PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKELAS VII SMP TRI JAYA MEDAN.

(1)

KELAS VII SMP TRI JAYA MEDAN

Oleh :

Ria Irawati Sibuea NIM. 4102111015

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih tidak terhingga penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik Berbasis Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di Kelas VII SMP Tri Jaya Medan” disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan dari jurusan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Penulis merasa sangat beruntung karena berada di antara orang-orang hebat yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku dosen pembimbing atas ilmu, semangat, saran, dan bimbingan yang telah diberikan dengan tulus kepada penulis sejak awal hingga skripsi ini terselesaikan. Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd, Bapak Prof. Dr. S. Saragih, M.Pd, dan Bapak Drs. Togi, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, kritik, dan masukan yang sangat berarti demi kebaikan skripsi ini. Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. KMS Amin Fauzi, M.Pd, Bapak Denny Haris S.Si., M.Pd, dan Bapak Pardomuan NJM Sinambela, S.Pd, M.Pd, selaku validator (tim ahli) yang telah memberikan waktu, sumbangsih pikiran, dan perhatian terhadap bahan ajar yang dikembangkan dan instrumen yang digunakan penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Medan beserta jajarannya, Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta Pembantu Rektor dan seluruh jajarannya.


(4)

v

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Darnah Suzaeni Purba S.Pd, selaku kepala SMP Tri Jaya Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, Ibu Marlina Sinaga selaku guru matematika kelas VII SMP Tri Jaya Medan yang telah membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam penelitian, dan siswa-siswi kelas VII SMP Tri Jaya Medan yang penuh dengan kelucuan dan semangat.

Teristimewa rasa terima kasih penulis persembahkan kepada Ayahanda S. Sibuea dan Ibunda S. Siahaan yang telah melahirkan, membesarkan, merawat, membiayai, mendidik, mengasihi, dan mendoakan penulis dalam setiap langkah dan setiap kegiatan yang penulis lakukan. Kepada adik-adik: Amsal, Titin, Piter, dan Rani yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada keluarga besar Sibuea, terutama Bou Adit yang banyak memberikan saran, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabatku Keluarga Tung: Zita, Puji, Friska, Siska, Rista, Santika, Vera, Dwi, Renata, Nanda yang turut membantu penulis selama perkuliahan, dalam melakukan penelitian, dan menyelesaikan skripsi, kepada teman-teman seperjuangan kelas Dik C 2010. Kepada teman-teman PPLT SMK Harapan Stabat tahun 2013, sahabatku Ranika Ginting, dan teman-teman semasa penulis berada di bangku sekolah, terima kasih atas semangat dan inspirasi yang telah diberikan. Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

Ria Irawati Sibuea NIM. 4102111015


(5)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA MELALU I PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS

KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN K O M U N I K A S I M A T E M A T I S S I S W A D I

KELAS VII SMP TRI JAYA MEDAN

Ria Irawati Sibuea (NIM. 4102111015)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) efektivitas bahan ajar yang dikembangkan melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa di Kelas VII SMP Tri Jaya Medan, 2) respon siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 di Kelas VII SMP Tri Jaya Medan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Tri Jaya Medan yang terdiri atas dua kelas dengan banyak siswa masing-masing kelas adalah 25 orang. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah bahan ajar yang dikembangkan melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan modifikasi dari model pengembangan 4-D (Define, Design, Develop, Disseminate) yang dibatasi hanya sampai pada tahap ke-3. Pengambilan data dilakukan melalui lembar validasi, lembar observasi, dan tes kemampuan komunikasi matematis. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan statistik kualitatif.

Sebelum bahan ajar diujicobakan terlebih dahulu divalidasi kepada tiga orang validator dengan persentase tingkat kevalidan yang diberikan oleh masing-masing validator adalah sebesar 90,5%, 87,5%, dan 93,18%. Analisis efektivitas berdasarkan uji coba I dan II adalah sebagai berikut: 1) pencapaian ketuntasan belajar siswa adalah 32% pada uji coba I dan 88% pada uji coba II; 2) ketercapaian indikator pada uji coba I tidak efektif dan pada uji coba II efektif; 3) kemampuan guru mengelola pembelajaran pada uji coba I dan II berada pada kategori cukup baik dan memenuhi kriteria efektif; 4) aktivitas siswa pada uji coba I tidak efektif sementara pada uji coba II efektif. Kemampuan komunikasi matematis siswa antara uji coba I dan II meningkat untuk setiap aspek dengan rata-rata total 1,85 untuk uji coba I dan 2,87 untuk uji coba II sehingga besar persentase peningkatan rata-ratanya adalah 25,5%. Dengan demikian bahan ajar memenuhi seluruh kriteria efektivitas dan kegiatan uji coba berhenti pada uji coba II. Berdasarkan uji coba I dan II diketahui bahwa respon siswa terhadap bahan ajar positif untuk hampir seluruh aspek.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar guru mengembangkan bahan ajar dan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik karena dapat memberikan dorongan pada siswa untuk lebih senang dan semangat dalam belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 10

1.4. Rumusan Masalah 10

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 11

BAB II KAJIAN TEORITIS 12

2.1. Kerangka Teoritis 12

2.1.1. Hakikat Pembelajaran Matematika 12

2.1.2. Hakikat Bahan Ajar 14

2.1.3. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik 17 2.1.4. Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik 18 2.1.5. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik 22

2.1.6. Kurikulum 2013 24

A. Hakikat Kurikulum 24

B. Rasionalisasi Pengembangan Kuikulum 2013 25

C. Karakteristik Kurikulum 2013 27

D. Struktur Kurikulum 2013 dan Beban Belajar SMP/MTs 28 E. Perbedaan Kurikulum 2013 dibandingkan KTSP 29

2.1.7. Hakikat Komunikasi Matematis 32

2.1.8. Pembuatan Bahan Ajar 36

2.1.9. Materi Statistika Kelas VII SMP 37

2.1.10. Efektivitas Bahan Ajar dan Respon Siswa 41

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan 43

2.3. Kerangka Konseptual 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47

3.1. Jenis Penelitian 47

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

3.2 Penentuan Subjek dan Objek Penelitian 47

3.3. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar 47


(7)

3.6. Teknik Analisis Data 54 3.6.1. Analisis Data Hasil Validasi Ahli terhadap Pengembangan 54

Bahan Ajar

3.6.2. Analisis Efektivitas Bahan Ajar Matematika dengan PMR 55 3.6.3. Analisis Data Respon Siswa terhadap Bahan Ajar 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 59

4.1. Deskripsi Hasil Pengembangan Bahan Ajar 59

4.1.1. Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) 59 4.1.2. Deskripsi Tahap Perancangan (Design) 63 4.1.3. Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) 68

A. Hasil Validasi Ahli 68

B. Hasil Uji Coba 70

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 89

4.2.1. Efektivitas Bahan Ajar yang Dikembangkan terhadap 89 Kemampuan Komunikasi Matematis

4.2.2. Respon Siswa terhadap Bahan Ajar dan Pembelajaran dengan 94 Pendekatan Matematika Realistik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 96

5.1. Kesimpulan 96

5.2. Saran 96


(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Struktur Kurikulum SMP/MTs 28

Tabel 2.2. Perbedaan Esensial antara KTSP dan Kurikulum 2013 29 Tabel 2.3. Perubahan pada Mata Pelajaran Matematika 31 Tabel 2.4. Contoh Penyajian Data dalam Bentuk Tabel 38

Tabel 2.5. Contoh Data Banyak Absen Siswa 39

Tabel 3.1. Kategori Aktivitas Siswa dalam Lembar Observasi 53 Aktivitas Siswa

Tabel 3.2. Pernyataan-pernyataan dalam Angket Respon Siswa 53 Tabel 3.3. Kriteria Jawaban Item Instrumen Validasi beserta Skornya 54 Tabel 3.4. Kriteria Persentase Indikator Bahan Ajar 55

Tabel 3.5. Konversi Penilaian dalam Predikat 55

Tabel 3.6. Tingkat Pencapaian dan Kualifikasi 57

Tabel 4.1. Media dan Alat yang digunakan dalam Pembelajaran 63 Tabel 4.2. Isi Bahan Ajar Hasil Perancangan Awal 65 Tabel 4.3. Masukan dan Tindak Lanjut Bahan Ajar dari Validator 69 Tabel 4.4. Perolehan Hasil Validasi Ahli Materi dan Pembelajaran 70 Tabel 4.5. Perolehan Hasil Validasi Ahli Media 70

Tabel 4.6. Refleksi Uji Coba I 71

Tabel 4.7. Hasil Penilaian Pengetahuan Siswa pada Uji Coba I 72 Tabel 4.8. Ketercapaian Indikator pada Uji Coba I 74 Tabel 4.9. Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 75

Pada Uji Coba I

Tabel 4.10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Uji Coba I 76 Tabel 4.11. Persentase Aktivitas Positif dan Negatif Siswa pada 77

Uji Coba I

Tabel 4.12. Pencapaian Efektivitas pada Uji Coba I 77

Tabel 4.13. Respon Siswa pada Uji Coba I 78

Tabel 4.14. Hasil Penilaian Pengetahuan Siswa pada Uji Coba II 81 Tabel 4.15. Ketercapaian Indikator pada Uji Coba II 83 Tabel 4.16. Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 84

Pada Uji Coba II

Tabel 4.17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Uji Coba II 85 Tabel 4.18. Persentase Aktivitas Positif dan Negatif Siswa pada 86

Uji Coba II

Tabel 4.19. Pencapaian Efektivitas pada Uji Coba II 86

Tabel 4.20. Respon Siswa pada Uji Coba II 87

Tabel 4.21. Perbandingan Hasil Penelitian 89

Tabel 4.22. Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 92 Secara Umum

Tabel 4.23. Rata-rata setiap Aspek Kemampuan Komunikasi Matematis 92 Siswa


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Contoh Bahan Ajar 8

Gambar 1.2. Pokok Bahasan dalam Bahan Ajar 9 Gambar 2.1. The Emerged Model of RME by Gravemeijer 19

Gambar 2.2. Contoh Diagram Batang 39

Gambar 2.3. Contoh Diagram Garis 40

Gambar 2.4. Contoh Diagram Lingkaran 40

Gambar 3.1. Modifikasi Model Pengembangan 4-D 48

Gambar 4.1. Masalah A dan Latihan 1 Hasil Perancangan Awal 65 Gambar 4.2. Masalah B dan Latihan 2 Hasil Perancangan Awal 66 Gambar 4.3. Masalah C dan Latihan 3 Hasil Perancangan Awal 66 Gambar 4.4. Masalah D Hasil Perancangan Awal 67 Gambar 4.5. Masalah E dan Latihan 4 Hasil Perancangan Awal 67 Gambar 4.6. Masalah F dan Latihan 5 Hasil Perancangan Awal 68 Gambar 4.7. Masalah G Hasil Perancangan Awal 68 Gambar 4.8. Rata-rata Peningkatan Setiap Aspek Kemampuan 92

Komunikasi Matematis

Gambar 4.9. Persentase Respon Positif Siswa pada Uji Coba I dan II 95


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. A. Bahan Ajar 101

B. Bahan Ajar Pegangan Guru 117

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 142 Lampiran 3. A. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 177 B. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 178 C. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi 181 Matematis

D. Pedoman Penskoran Kemampuan 184

Komunikasi Matematis

Lampiran 4. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 190

Lampiran 5. Hasil Validasi Bahan Ajar 196

Lampiran 6. Hasil Validasi RPP 213

Lampiran 7. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 224

Lampiran 8. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa 226

Lampiran 9. Hasil Ketercapaian Indikator 228

Lampiran 10. Hasil Observasi Kemampuan Guru 231 Mengelola Pembelajaran

Lampiran 11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa 244

Lampiran 12. Hasil Respon Siswa 255

Lampiran 13. Daftar Siswa Subjek Uji Coba 257


(11)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan yang saat ini dipergunakan oleh umat manusia untuk mendukung kehidupannya merupakan sebuah hasil kristalisasi dari penelitian dan pengembangan yang telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Matematika yang disebut juga sebagai “Queen of Sciences” (Gauss, 1777) merupakan bidang ilmu yang telah memberi kontribusi besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan. (Wikipedia, 2013)

Unsur atau bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK oleh Soedjadi disebut Matematika Sekolah (Soedjadi,2000:37). Selanjutnya diterangkan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu karena adanya perbedaan dalam hal penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakannya.

Ada beberapa alasan yang mengungkapkan mengapa belajar matematika itu penting, Cockroft (Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan 6 alasan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa, yaitu:

1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; 2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; 3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan 6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.


(12)

2

Meskipun peran dan posisi Matematika sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan, hal itu tidak membuat Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam berbagai jenjang pendidikan mudah disenangi, hal ini dikarenakan berbagai alasan, salah satu di antaranya adalah karakteristik abstrak yang dimilikinya. Selain itu C.M. Upadhye (Dewan, 2004:75) dari Departemen Matematika Universitas Delhi menuliskan :

Despite the wide application of mathematics across various fields, majority of the population is unaware of the impact of mathematics on people’s every day life. Therefore, there is a general lack of appreciation of what mathematics has achieved. One of the reasons for this could be the structure of curriculum and methodology of teaching at both school and college/university level. Topics included in mathematics curriculum are taught only by telling definitions, statements of theorems and proofs, without the consideration of application part. So most of students just mug up the things and write examination papers. Students, therefore, lose interest and think of mathematics as tough and irrelevant. They develop fear psychosis for mathematics. Consequently mathematics is becoming unpopular day by day.

Dalam tulisannya, Upadhye (Dewan, 2004:75) mengidentifikasi beberapa permasalahan yang menjadikan matematika tidak diminati dan bahkan ditakuti oleh siswa, yaitu: “struktur kurikulum yang berlaku, dan metode mengajar baik di tingkat sekolah maupun universitas yang masih kurang baik, materi diajarkan hanya dengan memberitahu definisi, teorema dan pembuktian-pembuktian, tanpa mempertimbangkan pengaplikasiannya.” Apa yang dikemukakan oleh C.M. Upadhye tersebut juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) terbaru (survei PISA tahun 2012 yang dirilis awal pekan Desember 2013), kemampuan literasi matematika siswa Indonesia dinyatakan masih sangat rendah. Indonesia menempati peringkat ke - 64 dari 65 negara peserta. PISA adalah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 - 16 tahun (kelas III SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy).

Melihat letak peringkat Indonesia yang jauh tertinggal dalam penelitian tersebut, Presiden Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI), Firman Syah


(13)

Noor, dalam wawancaranya dengan Okezone memaparkan ada tiga penyebab utama mengapa indeks literasi matematika siswa di Indonesia sangat rendah, “alasan yang pertama adalah lemahnya kurikulum di Indonesia, kedua adalah kurang terlatihnya guru-guru Indonesia, dan ketiga kurangnya dukungan dari lingkungan dan sekolah”, (Nurfuadah, 2013). Kenyataan akan lemahnya kurikulum di Indonesia ini mendapat perhatian yang serius dari pemerintah beberapa tahun terakhir. Sebagai sebuah jawaban terhadap tuntutan perkembangan pendidikan dan keadaan masyarakat pada saat ini, pemerintah telah merancang dan memberlakukan Kurikulum 2013 sebagai pengganti KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam salinan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 tahun 2013) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang mulai diberlakukan pada pertengahan tahun 2013 dianggap telah memenuhi kedua dimensi tersebut.

Pada dimensi pertama pengertian kurikulum terdapat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (Shadiq, 2009:7) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika di SD, SMP, SMA, dan SMK bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,


(14)

4

menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, permintaan, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Di dalam tujuan tersebut secara tersirat telah diberikan isi pelajaran matematika yang akan diselaraskan dengan materi yang diajarkan oleh guru kepada siswa. Kemudian dalam membelajarkan tujuan serta isi pelajaran tersebut kepada siswa maka seorang guru perlu diperlengkapi dengan bahan ajar.

Abdul Majid (2008:173) menuliskan bahwa:

Bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Bahan ajar merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran yang akan menentukan terselenggaranya suatu pembelajaran yang berhasil atau tidak. Namun yang sering terjadi pada praktek nyata pengajaran adalah guru tidak mengembangkan bahan ajar, atau jika ada bahan ajar yang dikembangkan oleh guru belum memadai untuk memudahkan siswa dalam belajar dan tidak mendukung tercapainya kemampuan yang diharapkan melalui pembelajaran matematika. Seperti pendapat Degeng (Harijanto, 2007) yang menyatakan bahwa: “salah satu kegiatan awal dalam meningkatkan pembelajaran adalah merancang bahan ajar yang mengacu pada suatu model pengembangan agar memudahkan belajar.”

Selain itu pendapat lain yang menguatkan bahwa bahan ajar berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran adalah pendapat yang dikemukakan oleh Prastowo (2012:14) :

Para pendidik pada umumnya hanya menyediakan bahan ajar yang monoton, yang sudah tersedia dan tinggal pakai, serta tidak perlu harus bersusah payah membuatnya. Sehingga pada akhirnya yang harus menjadi korban adalah peserta didik. Peserta didik akan merasa bosan mengikuti


(15)

proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien.

Kemudian dalam pengembangan bahan ajar tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran sebagai kerangka besar yang akan menuntun peneliti untuk mengembangkan bahan ajarnya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Akbar (2013:45) mendefinisikan pendekatan pembelajaran dengan cukup singkat, “Pendekatan pembelajaran adalah cara pandang untuk membelajarkan peserta didik melalui pusat perhatian tertentu.” Salah satu jenis pendekatan pembelajaran adalah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Tarigan (2006:3) menuliskan:

Mulai tahun 1990-an Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan pendidikan matematika, diadaptasi di beberapa sekolah di Amerika Serikat. Sedangkan untuk Indonesia sendiri Pembelajaran Matematika Realistik ini diperkenalkan pada tahun 2001 di beberapa Perguruan Tinggi secara kolaboratif melalui proyek Pendidikan Matematika Realistik di tingkat SD.

Pendekatan Matematika Realistik dipilih karena pendekatan ini telah terbukti berhasil di berbagai negara terutama di Belanda, bahkan Erman Suherman (2001:125) dalam bukunya yang berjudul “Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer” menuliskan :

Suatu studi yang dilakukan di sebuah sekolah di Puerto Rico, dengan jumlah murid 570 siswa. Sekolah ini dijadikan sebagai tempat ujicoba penelitian realistik. Tempat ini terpilih sebagai sampel penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa meskipun menurut standar Amerika daerah ini tergolong miskin, namun guru-guru, personel sekolah dan orang tua siswa menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap sekolah. Secara dramatis dan mengagumkan siswa yang belajar menggunakan pendekatan realistik (mathmatics in context) tercatat oleh departemen pendidikan hasil skornya meningkat secara tajam.

Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan yang menggunakan persoalan-persoalan yang diangkat dari kehidupan sehari-hari yang dekat dengan peserta didik sehingga sesuai dengan kurikulum 2013 yang menganut : (1) Pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) Pengalaman belajar langsung peserta didik


(16)

6

(learned curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.

Selanjutnya, jika mengacu kembali kepada tujuan mata pelajaran matematika di SD, SMP, SMA, dan SMK (Shadiq, 2009:7) yang telah dijelaskan sebelumnya terutama pada poin yang ke - 4 disebutkan kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, merupakan salah satu kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik. Namun, pada kenyataannya kemampuan mengomunikasikan gagasan atau yang disebut sebagai kemampuan komunikasi matematis ini jarang diperhatikan dan ditingkatkan dalam pembelajaran pada umumnya.

Permasalahan ditemukan oleh peneliti saat melakukan observasi dan wawancara dengan salah seorang guru Matematika di SMP Tri Jaya Medan. Ibu Marlina Sinaga, mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran untuk materi Statistika yang berhubungan erat dengan pembuatan tabel, grafik, dan diagram, justru kesulitan yang biasa dialami oleh siswa adalah dalam pembuatan dan pembacaan grafik serta diagram. Sementara sajian visual seperti gambar, grafik, dan tabel merupakan contoh pengungkapan kemampuan komunikasi matematis menurut Cai, dkk (Ansari, 2009:5).

Sejalan dengan adanya pengakuan dari guru bidang studi mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa yang tidak baik terutama dalam topik Statistika, hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti juga menunjukkan rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP Tri Jaya Medan. Berdasarkan tes awal yang diberikan kepada siswa yang berjumlah 26 orang dengan soal sebagai berikut:

Dari suatu ulangan matematika di Kelas VII B, seorang guru ingin menghitung nilai rata-rata kelas itu. Setelah dihitung ternyata jumlah semua nilai siswanya adalah 2100. Dengan membagikan jumlah nilai tersebut terhadap banyak siswa yang mengikuti ulangan diperoleh rata-ratanya adalah 52,5. Dapatkah kamu menghitung berapa orang siswa yang mengikuti ulangan? Bagaimana caramu untuk menghitung berapa orang siswa yang mengikuti ulangan?


(17)

Sebesar 57,69% siswa (15 orang) tidak dapat membentuk model dari situasi tersebut dan tidak dapat memberikan penjelasan yang tepat secara matematika. Sisanya sebesar 30,77% (delapan orang) tidak menjawab sama sekali, dan hanya tiga orang siswa, yaitu sebesar 11,54% yang dapat memberikan jawaban dengan cukup jelas, menggunakan persamaan aljabar atau model matematika dan melakukan perhitungan namun ada sedikit kesalahan.

Selanjutnya terhadap soal berikutnya, yaitu: “gambarkanlah diagram batang yang menunjukkan bahwa berat badan Aldi adalah 40 kg, Tia 43 kg, Resti 36 kg, Wahyu 45 kg, Mika 50 kg, Dono 40 kg dan Harry 44 kg”, ditemukan ada enam orang atau 23,08% membuat diagram tetapi menunjukkan tidak memahami konsep dan soal, 11 orang atau 42,31% melukiskan diagram batang namun tidak lengkap, dan tidak jelas. Sebanyak empat orang atau 15,38% melukiskan diagram batang dengan sedikit kesalahan, dan hanya satu orang atau 3,85% yang dapat melukiskan diagram batang dengan lengkap dan benar. Sementara sisanya, sebanyak empat orang atau sebesar 15,38% tidak menjawab.

Berdasarkan tes tersebut kebanyakan siswa kesulitan dalam menjawab soal tes yang diberikan, siswa tidak dapat menjelaskan situasi soal, siswa juga sulit merubah soal ke dalam model matematika, dan juga mengalami banyak kebingungan untuk melukiskan diagram. Beberapa indikasi tersebut menyimpulkan suatu masalah, yaitu bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP Tri Jaya Medan tergolong rendah.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu standar program pengajaran (NCTM, 2000) yang perlu ditingkatkan sehubungan dengan masih rendahnya kemampuan tersebut terlebih di tingkat sekolah dasar dan menengah. Baroody (Ansari, 2009:4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as languange, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity, artinya sebagai


(18)

8

aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Selain itu Ansari menuliskan dalam bukunya:

Namun, dalam proses pembelajaran kemampuan komunikasi matematik belum sepenuhnya dikembangkan secara tegas, padahal sebagaimana diungkapkan oleh para matematikawan merupakan salah satu kompetensi yang perlu diupayakan peningkatannya sebagaimana kompetensi lainnya seperti bernalar dan pemecahan masalah, Ansari (2009:5).

Selanjutnya dengan memperhatikan bahan ajar yang digunakan di SMP Tri Jaya Medan pada saat peneliti melakukan pengamatan, bahan ajar yaitu buku yang digunakan oleh siswa masih belum bisa membantu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis mereka. Berikut ini adalah contoh bahan ajar yang biasa dipergunakan untuk materi Statistika di sekolah tersebut:

Gambar 1.1. Contoh Bahan Ajar

Dapat diperhatikan bahwa bahan ajar tersebut langsung diawali dengan penggunaan matematika formal, rumus langsung diberikan dan kemudian diikuti dengan contoh.

Bahan ajar (buku) tersebut masih menggunakan kurikulum 2006 (KTSP) sehingga terdapat beberapa hal yang sudah tidak sesuai lagi untuk dimasukkan dalam bahan ajar salah satunya adalah bagian Piktogram (diagram gambar) yang telah ditinggalkan karena keterbatasannya dalam menggambarkan data misalkan untuk membedakan setengah gambar dengan dua pertiga gambar.


(19)

Gambar 1.2. Pokok Bahasan dalam Bahan Ajar

Selain itu yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah bahwa materi Statistika pada kurikulum sebelumnya (KTSP) hanya diajarkan di Kelas IX, sementara pada Kurikulum 2013 materi tersebut telah mulai diajarkan di Kelas VII. Pemerintah memang telah menyediakan buku teks Matematika Kurikulum 2013 untuk Kelas VII yang disusun di bawah pengawasan langsung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, namun mengingat kebaruan kurikulum dan waktu yang masih sangat sedikit untuk menyeragamkan penggunaan Kurikulum 2013 di berbagai daerah di Indonesia sehingga pada kenyataannya belum semua sekolah menggunakan buku teks tersebut. Memperhatikan alasan tersebut maka disusun bahan ajar ajar yang disesuaikan dengan silabus dan format buku teks kurikulum 2013 Kelas VII yang diterbitkan oleh Kemdikbud.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengembangan Bahan Ajar Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik Berbasis Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di Kelas VII SMP Tri Jaya Medan.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah :

1. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran Matematika. 2. Metode guru dalam mengajar belum baik.


(20)

10

3. Matematika hanya diajarkan dengan memberitahu definisi, teorema, dan pembuktian, tanpa mempertimbangkan pengaplikasiannya.

4. Kemampuan literasi matematika siswa Indonesia masih sangat rendah. 5. Bahan ajar yang sering digunakan oleh siswa langsung diawali dengan

penggunaan matematika formal, dan belum menggunakan Kurikulum 2013.

6. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah penelitian dibatasi pada pengembangan bahan ajar matematika melalui pendekatan matematika realistik berbasis kurikulum 2013 untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VII SMP Tri Jaya Medan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah efektivitas bahan ajar yang dikembangkan melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 terhadap kemampuan komunikasi matematis di kelas VII SMP Tri Jaya Medan? 2. Bagaimanakah respon siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan

melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 di kelas VII SMP Tri Jaya Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah bahan ajar yang dikembangkan melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis di kelas VII SMP Tri Jaya Medan.


(21)

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 di kelas VII SMP Tri Jaya Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, dapat menambah sumber/bahan belajar siswa SMP kelas VII khususnya untuk topik Statistika dan memfasilitasi pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Bagi guru, sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru matematika SMP kelas VII dalam mengajarkan topik Statistika dengan Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang berlaku.

3. Bagi sekolah dan para pengembang pembelajaran matematika, memberi informasi dan bahan perbandingan melalui pendekatan Matematika Realistik dalam mengembangkan bahan ajar.

4. Bagi peneliti, sebagai langkah awal untuk menjadi calon pengajar yang kreatif dan kompeten dalam mengembangkan hal-hal yang mendukung pembelajaran.


(22)

96 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang dikembangkan dengan model 4-D yang telah dimodifikasi melalui pendekatan matematika realistik (PMR) dan berbasis Kurikulum 2013 efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada uji coba kedua di SMP Tri Jaya Medan. Kemampuan komunikasi matematis siswa antara uji coba I dan II meningkat untuk setiap aspek dengan rata-rata total 1,85 untuk uji coba I dan 2,87 untuk uji coba II sehingga besar persentase peningkatan rata-ratanya adalah 25,5%.

2. Respon siswa terhadap bahan ajar positif untuk hampir seluruh aspek dengan persentase terendah pada uji coba I adalah 32% untuk kategori tugas mandiri dan proyek yang diberikan sedangkan persentase tertinggi adalah 88% untuk kategori tulisan, ilustrasi, gambar, dan pemilihan warna bahan ajar. Selanjutnya persentase terendah pada uji coba II adalah 52% masih untuk kategori tugas mandiri dan proyek yang diberikan serta persentase tertinggi adalah 100% masih untuk kategori tulisan, ilustrasi, gambar, dan pemilihan warna bahan ajar.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Guru perlu mengembangkan bahan ajar dan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik karena dapat memberikan dorongan pada siswa untuk lebih senang dan


(23)

semangat dalam belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Bahan ajar ini melalui dua kali tahap uji coba tanpa melalui tahap simulasi, dan dikembangkan hanya sampai pada tahap ke-3 yaitu tahap pengembangan (Develop), tanpa melalui tahap penyebaran (Disseminate). Oleh karena itu bahan ajar yang dihasilkan pada penelitian ini masih memerlukan uji coba di sekolah-sekolah lain dengan berbagai kondisi agar diperoleh bahan ajar yang benar-benar berkualitas dan dapat dijadikan sebagai bahan ajar alternatif oleh guru di kelas VII SMP untuk mengajarkan topik Statistika.

3. Penelitian ini dilakukan di saat Kurikulum 2013 masih mengalami penyesuaian dan banyak perubahan, sehingga jika peneliti lanjutan ingin mengembangkan bahan ajar yang berbasis Kurikulum 2013 perlu diperhatikan sumber-sumber aktual dan terkini mengenai Kurikulum 2013 khususnya mengenai implementasi, buku siswa dan guru, serta silabus Kurikulum 2013.


(1)

interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Selain itu Ansari menuliskan dalam bukunya:

Namun, dalam proses pembelajaran kemampuan komunikasi matematik belum sepenuhnya dikembangkan secara tegas, padahal sebagaimana diungkapkan oleh para matematikawan merupakan salah satu kompetensi yang perlu diupayakan peningkatannya sebagaimana kompetensi lainnya seperti bernalar dan pemecahan masalah, Ansari (2009:5).

Selanjutnya dengan memperhatikan bahan ajar yang digunakan di SMP Tri Jaya Medan pada saat peneliti melakukan pengamatan, bahan ajar yaitu buku yang digunakan oleh siswa masih belum bisa membantu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis mereka. Berikut ini adalah contoh bahan ajar yang biasa dipergunakan untuk materi Statistika di sekolah tersebut:

Gambar 1.1. Contoh Bahan Ajar

Dapat diperhatikan bahwa bahan ajar tersebut langsung diawali dengan penggunaan matematika formal, rumus langsung diberikan dan kemudian diikuti dengan contoh.

Bahan ajar (buku) tersebut masih menggunakan kurikulum 2006 (KTSP) sehingga terdapat beberapa hal yang sudah tidak sesuai lagi untuk dimasukkan dalam bahan ajar salah satunya adalah bagian Piktogram (diagram gambar) yang telah ditinggalkan karena keterbatasannya dalam menggambarkan data misalkan untuk membedakan setengah gambar dengan dua pertiga gambar.


(2)

9

Gambar 1.2. Pokok Bahasan dalam Bahan Ajar

Selain itu yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah bahwa materi Statistika pada kurikulum sebelumnya (KTSP) hanya diajarkan di Kelas IX, sementara pada Kurikulum 2013 materi tersebut telah mulai diajarkan di Kelas VII. Pemerintah memang telah menyediakan buku teks Matematika Kurikulum 2013 untuk Kelas VII yang disusun di bawah pengawasan langsung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, namun mengingat kebaruan kurikulum dan waktu yang masih sangat sedikit untuk menyeragamkan penggunaan Kurikulum 2013 di berbagai daerah di Indonesia sehingga pada kenyataannya belum semua sekolah menggunakan buku teks tersebut. Memperhatikan alasan tersebut maka disusun bahan ajar ajar yang disesuaikan dengan silabus dan format buku teks kurikulum 2013 Kelas VII yang diterbitkan oleh Kemdikbud.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengembangan Bahan Ajar Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik Berbasis Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di Kelas VII SMP Tri Jaya Medan.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah :

1. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran Matematika. 2. Metode guru dalam mengajar belum baik.


(3)

pembuktian, tanpa mempertimbangkan pengaplikasiannya.

4. Kemampuan literasi matematika siswa Indonesia masih sangat rendah. 5. Bahan ajar yang sering digunakan oleh siswa langsung diawali dengan

penggunaan matematika formal, dan belum menggunakan Kurikulum 2013.

6. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah penelitian dibatasi pada pengembangan bahan ajar matematika melalui pendekatan matematika realistik berbasis kurikulum 2013 untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VII SMP Tri Jaya Medan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah efektivitas bahan ajar yang dikembangkan melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 terhadap kemampuan komunikasi matematis di kelas VII SMP Tri Jaya Medan? 2. Bagaimanakah respon siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan

melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 di kelas VII SMP Tri Jaya Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah bahan ajar yang dikembangkan melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis di kelas VII SMP Tri Jaya Medan.


(4)

11

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan melalui pendekatan matematika realistik berbasis Kurikulum 2013 di kelas VII SMP Tri Jaya Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, dapat menambah sumber/bahan belajar siswa SMP kelas VII khususnya untuk topik Statistika dan memfasilitasi pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Bagi guru, sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru matematika SMP kelas VII dalam mengajarkan topik Statistika dengan Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang berlaku.

3. Bagi sekolah dan para pengembang pembelajaran matematika, memberi informasi dan bahan perbandingan melalui pendekatan Matematika Realistik dalam mengembangkan bahan ajar.

4. Bagi peneliti, sebagai langkah awal untuk menjadi calon pengajar yang kreatif dan kompeten dalam mengembangkan hal-hal yang mendukung pembelajaran.


(5)

96

beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang dikembangkan dengan model 4-D yang telah dimodifikasi melalui pendekatan matematika realistik (PMR) dan berbasis Kurikulum 2013 efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada uji coba kedua di SMP Tri Jaya Medan. Kemampuan komunikasi matematis siswa antara uji coba I dan II meningkat untuk setiap aspek dengan rata-rata total 1,85 untuk uji coba I dan 2,87 untuk uji coba II sehingga besar persentase peningkatan rata-ratanya adalah 25,5%.

2. Respon siswa terhadap bahan ajar positif untuk hampir seluruh aspek dengan persentase terendah pada uji coba I adalah 32% untuk kategori tugas mandiri dan proyek yang diberikan sedangkan persentase tertinggi adalah 88% untuk kategori tulisan, ilustrasi, gambar, dan pemilihan warna bahan ajar. Selanjutnya persentase terendah pada uji coba II adalah 52% masih untuk kategori tugas mandiri dan proyek yang diberikan serta persentase tertinggi adalah 100% masih untuk kategori tulisan, ilustrasi, gambar, dan pemilihan warna bahan ajar.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Guru perlu mengembangkan bahan ajar dan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik karena dapat memberikan dorongan pada siswa untuk lebih senang dan


(6)

97

semangat dalam belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Bahan ajar ini melalui dua kali tahap uji coba tanpa melalui tahap simulasi, dan dikembangkan hanya sampai pada tahap ke-3 yaitu tahap pengembangan (Develop), tanpa melalui tahap penyebaran

(Disseminate). Oleh karena itu bahan ajar yang dihasilkan pada

penelitian ini masih memerlukan uji coba di sekolah-sekolah lain dengan berbagai kondisi agar diperoleh bahan ajar yang benar-benar berkualitas dan dapat dijadikan sebagai bahan ajar alternatif oleh guru di kelas VII SMP untuk mengajarkan topik Statistika.

3. Penelitian ini dilakukan di saat Kurikulum 2013 masih mengalami penyesuaian dan banyak perubahan, sehingga jika peneliti lanjutan ingin mengembangkan bahan ajar yang berbasis Kurikulum 2013 perlu diperhatikan sumber-sumber aktual dan terkini mengenai Kurikulum 2013 khususnya mengenai implementasi, buku siswa dan guru, serta silabus Kurikulum 2013.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DI SMP NEGERI 24 MEDAN.

0 2 33

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 11 MEDAN.

0 12 21

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS EDUTAINMENT DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 BERINGIN.

0 3 21

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMPN 19 MEDAN.

1 8 38

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 15 MEDAN.

0 2 44

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 2 MEDAN.

0 2 21

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

0 3 42

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DI SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 2 MEDAN.

1 7 22

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS VII SMP

0 1 11