HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGAKSES SITUS JARINGAN SOSIAL DAN HARGA DIRI PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGAKSES SITUS JARINGAN SOSIAL

DAN HARGA DIRI PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Oleh:

Yofi Setyo Tanoyo

  

019114148

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2008 

 

       

  Around here, however, we don’t look backwards for very long. we

  

Keep Moving Forward

, opening up new doors and doing new things, because we’re curious........ and curiousity keeps leading us down new paths

  Walt Disney

  

ABSTRACT

Yofi Setyo Tanoyo (2008). The correlation between intensity of accessing

social network sites and self-esteem in adolescent.

  The aim of this research was to find the correlation between intensity of accessing social network sites and self-esteem in adolescent. The existence of a significant correlation between intensity of accessing social network sites and self-esteem in adolescent was the hypothesis.

  The subject of this research were 80 adolescent male and female in Yogyakarta that actively accessing the internet, and have a profile in social network sites. Data collection was done through scattered questionnaire intensity of accessing social network sites and self-esteem scale. The reliability coefficient from self-esteem scale was 0,935. To find the correlation between intensity of accessing social network sites and self-esteem in adolescent, Pearson correlation was employed.

  Correlation coefficient ( r ) between intensity of accessing social network sites and self-esteem in adolescent was 0,476 at the level of significant ( p ) 0,01. That means there’s a significant correlation between intensity of accessing social network sites and self-esteem in adolescent. We can conclude that the higher intensity of accessing social network sites gets, the higher self-esteem in adolescent will gets too.

  

ABSTRAK

Yofi Setyo Tanoyo (2008). Hubungan antara intensitas mengakses situs

jaringan sosial dan harga diri pada remaja. Yogyakarta : Fakultas Psikologi;

Jurusan Psikologi; Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengakses situs jaringan sosial dan harga diri pada remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan yang signifikan antara intensitas mengakses situs jaringan sosial dan harga diri pada remaja.

  Subjek dari penelitian ini adalah 80 remaja laki-laki dan perempuan di yogyakarta yang aktif mengakses internet dan mempunyai account dalam situs jaringan sosial. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala harga diri dan angket intensitas mengakses situs jaringan sosial. Koefisien reliabilitas dari skala harga diri adalah 0,935. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengakses situs jaringan sosial dan harga diri pada remaja digunakan teknik korelasi product moment dari Carl Pearson. Koefisien korelasi ( r ) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,476 pada taraf signifikansi ( p ) 0,01. Hal ini berarti ada korelasi positif yang signifikan antara intensitas mengakses situs jaringan sosial dan harga diri pada remaja. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi intensitas mengakses situs jaringan sosial akan semakin tinggi pula harga diri pada remaja.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan kasih dan bimbinganNya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Dengan kasih dan pendampinganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Intensitas Mengakses Situs Jaringan Sosial dan Harga Diri Pada Remaja.

  Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

  1. P. Eddy Suhartanto , S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan semangat kepada penulis.

  2. Y. Heri Widodo , S.Psi.,M.Psi. Selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis.  

  3. Drs. H. Wahyudi, M.Si. dan MM. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si. yang telah memberikan masukan yang bermanfaat pada karya tulis ini.  

  4. Papa: Ir. Triyoga B.W. dan Mama: Fransisca Fifiani, yang telah sabar mendampingi dan memberikan fasilitas baik secara material maupun spiritual kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ini.  

  5. Agung Santoso, S.Psi yang telah memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.  

  6. Sylvia Carolina M.Y.M, S.Psi., M.Si. Sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membantu menyelesaikan kesulitan dalam masalah akademik peneliti.  

  7. Orang yang paling berarti dalam hidupku: Andriana Suryantari yang selalu

    ada untukku dan menemani dalam suka duka ketika mengerjakan skripsi ini.

  8. Adik-adikku: Eros dan Rio yang memberikan support moral.  

  9. Teman-temanku: Angga, Yustinus (gompis), Yoseph (Leo Burung), Leo Si Bro, Dedi “Botak” yang telah banyak memberikan masukan, dukungan, dan bantuannya.  

  10. James Montalili yang telah berbaik hati meminjamkan contoh format penulisan dan Aris yang telah banyak membantu dalam proses uji coba skala.  

  11. Semua Dosen Psikologi, dan semua karyawan Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta (Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Doni, Mas Muji, dan yang telah berjasa besar bagi Fakultas Psikologi Mr. Gie).  

    12. Seluruh Crew CokelatNet yang telah membantu proses pengerjaan skripsi ini.

  13. Seluruh pelanggan CoklatNet yang telah meluangkan waktunya selama 5 menit untuk mengisi kuesioner ( 5 menit anda meluangkan waktu mengisi kuesioner berarti anda mempercepat 5 menit kelulusan saya).  

  14. Semua pihak yang telah membentu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

    baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap kekurangan ataupun kesalahan pada karya tulis ini sehingga di masa yang akan datang penulis dapat menulis dengan lebih baik.

  Penulis

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL .......................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii HALAMAN MOTO ........................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………………………. vi ABSTRACT ...................................................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................ viii KATA PENGANTAR ........................................................................ ix DAFTAR ISI ..................................................................................... xii DAFTAR TABEL .............................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................

  1 B. Rumusan Masalah .................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian ..................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian ................................................................

  7 BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................

  9 A. Harga Diri Remaja ................................................................

  9 1. Pengertian Harga Diri ......................................................

  9 2. Pembentukan Harga Diri ..................................................

  10

  3. Penggolongan Harga Diri .................................................

  13 4. Harga Diri Pada Remaja ...................................................

  14 B. Situs Jaringan Sosial ..............................................................

  18 1. Pengertian Situs Jaringan Sosial ........................................

  18 2. Situs Jaringan Sosial dan Remaja ......................................

  20 C. Hubungan Antara Intensitas Mengakses Situs Jaringan Sosial dan Harga diri Pada Remaja ........................................................ 21 D. Hipotesis ..................................................................................... 26

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 27 A. Tujuan Penelitian .................................................................

  27 B. Jenis Penelitian ....................................................................

  27 C. Identifikasi Variabel Penelitian ..............................................

  27 D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................

  28 1. Harga Diri .....................................................................

  28 2. Intensitas Mengakses Situs Jaringan Sosial .......................

  29 E. Subjek Penelitian .................................................................

  30 F. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 31

  1. Skala Harga Diri .................................................................. 31

  2. Angket Intensitas Mengakses Situs Jaringan Sosial ............ 32

  3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .................................... 33 G. Metode Analisis Data ...........................................................

  35 1. Uji Asumsi Analisis Data ................................................

  35 2. Uji Hipotesis ..................................................................

  36

  BAB IV HASIL PENELITIAN ...........................................................

  37 A. Pelaksanaan Penelitian ..........................................................

  37 B. Analisa Data ........................................................................

  37 1. Uji Normalitas ................................................................

  37 2. Uji Linearitas ..................................................................

  38 3. Uji Hipotesis ...................................................................

  38

  4. Deskripsi Data Penelitian …………………………………… 40 C. Pembahasan ..........................................................................

  41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

  45 A. Kesimpulan ...........................................................................

  45 B. Saran ....................................................................................

  45 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

  47 Lampiran 1. Angket Intensitas Mengakses Situs Jaringan Sosial .............. 50 Lampiran 2. Skala Harga Diri ...............................................................

  52 Lampiran 3. Data Skala Harga Diri .......................................................

  57 Lampiran 4. Reliabilitas Skala Harga Diri ..............................................

  72 lampiran 5. Uji Normalitas ...................................................................

  74 Lampiran 6. Uji Linearitas ...................................................................

  75 Lampiran 7. Uji Korelasi .....................................................................

  76

  DAFTAR TABEL Tabel 1. Blue print Skala Harga Diri sebelum uji coba .............................. 30 Tabel 2. Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban favourabel ........................................................... 31 Tabel 3. Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban unfavourabel ....................................................... 31 Tabel 4. Pemberian skor pada angket intensitas mengakses situs jaringan sosial ....................................................................... 31 Tabel 5. Blue print Skala Harga Diri setelah uji coba ................................ 33 Tabel 6. Blue print Skala Harga Diri untuk penelitian setelah penyusunan ulang nomer item ...................................................... 33 Tabel 7. Hasil uji normalitas sebaran .......................................................... 37 Tabel 8. Hasil uji liniearitas hubungan ....................................................... 37 Tabel 9. Data Penelitian ………………………………………………….... 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang masa remaja mempunyai arti

  yang khusus. Dikatakan demikian karena masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Secara jelas, masa anak dapat dibedakan dari masa dewasa dan masa orang tua, karena seorang anak masih belum selesai perkembangannya, orang dewasa dapat dianggap sudah berkembang penuh, dan masa tua pada umumnya telah terjadi kemunduran- kemunduran terutama dalam fungsi-fungsi fisiknya (Monks, Knoers & Haditono, 1999). Namun pada saat remaja tidaklah demikian, remaja tidak memiliki status yang jelas karena dirinya bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa (Hurlock, 1999). Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Secara fisik remaja dapat dikatakan telah dewasa, tetapi secara psikis emosinya masih sangat labil. Pada masa remaja perkembangan psikis yang terpenting adalah usaha pencarian jati diri. Remaja yang dapat menerima perubahan-perubahan fisiknya dengan baik akan memberikan penguatan positif terhadap dirinya yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan harga dirinya (Avin dan Nella, 1992).

  Harga diri (self esteem) dalam pembicaraan sehari-hari lebih sering dikaitkan dengan situasi tersinggung atau penghargaan terhadap diri maupun orang lain yang dinilai melalui perilaku orang yang bersangkutan. Beberapa artikel dalam majalah maupun rubrik online yang membahas tentang remaja, harga diri sering kali dikaitkan dengan berbagai tingkah laku khas remaja seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan, pacaran, sampai prestasi olah raga (e- psikologi). Perkembangan harga diri pada seorang remaja akan menentukan keberhasilan maupun kegagalannya di masa mendatang. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari– hari. Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini (Coopersmith 1967). Misalnya seorang remaja yang memiliki harga diri yang cukup tinggi, dia akan yakin dapat mencapai prestasi yang dia dan orang lain harapkan. Keyakinan itu akan memotivasi remaja tersebut untuk sungguh-sungguh mencapai apa yang diinginkan.

  Sebaliknya, seorang remaja yang memiliki harga diri yang rendah akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga (Coopersmith 1967). Di samping itu remaja dengan harga diri yang rendah cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran- pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia. Pada remaja yang memiliki harga diri rendah inilah sering muncul perilaku negatif. Berawal dari perasaan tidak mampu dan berharga, mereka mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang, seolah- olah, membuat dia lebih berharga. Misalnya dengan mencari pengakuan dan perhatian dari teman-temannya. Dari sinilah kemudian muncul penyalahgunaan obat atau berkelahi, misalnya, yang dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari lingkungannya.

  Harga diri merupakan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri, dan kualitas (tinggi-rendahnya) harga diri seseorang dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Coopersmith (1967) menyatakan bahwa harga diri merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh seseorang pada dirinya sendiri yang sifatnya relatif tetap, diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan, seperti penerimaan, penghargaan, dan perilaku orang lain terhadap dirinya. Tinggi rendahnya harga diri menentukan sikap, perilaku dan berbagai aspek dalam diri individu. Harga diri yang tinggi akan membawa pengaruh positif terhadap perilakunya, sedangkan harga diri yang rendah akan membawa dampak buruk dalam perkembangan remaja.

  Harga diri terbentuk dari interaksi individu dengan lingkungannya, yaitu melalui pengalaman seseorang dalam kehidupan sehari-hari bersama individu lain.

  Dalam interaksinya dengan orang lain individu berusaha mengenal seperti apa orang lain dan seperti apa dirinya. Penghargaan, penerimaan dan penolakan dari orang lain dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Brehm & Kassin (1989) mengatakan bahwa apabila individu merasa ditolak, kurang dicintai dan kurang mendapat penghargaan dari lingkungannya, maka individu tersebut akan mengembangkan rasa harga diri yang kurang baik. Remaja yang merasa ditolak oleh lingkungannya akan lebih memilih untuk mengucilkan diri. Sebaliknya, apabila individu diterima, dicintai, dan dihargai oleh lingkungannya, maka ia akan membentuk dan mengembangkan harga diri yang baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Klass dan Hodge (1978) bahwa harga diri merupakan hasil evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan individu yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan.

  Seiring dengan perkembangan teknologi, lingkungan sosial manusia banyak dipengaruhi oleh media elektronik. Salah satu media yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia adalah internet. Menurut Itriyah (2004) internet mempunyai pengaruh yang memungkinkan lahirnya suatu peradaban baru dalam kehidupan sosial masyarakat dunia. Dalam internet seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia yang mempunyai berbagai macam latar belakang budaya tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Salah satu software yang sedang berkembang di dalam internet adalah adanya situs jaringan sosial (sosial network sites).

  Situs jaringan sosial adalah suatu struktur sosial di dalam software yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll (wikipedia.org). Situs jaringan sosial berperan sebagai servis berdasarkan sistem jaringan yang memperbolehkan individu untuk (1) membuat profil publik atau profil semi-publik dalam sistem yang dibatasi, (2) memajang daftar pemakai lain yang berbagi hubungan dengan individu tersebut, (3) melihat dan melintasi daftar hubungan yang dibuat oleh orang lain dalam sistem tersebut, (4) membuat blog atau website mini yang mengandung informasi atau berita

  (Boyd & Ellison, 2007). Interaksi yang terjadi di dalam situs jaringan sosial dapat terjadi dalam bentuk pesan, comment, testimonial, dan blog (diary online). Dari fasilitas tersebut, pengguna situs jaringan sosial dapat berinteraksi secara tidak langsung dengan orang baru atau dengan teman lama dan memberikan komentar tentang profil, foto, data diri dan blog seseorang. Dengan adanya fitur-fitur yang menarik tersebut maka situs ini banyak diminati oleh pengguna internet.

  Saat ini situs jaringan sosial berkembang dengan pesat, ini di buktikan dengan banyaknya situs-situs baru yang bermunculan (orkut, hi5, esnips, dll) dan lima diantaranya menempati 10 besar situs yang sering dikunjungi (Lovetoknow, 2008), salah satunya adalah facebook.com yang menempati peringkat 1 mengalahkan google.com. Berdasarkan berita dari ABC news (dalam Asmallworld, 2008), pengguna salah satu situs sosial yaitu myspace mencapai 100 juta orang yang berarti sepertiga dari total penduduk Amerika. Senada dengan berita tersebut Friendster situs yang paling diminati di wilayah asia khususnya Indonesia, mengeluarkan pernyataan bahwa ada lebih dari delapan juta pengguna dari Indonesia yang terdaftar dan empat juta orang yang tercatat secara aktif mengakses situs friendster.com pada tanggal 1 Februari 2008 (Friendster, 2008). Kemudian menurut penelitian dari Ishi & Ogasahra (2007) persentase demografik menunjukkan bahwa 78% pengguna situs jaringan sosial adalah remaja.

  Berdasarkan fenomena diatas yang menyatakan bahwa sebagian besar (78%) orang yang mengakses situs jaringan sosial adalah remaja dan juga melihat dari hasil penelitian Communispace yang dilakukan di Amerika menemukan ada 6 kebutuhan sosial online; (1) Expressing personal identity : jaringan sosial online menyediakan sarana untuk mengekspresikan diri, contohnya di dalam Myspace atau Facebook seseorang dapat berkata bahwa dia adalah seorang atlit dan itu merupakan identitas yang dipilihnya dan seakan-akan aktifitas yang selalu dia lakukan adalah olahraga; (2) Self-esteem : kebutuhan akan otonomi, dikenal dan prestasi sangat penting bagi harga diri seseorang dan hal ini dapat dipenuhi melalui komunitas online, blog dan jaringan sosial online yang dapat memberikan cara untuk membangun dan mengatur reputasi maya; (3) Giving and getting help : manusia mempunyai kebutuhan untuk mencari dan memberikan pertolongan kepada orang lain, dengan memberikan pertolongan kepada orang lain seseorang akan merasa bahwa dirinya ahli dan berguna; (4) Affiliation : jaringan sosial

  

online memberikan kemudahan dalam berafiliasi, di dalam situs jaringan sosial

  seseorang dapat menjalin pertemanan kepada siapa saja dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu; (5) Sense of community : berafiliasi dalam grup yang mempunyai hobi dan kesukaan yang sama, di dalam situs jaringan sosial kita dapat memilih teman yang mempunyai hobi dan kesukaan yang sama karena di dalam profil seseorang kita dapat mengetahui hobi dan kesukaannya; (6)

  

Reassurance of value and self worth : manusia ingin menjadi pasti dalam nilai dan

  kepantasannya dan mencari konfirmasi tentang apa yang mereka katakan itu penting bagi orang lain. Peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana keseringan atau intensitas remaja mengakses situs jaringan sosial mempunyai pengaruh dalam pembentukan harga dirinya. Dalam situs jaringan sosial ini para pengguna situs jaringan sosial (khususnya para remaja) dapat saling memberikan komentar tentang profil, foto, dan curahan hati (blog). Respon dari orang lain tersebut dapat berupa komentar positif atau negatif yang dapat mempengaruhi seseorang dalam memandang atau menilai dirinya. Brehm & Kassin (1989) mengatakan bahwa apabila individu merasa ditolak, kurang dicintai dan kurang mendapat penghargaan dari lingkungannya, maka individu tersebut akan mengembangkan rasa harga diri yang kurang baik. Sebaliknya, apabila individu diterima, dicintai, dan dihargai oleh lingkungannya, maka ia akan membentuk dan mengembangkan harga diri yang baik. Harga diri pada masa remaja dianggap penting karena dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian dalam tahap perkembangan selanjutnya.

  B. Rumusan Masalah

  Penelitian ini ingin menggali, apakah ada hubungan antara intensitas mengakses situs jaringan sosial dengan harga diri pada remaja?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris yang menunjukkan adanya hubungan antara intensitas mengakses situs jaringan sosial dan harga diri pada remaja.

  D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang harga diri sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur

2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat lebih memahami tentang interaksi manusia dengan dunia internet khususnya tentang situs jaringan sosial dan harga diri pada remaja.

BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri Remaja

1. Pengertian Harga Diri

  Harga diri merupakan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri, dan kualitas (tinggi-rendahnya) harga diri seseorang dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Coopersmith (1967) menyatakan bahwa harga diri merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh seseorang pada dirinya sendiri yang sifatnya relatif tetap, diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan, seperti penerimaan, penghargaan, dan perilaku orang lain terhadap dirinya. Klass dan Hodge (1978) menyatakan bahwa harga diri merupakan hasil evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan individu yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan.

  Tinggi rendahnya harga diri seseorang juga berpengaruh pada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Koswara (1991) kepuasan terhadap terpenuhinya kebutuhan harga diri menimbulkan perasaan percaya diri, kuat, stabil, merasa berguna dan diperlukan oleh orang lain. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi kebutuhan harga diri menyebabkan timbulnya perasaan inferior, lemah, dan tidak berdaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Maslow (dalam Goebel, 1987) bahwa seseorang yang memiliki cukup harga diri akan mempunyai sifat percaya diri, lebih mampu menjalani kegiatannya dengan berhasil. Sebaliknya jika harga diri kurang atau rendah maka seseorang akan diliputi rasa rendah diri, tidak berdaya dan putus asa.

  Menurut Maslow (dalam Tjahjaningsih dan Nuryoto, 1994) harga diri bisa diperoleh melalui penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri maupun penghargaan dari orang lain. Penghargaan dari diri sendiri meliputi: kebutuhan prestasi, keunggulan dan kompetisi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain meliputi: prestise, kedudukan, kemasyuran dan nama baik, martabat, dan penghargaan.

  Dari berbagai macam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan suatu hasil penilaian atau evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu terhadap dirinya sendiri, sifatnya relatif tetap, dan diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.

2. Pembentukan Harga Diri

  Harga diri terbentuk dari interaksi individu dengan lingkungannya, yaitu melalui pengalaman seseorang dalam kehidupan sehari-hari bersama individu lain.

  Dalam interaksinya dengan orang lain individu berusaha mengenal seperti apa orang lain dan seperti apa dirinya. Menurut Rogers (dalam Alwisol 2005) persoalan mengenai siapa diri kita atau "siapa saya" akan membentuk suatu konsep yang terorganisasi di dalam diri seseorang. Konsep tersebut kemudian akan membentuk suatu persepsi secara keseluruhan tentang kualitas, kemampuan, dorongan dan sikap yang dimilikinya dalam berhubungan dengan orang lain. Hal tersebut kemudian akan membentuk dari individu yang kemudian akan membentuk harga dirinya.

  Coopersmith (1967) menyatakan bahwa pembentukan harga diri individu dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu berupa penilaian individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan tingkat penerimaan dan penghargaan dari orang lain yang dirasakannya. Faktor eksternal yaitu lingkungan sosial dimana individu tersebut tinggal dan berinteraksi, terutama dari keluarga. Setiap individu akan belajar menilai dirinya melalui sikap orang tua dan anggota keluarga yang lain. Perhatian, penerimaan, dan kasih sayang dari keluarga akan mempengaruhi perkembangan harga diri.

  Selain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan teman sebaya juga berpengaruh bagi pembentukan harga diri seseorang. Brehm & Kassin (1989) mengatakan bahwa apabila individu merasa ditolak, kurang dicintai dan kurang mendapat penghargaan dari lingkungannya, maka individu tersebut akan mengembangkan rasa harga diri yang kurang baik. Sebaliknya, apabila individu diterima, dicintai, dan dihargai oleh lingkungannya, maka ia akan membentuk dan mengembangkan harga diri yang baik.

  Selain itu, harga diri seseorang juga bisa dibentuk dan dipengaruhi oleh harapan individu terhadap dirinya sendiri. Calhoun & Acocella (1990) mengatakan bahwa individu membuat evaluasi terhadap dirinya sendiri berdasarkan penilaian antara gambaran diri individu dengan gambaran yang diharapkannya, semakin besar ketidaksesuaian antara kedua hal tersebut akan mengganggu proses pembentukan harga diri yang sehat.

  Menurut Coopersmith (1967) ada empat aspek penting dalam pembentukan harga diri seseorang, yaitu : 1)

  Power : Kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain dan mengontrol dirinya sendiri. Pada situasi tertentu kebutuhan ini ditunjukkan dengan penghargaan dan penghormatan dari orang lain. Aspek ini dapat berupa pengaruh dan wibawa pada seorang individu. Ciri-ciri individu yang mempunyai aspek ini biasanya menunjukkan sikap asertif. 2)

  Virtue : Ketaatan pada nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Seseorang yang taat pada aturan-aturan dan ketentuan ketentuan yang ada dalam masyarakat akan mempunyai perasaan berharga dan bangga pada diri sendiri. Hal ini disebabkan bahwa dengan menunjukkan perilaku yang diharapkan dan diinginkan oleh masyarakat, maka orang lain akan menghargai dan menghormati individu yang bersangkutan sebagai orang yang berkelakuan baik dan bisa dijadikan teladan. Hal ini akan mendorong terbentuknya harga diri yang positif, demikian juga sebaliknya. Aspek ini ditunjukkan dengan bagaimana individu melihat persoalan benar atau salah berdasarkan moral, norma, dan etika yang berlaku di dalam lingkungan interaksinya. 3) Significance : Keberartian individu dalam lingkungan. Individu akan merasa berarti jika ada penghargaan, penerimaan, perhatian, dan kasih masyarakat. Dengan adanya lingkungan yang mendukung, menerima, dan menghargai individu akan membuat individu semakin berarti yang akhirnya membentuk harga diri yang positif. Sebaliknya, jika lingkungan tidak atau jarang memberikan stimulus positif yang berupa penerimaan, penghargaan atau dukungan kepada seorang individu, maka ia akan merasa ditolak dan kemudian akan mengucilkan diri.

  4) Competence : Kemampuan untuk mencapai apa yang dicita-citakan atau diharapkan. Hal ini berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki individu, dengan adanya kemampuan yang cukup individu merasa yakin untuk mencapai apa yang dicita-citakan dan mampu mengatasi setiap masalah yang dihadapinya. Aspek ini didukung oleh pengalaman tentang kesuksesan yang pernah diraih seseorang yang membuat individu yakin dan mampu menghadapi setiap masalah. Sedangkan pengalaman masa lalu yang penuh dengan kegagalan akan membuat individu bermasalah dengan harga dirinya.

3. Penggolongan Harga Diri

  Harga diri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu harga diri tinggi dan harga diri rendah (Coopersmith, 1967), yaitu : a. Harga diri tinggi.

  Orang yang mempunyai harga diri tinggi akan menilai dirinya secara positif. Mereka mampu menerima dan mengenal diri sendiri dengan segala keterbatasannya. Coopersmith (1967) menyatakan bahwa orang yang berhasil, menerima diri, bahagia, bisa memenuhi harapan lingkungan, memandang dirinya sebagai orang yang beruntung dan dapat menikmati hidup, dapat menerima kegagalan dan keberhasilan secara wajar dan lebih realistik, mempunyai motivasi yang kuat untuk menghadapi kegagalan, mencoba menghadapi situasi kompetitif, lebih percaya diri dan lebih mampu cenderung cemerlang dan lebih beraspirasi. Sedangkan orang yang mempunyai harga diri rendah tidak mempunyai keyakinan ini.

  b. Harga Diri Rendah.

  Individu dengan harga diri rendah cenderung menilai dirinya sebagai pribadi yang negatif. Mereka menilai kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki secara berlebihan. Menurut Maslow (dalam Schultz, 1991) seseorang dengan harga diri yang rendah akan merasa rendah diri, kecil hati dan tidak berharga dalam menghadapi kehidupan. Sedangkan Coopersmith (1967) menyatakan remaja yang memiliki harga diri rendah tidak menyadari kelebihannya sendiri, merasa tidak mempunyai kemampuan, dan merasa tidak berharga.

4. Harga Diri Pada Remaja

  Masa remaja awal dimulai pada umur 13 tahun dan memasuki masa remaja akhir pada umur 17 tahun, kemudian masa remaja berakhir pada umur 21 tahun (Soesilowindradini, 2006). Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 1998) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun. Masa Remaja merupakan salah satu periode dalam hidup yang penting bagi perkembangan harga diri dan menuntut untuk dipenuhi, karena harga diri mencapai puncaknya pada masa remaja (Goebel dan Brown, 1981). Harga diri remaja berkembang dan terbentuk dari interaksinya dengan orang lain dan lingkungan. Harga diri yang tinggi akan membawa pengaruh positif terhadap perilakunya, sedangkan harga diri yang rendah akan membawa dampak buruk dalam perkembangan remaja.

  Tjahjaningsih dan Nuryoto (1994) menyatakan bahwa penilaian orang lain terhadap atribut yang melekat pada diri remaja sangat berpengaruh pada penilaiannya terhadap dirinya sendiri. Atribut yang dinilai baik oleh orang lain atau lingkungan akan membuat bangga seseorang, sehingga bisa menaikkan harga dirinya. Atribut seseorang yang dinilai buruk oleh orang lain akan membuat orang tersebut merasa malu dan membuat harga dirinya rendah.

  Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri pada remaja, yaitu : a. Lingkungan

  Coopersmith (1967) mengemukakan empat bidang harga diri yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada remaja.

  1) Bidang Sosial Pada masa remaja seseorang mulai membentuk hubungan dalam bentuk suatu kelompok dengan teman sebaya, misalnya kelompok bermain. Dalam hubungan tersebut ada kemungkinan timbul penerimaan atau penolakan terhadap setiap anggota kelompok memberikan perasaan bangga yang bisa meningkatkan harga dirinya (Hurlock, 1999). Sedangkan penolakan bisa membuat seseorang frustasi, kecewa, yang akhirnya menunjukkan perilaku pengunduran atau penarikan diri maupun agresif (Mappiare, 1982). Penarikan diri menunjukkan adanya perasaan rendah diri dan tidak percaya diri. Hal tersebut bisa menurunkan tingkat harga diri seseorang.

  2) Bidang Sekolah Dalam bidang sekolah, harga diri atau penilaian diri bagi seorang remaja berkaitan dengan baik buruknya prestasi yang diraih.

  Seseorang yang bisa mengungguli orang lain akan merasa lebih berharga dan mempunyai penilaian diri yang baik. Sedangkan remaja yang tidak berprestasi akan merasa rendah diri dan merasa tidak berharga (Hurlock, 1999). Selain prestasi, perlakuan guru dan teman juga bisa berpengaruh terhadap kualitas harga diri seseorang. 3)

  Bidang Keluarga Di dalam kehidupan keluarga, sikap orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak. Anak yang mendapat perhatian, penerimaan, merasa dimengerti dan dihargai oleh orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan berharga.

  Sedangkan anak yang ditolak dan tidak diperhatikan oleh orang tuanya akan merasa gagal dan cenderung menjadi anak yang bermasalah (Mappiere, 1982).

  4) Bidang Pribadi Bidang pribadi berkaitan dengan penampilan fisik individu. Seseorang yang berpenampilan menarik akan lebih percaya diri dalam bergaul dan merasa berharga, sedangkan orang yang berpenampilan tidak menarik dapat menghambat pergaulannya (Hurlock, 1999). Masalah penampilan ini berkaitan dengan bentuk tubuh, misalnya terlalu gemuk, terlalu kurus, terlalu tinggi, terlalu pendek, dan sebagainya (Mappiere, 1982). Dalam hal ini penampilan fisik yang kurang menarik tidak selalu berpengaruh negatif terhadap harga diri seseorang tetapi lebih tergantung pada mampu tidaknya seseorang menerima dirinya apa adanya.

  b. Status sosial-ekonomi Tinggi-rendahnya status sosial-ekonomi dari remaja atau orang tuanya berkaitan dengan rasa bangga atau rasa minder atas kondisi pribadi atau keluarganya. Selain itu seorang individu dengan status sosial-ekonomi yang lebih tinggi akan lebih dihargai dan dihormati oleh masyarakat dibandingkan individu dengan status sosial-ekonomi yang lebih rendah. Rosenberg (dalam Walgito, 1991) menyatakan bahwa status sosial-ekonomi yang dimiliki seseorang dapat memberikan prestise tertentu dalam masyarakat, dan prestise tersebut dapat mempengaruhi harga diri individu yang bersangkutan. c. Jenis Kelamin Adanya perlakuan lingkungan yang berbeda terhadap pria dan wanita bisa berpengaruh terhadap kualitas harga diri remaja. Pandangan yang menganggap bahwa wanita lebih rendah daripada pria dapat menyebabkan harga diri wanita lebih rendah dari pada pria. Penelitian Kimmel (dalam Koentjoro, 1989) menyatakan bahwa wanita mempunyai tingkat harga diri dan kepercayaan diri yang lebih rendah dibandingkan pria.

  Harga diri yang tumbuh dan dimiliki oleh remaja berasal dari penilaian orang lain yang kemudian menghasilkan suatu akibat terutama pada proses kognitif, afektif, keinginan, nilai dan tujuan yang kemudian menjadi penilaian positif atau negatif terhadap dirinya sendiri (Nathaniel dalam Koentjoro, 1989).

  Harga diri yang dimiliki seorang remaja merupakan kunci penting pada tingkah laku yang akan membawa remaja menilai dirinya sebagai orang yang berhasil atau tidak.

B. Situs Jaringan Sosial

1. Pengertian Situs Jaringan Sosial

  Pengertian website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman- halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi, suara, dan atau gabungan dari semuanya itu baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (www.wikipedia.org).

  Situs jaringan sosial adalah sebuah kategori situs yang mempunyai fasilitas profil, ulasan umum, komentar, pengakuan atas profil, melihat dan melintasi daftar hubungan yang dibuat oleh orang lain dalam sistem tersebut. Untuk menjelaskan penjelasan lebih lanjut :

  a. Profil Profil adalah identitas yang dibuat oleh pengguna situs (baik nama atau julukan), informasi mengenai orang itu (umur, jenis kelamin, lokasi, minat, dll. ). Profil juga menampilkan foto pengguna dan informasi tentang terakhir login. Profil mempunyai unik URLs dan bisa dikunjungi secara langsung.

  b. Dapat melihat dan melintasi daftar hubungan yang dibuat oleh orang lain dalam sistem Pengguna situs mempunyai kemampuan untuk mendaftar profil lain sebagai "teman" atau "kontak" atau suatu kesepadanan. Ini menyebabkan timbulnya grafik jaringan sosial yang mungkin ditujukan (pengguna tidak harus menerima hubungan “teman” dengan profile orang lain) atau tak menujukan (di mana orang yang lain harus menyetujui profile orang lain untuk menjadi “teman”). Hubungan antar profil yang terdaftar diperlihatkan di dalam profil pengguna situs.

  c. Komentar umum Pengguna situs jaringan sosial bisa meninggalkan komentar,

  testimonial , pesan, daftar pengunjung di dalam profil orang lain, dan setiap orang yang mengunjungi profil tersebut dapat melihat komentar ini.

  Situs jaringan sosial merupakan bagian dari aplikasi web 2.0 yang membebaskan pengunjung web tidak hanya sebatas pengunjung, tetapi juga menjadi bagian dari situs, dengan ikut mengirimkan artikel maupun informasi.

2. Situs Jaringan sosial dan Remaja

  Remaja dapat beradaptasi dengan cepat seiring dengan perkembangan teknologi yang melahirkan cara berkomunikasi yang baru dengan menggunakan internet, hal ini dibuktikan dalam penelitian dari PEW (dalam Boyd, 2008) menyebutkan bahwa 87% remaja di Amerika menggunakan internet setiap hari.

  Berdasarkan survey yang dilakukan, situs yang paling sering mereka kunjungi adalah situs jaringan sosial seperti Friendster, My Space, Facebook dan masih banyak lagi (Boyd, 2004). Dalam situs jaringan sosial remaja dapat belajar untuk menjalin hubungan sosial dengan pengguna lainnya tanpa harus bertemu langsung dengan orang lain, berlatih untuk membangun identitas diri dan status sosial, dan mengekspresikan diri secara bebas (Boyd, 2008).

  Beberapa alasan mengapa remaja tertarik mengakses situs jaringan sosial menurut Boyd (2008), yaitu : a. Ketertarikan remaja mengakses situs jaringan sosial sebagian besar dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya yang sudah mempunyai profil di dalam situs jaringan sosial. b. Minat rekreasi pada remaja menjadi suatu alasan mengapa mereka cenderung mengakses situs jaringan sosial, karena di dalam situs jaringan sosial mempunyai banyak fitur yang menarik dan interaktif.

  c. Menjalin pertemanan dengan orang baru, tidak terbatas dalam lingkungan pergaulannya tetapi bisa juga dari daerah yang berbeda atau negara yang berbeda dan dapat berbagi pengalaman-pengalaman baru tentang daerah asalnya.

  d. Mempunyai ruang pribadi di mana remaja dapat mengekspresikan dirinya dengan bebas, dalam hal ini situs jaringan sosial sebagai wadah atau tempat khusus bagi remaja untuk mengeksplorasi “siapa saya” dan belajar berinteraksi dengan orang lain

  Interaksi yang terjadi antar individu di dalam situs jaringan sosial adalah dengan menggunakan profile yang merupakan representasi dari dirinya. Melalui profil tersebut seseorang dapat saling memberikan komentar dan testimonial kepada orang lain, memajang foto diri supaya dapat dilihat oleh orang lain, membuat artikel atau diary.

  C.

  

Hubungan Antara Intensitas Mengakses Situs Jaringan Sosial dan Harga

diri Pada Remaja

  Manusia sebagai mahluk sosial tidak bisa lepas dari interaksi dengan lingkungannya. Dari interaksi dengan lingkungan sosialnya tersebut seseorang mendapatkan respon dari orang lain atas prilakunya. Respon tersebut dapat berupa penghargaan, penerimaan, pengakuan dari orang lain atau bahkan penolakan dari orang lain. Respon dari orang lain inilah yang nantinya akan turut berperan dalam pembentukan harga diri seseorang. Tinggi rendahnya harga diri seseorang akan berpengaruh pada prilaku seseorang sehari-hari. Orang yang terpenuhi kebutuhan harga dirinya akan menimbulkan rasa percaya diri, kuat, stabil, merasa berguna dan diperlukan oleh orang lain (Koentjoro, 1989). Dalam berhubungan dengan orang lain sudah sepantasnya seseorang menghargai orang lain dan perlu menghargai dirinya sendiri. Menghargai dirinya sendiri berarti individu tersebut harus positif dalam menilai dirinya dan mempunyai kepercayaan diri (Coopersmith, 1967).

  Pembentukan harga diri seseorang paling pesat perkembangannya pada usia remaja, dimana pada usia tersebut seseorang sedang dalam proses pencarian identitas diri (Mappiare, 1982). Pada usia remaja ini seseorang akan sangat mudah dipengaruhi oleh pendapat atau pandangan dari orang lain dan lingkungan sosialnya, oleh karena itu pada masa ini sangat penting untuk mendorong seseorang untuk mengembangkan kepercayaan diri yang positif yang nantinya akan membantu dalam pengembangan harga diri yang positif (Mappiare, 1982). Interaksi dengan lingkungan sosial pada usia ini mempunyai andil yang besar pada pembentukan kepribadian seseorang, khususnya pembentukan harga diri seseorang. Jika seseorang pada usia remaja mempunyai harga diri yang positif akan membuat individu tersebut merasa bahwa dirinya mendapatkan penerimaan dan keberadaannya diakui oleh orang lain yang nantinya akan membawa perkembangan kepribadian yang baik pula, tetapi apabila kurang mendapatkan penerimaan dan kurangnya pengakuan dari orang lain maka akan cenderung mempunyai harga diri yang negatif dan mengembangkan kepribadian yang buruk.

  Kemajuan teknologi saat ini semakin memudahkan seseorang untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Salah satu wadah untuk berinteraksi dengan mudah dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu adalah dengan menggunakan media internet. Dalam media internet ini terdapat banyak sekali situs jaringan sosial yang memudahkan seseorang untuk saling berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang lain. Situs jaringan sosial menyediakan fasilitas bagi seseorang untuk memaparkan dan memperkenalkan dirinya pada orang lain dalam bentuk profil. Dalam profil tersebut seseorang bisa menuliskan data diri, mengupload foto, memberikan komentar, mengirimkan pesan dan saling memberikan informasi tentang berbagai hal kepada pengguna lain. Interaksi yang terjadi dalam dunia maya ini dapat mempengaruhi pembentukan harga diri seseorang karena dalam situs ini seseorang bisa mendapatkan pandangan atau penilaian dari orang lain akan dirinya. Jika komentar dari individu yang berupa gagasan atau ide diterima oleh orang lain dan orang lain memberikan umpan balik berupa komentar yang berisikan penghormatan dan penghargaan, maka individu tersebut merasa bahwa dirinya mempunyai wibawa untuk mempengaruhi orang lain. Apabila individu tersebut mampu untuk mengontrol, mampu untuk mengendalikan orang lain maupun dirinya sendiri maka orang tersebut tetap percaya pada dirinya sendiri dan menilai dirinya positif yang akan membentuk harga diri yang positif, begitu pula sebaliknya.

  Perilaku seseorang dalam situs jaringan sosial dapat mempengaruhi pembentukan harga diri seseorang. Dalam situs jaringan sosial seseorang yang mendapatkan pujian atas berbagai hal yang ada dalam profilnya, misal : tampilan

  

layout yang bagus, foto yang menarik, blog yang bermanfaat, dan komentar-