STUDI KOMPARATIF TENTANG KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF MELALUI MODEL WEBBED DAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI DIRECT INSTRUCTION : Kuasi Eksperimen Di Kelas Iv Sdn Cimincrang Kota Bandung.

(1)

STUDI KOMPARATIF TENTANG KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF MELALUI MODEL WEBBED DAN SISWA

YANG BELAJAR MELALUI DIRECT INSTRUCTION (Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Cimincrang Kota Bandung)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar

Konsentrasi Matematika

oleh Ayu Amelia NIM 1202244

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

STUDI KOMPARATIF TENTANG KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF MELALUI MODEL WEBBED DAN SISWA

YANG BELAJAR MELALUI DIRECT INSTRUCTION (Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Cimincrang Kota Bandung)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Wahyudin, M.Pd NIP. 195108081974121001

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed NIP. 196210111991011001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd NIP. 196510011998022001


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Studi Komparatif tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Belajar dengan Pendekatan Tematik Integratif melalui Model Webbed dan Siswa yang Belajar melalui Direct

Instruction (Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Cimincrang Kota Bandung) ” ini

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2014

Yang membuat pernyataan,

Ayu Amelia NIM 1202244


(4)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DARTAR TABEL ... DAFTAR DIAGRAM ... DAFTAR GAMBAR ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ... B. Rumsan masalah ... C. Tujuan penelitian ... D. Manfaat penelitian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Koneksi Matematis ... B. Pendekatan Tematik Integratif melalui Model Webbed ... C. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Tematik Integratif melalui Model Webbed ... D. Model Pembelajaran Direct Instruction ... E. Teori Belajar yang Relevan dengan Penelitian ini ... F. Penelitian yang Berkaitan dengan Kemampuan Koneksi Matematis dan

Pendekatan Tematik ... G. Hipotesis Penelitian ...

ii iii iv v vii xi xiii xiv

1 8 8 9

10 14

19 21 25

29 31


(5)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... B. Variabel Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... D. Definisi Oerasional ... E. Insrumen Penelitian ... F. Waktu dan Tempat Penelitian ... G. Prosedur Penelitian ... H. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Pengolahan Data tes Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 2. Pengolahan Data Kemampuan koneksi Matematis ... 3. Uji hipotesis 2 peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa

ditinjau dari level kemampuan siswa tinggi dan rendah ... 4. Uji Hipotesis 3 terdapat pengaruh interaksi level kemampuan siswa dan model pembelajaran ... 5. Uji hipotesis 4 kemampuan koneksi matematis siswa kelompok tinggi yang belajar dengan pendekatan tematik integratif malalui model webbed dan direct instruction ... 6. Uji hioitesis 5 Kemampuan koneksi matematis siswa kelompok rendah yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan direct instruction... B. Pembahasan ...

1. Kemampuan Awal Matemtis (KAM) Siswa ... 2. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 3. Pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif melalui model

webbed ...

4. Pembelajaran melalui model direct instruction ... 32 33 33 34 35 44 45 46 49 49 50 62 68 69 72 77 77 78 82 86


(6)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. ALAT PENGUMPUL DATA

Lampiran A.1 Kisi-kisi soal kemampuan awal matematika (KAM) ... Lampiran A.2 Soal KAM ... Lampiran A.3 Kisi-kisi Istrumen ... Lampiran A.4 Uji Coba Instrumen ... Lampiran A.5 Analisis Ujicoba Instrumen Penelitian ... Lampiran A.6 Soal Pretes dan Postes ... Lampiran A.7 Silabus Pembelajaran ... Lampiran A.8 RPP dan LKS Kelas Eksperimen 1 ... Lampiran A.9 RPP dan LKS Kelas Eksperimen 2 ...

B. Data Hasil Penelitian

Lampiran 4.1 Data Skor Hasil tes kemampuan awal matematika Kelas Eksperimen 1 ... Lampiran 4. Data Skor Hasil tes kemampuan awal matematika Kelas

Eksperimen 2 ... Lampiran 4.3 Data Skor Hasil Pretes, Postes, dan N-gain Pada Kelas

Eksperimen 1 ... Lampiran 4.4 Data Skor Hasil Pretes, Postes, dan N-gain Pada Kelas

Eksperimen 2 ... Lampiran 4.5 Persamaaan Hasil Pretes Pada Kelas Eksperimen 1 dan 2 ... Lampiran 4.6 Perbedaan Hasil Postes Pada Kelas Eksperimen 1 dan 2 ...

91

95 98 101 104 109 114 122 128 137

197

253

254

255 256 257


(7)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran 4.7 Peningkatan Kemampuan Koneksi ditinjau dari KAM ... RIWAYAT HIDUP ...

260 270 DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Kategori kemampuan awal matematis siswa ... 3.2 Kategori pengelompokan kelas tematik model webbed ... 3.3 Kategori pengelompokan kelas direct instruction ... 3.4 Jumlah siswa masing-masing kategori KAM ... 3.5 Pedoman penskoran kemampuan koneksi matematis ... 3.6 Kriteria validitas butir soal ... 3.7 Hasil perhitungan nilai validasi soal koneksi matematis ... 3.8 Kriteria reliabilitas tes ... 3.9 Klasifikasi interprtasi koefisien daya pembeda ... 3.10 Hasil perhitungan nilai daya pembeda soal koneksi matematis ... 3.11 Klasifikasi interprtasi koefisien tingkat kesukaran ... 3.12 Hasil perhitungan nilai indeks kesukran siswa ... 3.13 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen ... 3.14 Klasifikasi Gain ternormalisasi ... 4.1 Deskripsi hasil skor tes KAM ... 4.2 Hasil uji normalitas pretes ... 4.3 Hasil uji homogenitas pretes ... 4.4 Hasil uji-t hasil pretes ... 4.5 Hasil uji normalitas postes ... 4.6 Hasil uji homogenitas postes ... 4.7 Hasil uji-t hasil postes di kelas eksperimen dan kontrol... 4.8 Hasil uji normalitas N-Gain ... 4.9 Hasil uji homogenitas N-GAin ... 4.10 Hasil mann whitney N-Gain ... 4.11 Data hasil tes KAM kelas tematik model webbed ...

36 36 36 37 38 39 40 40 42 42 43 43 44 47 50 52 53 54 56 56 58 59 60 62 63


(8)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan siswa (tinggi dan rendah) ... 4.14 Hasil uji normalitas rata-rata N-Gain ... 4.15 Hasil uji anova dua jalur terhadap rata-rata N-Gain ... 4.16 Hasil uji normalitas kelas tematik dan direct instruction level KAM

tinggi ... 4.17 Hasil uji homogenitas kelas tematik dan direct instruction level KAM

tinggi ... 4.18 Hasil uji -t N-Gain level KAM tinggi ... 4.19 Hasil uji normalitas rata-rata N-Gain level KAM rendah ... 4.20 Hasil uji homogenitas rata-rata N-Gain level KAM rendah ... 4.21 Hasil uji -t N-Gain level KAM rendah ... 4.22 Rekapitulasi uji hipotesis ...

65 65 66

70

70 72 73 74 75 76


(9)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM

Diagram Hal


(10)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Hal

Gambar 2.1 Ilustrasi Model Pembelajaran Fragmented ... 15

Gambar 2.2 Ilustrasi Model Pembelajaran Webbed ... 17

Gambar 4.1 Langkah Pembelajaran Pendekata Tematik ... 83

Gambar 4.2 Pembentukan Kelompok ... ... 84

Gambar 4.3 Pemberian Lembar Aktivitas Siswa ... ... 84

Gambar 4.4 Tahap Mengamati benda konkret ... ... 85

Gambar 4.5 Langkah Pembelajaran Direct Instruction ... 86

Gambar 4.6 Siswa Bekerja dalam Kelompoknya ... ... 87


(11)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Ayu Amelia (2014). Studi Komparatif tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Belajar dengan Pendekatan Tematik Integratif melalui Model Webbed dan Siswa yang Belajar melalui

Direct Instruction.

Tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa dapat memiliki kemampuan koneksi matematis yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, membandingkan, dan mendeskripsikan kemampuan koneksi dan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan direct instruction ditinjau dari level kemampuan siswa tinggi dan rendah. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian yaitu pretes-postes dua perlakuan (the pretest-post-test two treatment design). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas IV SDN Cimincrang Kota Bandung, Populasi langsung diajdikan sampel. Instrumen yang digunakan berupa tes tipe uraian yang dapat mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa (1) kemampuan koneksi matematis antara siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa yang belajar dengan direct instruction, (2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan siswa yang belajar dengan direct instruction ditinjau dari level kemampuan siswa tinggi dan rendah, (3) kemampuan koneksi matematis siswa kelompok tinggi yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa kelompok tinggi yang belajar melalui direct instruction, (4) kemampuan koneksi matematis siswa kelompok rendah yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa kelompok rendah yang belajar melalui

direct instruction.

Kata kunci: Kemampuan koneksi matematis, pendekatan tematik integratif melalui model webbed, Direct Instruction.


(12)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan adanya pendidikan akan memungkinkan seseorang untuk dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman, pemahaman, wawasan serta pemahaman mengenai cara bertingkah laku yang sesuai dengan tuntunan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada dasarnya pendidikan ialah bentuk usaha seseorang untuk dapat mengembangkan semua potensi yang ada dalam dirinya guna memperoleh keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan adanya pendidikan ini diharapkan adanya suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan seperti terdapat dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendididkan Nasional (UURI No.20/2003 tentang sisdiknas) pasal 1 ayat 1, yaitu : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003, hlm. 2).

Dari pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertera dalam UURI No.20/2003 tentang sisdiknas yaitu :

Tujuan pendidikan nasional ialah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003, hlm.75).


(13)

2

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan dilaksanakan melalui beberapa jalur pendidikan yakni pendidikan formal, nonformal dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidkan yang melandasi jenjang pendidikan yang selanjutnya. Sekolah dasar (SD) sebagai salah satu lembaga pendidikan dasar, memiliki peran penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional karena tujuan pendidikan di SD sebagaimana dikemukakan dalam UURI No.20/2003 tentang sisdiknas ialah untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan siswa agar dapat memenuhi segala persyaratan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dalam pelaksanaannya pendidkan di SD berdasarkan kurikulum SD/MI memuat delapan mata pelajaran yaitu: Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Prakarya, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan. Kedelapan mata pelajaran tersebut memberikan konstribusi untuk tercapainya tujuan pendidikan di sekolah dasar.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD memiliki tujuan agar siswa dapat memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, juga memiliki kemampuan koneksi matematis yang baik. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif juga koneksi matematis yang baik di masa depan, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar sehingga pembelajarannya menjadi bermakna.


(14)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Kurikulum 2013 mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang ada di kurikulum SD/MI tesebut dapat disimpulkan bahwa belajar tidak hanya pada ranah kognitif saja, tetapi juga pada ranah afektif dan juga psikomotor. Matematika adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang cara berpikir dan mengolah logika. Pada pembelajaran matematika diletakan dasar bagaimana mengembangkan cara berpikir dan bertindak melalui aturan yang disebut dalil (dapat dibuktikan) dan aksioma (tanpa pembuktian). Selanjutnya dasar tersebut dianut dan digunakan oleh bidang studi atau ilmu lain (Suherman,2003, hlm. 298).

Ketika materi-materi matematika hanya dipandang sebagai sekumpulan keterampilan yang tidak berhubungan satu sama lain, maka pembelajaran matematika hanyalah sebagai sebuah pengembangan keterampilan belaka. Matematika hendaknya dipandang secara holistik sehingga dengan mempelajari matematika dapat memahami hubungan keterkaitan antara ide atau


(15)

gagasan-4

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gagasan matematika yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan salah satu standar kurikulum yang dikemukakan oleh NCTM (1989, hlm. 84) bahwa matematika adalah sebagai suatu hubungan.

Orientasi pengembangan Kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, ketrampilan, dan pengetahuan, selain cara pembelajaran yang holistik dan menyenangkan. Perubahan tersebut juga menekankan pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes, dan portofolio agar saling melengkapi. Pembelajran yang diharapkan juga tidak banyak menggunakan hapalan namun lebih banyak kurikulum berbasis sains.

Menteri Pendidikan menyatakan bahwa salah satu ciri Kurikulum 2013 khususnya untuk SD adalah bersifat tematik integratif. Dalam pendekatan ini, mata pelajaran IPA dan IPS akan diintegrasikan sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran. Lebih lanjut Menteri manyatakan mata pelajaran IPA akan menjadi materi pembahasan pelajaran bahasa Indonesia dan matematika, sedangkan IPS akan menjadi pembahasan materi pelajaran bahasa Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Pengembangan konsep dalam materi-materi matematika seyogyanya tidak dibatasi oleh topik yang sedang dibahas saja, melainkan dikaitkan pula dengan topik-topik yang relevan, bahkan dengan mata pelajaran yang lain dalam sebuah pembelajaran yang bersifat terpadu dengan menggunakan pendekatan tematik integratif. Pembelajaran matematika yang bersifat tematik integratif berusaha memfokuskan pembelajaran pada pendekatan pembelajaran antar topik, bahkan jika memungkinkan antar mata pelajaran. Konsep pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan tematik integratif memandang siswa sebagai pembelajar yang harus aktif dalam proses pengembangan berpikir dan belajarnya. Pembelajarna matematika diharapkan berakhir dengan sebuah pemahaman siswa yang bersifat komrehensif dan holistik (lintas topik bahkan lintas mata pelajaran jika memungkinkan) tentang materi yang disajikan. Pemahaman siswa tidak sekedar memenuhi tuntutan pembelajaran secara substansi saja, melainkan


(16)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan muncul adanya efek iringan dari pembelajaran matematika tersebut. Efek iringan tersebut dintaranya : 1) lebih memahami keterkaitan antar satu topik matematika dengan topik matematika yang lain (koneksi matematis); 2) lebih menyadari akan pentingnya strategi matematika bagi mata pelajaran yang lain; 3) lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari; 4) lebih mampu berpikir kritis, logis, dan sistematis; 5) lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi dari pemecahan sebuah masalah; dan 6) lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.

Topik-topik dalam mata pelajaran matematika hendaknya tidak disajikan sebagai materi secara parsial, melainkan harus diintegrasikan antara satu topik dengan topik lainnya, bahkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal ini sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan anak untuk berpikir holistik. Demikian juga dengan pelaksanaan pembelajaran matematika secara parsial (disajikan permata pelajaran) kurang dapat mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa.

Pembelajaran matematika yang bersifat parsial dalam pembelajaran direct

instruction (pembelajaran langsung) akan membuat anak sulit untuk menemukan

keterkaitan-keterkaiatan antara topik dalam matematika ataupun dengan mata pelajaran yang lain bahkan dengan kehidupan sehari-hari. Ketika melaksanakan observasi di kelas IV SDN Cimincrang, para siswa lebih mudah mengerjakan soal matematika yang berbentuk isian langsung daripada soal yang berbentuk soal cerita. Di dalam soal cerita, selain siswa harus mampu menguasai materi matematikanya, siswa juga dituntut untuk memahami maksud dari soal tersebut.

Piaget (dalam Dahar, 2006) mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap pra operasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.


(17)

6

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian di atas, siswa kelas IV sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.

Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.

Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat. Selanjutnya Wahyudin

(2012, hlm. 198) menyebutkan bahwa “pada tahap ini, anak mulai membangun

sistem pemikiran tetapi masih berfungsi pada tingkat konkret, memperoleh reversibilitas, membangun konservasi, dan belajar berdasarkan urutan”. Hal ini berarti bahwa anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk mengaitkan pengetahuannya di sekolah dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dengan berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret.

Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.

Berdasarkan karakteristik siswa SD tersebut, jelas bahwa pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar


(18)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa sebelumnya dengan konsep pembelajaran yang akan diajarkan oleh guru, agar siswa dapat mengasimilasi informasi baru dalam pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman (2007, hlm. 48), bahwa “siswa harus diarahkan agar mendekati setiap persoalan/tugas baru dengan pengetahuan yang telah ia miliki (prior knowledge), mengasimilasi informasi baru, dan mengkonstruksi pemahaman sendiri”. Oleh karena itu, siswa harus banyak diberi kesempatan untuk mempelajari matematika dengan mengerjakan permasalahan yang muncul pada konteks di luar matematika dengan menerapkan gagasan matematis yang penting di dalam bidang-bidang studi lainnya.

Diantara berbagai kompetensi matematis yang diharapkan muncul sebagai dampak dari pembelajaran matematika ialah kemampuan koneksi matematis yang merupakan kemampuan menghubungkan serangkaian data ke dalam model matematika disertai dengan penjelasannya. Kemampuan ini meliputi kemampuan siswa dalam mengaitkan antara topik yang sedang dipelajari, mengaitkan antara konsep dengan mata pelajaran lainnya dan mengaitkan antara konsep dengan aplikasi kehidupan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Iskandar (Sukayati, 2004), bagi guru sekolah dasar yang siswanya masih berperilaku dan berpikir kongkrit, pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka pembelajaran akan lebih bermakna, lebih utuh dan kontekstual dengan dunia anak.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tematik integratif melalui model webbed yang dalam proses pembelajarannya melibatkan beberapa mata pelajaran dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada anak, karena dalam pembelajaran tematik integratif melalui model webbed ini anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami (koneksi).


(19)

8

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Studi komparatif tentang kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan Pendekatan Tematik Integratif melalui Model Webbed dan siswa yang belajar melalui Direct Instruction (Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Cimincrang Kota Bandung)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini ingin menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa yang belajar dengan direct instruction ?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model

webbed dan siswa yang belajar dengan direct instruction ditinjau dari level

kemampuan siswa tinggi dan rendah?

3. Apakah terdapat pengaruh interaksi level kemampuan siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa? 4. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa kelompok tinggi yang belajar

dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa kelompok tinggi yang belajar melalui direct instruction? 5. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa kelompok rendah yang belajar

dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa kelompok rendah yang belajar melalui direct instruction?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Mengkaji, membandingkan, dan mendeskripsikan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan direct instruction.

2. Mengkaji, membandingkan, dan mendeskripsikan perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan siswa yang belajar melalui

direct instruction ditinjau dari level kemampuan siswa tinggi dan rendah.

3. Mengkaji, membandingkan, dan mendeskripsikan pengaruh interaksi level kemampuan siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa.

4. Mengkaji, membandingkan, dan mendeskripsikan kemampuan koneksi matematis siswa kelompok tinggi yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dengan siswa kelompok tinggi yang belajar melalui direct instruction.

5. Mengkaji, membandingkan, dan mendeskripsikan kemampuan koneksi matematis siswa kelompok rendah yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dengan siswa kelompok rendah yang belajar melalui direct instruction.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti sebagai pencarian pengetahuan secara ilmiah, dan tentunya telah menambah pengetahuan peneliti juga. Bagi para pembaca pada umumnya, silahkan untuk memperivikasi hasil dari penelitian ini.


(21)

1

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga dapat dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimen kuasi. Menurut Sudjana (2004, hlm. 19) metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai sutau metode yang mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Eksperimen itu sendiri direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, dan untuk menguji hipotesis.

Pada penelitian ini subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi keadaan subjek diterima sebagaimana adanya. Pemilihan studi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin dilakukan pengelompokkan siswa secara acak. Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok pertama mendapat perlakuan pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed, dan kelompok kedua mendapat perlakuan pembelajaran dengan pembelajaran melalui

direct instruction. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes dengan

menggunakan instrumen tes yang sama.

Jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes dua perlakuan (The pretest-posttest two treatment design). Pada desain ini subjek tidak dikelompokkan secara acak. Pola rancangan digambarkan sebagai berikut:

Kelas Eksperimen 1 : O1 X1 O2


(22)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

O1 : Pretes kemampuan koneksi matematis siswa di kelas eksperimen 1.

O2 : Postes kemampuan koneksi matematis siswa di kelas eksperimen 1.

O3 : Pretes kemampuan koneksi matematis siswa di kelas eksperimen 2.

O4 : Postes kemampuan koneksi matematis siswa di kelas eksperimen 2.

X1 : Pembelajaran matematika dengan pendekatan tematik integratif melalui

model Webbed.

X2 : Pembelajaran matematika dengan model pembelajarn langsung (direct instruction).

- - - : Subjek tidak dikelompokkan secara acak.

(Cohen, 2007, hlm. 278)

B. Variabel Penelitian

Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (independent

variabel), dan variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan tematik integratif melalui model Webbed yang diberikan pada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung (direct instruction) yang diberikan pada kelas pembanding, sedangkan Variabel terikat yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan koneksi matematis matematis siswa dalam pembelajaran matematika.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (1997, hlm. 108), yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sesuai dengan lingkup penelitian ini, populasi yang menjadi subjek penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cimincrang Kecamatan Gedebage Kota Bandung yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas dan kelas VB. Populasi dalam penelitian ini langsung dijadikan sampel penelitian yakni kelas IVA yang terdiri dari 25 orang siswa dan kelas IVB yang juga terdiri dari 25 orang siswa. Pada Kelas IVA akan diberikan


(23)

3

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlakuan pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif melalui model

webbed, sedangkan di kelas IVB diberi perlakuan dengan pembelajaran melalui direct instruction. Pada setiap kelas baik kelas IVA maupun kelas IVB akan

diberikan pembelajaran oleh peneliti sendiri untuk menjaga agar langkah-langkah setiap pembelajaran dapat terlaksana dikelas.

D. Definisi Operasional

Untuk lebih memperjelas masalah dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan konsep-konsep pokok yang digunakan secara operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan koneksi matematis merupakan pengaitan matematika, yang meliputi: menggunakan matematika dalam mata pelajran lain; menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari; memahami hubungan antar topik matematika dan menggunakan koneksi antar topik matematika. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan koneksi matematis dalam judul penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan koneksi matematis. Kemampuan koneksi matematis tersebut secara umum dilihat dari perolehan skor dalam mengerjakan soal.

2. Pendekatan Tematik Integratif melalui Model Webbed

Pendekatan Tematik Integratif melalui Model Webbed merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, proses pembelajaran yang terjadi dalam Pendekatan Tematik Integratif melalui Model Webbed adalah mengelola pembelajaran dengan mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu tema pembelajaran. Satu tema yang diangkat akan merambah ke mata pelajaran lain.

3. Direct Instruction

Direct Instruction adalah sebuah model pembelajaran yang menyajikan


(24)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran dengan cara menjelaskan materi pembelajaran kemudian memberikan contoh-contoh soal beserta cara penyelesaiannya. Kemudian setelah itu siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru, mengajukan pertanyaan jika ada penjelasan dari guru yang kurang dimengerti, dan selanjutnya siswa menyelesaikan pembelajaran sebagaimana arahan dari guru.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1997, hlm. 101), instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lebih lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa tes kemampuan koneksi matematis siswa. Langkah pengujian perlu ditempuh mengingat instrumen yang digunakan belum merupakan alat ukur yang baku. Instrumen akan dikembangkan dalam beberapa tahap yakni, pembuatan intrumen, tahap ujicoba instrumen, kemudian hasilnya dianalisis. Sebelum pelaksanaan penelitian intrumen tersebut harus diketahui dahulu kelayakannya yaitu dengan melihat validitas butir soal, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal.

1. Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Kemampuan awal matematis (KAM) siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum proses pembelajaran itu berlangsung. Tujuan dari KAM ini adalah untuk penempatan siswa berdasarkan kemampuan awal matematisnya. Adapun tes yang akan peneliti berikan mencakup materi yang sudah dipelajari sebagai materi prasyarat sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Tes KAM ini berupa soal pilihan ganda terdiri dari 25 butir soal dengan empat alternatif jawaban dibuat berdasarkan analisis kompetensi yang sudah


(25)

5

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipelajari dikelas sebelumnya. Penskoran terhadap jawaban siswa yaitu dengan aturan setiap jawaban yang benar diberi skor 1 , sedangkan untuk setiap jawaban yang salah atau tidak menjawab diberi skor 0.

Dari hasil KAM kedua kelas ini kemudian akan dikelompokkan berdasarkan kategori kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Kriteria pengelompokkan KAM tersebut berdasarkan rata-rata dan simpangan baku yaitu berdasarkan Somakin (dalam Pamungkas, 2013, hlm. 47) sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kategori Kemampuan Awal Matematis Siswa

KAM ≥ ̅ + SB Siswa Kelompok Tinggi

̅ - SB ≤ KAM < ̅ + SB Siswa Kelompok Sedang

KAM ≤ ̅– SB Siswa Kelompok Rendah

Hasil perhitungan terhadap data skor kemampuan awal matematis siswa di kelas yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed, diperoleh ̅ = 14,6 dan SB = 3,0 sehingga kriteria pengelompokkan siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kategori Pengelompokkan Kelas Tematik model Webbed

KAM ≥ 18 Siswa Kelompok Tinggi

13 ≤ KAM < 17 Siswa Kelompok Sedang

KAM ≤ 12 Siswa Kelompok Rendah

Sedangkan hasil perhitungan terhadap data kemampuan awal matematis siswa kelas yang belajar melalui direct instruction, diperoleh ̅ = 12,92 dan SB = 2,857 sehingga kriteria pengelompokkan siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kategori Pengelompokkan Kelas Direct Instruction


(26)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11 ≤ KAM < 16 Siswa Kelompok Sedang

KAM ≤ 10 Siswa Kelompok Rendah

Hasil Pengelompokkan siswa, baik dikelas tematik maupun di kelas direct

instruction, dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4

Jumlah Siswa Masing-masing Kategori KAM

Kelompok Pembelajaran Total

Tematik Direct

Tinggi 5 4 9

Sedang 15 15 30

Rendah 5 6 11

Total 25 25 50

2. Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Tes kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam meneyelesaiakan soal-soal koneksi pada materi bangun ruang (balok, kubus, tabung, kerucut dan bola), jaring-jaring balok dan kubus, mengenal bangun datar simetris, dan pencerminana bangun datar.

Tes kemampuan koneksi matematis dalam hal ini berupa tes uraian yang mengukur kemampuan mengaitkan antar topik matematika, mengaitkan dengan mata pelajaran lain, dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya soal tes kemampuan koneksi matematis adalah 10 soal. 10 soal tersebut terdiri dari 4 soal tentang pengaitan antar topik matematika, 3 soal tentang koneksi matematika dengan mata pelajaran lain, dan 3 sola terakhir adalah sola tes koneksi antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi persyaratan tes yang baik, maka sebelum soal tes diberikan kepada sampel penelitian soal tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu.

Pembuatan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi tes, dan butir soal, dilanjutkan dengan penyusunan kunci jawaban dan kriteria penilaian. Setelah uji coba instrumen dilaksanakan yaitu pada tanggal 26 Februari 2014 di SDN


(27)

7

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cimincrang Kota Bandung, hasil ujicoba tersebut dikoreksi dan diberi skor Adapun pedoman pemberian skor yang digunakan adalah holistic scoring rubrics sebagai berikut :

Tabel 3.5

Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi Matematis

Respon siswa terhadap soal Skor

Menunjukkan kemampuan koneksi

a. Penggunaan konsep dan keterkaitan antar konsep matematika secara lengkap

b. Melakukan algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan dengan benar.

4

Menunjukkan kemampuan koneksi

a. Menunjukkan konsep dan keterkaitan antar konsep matematika hampir lengkap

b. Melakukan algoritma secara lengkap dan benar namun mengandung sedikit kesalahan dalam perhitungan

3

Menunjukkan kemampuan koneksi

a. Menunjukkan konsep dan keterkaitan antar konsep matematika kurang lengkap

b. Menunjukkan algoritme secara lengkap dan benar dan mengandung perhitungan yang salah.

2

Menunjukkan kemampuan koneksi

a. Menujukkan konsep dan keterkaitan antar konsep matematika sangat terbatas.

b. Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah.

1

Tidak ada jawaban 0

Diadaptasi dari Puji Lestari (2009, hlm. 46)

Setelah dilakukan penskoran, tahap selanjutnya adalah mengetahui kualitas setiap soal. Untuk mengetahui kualitas setiap soal tersebut, maka dilakukan analisis butir soal yang meliputi aspek validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.


(28)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahan tes diambil dari materi pelajaran matematika kelas IV SD semester genap yang mengacu pada kurikulum 2006 pada materi sifat-sifat bangun ruang sederhana (balok, kubus, tabung, kerucut, dan bola), jaring balok, jaring-jaring kubus, mengenal bangun datar simetris, dan pencerminan bangun datar. Kemudian data yang diperoleh dari uji coba tes kemampuan koneksi matematis dianalisis untuk mengetahui validitas, realibilitas, daya beda dan tingkat kesukaran tes tersebut dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007. Proses penganalisisan data hasil uji coba meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Analisis Validitas Tes

Secara mendasar validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 1997, hlm. 167). Berdasarkan pengertian tersebut, maka suatu instrumen bisa dikatakan mampu mengukur (valid) apabila mempunyai validitas yang tinggi. Pengujian validitas ini akan dilakukan dengan analisis faktor yaitu mengkorelasikan antara skor butir soal dengan skor total dengan menggunakan

Pearson Product Moment ( Arikunto, 1997, hlm. 72).

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

= jumlah peserta tes (subjek).

= skor item tes.

= skor total.

Tabel 3.6

Kriteria Validitas Butir Soal Koefisien validitas (rxy) Interpretasi

0,80 < rxy≤ 1,00 validitas sangat baik (sangat tinggi)


(29)

9

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,40 < rxy≤ 0,60 validitas cukup (sedang)

0,20 < rxy≤ 0,40 validits rendah (jelek)

0,00 < rxy≤ 0,20 validitas sangat rendah

rxy ≤ 0,00 tidak validitas

Dari hasil perhitungan, didapat nilai validitas butir tes dari soal yang telah diujicobakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Nilai Validitas Soal Koneksi No. Soal Nilai Validitas Interpretasi

1 0,45 Sedang

2 0,49 Sedang

3 0,38 Rendah

4 0,61 Sedang

5 0,43 Sedang

6 0,51 Sedang

7 0,42 Sedang

8 0,61 Sedang

9 0,56 Sedang

10 0,56 Sedang

b. Analisis Realibilitas Tes

Uji realibilitas bertujuan untuk menguji bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya. Realibilitas suatu tes akan dikatakan reliabel jika hasil evaluasi memberikan hasil yang tetap sama untuk subjek yang sama, jika mengalami perubahan, maka perubahan itu tidak signifikan. Untuk menginterpretasikan koefsien realibilitas alat evaluasi dapat digunakan kriteria yang dibuat oleh J.P. Guilford (Ruseffendi, 2005, hlm. 160)


(30)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.8

Kriteria Reabilitas Tes

Koefisien reliabilitas ( r11) Interpretasi

r11 ≤ 0,20 Derajat realibilitas sangat rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat realibilitas rendah

0,40 < r11 ≤ 0,70 Derajat realibilitas sedang

0,70 < r11 ≤ 0,90 Derajat realibilitas tinggi

0,90 < r11 ≤ 1,00 Derajat realibilitas sangat tinggi

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bentuk uraian, maka rumus yang digunakan untuk menghitung derajat realibilitas tes menggunakan

alpha cronbach (Arikunto, 1997, hlm. 109).

Keterangan:

koefisien reliabilitas tes

∑ = jumlah varians skor tiap butir soal = varians skor total

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisian reliabilitas untuk soal kemampuan koneksi adalah 0,57. Berdasarkan koefisien korelasi yang ada pada taebel 3.4, dapat disimpulkan bahwa soal dalam instrumen penelitian ini diinterpretasikan sebagai soal yang reliabitasnya sedang.

c. Analisis daya Beda

Daya pembeda dianalisis untuk mengetahui sebuah soal baik atau tidak, dan untuk mengetahui sejauh mana alat tes dapat membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan benar (Suherman, 2003). Untuk menghitung daya pembeda, digunakan rumus sebagai berikut:


(31)

11

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

DP = daya pembeda.

= jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar.

= jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar.

= jumlah siswa kelompok atas.

Adapun kategori daya pembeda suatu soal, menurut Suherman (2003, hlm. 161) diinterpretasikan sebagai berikut.

Tabel 3.9

Kategori Daya Beda Soal

Daya Pembeda (DP) Interpretasi

0,70 < DP ≤ 1,00 sangat baik

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

DP ≤ 0,00 sangat jelek

Dari hasil perhitungan, didapat nilai daya pembeda dari soal yang telah diuijicobakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Hasil Perhitungan Nilai Daya Pembeda Soal Koneksi No. Soal Nilai Daya Pembeda Interpretasi

1 1,00 Sangat baik

2 0,88 Sangat baik

3 0,63 Baik

4 1,00 Sangat baik

5 0,38 Cukup

6 1,00 Sangat baik

7 0,75 Sangat baik

8 1,00 Sangat baik


(32)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10 1,00 Sangat baik

d. Analisis Tingkat Kesukaan Soal

Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah butir soal itu termasuk kedalam kelompok butir soal mudah, sedang atau sukar. Untuk menghitungnya digunakan nilai rata-rata setiap butir dibagi nilai maksimum. Suherman (2003, hlm. 170) tingkat kesukaran tes dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

TK = tingkat kesukaran.

= jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar.

= jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar.

= jumlah siswa kelompok atas.

Arikunto (2013, 222) menyatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran diinterpretasikan menggunakan kriteria kesukaran butir soal yang dikemukakan Arikunto (2013, hlm. 225), yaitu:

Tabel 3.11

Kategori Tingkat Kesukaran Soal Indeks kesukaran Interpretasi

IK = 1,00 soal terlalu mudah

0,70 < IK < 1,00 soal mudah

0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang

0,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar


(33)

13

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap ujicoba soal koneksi matematis, indeks kesukaran soal disajikan dalam tabel 3.12 di bawah ini :

Tabel 3.12

Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kesukaran Soal Koneksi No. Soal Nilai Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,78 Mudah

2 0,85 Mudah

3 0,67 Sedang

4 0,70 Mudah

5 0,76 Mudah

6 0,43 Sedang

7 0,65 Seang

8 0,53 Sedang

9 0,57 Sedang

10 0,56 Sedang

Berikut ini akan disajikan keempat faktor untuk analisis butir soal secara keseluruhan, hasil perhitungan yang diperoleh dari tes ujicoba instrumen yang berupa validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Adapun hasil analisis dari faktor lainnya, yaitu validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.13

Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen

No Soal Validitas Soal Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

1 Sedang Sangat baik Mudah

2 Sedang Sangat baik Mudah

3 Rendah Baik Sedang

4 Sedang Sangat baik Mudah

5 Sedang Cukup Mudah

6 Sedang Sangat baik Sedang

7 Sedang Sangat baik Seang

8 Sedang Sangat baik Sedang


(34)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10 Sedang Sangat baik Sedang

F. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cimincrang yang beralamat di Jl. Cilameta No. 1 Kecamatan Gedebage Kota Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2014. SDN Cimincrang ini dipilih sebagai tempat penelitian atas pertimbangan sebagai berkut:

1. Sekolah ini terletak di Kota Bandung sehingga lokasinya dapat dijangkau oleh peneliti.

2. SDN Cimincrang merupakan tempat dimana peneliti juga bekerja.

3. Sekolah ini sangat terbuka dalam menerima pembaharuan dalam hal pembelajaran.

4. Sekolah ini belum melaksanakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan tematik integratif.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian akan dikelompokkan dalam tiga tahap yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan penyusunan proposal dan seminar proposal. Selanjutnya akan dilakukan dilakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Pada tahap ini juga akan dilakukan penyusunan instrumen penelitian, pengujian instrumen, dan perbaikan instrumen, sehingga pada tahap ini diperoleh instrumen penelitian yang siap dan layak pakai.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap ini akan dilakukan pelaksanaan penelitian. Kegiatan akan diawali dengan memberikan pretes pada kedua kelompok eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam koneksi matematis. Setelah pretes dilakukan, dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan direct instruction dikelompok kelas


(35)

15

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen yang berbeda. Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai akan dilakukan post-test pada kedua kelompok tersebut. Post-test akan memberikan gambaran mengenai perbandingan kedua pembejaran tersebut terhadap kemampuan koneksi matematis siswa.

3. Tahap analisis data

Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan dan penganalisisan data penelitian serta penulisan hasil penelitian secara lebih lengkap. Jenis data yang telah dikumpulkan adalah data kuantitatif, berupa data hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa. Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan bantuan program sofeware SPSS versi 20 for windows dan Microsoft Excell 2007. Data hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa di analisis berdasarkan pengolahan data kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan siswa yang belajar melalui direct instruction.

Adapun kerangka penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Identifikasi Masalah

Menyiapkan RPP

Menyiapkan Instrumen

Uji Coba Instrumen

Analisis validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat

Pelaksanaan

Tes Awal (Pretest)

Kelas Eksperimen

Dengan Pendekatan Tematik Integratif melalui Model Webbed

Kelas Pembanding

Dengan model pembelajaran direct instruction

Tes Akhir (Post test)

Analisis Kemampuan koneksi

matematis Kemampuan koneksi


(36)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data akan dikumpulkan melalui tes kemampuan koneksi matematis. Data yang berkaitan dengan kemampuan koneksi matematis siswa dikumpulkan dengan tes (pretes dan postes).

2. Teknik Analisis Data

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang teknik analisis data yang dilakukan. Data perbandingan pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan direct instruction terhadap kemampuan koneksi matematis siswa dianaliasis dengan tahapan sebagai berikut:

a. Data Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Menggunakan uji statistik terhadap data skor pretes, postes dan normalisasi gain. Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik, peneliti menganalisis data hasil tes dengan normalisasi gain yang dihitung dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Hake (dalam Meltzer, 2002, hlm. 3), yaitu :

Diagram 3.1 Prosedur Penelitian


(37)

17

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kriteria normalisasi gain menurut Hake adalah sebagai berikut :

Tabel 3.14 Kriteria N-Gain

Normalisasi gains Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

g ≤ 0,30 Rendah

Analisa dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembalajaran dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan direct instruction. Analisa data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada skor pretes, postes, dan normalisasi gain pada kelas tematik model webbed dan kelas

direct instruction. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Kolmogorov_Smirnov

dan juga shafiro wilk dengan taraf signifikansi 5%.

Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menetukan uji parametrik yang sesuai. Namun, jika data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians akan tetapi langsung dilakukan uji perbedaan rata-rata (uji non-parametrik).

2) Uji homogenitas varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah dua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogen atau tidak, Untuk menguji homogenitas digunakan uji leneve dengan taraf signifikansi 5%.

3) Uji Perbedaan dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata (mean) secara signifikan antara dua populasi dengan


(38)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melihat rata-rata dua sampelnya. Uji perbedaan rata-rata dilakukan terhadap data skor hasil pretes, postes dan N-Gain. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen maka pengujiannya dilakaukan uji t. Adapun untuk data yang berdistribusi normal akan tetapi tidak memiliki varians yang homogen, maka pengujiannya menggunakan uji t’. Sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan statistik non parametrik yaitu menggunakan uji Mann-Whitney U.


(39)

1

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis peneltian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa yang belajar dengan direct instruction.

2. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa yang belajar dengan direct instruction ditinjau dari level kemampuan siswa tinggi dan rendah.

3. Terdapat pengaruh interaksi level kemampuan siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa.

4. Kemampuan koneksi matematis siswa kelompok tinggi yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa kelompok tinggi yang belajar melalui direct instruction.

5. Kemampuan koneksi matematis siswa kelompok rendah yang belajar dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed lebih baik daripada siswa kelompok rendah yang belajar melalui direct instruction.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan melalui

direct instruction dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa


(40)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

integratif melalui model webbed dan direct instruction dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan guru matematika dalam menyajikan materi matematika.

2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk untuk melakukan penelitian studi komparatif tentang kemampuan-kemampuan matematis yang lain, misalnya tentang kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi, kemampuan pemahaman, ataupun kemampuan representasi matematis dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan

direct instruction.

3. Tema yang diangkat pada pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dalam penelitian ini adalah tema daerah tempat tinggalku dan materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah bangun ruang (balok, kubus, kerucut, tabung, dan bola), jaring-jaring kubus dan balok, mengenal bangun datar simetris, dan pencerminan bangun datar, maka dari itu untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian studi komparatif tentang pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan

direct instruction terhadap tema dan topik lain yang berbeda dengan yang


(41)

1

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2005). Aplikasi Statistika Dan Metode Penelitian Untuk Sdministrasi dan

Manajemen. Bandung : Dewa ruchi

Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Bruner, J. (1977). The Process Of Education. Cambridge. Harvard University

Press

Bruce & Weil,. (1996). Tahapan Model Explicit Instruction. Dalam Sudrajat,

Ahmad. [Online]. Tersedia di

http://akhmadsudrajat.worpress.com/2011/01/27/modelpembelajaran-langsung/html. Diakses 10 Februari 2012.

Creswell, J. W. (2012). Research Design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan

mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cohen, Manion & Morrison. (2008). Research Methods In Education (six edition). USA and Canada: Routledge.

Dahar, R.W. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Departeman Pendidikan Nasional. (2003). Sistem Pendidikan Nasional 2003. Bandung : fokus media

Diana, N. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Jaring

Laba-Laba di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Pada Seolah Dasar Di

Kotamdya Bandar Lampung). [Online]. Tersedia di

http://digilib.upi.edu/pasca/apailale/etd. diakses 20 November 2013.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/ Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. Diakses

21Oktober 2013.

Herman, T. (2012). Tren Pembelajaran Matematika Pada Era Informasi Global. [Online]. Tersedia di: http\\192.168.8.203\upi\Direktori\D - FPMIPA\FAK. PEND. MATEMATIKA DAN IPA\TATANG HERMAN\Artikel\Artikel18.doc 13. Diakses 23 Oktober 2013


(42)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Herman. (2007). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hudojo, H. (2005). Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama

Kusumah, Y.S. (2008). Konsep pengembangan, dan implementasi komputer

-based learning dan peningkatan kemampuan high-order mathematical thinking. Disampaikan dalam pidato pengkuhan sebagai guru besar pada

FPMIFA UPI Bandung.

Kutz, R.E. (1991). Anotated Instructor’s Edition, Teaching Elementary

Mathematics. Boston : Allyn and Bacon.

Meltzer, D. E. (2002). Addendum to : The Relationship between Mathematics

Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics : A Possible

“Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Score”. [online]. Tersedia:

http//www.physics.iastes.edu/per/docs/addendum on_normalized_gain. Diakses 21Oktober 2013.

National Concuil of Teacher of Mathematics (NCTM). (1989). Curriculum And

Evaluluations Standards For School Mathematics. Reston, VA : Authur

Ontario Ministry Education. (2005). Capacity Building Series, Coommunication

in the mathematics Classroom Special Edition #13. Ontario : Reach

Every Student.

Pamungkas. S. A. (2013). Pembelajaran Eksplorasi untuk Mengembangkan

Kemampuan Berpikir Logis dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak

Dipublikasikan.

Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (2013).Pengembangan

Kurikulum 2013.Bandung: 16 Maret 2013. Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan

Pasiak, T. (2008). Revolusi IQ/EQ/SQ Menyingkap Rahasia Kecerdasan

Berdasarkan Al-Qurann dan Neurosains Mutakhir. Bandung: PT Mizan

Pustaka

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor. 67 Tahun 2013 Kurikulum 2013


(43)

3

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lestari, P. (2009). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis

Siswa SMK Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis SPS

UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Riduwan dan Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, H. E. T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Esakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, H. E. T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru

Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, H. E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa

khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruspiani. (2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis PPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Sabandar, J. (2009). “Thinking Classroom dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah”.[Online].Tersediadi:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEN

D._MATEMATIKA/194705241981031- JOZUA_SABANDAR/KUMPULAN_MAKALAH_DAN_JURNAL/Thinking-Classroom-dalam-Pembelajaran-Matematika-di-Sekolah.pdf.

Diakses 22 November 2013.

Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

Santoso, S. (2001). SPSS versi 10. Jakarta : Gramedia

Sa’ud, U.S. (2006). Pembelajaran Terpadu. Bahan belajar mandiri pada program

peningkatan kualifikasi guru SD/MI di Bandung.

Slavin, R. E. (2011). Psikologi Pendidikan : teori dan praktik. Jakarta: Indeks. Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung : JICA UPI Bandung.

Sumarmo, U. (2013). Kumpulan Makalah: berpikir dan disposisi matematik serta


(1)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

integratif melalui model webbed dan direct instruction dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan guru matematika dalam menyajikan materi matematika.

2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk untuk melakukan penelitian studi komparatif tentang kemampuan-kemampuan matematis yang lain, misalnya tentang kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi, kemampuan pemahaman, ataupun kemampuan representasi matematis dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan

direct instruction.

3. Tema yang diangkat pada pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif melalui model webbed dalam penelitian ini adalah tema daerah tempat tinggalku dan materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah bangun ruang (balok, kubus, kerucut, tabung, dan bola), jaring-jaring kubus dan balok, mengenal bangun datar simetris, dan pencerminan bangun datar, maka dari itu untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian studi komparatif tentang pendekatan tematik integratif melalui model webbed dan

direct instruction terhadap tema dan topik lain yang berbeda dengan yang


(2)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2005). Aplikasi Statistika Dan Metode Penelitian Untuk Sdministrasi dan

Manajemen. Bandung : Dewa ruchi

Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Bruner, J. (1977). The Process Of Education. Cambridge. Harvard University

Press

Bruce & Weil,. (1996). Tahapan Model Explicit Instruction. Dalam Sudrajat,

Ahmad. [Online]. Tersedia di

http://akhmadsudrajat.worpress.com/2011/01/27/modelpembelajaran-langsung/html. Diakses 10 Februari 2012.

Creswell, J. W. (2012). Research Design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan

mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cohen, Manion & Morrison. (2008). Research Methods In Education (six edition). USA and Canada: Routledge.

Dahar, R.W. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Departeman Pendidikan Nasional. (2003). Sistem Pendidikan Nasional 2003. Bandung : fokus media

Diana, N. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Jaring

Laba-Laba di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Pada Seolah Dasar Di Kotamdya Bandar Lampung). [Online]. Tersedia di http://digilib.upi.edu/pasca/apailale/etd. diakses 20 November 2013. Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/ Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. Diakses 21Oktober 2013.

Herman, T. (2012). Tren Pembelajaran Matematika Pada Era Informasi Global. [Online]. Tersedia di: http\\192.168.8.203\upi\Direktori\D -

FPMIPA\FAK. PEND. MATEMATIKA DAN IPA\TATANG


(3)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Herman. (2007). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hudojo, H. (2005). Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama

Kusumah, Y.S. (2008). Konsep pengembangan, dan implementasi komputer

-based learning dan peningkatan kemampuan high-order mathematical thinking. Disampaikan dalam pidato pengkuhan sebagai guru besar pada

FPMIFA UPI Bandung.

Kutz, R.E. (1991). Anotated Instructor’s Edition, Teaching Elementary

Mathematics. Boston : Allyn and Bacon.

Meltzer, D. E. (2002). Addendum to : The Relationship between Mathematics

Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics : A Possible

“Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Score”. [online]. Tersedia:

http//www.physics.iastes.edu/per/docs/addendum on_normalized_gain. Diakses 21Oktober 2013.

National Concuil of Teacher of Mathematics (NCTM). (1989). Curriculum And

Evaluluations Standards For School Mathematics. Reston, VA : Authur

Ontario Ministry Education. (2005). Capacity Building Series, Coommunication

in the mathematics Classroom Special Edition #13. Ontario : Reach

Every Student.

Pamungkas. S. A. (2013). Pembelajaran Eksplorasi untuk Mengembangkan

Kemampuan Berpikir Logis dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak

Dipublikasikan.

Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (2013).Pengembangan

Kurikulum 2013.Bandung: 16 Maret 2013. Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan

Pasiak, T. (2008). Revolusi IQ/EQ/SQ Menyingkap Rahasia Kecerdasan

Berdasarkan Al-Qurann dan Neurosains Mutakhir. Bandung: PT Mizan

Pustaka

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor. 67 Tahun 2013 Kurikulum 2013


(4)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lestari, P. (2009). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis

Siswa SMK Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis SPS

UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Riduwan dan Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, H. E. T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Esakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, H. E. T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru

Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, H. E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa

khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruspiani. (2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis PPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Sabandar, J. (2009). “Thinking Classroom dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah”.[Online].Tersediadi:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEN

D._MATEMATIKA/194705241981031-

JOZUA_SABANDAR/KUMPULAN_MAKALAH_DAN_JURNAL/Thinking-Classroom-dalam-Pembelajaran-Matematika-di-Sekolah.pdf.

Diakses 22 November 2013.

Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

Santoso, S. (2001). SPSS versi 10. Jakarta : Gramedia

Sa’ud, U.S. (2006). Pembelajaran Terpadu. Bahan belajar mandiri pada program

peningkatan kualifikasi guru SD/MI di Bandung.

Slavin, R. E. (2011). Psikologi Pendidikan : teori dan praktik. Jakarta: Indeks. Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung : JICA UPI Bandung.

Sumarmo, U. (2013). Kumpulan Makalah: berpikir dan disposisi matematik serta


(5)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukayati, (2004). Contoh model pembelajaran matematika di sekolah dasar. Makalah Pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut, Yogyakarta.

Sutawidjadja, A. & Dahlan, J. A. (2011). Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Supriatin, A. (2009). Penerapan Pembelajaran Tematik Dalam Upaya

Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis dan Sikap Siswa SD ( Study Eksperimen Kuasi Di Kelas III Sdn 2 Kayu Ambon Lembang).

Tesis magister pada sekolah pasca sarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Suryadi, D & Herman, T. (2008). Eksplorasi Matematika Pembelajaran

Pemecahan Masalah. Karya Bandung: Duta Wahana

Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya Baru Dalam Berpikir Matematika.Bandung :Rizki Press

Susanti, D. (2008). Pembelajaran tematik sebagai upaya meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas 3 SD Negeri 034 Samarinda Ulu. [online].

Tersedia di: http//one. Indoskripsi.com/skripsi/judul-skripsi-jurusan pendidikan matematika. Diakses 15 November 2013.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Principles

and Standards for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.

Tim MKDP Kurikulum dan Pembelajaran.(2012). Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Rajawali Pers

Trianto. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustaka

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka

Wahyudin.(2010). Materi Pembelajaran Matematika Kelas Rendah.Bandung: Penerbit Mandiri.

Wahyudin.(2012). Filsafat dan Model-Model Pembelajaran Matematika. Bandung: Penerbit Mandiri.


(6)

Ayu Amelia, 2014

Studi Komparatif Tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Pendekatan Tematik Integratif Melalui Model Webbed Dan Siswa Yang Belajar Melalui Direct Instruction

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yaniawati, P. (2001). Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam

Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. Tesis

Magister Pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. Yuliastuti. (2003). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Melalui

Pembeljaran Berbasis Masalah Pada Pokok Bahsan Peluang. Skripsi

pada jurusan pendidikan matematika FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual pada pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di SDN Neglasari 02

1 13 149

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF.

0 2 17

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING.

0 4 43

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR : Studi Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Sukakarya Kota Bandung.

0 3 38

STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN DAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI: Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri di Bandung.

0 1 27

STUDI KOMPARATIF TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN RELASIONAL DAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING DENGAN SISWA YANG BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG: kuasi eksperimen pada kelas vii sal

0 2 55

KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUISTRATEGI THINK-TALK-WRITEDENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI EKSPOSITORI : Studi Komparatif pada Salah Satu SMA di Bandung.

0 2 15

STUDI KOMPARATIF TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA MTs YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DAN SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION).

0 1 56

Penerapan Pembelajaran Tematik Model Webbed Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Keluargaku.

1 9 38