PERAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA-TEMAN SEBAYA TERHADAP ENGAGEMENT-DISENGAGEMENT COPING PADA REMAJA AKHIR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA-TEMAN SEBAYA
TERHADAP ENGAGEMENT-DISENGAGEMENT COPING
PADA REMAJA AKHIR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun oleh:
Valeria Satwika Anindita
109114034


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SKRIPSI
PERAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA-TEMAN SEBAYA
TERHADAP ENGAGEMENT-DISENGAGEMENT COPING
PADA REMAJA AKHIR

Disusun oleh:
Valeria Satwika Anindita

NIM : 109114034

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Victorius Didik Suryo Hartoko, M.Si

Tanggal

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SKRIPSI

PERAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA-TEMAN SEBAYA
TERHADAP ENGAGEMENT-DISENGAGEMENT COPING
PADA REMAJA AKHIR

Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Valeria Satwika Anindita
NIM : 109114034

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal Agustus 2014
dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap

Tanda Tangan

Penguji I


: Victorius Didik Suryo Hartoko, M.Si

.......................

Penguji II

:

........................

Penguji III

:

........................

Yogyakarta, ...........................
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,


Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

There are two ways to get enough
One is to continue to accumulate more and more
The other is to desire less.

You will when you believe

iv


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Agustus 2014
Penulis,

Valeria Satwika Anindita

v


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA-TEMAN SEBAYA
TERHADAP ENGAGEMENT-DISENGAGEMENT COPING
PADA REMAJA AKHIR
Valeria Satwika Anindita
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan sosial orang tua
dan dukungan sosial teman sebaya terhadap engagement-disengagement coping
pada remaja akhir. Hipotesis yang diajukan adalah dukungan sosial orang tuateman sebaya dapat meningkatkan engagement coping dan menurunkan
disengagement coping. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
random sampling. Subjek penelitian ini adalah 120 remaja berusia 19-21 yang
berkuliah di Yogyakarta. Subjek menyatakan bahwa sumber tekanan yang paling
besar berasal dari masalah akademis. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan adalah skala dukungan sosial yang disusun berdasarkan aspek

dukungan sosial menurut Sarafino (2008) dan skala coping yang disusun
berdasarkan aspek engagement-disengagement coping menurut Compas (2001).
Validitas skala dilakukan dengan pengujian validitas isi. Koefisien reliabilitas
skala dukungan sosial orang tua dan skala dukungan sosial teman sebesar 0,95,
sedangkan pada skala engagement coping sebesar 0,77 dan skala disengagement
coping sebesar 0,86. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dukungan sosial orang tua dapat
meningkatkan engagement coping, sementara dukungan sosial teman sebaya dapat
menurunkan disengagement coping. Selain itu, ditemukan juga bahwa remaja
perempuan lebih cenderung menggunakan engagement coping daripada remaja
laki-laki. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masing-masing dukungan
sosial memiliki peran yang berbeda terhadap engagement coping dan
disengagement coping pada remaja akhir.
Kata kunci :

dukungan sosial orang tua, dukungan sosial teman, engagement
coping, disengagement coping, jenis kelamin, remaja akhir.

vi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

THE ROLE OF PARENT-PEER SOCIAL SUPPORT
TOWARDS ENGAGEMENT-DISENGAGEMENT COPING
ON LATE ADOLESCENT

Valeria Satwika Anindita
ABSTRACT
The aim of this study is to investigate the effect of social support towards
engagement-disengagement coping on adolescent. The hypothesis of this study is
both parent-peer support increased engagement coping and decreased
disengagement coping. The samples were determined by applying purposive
random sampling technique. The numbers of the subjects under study are 120
people, between 19-21 years old, who sre college student, based in Yogyakarta.
The instrument used to collect data were Social Support Scale which was

designed based on the aspects of social support by Sarafino (2008) and Coping
Scale which was designed based on aspect of engagement-disengagement coping
by Compass (2000). The validity of the scale was analyzed by testing the content
validity. The reliability test on parents’ social support scale and friends’ social
support scale shows 0,95. The reliability test on engagement coping scale shows
0,77 and disengagement coping scale shows 0,86. The data was analyzed using
multiple regression analysis. The results showed that parent social support
increased engagement coping, while peer social support decreased
disengagement coping. It can be concluded that each social support has different
effect to engagement coping and disengagement coping.
Keywords : parent social support, peer social support, engagement coping,
disengagement coping, gender, late adolescent.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama

: Valeria Satwika Anindita

Nomor Mahasiswa

: 109114034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“Peran Dukungan Sosial Orang Tua-Teman Sebaya Terhadap EngagementDisengagement Coping Pada Remaja Akhir”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan Demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencamtumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 27 Agustus 2014
Yang menyatakan,

(Valeria Satwika Anindita)

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
yang melimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Setelah melalui banyak
pengalaman senang dan sedih, baik dan buruk, penulis percaya bahwa kasih-Nya
senantiasa menerangi setiap langkah sehingga atas kehendak-Nya juga skripsi
dengan judul “Peran Dukungan Sosial Orang Tua-Teman Sebaya Terhadap
Engagement-Disengagement Coping Pada Remaja Akhir” dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingannya kepada
yang terhormat :
1.

Bapak Tarsisius Priyo Widiyanto, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.

2.

Ibu Ratri Sunar Astuti, selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma dan dosen penguji skripsi.

3.

Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko, selaku dosen pembimbing skripsi,
yang selalu memotivasi dan menginspirasi.

4.

Bapak Carolus Wijoyo Adinugroho, selaku dosen penguji skripsi dan Kepala
P2TKP Universitas Sanata Dharma.

5.

Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada yang terkasih :
1. Bapak dan Ibu, untuk doa dan dukungannya yang tidak pernah berhenti, serta
adik yang selalu mengingatkan agar skripsi ini segera terselesaikan.
2. Andreas Benny Rahadi, yang selalu ada di saat suka dan duka selama proses
pengerjaan skripsi. Terima kasih atas waktu, tenaga dan segala usaha yang
diberikan sehingga membuahkan hasil bahagia.
3. Teman-teman seperjuangan yang selalu ada dalam perjalanan menuju S.Psi :
Rosari, Sheilla, Sondra, Astrid, Rika dan Tari. Terima kasih untuk segala
bantuan dan dukungan, serta pengalaman-pengalaman paling menyenangkan
selama kuliah.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.

Zelda dan Agnes Monica inspiratornya, untuk kesediaannya membantu dan
menghibur di masa sulit dalam pengerjaan skripsi. Semoga kamu selalu jadi
perpanjangan tangan Tuhan.

5. Sandi, Laura dan teman-teman bimbingan skripsi Pak Didik, untuk semangat
yang terus bernyala-nyala.
6. Seluruh anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma tahun 2012-2013. Terima kasih untuk segala proses dan
dinamika selama belajar organisasi.
7. Keluarga P2TKP Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk
pengalaman dan pembelajaran paling berharga satu tahun terakhir ini.
Kalian Luar Biasa!

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis membuka diri terhadap saran dan kritik yang membangun demi
kemajuan ilmu pengetahuan.
Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala keterbatasan yang dimiliki
dan penulis berharap agar karya ini dapat menjadi masukan yang baik bagi
pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 27 Agustus 2014

Penulis

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... .vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................. 9
C. TUJUAN PENELITIAN .................................................................. 9
D. MANFAAT PENELITIAN ............................................................ 10
1. Teoritis ..................................................................................... 10
2. Praktis ....................................................................................... 10

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 11
A. STRES PADA REMAJA AKHIR ................................................. 11
B. COPING PADA REMAJA ............................................................ 14
1. Definisi ..................................................................................... 14
2. Dimensi Coping ....................................................................... 15
3. Faktor Yang Mempengaruhi Coping ....................................... 19
C. DUKUNGAN SOSIAL .................................................................. 20
1. Pengertian Dukungan Sosial .................................................... 20
2. Sumber Dukungan Sosial ......................................................... 24
D. PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL PADA COPING REMAJA
AKHIR ........................................................................................... 27
E. HIPOTESIS .................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 31
A. JENIS PENELITIAN .................................................................... 31
B. VARIABEL PENELITIAN ........................................................... 31
C. DEFINISI OPERASIONAL ......................................................... 31
1. Coping ..................................................................................... 31
2. Dukungan Sosial ..................................................................... 32
D. SUBJEK PENELITIAN ................................................................ 34
E. METODE PENGUMPULAN DATA ........................................... 34
F. ALAT PENGUMPULAN DATA ................................................. 35
1. Skala Coping ........................................................................... 35
2. Skala Dukungan Sosial ............................................................ 37

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ............................................ 39
1. Validitas Skala ......................................................................... 39
2. Seleksi Item ............................................................................. 39
3. Reliabilitas Skala ..................................................................... 42
H. METODE ANALISIS DATA ....................................................... 43
1. Uji Asumsi ............................................................................... 43
2. Uji Hipotesis ............................................................................ 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 46
A. PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................. 46
B. DESKRIPSI PENELITIAN ........................................................... 46
1. Deskripsi Subjek ...................................................................... 46
2. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 48
C. HASIL PENELITIAN .................................................................... 50
1. Peran Dukungan Sosial Orang Tua, Dukungan Sosial Teman
Sebaya dan Jenis Kelamin Terhadap Engagement Coping ...... 51
2. Peran Dukungan Sosial Orang Tua, Dukungan Sosial Teman
Sebaya dan Jenis Kelamin Pada Disengagement Coping ........ 53
D. PEMBAHASAN ............................................................................ 55
1. Peran Dukungan Sosial Orang Tua, Dukungan Sosial Teman
Sebaya dan Jenis Kelamin Terhadap Engagement Coping ...... 56
2. Peran Dukungan Sosial Orang Tua, Dukungan Sosial Teman
Sebaya dan Jenis Kelamin Terhadap Disengagement Coping . 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 61

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

A. KESIMPULAN .............................................................................. 61
B. KELEMAHAN PENELITIAN ...................................................... 62
C. SARAN .......................................................................................... 62
1. Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................................... 62
2. Bagi Remaja .............................................................................. 63
3. Bagi Orang Tua ........................................................................ 63
4. Bagi Institusi Pendidikan atau Guru ........................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64
LAMPIRAN ..................................................................................................... 69

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Item Skala Coping ................................................................ 36
Tabel 3.2 Blueprint Skala Coping Sebelum Seleksi Item ............................. 36
Tabel 3.3 Skor Item Favorabel dan Item Unfavorabel Skala Dukungan Sosial
........................................................................................................ 38
Tabel 3.4 Blueprint Skala Dukungan Sosial Sebelum Seleksi Item .............. 38
Tabel 3.5 Blueprint Skala Coping Setelah Seleksi Item ............................... 40
Tabel 3.6 Blueprint Skala Dukungan Sosial Setelah Seleksi Item ................ 42
Tabel 4.1 Tabel Jenis Kelamin dan Usia Subjek Penelitian .......................... 47
Tabel 4.2. Tabel Deskripsi Tempat Tinggal Subjek ....................................... 47
Tabel 4.3 Tabel Deskripsi Sumber Tekanan Paling Tinggi .......................... 47
Tabel 4.4 Tabel Deskripsi Hasil Penelitian ................................................... 48
Tabel 4.5 Tabel Korelasi Antar Variabel Bebas dan Variabel Terikat ......... 49
Tabel 4.6 Tabel One Sample Kolmogro-Smirnov Test Data Engagement coping
...................................................................................................... 114
Tabel 4.7 Koefisien Uji Multikolonieritas Engagement coping SebagaiVariabel
Terikat ......................................................................................... 114
Tabel 4.8 Tabel Anova Engagement coping .................................................. 51
Tabel 4.9 Tabel Koefisien Uji Regresi Dukungan Sosial Orang Tua, Dukungan
SosialTeman dan Jenis Kelamin Terhadap Engagement coping .. 52
Tabel 4.10

Tabel One Sample Kolmogro-Smirnov Test Data Disengagement
coping ........................................................................................ 116

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tabel 4.11

Koefisien Uji Multikolonieritas Disengagement coping Sebagai
Variabel Terikat ........................................................................ 116

Tabel 4.12

Tabel Anova Disengagement coping ........................................ 54

Tabel 4.13

Tabel Koefisien Uji Regresi Dukungan Sosial Orang Tua, Dukungan
Sosial Teman dan Jenis KelaminTerhadap Disengagement coping
..................................................................................................... 55

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1

Grafik Normal P-P Plots Of Regression Standardized Residual
Data Dukungan Sosial Orangtua dan Dukungan Sosial Teman
Terhadap Engagement coping ................................................ 113

Grafik 4.2

Grafik Uji Outlier Sebaran Data Engagement coping ............ 113

Grafik 4.3

Scatterplot Uji Heteroskedasitas Engagement coping Dengan
Dukungan Sosial Orangtua dan Dukungan Sosial Teman ..... 114

Grafik 4.4

Grafik Normal P-P Plots Of Regression Standardized Residual
Data Dukungan Sosial Orangtua dan Dukungan Sosial Teman
Terhadap Disengagement coping .......................................... 115

Grafik 4.5

Grafik Uji Outlier Sebaran Data Disengagement coping ....... 115

Grafik 4.6

Scatterplot

Uji

Heteroskedasitas

Disengagement

coping

Dengan Dukungan Sosial Orangtua dan Dukungan Sosial
Teman ..................................................................................... 116

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: SKALA TRY OUT ............................................................... 70
LAMPIRAN B: UJI RELIABILITAS ............................................................. 91
LAMPIRAN C: SKALA PENELITIAN ......................................................... 98
LAMPIRAN D: HASIL UJI ASUMSI .......................................................... 113
LAMPIRAN E: HASIL ANALISIS REGRESI ............................................. 117

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan tahap peralihan dari fase kanak-kanak
menuju fase dewasa, yang sering disebut fase ‘badai dan stres’. Pada masa
remaja, individu mengalami banyak perubahan yang berpotensi mengancam
atau menantang pengalaman sosialnya. Kondisi tersebut terus berlangsung
dan meningkat hingga usia remaja akhir (Zimmer-Gembeck & Skinner,
2008). Berbagai perubahan kondisi pada masa remaja membuat remaja
merasa tertekan, sehingga mengalami stres (Geldard, 2010).
Stres merupakan kondisi dimana terdapat tuntutan dari luar maupun
dalam diri yang membebani dan melebihi kemampuan atau sumber daya
yang dimiliki individu (Lazarus & Folkman, 1984). Remaja mengalami
peningkatan stres pada masa remaja akhir, namun tidak diimbangi dengan
kemampuan untuk menanganinya. Ketika menghadapi perubahan kondisi,
remaja akhir cenderung ragu terhadap kemampuan dirinya. Oleh karena itu,
remaja akhir cenderung menghindar dari sumber stres (Soesilowindradini,
1996).
Survei yang dilakukan oleh American Psychological Association pada
tahun 2010 menunjukkan bahwa stres remaja pada umumnya terkait
masalah kesehatan diri, masalah akademis, masalah dengan orang tua dan
dengan teman sebaya. Dalam penelitian skala stres pada mahasiswa di Cina,
1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

Li dan Boey (dalam Gilson, et al, 2009) menemukan bahwa penyebab stres
pada remaja antara lain terkait pengalaman hidup yang buruk, masalah
pribadi dan terutama berasal dari masalah akademis. Seorang mahasiswa
jurusan Ilmu Komputer meninggalkan rumah orang tuanya karena merasa
malu telah gagal dalam ujian, setelah meninggalkan pesan bagi kedua orang
tuanya pemuda tersebut tidak pernah kembali ke rumah. Menurut sang ibu,
kegagalan dalam ujian membuatnya sangat tertekan hingga merasa malu dan
pergi dari rumah (Okezone.com, Agustus 2014).
Hal-hal yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa peningkatan
tuntutan akademis menimbulkan tingginya harapan untuk berprestasi,
sehingga meningkatkan stres. Semakin berat serta rumitnya tugas-tugas
kuliah dibandingkan ketika SMA menimbulkan tekanan bagi remaja akhir.
Dengan demikian, diketahui bahwa remaja akhir cenderung menghindar dari
stres, khususnya akibat tuntutan akademis.
Stres yang dialami individu, termasuk remaja, dapat bersifat positif
(eustress) ataupun negatif (distress). Penelitian Heiman dan Kariv (dalam
Safaria, 2006) mengenai stres pada remaja, menemukan bahwa eustress
terjadi ketika remaja mampu mengelola stres sebagai tantangan serta
motivasi untuk berkembang lebih baik. Sementara distress terjadi ketika
remaja tidak memiliki kemampuan yang adekuat untuk mengatasi dan
mengendalikan stres, sehingga berakumulasi tanpa pengelolaan atau
penanganan yang tepat. Distress pada remaja dapat berakibat negatif, seperti
kesulitan konsentrasi, munculnya perasaan cemas, daya tahan tubuh yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

menurun serta perilaku beresiko seperti penyalahgunaan obat dan alkohol.
Dampak buruk tersebut dapat diminalisir dengan upaya penanganan stres
yang tepat. Terkait dengan hal itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
coping stres pada remaja karena penggunaan coping yang tepat dapat
mengurangi resiko dari distress (Zimmer-Gembeck & Skinner, 2008).
Berbagai permasalahan sebagai sumber stres negatif (distress) pada
remaja memunculkan respon bervariasi, yang bersifat negatif maupun
positif. Respon yang ditunjukkan oleh remaja dipengaruhi oleh penilaian
subjektifnya, sebagai evaluasi dari dampak potensial atau ancaman terhadap
dirinya (Lazarus, dalam Zimmer-Gembeck & Skinner, 2008). ZimmerGembeck dan Skinner (2008) menyatakan bahwa jika remaja memandang
masalah secara negatif, maka respon perilakunya akan bersifat negatif dan
berpengaruh buruk pada kesehatan mental. Sebaliknya, jika remaja dapat
memahami dan menerima suatu masalah dengan pandangan positif, maka
remaja akan menunjukkan respon perilaku adaptif dalam bentuk pengaturan
diri dan cara mengatasi masalah yang tepat.
Upaya yang dilakukan dalam rangka merespon dan menghadapi stres
disebut dengan istilah coping. Compas, et al. (2001) mendefinisikan coping
remaja sebagai usaha kesadaran yang dikehendaki untuk mengatur emosi,
pikiran, perilaku, fisiologi dan merespon keadaan yang menyebabkan stres.
Sementara

itu,

peneliti-peneliti

coping

pada

remaja

sering

kali

menggunakan model coping individu dewasa tanpa mempertimbangkan
keberagaman respon yang dilakukan oleh remaja (Connor-Smith, J. K.,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

Compas, B. E., Wadsworth, M. E., Thomsen, A. H., dan Saltzman, H.,
2000). Compas, dkk. (2001) mengembangkan sebuah pembedaan coping
yang lebih luas dan dengan batasan spesifik pada masing-masing aspeknya.
Pembedaan ini meliputi dua dimensi coping, yaitu engagement coping dan
disengagement coping. Engagement coping diartikan sebagai usaha-usaha
yang dilakukan untuk menghadapi stres, sedangkan disengagement coping
diartikan sebagai upaya menghindari stres.
Engagement coping terbagi menjadi dua, yaitu primary control (usaha
mengubah situasi atau sebuah emosi) dan secondary control (usaha adaptasi
terhadap situasi). Individu yang menggunakan engagement coping
diprediksi memiliki penyesuaian yang lebih baik dalam menghadapi stres.
Dalam kondisi stres, remaja yang dapat memahami masalah, mengatur
emosi, memiliki pikiran positif atau melakukan upaya pemecahan seperti
mencari dukungan sosial, menunjukkan gejala engagement coping.
Sedangkan remaja yang sering menunda atau tidak berupaya menyelesaikan
masalahnya

menunjukkan

gejala

disengagement

coping,

sehingga

cenderung memiliki distress yang tinggi.
Penggunaan coping pada masa remaja berbeda dari masa kanak-kanak
hingga dewasa, karena pengaruh dari faktor biologis dan sosial. Faktor
biologis meliputi keadaan fisik, kecerdasan, dan kepribadian, sedangkan
faktor sosial mencakup karakteristik situasional dan kondisi lingkungan
(dukungan sosial). Pada masa remaja, keadaan fisik remaja mengalami
perubahan akibat pubertas dan perubahan struktur otak. Penelitian terbaru

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

yang dilakukan oleh Siswanto (2013) menunjukkan bahwa pengaruh
kepribadian pada engagement-disengagement coping cenderung kecil.
Faktor sosial turut mempengaruhi penggunaan coping pada remaja.
Sebab masa remaja merupakan periode transisi dari ketergantungan terhadap
orang tua menuju kemandirian serta periode untuk mengembangkan relasi
sosial (Spear dalam Zimmer-Gembeck & Skinner 2008). Pada periode
transisi menuju kemandirian, remaja cenderung meragukan kemampuannya
untuk menghadapi stres seorang diri. Hal tersebut membuat remaja lebih
berorientasi pada teman atau kelompok bermainnya, dengan tujuan untuk
memperkuat relasi dan memperoleh dukungan sosial dalam menghadapi
permasalahan sehari-hari. Dukungan sosial diartikan sebagai bentuk
kenyamanan, kepedulian, penghargaan dan bantuan yang diterima seseorang
dari orang lain atau kelompok (Sarafino, 2008).
Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dukungan sosial
memiliki pengaruh terhadap coping pada remaja (Dwyer & Cummings,
2001; DeLongis & Holtzman, 2005 ; Gan, & Zhonghua, 2010). Penelitian
Gan dan Zhonghua (2010) menemukan bahwa dukungan sosial sebagai
salah satu sumber coping dapat memfasilitasi penggunaan engagement
coping yang merupakan strategi coping adaptif, dan diasosiasikan memiliki
distress yang rendah. Sementara itu, individu yang tidak mendapatkan
dukungan sosial atau menerima dukungan sosial yang tidak memuaskan
akan mengembangkan strategi coping yang maladaptif, seperti penghindaran
dan penyangkalan terhadap stres. Dukungan sosial yang tidak memuaskan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

bisa terjadi ketika individu berada dalam interaksi sosial yang negatif.
DeLongis dan Holtzman (2005) menyatakan bahwa penerimaan respon
negatif dari anggota jaringan sosial memiliki dampak pada pengurangan
keinginan untuk melakukan coping, pengurangan usaha untuk melakukan
coping dan pengurangan efektivitas strategi coping.
Sarafino (2008) menyatakan bahwa individu cenderung menerima
dukungan sosial yang lebih ketika menghadapi tekanan. Penerimaan
dukungan sosial tersebut ditentukan oleh kemampuan individu untuk
mengembangkan relasi dengan orang-orang di sekitarnya. Studi literatur
yang dilakukan oleh Thoits (1995) mengenai stres, coping dan dukungan
sosial, mendukung hal tersebut dengan menjelaskan bahwa struktur
dukungan sosial terkait dengan relasi atau peran sosial individu yang
menggambarkan hubungan individu dengan individu lain.
Orang tua dan teman sebaya atau kelompok bermain memiliki relasi
dan peran paling besar dalam memberikan dukungan sosial pada remaja
(American Psychological Association, 2002). Dukungan dari orang tua
diharapkan dapat memberi penjelasan akan aturan dan norma, persuasi
terhadap suatu hal, serta menjadi sarana untuk mendengarkan dan
mendiskusikan masalah yang dihadapi. Sementara dukungan dari teman
sebaya atau kelompok bermain berperan penting dalam pembentukan
identitas yang membedakannya dari orang tua, pengembangan nilai moral
dan norma, serta berfungsi sebagai sumber informasi di luar keluarga dan
diri sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dukungan sosial dari

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

orang tua cenderung mengarahkan pada penyelesaian masalah, sedangkan
dukungan sosial dari teman sebaya cenderung memberikan rasa aman dan
nyaman di luar keluarga.
Penelitian mengenai peran dukungan sosial pada remaja di Indonesia
menemukan bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan sebesar 46,2%
terhadap motivasi berprestasi bagi siswa SMA (Sepfitri, 2011). Secara lebih
khusus, penelitian Anggoro (2011) menunjukkan bahwa siswa SMA kelas
akselerasi yang memperoleh dukungan sosial dari orang tua cenderung
memiliki stres akademis yang rendah. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa remaja yang memiliki dukungan sosial dari orang tua tinggi,
cenderung mampu menghadapi stres akademis.
Beberapa penelitian lain juga menemukan adanya pengaruh dukungan
sosial teman sebaya terhadap coping remaja. Salah satunya adalah penelitian
Dwyer dan Cummings (2001), yang menyatakan bahwa dukungan sosial
teman sebaya berpengaruh secara positif terhadap emotion-focused coping.
Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki dukungan sosial teman
sebaya cenderung melakukan emotion-focused coping. Emotion-focused
coping merupakan upaya pengaturan emosi yang dilakukan individu dalam
rangka merespon kondisi stres. Upaya pengaturan emosi merupakan salah
satu aspek dari primary control yang termasuk dalam engagement coping.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa remaja yang memiliki dukungan
sosial teman sebaya cenderung melakukan engagement coping.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

Hal-hal di atas menunjukkan bahwa ketersediaan dukungan sosial
orang tua dan dukungan sosial teman sebaya, memberikan dorongan pada
penyelesaian masalah serta rasa aman ketika menghadapi stres, sehingga
mengarahkan remaja pada engagement coping. Sementara itu, diketahui
juga bahwa dukungan sosial yang tidak memuaskan, baik yang berasal dari
orang tua maupun teman sebaya, dapat mengarahkan remaja pada perilaku
maladaptif seperti disengagement coping (DeLongis & Holtzman, 2005).
Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk mengembangkan dukungan
sosial baik dari orang tua maupun teman sebaya, agar dapat meningkatkan
engagement coping dan menurunkan disengagement coping.
Remaja akhir memiliki kecenderungan untuk melakukan coping
maladaptif (disengagement coping) karena ragu akan kemampuannya. Akan
tetapi

remaja diharapkan mampu mengembangkan

coping

adaptif

(engagement coping) agar dapat meminimalisir dampak buruk dari stres.
Oleh sebab itu, remaja membutuhkan dukungan sosial. Orang tua sebagai
sumber dukungan sosial dianggap memiliki daya atau kapasitas yang lebih
dibandingkan teman sebaya. Hal tersebut memunculkan dugaan bahwa
dukungan dari orang tua lebih berperan dalam meningkatkan coping adaptif
dan mengurangi coping maladaptif daripada dukungan dari teman sebaya.
Terkait dengan hal itu, belum ada penelitian yang membuktikan perbedaan
peran dukungan sosial pada coping remaja. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk meneliti peran dukungan sosial orang tua dan teman sebaya terhadap
engagement-disengagement coping pada remaja akhir.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dukungan
sosial, yang dibagi menjadi dukungan sosial orang tua dan teman sebaya.
Masing-masing dukungan sosial terdiri dari dimensi yang sama, yaitu
dukungan informasi, emosional, instrumental, dan penghargaan (Sarafino,
2008). Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah coping yang terbagi dalam dua dimensi, yaitu engagement coping
dan disengagement coping yang dirumuskan oleh Compass (2001). Peneliti
menilai

bahwa

kedua

dimensi

coping

tersebut

telah

mampu

mengkategorikan variasi respon terhadap stres berdasarkan batasan yang
dimiliki pada masing-masing aspek secara jelas, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih antara dimensi satu dengan yang lainnya.

B.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah
pada penelitian ini adalah bagaimana peran dukungan sosial orang tua dan
dukungan sosial teman sebaya terhadap penggunaan engagementdisengagement coping pada remaja akhir.

C.

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan sosial
orang tua dan dukungan sosial teman sebaya terhadap penggunaan
engagement-disengagement coping pada remaja akhir.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

D.

MANFAAT PENELITIAN
1.

Manfaat Teoretis
Penelitian ini mengeksplorasi penelitian sebelumnya mengenai
dukungan sosial sehingga dapat memperjelas peran dari dukungan
sosial orang tua dan dukungan sosial teman sebaya terhadap coping
remaja.

2.

Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman tentang
peran dukungan sosial sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
penggunaan coping remaja. Dari penelitian ini, remaja dapat
menyadari dukungan sosial yang tepat untuk mengembangkan coping
adaptif (engagement coping) dan mengurangi coping maladaptif
(disengagement coping).
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
kepada pendamping (orang tua dan guru) mengenai pengaruh
dukungan sosial terhadap coping remaja. Dari penelitian ini, orang tua
dan guru dapat memberikan dukungan sosial yang sesuai untuk
membantu remaja melakukan coping adaptif (engagement coping),
serta menjauhkan remaja dari coping maladaptif (disengagement
coping).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A.

STRES PADA REMAJA AKHIR
Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa, yang sering disebut fase ‘badai dan stres’. Stres pada
remaja didefinisikan sebagai respon terhadap kejadian yang memicu stres,
yang mengancam dan menuntut kemampuan individu untuk menanganinya.
Pada masa remaja, individu berpeluang mengalami stres lebih besar
dibandingkan masa perkembangan manusia lainnya, karena terjadi banyak
perubahan dari segi fisik, emosi, kognitif maupun sosial yang berlangsung
sejak awal hingga akhir masa remaja (Santrock, 2003).
Stres pada remaja dimulai sejak masa remaja awal yang berkisar di
usia 10-13 tahun, dan berlangsung hingga masa remaja akhir yang berkisar
di usia 18-21 tahun (Santrock, 2007). Pada masa remaja awal, individu
mengalami stres akibat perubahan kondisi biologis yang ditandai dengan
pubertas. Sementara pada masa remaja akhir, individu mengalami
peningkatan kondisi stres akibat perubahan kondisi sosial, seperti tinggal
jauh dari orang tua, berorientasi pada keberhasilan pendidikan dan karir
pekerjaan, serta membangun relasi yang intim dengan pasangan atau
kekasih (Zimmer-Gembeck dan Skinner, 2008). Dengan demikian, stres
pada remaja awal cenderung disebabkan oleh perubahan biologis,
sedangkan pada remaja akhir cenderung disebabkan oleh perubahan sosial.
11

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

Peningkatan kondisi stres pada remaja akhir diikuti dengan kestabilan
dalam menentukan apa yang baik untuk dirinya, kematangan dalam
menghadapi suatu permasalahan, ketenangan emosi serta cenderung lebih
realistis. Akan tetapi remaja akhir juga memiliki karakteristik cemas karena
ragu-ragu akan kemampuan dirinya (Soesilowindradini, dalam Marettha,
2013). Oleh karena itu, ketika mengalami stres, remaja akhir cenderung
menghindar

dari

sumber

stres

karena

tidak

ingin

menunjukkan

ketidakmampuannya dalam menangani stres.
Ketika remaja tidak memiliki kemampuan yang adekuat untuk
mengatasi dan mengendalikan stres, hal itu berakumulasi sehingga terjadi
distress. Distress pada remaja dapat berakibat negatif, seperti kesulitan
konsentrasi, gangguan kecemasan, daya tahan tubuh yang menurun serta
perilaku beresiko seperti penyalahgunaan obat dan alkohol (Heiman dan
Kariv, dalam Safaria, 2006). Dengan demikian, ketidakmampuan remaja
untuk menangani stres berdampak buruk pada kesehatan fisik maupun
kesehatan psikologis.
Kondisi stres pada remaja akhir pada umumnya bersumber dari
masalah akademis. Heiman dan Kariv (dalam Safaria, 2006) menjelaskan
bahwa stres remaja akhir berasal dari tuntutan eksternal seperti tugas-tugas
kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya dan
penyesuaian sosial di lingkungan kampus, serta tuntutan internal yang
berupa keinginan untuk memperoleh nilai yang memuaskan, merasa bangga
atas kelulusan dan mendapat pengakuan atas prestasi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

Hasil penelitian Crystal, dkk. (dalam Hashim, 2007) turut menjelaskan
bahwa stres remaja berasal dari faktor eksternal dan internal. Terkait faktor
eksternal, ditemukan bahwa orang tua dari pelajar di Asia memiliki harapan
yang tinggi terhadap prestasi akademik remaja. Akan tetapi, orang tua dari
pelajar di Asia cenderung memiliki kepuasan yang rendah terhadap prestasi
akademik remaja. Sementara pada faktor internal, ditemukan bahwa remaja
memiliki kesulitan untuk memahami pelajaran. Hal tersebut menunjukkan
bahwa stres remaja dipengaruhi oleh tekanan dari orang tua dan kemampuan
kognitif, terkait masalah akademik.
Ketika remaja akhir melakukan aktivitas akademiknya dengan intens,
berdedikasi dan berkomitmen, seringkali mereka bekerja terlalu banyak dan
terlalu lama. Hal ini menimbulkan burn out, dimana individu merasa tidak
berdaya dan tidak memiliki harapan karena stres akibat pekerjaan berat.
McCarthy, Pretty, and Catano (1990), menjelaskan bahwa burn out
mengakibatkan remaja mengalami kejenuhan emosional, kecenderungan
berkurangnya keaktifan fisik dan emosional, serta rendahnya rasa keinginan
untuk sukses. Hal tersebut kemudian dapat memicu keengganan untuk hadir
di kelas, rendahnya motivasi belajar, hingga tingginya angka drop-out.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja akhir
merupakan masa yang paling rentan terhadap stres. Pada masa ini terjadi
peningkatan stres yang tidak diimbangi dengan kemampuan untuk
menanganinya sehingga berpotensi menimbulkan distress. Munculnya
distress pada remaja akhir banyak dikaitkan dengan tuntutan-tuntutan di

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

bidang akademis. Remaja seringkali mengalami burn out, karena jenuh
terhadap intensitas aktivitas akademisnya. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan motivasi belajar dan penundaan pelaksanaan tugas-tugas
akademik. Oleh karena itu penting bagi remaja untuk meningkatkan
kemampuan dalam menangani stres agar terhindar dari dampak negatifnya.
Upaya yang dilakukan remaja dalam menangani stres dan meminimalisir
dampak negatifnya disebut juga dengan coping.

B.

COPING PADA REMAJA
1. Definisi
Compas, dkk. (2001), mendefinisikan coping remaja sebagai usaha
kesadaran yang dikehendaki untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku,
fisiologi dan merespon keadaan yang menyebabkan stres. Proses
pengaturan tersebut didasarkan pada perkembangan biologis, kognitif,
sosial dan emosi di masa remaja. Coping meliputi strategi regulasi emosi,
proses berpikir dan berperilaku. Penggunaan coping ditentukan oleh
respon psikologis individu terhadap stres, penilaian terhadap suatu
peristiwa, hal yang menjadi fokus atau perhatian, serta tujuan atau hasil
yang diharapkan individu (Zimmer-Gembeck dan Skinner, 2008).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa coping merupakan rangkaian
usaha yang dilakukan sebagai respon terhadap stres, yang melibatkan
aspek afektif, kognitif dan konatif.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

2. Dimensi Coping
Compas, dkk. (2001) menyatakan bahwa variasi coping yang
dilakukan remaja sangat luas. Coping remaja meliputi upaya pemecahan
masalah,

pencarian

pemahaman,

informasi,

mengekspresikan

restrukturisasi
emosi,

kognitif,

melakukan

mencari

aktivitas

fisik,

melakukan penerimaan, distraksi, mengambil jarak dan menjauh dari
masalah, mengkritik diri, menyalahkan orang lain, berpikir imajinatif,
bercanda, menekan suatu emosi, menarik diri dari lingkungan,
menyangkal, mencari dukungan sosial, meningkatkan religiusitas, serta
mengkonsumsi alcohol maupun obat-obatan terlarang.
Connor-Smith, dkk. (2000) menyatakan bahwa peneliti coping pada
remaja sering kali menggunakan model coping individu dewasa tanpa
mempertimbangkan keberagaman respon yang terdapat pada masa
remaja, sehingga respon coping sering mengalami tumpang tindih antara
dimensi satu dengan dimensi yang lain. Setelah meninjau ulang
keragaman respon coping pada remaja, Compas dan rekan-rekannya
(2001) menyusun kembali dimensi coping dan respon remaja menjadi
model yang koheren, yaitu engagement coping dan disengagement
coping.
Engagement dan disengagement coping menekankan pada arah atau
orientasi coping terhadap sumber stres (stresor). Compas, dkk. (2001)
menjelaskan bahwa engagement coping meliputi respon terhadap stres
yang berorientasi mendekati sumber stres atau pada emosi atau

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

pemikirian individu, seperti upaya pemecahan masalah atau mencari
dukungan social. Sedangkan disengagement coping mengarah pada
respon yang menjauhi stresor maupun emosi atau pemikiran individu,
seperti penarikan diri atau penyangkalan terhadap stres.
Berikut penjelasan mengenai kedua bentuk coping tersebut :
1. Engagement coping
Engagement

coping

adalah

coping

yang

bertujuan

untuk

menghadapi stres yang bersifat negatif atau distres. Individu yang
menggunakan engagement coping diprediksi memiliki penyesuaian
diri yang lebih baik dalam menghadapi stres (Connor-Smith dan
Compas, 2004). Berdasarkan tujuannya, coping ini terdiri dari dua
faktor, yaitu primary control coping dan secondary control coping.
i.

Primary control
Primary control coping merupakan usaha untuk mengubah
secara langsung situasi yang menekan atau sumber stres.
Primary control coping bertujuan untuk mengubah kondisi
objektif dengan mengatur situasi atau respon emosional yang
terkait dengan sumber stres.
Kategori-kategori spesifik dalam primary control engagement
coping, antara lain :
a. Problem solving, yaitu usaha-usaha aktif individu untuk
memecahkan

sumber

stres,

melalui

perencanaan,

kemungkinan solusi yang mungkin terjadi, analisa logis dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

pilihan-pilihan

evaluasi,

penerapan

solusi

dan

pengorganisasian tugas. Individu yang meminta bantuan
orang lain untuk menyelesaikan masalahnya termasuk juga
dalam kategori ini.
b. Emotion regulation, yaitu usaha aktif untuk mengurangi
emosi negatif dengan melakukan strategi kontrol terhadap
diri, seperti relaksasi atau olahraga, dan mengatur ekspresi
emosi

untuk

meyakinkan

bahwa

perasaan

dapat

diekspresikan pada waktu yang tepat dalam cara yang
konstruktif.
ii.

Secondary control
Secondary control engagement coping merupakan usaha
untuk menyesuaikan diri pada situasi yang menekan atau
kondisi stres. Secondary control engagement coping meliputi
strategi-strategi yang menekankan pada adaptasi terhadap stres.
Kategori-kategori

spesifik

dalam

secondary

control

engagement coping, antara lain:
a. Distraction,

yaitu

upaya

pengambilan

waktu

untuk

beristirahat atau mencari pengalihan dari situasi yang
menekan (kondisi stres) dengan melakukan kegiatan yang
menyenangkan. Distraction tidak termasuk usaha untuk
menyangkal

atau

menghindari

masalah,

melainkan

mengatasi situasi yang menekan dengan melakukan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

aktivitas menyenangkan, seperti melakukan hobi dengan
berolahraga, nonton televisi, bertemu dengan teman ataupun
membaca
b. Acceptance, yaitu usaha individu untuk mempelajari,
memahami atau menerima dan menyesuaikan diri dengan
hal-hal yang berkaitan dengan sumber stres.
c. Cognitive restructuring, dilakukan dengan melihat sisi
positif, mengidentifikasi keuntungan dari timbulnya stres
dan menemukan sisi lain yang bersifat humorous pada
sumber stres. Strategi yang dapat dilakukan antara lain,
berfokus pada hal positif, berpikir positif, optimis dan
meminimalisir distres atau konsekuensi negatif dari stres.

2. Disengagement coping
Disengagement coping adalah coping yang bertujuan untuk
menghindar

dari

stres

yang

bersifat

negatif

atau

distres.

Disengagement coping seringkali berfokus pada emosi, karena coping
tersebut melibatkan upaya untuk menghindar dari perasaan stres. Pada
umumnya diketahui bahwa disengagement coping merupakan model
coping yang tidak efektif dalam mengurangi tekanan untuk jangka
panjang. Model ini dapat meningkatkan gangguan pikiran tentang
sumber stres dan meningkatkan suasana hati negatif serta kecemasan.
Kategori spesifik dalam disengagement coping, antara lain :

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

a. Avoidance atau penghindaran, yaitu usaha individu untuk
menghindar dari masalah, pikiran-pikiran pada masalah
tersebut dan emosi yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Coping ini cenderung menciptakan masalah baru bagi
individu.
b. Denial atau penyangkalan, yaitu usaha-usaha aktif untuk
menyangkan atau melupakan masalah, meniadakan masalah
dan menyembunyikan respon emosional dari diri sendiri
atau orang lain. Denial akan menciptakan batas di antara
realitas dan pengalaman individu, sehingga menjauhkan
individu dari sumber stres.
c. Wishful thinking atau berfantasi adalah keadaan individu
ketika berharap dapat diselamatkan secara magic dari situasi
atau harapan agar situasi tersebut hilang. Selain itu, individu
cenderung berfantasi tentang hasil yang tidak mungkin dan
individu berharap situasinya akan berbeda secara radikal.

3. Faktor yang mempengaruhi Coping
Coping pada remaja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
yang meliputi kemampuan kognitif dan kepribadian, serta faktor
eksternal yang meliputi karakteristik situasional dan kondisi lingkungan
atau dukungan sosial (Parker, dalam Kertamuda & Herdiansyah, 2009).
Kemampuan kognitif yang dimiliki remaja akhir telah memasuki tahap

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

perkembangan paling tinggi, yaitu operasi formal, dimana individu
memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan pengalaman

serta

mempertimbangkan dampak dari suatu respon terhadap stres. Oleh sebab
itu, berdasarkan kemampuan kognitif, remaja akhir telah mampu
merencanakan perilaku sebagai respon adaptif. Sementara pada faktor
kepribadian,

penelitian

terbaru

menunjukkan

bahwa

pengaruh

kepribadian pada engagement-disengagement coping cenderung kecil
(Siswanto, 2013).
Faktor karakteristik situasional atau kondisi sosial memiliki pengaruh
yang cukup besar dalam penggunaan coping pada remaja. Berdasarkan
tahap perkembangan, masa remaja merupakan periode transisi dari
ketergantungan terhadap orang tua menuju kemandirian serta periode
untuk mengembangkan relasi sosial. Hal tersebut membuat remaja lebih
berorientasi pada teman atau kelompok bermainnya, dengan tujuan untuk
memperkuat relasi dan memperoleh dukungan sosial dalam menghadapi
permasalahan sehari-hari. Dukungan sosial diartikan sebagai bentuk
kenyamanan, kepedulian, penghargaan dan bantuan yang diterima
seseorang dari orang lain atau kelompok (Sarafino, 2008).

C.

DUKUNGAN SOSIAL
1.

Pengertian Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (2008), dukungan sosial merupakan bentuk
kenyamanan, kepedulian, penghargaan dan bantuan yang diterima

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN