing.

Widi, Restu Kartiko. (2010). Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(6)

Winarto, Joko. (2011). Teori B.F. Skinner. Edukasi Kompasiana. http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner-340649.html [17 Desember 2012]