BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemampuan Guru dalam menyusun RPP Tematik di Gugus Kendalisodo Tretep Temanggung

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kemampuan Guru

  Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone (Mulyasa, 2007) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai “descriptive of qualitative nature meaningful” (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti). Sementara Charles (mulyasa, 2007) mengemukakan bahwa : competency as

  

rational performance which satisfactory meets the

objective for a desire condition (Kompetensi merupakan

  perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan).

  Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: Kompetensi adalah seperangkat pengetahun, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesianalan.

  Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dasar atau kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang guru yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, untuk menentukan suatu hal. kompetensi guru merupakan kewenangan guru untuk melakukan tugasnya dalam kegiatan belajar mengajar.

  Di dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8 menyebutkan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada pasal 8 tentang kompetensi dijelaskan pada pasal 10 ayat 1 yang berbunyi kompetensi guru dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. 2.kompetensi kepribadian, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakat. 3.kompetensi profesional, kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. 4.kompetensi sosial, kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

  Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi guru, kompetensi pedagogik guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah yang dirangkum dalam 10 kompetensi guru yaitu :

  

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek

fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual;

  

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik;

  

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan

mata pelajaran yang diampu;

  4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;

  

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk kepentingan pembelajaran;

  

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

  

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun

dengan peserta didik;

  

8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses

dan hasil belajar;

  

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk

kepentingan pembelajaran;

10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

  Kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terutama kemampuan guru di dalam mengembangkan indikator termasuk dalam kompetensi pedagogik, yang merupakan kemampuan untuk merencanakan program belajar mengajar. Jadi perumusan indikator harus disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan agar program belajar mengajar lebih efektif.

  Guru dalam era globalisasi memiliki tugas dan fungsi yang lebih kompleks, sehingga perlu memiliki kompetensi dan profesionalisme yang standar. Kompetensi guru lebih bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang dimiliki seorang guru terkait dengan profesinya yang dapat direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Kompetensi ini digunakan sebagai indikator dalam mengukur kualifikasi dan profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan (Depdiknas, 2004).

  

2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Tematik

2.2.1 Pengertian RPP Tematik

  Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami.

  Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori oleh tokoh psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

  Dalam pelaksanaan pembelajaran ini pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (poerwadarminta,1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya :

  

1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu

tema tertentu, 2) siswa mampu mempelajari

pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema

yang sama, 3) pemahaman terhadap materi

pembelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4)

kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik

dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan

pengalaman pribadi siswa, 5) siswa mampu lebih

merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6) siswa

mampu lebih bergairah belajar karena dapat

berkomunikasi dalam situasi nyata serta untuk

mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata

pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, 7)

guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran

yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan

sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk

kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

2.2.2 Karakteristik RPP Tematik

  Seperti yang diketahui bahwa inovasi dilakukan dalam proses pembelajaran merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh guru. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengembangkan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah disekitar kita.

  Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru.

  1. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.

  2. Memperkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

  3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.

  4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.

  5. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to Enhance Learning).

  6. Membuka pilihan-pilihan.

  7. Optimasi waktu secara tepat.

  8. Kolaborasi.

  9. Umpan balik segera.

  10.Ketuntasan atau aplikasi. Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran tematik ini, yaitu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) :

  a. Berpusat pada anak. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan bagi untuk melakukan aktivitas belajar; b. Memberikan pengalaman langsung pada anak. (direct

  experiences) dengan pengalaman langsung ini siswa sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak; c. Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan).

  Dengan demikian siswa akan lebih fokus pada pembelajaran karena pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa; d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan lainnya). Diharapkan siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;

  e. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran). Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya bahkan dengan kehidupan siswa dan juga dengan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada;

  f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya). Siswa diberi kesempatan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

  Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaannya, diantaranya :

  1. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan masih terpisah-pisah ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Hal ini menyulitkan guru dalam mengembangkan program pembelajaran tematik. Di samping itu tidak semua kompetensi dasar dapat dipadukan;

  2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dibutuhkan sarana dan prasarana belajar yang hal ini tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa;

  3. Belum semua guru sekolah dasar memahami konsep pembelajaran tematik ini secara utuh, bahkan ada kecenderungan yang menjadi kendala utama dalam pelaksanaannya yaitu sifat konservatif guru dalam arti bahwa pada umumnya guru merasa senang dengan proses pembelajaran yang biasa dilakukannya yaitu pembelajaran yang konvensional.

2.2.3 Mengapa RPP Tematik

  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok –pokok isi atau materi pembelajaran. RPP merupakan komponen penting dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pengembangannya harus dilaksanakan secara profesional. Tugas guru yang paling utama terkait dengan RPP berbasis KTSP adalah menjabarkan ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran. Dalam mengembangkan RPP, guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi, dan menyesuaikan silabus sesuai kondisi sekolah dan daerah, serta karakterstik peserta didik. Hal ini harus dipahami dan dilakukan guru.

  Guru diberikan kewenangan secara leluasa untuk mengembangkan RPP. Dalam tahap perencanaan, pertama ditetapkan kompetensi-kompetensi yang akan diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan kompetensi-kompetensi tersebut selanjutnya dikembangkan tema, sub tema, dan topik-topik mata pelajaran yang akan diajarkan.

  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah dijabarkan dalam silabus. Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok –pokok isi atau materi pembelajaran. RPP merupakan komponen penting dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pengembangannya harus dilaksanakan secara profesional. Tugas guru yang paling utama terkait dengan RPP berbasis KTSP adalah menjabarkan ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran. Dalam mengembangkan RPP, guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi, dan menyesuaikan silabus sesuai kondisi sekolah dan daerah, serta karakterstik peserta didik.

  Guru yang profesional harus mampu mengembangkan RPP yang baik, logis, dan sistematis karena disamping untuk melaksanakan pembelajaran RPP juga mengemban Professional accountability sehingga guru dapat mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru memiliki makna yang cukup mendalam bukan hanya sebagai rutinitas untuk memenuhi kelengkapan administratif, tetapi merupakan cermin dari apa yang terbaik untuk peserta didiknya. Oleh karena itu setiap guru harus memiliki RPP yang matang sebelum melaksanakan pembelajaran, baik persiapan tertulis sebelum melaksanakan pembelajaran.

  Pada pembelajaran di Sekolah Dasar tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa

  

yang berada pada kelompok ini termasuk dalam

rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan

masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan

  

potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan

berkembang secara optimal.

  Beberapa keterampilan akan dimiliki oleh anak yang sudah mencapai tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir dengan rentang usia 6-13 tahun, Keterampilan yang dicapai diantaranya, yaitu

  

social-help skills dan play skill. Social-help skills berguna

  untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi. Keterampilan ini akan menambah perasaan harga diri dan menjadikannya sebagai anak yang berguna, sehingga anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif). Dengan keterampilan ini pula, anak telah dapat menunjukkan keakuannya tentang

  

jenis kelamin, mulai berkompetisi dengan teman sebaya,

mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan mandiri.

  Sementara itu, play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat. Anak telah dapat melompat dengan kaki

  

secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua,

dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi

tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun

memegang gunting.

  Pertumbuhan fisik sebagai salah satu

karakteristik perkembangan siswa kelas rendah

biasanya telah mencapai kematangan. Anak telah

mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.

Untuk perkembangan emosi, anak usia 6-8 tahun

biasanya telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap

orang lain, mengontrol emosi, mau dan mampu berpisah

dengan orang tua, serta mulai belajar tentang benar dan

salah. Perkembangan kecerdasan siswa kelas rendah

ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan

seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap

angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,

  

berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan

waktu.

  Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Rendah Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah dikembangkan oleh guru. Proses pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Hal lain yang harus dipahami, yaitu proses belajar harus dikembangkan secara interaktif. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas rendah masih banyak membutuhkan perhatian karena fokus konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas belajar juga masih kurang. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif. Maka seorang guru dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. maka untuk mengajar kelas rendah dibutuhkan suatu rencana pembelajaran tematik yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang digabung menjadi satu sehingga membuat pembelajaran lebih menarik.

  Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami.

  Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

  Dalam pelaksanaan pembelajaran ini pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (poerwadarminta,1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya :

  

1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu

tema tertentu, 2) siswa mampu mempelajari

pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema

yang sama, 3) pemahaman terhadap materi

pembelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4)

kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik

dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan

pengalaman pribadi siswa, 5) siswa mampu lebih

merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6) siswa

mampu lebih bergairah belajar karena dapat

berkomunikasi dalam situasi nyata serta untuk

mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata

pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, 7)

guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran

yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan

sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk

kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

  Inovasi dilakukan dalam proses pembelajaran merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh guru. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengembangkan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di

  1. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.

  2. Memperkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

  3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.

  4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.

  5. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to Enhance Learning).

  6. Membuka pilihan-pilihan.

  7. Optimasi waktu secara tepat.

  8. Kolaborasi.

  9. Umpan balik segera.

  10. Ketuntasan atau aplikasi. Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran tematik ini, yaitu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) :

  a. Berpusat pada anak. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan bagi untuk melakukan aktivitas belajar; b. Memberikan pengalaman langsung pada anak. (direct

  experiences) dengan pengalaman langsung ini siswa

  dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak;

  c. Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan).

  Dengan demikian siswa akan lebih fokus pada pembelajaran karena pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa; d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari; e. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran). Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya bahkan dengan kehidupan siswa dan juga dengan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada;

  f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya). Siswa diberi kesempatan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

  Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaannya, diantaranya :

  1. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan masih terpisah-pisah ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Hal ini menyulitkan guru dalam mengembangkan program pembelajaran tematik. Di samping itu tidak semua kompetensi dasar dapat dipadukan;

  2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dibutuhkan sarana dan prasarana belajar yang memadai untuk mencapai tujuan kompetensi dasar secara optimal, jika tidak maka proses pelaksanaan pembelajaran tematik tidak akan berjalan baik, dan hal ini tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa;

  3. Belum semua guru sekolah dasar memahami konsep pembelajaran tematik ini secara utuh, bahkan ada kecenderungan yang menjadi kendala utama dalam pelaksanaannya yaitu sifat konservatif guru dalam arti bahwa pada umumnya guru merasa senang dengan proses pembelajaran yang biasa dilakukannya yaitu pembelajaran yang konvensional.

  Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.

  Dalam teori ini yang diutamakan adalah stimulus karena dengan stimulus maka akan muncul respons. Dengan kata lain stimulus adalah input yaitu masukan- masukan yang diberikan guru kepada siswa. Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diebrikan guru tersebut.

  2.3 Kemampuan Guru dalam menyusun RPP

  Kemampuan guru dalam menyusun RPP mempunyai beberapa indikator antara lain :

  1. Tema atau judul yang akan dipelajari;

  2. Merumuskan tujuan pembelajaran;

  3. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar;

  4. Merancang pengelolaan kelas;

  5. Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian;

  6. Tampilan dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran.

  2.4 Kerangka Berpikir

  Kurikulum merupakan dasar dalam menentukan tujuan, isi, organisasi, dan penilaian maka dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) terdapat pembelajaran dengan tematik pada kelas I, II dan III. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dibutuhkan suatu rencana yang matang dalam Rencana yang tertian dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tidak serta merta langsung jadi, maka sangat diperlukan beberapa percobaan dalam membuat RPP tersebut agar menghasilkan pembelajaran yang menarik dan bermakna.

  Kemampuan Guru dalam menyusun RPP Tematik sesuai Pengumpulan

Proses Seleksi

RPP

  

RPP

Kurang sesuai pembenahan

  Berdasarkan skema diatas maka RPP tematik yang belum sesuai diadakan perbaikan sehingga menjadi RPP tematik yang sesuai.

2.5 Penelitian yang relevan

  Penelitian dilakukan oleh Hayama dkk (2012) menyatakan bahwa pengimplementasian model pembelajaran tematik pada peserta didik kelas III Madrasah Ibtidaiyah Swasta Nurul Islam Pontianak Barat yang rendah aktivitasnya dalam pembelajaran penyelesaian soal cerita pada Ilmu Pengetahuan Alam. Hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran penyelesaian soal – soal bergambar dengan menggunakan metode pemecahan masalah pada setiap siklusnya selalu mengalami peningkatan yaitu pada siklus I rata-rata indikator 60% dan pada siklus II rata-rata indikator 88%. Kesimpulan bahwa diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru yang profesional dan memperbaiki mutu aktivitas peserta didik dengan implementasi pembelajaran tematik.

  Penelitian juga dilakukan oleh Nurul Ain & Maris Kurniawati (2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa Lebih dari enam tahun setelah penerapan Kurikulum KTSP, sekolah dasar di Kecamatan Sukun dan Kecamatan Klojen belum melaksanakan pembelajaran guru pembelajaran terpisah lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa daripada pembelajaran tematik. Beberapa hambatan yang dialami guru menunjukkan bahwa mereka belum memahami konsep pembelajaran tematik. Guru baru memberikan ketrampilan kognitif, sedangkan afektif dan psikomotorik belum berbasis kegiatan pembelajaran. Ketrampilan kognitif yang diberikan kepada siswa baru pada tingkat C1-C3. Hal ini berarti bahwa guru belum memberikan ketrampilan tingkat tinggi kepada siswa.

  Penelitian juga dilakukan oleh Kon Chon Min (2012) Teachers' Understanding and Practice towards

  

Thematic Approach in Teaching Integrated Living Skills

(ILS) in Malaysia. Dan hasil penelitian ini menunjukkan

  bahwa di District Kinta Utara, Perak, Malaysia pendekatan tematik sangat membantu guru dalam mengajar dan juga pengalaman guru belum tentu berpengaruh dalam pembelajaran.

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

0 0 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

0 0 42

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SD Negeri Cukil 01, Tengaran

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program MMT (Manajemen Mutu Terpadu) dalam Peningkatan Hasil Belajar di SMA N 2 Salatiga

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu 2.1.1. Mutu Pendidikan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program MMT (Manajemen Mutu Terpadu) dalam Peningkatan Hasil Belajar di SMA N 2 Salatiga

0 0 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum SMA Negeri 2 Salatiga - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program MMT (Manajemen Mutu Terpadu) dalam Peningkatan Hasil Belajar di SMA N 2

0 0 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemampuan Guru dalam menyusun RPP Tematik di Gugus Kendalisodo Tretep Temanggung

0 0 8