STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI: Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri di Bandung.
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN
METODE PENEMUAN
DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN
METODE EKSPOSITORI
(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri di Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Matematika
oleh
Laily Herni Kurniawati 0902166
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
Studi Komparasi Tentang Peningkatan
Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa yang Belajar dengan Metode
Penemuan dan Siswa yang Belajar
dengan Metode Ekspositori
Oleh
Laily Herni Kurniawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Laily Herni Kurniawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(3)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
(4)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Laily Herni Kurniawati. (0902166). Studi Komparasi Tentang Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa yang Belajar dengan Metode Penemuan dan Siswa yang Belajar dengan Metode Ekspositori.
Penelitian ini mengkaji tentang kemampuan pemahaman matematis siswa melalui metode penemuan dan metode ekspositori. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X salah satu MA Negeri di Kota Bandung dengan sampel dipilih secara acak atas dasar pertimbangan pihak sekolah, yaitu kelas X-G sebagai kelas kontrol dan X-H sebagai kelas eksperimen. Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes tertulis kemampuan pemahaman matematis siswa dan instrumen non tes, yaitu lembar observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori.
Kata kunci: Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa, Metode Penemuan,
(5)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Laily Herni Kurniawati. (0902166). Comparative Study About Enhancement of Mathematical Understanding Ability of Students Who Learn by Discovery Method and Students Who Learn by Expository Method
This research examines about student’s mathematical understanding ability through discovery method and expository method. The purpose of this research is to find out whether enhancement of mathematical understanding ability of students who learn by discovery method are higher than students who learn by expository method. The methods which is used in this research was quasi experiment method and non-equivalent control group design. The population in this research is the whole grade X in one of Madrasah Aliyah Negeri in Bandung with randomly selected sample on consideration of the school, namely X-G as control class and X-H as experiments class. The instruments which is used in this research consists of written test instrumentsof student’s mathematical understanding ability and the non test instruments, namely sheets of observation and interviews. The results of this research showed that enhancement of mathematical understanding ability of students who learn by discovery method did not different significantly with the mathematical understanding ability of students who learn by expository method.
Keywords: Student’s Mathematical Understanding Ability, Discovery Method, Ekspository Method.
(6)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan masa depan seseorang. Berkat pendidikanlah suatu negara maju karena pendidikan dapat menghasilkan SDM yang berkualitas tinggi. Ketika Jepang mengalami keterpurukan akibat serangan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima tahun 1945, ribuan nyawa melayang, sarana dan prasarana umum rusak akibat serangan tersebut. Negara Jepang mengalami kerugian materi yang tidak terhitung akibat serangan tersebut. Namun, kaisar Jepang tidak memperdulikan berapa jumlah kerugian materi tapi justru ia menanyakan berapa jumlah guru yang masih hidup. Berdasarkan ilustrasi tersebut mengindikasikan bahwa betapa pentingnya pendidikan dalam suatu bangsa.
Dalam pendidikan di Indonesia, matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Matematika yang dipelajari melalui pendidikan formal mempunyai peranan penting bagi siswa sebagai bekal pengetahuan untuk membentuk sikap serta pola pikirnya. Menurut Johnson dan Myklebust (Widiarti, 2009) matematika adalah simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir. Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman dkk, (2003:61) bahwa: “Matematika yang dipelajari melalui pendidikan formal (matematika sekolah) mempunyai peranan penting bagi siswa sebagai bekal pengetahuan untuk membentuk sikap serta pola pikirnya”.
Tujuan diberikannya pelajaran matematika di sekolah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), diantaranya adalah mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta
(7)
mencoba-2
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
coba. Tujuan pembelajaran matematika SMA menurut standar isi untuk satuan pendidikan (BSNP, 2006) adalah sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari tujuan tersebut, salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah memahami konsep matematika. Pemahaman konsep sangat berguna bagi siswa sebagai dasar untuk mampu memahami kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Berdasarkan pendapat Suherman (2008) pemahaman matematika adalah kemampuan kognitif setingkat di atas pengetahuan. Jika pengetahuan hanya hafal konsep saja, sedangkan pemahaman mampu memaknai konsep yang telah didapatkan.
Penelitian yang dilakukan Sumarmo (1987) mengemukakan bahwa kemampuan siswa dalam pemahaman dan penalaran masih banyak mengalami kesukaran dalam pemahaman relasional. Priatna (2003) menjelaskan bahwa kualitas kemampuan pemahaman konsep berupa pemahaman instrumental dan relasional siswa di kota Bandung masih rendah yaitu sekitar 50% dari skor ideal. Begitu juga dengan wawancara informal yang telah peneliti lakukan dengan guru
(8)
3
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematika di Madrasah Aliyah Negeri di Kota Bandung menyatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa di beberapa kelas pada mata pelajaran matematika dirasa masih banyak kekurangannya, khususnya jika siswa diberi soal yang memerlukan banyak cara penyelesaian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa mempunyai peran penting dalam membangun pengetahuan matematika, lebih lanjut dapat berpengaruh pada prestasi matematika siswa. Dengan pembelajaran yang biasa dilakukan, kemampuan pemahaman matematis siswa kurang berkembang. Hal ini dikarenakan siswa biasanya selalu terpaku pada apa yang dicontohkan oleh guru sehingga siswa tidak mengetahui darimana, mengapa, dan bagaimana siswa menggunakan suatu konsep atau aturan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Ketika diberikan soal yang sebelumnya tidak pernah diberikan, siswa biasanya terlihat kebingungan dan minta diberi contoh cara menyelesaikannya.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Metode penemuan merupakan salah satu kegiatan pembelajaran matematika yang memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.
Bruner (Dahar, 2006:79) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Kemudian Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa metode mengajar penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Metode penemuan dalam pembelajaran matematika dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami matematika serta pengetahuan
(9)
4
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang telah diperoleh dengan sendirinya lebih bermakna dan tidak mudah dilupakan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menerapkan metode penemuan untuk peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa. Dalam penelitian yang dilakukan juga akan diterapkan pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol. Oleh karena itu, judul yang diambil dalam penelitian ini yaitu
“Studi Komparasi Tentang Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa yang Belajar dengan Metode Penemuan dan Siswa yang Belajar dengan Metode Ekspositori”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori?”
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori.
D. Manfaat Penelitian
Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan yang sangat penting bagi siswa, sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan metode penemuan. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang
(10)
5
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penerapan pembelajaran matematika dengan metode penemuan sebagai referensi dalam meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.
E. Definisi Operasional
1. Kemampuan pemahaman matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam memaknai materi dengan pertanyaan mengapa, dari mana, atau bagaimana dan mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan yang timbul dalam pengajaran seperti komunikasi lisan, tulis, dan grafik. Siswa dikatakan memahami suatu konsep matematika (masalah) antara lain ketika membangun hubungan antara pengetahuan baru yang diperoleh dan pengetahuan sebelumnya. Indikator dari pemahaman matematis adalah hafal konsep tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, mengerjakan perhitungan secara algoritmik, dan mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lainnya.
2. Metode penemuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan metode penemuan yang lebih menitikberatkan pada aktivitas siswa dan guru membatasi pemberian bimbingan. Siswa dihadapkan pada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Guru bertindak sebagai pembimbing, membantu siswa agar menggunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
3. Metode ekspositori yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika yang dilakukan melalui ceramah dan tanya jawab. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan induktif yaitu diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian contoh soal oleh guru kemudian siswa mengerjakan soal latihan.
(11)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen adalah metode penelitian untuk melihat hubungan sebab akibat, yaitu perlakuan terhadap subjek penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kuasi eksperimen kelompok kontrol non-ekuivalen (non equivalent control group design) (Ruseffendi, 2010:52), pada desain ini subjek tidak dikelompokkan secara acak, melainkan peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Dasar pertimbangan dalam pemilihan desain ini adalah karena peneliti bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori. Ada dua kelompok yang akan terlibat di dalam penelitian ini yaitu kelompok eksperimen (kelas eksperimen) dan kelompok kontrol (kelas kontrol). Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan metode penemuan sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran dengan metode ekspositori.
Dengan demikian, menurut Ruseffendi (2010:53) desain kuasi eksperimen dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
O1 X O2 O1 O2 di mana: O1 : Pemberian pretes
X : Kelas yang mendapatkan perlakuan khusus (metode penemuan)
(12)
15
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada desain ini, terlihat bahwa kedua kelompok masing-masing diberi pretest dan setelah mendapatkan pembelajaran diukur dengan postes. Perbedaan antara pretes dan postes diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen.
B. Populasi dan Sampel
Penelitian ini telah dilaksanakan di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di Kota Bandung kelas X tahun ajaran 2013/2014 semester ganjil. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X. Penentuan atau pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan pihak kesiswaan dan guru matematika. Sampel penelitian ini dipilih dari kelompok (kelas) yang telah ada, ada dua kelas yang dipilih yaitu kelas X–G dan kelas X–H. Dari kedua kelas sampel itu, kelas X–G memperoleh pembelajaran ekspositori (kelas kontrol) dan kelas X–H memperoleh pembelajaran matematika dengan metode penemuan (kelas eksperimen).
C. Instumen Penelitian
Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Adapun instrumen yang dikembangkan dan digunakan dalam seluruh rangkaian kegiatan penelitian ini, terdiri atas dua jenis, yaitu: 1. Instrumen Data Kuantitatif
Soal tes ini terdiri dari beberapa soal uraian yang memunculkan indikator-indikator kemampuan pemahaman matematis. Soal tes kemampuan pemahaman matematis diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di awal perlakuan sebagai pretes dan di akhir perlakuan sebagai postes. Bentuk tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematis siswa adalah tes tertulis berbentuk uraian sebanyak 7 butir soal. Soal-soal yang terdapat pada pretes sama dengan soal-soal yang terdapat pada postes. Sebelum tes kemampuan pemahaman matematis diberikan pada siswa, terlebih dahulu
(13)
16
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan uji coba instrumen kepada siswa di luar sampel yang telah mempelajari materi fungsi kuadrat.
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tes. Uji coba instrumen tes kemampuan pemahaman matematis telah dilakukan kepada siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri kota Bandung. Hasil tes kemampuan pemahaman matematis diberi skor sesuai penskoran. Setelah data skor hasil uji coba instrumen diperoleh data tersebut di analisis untuk diketahui validitas butir soal, reliabilitas tes, indeks kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.
a. Validitas tes
Suherman (2003:102) mengungkapkan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Validitas dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi menggunakan angka kasar (raw score). Untuk menghitung validitas butir tiap soal menggunakan rumus Korelasi Product Moment Karl Pearson, yaitu:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Dengan:
: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y : Jumlah siswa
: Skor siswa pada tiap butir soal : Skor total tiap siswa
Kemudian kita bandingkan hasil dengan tabel r Product Moment dengan dan taraf signifikansi 5% sehingga didapatkan .
(14)
17
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Suherman, 2003: 112) koefisien validitas (rxy) diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software
Anates Uraian 4 dalam menentukan daya validitas untuk setiap butir soal,
maka diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 3.2
Hasil Validitas Butir Soal
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Untuk n = 23 dengan 0,05 didapat nilai tabel Product Moment = 0,413. Karena nilai koefisien korelasi untuk semua butir soal lebih besar dari
Koefisien Validitas rxy Kriteria 0,90 rxy < 1,00 Validitas sangat tinggi 0,70 rxy < 0,90 Validitas tinggi 0,40 rxy < 0,70 Validitas sedang 0,20 rxy < 0,40 Validitas rendah
rxy < 0,20 Validitas sangat rendah
Nomor
Soal Nilai rxy tabel Keterangan Kriteria
1 0,577 0,413 Valid Validitas sedang
2 0,632 0,413 Valid Validitas sedang
3 0,702 0,413 Valid Validitas tinggi
4 0,685 0,413 Valid Validitas sedang
5 0,722 0,413 Valid Validitas tinggi
6 0, 728 0,413 Valid Validitas tinggi
(15)
18
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,413, maka semua soal mempunyai korelasi biserial yang signifikan dengan skor total tes. Dengan demikian maka semua butir tes dianggap valid atau dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar.
b. Reliabilitas tes
Menurut Sugiono (2005) reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Untuk mencari koefisien reliabilitas soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha karena soal tes berbentuk uraian dan skornya bukan berbentuk dikotomi yaitu 1 dan 0 . Rumus reliabilitas Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:
2
11 1 2
1 i t s n r n s Keterangan:
: Koefisien reliabilitas
: Banyak butir soal
∑ : Jumlah varians skor tiap soal : Varians skor total
Dimana,
2 2 2 X X n s n Keterangan:: Varians
: Skor tiap butir soal : Jumlah siswa
(16)
19
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemudian kita bandingkan hasil dengan koefisien reliabilitas menurut Sekaran (Zulganef, 2006) yang menyatakan bahwa suatu instrumen penelitian mengindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70. Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan koefisien korelasi reliabilitas menurut Nurgana (Sudjana, 2010:160) yang disajikan dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software
Anates Uraian 4, reliabilitas data hasil tes siswa adalah 0, 76. Ini artinya,
semua butir tes telah reliabel. Menurut kriteria dari Nurgana, koefisien reliabilitas termasuk ke kriteria reliabilitas tinggi.
c. Indeks Kesukaran
Suherman (1990:212) mengungkapkan bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran (difficulty index). Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai 1,00. Alat evaluasi yang baik akan menghasilkan skor yang berdistribusi normal. Jika suatu alat evaluasi terlalu sukar, maka sebagian besar siswa akan mendapat nilai yang jelek. Jika alat evaluasi seperti ini maka akan mengakibatkan siswa menjadi putus asa, sebaliknya jika soal yang diberikan terlalu mudah, maka hal ini kurang merangsang siswa untuk berpikir tinggi. Suatu soal dikatakan memiliki derajat kesukaran yang baik bila soal
Koefisien Reliabilitas Kriteria
r11 0 Reliabilitas tak berkorelasi 0 < r 11 < 0,20 Reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r 11 < 0,40 Reliabilitas rendah
0,40 ≤ r 11 < 0,60 Reliabilitas sedang 0,60 ≤ r 11 < 0,80 Reliabilitas tinggi 0,80 ≤ r 11 < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
(17)
20
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus menentukan Indeks Kesukaran soal uraian sebagai berikut (Suherman, 2003:45)
atau
Keterangan:
IK : Indeks Kesukaran
: Jawaban benar kelompok atas
: Jawaban benar kelompok bawah
: Jumlah siswa kelompok atas
: Jumlah siswa kelompok bawah
Klasifikasi indeks kesukaran tiap butir soal (Suherman, 2003:170) dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software
Anates Uraian 4 dalam menentukan indeks kesukaran untuk setiap butir soal,
maka diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 3.5
Hasil Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK) Kriteria
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 ≤ IK< 0,30 Soal sukar
0,30 ≤ IK< 0,70 Soal sedang
0,70 ≤ IK<1,00 Soal mudah IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Nomor Soal
Indeks Kesukaran
(IK) Kriteria
1 0,75 Mudah
(18)
21
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Daya Pembeda
Tujuan dari daya pembeda adalah untuk mengkategorikan apakah sebuah soal mampu untuk membedakan siswa dengan kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Untuk menganalisis daya pembeda soal, digunakan rumus menurut Arikunto (2007:213)
atau
Keterangan :
P : Daya Pembeda
: Banyaknya subjek kelompok atas yang menjawab benar : Banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab benar : Banyaknya subjek kelompok atas
: Banyaknya subjek kelompok bawah
Kriteria untuk daya pembeda (Suherman, 2003:161) diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda
3 0,47 Sedang
4 0,45 Sedang
5 0,40 Sedang
6 0,29 Sukar
7 0, 40 Sedang
Daya Pembeda (DP) Kriteria
DP 0,00 Sangat jelek 0,00 DP 0,20 Jelek 0,20 DP 0,40 Cukup 0,40 DP 0,70 Baik 0,70 DP 1,00 Sangat baik
(19)
22
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software
Anates Uraian 4 dalam menentukan daya pembeda untuk setiap butir soal,
maka diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 3.7 Hasil Daya Pembeda
Berikut ini adalah rekapitulasi olah data hasil uji instrumen menggunakan
software Anates Uraian Versi 4 yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda,
dan indeks kesukaran.
Tabel 3.8
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
Reliabilitas tes = 0, 76
Interpretasi = reliabilitas instrumen tinggi
Nomor
Soal Daya Pembeda (DP) Kriteria
1 0,48 Baik
2 0,31 Cukup
3 0,34 Cukup
4 0,35 Cukup
5 0,30 Cukup
6 0,47 Baik
7 0,71 Sangat baik
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Indeks
Kesukaran Keterangan Koef. Kriteria Status Koef. Kriteria Koef. Kriteria
1 0,577 Sedang Valid 0,48 Baik 0,75 Mudah Digunakan 2 0,632 Sedang Valid 0,31 Cukup 0,62 Sedang Digunakan 3 0,702 Tinggi Valid 0,34 Cukup 0,47 Sedang Digunakan
(20)
23
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Instrumen soal seluruhnya berjumlah 7 butir soal. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, maka instrumen yang digunakan adalah seluruhnya karena memenuhi syarat sebagai instrumen penelitian.
2. Instrumen Data Kualitatif
Instrumen data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan wawancara. Lembar observasi dan wawancara merupakan data pendukung yang dinilai pada saat penelitian berlangsung. Lembar observasi harus diisi oleh seorang pengamat yang bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan metode penemuan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan harapan hal-hal yang tidak teramati oleh peneliti ketika penelitian berlangsung dapat ditemukan. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan metode penemuan dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data yang sering kita gunakan untuk menggali informasi lebih lanjut, apabila dengan cara angket atau cara lainnya belum bisa terungkapkan atau belum jelas (Ruseffendi, 2010:123). Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara setelah dilakukannya postes dengan tujuan untuk memperjelas sesuatu yang dirasakan menggangu, aneh, tidak serupa dengan yang lainnya, atau mengungkap sikap siswa sesungguhnya.
D. Prosedur Penelitian
4 0,685 Sedang Valid 0,35 Cukup 0,45 Sedang Digunakan 5 0,722 Tinggi Valid 0,30 Cukup 0,40 Sedang Digunakan 6 0, 728 Tinggi Valid 0,47 Baik 0,29 Sukar Digunakan 7
0, 645 Sedang Valid 0,71 Sangat
(21)
24
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu sebagai berikut
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut a. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian b. Mengajukan judul penelitian yang kan dilaksanakan
c. Menyusun proposal penelitian d. Melaksanakan seminar proposal
e. Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar f. Membuat instrumen penelitian
g. Mengurus perizinan ke sekolah yang akan dijadikan temapat uji coba instrumen dan tempat penelitian disalah satu SMA di kota Bandung.
h. Menguji instrumen penelitian
i. Menganalisis hasil uji coba instrumen
j. Menyusun bahan ajar yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
k. Mengajukan permohonan izin penelitian pada pihak-pihak yang terkait
l. Menghubungi pihak sekolah untuk mengkonsultasikan waktu dan teknis pelaksanaan penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap pelaksanaan sebagai berikut
a. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan tes awal (pretes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
c. Melaksanakan pembelajaran menggunakan metode penemuan untuk kelas eksperimen dan melaksanakan pembelajaran menggunakan metode ekspositori untuk kelas kontrol
(22)
25
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Melaksanakan observasi pada kelas eksperimen
e. Melaksanakan tes akhir (postes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut
a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
b. Mengolah data hasil penelitian c. Menganalisis data hasil penelitian 4. Tahap Penyusunan Laporan
a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan
b. Menyusun laporan hasil penelitian
c. Merevisi laporan setelah melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, diperoleh data kuantitatif serta data kualitatif. Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis sehingga dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Pengolahan data kuantitatif tersebut menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 17 . Adapun perincian analisis dari masing-masing data
akan dijelaskan sebagai berikut 1. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes, postes atau indeks gain yang diberikan pada kelas eksperimaen dan kelas kontrol. Pengolahan data kuantitatif dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes, postes atau indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji statistik ini menggunakan bantuan software SPSS versi 17. Langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif adalah sebagai berikut
(23)
26
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Analisis Data Pretes
Analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak. Hal ini dapat dilihat melalui uji perbedaan dua rata-rata terhadap hasil pretes kedua kelas. Uji ini dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 17, yaitu dengan menggunakan
Independent Sample T-Test, jika hasil pengujian menunjukkan hasil yang
signifikan, artinya tidak ada perbedaan rata-rata yang berarti dari kedua kelas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.
1) Uji Normalitas Data Pretes
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 17, yaitu uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% karena sampel lebih dari 30 subjek. Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas. Apabila data yang dianalisis berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian dua rata-rata, yaitu dengan menggunakan uji non parametrik, uji Mann Whitney.
2) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelas memiliki variansi yang homogen atau tidak. Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelas dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17 yaitu Levene’s test dengan taraf nyata 5%.
3) Uji Peringkat Rata-Rata
Uji peringkat rata-rata bertujuan untuk melihat apakah rata-rata skor pretes kedua kelas sama atau tidak.
(24)
27
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang bertujuan untuk
menghitung peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Indeks gain dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Klasifikasi indeks gain menurut Hake (1999:1) dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Indeks Gain
Analisis data gain sama dengan analisis data pretes, dengan asumsi yang harus dipenuhi sebelum uji perbedaan dua rata-rata, adalah normalitas dan homogenitas data gain.
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari pedoman observasi dan wawancara. Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan metode penemuan. Pengolahan lembar observasi dilakukan dengan membuat uraian secara deskriptif dari hasil pengamatan observer. Sedangkan hasil wawancara dengan siswa dan guru dideskripsikan dalam kalimat kemudian disusun dalam bentuk rangkuman hasil wawancara.
Gain Ternormalisasi Kriteria g 0,300 Rendah 0,300 g 0,700 Sedang
(25)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan berkaitan dengan penerapan metode penemuan terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa di kelas X di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di kota Bandung, yaitu peningkatan kemampuan pemahaman matematis kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan pemahaman matematis kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, terdapat beberapa saran sebagai pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode penemuan yaitu:
1. Bagi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran matematika ini disarankan untuk meneliti dengan aspek penelitian yang lain pada kajian yang lebih luas, misalnya pada materi, populasi ataupun kompetensi dalam matematika lainnya.
2. Pembelajaran dengan metode penemuan perlu dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sebab siswa memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan metode ini.
(26)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Caesar, A. (2012). Gambaran Mahasiswa Pendidikan Indonesia. [Online].Tersedia:
http://arihdyacaesar.wordpress.com/2012/03/06/gambaran-mahasiswa-pendidikan-indonesia/[17 Juli 2013].
Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dahar, R. W. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Gurdayanti, R. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Pencapaian Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP. Skripsi
FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Hake, R. (1999). Analyzing Change / Gain Score. [Online]. Tersedia:
www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [25 Juni
2014]
Hudoyo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika.JICA.Universitas Negeri Malang.
Hudoyo, H. (1985). Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar
Matematika. Jakarta. Depdikbud.
Illahi, M. T. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational
Skill. Jogjakarta: Diva Press.
Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika
Siswa Kelas III SLTP di Kota Bandung. Disertasi Doktor Pada SPs
UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Riadi, M. 2012. Metode Belajar Ekspositori. [Online]. Tersedia
http://www.kajianpustaka.com/2012/12/metode-belajar-ekspositori.html [11 Juni 2014].
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
(27)
52
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung:Tarsiyo
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media Group.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika Edisi 6. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif,. Bandung: Alfabeta
Suherman, E. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., Herman, T., Suhendra, Prabawanto, S., Nurjanah, Rohayati, A., (2001). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman, E. (2008). Hands Out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran
Matematika.
Sukirfao. (2009). Peningkatan Komunikasi Siswa dengan Metode PAKEM. Bandung: Tidak diterbitkan
Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika
Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik SMA dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi Doktor
Pada FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan
Widiarti, S. (2009). Mengembangkan Evaluasi Alternatif. [Online]. Tersedia
http://sriwindarti.wordpress.com/2009/03/17/mengembangkan-evaluasi-alternatif/ [26 November 2013]
Zulganef. 2006. Pemodelan Persamaan Struktur dan Aplikasinya
(1)
25
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Melaksanakan observasi pada kelas eksperimen
e. Melaksanakan tes akhir (postes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut
a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
b. Mengolah data hasil penelitian c. Menganalisis data hasil penelitian 4. Tahap Penyusunan Laporan
a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan
b. Menyusun laporan hasil penelitian
c. Merevisi laporan setelah melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, diperoleh data kuantitatif serta data kualitatif. Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis sehingga dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Pengolahan data kuantitatif tersebut menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 17 . Adapun perincian analisis dari masing-masing data
akan dijelaskan sebagai berikut 1. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes, postes atau indeks gain yang diberikan pada kelas eksperimaen dan kelas kontrol. Pengolahan data kuantitatif dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes, postes atau indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji statistik ini menggunakan bantuan software SPSS versi 17. Langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif adalah sebagai berikut
(2)
26
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Analisis Data Pretes
Analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak. Hal ini dapat dilihat melalui uji perbedaan dua rata-rata terhadap hasil pretes kedua kelas. Uji ini dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 17, yaitu dengan menggunakan
Independent Sample T-Test, jika hasil pengujian menunjukkan hasil yang
signifikan, artinya tidak ada perbedaan rata-rata yang berarti dari kedua kelas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.
1) Uji Normalitas Data Pretes
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 17, yaitu uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% karena sampel lebih dari 30 subjek. Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas. Apabila data yang dianalisis berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian dua rata-rata, yaitu dengan menggunakan uji non parametrik, uji Mann Whitney.
2) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelas memiliki variansi yang homogen atau tidak. Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelas dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17 yaitu Levene’s test dengan taraf nyata 5%.
3) Uji Peringkat Rata-Rata
Uji peringkat rata-rata bertujuan untuk melihat apakah rata-rata skor pretes kedua kelas sama atau tidak.
(3)
27
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang bertujuan untuk
menghitung peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Indeks gain dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Klasifikasi indeks gain menurut Hake (1999:1) dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Indeks Gain
Analisis data gain sama dengan analisis data pretes, dengan asumsi yang harus dipenuhi sebelum uji perbedaan dua rata-rata, adalah normalitas dan homogenitas data gain.
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari pedoman observasi dan wawancara. Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan metode penemuan. Pengolahan lembar observasi dilakukan dengan membuat uraian secara deskriptif dari hasil pengamatan observer. Sedangkan hasil wawancara dengan siswa dan guru dideskripsikan dalam kalimat kemudian disusun dalam bentuk rangkuman hasil wawancara.
Gain Ternormalisasi Kriteria
g 0,300 Rendah 0,300 g 0,700 Sedang
(4)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan berkaitan dengan penerapan metode penemuan terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa di kelas X di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di kota Bandung, yaitu peningkatan kemampuan pemahaman matematis kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan pemahaman matematis kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, terdapat beberapa saran sebagai pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode penemuan yaitu:
1. Bagi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran matematika ini disarankan untuk meneliti dengan aspek penelitian yang lain pada kajian yang lebih luas, misalnya pada materi, populasi ataupun kompetensi dalam matematika lainnya.
2. Pembelajaran dengan metode penemuan perlu dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sebab siswa memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan metode ini.
(5)
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Caesar, A. (2012). Gambaran Mahasiswa Pendidikan Indonesia. [Online].Tersedia:
http://arihdyacaesar.wordpress.com/2012/03/06/gambaran-mahasiswa-pendidikan-indonesia/[17 Juli 2013].
Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dahar, R. W. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Gurdayanti, R. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Pencapaian Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP. Skripsi
FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Hake, R. (1999). Analyzing Change / Gain Score. [Online]. Tersedia: www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [25 Juni 2014]
Hudoyo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika.JICA.Universitas Negeri Malang.
Hudoyo, H. (1985). Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar
Matematika. Jakarta. Depdikbud.
Illahi, M. T. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational
Skill. Jogjakarta: Diva Press.
Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika
Siswa Kelas III SLTP di Kota Bandung. Disertasi Doktor Pada SPs
UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Riadi, M. 2012. Metode Belajar Ekspositori. [Online]. Tersedia
http://www.kajianpustaka.com/2012/12/metode-belajar-ekspositori.html [11 Juni 2014].
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
(6)
52
Laily Herni Kurniawati, 2014
STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung:Tarsiyo
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media Group.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika Edisi 6. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif,. Bandung: Alfabeta
Suherman, E. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., Herman, T., Suhendra, Prabawanto, S., Nurjanah, Rohayati, A., (2001). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman, E. (2008). Hands Out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran
Matematika.
Sukirfao. (2009). Peningkatan Komunikasi Siswa dengan Metode PAKEM. Bandung: Tidak diterbitkan
Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika
Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik SMA dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi Doktor
Pada FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan
Widiarti, S. (2009). Mengembangkan Evaluasi Alternatif. [Online]. Tersedia http://sriwindarti.wordpress.com/2009/03/17/mengembangkan-evaluasi-alternatif/ [26 November 2013]
Zulganef. 2006. Pemodelan Persamaan Struktur dan Aplikasinya