Upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui metode eksperimen: penelitian tindakan kelas di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin Pasar Minggu Jakarta Selatan

(1)

Pasar Minggu Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

MUTIAH

NIM 18090183000065

PROGRAM STUDI PGMI DUAL MODE SYSTEM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M/1435 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Program Studi PGMI, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin dengan subjek sebanyak 18 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi tindakan. Keempat tahapan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen. Berdasarkan observasi awal penelitian, hanya 50% siswa yang mencapai nilai ketuntasan dalam pembelajaran IPA. Selama penerapan penelitian tindakan kelas (PTK) persentase tersebut meningkat menjadi 66,67% pada siklus pertama (I), dan akhirnya mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus ke dua (II) yaitu 83,33%. Hal ini menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.


(6)

ii

Methods (The Classroom Action Research Fifth Grade in Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin in Pasar Minggu South of Jakarta). Thesis, PGMI Program, Department of Islamic Education and Teaching, Faculty Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This Research is aimed to increase the learning outcomes students uses experimental methods. This research done at Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin with the subject is 18 students. The method used in this research is the classroom action research. This research is done with four stages, there are planning, implementation, observation, and reflection action. The fourth stages performed on any cycle lasting iterative steps and performed with equal and focused on learning with uses experimental methods. Based on early observasi researchers only 50% of students learning increased activity in science. During the class action research the percentage increase to first 66,67% in cycles and finally seen a significant increase in both the cycle 83,33%. This shows that the experimental methods can be used to improve the outcomes of students learning in science.

Key words: students learning results, the experimental methods, the classroom action research


(7)

iii

kesehatan, kekuatan, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa melalui Metode Eksperimen”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada

junjungan Nabi Muhammad saw yang telah berjuang untuk menyempurnakan akhlak manusia, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, M.A, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

3. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan serta motivasi yang tinggi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap dosen, staf dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal administrasi dan menyediakan buku-buku referensi dalam skripsi ini.

5. Siswanti, S.Ag, selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin dan dewan guru MI. Al-Mukhlisin Pasar Minggu Jakarta Selatan, yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Kementrian Agama Jakarta Selatan yang telah memberikan beasiswa kepada para guru Madrasah Ibtidaiyah.


(8)

iv

persatu atas segala bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Pengalaman yang sangat berharga yang penulis dapatkan selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme diri sebagai guru Madrasah Ibtidaiyah. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dan penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang positif dan konstruktif sangat diharapkan demi kemajuan yang akan datang.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, Desember 2014


(9)

v

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ……….. x

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ………. 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ……… 4

D. Perumusan Masalah Penelitian ……….. 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ……….. 5

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ……….. 6

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ……… 6

1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ………... 6

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ……….. 6

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ……….. 7

c. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ………. 9

d. Model- Model Penelitian Tindakan Kelas ……… 9

e. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ..… 10

2. Belajar dan Hasil Belajar ………12

a. Pengertian Belajar ……….12

b. Prinsip-prinsip Belajar ………..14


(10)

vi

Pengertian Metode Eksperimen ……….. 22

4. Cahaya ……….……….. 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ………. 32

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ……… 33

D. Hipotesis Tindakan ……….. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 36

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ……….. 36

C. Subjek Penelitian ………. 38

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ………. 38

E. Tahapan Intervensi Tindakan ……….. 39

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ……….. 40

G. Data, Teknik Pengumpulan dan Sumber Data ……… 40

H. Instrument Pengumpulan Data ……… 41

I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ……….. 49

a. Validitas ……… 49

b. Reliabilitas ……… 50

c. Tingkat Kesukaran ……… 50

d. Daya Beda ………. 51

J. Analisis Data dan Intepretasi Data ……….. 52

K. Indikator Keberhasilan ……… 53

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ……….. 53

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN… 56 A. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Pengamatan ……….. 56

a. Siklus I ………. 56


(11)

vii

b. Siklus II ……….. 72

1. Tahap Perencanaan ……….. 72

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ……….. 72

3. Tahap Pengamatan/Observasi ……….. 75

4. Tahap Refleksi ………. 81

Pembahasan ……… 81

BAB V KESIMPULAN ……… 85

A. Kesimpulan ……….. 85

B. Saran ………. 85


(12)

viii

n Observasi ……….

Tabel 3.2. Posisi dan Peran Peneliti ……… 39

Tabel 3.3. Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ………. 41

Tabel 3.4. Pedoman Observasi Aktivitas Guru ………... 42

Tabel 3.5. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ……….. 44

Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Soal ………. 48

Tabel 3.7. Kategori Persentase ……… 52

Tabel 4.1. Kegiatan Guru dan Siswa pada Pertemuan Pertama ……….. 57

Tabel 4.2. Kegiatan Guru dan Siswa pada Pertemuan Kedua ………. 58

Tabel 4.3. Kegiatan Guru dan Siswa pada Pertemuan Ketiga ………. 60

Tabel 4.4. Data Observasi Kegiatan Guru pada Pertemuan I ……….. 62

Tabel 4.5. Data Observasi Kegiatan Guru pada Pertemuan II ……… 63

Tabel 4.6. Data Observasi Kegiatan Guru pada Pertemuan III ……….. 65

Tabel 4.7. Data Observasi Kegiatan Kelompok Siswa pada Pertemuan I ….. 66

Tabel 4.8. Data Observasi Kegiatan Kelompok Siswa pada Pertemuan II …. 67 Tabel 4.9. Data Observasi Kegiatan Kelompok Siswa pada Pertemuan III … 67 Tabel 4.10. Catatan Lapangan Siklus I ……… 68

Tabel 4.11. Data Hasil Wawancara Siswa ………... 69

Tabel 4.12. Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus I ………. 70

Tabel 4.13. Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus II Pertemuan I …………. 73

Tabel 4.14. Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus II Pertemuan II ………… 74

Tabel 4.15. Data Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II Pertemuan I ……. 76

Tabel 4.16. Data Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II Pertemuan II …… 77

Tabel 4.17. Data Observasi Kelokpok Siswa Siklus II Pertemuan I ……….. 78

Tabel 4.18. Data Observasi Kelompok Siswa Siklus II Pertemuan II ……… 79


(13)

ix

Gambar 2.2. Hukum Pemantulan Cahaya ………

Gambar 2.3. Pemantulan Baur ………. 27

Gambar 2.4. Pemantulan Teratur ……… 27

Gambar 2.5. Sifat Bayangan pada Cermin Datar ……… 28

Gambar 2.6. Sifat Bayangan pada Cermin Cekung ………. 29

Gambar 2.7. Sifat Bayangan pada Cermin Cembung ……….. 29

Gambar 2.8. Contoh Peristiwa Pembiasan Cahaya ………. 30

Gambar 2.9. Contoh Peristiwa Dispersi Cahaya ………. 31

Gambar 2.10. Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ……….. 35


(14)

x

2013/2014 ……….. 89

Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Soal ………... 90

Lampiran 3. Soal-soal Siklus I ……….. 96

Lampiran 4. Soal-soal Siklus II ………. 100

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 103

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS)………. 124

Lampiran 7. Hasil Tes Siklus I ……….. 134

Lampiran 8. Hasil Tes Siklus II ………. 135

Lampiran 9. Foto-foto Penelitian ………... 136


(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Globalisasi yang terjadi sekarang ini telah membawa dampak bagi berbagai aspek. Tidak terkecuali pada dunia pendidikan. Di antara dampak globalisasi dalam dunia pendidikan adalah adanya perubahan-perubahan yang terjadi, seperti kebijakan pemerintah tentang program Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Dengan adanya program Pendidikan Dasar Sembilan Tahun diharapkan nantinya masyarakat Indonesia memiliki jenjang pendidikan serendah-rendahnya tingkat sekolah menengah pertama (SMP).

Kurikulum yang merupakan komponen dari pendidikan juga mengalami penyempurnaan-penyempurnaan.. Penyempurnaan kurikulum ini tentunya bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Hakekat pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak didik. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pendidikan merupakan faktor yang penting dalam pembangunan moral dan kemampuan suatu bangsa yang cerdas, terampil, dan berbudaya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar dapat menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1

1

Abd. Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang


(16)

Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan yang sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 tersebut, diperlukan adanya upaya-upaya yang konkret baik dari pemerintah maupun lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan pemahaman dan penguasaan guru terhadap strategi dan metode-metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Karena kemampuan seorang guru dalam menggunakan strategi dan metode pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang harus mereka kuasai.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang dalam proses untuk pembelajarannya mengharuskan seorang guru untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran, karena mata pelajaran Imu Pengetahuan Alam sarat dengan pengetahuan-pengetahuan yang tidak bisa dipahami hanya dengan metode ceramah. Pengajaran IPA adalah pengajaran yang tidak menuntut hafalan saja, tetapi pengajaran yang juga banyak memberikan latihan-latihan untuk mengembangkan cara berpikir yang sehat dan masuk akal berdasarkan kaidah-kaidah IPA.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.2

Tujuan utama pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggu nakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam semesta (Hadiat, 1996).3

2

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.136-137.

3

Dhia Suprianti, Penggunaan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA, 2009, (http://dhiasuprianti.wordpress.com), diakses pada 20 Januari 2014, pukul: 10:13 WIB.


(17)

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.4 Untuk menanamkan pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap materi pelajaran IPA, siswa tidak bisa hanya dengan mendengarkan penjelasan guru. Siswa harus diajak berinteraksi dengan apa yang ada di sekitar mereka dengan aktif menggunakan panca indera mereka melalui sumber belajar yang ada, sehingga mereka tidak hanya mendengar, tetapi juga mengamati dan melakukan kegiatan pratikum secara langsung. Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hapalan, sehingga pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama.5 Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mereka sesuai kompetensi yang telah ditetapkan.

Hasil observasi memperlihatkan bahwa di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin Jakarta, khususnya pada mata pelajaran IPA, sering kali siswa terlihat kurang aktif dan kurang bersemangat. Hanya sebagian siswa yang terlihat serius mengikuti proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta kurang memanfaatkan media pembelajaran. Kalau pun menggunakan metode lain seperti metode demonstrasi, hanya sebatas guru yang melakukan. Siswa tidak dilibatkan dalam menggunakan metode tersebut. Aktivitas guru sangat dominan dalam proses pembelajaran di kelas. Sementara siswa hanya sebatas sebagai pendengar dan pengamat apa yang dilakukan guru. Hal ini sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran IPA. Sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa pada pelajaran IPA masih dikategorikan rendah.

Pada akhir semester I tahun 2013-2014 peneliti mendapatkan fakta bahwa tingkat keberhasilan siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin pada mata pelajaran IPA, dari 18 siswa hanya 9 siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi atau hanya sekitar 50% dari seluruh siswa kelas V.6 Sedangkan KKM

4

Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet 1, h. 46.

5

Ibid., h. 104.

6

Lampiran 1. Rekapitulasi Nilai IPA Kelas V pada UAS I tahun ajaran 2013/2014 MI Al-Mukhlisin Pasar Minggu Jakarta Selatan, h. 87.


(18)

(Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan adalah 65. Dari data tersebut terlihat masih banyak siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin yang belum mencapai KKM pada pelajaran IPA.

Berdasarkan data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin Jakarta pada mata pelajaran IPA dengan mencoba menggunakan metode yang melibatkan dan mengaktifkan siswa. Salah satu metode yang akan digunakan adalah metode eksperimen. Dengan metode eksperimen diharapkan siswa menemukan sendiri konsep-konsep dalam materi pembelajaran dan dapat memahaminya dengan baik. Dengan pemahaman yang baik diharapkan pula pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA. Melihat pentingnya penggunaan metode eksperimen yang dapat menumbuhkan aktivitas siswa dan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin pada mata pelajaran IPA, maka peneliti melakukan

penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Metode Eksperimen”.

B.

Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dilakukan identifikasi area dan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta kurang memanfaatkan media pembelajaran.

2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran IPA di kelas.

3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA kurang bervariatif.

4. Hasil belajar siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin pada pembelajaran IPA masih rendah.

C.

Pembatasan Fokus Penelitian

Karena keterbatasan waktu penelitian dan luasnya permasalahan yang ada, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada rendahnya hasil belajar siswa kelas V pada pembelajaran IPA. Adapun hal-hal yang dibatasi pada penelitian ini, yaitu:


(19)

1. Peningkatan hasil belajar siswa meliputi ranah kognitif (C1-C3) pada pembelajaran IPA di kelas V.

2. Materi yang akan dipelajari adalah Konsep Cahaya.

3. Metode mengajar yang akan digunakan adalah metode eksperimen.

D.

Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimana penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin pada Konsep Cahaya?”

E.

Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin dengan penggunaan metode eksperimen pada Konsep Cahaya.

b. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat, antara lain: 1. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar khususnya pada pembelajaran

IPA.

2. Bagi guru dapat dijadikan sebagai perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga nantinya guru dapat menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran IPA di kelas.

3. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana dalam mendukung kegiatan belajar mengajar yang baik.


(20)

6

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Dari kalimat penelitian tindakan kelas (PTK) sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilaksanakan di kelas. Ada tiga pengertian yang dapat dijelaskan dari istilah tersebut, yaitu:

1) Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati sebuah objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi, dengan tujuan dan bermanfaat dalam meningkatkan mutu bagi suatu hal yang diminati.

2) Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa-siswi.

3) Kelas dalam hal ini tidak terikat pada ruang kelas, tetapi dalam pengertian pembelajaran yang lebih spesifik, yakni sekelompok siswa-siswi yang dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula.1

Dengan menggabungkan tiga kata tersebut di atas, yakni penelitian, tindakan dan kelas maka segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan secara bersama di kelas secara profesional.

1

Rido Kurnianto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), paket 3, h. 9.


(21)

Secara harfiah “riset tindakan adalah riset yang dapat dilakukan oleh orang

yang sedang melakukan sesuatu pekerjaan untuk mengembangkan pelaksanaan pekerjaan itu, atau dalam lingkup insitusi yang besar untuk mengembangkan

strategi, praktik, serta pengetahuan yang ada pada insitusi itu.”2

Sedangkan menurut Suhadi dalam Hufad, “PTK adalah suatu penelitian ilmiah yang ditujukan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan

keterampilan baru yang diaplikasikan langsung ke dalam situasi kelas.”3 b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Suyanto dalam Kurnianto, PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut:4

1) Permasalahan diangkat dari dalam kelas tempat guru mengajar yang benar-benar dihayati oleh guru sebagai masalah yang harus diatasi. Masalah tidak berasal dari luar atau disarankan oleh orang lain yang tidak tahu-menahu masalah yang terjadi di dalam kelas. Masalah juga bukan barasal dari hasil penelitian atau hasil kajian lain yang di luar penghayatan guru.

2) PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Guru tidak harus sendirian berupaya memperbaiki praktik pembelajarannya. Ia dapat dibantu oleh pakar pendidikan, oleh dosen LPTK, atau oleh kepala sekolah, pengawas, atau bahkan oleh guru lain.

3) PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

Penelitian yang dilakukan di kelas tidaklah selalu menampakkan PTK. Penelitian di kelas yang tanpa memberikan tindakan apa-apa untuk perbaikan praktik pembelajaran bukanlah PTK. Itu hanya merupakan penelitian kelas. Misalnya penelitian tentang kemampuan membaca siswa-siswi kelas II Madrasah Ibtidaiyah adalah penelitian kelas, bukan PTK.

2

Ahmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Dirjen Pendais Kemenag, 2009), h. 4.

3

Ibid., h. 6.

4


(22)

Penelitian semacam itu hanya mendeskripsikan kemampuan membaca siswa-siswi kelas II tanpa ada tindakan perbaikan jika ternyata kemampuan membaca siswa-siswi itu rendah.5

Hopkins dalam Hufad menyatakan bahwa PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) An inquiry on practice from within

PTK dipicu oleh adanya permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas.

2) A collaborative effort between school teachers and teacher educators

PTK dilaksanakan secara kolaborasi atau bersama-sama antara guru yang kelasnya dijadikan kancah penelitian dengan dosen dan bahkan dengan guru lainnya yang bertindak sebagai peneliti mitra.

3) A reflective practice made public

Keterlibatan dosen dalam penelitian ini bukanlah sebagai ahli pendidikan yang tengah mengembangkan fungsi sebagai pembina guru atau sebagai pengembang pendidikan, melainkan sebagai sejawat yang mempunyai tugas, peran, dan fungsi yang sama dengan guru.6

Dari beberapa pemikiran di atas, maka karakteristik penelitian tindakan kelas dapat diidentifikasi sebagai berikut: masalah yang diteliti adalah masalah riil yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan peneliti, berorientasi pada pemecahan masalah, berorientasi pada peningkatan mutu, urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang, action oriented, pengkajian terhadap dampak tindakan, specifics contextual, collaborative, peneliti sekaligus sebagai paktisi yang melakukan refleksi, dilaksanakan berdasarkan siklus.

5

Kurnianto, dkk., ibid, h. 10-11.

6


(23)

c. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins dalam Hufad, mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas terdapat enam prinsip, yaitu:7

1) Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode yangdigunakan dalam penelitian tindakan seyogyanya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.

2) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.

3) Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan. 4) Masalah penelitian yang dirumuskan oleh guru sedapat mungkin masalah

yang cukup merisaukannya dan bertitik tolak dari tanggung jawab profesionalnya.

5) Dalam melaksanakan penelitian tindakan, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.

6) Pelaksanaan penelitian sedapat mungkin menggunakan classroom-exceeding perspective dalam arti permasalahan tidak hanya dalam konteks kelas dan/atau pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

d. Model- Model Penelitian Tindakan Kelas

Dalam pengembangannya dikenal adanya empat model Penelitian Tindakan Kelas,yaitu: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model Jhon Elliot, dan (4) Model Dave Ebbut.8

1) Model Kurt Lewin, menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (action), (3) observasi (observing) ,(4) refleksi (reflecting).

7

Hufad, op. cit., h. 24.

8


(24)

2) Model Kemmis dan Mc Taggart, merupakan penyempurnaan model Kurt Lewin karena masih begitu dekat dengan yang diperkenalkan oleh Kurt lewin. Hanya saja, sesudah satu siklus selesai diimplementasikan khususnya sesudah ada refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. 3) Model Jhon Elliot, model ini lebih detail dan rinci dari model-model

sebelumnya, karena di dalam tiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi, tiga diantaranya sampai lima aksi (tindakan). Setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.

4) Model Dave Ebbut, model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian. Dimulai dengan pemikiran awal yang berupa ide-ide umum. Dilanjutkan dengan survei, kemudian dari hasil survei disusun rencana keseluruhan, dan kemudian dilakukan tindakan sesuai rencana. Reconnaissance tidak hanya berkaitan penemuan fakta saja, namun juga mencakup kegiatan-kegiatan diskusi, negoisasi, menyelidiki kesempatan, mengakses kesempatan, mengakses kemungkinan dan kendala, atau mencakup keseluruhan analisis.

e. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Untuk memudahkan memahami proses penelitian, sebaiknya kita melihat secara singkat proses keseluruhan atau langkah-langkah penelitian, yaitu:

1) Identifikasi persoalan atau topik permasalahan

Peneliti hendaknya secara jeli melihat apa yang memang diteliti. 2) Menempatkan topik atau persoalan itu dalam konteks teori

Untuk mengaitkan topik dengan apa yang telah dilakukan orang lain atau ahli atau teori yang sudah ada.

3) Pengumpulan data

Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti harus merencanakan lebih dulu secara cermat data macam apa yang ingin dikumpulkan. Bagaimana


(25)

data itu akan dikumpulkan, metode yang digunakan untuk mengumpulkannya, serta instrumen yang akan digunakan.

4) Analisis data

Setelah mengumpulkan data, peneliti kemudian menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk dapat menarik kesimpulan dalam penelitiannya. 5) Membuat kesimpulan dan rekomendasi

Kesimpulan dibuat dari data yang ada berkaitan dengan persoalan yang diteliti, lalu membuat rekomendasi berdasarkan hasil penelitian itu.

6) Membuat rencana aksi

Riset tindakan adalah membuat rencana tindakan berdasarkan penemuan kita. Tindakan ini dimaksudkan untuk semakin memperbaiki kinerja, situasi, persoalan yang kita teliti.

7) Melaksanakan tindak lanjut

Rencana aksi yang dibuat berdasarkan hasil riset, dicoba dilaksanakan di lapangan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi.

8) Evaluasi

Setelah melakukan tindak lanjut, perlu dievaluasi apakah tindakan itu memang berjalan baik, membantu mengembangkan pendidikan, atau tidak. Evaluasi ini nanti digunakan untuk perencanaan selanjutnya.

9) Menyiapkan proposal riset tindakan

Bila riset tindakan dilakukan sebagai tugas skripsi atau tesis atau disertasi, maka mahasiswa harus membuat proposal terlebih dahulu dan dimintakan persetujuan kepada dosen pembimbing atau ketua jurusan.9

Dari berbagai uraian penelitian tindakan kelas di atas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan model penelitian Kurt Lewin yang dalam penelitiannya meliputi empat komponen penting, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting).

9


(26)

Gambar 2.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin

2. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.10

Para penganut teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalf dalam Syamsuddin mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara keseluruhan. Belajar bukan hanya bersifat mekanis dalam kaitan stimulus-respon, melainkan perilaku organism sebagai totalitas yang bertujuan.11 Belajar adalah merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses terbuat dari berbagai pengalaman. Belajar melalui proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari, sehingga menghasilkan tingkah laku seperti pengetahuan, sikap, kebiasaan, keterampilan, dan sebagainya. Belajar merupakan kegiatan yang

10

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 3, h. 9.

11

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), cet. 10, h. 160.

Perencanaan

Tindakan

Observasi Refleksi

Perencanaan ulang

Siklus I


(27)

berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri. Belajar juga merupakan kegiatan seseorang, dimana belajar itu untuk memperoleh sesuatu atau tujuan dengan cara latihan.

Belajar pada hakekatnya adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah berakhir melakukan aktivitas. Selain itu terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, diantaranya:12

1) Skinner seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyusaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

2) Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

3) M. Sobri Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu mengartikan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Gagne dalam Suyono dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu.13

12

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 5.

13


(28)

Sedangkan menurut Witherington dalam Purwanto menjelaskan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.14

Secara implisit dapat didefinisikan beberapa ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, diantaranya yaitu belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, perubahan itu harus relatif mantap, tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.15

b. Prinsip- Prinsip Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono, dari berbagai prinsip belajar terdapat beberapa prinsip belajar yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya, yaitu:

1) Perhatian dan motivasi

Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tertentu.

1) Keaktifan

Keaktifan itu meliputi kegiatan fisik yang mudah kita amati dan kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bias berupa membaca, menulis,

14

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2011), cet. 25, h. 84.

15


(29)

mendengar, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis lainnya. 2) Keterlibatan langsung/pengalaman

Dalam belajar melalui pengalaman langsung seperti yang dikemukakan Edgar Dale siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatan siswa di dalam belajar bukan hanya keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai-nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

3) Pengulangan

Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.

4) Tantangan

Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

5) Balikan dan Penguatan

Kunci dari teori ini adalah law of effect-nya Thorndike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan


(30)

tetapi juga yang tidak menyenangkan (positif maupun negatif). Penguatan yang tidak menyenangkan (negatif) misalnya nilai ulangan yang jelek yang menimbulkan rasa takut tidak naik kelas. Karena takut tidak naik kelas membuat anak giat belajar.

6) Perbedaan Individual

Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.16

c. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hordward Kingsley dalam Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.17 Hasil belajar menurut Anni merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.18

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap pengertian, penguasaan dan penghargaan yang terdapat dalam diri pribadi individu yang belajar.

Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha penguasaan materi dan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan yang menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Belajar berarti mengubah tingkah

16

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. ke-2, h.42-49.

17

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 9, h. 22.

18

Fatekunima, Pengertian Lengkap Prestasi Belajar Menurut Ahli, 2013,

(http://fatekunima.blogspot.com/2013/07/pengertian-lengkap-prestasi-belajar-menurut-ahli.html), diakses pada 29 Januari 2014, pukul: 15:00 WIB.


(31)

laku. Menurut Suhardiman bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku. Belajar akan membantu terjadinya suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya dikaitkan dengan perubahan ilmu pengetahuan, melainkan juga berbentuk percakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.19

Menurut Gagne dalam Sudjana membagi lima kategori hasil belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, (e) keterampilan motoris.20 Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan ( ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Ranah kognitif memuat enam tipe hasil belajar, yaitu:

19 Sekolah Dasar, Pengertian Hasil Belajar, 2011,

(http://www.sekolahdasar.net/2011/06/pengertian-hasil-belajar.html), diakses pada 29 Januari 2014, pukul: 15:30 WIB

20


(32)

1) Tipe hasil belajar pengetahuan (knowledge), merupakan kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.

2) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension), tipe hasil belajar ini setingkat lebih tinggi daripada tipe hasil belajar pengetahuan. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran, dan pemahaman ekstrapolasi.

3) Tipe hasil belajar aplikasi (application), adalah penggunaan abstraksi pada situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.

4) Tipe hasil belajar analisis (analysis), adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian –bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.

5) Tipe hasil belajar (synthesis), sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berpikir divergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif, hal ini merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.

6) Tipe hasil belajar evaluasi (evaluation) adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan,cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dan lain-lain. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu.21

21


(33)

Sedangkan dalam ranah apektif terdapat beberapa jenis kategori sebagai hasil belajar, yaitu:

1) Reciving/attending,yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situsi, gejala, dan lain-lain.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesedi- aan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang dimilikinya.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.22

Pada ranah psikomotoris terdapat enam tingkat keterampilan, yakni: 1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Keterampilan pada gerakan-garakan dasar.

3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.

5) Gerakan-gerakan skil, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.23

22


(34)

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besarnya dibagi dalam dua faktor utama, yaitu:

1) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa

Faktor internal ini terdiri dari dua macam kondisi, yaitu kondisi fisiologis siswa yang berkenaan dengan kesehatan dan kebugaran fisik, kondisi panca indra (terutama penglihatan dan pendengaran) dan kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi hasil belajar, seperti minat, bakat, motivasi, intelegensi, sifat, dan kebiasaan belajar, ketekunan,dan kemampuan kognitif.

2) Faktor yang berasal dari luar diri siswa

Faktor ini berasal dari luar diri siswa yang dapat menentukan atau mempe- ngaruhi hasil belajar antara lain adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar siswa adalah lingkungan belajar yaitu kualitas atau mutu pengajaran di sekolah, artinya sejauh mana proses belajar mengajar di sekolah dapat berlangsung secara efektif.

Prinsip penilaian hasil belajar adalah:

1) Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian.

2) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan. 3) Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian

menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan bersifat komprehensif.

4) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya.24

23

Ibid, h. 30-31.

24


(35)

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa kelas V MI Al-Mukhlisin dari tes objektif yang diberikan setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dan diberikan pada tiap akhir siklus (tes siklus I dan tes siklus II).

3. Metode Eksperimen a. Pengertian Metode

Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai apabila salah satu komponen dalam belajar mengajar tidak digunakan atau dilaksanakan. Salah satunya adalah metode.

Menurut Asnely Ilyas dalam Majid, istilah metode (at-thariqah) memiliki arti jalan atau cara yang harus ditempuh.25 Metode adalah cara atau alat untuk mencapai tujuan.26 Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam

membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. 27 Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, metode pendidikan ialah semua cara yang

digunakan dalam upaya mendidik.28

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.29 Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan yang yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Kedudukan metode di dalam proses belajar mengajar, yaitu:

25

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 9, h. 135.

26

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), cet. 4, h. 75.

27

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dirjen Pendais Kemenag, 2009), h. 116.

28

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 9, h. 131.

29

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), cet. 8, h. 147.


(36)

1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, yakni metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. 2) Metode sebagai strategi pengajaran. Perbedaan daya serap anak didik

dalam menerima pelajaran memerlukan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satunya metodelah yang berperan penting dalam strategi pembelajaran.

3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.30

b. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan meterinya melalaui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses. Eksperimen sulit dipisahkan dengan demonstrasi karena keduanya kemungkinan dapat digunakan secara bersama. Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru dan siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil pekerjaannya. Dan setelah eksperimen selesai ditugaskan untuk membanding-bandingkan dengan hasil eksperimen yang lain, lalu didiskusikan bila ada perbedaan dan kekeliruan.31

Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal; mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.32 Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen (percobaan) ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri,

30

Djamarah dan Zain, op. cit., h. 74.

31

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dirjen Pendais Kemenag, 2009), h. 122.

32

Roestiyah dan Yumiati Suharto, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), h. 80.


(37)

mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.

Karakteristik metode eksperimen dan pengalaman belajar dalam penggunaan metode eksperimen:33

Tabel 2.1. Karakteristik dan Pengalaman Belajar Metode Eksperimen No. Karakteristik Metode Pengalaman Belajar

1 Ada alat bantu yang digunakan Mengamati sesuatu.

2 Siswa aktif mencobakan. Membuktikan hipotesis.

3 Guru membimbing. Menemukan hasil percobaan.

4 Tempat dikondisikan. Membuat kesimpulan..

5 Ada pedoman untuk siswa. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

6 Ada topik yang dieksperimenkan dan temuan-temuan.

Menerapkan konsep informasi dari eksperimen.

Berikut ini tabel keunggulan dan kelemahan dari metode eksperimen.

Tabel 2.2. Keunggulan dan Kelemahan Metode Eksperimen

No. Keunggulan Kelemahan

1 Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

Memerlukan alat pembelajaran dan biaya.

2 Dapat membangkitkan rasa ingin menguji sesuatu.

Memerlukan waktu yang relatif banyak.

3 Menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih baik.

Bila siswa kurang motivasi, maka eksperimen tidak akan sukses. 4 Isi pembelajaran bersifat aktual. Sedikit sekolah yang memiliki

sarana untuk eksperimen. 5 Siswa mampu membuktikan sesuatu. Siswa belum terbiasa dengan

eksperimen. 6 Dapat mengembangkan sikap kritis

dan ilmiah.

Menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.

7 Belajar membuktikan sesuatu Lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.

33


(38)

Prosedur pelaksanaan metode eksperimen: 1) Persiapan alat bantu (alat eksperimen).

2) Petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam eksperimen.

3) Pelaksanaan eksperimen dengan menggunakan lembar kerja/pedoman eksperimen yang disusun secara sistematis. Sehingga selama siswa dalam pelaksanaannya tidak banyak mendapat kesulitan dan membuat laporan. 4) Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dilakukan dengan

diskusi, tanya jawab, dan atau tugas. 5) Kesimpulan.34

Kemampuan guru yang harus dimiliki agar eksperimen berhasil dengan baik, diantaranya:

1) Mampu membimbing siswa dari rumusan hipotesis sampai pada pembuktian dan kesimpulan serta membuat laporan eksperimen.

2) Menguasai konsep yang dieksperimenkan. 3) Mampu mengelola kelas.

4) Mampu memberikan penilaian secara proses.

Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang eksperimen adalah:

1) Memiliki motivasi, perhatian, dan minat belajar melalui eksperimen. 2) Memiliki kemampuan melaksanakan eksperimen.

3) Memiliki sikap yang tekun, teliti, dan kerja keras.

Berdasarkan uraian di atas, metode eksperimen dapat memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep pada materi pelajaran dengan melalui percobaan, mengamati objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan. Sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator saja.

Metode eksperimen dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai suatu cara belajar siswa untuk mencoba, menguji, serta mencari dan menemukan jawaban pasti dari suatu masalah, dalam hal ini tentang sifat-sifat

34


(39)

cahaya dan membuat suatu karya dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Setelah percobaan/eksperimen selesai, siswa dapat menyimpulkan apa yang telah dikerjakan sesuai prosedur di LKS yang disusun oleh guru, kemudian siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil percobaan yang telah dilakukan.

4. Cahaya

Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 350-750 nanometer.35 Semua cahaya bersumber dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya. Cahaya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu cahaya yang tampak dan cahaya tidak tampak. Cahaya tampak adalah cahaya yang dapat ditangkap oleh mata. Sebaliknya, cahaya tidak tampak adalah cahaya yang tidak dapat ditangkap oleh mata, misalnya sinar-X, sinar ultraviolet, sinar gamma, dan sinar infra merah. Sumber cahaya yang kita lihat sehari-hari (cahaya tampak) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) sumber cahaya alami, misalnya cahaya matahari dan bintang-bintang di angkasa, (2) sumber cahaya buatan, sumber cahaya yang dibuat oleh manusia, misalnya lampu pijar, lampu tabung, dan sebagainya. Matahari merupakan sumber cahaya yang utama dan yang terbesar di bumi.

Sifat-sifat cahaya, yaitu: (1) cahaya dapat merambat lurus, (2) cahaya dapat menembus benda bening, (3) cahaya dapat dipantulkan, (4) cahaya dapat dibiaskan, (5) cahaya putih dapat terurai menjadi cahaya berwarna (dispersi cahaya).36

1) Cahaya dapat merambat lurus

Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan atau celah-celah rumah yang gelap akan tampak seperti garis-garis putih yang lurus. Berkas cahaya yang merambat lurus dapat terlihat pada cahaya lampu mobil atau senter di malam hari, dan berkas cahaya dari proyektor film yang dipancarkan ke arah layar.

35

Ita Syuri & Nurhasanah, IPA Aktif untuk Sekolah Dasar Kelas V, (Jakarta: Esis, 2011), h. 167

36


(40)

2) Cahaya dapat menembus benda bening

Berdasarkan dapat tidaknya memancarkan cahaya, benda dibedakan menjadi benda sumber cahaya dan benda gelap. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya, seperti matahari, lampu, dan nyala api. Sedangkan benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya, seperti batu, kayu, dan kertas. Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi dua, yaitu benda tembus cahaya dan benda tidak tembus cahaya. Benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca dan gelas bening. Karena cahaya dapat menembus benda bening, kita dapat melihat ikan yang ada di dalam akuarium dan kita dapat melihat cahaya lampu senter yang menembus kaca. Sedangkan benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya, yaitu karton, kertas, batu, kayu, hewan, dan lain-lain. 3) Cahaya dapat dipantulkan

Sebelumnya telah dibahas bahwa cahaya merambat lurus. Namun, sebenarnya rambatan cahaya dapat diubah arahnya. Caranya dengan menggunakan benda yang permukaannya mengilap. Perubahan arah rambatan cahaya disebut pemantulan cahaya. Cahaya yang mengenai permukaan mengilap akan dipantulkan. Hukum pemantulan cahaya menyatakan bahwa sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada sebuah bidang datar.

Gambar 2.2. Hukum Pemantulan Cahaya37

37

Blog Belajar IPA SMP, Teori Cahaya dan Hukum Pemantulan Cahaya, (http://semi-yanto.blogspot.com/2011/09/teori-cahaya-dan-hukum-pemantulan.html), diakses pada 1 Februari 2014, pukul: 09:10 WIB.


(41)

Pemantulan cahaya ada dua jenis, yaitu pemantulan baur (difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi jika cahaya mengenai benda yang permukaannya tidak rata atau benda yang bergelombang. Pada pemantulan ini, arah sinar pantul tidak beraturan. Cahaya yang dipantulkan oleh permukaan air yang bergelombang merupakan salah satu contoh pemantulan baur. Sedangkan pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai benda yang permukaannya sangat rata, licin, dan mengilap. Pada pemantulan ini, sinar pantul memiliki arah yang teratur. Cahaya yang dipantulkan oleh cermin merupakan salah satu contoh pemantulan teratur.

Gambar 2.3. Pemantulan Baur38

Gambar 2.4. Pemantulan Teratur39

38

Blajar-Pintar, Pemantulan Cahaya-Jenis dan Hukum Pemantulan Cahaya,

(http://blajar-pintar.blogspot.com/2012/04/pemantulan-cahaya-jenis-dan-hukum.html), diakses pada 1 Februari, pukul: 15:58WIB.

39

Muhammad Risal, Pemantulan Cahaya,


(42)

Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin dibedakan menjadi cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung dikelompokkan menjadi dua, yaitu cermin cekung dan cermin cembung.

a. Cermin datar

Cermin datar adalah cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak melengkung. Contohnya adalah cermin yang digunakan untuk berkaca. Pada saat bercermin, kita akan melihat bayangan di cermin. Sifat bayangan yang terbentuk oleh cermin datar, yaitu:

1) Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan ukuran benda. 2) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. 3) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda.

4) Bayangan tegak seperti bendanya.

5) Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.

Gambar 2.5 Sifat Bayangan pada Cermin Datar40

b. Cermin cekung

Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bidang pantulnya berupa cekungan. Salah satu contoh cermin cekung yaitu bagian depan sendok makan, lampu mobil dan lampu senter.

40

Oksi Reka, Pengertian Optika Geometri, Optika Fisis dan Hukum Snellius,

(http://dc360.4shared.com/doc/nZnDofYn/preview.html), diakses pada 1 Februari 2014, pukul: 16:00 WIB.


(43)

Sifat bayangan pada cermin cekung bergantung dari letak benda. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung, yaitu:

1) Jika benda berada dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, diperbesar, dan semu (maya).

2) Jika benda berada jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata (sejati), terbalik, dan diperkecil.

Gambar 2.6. Sifat Bayangan pada Cermin Cekung41

c. Cermin cembung

Cermin cembung adalah cermin yang memiliki bidang pantulnya berupa cembungan. Salah satu contoh cermin cembung yaitu bagian belakang sendok makan, kaca spion pada mobil dan motor. Sifat bayangan pada cermin cembung adalah semu (maya), tegak dan diperkecil dari benda yang sesungguhnya.

Gambar 2.7. Sifat Bayangan pada Cermin Cembung42

41

Muhammad Risal, Cermin Cekung dan Sifat Bayangan, (http://www.rumus-fisika.com/2013/03/cermin-cekung-dan-sifat-bayangan.html), diakses pada 1 Februari 2014, pukul: 16:20 WIB.

42

M. Rezki Rahman, Pemantulan Cahaya pada Cermin Cembung,

(http://rez-dwhitewolfz.blogspot.com/2012/06/fisika-pemantulan-cahay-pada-cermin.html), diakses pada 1 Februari 2014, pukul: 16:35 WIB.


(44)

Beberapa sifat-sifat cahaya lainnya adalah: 1) Cahaya dapat dibiaskan

Salah satu sifat cahaya, yaitu cahaya dapat menembus benda bening, misalnya kaca, air, udara, intan dan es. Cahaya merambat dengan kecepatan yang berbeda pada medium yang berbeda. Arah rambatan cahaya juga berubah setelah melewati dua medium yang berbeda. Perubahan arah atau pembelokan arah rambatan cahaya disebut pembiasan cahaya. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya, cahaya yang merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya, cahaya yang merambat dari air ke udara. Garis normal adalah garis yang tegak lurus pada permukaan medium.

Pembiasan cahaya sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang dimasukkan ke dalam gelas bening yang berisi air, pensil tersebut akan tampak patah.

Gambar 2.8. Contoh Peristiwa Pembiasan Cahaya43

43

Dwi Junianto, Modul Belajar Ipa Kelas V SD Cahaya dan Alat Optik,

(http://dwijunianto.wordpress.com/modul-belajar-ipa-kelas-v-sd-cahaya-dan-alat-optik/), diakses pada 2 Februari 2014, pukul: 17.23 WIB.


(45)

2) Dispersi cahaya

Cahaya matahari tampak seperti cahaya yang berwarna putih. Sebenarnya cahaya matahari merupakan perpaduan dari bermacam-macam warna. Kita dapat mengetahui hal itu dengan mengamati pelangi di udara. Pelangi biasanya muncul saat hujan gerimis yang disertai dengan cahaya matahari. Pelangi memiliki bermacam-macam warna. Sebenarnya, warna pelangi yang kita lihat merupakan cahaya putih matahari yang dibiaskan oleh titik-titik air.

Cahaya putih merupakan gabungan dari beberapa cahaya warna dengan panjang gelombang yang berbeda. Jika cahaya putih datang dari udara ke prisma kaca, cahaya tersebut akan dibiaskan oleh prisma kaca hingga terurai menjadi cahaya berwarna, seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Peristiwa ini disebut dispersi cahaya.

Cakram warna yang diputar dengan cepat akan terlihat berwarna putih. Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih tersusun oleh warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya berwarna yang membentuk cahaya putih disebut spektrum cahaya.

Gambar 2.9. Contoh Peristiwa Dispersi Cahaya44

44

Elearning Physics, Hukum Pembiasan Cahaya,

(http://4.bp.blogspot.com/EdbL8rA6tTA/TZWLtuAqj6I/AAAAAAAAAEY/7aUzcsw3xh8/s400/r ainbow.jpg), diakses pada tanggal 2 Februari 2014, pukul: 17.40 WIB.


(46)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sri Mulyanih, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Dual Mode System, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri, Jakarta 2012, dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Cahaya Melalui Metode Eksperimen, menyimpulkan bahwa penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa melampaui ketuntasan nilai KKM, yaitu pada siklus I sebesar 68,58%, sedangkan pada siklus II sebesar 77,14%, dan terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sebesar 83,6%. Penelitian dilaksanakan di kelas V MI Darul Muttaqien Jakarta Selatan, semester genap tahun Pembelajaran 2011/2012.45

Ira Kania Pramitha, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta 2012, dengan judul Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang, menyimpulkan bahwa keterampilan proses sains (KPS) siswa pada konsep getaran dan gelombang setelah diterapkan metode eksperimen dinilai sangat baik dengan pencapaian ketuntasan belajar siswa di siklus I sebesar 65% meningkat menjadi 90% di siklus II. Peningkatan juga terjadi pada penguasaan aspek KPS pada kegiatan siswa, yaitu di siklus I masih terdapat dua aspek KPS yang tergolong cukup, sedangkan di siklus II semua aspek KPS mengalami peningkatan yang sangat baik.46

Sumbang Saul, Program Studi Pendidikan Guru Dalam Jabatan, Jurusan Pendidikan Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Tanjungpura Pontianak 2013, dengan judul artikel Penerapan Metode Eksperimen

45 Sri Mulyanih,“Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa pada Konsep Cahaya

Melalui Metode Eksperimen”,Skripsi pada Sarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2012, h.77, tidak dipublikasikan.

46

Ira Kania Pramitha, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang”, Skripsi pada Sarjana Fakultas Iilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta 2012,h. 61, tidak dipublikasikan.


(47)

untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Sungai Keli, Kabupaten Landak, menyimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA ternyata dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Sungai Keli kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Hal ini dapat dilihat pada lembar observasi, rata-rata persentase untuk aktivitas siswa 8,33%, sedangkan pada siklus (I ) 65,89% ke siklus (II) 93,88% terdapat selisih yaitu 27,99%.47

Teresia Paulina Juminarti, Rustiyarso dan Rosnita, Program Studi PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak 2013, dengan judul Jurnal Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas IV menyimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan persentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 57,5% meningkat menjadi 78% pada siklus II. Hasil belajar siswa juga meningkat dengan persentase rata-rata hasil belajar pada pra tindakan sebesar 36% meningkat menjadi 90% pada siklus I dan 93% pada siklus II.48

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa salah satunya adalah metode ceramah yang sering guru gunakan dalam proses pembelajaran membuat siswa bosan dan kesulitan untuk memahami dan mempelajari suatu konsep. Dengan ceramah siswa hanya aktif mendengarkan dan tidak mengalami langsung. Salah satu mata pelajaran yang hasil belajarnya rendah adalah IPA.

IPA atau Natural Sciences adalah ilmu tentang alam, beserta peristiwa yang terjadi di dalamnya. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis, didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Salah satu gejala-gejala alam dan peristiwa yang terjadi di alam adalah adanya cahaya. Cahaya merupakan sumber kehidupan di bumi. Tanpa adanya

47

Sumbang Saul, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa

dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Sungai Keli,

Kabupaten Landak”, Artikel Penelitian, 2013, h. 12.

48

Teresia Paulina Juminarti, dkk, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan


(48)

cahaya makhluk hidup di bumi akan mati, dunia gelap bahkan tidak akan ada kehidupan di dalamnya.

Cahaya memiliki sifat-sifat yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Di antara sifat-sifat cahaya yaitu dapat merambat lurus, dapat menembus benda bening, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan, dan dapat diuraikan menjadi berbagai warna (spektrum cahaya). Sifat-sifat cahaya merupakan salah satu materi IPA d kelas V Madrasah Ibtidaiyah. Untuk mengenal dan mengetahui sifat-sifat cahaya diperlukan suatu proses pembelajaran yang menekankan pada kegiatan proses belajar dengan segala kreativitas dan aktivitas siswa secara langsung melalui pengalaman sehingga dapat membantu siswa untuk memahami dan mengetahui sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan utama pembelajaran IPA di MI adalah membantu siswa memperoleh ide, pemahaman dan keterampilan yang perlu dimiliki siswa seperti menggunakan alat tertentu, kemampuan mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif dan memecahkan masalah secara efektif. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan proses pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, salah satunya dengan metode eksperimen.

Dengan metode eksperimen pada pembelajaran IPA, dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep pada materi pelajaran melalui percobaan, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator saja.

Selama ini, proses pembelajaran IPA di kelas V MI Al-Mukhlisin masih berorientasi pada guru dengan metode ceramah dan demonstrasi serta penugasan saja, sehingga hasil belajar siswa rendah. Dengan metode eksperimen pada pembelajaran IPA pada konsep cahaya, dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena kegiatan proses pembelajaran yang menekankan segala kreativitas dan aktivitas siswa secara langsung melalui pengalaman.


(49)

Gambar 2.10 Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan acuan teori area dan pengajuan konseptual di atas, maka peneliti

merumuskan hipotesis sebagai berikut: “ Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V pada Konsep Cahaya”.

Hasil Belajar Siswa Rendah

Cahaya

Sifat-sifat Cahaya

Strategi Belajar Mengajar Metode Eksperimen

IPA Tujuan Metode Eksperimen:

1. Menemukan konsep-konsep materi melalui percobaan. 2. Mengamati objek dan

membuktikan suatu hukum. 3. Menganalisis dan menarik

kesimpulan.


(50)

36 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin yang beralamat di Jalan H. Umaidi Rawa Bambu II No. 50 Pasar Minggu Jakarta Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester II (genap) tahun ajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian Kurt Lewin yang pada konsep penelitiannya meliputi empat komponen penting, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting).

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan di kelas, sehingga bisa disebut dengan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi praktek pendidikan, terutama di sekolah dasar. Artinya berdasarkan hasil refleksi peneliti merasakan ada sebuah masalah di kelas yang harus segera diatasi. Dengan demikian peneliti melakukan sebuah tindakan, agar masalah tersebut dapat dipecahkan.. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin.

2. Rancangan Siklus Penelitian

Dalam penelitian ini rancangan siklus penelitian yang akan digunakan adalah siklus penelitian tindakan kelas menurut Kurt Lewin. Desain siklus digambarkan melalui bagan siklus pada gambar 3.1.


(51)

Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Menelaah tujuan pembelajaran pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar

Kerja Siswa (LKS)

c) Membuat media pembelajaran yang diperlukan d) Menyusun instrumen penilaian

e) Melakukan validasi terhadap instrumen

Perencanaan

Tindakan

Observasi Refleksi

Perencanaan ulang

Siklus I


(52)

2)Tahap Tindakan (acting) dan Pengamatan (Observing)

Tabel 3.1 Tindakan dan Observasi

No Kegiatan Tindakan No Kegiatan Observasi

1. Implementasi pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada Konsep Cahaya.

1.

2.

Mengamati proses implemen- tasi pembelajaran.

Mencatat hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran yang tidak tercantum dalam lembar pengamatan.

3)Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi ini peneliti menganalisis data-data yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi.

b. Siklus II

Siklus II akan dilaksanakan apabila pada pelaksanaan siklus I belum mencapai tujuan penelitian seperti yang diharapkan.

C. Subjek Penelitian

Subjek yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin, jalan H. Umaidi Rawa Bambu II, No. 50, Pasar Minggu Jakarta Selatan dengan jumlah siswa sebanyak 18 siswa yang terdiri dari 8 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana kegiatan, serta mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian. Adapun peneliti-peneliti yang terlibat dalam penelitian ini tertera dalam tabel 3.2.


(53)

Tabel 3.2 Posisi dan Peran Peneliti

No Posisi Peranan

1. Peneliti utama/ peneliti sendiri

1. Mengajar materi tentang Konsep Cahaya. 2. Memberikan tes kemampuan kepada siswa

pada tiap akhir siklus pembelajaran. 3. Melakukan wawancara kepada siswa. 4. Bersama konsultan ahli dan observer mela-

kukan analisis data yang telah dikumpulkan, serta menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian.

2. Observer, rekan seja- wat (2 orang guru)

1. Membantu peneliti utama mengamati pelaksanaan pembelajaran, implementasi tindakan, proses dan kinerja siswaa dan pelaksanaan wawancara.

2. Memberikan masukan-masukan pemikiran dalam menganalisis data dan penarikan kesimpulan.

3. Konsultan ahli (pembimbing skripsi)

1. Memberikan masukan kepada peneliti utama pada saat menyusun perangkat pembelajaran dan penyusunan instrumen.

2. Memberikan masukan pada saat

melakukan analisa data dan penarikan kesimpulan.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan terdiri dari beberapa siklus, yang tergantung pada tingkat penyelesaian masalah. Tiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun kegiatan pada tiap siklus adalah sebagai berikut:


(54)

a. Tahap perencanaan (planning)

Peneliti membuat acuan program pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode eksperimen serta membuat tes akhir eksperimen.

b. Tahap pelaksanaan (acting)

Pada tahap ini peneliti menyajikan materi tentang cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan metode eksperimen. Dalam kegiatan eksperimen ini siswa dibentuk dalam beberapa kelompok.

c. Tahap pengamatan (observation)

Pada kegiatan pengamatan ini, peneliti dibantu oleh observer yang bertugas mengobservasi atau mengamati kegiatan proses pembelajaran dan kinerja siswa pada saat melakukan percobaan/eksperimen. Berbagai temuan dalam pengamatan, dicatat dalam lembar observasi.

d. Tahap refleksi (reflecting)

Refleksi pada proses pembelajaran dilakukan apabila hasil yang didapat kurang maksimal. Kemudian ditentukan untuk menggunakan siklus selanjutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada Konsep Cahaya mengalami peningkatan setelah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen. Diharapkan dari 18 siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin minimal 75% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi pokok Konsep Cahaya, yaitu 65.

G. Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber data

Jenis data, teknik pengumpulan data, dan sumber data tertera pada tabel berikut:


(55)

Tabel 3.3 Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

No Jenis Data Teknik

Pengumpulan Data

Sumber data

1 Hasil wawancara tentang kondisi sekolah, permasa-lahan yang ada di kelas, dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode eksperimen

Wawancara - Kepala Sekolah - Guru mata pelajaran IPA

- Siswa

2 Hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

Observasi Guru dan siswa selama proses pembelajaran

3 Hasil belajar siswa Tes - Nilai UAS I

- Nilai Tes di akhir siklus

H. Instrumen Pengumpulan Data

1. Lembar wawancara

Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah untuk mengetahui kondisi nyata di sekolah. Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran IPA pada pendahuluan penelitian untuk mengetahui permasalahan yang ada di kelas dalam proses pembelajaran. Wawancara mengenai respon siswa terhadap pembelajaran dilakukan pada akhir siklus dalam penelitian. Wawancara ini menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran. Serta saran siswa terhadap pembelajaran berikutnya.

2. Lembar observasi dan catatan lapangan

Lembar observasi dan catatan lapangan ini meliputi kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Lembar observasi


(56)

digunakan untuk mengungkapkan aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

Adapun pedoman observasi aktivitas guru maupun siswa dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 3.4. Pedoman Observasi Aktivitas Guru1

Siklus ke :

Materi Pokok : Cahaya

Pertemuan ke- :

Nama Observer :

Berilah tanda checklist ( √ ) pada nilai angka berdasarkan pengamatan anda!

No. Aspek Penilaian

Nilai

Komentar

5 4 3 2 1

1. Keterampilan Membuka Pelajaran a. Mengkondisikan kesiapan kelas

dan kesiapan siswa. b. Apersepsi.

2. Penggunaan Metode Eksperimen a. Membentuk kelompok.

b. Menjelaskan tujuan dan materi yang akan dieksperimenkan. c. Membimbing siswa mempersiap-

kana lat-alat untuk melakukan eksperimen.

d. Membimbing siswa dalam

merangkai alat-alat percobaan (eksperimen).

e. Membimbing siswa melakukan eksperimen sesuai dengan prosedur pelaksanaan.

f. Meminta siswa untuk mengamati percobaan (eksperimen).

g. Meminta siswa untuk mengisi

LKS berdasarkan hasil

pengamatan.

1

Sri Mulyanih, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Cahaya Melalui

Metode Eksperimen”, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta, 2012), h.112, tidak dipublikasikan.


(57)

h. Membimbing siswa membuat kesimpulan dari hasil percobaan (eksperimen).

i. Meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan kesim- pulan dari hasil percobaan.

3. Kualitas Variasi Stimulus a. Gerak

b. Suara

c. Isyarat (gesture) d. Gaya interaksi e. Pemusatan perhatian f. Pengalihan indera

4. Penggunaan Media/alat bantu Pembelajaran

a. Menunjukkan keterampilan dalam menggunakannya.

b. Kesesuaian dengan indikator dan bahan ajar.

5. Keterampilan Menutup Pembelajaran

a. Merangkum kembali bahan

pelajaran yang disampaikan. 6. Evaluasi Pembelajaran

a. Ketepatan alat evaluasi. b. Kesesuaian dengan indikator. Keterangan :

5 = sangat baik 3 = sedang/cukup 1 = sangat kurang


(58)

Tabel 3.5. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa2

Siklus ke : I

No. Indikator Hasil

1 2 3 4 5

1 Merangkai alat percobaan (eksperimen).

2 Melakukan percobaan (eksperimen) sesuai dengan prosedur.

3 Melakukan pengamatan pada percobaan

(eksperimen).

4 Membuat kesimpulan hasil percobaan

(eksperimen).

5 Mempresentasikan kesimpulan hasil percobaan (eksperimen).

Siklus ke : II

No. Indikator Hasil

1 2 3 4 5

1 Pengadaan bahan.

2 Merangkai bahan/alat percobaan (eksperimen). 3 Kesesuaian tahapan.

4 Hasil/produk. 5 Ketepatan waktu.

Keterangan :

5 = sangat baik 4 = baik 3 = sedang/cukup

2 = kurang 1 = sangat kurang

2


(59)

Rubrik Observasi Aktivitas/Kinerja Siswa Siklus I

No. Aspek yang Dinilai Skor

1. Merangkai alat percobaan 1.Tidak merangkai alat percobaan.

2. Merangkai alat percobaan belum benar. 3. Merangkai alat percobaan dengan benar

namun tidak percaya diri.

4.Merangkai alat percobaan dengan benar namun kurang percaya diri.

5. Merangkai alat percobaan dengan benar dan sangat percaya diri.

2. Melakukan percobaan sesuai prosedur.

1.Tidak melakukan percobaan. 2.Tidak mampu melakukan percobaan

dengan prosedur yang benar.

3.Melakukan percobaan sesuai prosedur namun kurang benar.

4.Melakukan percobaan sesuai prosedur yang benar.

5.Melakukan percobaan dengan prosedur yang sangat benar.

3. Melakukan pengamatan pada percobaan

(eksperimen).

1.Tidak melakukan pengamatan. 2. Melakukan pengamatan namun tidak

menulis hasil pengamatan.

3. Melakukan pengamatan namun menulis hasil pengamatan kurang tepat.

4. melakukan pengamatan dan menulis hasil pengamatan dengan benar.

5. Melakukan pengamatan dan menulis hasil pengamatan dengan sangat benar.

4. Membuat kesimpulan hasil percobaan (eksperimen).

1.Tidak membuat kesimpulan hasil percobaan.

2. Membuat kesimpulan hasil percobaan namun tidak sesuai dengan pengamatan. 3. Membuat kesimpulan hasil percobaan

dengan penafsiran yang cukup benar. 4. Membuat kesimpulan hasil percobaan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Hasil Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta Selatan.

2 20 121

Pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar IPA kelas III MI Nur Attaqwa Kelapa Gading Jakarta Utara: kuasi eksperimen pada kelas III Madrasah Ibtidaiyah Nur Attaqwa Kelapa Gading Jakarta

0 5 126

Analisis Hasil Belajar IPA (SAINS) Pada Siswa Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah

0 3 97

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

3 17 78

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Upaya meningkatkan hasil belajar fiqih melalui penerapan metode demonstrasi di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan : penelitian tindakan kelas

3 9 87

Peningkatan hasil belajar PAI melalui penerapan metode simulasi pada siswa SMP Pasar Minggu Jakarta Selatan

0 3 78

Pengaruh penerapan model pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV Di Madrasah Ibtidaiyah Al Wasliyah Jakarta Timur

0 18 147

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE ...

1 2 105

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA PELAJARAN IPA MATERI TUMBUHAN HIJAU ( Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyah Islamiyah Bangodua Indramayu ) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 15