KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

  KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Grace Litad NIM : 068114020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN JATI BELANDA

(Guazuma ulmifolia Lamk.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Grace Litad

  

NIM : 068114020

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Kupersembahkan karya sederhana ini bagi :

Tuhanku Yesus Kristus, Juruselamat dan kekuatanku

Papaku Imat Sakai dan Mamaku Mariana Langidau

Kakakku Rima Yunlita dan Christine Linda, adikku Pissa

  

Almamaterku

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakterisasi Ekstrak Etanolik Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)

  Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

  1. Ibu Erna Tri Wulandari M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna demi terselesaikannya skripsi ini.

  2. Bapak Yohanes Dwiatmaka M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

  3. Bapak Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

  4. Seluruh staf Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Laboratorium Kimia, Kebun Tanaman Obat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Bimo dan Mas Andre yang telah menemani dan membantu selama penelitian.

  5. Teman–teman proyek dan penelitian skripsi Ayu Widya Sari, Monica Dini Puspita, dan Inge Maria Wibowo, atas persahabatan, semangat, kerja sama dan kerja keras selama penelitian dan penyusunan skripsi.

  6. Teman-teman seperjuanganku di Farmasi: Winny Listyarini, Yenni Christina, Tiara Pranasita, dan Sry Yuniarti Manurung atas seluruh suka duka yang pernah dialami bersama, dorongan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

  7. Teman-teman kost DIFA atas kebersamaan, tanggung jawab dan toleransi selama hidup berdampingan.

  8. Teman-teman Fakultas Farmasi Angkatan 2006 kelas A dan kelas Farmasi Klinis Komunitas A (FKK A) atas kenangan indah, kebersamaan, keceriaan yang telah dialami selama masa perkuliahan dan praktikum.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pihak yang membutuhkan.

  Penulis

  

INTISARI

  Masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di Pulau Jawa, telah mengenal dan memakai air rebusan daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) sebagai bahan baku jamu pelangsing tubuh, biasa disebut galian singset. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dari ekstrak etanolik daun jati belanda sebagai bahan baku dalam jamu pelangsing sehingga diperoleh produk yang mempunyai standar kualitas yang seragam dan terulang, serta kontinuitas kualitas produk dari segi SQE (Safety, Quality, Efficacy) dapat terjaga.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental, berupa karakterisasi ekstrak yang mengikuti Parameter Standar Umum Ekstrak

  

Tumbuhan Obat yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia . Parameter yang diuji meliputi organoleptik ekstrak, identitas

  ekstrak, penetapan kadar air, kadar abu total, kadar abu larut air, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan uji kandungan kimia senyawa identitas ekstrak friedelin-3 β-ol secara kualitatif dan kuantitatif.

  Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan deskriptif komparatif diperoleh organoleptis ekstrak berbentuk kental, berwarna coklat tua kehitaman, tidak berbau, dan rasa agak kelat, kadar air 17,67 % b/b, kadar abu total 1,77 % b/b, kadar abu larut air 4,47 % b/b, kadar abu tidak larut asam 1,37 % b/b, kadar sari larut air 25,83 % b/b, kadar sari larut etanol 39,71 % b/b, dan rata-rata kadar senyawa identitas friedelin-3

  β-ol dalam sampel ekstrak etanolik daun jati belanda

  • 3 adalah (0,027 ± 1,15 x 10 ) % b/v.

  

Kata kunci : Guazuma ulmifolia Lamk., karakterisasi, ekstrak etanolik daun jati

  belanda, friedelin-3 β-ol

  

ABSTRACT

  People in Indonesia, especially who lived in Java Island, have already known and used the boiled water of bastard cedar’s leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) as a slimming medicinal herbs called galian singset. This research aims to find out the character of bastard cedar’s leaves ethanolic extract as one of the basic materials of slimming medicinal herbs, so it is able to get the product that has the same and continual quality standard from the safety, quality, and efficacy side.

  This is a non experimental research, namely characterization the extract that refers to Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat by Badan

  

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia . The general standard

  parameter includes extract’s organoleptic, extract’s identity, the determination of water content, ashes content, water soluble ashes content, acid dissoluble ashes content, water soluble material content, ethanol soluble material content, the test of qualitity and quantitiy of the extract’s identity chemical content, especially friedelin-3 β-ol.

  The results were analyzed descriptively and comparatively. As results, the organoleptic extract was thick, dark brown, smelless, and sourish, the water content score was 17,67 % w/w, the total ashes content was 1,77 % w/w, water soluble ashes content score was 4,47 % w/w, acid dissoluble ashes content score was 1,37 % w/w, water soluble material content score was 25,83 % w/w, ethanol soluble material content score was 39,71 % w/w, and the average score of the extract’s identity chemical content friedelin-3

  β-ol in bastard cedar’s leaves

  • 3 ethanolic extract sample was (0,027 ± 1,15 x 10 ) % w/v.

  Key words : Guazuma ulmifolia Lamk., the characterization, bastard cedar’s leaves ethanolic extract, friedelin-3 β-ol

  • tuenesulfon p

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL……………………………………………………... i HALAMAN JUDUL………………………………………………………... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………. iii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..... iv HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………………….. vi PRAKATA …………………………....…………………………………… vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… ix

  INTISARI…………………………………………………………………... x

  ABSTRACT ………………………………………………………………...... xi

  DAFTAR ISI………………………………………………………………... xii DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xvi DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xvii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xviii BAB I. PENGANTAR……………………………………………………....

  1 A. Latar Belakang……………………………………………………....

  1 1. Perumusan masalah……………………………………….…......

  4 2. Keaslian penelitian……………………………………………....

  4 3. Manfaat penelitian……………………………………………….

  5 a. Manfaat teoritis………………………………………….

  5 b. Manfaat praktis………………………………………….

  5 B. Tujuan Penelitian…………………………………………………....

  5

  BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………............

  6 A. Jati Belanda ………………………………………………................

  6

  1. Keterangan botani ………………………………………………

  6 2. Deskripsi ………………………………………………………..

  6

  3. Nama daerah ……………………………………………………

  7 4. Kandungan kimia ……………………………………………….

  7 B. Ekstrak …… …………………………………………………..........

  7 1. Definisi ekstrak .………………………………………………...

  7 2. Pengelompokan ekstrak ………………………………………...

  8 3. Metode ekstraksi ………………………………………………..

  8

  4. Penguapan ………………………………………………………

  9

  5. Ekstrak kental daun jati belanda (Extractum Guazumae ulmfoliae Folii Spissum ) ……………………………………….

  10 C. Standarisasi …………………………………………………………

  11

  1. Pembakuan simplisia ……………………………………………

  12 2. Pembakuan ekstrak ……………………………………………..

  12

  3. Pembakuan sediaan obat tradisional ……………………………

  14 D. Kromatografi Lapis Tipis ……………………………………...........

  15 E. Densitometri ………………………………………………………...

  17 F. Keterangan Empiris …………………………………………............

  19 BAB III. METODE PENELITIAN……………………………..…………..

  20 A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………..

  20 1. Jenis penelitian ………………………………………………….

  20

  2. Rancangan penelitian ...................................................................

  20 B. Definisi Operasional………………………………………………...

  21 C. Alat ………………………………………………………………….

  22 D. Bahan ……………………………………………………………….

  22 E. Jalannya Penelitian…………………………………………………..

  23 1. Determinasi tanaman …………………………………………....

  23 2. Pengumpulan bahan …………………………………………….

  23 3. Pembuatan serbuk daun ………………………………………...

  23 4. Pembuatan ekstrak kental daun jati belanda …………………....

  23 5. Uji organoleptik ekstrak ………………………………………...

  24 6. Identitas ekstrak ………………………………………………...

  24 7. Penetapan kadar air ……………………………………………..

  24

  8. Penetapan kadar abu total ………………………………………

  24 9. Penetapan kadar abu larut air …………………………………...

  25 10. Penetapan kadar abu tidak larut asam …………………………..

  25 11. Penetapan kadar sari larut air …………………………………...

  25 12. Penetapan kadar sari larut etanol ………………………………..

  26

  13. Uji kandungan senyawa identitas secara kuallitatif dan kuantitatif ……………………………………………………….

  26 F. Analisis Hasil ………………………………………………….........

  29 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...

  30 A. Determinasi Tanaman ………………………………………………

  30 B. Pengumpulan Bahan ……………………………………………….

  30

  C. Pembuatan Serbuk Daun ……………………………………………

  31 D. Pembuatan Ekstrak Kental Etanolik Daun Jati Belanda ……………

  33 E. Uji Organoleptik Ekstrak …………………………………………...

  36 F. Identitas Ekstrak ………………………………………….................

  36 G. Penetapan Kadar Air …………………………………………..........

  37 H. Penetapan Kadar Abu Total ………………………………………...

  38 I. Penetapan Kadar Abu Larut Air …………………………………….

  39 J. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam …………………………..

  40 K. Penetapan Kadar Sari Larut Air …………………………………….

  41 L. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol …………………………………

  41 M. Uji Kandungan Senyawa Identitas Ekstrak Etanolik Daun Jati Belanda Secara Kualitatif dan Kuantitatif …………………………..

  42 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….

  55 A. Kesimpulan…………………………………………………….........

  55 B. Saran……………………………………………………………........

  55 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. ..

  56 LAMPIRAN ……………………………………………………. ………….

  59 BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………

  94

  DAFTAR TABEL

  Tabel I. Hasil KLT standar friedelin-3 β-ol dan sampel ekstrak etanolikl daun jati belanda pada deteksi UV 254 nm …………………....

  42 Tabel II. Data pembuatan kurva baku friedelin-3

  52 β-ol ……………………

  Tabel III. Kadar senyawa identitas friedelin-3 β-ol dalam sampel ekstrak etanolik daun jati belanda ………………………………………

  54

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Struktur kimia friedelin-3

  11 β-ol ………………………………

  Gambar 2. Ekstrak cair (a) dan ekstrak kental (b) etanolik daun jati belanda ……………………………………………………...

  35 Gambar 3. Kromatogram larutan standar friedelin-3 β-ol dan sampel ekstrak etanolik daun jati belanda pada deteksi lampu UV

  λ 254 nm ……………………………………………………...

  44 Gambar 4. Kromatogram larutan standar friedelin-3 β-ol dan sampel ekstrak etanolik daun jati belanda pada deteksi lampu UV

  λ 365 nm ……………………………………………………

  46 Gambar 5. Kromatogram larutan standar friedelin-3 β-ol dan sampel ekstrak etanolik daun jati belanda setelah disemprot pereaksi antimon (III) klorida pada deteksi sinar tampak …

  48 Gambar 6. Kromatogram larutan standar friedelin-3 β-ol dan sampel ekstrak etanolik daun jati belanda setelah disemprot pereaksi antimon (III) klorida pada deteksi lampu UV

  λ 365 nm …………………………………………………………..

  49 Gambar 7. Spektra penelusuran panjang gelombang maksimum standar friedelin-3

  51 β-ol pada λ 200 nm - 380 nm ……………………

  Gambar 8. Kurva baku hubungan konsentrasi standar friedelin-3 β-ol Vs AUC …………………………………………………….

  53

DAFTAR LAMPIRAN

  66

  85

  71

  70

  69

  68

  67

  Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11

  Surat Pengesahan Determinasi Tanaman ………………… Data Pengentalan Ekstrak Cair …………………………...

  64

  61

  59

  Perhitungan Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ....... Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut Air ……………. Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut Etanol ………… Uji Kandungan Kimia Senyawa Identitas Secara Kualitatif dan Kuantitatif …………………………………………… Foto Bahan dan Alat Penelitian …………………………..

  Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total ………………… Perhitungan Penetapan Kadar Abu Larut Air .....................

  Data Identitas dan Organoleptik Ekstrak ………………… Perhitungan Penetapan Kadar Air ………………………...

  65

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Obat tradisional atau yang biasa disebut jamu telah diakui keberadaanya

  sejak dulu baik di Indonesia maupun negara-negara lainnya dan sampai sekarang tetap dimanfaatkan, bahkan cenderung meningkat. Di Indonesia tumbuhan obat digunakan untuk meningkatkan kesehatan (promotif), memulihkan kesehatan (rehabilitatif), pencegahan penyakit (preventif) dan penyembuhan (kuratif).

  Namun eksistensinya belum dapat disetarakan dengan pelayanan pengobatan modern dengan menggunakan obat kimia, karena memang belum seluruhnya teruji keamanan dan manfaatnya. Selama ini kebanyakan manfaat dan pengembangannya hanya dari data empiris dan dari pengalaman yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam era globalisasi, pengembangan teknologi dan bentuk pemanfaatan tumbuhan obat di Indonesia dalam pelayanan kesehatan saat ini sudah mengenal konsep ekstrak (Anonim, 2005 b).

  Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat bahan alam tersebut. Salah satu penelitian yang telah dilakukan adalah pembuatan ekstrak tumbuhan berkhasiat obat yang dilanjutkan dengan standarisasi kandungannya untuk memelihara keseragaman mutu, keamanan dan khasiat (Anonim, 2005 b).

  Pada industri obat tradisional standarisasi bahan baku perlu dilakukan, baik yang berupa simplisia maupun yang berbentuk ekstrak atau sediaan galenik (Anonim, 2005 b). Hal ini dikarenakan mutu produk obat tradisional tergantung dari bahan awal, proses produksi, pengawasan mutu, bangunan, peralatan, dan personalia yang menangani (Anonim, 2005 a). Standarisasi bertujuan untuk menjaga kontinuitas dari produk obat tradisional yang dihasilkan, sehingga kontinuitas khasiat obat tersebut juga akan terjaga. Pada proses standarisasi dilakukan pengukuran parameter untuk mendapatkan mutu yang seragam dan terulang. Parameter yang diukur meliputi parameter non spesifik, parameter spesifik, dan uji kandungan kimia ekstrak. Parameter non spesifik meliputi susut pengeringan dan bobot jenis, kadar air, kadar abu, sisa pelarut, residu pestisida, cemaran logam berat, cemaran mikroba. Parameter spesifik meliputi identitas ekstrak, organoleptik eksrak, dan senyawa yang terlarut dalam pelarut tertentu. Uji kandungan kimia ekstrak meliputi pola kromatogram, kadar total golongan kandungan kimia dan kadar kandungan kimia tertentu (Sinambela, 2002).

  Sejak zaman dulu masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di Pulau Jawa, telah mengenal dan memakai air rebusan daun jati belanda sebagai bahan baku jamu pelangsing tubuh, yang biasa disebut galian singset (bahasa Jawa).

  Pengalaman sekaligus bukti empiris inilah yang "ditangkap" perusahaan jamu, sehingga saat ini hampir semua jamu pelangsing selalu mengambil khasiat daun jati belanda. Prospek yang cerah ini memungkinkan untuk meluasnya penggunaan daun jati belanda sebagai obat pelangsing tubuh.

  Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap daun jati belanda. Pramono, Nurwati dan Sugiyanto (2000) menyimpulkan bahwa lendir daun jati belanda peroral dapat menghambat perkembangan berat badan tikus dibanding air suling sebagai kontrol. Selain itu Monika dan Farida (2000) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun jati belanda peroral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah kelinci. Joshita (2000) menyatakan seduhan dan rebusan daun jati belanda berpengaruh meningkatkan aktivitas enzim lipase secara in vitro.

  Ekstrak daun jati belanda merupakan salah satu bahan baku penyusun jamu pelangsing tubuh. Oleh karena itu, perlu dilakukan karakterisasi ekstrak daun jati belanda sebagai pedoman kualitas produk yang diproduksi. Karakterisasi ini bertujuan untuk mendapatkan karakter bahan baku obat dan menjaga kontinuitas SQE (Safety, Quality, Efficacy) produk dengan kualitas yang baik, di mana keamanan (safety) terkait dengan tingkat cemaran, mutu (quality) terkait dengan kandungan kimia, dan kemanjuran (efficacy) terkait dengan efek dari bahan baku penyusun produk tersebut (Anonim, 2005 b). Penentuan nilai ini dilakukan dengan mengacu pada parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat (Anonim, 2000).

  Karakterisasi ini meliputi penetapan kadar air, kadar abu, kadar abu larut air, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, dan uji kandungan kimia senyawa identitas ekstrak secara kualitatif menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan secara kuantitatif menggunakan metode KLT densitometri.

  1. Perumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul permasalahan : “Bagaimanakah karakter ekstrak etanolik daun jati belanda?”

  2. Keaslian penelitian

  Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian mengenai karakterisasi ekstrak etanolik daun jati belanda belum pernah dilakukan.

  Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia dalam jati belanda dan membuktikan khasiat daun jati belanda adalah : a. Pengaruh Daun Jati Belanda terhadap Berat Badan dan Gambaran

  Hematologik Darah Tikus Betina Serta Identifikasi Komponen Lendirnya oleh Nurwati (1984).

  b. Pengaruh Jamu Galian Singset dan Daun Jati Belanda terhadap Hepar Tikus Serta Skrinning Fitokimia Daun Jati Belanda oleh Yeniwati (1984).

  c. Ekstraksi dan Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometer UV Senyawa Alkaloid Tumbuhan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) oleh Wulandari (1996).

  d. Pengaruh Lendir Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) oleh Pramono, Nurwati dan Sugiyanto (2000).

  e. Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Kelinci oleh Farida dan Monica (2000).

  f. Pengaruh Daun Jati Belanda terhadap Kerja Enzim Lipase secara In Vitro, oleh Joshita (2000). g. Aktivitas Lipase Pankreas Rattus Norvegicus Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) oleh Rahardjo (2005).

  h. Pengaruh Pemberian Infusa Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Kadar Trigliserida dalam Plasma Tikus Putih Jantan Galur Wistar oleh Wijayanti (2007).

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan obat tradisional mengenai karakter ekstrak etanolik daun jati belanda.

b. Manfaat praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi pada masyarakat mengenai kesesuaian karakter ekstrak etanolik daun jati belanda dengan parameter standar ekstrak yang telah ditetapkan sehingga dapat digunakan sebagai salah satu komponen penyusun dalam jamu pelangsing.

B. Tujuan Penelitian

  Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter dari ekstrak etanolik daun jati belanda.  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jati Belanda

  1. Keterangan botani Guazuma ulmifolia Lamk. merupakan anggota suku Sterculiaceae. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama jati belanda (Anonim, 1978).

  2. Deskripsi

  Tanaman jati belanda tumbuh secara liar di daerah tertentu seperti pulau Jawa dengan penyebaran tumbuh pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 800 m dpl. Jati belanda belum dibudidayakan secara komersial. Batang tanaman jati belanda keras, berkayu, bercabang, dan berwarna hijau keputih-putihan. Daunnya tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip, dan letaknya berseling. Panjang daun sekitar 4-22,5 cm dan lebar 2-10 cm. Pada bagian bawah daun berbulu. Panjang tangkai daun sekitar 5-25 mm. Jati belanda mempunyai daun penumpu yang berbentuk lanset atau berbentuk paku dengan panjang antara 3-6 mm. Bunga tanaman jati belanda tunggal, bulat, dan muncul dari ketiak daun. Bunganya berwarna hijau muda. Bentuk bunga agak ramping, berjumlah banyak, dan beraroma harum. Panjang kelopak bunga sekitar 3-4 mm dengan tajuk terbagi menjadi dua bagian. Tajuknya berwarna ungu tua dan kadang-kadang menjadi kuning tua. Panjang tajuk sekitar 3-4 mm. Bagian bawah tajuk berbentuk garis dengan panjang 2-2,5 mm. Buah jati belanda berbentuk kotak atau agak bulat, cokelat muda, dan berdiameter 2 mm. Akarnya tunggang dan berwarna putih kecoklatan (Sulaksana dan Jayusman, 2005).

  3. Nama daerah

  Tanaman jati belanda dalam berbagai bahasa adalah : Jawa : Jati Londo Sumatera : Jati Belanda

    Melayu : Jati Blanda (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)

  4. Kandungan kimia

  Zat utama yang terkandung dalam seluruh bagian tanaman jati belanda adalah tanin dan lendir atau muscilago (Suharmiati dan Maryani, 2003).

  Batang tanaman jati belanda kaya akan kandungan tanin dan proantosianidin. Kandungan kimia utama yang pernah ditemukan dalam berbagai bagian tanaman jati belanda adalah alkaloid, kafeina, caryophyllene, katekin, epikatekin, farnesol, friedelin, kaurenoic acid, precocene I, prosianidin B-2, prosianidin B-5, prosianidin C-1, sitosterol, terpen (Anonim, 2004 b).

  Karena adanya kandungan tanin, tanaman jati belanda memiliki rasa agak kelat. Di samping itu, karena kandungan kimia lainnya seperti kafeina dan sterol, tanaman jati belanda memiliki bau aromatik yang lemah (Suharmiati dan Maryani, 2003).

B. Ekstrak

1. Definisi ekstrak

  Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi standar baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000).

  2. Pengelompokan ekstrak

  Pengelompokan ekstrak berdasarkan sifatnya, yaitu :

  a. Ekstrak encer (extractum tenue). Sediaan ekstrak encer ini memiliki konsistensi madu dan mudah dituang.

  b. Ekstrak kental (extractum spissum). Sediaan ekstrak kental ini memiliki konsistensi liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30 %.

  c. Ekstrak kering (extractum siccum). Sediaan ekstrak kering ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak lebih dari 5 %.

  d. Ekstrak cair (extractum fluidum). Pada ekstrak cair memiliki konsistensi cair dan mudah dituang (Voight, 1994).

  3. Metode ekstraksi

  Penyarian (ekstraksi) merupakan kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Menurut acuan Sediaan

  

Galenik (1986), secara umum penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi,

maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan.

  a. Infundasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infus merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Alat yang digunakan adalah panci dan penangas air.

  b. Maserasi Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia atau bahan dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar.

  c. Perkolasi Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan pada bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.

  d. Penyarian berkesinambungan Proses ini dengan cara penggabungan antara proses penyarian yang dilanjutkan dengan proses penguapan (Anonim,1986).

4. Penguapan

  Ekstrak cair yang memiliki konsistensi cair dan kandungan pelarutnya yang masih tinggi dapat diubah menjadi bentuk ekstrak kental. Proses pengentalan ini dapat dilakukan melalui penguapan dengan menggunakan alat Vacuum Rotary

  

Evaporator. Cara kerjanya yaitu perputaran labu dalam sebuah pemanas pada

  temperatur dan kecepatan putar tertentu, akan menguapkan cairan yang terkandung dalam ekstrak. Pembesaran permukaan penguapan menyebabkan penguapan berlangsung dalam waktu lebih singkat. Pengaturan dalamnya pencelupan ke dalam penangas air, suhu penangas, hampa udara dan suhu pendingin membuat kondisi optimal dapat terpenuhi sehingga proses pengentalan ekstrak dapat berlangsung cepat (Voigt, 1994).

5. Ekstrak kental daun jati belanda (Extractum Guazumae ulmifoliae Folii

  Spissum )

  Menurut Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (2004) yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, ekstrak kental daun jati belanda adalah ekstrak yang dibuat dari daun tumbuhan Guazuma

  

ulmifolia Lamk., suku Sterculiaceae, mengandung flavonoid tidak kurang dari 3,2

  %. Pemerian ekstrak ini meliputi bentuk kental, warna coklat tua, tidak berbau dan rasa agak kelat. Kandungan kimia yang dimiliki adalah tanin, flavonoid, friedelin-

  3 α-asetat, friedelin-3β-ol, dan lendir. Senyawa identitas ekstrak kental daun jati belanda adalah friedelin-3

  β-ol.

  H H H HO H friedelin-3 β-ol

   Gambar 1. Struktur kimia friedelin-3 β-ol

  Ekstrak kental jati belanda memiliki kadar air tidak lebih dari 18,1%, kadar abu total tidak lebih dari 4%, kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari 1,5%. Residu pestisida fosfor organik dan klor organik tidak lebih dari 5

  μg/kg, cemaran logam berat Pb tidak lebih dari 10 mg/kg, Cd tidak lebih dari 0,3 mg/kg, dan As tidak lebih dari 10 μg/kg. Cemaran aflatoksin tidak lebih dari 20 μg/kg. Cemaran mikroba meliputi angka lempeng total tidak lebih dari 10 kol/g, angka kapang/khamir tidak lebih dari 10 kol/g, dan bakteri patogen negatif (Anonim, 2004 a).

C. Standarisasi

  Standarisasi, yaitu suatu proses pemenuhan persyaratan sebagai bahan baku agar dapat digunakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

  Standarisasi bertujuan untuk menjaga kontinuitas dari produk obat tradisional yang dihasilkan, sehingga kontinuitas khasiat obat tersebut juga akan terjaga. Pada proses standarisasi dilakukan pengukuran parameter untuk mendapatkan mutu yang seragam dan terulang.

  Standarisasi dapat terbagi dalam tiga langkah, yakni sebagai berikut.

  1. Pembakuan simplisia

  Pembakuan simplisia sebagai bahan baku obat tradisional merupakan titik awal yang penting bagi pembakuan obat tradisional secara keseluruhan karena obat tradisional yang bermutu hanya akan dapat diperoleh bila simplisia yang menjadi bahan bakunya juga bermutu. Untuk mendapatkan obat tradisional yang baik dan terulangkan dalam bentuk, keamanan dan manfaat diperlukan juga keterulangan dari mutu simplisia. Oleh karena mutu tanaman sumber simplisia umumnya sangat bervariasi, maka untuk menetapkan bermutu tidaknya simplisia yang digunakan diperlukan standar mutu sebagai pegangan. Agar simplisia yang digunakan mempunyai mutu standar, industri obat tradisional disarankan dan didorong untuk melakukan budidaya dan mengembangkan sendiri tanaman sumber simplisia spesifikasi masing-masing industri dengan mutu standar yang relatif homogen (Anonim, 2000).

  2. Pembakuan ekstrak

  Selain simplisia, saat ini banyak industri obat tradisional yang menggunakan ekstrak dari simplisia secara langsung, yang dipakai sebagai bahan baku obat tradisonal yang akan digunakan dalam upaya pelayanan kesehatan. Pembakuan ekstrak sebagai bahan baku obat tradisional juga penting dilakukan untuk menghasilkan produk obat tradisional yang bermutu (Anonim, 2000).

  Pada pembakuan ekstrak sebagai bahan dasar sediaan obat tradisional dilakukan dengan berpedoman pada Parameter Standar Umum Ekstrak

  

Tumbuhan Obat (Anonim, 2000). Penentuan parameter standar yang dapat dilakukan antara lain: a . Parameter kadar air Tujuan dilakukan penetapan parameter kadar air adalah memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam bahan. Prinsipnya adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan yang dapat dilakukan dengan cara yang sesuai dengan kondisi ekstrak yaitu cara titrasi, destilasi atau gravimetri. Nilai maksimal atau rentang kadar air yang diperbolehkan terkait secara langsung dengan kemurnian dan kontaminasi pada bahan baku atau ekstrak (Anonim, 2000).

  b. Parameter kadar abu Tujuan dilakukan penetapan parameter kadar abu adalah memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Prinsip pengerjaannya adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur mineral anorganik. Nilai maksimal atau rentang kadar abu yang diperbolehkan terkait secara langsung dengan kemurnian dan kontaminasi pada bahan baku atau ekstrak (Anonim, 2000).

  c. Parameter identitas ekstrak Tujuan ditetapkan identitas ekstrak adalah untuk memberikan identitas objektif dari nama sampai senyawa spesifik yang terdapat dalam ekstrak. Prinsip penetapan identitas ekstrak adalah melakukan deskripsi tata nama ekstrak dan senyawa identitas ekstrak yang digunakan sebagai bahan baku sediaan obat tersebut, yang meliputi nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, nama Indonesia tumbuhan dan senyawa identitas yang terkandung didalamnya (Anonim, 2000).

  d. Parameter organoleptik ekstrak Tujuan dilakukan uji organoleptik adalah untuk pengenalan awal yang sederhana dan seobjektif mungkin sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan ekstrak yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat tradisional. Prinsip uji organoleptik ekstrak menggunakan pancaindera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa dari ekstrak tersebut (Anonim, 2000).

  e. Uji kandungan kimia tertentu dalam ekstrak Tujuan dilakukan uji kandungan kimia tertentu dalam ekstrak adalah memberikan data kadar kandungan kimia tertentu sebagai senyawa identitas atau senyawa yang diduga bertanggung jawab pada efek farmakologi. Prosedur pengerjaan uji kandungan kimia identitas ini spesifik untuk masing-masing ekstrak yang distandarisasi (Anonim, 2000).

3. Pembakuan sediaan obat tradisional

  Obat tradisional terbuat dari bahan alami. Pada formula obat tradisional yang sama dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit yang berbeda oleh satu daerah dengan daerah yang lain. Hal ini terjadi karena dalam satu tanaman terdapat kemungkinan berbagai kandungan kimia yang mempunyai khasiat yang berbeda, sehingga dapat dipakai untuk berbagai indikasi. Tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda, dapat menyebabkan kadar kandungan kimia yang berbeda-beda dan keamanan serta khasiat juga dapat berbeda. Untuk tercapainya keinginan memasukkan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal, maka perlu dilakukan pembakuan sediaan obat tradisional agar terjamin mutu dan keamanannya (Anonim,2000).

Dokumen yang terkait

EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN SENGGANI (Melastoma polyanthum Bl.) PADA MENCIT PUTIH BETINA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 143

EFEK ANTI-INFLAMASI EKSTRAK PETROLEUM ETER DAUN SENGGANI (Melastoma polyanthum Bl.) PADA MENCIT PUTIH BETINA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 130

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

0 0 105

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 83

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

0 0 191

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 115

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Ilmu Komputer

0 0 242

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si.) Program Studi Ilmu Komputer

0 0 174

PENGARUH STRES TERHADAP AKTIVITAS MOTORIK MENCIT DENGAN METODE SANGKAR PUTAR DAN KETAHANAN BERENANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 80

KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 106