Bilangan Kompleks Anwar Mutaqin

  

Bilangan Kompleks

Anwar Mutaqin

Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA

DAFTAR ISI

  1 BILANGAN KOMPLEKS 1 1.1 Eksistensi Bilangan Kompleks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  1 1.2 Operasi Aritmatika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  3 1.3 Sifat Aljabar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  4 1.4 Kojugate dan Modulus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  5 1.5 Bentuk Polar dan Rumus Euler . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  8 1.6 Akar Bilangan Kompleks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  9 1.7 Eksponen dan Logaritma Natural . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  11 1.8 Pangkat Bilangan Kompleks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  13

  2 FUNGSI KOMPLEKS 14 2.1 Daerah pada Bidang Kompleks . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  14 2.2 De…nisi Fungsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  17 2.3 Limit Fungsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  20 2.4 Fungsi Kontinu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  23

  3 FUNGSI ANALITIK 24 3.1 Turunan Fungsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  24 3.2 Persamaan Cauchy-Riemann . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  26 3.3 Fungsi Analitik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  28 i

BAB 1 BILANGAN KOMPLEKS

  1.1 Eksistensi Bilangan Kompleks Perhatikan persamaan kuadrat berikut

  2

  x + 1 = 0! Persamaan kuadrat tersebut tidak memiliki solusi bilangan real. Dalam hal ini p p solusinya adalah x =

  1. Jelas 1 bukan bilangan real karena tidak ada bilangan real yang kuadratnya sama dengan

  1. Serupa dengan hal tersebut,

  2

  persamaan kuadrat ax + bx + c = 0 dengan a 6= 0, tidak memiliki solusi bilangan

  2

  2

  real jika D = b 4ac < 1. Sebagai contoh x 2x + 5 = 0, dengan rumus abc seperti yang telah dipelajari sejak SMA, solusinya adalah p p

  2

  b b 4ac

  2

  16 x = =

  1;2

  2a

  2 Dalam hal ini, persamaan kuadrat tersebut tidak memiliki solusi dalam sistem bilangan real.

  Agar setiap persamaan kuadrat memiliki solusi, kita perlu memperluas sistem bilangan. Sistem bilangan yang dimaksud adalah sistem bilangan kompleks. Li- hat kembali solusi persamaan kuadrat di atas! Dalam solusi tersebut terdapat akar bilangan negatif (jelas, akar bilangan negatif bukan bilangan real). Setiap c bilangan yang bukan bilangan real disebut bilangan imajiner dengan notasi R

  (komplemen dari R). Anggota bilangan imajiner adalah semua akar bilangan real negatif bersama negatifnya. p

  Selanjutnya, untuk memudahkan dalam penulisan, dide…nisikan i =

  1. Jadi, p p p p p p p 16 = 16 1 = 4i. Dengan cara serupa, 20 = 2 5i, 27 = 3 3i, dan lain-lain. Dengan demikian, bilangan imajiner adalah bilangan yang dapat ditulis sebagai bi dengan 0 6= b 2 R.

  Selain bilangan real, kita telah memiliki jenis bilangan lain, yaitu bilangan ima- jiner. Gabungan bilangan real dan bilangan imajiner membentuk bilangan kom- pleks dengan notasi C. Himpunan bilangan kompleks ditulis

  C = fa + bi : a; b 2 Rg ; dengan a adalah bagian real dan b bagian imajiner. Hubungan antar himpunan bilangan dapat pada bagan 1 .

  1

  2 Himpunan

  Bilangan Kompleks Himpunan Himpunan Bilangan Real Bilangan Imajiner Himpunan Himpunan

  Bilangan Irasional Bilangan Rasional Himpunan Himpunan Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Himpunan Bilangan Himpunan

  Bulat Negatif Bilangan Cacah Himpunan Bilangan 0 Bilangan Asli

  Bagan 1 Bilangan kompleks dinyatakan dalam bentuk z = x + yi atau dapat dipandang

  2

  sebagai pasangan terurut (x; y) . Jika bilangan real dapat ditempatkan pada

2 R

  2

  garis lurus, maka bilangan kompleks ditempatkan pada bidang R atau dalam hal ini disebut bidang kompleks (lihat gra…k 2).

  Im z z(x,y)

  Re z

  Gra…k 2 Untuk selanjutnya, penyajian bilangan kompleks dalam bidang kompleks dapat

  2

  dipandang sebagai vektor di R (Lihat Gra…k 3). Hal ini mempermudah dalam interpretasi secara geometris.

  3 Im z

  z x yi = + y z

  θ Re z x

  Gra…k 3

  2 Lihat kembali persamaan kuadrat di atas, solusi x + 1 = 0 adalah

  f i; ig dan

  2

  solusi x 2x + 5 = 0 adalah 2i; 1 + 2i f1 g. Secara umum, kita selalu dapat mencari solusi persamaan polinom n n

  

1

1 z + a = 0

  • a n z + a n dengan a ; : : : ; a n n

2 C dan a 6= 0. Pernyataan tersebut dikenal sebagai Teorema Dasar Aljabar yang dibuktikan pertama kali oleh Gauss.

  

Soal-Soal

  1. Tentukan solusi dari persamaan kuadrat berikut:

  2

  a. x 4x + 8 = 0

  2

  b. x x + 7 = 0

  2. Ubahlah akar bilangan negatif berikut dalam bentuk yi dengan y bilangan real! p a.

  27 p b.

  12 p c.

  64

  3. Apakah bilangan imajiner memenuhi sifat lapangan? Jelaskan!

  1.2 Operasi Aritmatika Sebagaimana halnya pada sistem bilangan real, perlu dide…nisikan operasi arit- matika bilangan kompleks. Misalkan z = x + yi dan w = u + vi, penjumlahan dan pengurangan bilangan kompleks dide…nisikan sebagai z w = (x u) + (y v) i: Penjumlahan dua bilangan kompleks serupa dengan penjumlahan dua buah vek- tor. Secara gra…k

  4 Im z

  z + w w z

  Gra…k 4 Perkalian bilangan kompleks sebagai berikut z:w = (x + yi) : (u + vi)

  2

  = xu + xvi + yiu + yvi = xu + xvi + uyi + ( 1) yv = (xu yv) + (xv + uy) i:

  Pembagian dua buah bilangan kompleks seperti merasionalkan penyebut z x + yi u vi = w u + vi u vi

  (xu + yv) (xv uy) i =

  

2

  2

  u + v (xu + yv) ( xv + uy)

  = i: +

  2

  2

  2

  2

  u + v u + v Dalam bentuk pasangan terurut, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pem- bagian adalah berturut-turut z w = (x; y) (u; v)

  = (x u; y v) z:w = (x; y) : (u; v) = (xu yv; xv + uy) z (x; y) = w (u; v) xu + yv ( xv + uy)

  = ; :

  2

  2

  2

  2

  u + v u + v

  1.3 Sifat Aljabar Dengan de…nisi operasi aritmatika seperti di atas, bilangan kompleks membentuk lapangan (Field). Sifat Lapangan bilangan kompleks adalah sebagai berikut:

  5 Teorema 1.1 (Sifat Lapangan Bilangan Kompleks) Misalkan z

  1 ; z 2 ; dan z

  3

2 C, maka

  1. z + z

  1

  2

2 C

  2. z + z = z + z

  1

  2

  2

  1

  3. (z + z ) + z = z + (z + z )

  1

  2

  3

  1

  2

  3

  4. Terdapat 0 2 C sehingga z + 0 = z untuk setiap z 2 C.

  5. Untuk setiap z

  2 C terdapat z sehingga z + ( z) = 0 6. z :z

  1

  2

2 C

  7. z :z = z :z

  1

  2

  2

  1

  8. (z :z ) :z = z : (z :z )

  1

  2

  3

  1

  2

  3

9. Terdapat 1 2 C sehingga z:1 = z untuk setiap z 2 C.

  1

  1

  10. Untuk setiap 0 sehingga zz = 0 (dalam hal ini 6= z 2 C terdapat z

  1

  1

  z = ) z 11. z (z + z ) = z z + z z :

  1

  2

  3

  1

  2

  1

3 Bukti. diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

  Dalam bilangan kompleks tidak berlaku sifat urutan. Dua buah bilangan kom- pleks tidak dapat dibandingkan dengan tanda pertidaksamaan. Secara umum tanda pertidaksamaan (<; ; >; dan ) tidak memiliki arti. Sifat kelengkapan dide…nisikan dengan kekonvergenan bilangan Cauchy di bidang kompleks.

  

Soal-Soal

  Buktikan sifat lapangan bilangan kompleks!

  1.4 Kojugate dan Modulus Salah satu komponen yang penting dalam bilangan kompleks adalah konjugate (sekawan). Konjugate bilangan kompleks z = x+yi adalah z = x yi. Konjugate z tidak lain adalah pencerminan z terhadap sumbu Re z. Secara gra…k dapat dilihat sebagai berikut

  6 Im z

  z Re z z

  Gra…k 5 Beberapa sifat dasar tentang Konjugate adalah sebagai berikut z = z z z z w = z w , zw = zw, dan = w w z + z z z

  Re z = , dan Im z = 2 2i Pembaca dapat membuktikan sifat-sifat dasar tersebut sebagai latihan. Bilangan real z dalam C dapat dikenali dengan sifat z = z. Sebuah bilangan imajiner (murni) berarti Re z = 0, atau tepatnya z = z. p

  2

  2 Modulus

  x + y . Buku lain jzj dari z = x + yi dide…nisikan sebagai jzj = menggunakan istilah magnitude atau nilai mutlak. Sebagai contoh, j 3 + 4ij = 5. Jelaslah jzj memberikan arti panjang vektor yang berkorespondensi dengan z (lihat kembali gra…k 3). Secara umum, w jz j adalah jarak antara dua titik yang merepresentasikan z dan w di bidang. Sifat-sifat modulus terangkum dalam teorema berikut.

  Teorema 1.2 Misalkan z; w

2 C, maka

  2

  a. ; jzj = jzj dan zz = jzj z

  jzj

  b. = ; jzwj = jzj jwj dan w

  jwj c.

  jRe zj jzj dan jIm zj jzj ;

  d. w jz j jzj + jwj ; e. w jz j jjzj jwjj : Bukti. Hanya akan disajikan bukti untuk bagian b dan d, sisanya diserahkan kepada pembaca sebagai latihan. Berdasarkan bagian a dan sifat konjugate,

  2

  = (zw) (zw) = (zw) (zw) = (zz) (ww) jzwj

  2

  2

  = : jzj jwj

  7 Jadi jzwj = jzj jwj. Selanjutnya untuk bagian d (d dan e dikenal juga sebagai ketaksamaan segitiga)

  2

  = (z + w) (z + w) = (z + w) (z + w) jz + wj = zz + zw + zw + ww

  2

  2

  = + zw + zw + jzj jwj

  2

  2

  = + 2 Re (zw) + jzj jwj

  2

  2

  • 2 jzj jzj jwj + jwj

  

2

  = ( : jzj + jwj) Jadi, jz + wj jzj + jwj : Selanjutnya, w jz j = jz + ( w)j jzj + j wj = jzj + jwj.

  Perhatikan bahwa jika z 6= 0, maka z

  1

  z = :

  2

  jzj

1 Secara Khusus, z = z jika

  jzj = 1. Hal ini memberikan perbandingan secara

  1

  1

  gra…s antara z dan z. Gra…k berikut menunjukkan z dalam arah z dan

  1 memiliki modulus . jzj

  Im z z Re z

  1 1

  

z z z

  Gra…k 6

  

Soal-Soal

  1. Buktikan teorema 1.2!

  2. Gambarkan dalam gra…k secara vektor bilangan kompleks berikut! (a) 2i

  (b) 3 4i (c) 2 + i

  3. Tunjukkan dengan menggunakan sifat konjugat dan modulus!

  a. 4 3i =

  8

  1.5 Bentuk Polar dan Rumus Euler 6= 0 dapat ditulis dalam bentuk polar z = jzj (cos + i sin ) ; atau disingkat z = jzj cis ,dengan adalah bilangan real. Jika z = x + yi, kita dapat memilih sebarang yang memenuhi x y cos = dan sin = : jzj jzj

  Sebagai contoh 1 + i dapat ditulis dalam bentuk polar p 1 + i = 2 cos + i sin :

  4

  4 Contoh-contoh lain: p p 3 3i = 3 2 cos + i sin = 3 2 cos i sin

  4

  4

  4

  4 p

  2

  2 1 + 3i = 2 cos + i sin ;

  3

  3 dan lain-lain. Setiap bilangan real yang memenuhi z = jzj (cos + i sin ) disebut argumen. Secara geometris, (dalam radian) adalah besarnya sudut dari sumbu Re z positif dalam arah berlawanan jarum jam sampai dengan vektor (yang berkorepondensi dengan) z dalam bidang kompleks. Notasi arg z digunakan untuk menyatakan himpunan semua argumen z. Sedangkan Arg z menyatakan argumen utama z. Dalam buku ini digunakan argumen utama < Arg z (Beberapa buku menggunakan argumen utama 0 Arg z < 2 ).

  Contoh 1.1

  1 1. arg (1 + i) = + 2k : k .

2 Z , sedangkan Arg (1 + i) =

  4

  4

  p p

  11

  1

  2. arg 3 3 3i = + 2k : k 3 3i = .

  2 Z , sedangkan Arg 3

  6

  6 Dalam bentuk polar, perkalian bilangan kompleks tak nol menjadi lebih mudah.

  Misalkan z = jzj (cos + i sin ) dan w = jwj (cos + i sin ), maka zw = jzj (cos + i sin ) jwj (cos + i sin )

  = jzj jwj (cos + i sin ) (cos + i sin ) = sin sin ' + (cos sin ' + cos sin ') i] jzj jwj [cos cos ' = jzj jwj [cos ( + ) + i sin ( + )] :

  Jadi, zw adalah bilangan kompleks dengan modulus + sebagai jzj jwj dan salah satu argumennya.

  Selanjutnya pembagian bilangan kompleks menjadi z jzj (cos + i sin )

  = w jwj (cos + i sin ) jzj

  = [cos ( ) + i sin ( )] : jwj

  9

  2

  2 Sebagai implikasi dari perkalian bilangan kompleks, maka z = [cos (2 ) + i sin (2 )]. n jzj

  Bagaimana halnya dengan z untuk sebarang n bilangan bulat? Dengan meman- faatkan rumus de Moivre n (cos + i sin ) = cos (n ) + i sin (n ) untuk setiap bilangan real dan sebarang n bilangan bulat, maka dengan mudah kita dapatkan n n z = [cos (n ) + i sin (n )] jzj untuk sebarang n bilangan bulat.

  Selain bentuk polar, bilangan kompleks dapat ditulis dalam rumus Euler. Ingat kembali pada mata kuliah kalkulus ekspansi deret Taylor t n

  1

  1

  1

  2

  3

  e + t t + = 1 + t + + + t 2! 3! n!

  1

  1

  1

  3

  5

  7

  • sin t = t t t + t 3! 5! 7!

  1

  1

  1

  2

  4

  6

  • cos t = 1 t t t + 2! 4! 6! untuk sebarang bilangan real t. Jika kita substitusi t dengan i, maka akan kita dapatkan i

  1

  1

  1 n

  2

  3

  e + + = 1 + i + + + ( i) ( i) ( i) 2! 3! n!

  1

  1

  1

  1

  2

  3

  4

  5

  = 1 + i + i + i 2! 3! 4! 5!

  1

  1

  1

  1

  1

  2

  4

  3

  5

  7

  • = 1 + + i +

  2! 4! 3! 5! 7! = cos + i sin :

  Ini berarti i z = jzj (cos + i sin ) = jzj e 1 p 4 i dengan

  2e . jzj adalah modulus dari z dan = arg z. Sebagai contoh, 1 + i =

  Serupa dengan bentuk polar,

  ( + )i

  zw = jzj jwj e z jzj ( )i

  = e w n n i jwj n z = e : jzj

  1.6 Akar Bilangan Kompleks Sebagai akibat dari penyajian bilangan kompleks dalam bentuk polar/euler tidak tunggal, kita dapat mende…nisikan akar pangkat-n dari bilangan kompleks. Berbeda

  10 dengan bilangan real, akar pangkat-n bilangan kompleks tidak tunggal yaitu se- banyak n. Akar pangkat-n dari bilangan kompleks z adalah p

  • 2 k + 2 k p n n z = + i sin jzj cos n n atau dalam rumus Euler +2 k p p n n n i z = jzje dengan k = 0; 1 : : : ; n

  1. Secara geometris, akar pangkat-n dari z adalah him- p n punan n titik di sepanjang lingkaran dengan jari-jari jzj dan berpusat di (0; 0) dan membagi lingkaran tersebut menjadi n bagian yang sama. Berikut ini ilus- p 4 p trasi dari 8 + 8 3i

  y 1 2 3

  • 3 -2 -1
  • 1 2 3 -2 -13

  Gra…k 7 Akar pangkat-n bilangan kompleks yang diperoleh dari k = 0 disebut akar pangkat- p n n utama. Dalam buku ini, z berarti akar pangkat-n utama dari z, yaitu p

  Arg z Arg z p n n z = + i sin jzj cos n n atau dalam rumus Euler Arg z p p n n n i z = jzje dengan k = 0; 1 : : : ; n

  1. p 4 p

  Contoh. Hitunglah 8 + 8 3i!

  1

  1

  5

  5

  1

  1

  2

  2 Jawab. cos +i sin , 2 cos + i sin , 2 cos i sin , dan 2 cos i sin .

  3

  3

  6

  6

  6

  6

  3

  3

  p p p p Setelah dihitung, maka didapat 1 + i 3, 3 + 1, 3 i, dan 1 3i. p 3 Contoh. Hitung 27i! p p

  3

  3

  3

  3 Jawab. 3i,

  3 i, dan 3 i

  2

  2

  2

  2

  2 Contoh. Tentukan Solusi persamaan kuadrat z 3z + 3 + i = 0!

  Jawab. i f1 + i; 2 g.

  11

  1.7 Eksponen dan Logaritma Natural z

  2 C dan sifat-sifat yang diturunkannya. Kita tulis z = x + yi dan hasil dari ekspansi deret Taylor iy untuk e = cos y + i sin y. Salah satu sifat eksponen natural untuk bilangan real s s t

  • t

  adalah e = e e . Sifat ini kita anggap berlaku untuk bilangan kompleks yaitu, z x x yi

  • yi

  e = e = e e . Jadi, z x z e = e (cos y + i sin y) : Notasi lain untuk e adalah exp(z), khususnya jika e dipangkatkan dengan f (z),

  1 z

  seperti exp z 2 . Berikut ini beberapa contoh menghitung e : e = 1 i e = cos + i sin =

  1

  2+4i

  2

  e = e (cos 4 + i sin 4)

  1 i

  e = e (cos 1 i sin 1) : z Berdasarkan de…nisi, jelas e

  6= 0 untuk setiap z 2 C. Sifat-sifat lain yang diturunkan dari de…nisi adalah z z

  Re z , arg e = Im z.

  je j = e Lebih lanjut, berdasarkan hukum De Moivre didapat z nz n

  (e ) = e untuk setiap bilangan bulat n. Khususnya, z

  1 z

  (e ) = e : Seperti halnya eksponen bilangan real, dalam bilangan kompleks berlaku sifat z w x u e e = e (cos x + i sin y) e (cos v + i sin v) x

  • u

  = e [cos (y + v) + i sin (y + v)] z +w = e :

  Begitu juga z z w e e = : w e Sifat-sifat lainnya diserahkan kepada pembaca untuk dieksplorasi. z z z 2

  • 8

  Selanjutnya, bagaimana menentukan solusi e = e ? Untuk menjawab per- soalan tersebut atau persamaan eksponen secara umum, kita harus mulai dengan z mencari nilai-nilai z yang memenuhi e = 1. Jika kita tulis z = x + yi, maka z x e = e (cos y + i sin y) = 1:

  x

  12 Ini berarti e = 1, cos y = 1, dan sin y = 0. Hal tersebut akan dipenuhi untuk z x = 0 dan y = 2 k untuk setiap k = 1 adalah

  2 Z. Jadi solusi untuk e fz = 2 ki : k 2 Zg : Berdasarkan hasil tersebut kita dapat mencari solusi persamaan eksponen. Jadi, persoalan persamaan eksponen di atas dapat disederhanakan menjadi z z z +8 2 z 2 e = e

  2z 8

  e = 1: Dan, solusinya didapat dengan menyelesaikan persamaan

  2

  z 2z 8 = 2 ki p p untuk setiap k 9 + 2 ki; 1 9 + 2 ki untuk setiap k

  2 Z, yaitu 1 + z 2 Z. Solusi persamaan eksponen e = 1 ternyata tidak tunggal, yaitu terdapat tak w hingga banyak solusi. Demikian pula dengan persamaan e = z. Solusi per- w samaan e = z disebut logaritma natural z (ditulis ln z = w). Hal ini berarti nilai ln z tak hingga banyak. Perhatikan bahwa w i i

  arg z arg z lnjzj

  e = z = = e e jzj e

  lnjzj+i arg z

  = e : Jadi, ln z = ln jzj + i arg z:

  Logaritma utama (principal logarithm) z didapat dengan mengambil argumen utama, yaitu Ln z = ln jzj + i Arg z:

  Agar lebih jelas, perhatikan contoh-contoh berikut: Ln (1 + i) = ln i j1 + 1j + i Arg j1 + 1j = ln 2 +

  4 Ln ( 4) = ln 4 + i p

  1 Ln

  5 5 3i = ln 10 i:

  3 Sedangkan ln (1 + i) = ln 2 + + 2 k i 4 ln ( 4) = ln 4 + ( + 2 k) i p

  1 ln 5 5 3i = ln 10 + + 2 k i

  3 untuk setiap k

  2 Z.

  13

  1.8 Pangkat Bilangan Kompleks y y y ln x sebarang bilangan real adalah dengan rumus x = e . Jika rumus ini kita w w

  ln z

  bawa ke bilangan kompleks, maka z = e . Tetapi, nilai ln z ada tak hingga banyak, oleh karena itu kita dapat mengambil nilai logaritma utama (principal w logarithm ) untuk mendapatkan nilai utama (principal value) dari z , yaitu w w:Ln z z = e : w

  Berikut beberapa contoh menghitung nilai utama z : i 2

  2 i 2 i:Ln i 2 i: ln 1+

  ( 2 i = e = e ) = e i

i:Ln i ln 2+ i

p p 3 3 ( 1+i) +i ln

  2

  ( 4 4 ) = e

  ( 1 + i) = e = e : Perhatikan bahwa jika w bilangan bulat, maka akan kembali ke pembahasan di sub bab 1.5 tentang perpangkatan bilangan kompleks dengan bilangan bulat.

FUNGSI KOMPLEKS

  2.1 Daerah pada Bidang Kompleks Pada bab ini akan dibahas fungsi bernilai kompleks dengan variabel kompleks. Tetapi sebelumnya terlebih dahulu dibahas beberapa konsep topologi bilangan kompleks. Pembahasan topologi bilangan kompleks hanya menyangkut istilah dan ilustrasi geometris, tanpa analisis lebih dalam. Beberapa hal yang akan dibahas adalah: titik interior, titik eksterior dan titik batas suatu himpunan di bidang kompleks, cakram, himpunan buka, himpunan tutup, closure, himpunan terhubung, dan domain.

  Setelah membaca sub bab ini, pembaca diharapkan dapat menyebutkan de…nisi dan menunjukkan secara geometris istilah-istilah di atas. Kajian lebih mendalam tentang topologi bilangan kompleks dapat dibaca di daftar pustaka [1] atau buku Elements of Real Analysis yang ditulis oleh Bartle. Jika z suatu titik di bidang kompleks dan 0 < r <

  1, maka ; r) = z 4 (z fz : jz j < rg ; r) = z 4 (z fz : jz j < rg fz g ; r) = z r 4 (z fz : jz j g

  K (z ; r) = z fz : jz j = rg masing-masing disebut cakram buka, cakram buka terhapus, dan cakram tutup dan lingkaran. Titik z disebut pusat dan r adalah jari-jari. Lihat gra…k di bawah,

  r r z z

  Cakram Buka Cakram Buka

  15

  r r z z

  Cakram Tutup Lingkaran Cakram buka digunakan untuk mende…nisikan titik interior, titik eksterior dan titik batas himpunan.

  De…nisi 2.1 C Misalkan . ; 6= A

  1. Titik z ; r)

  2 A disebut titik interior A jika terdapat r > 0 sehingga 4 (z A. Himpunan semua titik interior A ditulis int (A).

  2. Titik z ; r)

  2 C disebut titik eksterior A jika terdapat r > 0 sehingga 4 (z \ A = ;. Himpunan semua titik interior A ditulis ext (A).

  3. Titik z ; r)

  2 C disebut titik batas A jika setiap r > 0, 4 (z \ A 6= ; dan c ; r) 4 (z \ A 6= ;. Himpunan semua titik batas A ditulis (A).

  C Suatu himpunan A disebut himpunan buka jika setiap titiknya adalah titik interior A. Berikut ini adalah contoh beberapa himpunan buka: ; r),

  4 (z ; r), z

  2 4 (z fz : jz j > rg, fz : Re z > 0g, fz : jz j + jz + 2j < 6g, dan lain- C lain. Selanjutnya A disebut himpunan tutup jika C nA adalah himpunan buka. Beberapa contoh himpunan tutup adalah ; r),

  3 4 (z fz : Im z g, dan lain-lain. Perhatikan contoh-contoh himpunan buka dan himpunan tutup terse- but, batas-batas masing-masing himpunan adalah sebagai berikut: ( c fz : Re z > 0g) =

  R , ( z z r ; r), dan lain-lain. Clo- fz : jz j > rg) = (fz : jz j g) = K (z sure suatu himpunan A adalah A = A

  [ (A). Perhatikan gambar di bawah

  16 Himpunan Buka Terhubung Himpunan Tutup Himpunan Tidak Buka dan Himpunan Buka Tidak

  Tidak Tutup Terhubung Teorema 2.2 Gabungan sebarang koleksi himpunan buka adalah himpunan buka. Irisan koleksi berhingga himpunan buka adalah himpunan buka Teorema 2.3 Irisan sebarang koleksi himpunan tutup adalah himpunan tutup. Gabungan koleksi berhingga himpunan tutup adalah himpunan tutup. Teorema 2.4 A dan (A) adalah himpunan tutup Teorema 2.5 Himpunan A tutup jika dan hanya jika A = A.

  C Himpunan A disebut tidak terhubung (disconnected) jika terdapat himpunan buka U dan V sedemikian sehingga: (i) U

  \ V = ;, (ii) A \ U 6= ; dan A \ V 6= U

  ;, dan (iii) A [ V . Jika A tidak memenuhi syarat tersebut, maka A

  17 disebut himpunan terhubung. Sedangkan domain adalah himpunan buka yang terhubung.

  2.2 De…nisi Fungsi Pada bagian ini dibahas fungsi bernilai kompleks dengan variabel kompleks (se- lanjutnya cukup disebut fungsi kompleks). Simbol untuk variabel kompleks adalah z, untuk membedakan dengan fungsi bernilai real dengan simbol vari- abel x. Sebuah fungsi kompleks f adalah aturan yang mengaitkan setiap anggota himpunan A dengan anggota himpunan B (notasi : f : A

  ! B). Himpunan A disebut domain fungsi (ingat domain adalah himpunan buka dan terhubung), himpunan B disebut kodomain dan f (A) disebut range. Peta dari z oleh f adalah f (z) (disebut juga nilai fungsi). Dalam hal ini, fungsi yang akan dibahas adalah

  C fungsi dengan domain A dan kodomain C. Fungsi kompleks f : A

  ! C

  2

  : z 7 ! z

  2 biasanya hanya ditulis f (z) = z .

  Misalkan diketahui fungsi f : A ! C dan g : B ! C dan c 2 C, maka

  (cf ) (z) = cf (z) (f

  g) (z) = f (z) g (z) (f:g) (z) = f (z) :g (z) dan jika g (z)

  6= 0, maka f f (z) (z) = : g g (z)

  Domain untuk fungsi-fungsi tersebut adalah A \ B. Selain itu, fungsi kompleks dapat dikomposisikan, yaitu

  (f

  g) (z) = f (g (z)) asalkan g (B) A. Selain dalam variabel bebas z, fungsi kompleks dapat ditulis dalam bentuk f (z) = u (x; y) + v (x; y) i

  2

  dengan u; v : R ! R. Berdasarkan hal tersebut, fungsi kompleks dapat dipan-

  2

  2

  dang sebagai pemetaan dari R ke R , yaitu f (x; y) = (u (x; y) ; v (x; y)) :

2 Sebagai contoh, fungsi f (z) = z dapat ditulis sebagai

  2

  f (z) = (x + yi)

  

2

  2

  = x y + 2xyi

  18

  2

  2

  atau sebagai pemetaan dari R ke R , yaitu

  

2

  2

  f (x; y) = x y ; 2xy : Gra…k fungsi kompleks tidak dapat digambar secara utuh dalam sistem koordi- nat. Hal ini karena untuk menggambar gra…k fungsi kompleks diperlukan ruang empat dimensi. Untuk itu, fungsi kompleks dapat dipandang sebagai pemetaan

  2

  2

  (mapping) atau transformasi dari R ke R . Daerah domain dinamakan bidang z sedangkan daerah range disebut bidang w. Dalam hal ini fungsi kompleks ditulis w = f (z). Gra…knya digambarkan sebagai berikut

  f f(z) z

  Bidang z Bidang w Contoh 2.1 Gambarkan fungsi f (z) = az + b dengan a; b 2 C. Jawab. Misalkan g (z) = iz, h (z) = jaj z, dan k (z) = z + b, maka f (z) = (k h g) (z). Fungsi g, h, dan k berturut-turut adalah rotasi, dilatasi dan translasi. perhatikan bahwa f mentransformasikan segmen garis sebagai berikut

  19

  y y g x x h f y y k x x g f k h

  Contoh 2.2

  2 Gambarkan fungsi f (z) = z

  2

  2 Jawab. Perhatikan bahwa fungsi tersebut dapat ditulis sebagai f (x; y) = (x y ; 2xy).

  Misalkan daerah domain berbentuk cakram dengan pusat (0; 0) dan jari-jari r. Batas daerah domain tersebut adalah lingkaran

  20

  f 2 r r

  2 θ θ

  Bidang z Bidang w Fungsi kompleks dapat bernilai majemuk (ingat akar pangkat-n dari bilangan kompleks), oleh karena itu dalam de…nisi fungsi kata-kata ’secara tunggal’ di- hilangkan. Jika untuk setiap anggota domain petanya hanya satu buah, maka disebut fungsi bernilai tunggal. Jika tidak demikian, maka disebut fungsi berni-

  2

  lai majemuk. Sebagai contoh, f (z) = z adalah fungsi benilai tunggal, sedangkan 3 1 f (z) = z adalah fungsi benilai majemuk.

  Fungsi bernilai majemuk dapat dipandang sebagai koleksi himpunan fungsi berni- lai tunggal. Setiap anggotanya disebut cabang (branch) dari fungsi. Pembahasan fungsi benilai majemuk biasanya difokuskan pada satu cabang utama (principal value

  ) dari fungsi dan disebut nilai utama (principal value). Dalam buku ini jika disebutkan fungsi, maka yang dimaksud adalah fungsi bernilai tunggal kecuali disebutkan secara khusus.

  2.3 Limit Fungsi Limit merupakan salah satu konsep kunci dalam kajian analisis. Sedangkan limit fungsi merupakan konsep masuk untuk kekontinuan fungsi, turunan fungsi, dan integral. Begitu pun halnya dalam fungsi kompleks. Limit fungsi di suatu z menggambarkan perilaku fungsi di sekitar z . Secara intuisi kita dapat menghi- tung limit fungsi kompleks, seperti di kalkulus.

  Perhatikan contoh-contoh berikut: 1. lim (3z + 4 i) = 3 (2 3i) + 4 i = 10 10i z

  !2 3i

  2

  2

  2

  2. lim z = ( i) = z

  ! i z (z 2i)(z+2i) 2

  • 4

  3. lim = lim = lim (z + 2i) = 4i z z z z 2i z 2i

  !2i !2i !2i z z +1 i 2

  1

  4. lim z 2z+2 2 = 1 i z

  2 !1+i

  Secara formal de…nisi limit fungsi di suatu titik adalah sebagai berikut.

  21

  f f z

  ( ) ε δ

z w

z

  Bidang z Bidang w De…nisi 2.6 z lim f (z) = w jika untuk setiap " > 0 terdapat > 0 sedemikian sehingga jika

  !z

  0 < z w jz j < , maka jf (z) j < ". Berikut ilustrasi de…nisi limit di atas secara geometris Perhatikan kembali contoh-contoh di atas. Bukti lim (3z + 4 i) = 10 10i z

  !2 3i adalah sebagai berikut.

  i) (10 10i) (6 9i) j(3z + 4 j = j3z j = 3 (2 3i) jz j

  Karena 0 < (2 3i) jz j < , maka i) (10 10i) j(3z + 4 j < 3 < " "

  Ini berarti harus dipilih < : Bukti formalnya sebagai berikut: Diberikan " > 0 "

  3

  sebarang, pilih < sehingga jika 0 < (2 3i) jz j < maka

  3

  i) (10 10i) (6 9i) j(3z + 4 j = j3z j = 3 (2 3i) jz j < 3 < ": Ini membuktikan bahwa lim (3z + 4 i) = 10 10i. z

  !2 3i

  2

2 Selanjutnya, bukti lim z = . Perhatikan bahwa

  z

  ! i

  2

  2

  z = i) (z + i) i) j(z j = j(z j j(z + i)j : Kita batasi 1, maka berdasarkan ketaksamaan segitiga i)

  1 jjzj j ijj j(z j atau dapat ditulis 1 + :Dengan demikian jzj

  1 + 2 : j(z + i)j jzj +

  22 Selanjutnya

  2

  2

  z (1 + 2 ) i) " j(z j < ": Jadi, kita harus memilih < min 1; . Bukti formalnya sebagai berikut:

  

1+2

"

  Diberikan " > 0 sebarang, pilih < min 1; sehingga jika 0 < ( i) jz j <

  1+2

  maka

  2

  2

  z = i) j(z j j(z + i)j (1 + 2 ) i) j(z j < ":

  2

  2 Ini membuktikan bahwa lim z = . z z ! i

  Contoh. lim tidak ada. Jika limit tersebut ada, maka z z z ! 0 dari arah mana

  !0

  pun, nilai limitnya akan sama. Perhatikan bahwa jika z = x + 0i dengan x ! 0, maka x + 0i x lim = 1:

  !0

  x 0i Tetapi jika z = 0 + yi dengan y

  ! 0, maka 0 + yi y lim = 1:

  !0

  yi z Karena kedua limit tersebut tidak sama, maka lim tidak ada. z z x 2 y 2 !0 Bagaimana menghitung lim p p + i ? Menggunakan de…nisi tentu z +y +y x x 2 2 2 2

  !0

  sangat sulit. Dengan intuisi pun sulit menebak nilai limit tersebut. Tetapi jika kita ingat limit fungsi dua peubah, maka limit tersebut dengan mudah dapat diselesaikan dengan teorema berikut. Teorema 2.7 Misalkan f (z) = u (x; y) + iv (x; y), z = x + y i dan w = u + v i, maka z lim f (z) = w jika dan hanya jika lim u (x; y) = u dan lim v (x; y) = ;y ;y

  !z ) ) (x;y)!(x (x;y)!(x

  v Bukti teorema tersebut cukup mudah, oleh karena itu diserahkan kepada pem- x y 2 2 baca sebagai latihan. Kembali ke persoalan mencari lim p p + i . z x x 2 2 2 2

  • y +y !0

  Perhatikan bahwa

  2

  2

  2

  p x x + y

  2

  2

  = x + y p p

  2

  2

  2

  2 x 2 x + y x + y y 2 sehingga lim p = 0. Dengan cara yang sama, lim p = 0. x 2 2 x 2 2

  • y
  • y (x;y)!(0;0)

  (x;y)!(0;0)

  Jadi, !

  2

  2

  x y lim i + = 0: z p p

  2

  2

  2

  2 !0

  x + y x + y Berikut ini adalah beberapa aturan berkaitan dengan mencari limit suatu fungsi. Sifat-sifat ini pun sudah dikenal dengan baik pada saat kuliah kalkulus.

  23 Teorema 2.8 Misalkan lim f (z) dan lim g (z) ada, maka z z z z lim cf (z) = c lim f (z)

  !z !z z z z lim [f (z) g (z)] = lim f (z) lim g (z) !z !z !z z z z lim [f (z) :g (z)] = lim f (z) : lim g (z)

  !z !z !z

  dan z lim f (z) f (z)

  !z z lim = !z

  g (z) lim g (z) z

  !z

  asalkan lim g (z) z 6= 0.

  !z

  2.4 Fungsi Kontinu Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada z jika lim f (z) = f (z ). De…nisi tersebut z

  !z

  mensyaratkan tiga hal, yaitu (i) lim f (z) ada, (ii) f (z ) ada, dan (iii) lim f (z) = z z

  !z !z

  f (z ). Dalam bahasa " , fungsi f dikatakan kontinu pada z jika untuk setiap " > 0 terdapat > 0 sehingga jika z f (z ) jz j < maka jf (z) j < ". Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada domain A jika f kontinu di setiap z 2 A.

  Berdasarkan teorema-teorema limit, jika f dan g masing-masing fungsi kontinu f dan c g, dan f:g fungsi-fungsi yang kontinu. Fungsi juga

2 C, maka cf, f

  g kontinu asalkan g (z) 6= 0 untuk setiap z anggota domain.

  Berikut ini adalah contoh-contoh fungsi kontinu: n n

  1

  1. Fungsi polinom f (z) = a n z + + a n z + a dengan a n

  

1

6= 0.

  2. Fungsi rasional asalkan penyebut tidak nol untuk setiap anggota domain.

  3. Fungsi eksponen natural.

FUNGSI ANALITIK

  3.1 Turunan Fungsi Suatu fungsi f : A

  ! C dikatakan mempunyai turunan (terdiferensialkan) di z dengan z adalah titik interior A jika f (z) f (z ) z lim

  !z

  z z ada. Notasi untuk turunan adalah f dan ditulis f (z) f (z ) f (z ) = lim ; z

  !z

  z z atau dapat ditulis f (z + h) f (z ) f (z ) = lim : h

  !0

  h Fungsi f dikatakan mempunyai turunan di domain A jika f (z) ada untuk setiap z

2 A.

  Keterdiferensialan fungsi f pada suatu titik mengakibatkan kekontinuan fungsi f pada titik tersebut. Hal ini dinyatakan dalam teorema berikut. Teorema 3.1 Jika f mempunyai turunan di z , maka f kontinu di z . Bukti. f (z) f (z ) z z lim f (z) = lim f (z ) + (z z )

  !z !z

  z z = f (z ) + 0:f (z ) = f (z )

  Kebalikan teorema tersebut tidak berlaku. Contoh penyangkalnya adalah f (z) = (0) tidak ada (Buktikan!). jzj kontinu di z = 0, tetapi f n Contoh. Hitung f (z) jika f (z) = z untuk n bilangan bulat positif Untuk sebarang bilangan z n n

  2 C, maka z z f (z ) = lim z

  !z

  z z n n n n

  2

  1

  1

  2

  • (z z ) z + z z + zz + z = lim z

  !z n n n n z z

  1

  2

  2

  1 z + = lim z + z z + zz + z !z n

  1

  = nz :

  25 Hal ini berarti hasil yang diperoleh dari kalkulus berlaku juga di bilangan kom- n

  1

  pleks, yaitu f (z) = nz untuk sebarang z 2 C. Selanjutnya, jika f dan g dua buah fungsi yang terdiferensialkan di z , maka kita dapat mencari turunan cf; f g; f g, dan f =g. Khusus bagian yang terakhir ditambahkan syarat g (z )

  6= 0. Aturan turunannya adalah seperti yang ada di kalkulus, yaitu: (cf ) (z ) = cf (z )

  (f

  g) (z ) = f (z ) g (z ) (f g) (z ) = f (z ) :g (z ) + f (z ) :g (z ) f f (z ) :g (z ) f (z ) :g (z )

  (z ) =

  2

  g [g (z )] :

  Buktinya seperti yang ada di buku teks kalkulus. Dengan aturan tersebut, contoh 1 berlaku untuk sebarang n bilangan bulat. Contoh. Carilah f (z) jika

  2

  1. f (z) = z (3 + i) z + 4 2i

  4

  2

  1

  2. f (z) = 3z + z + iz z 2 2 3+2i 3. f (z) = z

  • iz

  Jawab. Kita gunakan aturan turunan, maka didapat 1. f (z) = 2z (3 + i)

  3

  2

  2. f (z) = 12z + 2 z iz z z 2 2 2

  2z +iz 3+2i (2z+i)

iz

  ( ) ( ) +(6 4i)z+2+3i 3. f (z) = 2 2 = z +2iz z 4 3 2

  (z +iz)

  Seperti halnya di kalkulus, salah satu aturan yang penting dalam turunan adalah aturan rantai, yaitu mencari turunan fungsi komposisi. Dalam hal ini, (f g) =

  (f

  g) g . Untuk lebih lengkapnya, perhatikan teorema berikut! Teorema 3.2 Misalkan f : A

  B. Jika f ! C dan g : A ! C adalah fungsi sehingga f (A) terdiferensialkan di z dan g terdiferensialkan di f (z ), maka g f terdiferensialkan di z dan (g f ) (z ) = g (f (z )) f (z ). z 2

  10

  1 Sebagai contoh tentukan f (z) jika f (z) = z +1 2 ! Maka

  9

  9

  2

  2

  z 1 4z (z 1) f (z) = 10 = 40 :

  2

  11

  2

  2

  2

  z + 1 (z + 1) (z + 1)

  Secara umum, menentukan turunan fungsi yang variabelnya masih dalam z tidak- lah sukar karena cara-cara yang telah dipelajari di kalkulus dapat diterapkan. Tetapi jika fungsi tersebut tidak dalam z (misalnya f (z) = z atau f (z) = 2xy +

  2

  2

  (x + y ) i), maka aturan di atas tidak sepenuhnya dapat diterapkan. Bahkan kita harus mencari di titik mana saja fungsi-fungsi tersebut mempunyai turunan. Hal ini membawa kita pada Persamaan Caucy-Riemann.

  26

  3.2 Persamaan Cauchy-Riemann Berdasarkan de…nisi, z mestilah titik interior domain f dan f (z) f (z ) f (z ) = lim z

  !z

  z z ada. Penting dicatat bahwa limit tersebut ada dalam setiap arah z . Jadi, ! z jika kita pilih z = x + y i dengan x , maka nilai limitnya sama. Dalam hal

  ! x ini, f dapat dipandang sebagai fungsi dua variabel x dan y, yaitu f (x + y i) f (x + y i) f (z ) = lim x

  !x

  x x f (x; y ) f (x ; y ) = lim x

  !x

  x x u (x; y ) u (x ; y ) v (x; y ) v (x ; y ) = lim + i lim x x

  !x !x

  x x x x = u x (z ) + iv x (z ) :

  Kita simpulkan turunan parsial u (z ) dan v (z ) hal ini berarti turunan parsial x x f x (z ) = u x (z ) + iv x (z ) ada dan memenuhi f (z ) = u x (z ) + iv x (z ) = f x (z ) :

  Serupa dengan hal tersebut, jika kita pilih z = x + yi dengan y , maka ! y f (x + yi) f (x + y i) f (z ) = lim y

  !y

  i (y y ) v (x ; y) v (x ; y ) u (x ; y) u (x ; y ) = lim i lim y y

  !y !y

  y y y y = v y (z ) iu y (z ) :

  Hal ini berarti f y (z ) = u y (z ) + iv y (z ) juga ada dan memenuhi f (z ) = v (z ) iu (z ) = if (z ) : y y y Jika kedua hasil itu dibandingkan, maka akan didapat u x (z ) = v y (z ) dan u y (z ) = v x (z ) : Sistem persaman diferensial parsial tersebut dikenal sebagai persamaan Cauchy - Riemann sebagai penghargaan kepada Augustin-Louis Cauchy (1789 - 1857) dan Georg Bernhard Riemann (1826 - 1866), dua orang arsitek Analisis Kompleks.

  Dalam koordinat polar, jika f (r; ) = u (r; )+iv (r; ), maka persamaan Cauchy- Riemann fungsi tersebut adalah

  1

  1 u r (r; ) = v (r; ) dan v r (r; ) = u (r; ) . r r Pembaca dapat membuktikan bentuk persamaan tersebut sebagai latihan.

  Persamaan Cauchy-Riemann merupakan syarat perlu keterdiferensialan sebuah fungsi. Uraian di atas dapat dirangkum dalam teorema berikut.

  27 Teorema 3.3 Jika f = u + iv mempunyai turunan di z , maka u dan v memenuhi Persamaan Cauchy-Riemann di z . Kebalikan teorema tersebut, secara umum tidak berlaku. Sebagai contoh, fungsi yang dide…nisikan dengan

  4

  exp ( z ) jika z 6= 0 f (z) = jika z = 0 memenuhi persamaan Cauchy-Riemann di 0, tetapi tidak terdiferensialkan di 0 bahkan tidak kontinu di 0 (Silakan diperiksa!) . Teorema berikut menjamin kriteria keterdiferensialan fungsi f = u + iv di suatu titik z .

  Teorema 3.4 C

  Misalkan f = u+iv terde…nisi pada domain A dan turunan parsial u x , u y , v x , dan v y ada di setiap elemen A:Jika semua turunan parsial tersebut kontinu dan memenuhi persamaan Cauchy Riemann di z

  2 A, maka f mempunyai turunan di z dan f (z ) = f x (z ) = if y (z ). Contoh. Di titik mana fungsi f (z) = z mempunyai turunan? Fungsi f (z) = z dapat ditulis sebagai f = x yi. Turunan parsial u dan v masing-masing u x (z) = 1, v y (z) = 1, dan u y (z) = v x (z) = 0 untuk setiap z. Perhatikan bahwa tidak ada z yang memenuhi persamaan Cauchy-Riemann. Jadi, f (z) = z tidak mempunyai turunan di mana-mana.

  2

  2 Contoh. Di titik mana fungsi f (z) = 2xy + (x + y ) i mempunyai turunan dan

Dokumen yang terkait

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

4 81 27

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN SBP (Spontaneous Bacterial Peritonitis) Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang

1 50 24

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN OBAT TUKAK LAMBUNG H2-ANTAGONIS PADA PASIEN COMBUSTIO (Penelitian di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

2 35 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI FUROSEMID - SPIRONOLAKTON PADA PASIEN GAGAL JANTUNG (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

15 131 27

Pola Mikroba Penyebab Diare pada Balita (1 bulan - 5 tahun) dan Perbedaan Tingkat Kesembuhan Di RSU.Dr.Saiful Anwar Malang (Periode Januari - Desember 2007)

0 76 21

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PEMBENTUKAN CITRA POSITIF RUMAH SAKIT Studi pada Keluarga Pasien Rawat Jalan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tentang Pelayanan Poliklinik

2 56 65

BAB 1. BILANGAN REAL Kegiatan Belajar 1 : Operasi Bilangan Real - 1. Bil Real

0 0 11