Pengembangan multimedia interaktif dengan pendekatan pakematik pada mata pelajaran IPS kelas IV Sekolah Dasar.

(1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

DENGAN PENDEKATAN PAKEMATIK

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Fransiskus Xaverius Wahyu Sigit Laksana NIM: 081134005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(2)

i

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

DENGAN PENDEKATAN PAKEMATIK

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Fransiskus Xaverius Wahyu Sigit Laksana NIM: 081134005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan kepada:

 Tuhan Yesus Kristus

 Kedua orangtuaku, bapak Antonius Suwondo dan ibu Yuliana Sutini

 Adikku, A.P. Tri Yunianta Arum Surya

 Kekasihku, Fitri Ari Murti


(6)

v

MOTTO


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Juni 2013 Penulis


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Fransiskus Xaverius Wahyu Sigit Laksana

Nomor Mahasiswa : 081134005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN PAKEMATIK

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SEKOLAH DASAR

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 12 Juni 2013 Yang menyatakan


(9)

viii

ABSTRAK

Laksana, F.X. Wahyu Sigit. (2013). Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Pendekatan PAKEMATIK pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan multimedia interaktif dengan pendekatan PAKEMATIK pada mata pelajaran IPS kelas IV SD khususnya pada materi peta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development). Pengembangan multimedia dilakukan dengan langkah- langkah: 1) analisis kebutuhan, 2) pengembangan program pembelajaran, 3) memproduksi

software multimedia interaktif, 4) validasi, uji coba, dan revisi produk. Validasi produk dilaksanakan oleh satu orang ahli materi dan dua orang ahli media. Subjek uji coba adalah siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran melalui tiga tahap, yaitu uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Data berupa hasil penilaian kualitas multimedia dan saran untuk revisi produk yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produk multimedia interaktif yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran IPS SD. Hal ini ditunjukkan dengan: 1) penilaian oleh ahli materi

tergolong dalam kriteria “baik” dengan rerata skor sebesar 3,50, 2) penilaian oleh

ahli media tergolong dalam kriteria “baik” dengan rerata skor sebesar 4,00, 3) hasil penilaian dari uji coba perorangan termasuk dalam kategori “baik” dengan rerata skor sebesar 3,63, 4) hasil penilaian dari uji coba kelompok kecil termasuk

dalam kategori “sangat baik” dengan rerata skor sebesar 4,30, dan 5) hasil

penilaian dari uji coba lapangan termasuk dalam kategori “sangat baik” dengan rerata skor sebesar 4,44.


(10)

ix

ABSTRACT

Laksana, F.X. Wahyu Sigit. (2013). Development of Interactive Multimedia Using PAKEMATIK Approach in Social Studies for 4th Grade of Elementary School. Mini Thesis. Yogyakarta: Elementary Education Study Program Sanata Dharma University.

This research was aimed to develop interactive multimedia using PAKEMATIK approach in theSocial Science learning for 4th grade of elementary school, especially in topic discussion about map.

This study was considered the research and development (R & D) in which the multimedia development was executed in 4 steps like: 1) need analysis; 2) learning program development; 3) interactive multimedia software production; 4) validation, test, and product revision. The product has been validated by an expert on subject material and two experts on media development. The subjects of this study were the 4th grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School. While, the study was performed in 3 steps: individual trial, narrow-group trial, and field trial. Further, the data about the multimedia‟s quality evaluation and revision was collected by using questioners and interviews then it was analyzed descriptively.

The results of this research showed that interactive multimedia product that has been developed was suitable for social science learning in elementary school. It was shown in: 1) the assessment result from an expert on subject

material was in “good” criteria with average score 3,50; 2) the assessment result

from two experts on media development was in “good” criteria with average score 4,00; 3) the assessment result from individual trial was in “good” criteria with average score 3,63; 4) the assessment result from narrow-group trial was in “very

good” criteria with average score 4,30, and; 5) the assessment result from field

trial was in “very good” criteria with average score 4,44.

Keywords: interactive multimedia, PAKEMATIK approach, social studies learning


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan dan berkatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Pendekatan

PAKEMATIK pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Sekolah Dasar” ini dengan baik. Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen

Pembimbing 1 penyusunan skripsi.

4. Theresia Yunia S., S.Pd., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing 2 penyusunan skripsi.

5. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A., selaku Dosen Penguji. 6. Kepala Sekolah SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan kesempatan

untuk melaksanakan penelitian.

7. Wali Kelas IV SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di kelas yang beliau ampu.


(12)

xi

8. Guru mata pelajaran IPS SD Kanisius Ganjuran yang telah membantu proses penelitian ini.

9. Siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran yang telah membantu kegiatan penelitian.

10.Orang tuaku, Bapak Antonius Suwondo dan Ibu Yuliana Sutini yang telah memberikan dukungan berupa material maupun spiritual.

11.Sahabatku Maria Eviana, Yosephus Hesta Rosandi, Ani Yulita, dan Widyastuti yang telah membantu dan menemani peneliti dalam kegiatan perkuliahan maupun penyusunan skripsi.

12.Teman- teman MFC : Hendro „Bawon”, Doni, Dimas „Ganteng‟, Matias, Bimo „Big Smoke‟ dan Tedjo Imarjoko yang sudah mengisi kejenuhan selama studi dengan membagi tawa bersama.

13.Fitri Ari Murti yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

14.Teman-teman kelas C angkatan 2008 yang sudah berjuang bersama untuk menjalani masa-masa studi di Universitas Sanata Dharma ini.

Peneliti menyadari penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran agar penelitian yang akan dilaksanakan selanjutnya menjadi lebih baik.

Yogyakarta, 12 Juni 2013


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 4

F. Pentingnya Pengembangan ... 6

G. Definisi Istilah ... 6

H. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Media Pembelajaran... 9

2. Multimedia Pembelajaran ... 23


(14)

xiii

4. PAKEMATIK ... 29

5. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 35

6. Penelitan dan Pengembangan ... 39

B. Penelitian yang Relevan ... 42

BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 45

A. Model Pengembangan ... 45

B. Prosedur Pengembangan ... 45

C. Desain Uji Coba ... 50

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 51

E. Teknik Analisis Data... 52

F. Jadwal Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ... 54

A. Data Analisis Kebutuhan ... 54

B. Deskripsi Produk Awal ... 58

1. Konsep Produk ... 58

2. Sketsa Produk ... 58

3. Pengumpulan Bahan ... 61

4. Pembuatan dan Pemrograman ... 61

C. Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 69

1. Data Validasi Ahli Materi ... 70

2. Data Validasi Ahli Media ... 74

3. Data Uji Coba Perorangan ... 86

4. Data Uji Coba Kelompok Kecil ... 88

5. Data Uji Lapangan ... 90

D. Analisis Data ... 92

1. Analisis Data Ahli Materi ... 92

2. Analisis Data Ahli Media I ... 93

3. Analisis Data Ahli Media II ... 98

4. Analisis Data Uji Coba Perorangan ... 104

5. Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil ... 118


(15)

xiv

E. Kajian Produk Akhir ... 147

BAB V PENUTUP ... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Keterbatasan Penelitian ... 150

C. Saran ... 150


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.1 Proses Komunikasi ... 10

Gambar 2.2 Proses Komunikasi dalam Proses Pembelajaran ... 13

Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman ... 15

Gambar 2.4 Diagram Multimedia ... 23

Gambar 2.5 Diagram Relasi Ilmu Sosial ... 38

Gambar 3.1 Langkah- Langkah Pengembangan Multimedia Pembelajaran 46 Gambar 4.1 Diagram Rekapitulasi Hasil Analisis Kebutuhan ... 56

Gambar 4.2 Diagram Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Kegiatan Pembelajaran ... 56

Gambar 4.3 Diagram Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Pengembangan Multimedia ... 57

Gambar 4.4 Sketsa Produk Multimedia ... 58

Gambar 4.5 Tampilan Slide Video Pembukaan Multimedia Pembelajaran . 62 Gambar 4.6 Tampilan Slide Halaman Menu ... 63

Gambar 4.7 Tampilan Slide Petunjuk... 63

Gambar 4.8 Tampilan Slide Peta Konsep ... 64

Gambar 4.9 Tampilan Slide Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 64

Gambar 4.10 Tampilan Slide Indikator Pembelajaran ... 65

Gambar 4.11 Tampilan Slide Materi Pembelajaran ... 65

Gambar 4.12 Tampilan Slide Kuis ... 66

Gambar 4.13 Tampilan Slide Pembahasan Kuis ... 66

Gambar 4.14 Tampilan Slide Petunjuk Evaluasi ... 67

Gambar 4.15 Tampilan Slide Evaluasi ... 67

Gambar 4.16 Tampilan Slide Pembahasan Evaluasi ... 67

Gambar 4.17 Tampilan Slide Jawaban Benar ... 68

Gambar 4.18 Tampilan Slide Jawaban Salah ... 68

Gambar 4.19 Tampilan Slide Konfirmasi Penutup ... 69


(17)

xvi

Gambar 4.21 Tampilan Slide Denah ... 74 Gambar 4.22 Tampilan Slide Animasi Siswa Menjawab Salah Sebelum Revisi 82 Gambar 4.23 Tampilan Slide Animasi Siswa Menjawab Salah Sesudah Revisi 83 Gambar 4.24 Tampilan Slide Animasi Siswa Menjawab Benar Sebelum Revisi 83 Gambar 4.25 Tampilan Slide Animasi Siswa Menjawab Benar Sesudah Revisi 83 Gambar 4.26 Tampilan Slide Penutup Sebelum Revisi ... 85 Gambar 4.27 Tampilan Slide Penutup Sesudah Revisi ... 85 Gambar 4.28 Tampilan Slide Petunjuk Materi Ajar Sesudah Revisi ... 90 Gambar 4.29 Diagram Batang Analisis Data Penilaian Kualitas Media Oleh

Ahli Materi ... 93 Gambar 4.30 Diagram Batang Analisis Data Penilaian Kualitas Media Aspek

Tampilan Oleh Ahli Media I ... 95 Gambar 4.31 Diagram Batang Analisis Data Penilaian Kualitas Media Aspek

Penyajian Oleh Ahli Media I ... 96 Gambar 4.32 Diagram Batang Analisis Data Penilaian Kualitas Media Aspek

Pemrograman Oleh Ahli Media I ... 98 Gambar 4.33 Diagram Batang Analisis Data Penilaian Kualitas Media Aspek

Tampilan Oleh Ahli Media II ... 99 Gambar 4.34 Diagram Batang Analisis Data Penilaian Kualitas Media Aspek

Penyajian Oleh Ahli Media II... 101 Gambar 4.35 Diagram Batang Analisis Data Penilaian Kualitas Media Aspek

Pemrograman Oleh Ahli Media II ... 102 Gambar 4.36 Diagram Batang Rekapitulasi Analisis Data Penilaian Kualitas

Media Oleh Ahli Media I dan Ahli Media II ... 103 Gambar 4.37 Diagram Batang Analisis Data Item 1 dari Uji Coba Perorangan

... 105 Gambar 4.38 Diagram Batang Analisis Data Item 2 dari Uji Coba Perorangan

... 106 Gambar 4.39 Diagram Batang Analisis Data Item 3 dari Uji Coba Perorangan


(18)

xvii

Gambar 4.40 Diagram Batang Analisis Data Item 4 dari Uji Coba Perorangan ... 108 Gambar 4.41 Diagram Batang Analisis Data Item 5 dari Uji Coba Perorangan

... 110 Gambar 4.42 Diagram Batang Analisis Data Item 6 dari Uji Coba Perorangan

... 111 Gambar 4.43 Diagram Batang Analisis Data Item 7 dari Uji Coba Perorangan

... 112 Gambar 4.44 Diagram Batang Analisis Data Item 8 dari Uji Coba Perorangan

... 114 Gambar 4.45 Diagram Batang Analisis Data Item 9 dari Uji Coba Perorangan

... 115 Gambar 4.46 Diagram Batang Analisis Data Item 10 dari Uji Coba

Perorangan ... 116 Gambar 4.47 Diagram Batang Rekapitulasi Analisis Data dari Uji Coba

Perorangan ... 117 Gambar 4.48 Diagram Batang Analisis Data Item 1 dari Uji Coba Kelompok

Kecil ... 119 Gambar 4.49 Diagram Batang Analisis Data Item 2 dari Uji Coba Kelompok

Kecil ... 120 Gambar 4.50 Diagram Batang Analisis Data Item 3 dari Uji Coba Kelompok

Kecil ... 121 Gambar 4.51 Diagram Batang Analisis Data Item 4 dari Uji Coba Kelompok

Kecil ... 122 Gambar 4.52 Diagram Batang Analisis Data Item 5 dari Uji Coba Kelompok

Kecil ... 125 Gambar 4.53 Diagram Batang Analisis Data Item 6 dari Uji Coba Kelompok

Kecil ... 125 Gambar 4.54 Diagram Batang Analisis Data Item 7 dari Uji Coba Kelompok


(19)

xviii

Gambar 4.55 Diagram Batang Analisis Data Item 8 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 127 Gambar 4.56 Diagram Batang Analisis Data Item 9 dari Uji Coba Kelompok

Kecil ... 129 Gambar 4.57 Diagram Batang Analisis Data Item 10 dari Uji Coba Kelompok

Kecil ... 130 Gambar 4.58 Diagram Batang Rekapitulasi Analisis Data dari Uji Coba

Kelompok Kecil... 132 Gambar 4.59 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 1 dari Coba Lapangan 133 Gambar 4.60 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 2 dari Coba Lapangan 134 Gambar 4.61 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 3 dari Coba Lapangan 136 Gambar 4.62 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 4 dari Coba Lapangan 137 Gambar 4.63 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 5 dari Coba Lapangan 138 Gambar 4.64 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 6 dari Coba Lapangan 139 Gambar 4.65 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 7 dari Coba Lapangan 141 Gambar 4.66 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 8 dari Coba Lapangan 142 Gambar 4.67 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 9 dari Coba Lapangan 143 Gambar 4.68 Diagram Batang Analisis Data Uji Item 10 dari Coba Lapangan 144 Gambar 4.69 Diagram Batang Rekapitulasi Analisis Data dari Uji Coba

Lapangan ... 146 Gambar 4.70 Diagram Batang Rekapitulasi Analisis Data dari Seluruh Uji


(20)

xix

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 3.1 Konversi Skala Lima PAP ... 53

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Kebutuhan ... 54

Tabel 4.2 Analisis Kebutuhan Kegiatan Belajar ... 55

Tabel 4.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Multimedia ... 55

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Kualitas Multimedia oleh Ahli Materi ... 70

Tabel 4.5 Pedoman Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala 5 ... 73

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Kualitas Multimedia oleh Ahli Media I ... 74

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Kualitas Multimedia oleh Ahli Media II ... 78

Tabel 4.8 Saran dan Perbaikan dari Ahli Media I ... 81

Tabel 4.9 Saran dan Perbaikan Ahli dari Media II ... 84

Tabel 4.10 Hasil Penilaian Kualitas Multimedia dari Uji Coba Perorangan 87 Tabel 4.11 Hasil Penilaian Kualitas Multimedia dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 88

Tabel 4.12 Hasil Penilaian Kualitas Multimedia dari Uji Coba Lapangan 91 Tabel 4.13 Hasil Analisis Data Penilaian Kualitas Multimedia dari Ahli Materi ... 92

Tabel 4.14 Analisis Data Penilaian Kualitas Multimedia Aspek Tampilan dari Ahli Media I ... 94

Tabel 4.15 Analisis Data Penilaian Kualitas Multimedia Aspek Penyajian dari Ahli Media I ... 95

Tabel 4.16 Analisis Data Penilaian Kualitas Multimedia Aspek Pemrograman dari Ahli Media I ... 97

Tabel 4.17 Analisis Data Penilaian Kualitas Multimedia Aspek Tampilan dari Ahli Media II ... 98

Tabel 4.18 Analisis Data Penilaian Kualitas Multimedia Aspek Penyajian dari Ahli Media II ... 100


(21)

xx

Tabel 4.19 Analisis Data Penilaian Kualitas Multimedia Aspek

Pemrograman dari Ahli Media II ... 101

Tabel 4.20 Rekapitulasi Analisis Data Penilaian Kualitas Multimedia Oleh Ahli Media I dan Ahli Media II ... 103

Tabel 4.21 Analisis Data Item 1 dari Uji Coba Perorangan ... 104

Tabel 4.22 Analisis Data Item 2 dari Uji Coba Perorangan ... 105

Tabel 4.23 Analisis Data Item 3 dari Uji Coba Perorangan ... 106

Tabel 4.24 Analisis Data Item 4 dari Uji Coba Perorangan ... 108

Tabel 4.25 Analisis Data Item 5 dari Uji Coba Perorangan ... 109

Tabel 4.26 Analisis Data Item 6 dari Uji Coba Perorangan ... 110

Tabel 4.27 Analisis Data Item 7 dari Uji Coba Perorangan ... 111

Tabel 4.28 Analisis Data Item 8 dari Uji Coba Perorangan ... 113

Tabel 4.29 Analisis Data Item 9 dari Uji Coba Perorangan ... 114

Tabel 4.30 Analisis Data Item 10 dari Uji Coba Perorangan ... 115

Tabel 4.31 Rekapitulasi Analisis Data dari Uji Coba Perorangan ... 116

Tabel 4.32 Analisis Data Item 1 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 118

Tabel 4.33 Analisis Data Item 2 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 119

Tabel 4.34 Analisis Data Item 3 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 120

Tabel 4.35 Analisis Data Item 4 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 122

Tabel 4.36 Analisis Data Item 5 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 123

Tabel 4.37 Analisis Data Item 6 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 124

Tabel 4.38 Analisis Data Item 7 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 125

Tabel 4.39 Analisis Data Item 8 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 127

Tabel 4.40 Analisis Data Item 9 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 128

Tabel 4.41 Analisis Data Item 10 dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 129

Tabel 4.42 Rekapitulasi Analisis Data dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 130

Tabel 4.43 Analisis Data Item 1 dari Uji Coba Lapangan Item ... 132

Tabel 4.44 Analisis Data Item 2 dari Uji Coba Lapangan Item ... 134

Tabel 4.45 Analisis Data Item 3 dari Uji Coba Lapangan Item ... 135

Tabel 4.46 Analisis Data Item 4 dari Uji Coba Lapangan Item ... 136


(22)

xxi

Tabel 4.48 Analisis Data Item 6 dari Uji Coba Lapangan Item ... 139 Tabel 4.49 Analisis Data Item 7 dari Uji Coba Lapangan Item ... 140 Tabel 4.50 Analisis Data Item 8 dari Uji Coba Lapangan Item ... 141 Tabel 4.51 Analisis Data Item 9 dari Uji Coba Lapangan Item ... 142 Tabel 4.52 Analisis Data Item 10 dari Uji Coba Lapangan Item ... 144 Tabel 4.53 Rekapitulasi Analisis Data Penilaian Kualitas Multimedia dari

Uji Coba Lapangan ... 145 Tabel 4.54 Rekapitulasi Analisis Data dari Seluruh Uji Coba ... 146


(23)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN Lampiran 1 Storyboard Multimedia Pembelajaran ... 153 Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan Siswa ... 158 Lampiran 3 Kuesioner Penilaian Kualitas Materi Pembelajaran ... 161 Lampiran 4 Kuesioner Penilaian Kualitas Media Pembelajaran ... 164 Lampiran 5 Penilaian Instrumen Media untuk Siswa ... 169 Lampiran 6 Instrumen Wawancara Kepada Siswa ... 171 Lampiran 7 Instrumen Wawancara Kepada Guru... 172 Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 173 Lampiran 9 Lembar Jawab Kuis ... 180 Lampiran 10 Kunci Jawaban Kuis ... 181 Lampiran 11 Lembar Jawab Evaluasi ... 182 Lampiran 12 Kunci Jawaban Evaluasi ... 183 Lampiran 13 Hasil Penilaian Ahli Materi ... 184 Lampiran 14 Hasil Penilaian Ahli Media I ... 187 Lampiran 15 Hasil Penilaian Ahli Media II ... 191 Lampiran 16 Hasil Penilaian Siswa Uji Coba Perorangan ... 195 Lampiran 17 Rekapitulasi Hasil Penilaian Uji Coba Perorangan ... 196 Lampiran 18 Hasil Penilaian Siswa Uji Coba Kelompok Kecil ... 197 Lampiran 19 Rekapitulasi Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil ... 198 Lampiran 20 Hasil Penilaian Siswa Uji Coba Lapangan ... 199 Lampiran 21 Rekapitulasi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan ... 200 Lampiran 22 Surat Izin untuk Melakukan Penelitian ... 202 Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 203 Lampiran 24 Dokumentasi Penilaian ... 204


(24)

1

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada hakekatnya adalah pengajaran interelasi aspek- aspek kehidupan manusia di masyarakat (Sumaatmadja, 1980: 22). IPS diorganisasikan dari beberapa cabang ilmu yaitu ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan sejarah, serta harus disesuaikan dengan karakter, lingkungan, dan kebutuhan siswa pada tiap jenjang pendidikan. Keterpaduan dari bagian- bagian cabang menjadikan IPS memiliki keunikan tersendiri dibandingkan mata pelajaran lain.

Masalah klasik yang dihadapi oleh guru dalam mengampu mata pelajaran IPS diantaranya adalah rendahnya motivasi belajar siswa. Siswa menjadi malas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar termasuk dalam evaluasi materi ajarnya, sehingga hasil prestasi belajar IPS tidak seperti apa yang diharapkan. Hal ini terjadi karena sebagian besar materi IPS harus dihafalkan sehingga mata pelajaran ini sering dianggap susah dari awal kegiatan pembelajaran.

Persoalan utama dari permasalahan di atas adalah pada metode pembelajaran yang diterapkan. Umumnya pembelajaran IPS hanya disajikan dengan ceramah, membaca, dan mencatat sehingga siswa menjadi bosan. Guru diharapkan dapat memancing perhatian siswa sehingga mampu


(25)

mengungkapkan pengalaman- pengalaman sehari- hari yang dapat dikaitkan dengan konsep- konsep dalam IPS.

Hasil analisis kebutuhan yang dilaksanakan oleh peneliti terkait dengan bentuk kegiatan pembelajaran kelas IV SD Kanisius Ganjuran menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran didominasi dengan kegiatan ceramah, membaca, mencatat, dan mengerjakan soal. Menurut siswa kegiatan pembelajaran yang selama itu dilaksanakan bersifat monoton dan tidak membangkitkan minat mereka untuk mengikuti kegiatan belajar. Peneliti juga melakukan wawancara secara langsung kepada beberapa siswa, dan dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa pembelajaran yang selama itu dilaksanakan memberikan tekanan kepada mereka, baik mengenai penyampaian materi maupun pada kegiatan pembelajarannya. Sebagian besar siswa pada kelas tersebut ingin adanya kegiatan pembelajaran yang menarik dan ada unsur permainannya.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut peneliti merasa perlu untuk mengembangkan bentuk multimedia pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Teknologi (PAKEMATIK). PAKEMATIK adalah penerapan pembelajaran yang dikembangkan dari strategi PAKEM dengan penggunaan media pembelajaran berbasis TIK. Pendekatan ini diharapkan dapat memancing motivasi karena menggunakan teknologi yang dekat dan menarik bagi siswa sehingga siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Pemilihan kelas IV sebagai subjek penelitian dan pengembangan multimedia pembelajaran melalui pertimbangan bahwa pada kelas tersebut


(26)

merupakan awal pengalaman belajar IPS yang tidak terkait langsung secara tematik dengan mata pelajaran lain. Peneliti juga mengamati bahwa pembelajaran IPS pada kelas IV mulai kompleks dibandingkan dengan pengalaman belajar pada kelas sebelumnya.

Selain itu pengembangan multimedia pembelajaran ini juga diharapkan dapat membantu kegiatan belajar dalam kelas maupun di luar kelas secara pribadi melalui pendekatan PAKEMATIK. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan dengan judul

“Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Pendekatan Pakematik pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dirumuskan oleh peneliti adalah: Seperti apakah multimedia interaktif dengan pendekatan PAKEMATIK yang layak digunakan untuk mata pelajaran IPS kelas IV SD pada kompetensi dasar membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengembangan multimedia interaktif dengan pendekatan PAKEMATIK pada mata pelajaran IPS kelas IV pada kompetensi dasar membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana. Pembatasan pada kompetensi dasar ini karena


(27)

materi yang diajarkan merupakan materi yang membutuhkan banyak contoh visual dan siswa dapat berinteraksi dalam penggunaan media, sehingga produk pembelajaran yang dihasilkan mampu memperkaya pemahaman siswa.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan pokok yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengembangkan multimedia interaktif dengan pendekatan PAKEMATIK yang layak digunakan untuk pembelajaran mata pelajaran IPS SD kelas IV khususnya pada kompetensi dasar membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Multimedia pembelajaran interaktif yang dikembangkan ini dikemas dalam CD-ROM(Compact Disc Read Only Memory) atau removable disk yang dihubungkan langsung dengan komputer yang memiliki CD-ROM Driver atau

USB-Driver sebagai media penyimpanan software pembelajaran. Media tersebut dapat digunakan sebagai media alternatif dalam proses pembelajaran di kelas karena mampu menggabungkan penggunaan berbagai macam bentuk media secara bersamaan sehingga membuat multimedia interaktif cocok untuk diterapkan sebagai media pembelajaran.

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam pengembangan multimedia ini adalah:


(28)

2. Software multimedia dikembangkan dengan program Microsoft Office Power Point sebagai software utamanya dan beberapa software pendukung lainnya seperti Corel Draw, Corel Photo Paint, Adobe Audition, FLV Player, Windows Media Player, Pinnacle, dan Format Factory.

3. Program multimedia terdiri dari sajian teks dan animasi, serta berupa gambar sebagai tambahan.

4. Kegiatan belajar dalam produk dapat memotivasi siswa dalam belajar melalui interaksinya dalam materi ajar dan kuis pembelajaran.

5. Materi tersaji dalam unit-unit yang disertai penjelasan tiap unitnya.

6. Sistem kerja multimedia pembelajaran ini dapat menunjang aktifitas belajar siswa secara individu maupun kelompok.

7. Dalam multimedia ini, siswa akan mempelajari materi pada kompetensi dasar membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/ kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

8. Multimedia interaktif ini dikemas dalam bentuk CD yang dapat dioperasikan dalam komputer dengan spesifikasi tertentu. Spesifikasi komputer minimum yang dibutuhkan menggunakan processor Intel PentiumIII, RAM 256 MB, VGA 64 MB, operating system Windows 95 dan memiliki CD-ROM Driver atau USB-Driver.


(29)

F. Pentingnya Pengembangan

1. Bagi Guru

Dengan adanya produk multimedia pembelajaran interaktif ini guru akan terbantu dalam menyampaikan materi pelajaran, khususnya kompetensi dasar membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

2. Bagi Siswa

Dengan adanya produk ini siswa akan terbantu dalam memahami dan menyerap materi pelajaran IPS khususnya materi tentang peta menggunakan multimedia pembelajaran dengan pendekatan PAKEMATIK.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana untuk mengembangkan media pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

4. Bagi Prodi PGSD

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dalam mengembangkan multimedia interakti yang membuat pembelajaran IPS menjadi lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan berbasis TIK.

G. Definisi Istilah

1. Multimedia

Multimedia adalah sebuah bentuk media informasi yang merupakan gabungan dari beberapa bentuk media, yaitu audio, visual, dan animasi.


(30)

2. Interaktif

Interaktifadalah suatu keadaan dimana terjadi hubungan komunikasi antara pengguna (user) dengan multimedia.

3. Multimedia Interaktif

Multimedia interaktif adalah seperangkat alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang merupakan gabungan dari beberapa teknologi; audio, visual, dan gerak untuk memunculkan hubungan komunikasi dengan pengguna (user).

4. PAKEMATIK

PAKEMATIK adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. 5. Pelajaran IPS

Pelajaran IPS adalah mata pelajaran wajib di sekolah dasar yang mengajarkan tentang kehidupan sosial dan bermasyarakat.

6. Siswa SD Kelas IV

Siswa SD kelas IV adalah anak-anak yang berada pada rentang usia 10 tahun dan berada pada tahap perkembangan operasional konkret.

H. Sistematika Penulisan

Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) spesifikasi produk yang diharapkan, (5) pentingnya pengembangan, (6) definisi istilah, dan (7) sistematika penulisan.


(31)

Bab II berisi landasan teori. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai kajian teori, yang memuat tentang: (1) kajian teori, dan (2) hasil penelitian yang relevan.

Bab III berisi metode pengembangan. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai: (1) model pengembangan, (2) prosedur pengembangan, (3) desain uji coba, (4) instrumen pengumpulan data, (5) teknik analisis data, dan (6) jadwal penelitian.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pengembangan. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai: (1) data analisis kebutuhan, (2) deskripsi awal produk, (3) data ujicoba dan revisi produk, (4) analisis data, dan (5) kajian produk akhir.

Bab V adalah penutup. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai: (1) kesimpulan, (2) keterbatasan penelitain, dan (3) saran.


(32)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran

Media adalah ungkapan jamak dari medium, berasal dari bahasa latin

medius yang berarti tengah, perantara, atau pengantar (Arsyad, 1996 :3). Gerlach & Ely (Arsyad, 1996: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang mampu membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Arsyad (1996: 3) memberikan batasan media dari AECT (Association of Education and Communication Technology) sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Senada dengan pernyataan tersebut. Hamidjojo (Latuheru, 1988: 11) memaparkan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan manusia untuk menyampaikan/ menyebar ide, sehingga ide, pendapat, atau gagasan yang dikemukakan dapat diterima. Media dalam pengertian komunikasi berfungsi untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima, namun jika karena sesuatu hal media tersebut tidak berfungsi dengan baik maka media tersebut tidak mampu mengkomunikasikan isi pesan yang ingin disampaikan (Latuheru, 1988: 12). Proses komunikasi dengan media dapat digambarkan sebagai berikut:


(33)

M

U

S

P

S: Sumber P: Penerima

M: Media U: Umpan balik

Gambar 2.1 Proses Komunikasi (Sumber: Berlo dalam Latuheru, 1988: 25)

Gambar di atas menunjukkan komunikasi antara sumber pesan (source) kepada penerima pesan (receiver). Agar pesan yang disampaikan dapat diterima dibutuhkanlah sebuah media. Biasanya dalam sebuah komunikasi walaupun pesan sudah diterima tetapi tidak ada umpan balik (feedback), proses komunikasi tersebut tidak berjalan dengan sempurna. Hal ini terjadi karena pemberi pesan tidak mengetahui apakah pesan yang disampaikan sudah diterima atau dimengerti oleh penerima pesan tersebut.

Istilah media sering dikaitkan atau digantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata latin tekne yang dalam bahasa Inggris disebut art dan

logos yang berarti ilmu (Arsyad, 1996: 5). Webster (Arsyad, 1996: 5) menyampaikan bahwa art adalah keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman, studi, dan observasi, yang jika dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran maka memiliki arti sebagai perluasan konsep dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan.


(34)

Media memiliki peranan yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Latuheru (1988: 12-13) memaparkan fungsi media antara lain sebagai berikut:

a. Fungsi sosial

Melalui media sosial manusia bisa mendapatkan informasi baik dari lingkungan sekitar maupun masyarakat global. Pembangunan bangsa dapat didukung dari penggunaan media komunikasi yang positif dan informatif dari pelosok negeri untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan.

b. Fungsi ekonomis

Kehidupan masyarakat modern bergantung pada penggunaan media yang dimanfaatkan untuk kepentingan perdagangan, perusahaan, dan industri untuk mempromosikan hasil produksi barang maupun jasanya. c. Fungsi politis

Media dimanfaatkan untuk memberikan informasi terkait dengan hasil pembangunan secara fisik maupun mental spiritual di tingkat pusat maupun pelosok tanah air, juga terkait dengan hubungan luar negeri suatu negara dalam hal kerja sama, perjanjian, konferensi, dan lain sebagainya.

d. Fungsi seni budaya dan hiburan

Media komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan dan meningkatkan kesenian bangsa dan suku-suku bangsa di dunia melalui film, tarian, musik, drama, dan sebagainya.


(35)

e. Fungsi edukatif

Media dapat memberikan atau menyalurkan informasi terkait dengan nilai-nilai pendidikan dalam arti luas.

Media erat kaitannya dalam dunia pendidikan. Sesuatu hal dapat dikatakan sebagai media pembelajaran apabila mampu menyampaikan pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran (Latuheru, 1988: 13). Gagne & Brigg (Arsyad, 1996: 4) memaparkan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Proses komunikasi yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran adalah bersifat dua arah (Latuheru 1988: 26). Dalam proses belajar mengajar guru bertindak sebagai sumber pesan (source) dan siswa sebagai penerima pesan (receiver).

Guru yang menyampaikan pesan atau informasi dalam komunikasi disebut penyampai (encoder) atau komunikator, sedangkan siswa sebagai penerima pesan atau informasi disebut penerima (decoder) atau komunikan. Ide atau gagasan yang disampaikan guru dalam bentuk kata, kalimat, atau tulisan disebut signal. Signal ini ditangkap oleh indera siswa kemudian dengan proses otak mereka mengerti dan menerima makna yang terkandung tadi sebagai sebuah ide atau gagasan, dan siswa ini merupakan tujuan


(36)

informasi (destination). Proses komunikasi dalam proses belajar mengajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Proses Komunikasi dalam Proses Pembelajaran (Sumber: Kemp dalam Latuheru, 1988: 27)

Gambar di atas menunjukkan proses komunikasi dengan penggunaan media pembelajaran sebagai saluran informasi (channel). Persiapan pesan yang akan dikirimkan oleh guru sebelum diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran ini masuk ke dalam tahap I, sedangkan proses penyajian pesan termasuk dalam tahap II. Kegiatan penyaluran pesan ini membutuhkan saluran agar pesan dapat tersampaikan dengan berbagai cara, entah secara verbal, tertulis, atau tayangan. Penyalur pesan inilah yang dinamakan media. Signal atau lambang-lambang pesan yang disalurkan kemudian diterima oleh alat indera siswa dan diolah dalam proses di otak (kegiatan berpikir) sehingga siswa dapat memaknai pesan yang disampaikan tersebut. Proses ini termasuk dalam tahap III. Tujuan dalam proses pembelajaran ini adalah pada tahap IV, yaitu agar pesan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Hal yang perlu diingat bahwa dalam proses komunikasi kadang timbul gangguan atau noise yang berasal dari

Source (Sumber Pesan) Encoded (Pesan Dikirim) Source (Penerima Pesan) Encoded (Pesan Dikirim) Ch a n n el

I II III IV


(37)

mana saja (Latuheru, 1988: 27-28). Berikut ini adalah contoh asal gangguan pada proses komunikasi:

a. Gangguan dari sumber, seperti suara guru terlalu pelan, tidak jelas, atau bahasanya tidak baik sehingga siswa sulit ataupun tidak bisa mendengar dan menerima dengan baik apa yang disampaikan.

b. Gangguan dari saluran, seperti guru menggunakan media Overhead Projector (OHP), tetapi tulisan guru pada transparansi sulit atau tidak dapat dibaca, maupun penggunaan kaset suara atau video namun pitanya tidak baik atau teknik perekamannya tidak baik sehingga materi yang disajikan itu tidak dapat didengar dan dilihat dengan jelas.

c. Gangguan dari lingkungan, seperti saat guru mengajar terjadi pemadaman listrik, hujan disertai guruh yang besar, atau suasana kelas tidak tenang disebabkan siswa terlalu ribut.

d. Gangguan dari penerima, seperti keadaan fisik siswa terganggu, pendengarannya kurang baik, atau kacamata yang sudah tidak layak pakai.

Sebuah peribahasa belajar mengatakan: I hear, I forget; I see, I remember; I do, I understand. Artinya saya mendengar, saya lupa; saya melihat, saya ingat; saya melakukan; saya mengerti. Kegiatan belajar tertinggi yang dimaksud dalam peribahasa di atas adalah sebuah pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Masalah pendidikan yang biasa dialami adalah siswa menerima materi pembelajaran yang disajikan


(38)

guru hanya dengan ceramah (Latuheru, 1988: 16). Siswa yang kecerdasannya tinggi tentu saja tidak ada kesulitan, namun bagi siswa yang lemah dalam hal berpikir tentu saja hal tersebut merupakan kesulitan bagi mereka.

Dale (Latuheru, 1988: 16) mengemukakan bahwa pengalaman belajar seseorang 75% diperoleh melalui indera penglihatan, 13% melalui indera pendengaran, dan selebihnya menggunakan indera lain. Senada dengan pendapat tersebut, Wilson (Latuheru, 1988: 20) mengatakan bahwa pengalaman belajar didominasi oleh indera penglihatan sebesar 82%, indera pendengaran sebesar 12% dan 6% melalui indera lain. Pengalaman seseorang berlangsung mulai dari tingkat yang konkret (pengalaman langsung) menuju ke tingkat yang abstrak dalam bentuk lambang kata, melalui tahapan yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman (Sumber: Dale dalam Latuheru, 1988: 17)

Gambar Rekaman-radio

Gambar hidup Televisi Pameran Karyawisata Demonstrasi Dramatisasi Benda tiruan Pengalaman langsung

Lambang kata


(39)

a. Melalui pengalaman langsung

Siswa pada tahap ini perlu berhubungan langsung dengan keadaan atau kejadian sebenarnya. Mereka melihat, meraba, ataupun mengalami apa yang sedang mereka hadapi, terutama agar siswa mampu memecahkan masalah sendiri.

b. Pengalaman melalui benda tiruan

Kejadian, peristiwa, atau benda sebenarnya yang sulit diperoleh maupun terlalu besar dan terlalu jauh untuk dibawa ke dalam kelas, dapat dibuat benda tiruan yang bentuknya sama. Contoh dalam mengajarkan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (PPPK) dapat menggunakan kerangka tiruan dalam memberikan informasi mengenai tulang kering pada manusia. Contoh lain adalah penggunaan model organ dalam manusia untuk mempelajari tentang sistem peredaran darah dan jantung. c. Pengalaman melalui dramatisasi

Materi pembelajaran disajikan dalam bentuk drama. Penyajian ini perlu memperhatikan pakaian, mimik, suara, sampai pada karakter yang diperankan agar bisa menarik perhatian siswa sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan dipahami.

d. Pengalaman melalui demonstrasi

Materi pembelajaran yang disajikan pada tahapan tertentu perlu didemonstrasikan, seperti proses merangkai bunga agar terlihat serasi, bagaimana membuat tape agar rasanya manis, maupun bagaimana melakukan pukulan-pukulan tertentu pada permainan bulu tangkis.


(40)

e. Pengalaman melalui karyawisata

Pengalaman yang diperoleh siswa melalui karya wisata sangat berarti dalam hal memperkaya dan memperluas pengalaman belajarnya. Siswa dapat mencatat, mengobservasi, melakukan kegiatan tanya jawab, serta membuat laporan mengenai segala sesuatu yang dilihat dan dilakukan selama kegiatan karyawisata.

f. Pengalaman melalui pameran

Siswa dapat memperlihatkan dan memamerkan kemampuan serta kemajuan mereka secara individu, kelas, maupun kesatuan sekolah agar dapat dilihat oleh masyarakat. Siswa dapat membandingkan tingkat kemajuan mereka dengan siswa maupun sekolah lain, sehingga timbul motivasi untuk berkompetisi secara positif dan sehat.

g. Pengalaman melalui televisi

Televisi dalam program pendidikan dapat menjadi media yang baik tetapi juga dapat menurunkan kualitas belajar seseorang. Siaran televisi selayaknya mendapat saringan yang jelas sehingga informasi yang otentik dan berguna dapat diterima dengan jelas dan positif oleh siswa. h. Gambar hidup

Siswa dapat memperoleh pengalaman melalui penyajian materi yang menggunakan gambar hidup (motion picture) atau film yang memproyeksikan gambar-gambar secara teratur dengan kecepatan teratur dan berkelanjutan sehingga gerak normal dari manusia, hewan, maupun benda dapat dilihat oleh mereka.


(41)

i. Pengalaman melalui rekaman atau radio

Materi pembelajaran dapat disajikan melalui rekaman maupun siaran radio dan lebih menekankan pada penggunaan fungsi pendengaran. Contoh penggunaan media ini adalah dalam pengajaran bahasa.

j. Pengalaman melalui gambar/ foto

Siswa juga dapat memperoleh pengalaman belajar dengan penyajian materi berupa visualisasi benda-benda berdimensi dua, seperti lukisan karikatur, dan sebagainya.

k. Pengalaman melalui lambang visual

Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar melalui penggunaan lambang visual seperti grafik, poster, peta, maupun diagram.

l. Pengalaman melalui lambang kata

Siswa pada tahap ini sudah mampu memperoleh pengalaman belajar atau sudah mampu memperoleh pengetahuan hanya melalui lambang kata yang diperoleh dengan membaca buku, majalah, koran, buletin, dan sebagainya.

Kerucut pembelajaran di atas dapat dibandingkan oleh teori dari Piaget mengenai tahap perkembangan intelektual seseorang mulai dari bayi hingga dewasa (Latuheru, 1988: 20). Fase tersebut dimulai dari tahap sensorimotor, preoperasional, konkret-operasional, dan formal-operasional. Media yang digunakan dalam setiap tahapan juga harus disesuaikan sesuai dengan materi, sifat, kemampuan, dan kegunaannya. Arsyad (1996: 29-33) secara


(42)

sederhana mengkategorikan media berdasarkan perkembangan teknologi dalam empat kelompok, yaitu media hasil teknologi cetak, media hasil audio visual, media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan media hasil gabungan teknologi.

a. Media hasil teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi seperti buku dan materi visual statis. Kelompok media ini meliputi teks, grafik, foto, maupun representasi fotografik dan reproduksi. Materi cetak dan visual merupakan dasar pengembangan dan penggunaan sebagian besar materi pembelajaran. Teknologi ini menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak. Dua komponen pokok pada teknologi ini adalah teks verbal dan visual yang dikembangkan berdasarkan teori mengenai persepsi visual, membaca, memproses informasi, dan teori belajar yang memiliki ciri-ciri yaitu: 1) teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan

ruang,

2) teks dan visual sama-sama menampilkan komunikasi satu arah dan represif,

3) teks dan visual ditampilkan statis,

4) pengembangannya sangat tergantung pada prinsip-prinsip kebahasaan dan persepsi visual,

5) teks maupun visual sama-sama berorientasi pada siswa,


(43)

b. Media hasil teknologi audio visual merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin mekanis dan elektronik. Pengajaran audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti proyektor film, tape recorder, dan proyeksi visual yang lebar yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya bergantung pada pemahaman kata maupun simbol serupa dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) bersifat linear,

2) menyajikan visual yang dinamis,

3) digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya,

4) merupakan representasi fisik dari gagasan nyata maupun abstrak, 5) dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviourisme dan

kognitif,

6) berorientasi pada guru dengan keterlibatan siswa yang rendah. c. Media hasil teknologi berbasis komputer merupakan cara untuk

menghasilkan atau menyampaikan informasi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis microprocessor. Perbedaan dalam penggunaan media ini dibandingkan dengan penggunaan teknologi sebelumnya adalah informasi atau materi disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan atau visual. Berbagai jenis aplikasi pembelajaran komputer umumnya dikenal sebagai computer-assisted


(44)

instruction atau pembelajaran dengan bantuan komputer. Aplikasi tersebut jika dilihat dari cara penyajian dan tujuan yang ingin dicapai meliputi tutorial (penyajian materi secara bertahap), drill and practice

(latihan terkait dengan materi yang diberikan sebelumnya), permainan dan simulasi, serta basis data untuk membantu siswa menambah informasi dan pengetahuannya sesuai dengan keinginan masing-masing. Penggunaan teknologi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) dapat digunakan secara acak, nonsekuensial, atau secara linear, 2) dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan

keinginan perancang atau pengembang seperti yang direncanakan, 3) gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol, atau

grafik,

4) prinsip-prinsip ilmu kognitif mengembangkan media ini,

5) pembelajaran dapat berorientasi siswa dan melibatkan interaktivitas tinggi mereka.

d. Media hasil gabungan teknologi adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik paling canggih apabila dikendalikan dengan komputer yang berkemampuan hebat, seperti jumlah RAM yang besar, monitor beresolusi tinggi, ditambah dengan perangkat peripheral

atau tambahan seperti video disc player, perangkat jaringan dan audio. Ciri utama teknologi ini adalah sebagai berikut:


(45)

1) dapat digunakan secara acak, sekuensial, maupun linear,

2) dapat digunakan sesuai keinginan siswa bukan saja dengan cara yang direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya,

3) gagasan disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman siswa, menurut apa yang relevan dengan siswa, dan di bawah pengendalian siswa,

4) prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan penggunaan pelajaran,

5) pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika pelajaran itu disampaikan,

6) bahan pelajaran melibatkan banyak interaktivitas siswa,

7) bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber. Keseluruhan ciri dan prinsip yang diterapkan serta dimiliki oleh teknologi ini yang disebut dengan multimedia pembelajaran.

Secara garis besar media pembelajaran adalah segala bentuk alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi yang sulit untuk dikemukakan hanya secara verbal. Kesulitan tersebut dapat berupa bentuk informasi yang abstrak, tingkat perkembangan penerima informasi, keterbatasan fisik antara pemberi maupun penerima informasi, juga keterbatasan secara bahasa diantara keduanya.


(46)

2. Multimedia Pembelajaran

Teknologi multimedia dapat digunakan untuk mendukung variasi cara-cara pembelajaran (Boyle, 1997: 19). Anitah (2010: 56-57) mengartikan multimedia sebagai penggunaan berbagai jenis media secara berurutan maupun simultan untuk menyajikan suatu informasi. Tujuan dari penggunaan multimedia dalam pendidikan dan pelatihan adalah melibatkan pembelajar dalam pengalaman multisensori untuk meningkatkan kegiatan belajar. Cornik (Darmawan, 2011: 32) menyatakan bahwa multimedia merupakan sebuah kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar, dan teks. Multimedia memaparkan gagasan dari sebuah sistem dalam berbagai macam bentuk media (Newby, Stepich, Lehman, & Russel, 2000: 101). Pemaparan tersebut tergambar dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2.4 Diagram Multimedia

(Sumber: Newby, Stepich, Lehman, & Russel, 2000: 102)

(e.g., videotape videodisc and

DVD)

(e.g., slides, films, and overhead transparencies)

(audiotapes and CDs)

(e.g., book and computer screen)

(e.g., tools, plants, and artifacts)

Video Graphic Audio Text Real Object and Models Multimedia


(47)

Penggunaan multimedia memiliki lebih banyak keuntungan daripada penggunaan media secara terpisah. Newby, Stepich, Lehman, & Russel (2000: 108) memaparkan keuntungan penggunaan multimedia sebagai berikut:

a. Pembelajaran dan ingatan yang lebih baik

Multimedia interaktif memberikan cara pembelajaran yang bermacam-macam dan secara aktif melibatkan pembelajar.

b. Memberikan gaya dan pilihan belajar yang berbeda

Penggabungan cara yang bermacam-macam memberikan kesempatan mengajar pembelajar secara individual.

c. Membentangkan aspek belajar dengan efektif

Pengajaran dalam multimedia telah ditunjukkan secara efektif dapat digunakan di segala aspek pembelajaran, memaparkan simulasi yang memberikan kesempatan untuk penyelesaian masalah dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, juga untuk menunjukkan komponen afektif dari pembelajaran.

d. Realistik

Multimedia interaktif memberikan tingkat realisasi yang tinggi, siswa dapat melihat dan mendengar percakapan seperti yang sebenarnya. e. Motivasi

Pembelajar menunjukkan perhatian yang konsisten terhadap multimedia interaktif secara positif. Pengajaran dengan multimedia interaktif merepresentasikan kesempatan untuk mengeksplorasi informasi.


(48)

f. Interaktif

Elemen kunci dari komputer adalah interaksinya dengan pengguna. Komputer dapat menampilkan informasi, sejalan dengan kehendak pengguna.

g. Individu

Kemampuan komputer untuk memberikan pembelajaran disusun oleh pengguna. Komputer dapat menyediakan umpan balik sesegera mungkin dan mengawasi performa dari individu.

h. Konsisten

Perbedaan hasil sesuai dengan perbedaan gaya belajar. Hal ini memastikan topik yang sejalan dengan cara belajar seseorang.

i. Kontrol Pembelajar

Komputer dapat memberikan kontrol kepada pengguna sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Pembelajar yang cepat dapat mempercepat waktu belajar, sedangkan pembelajar yang relatif lambat dapat memiliki waktu yang lebih banyak.

Smaldino (Anitah, 2010: 58-59) mengklasifikasikan multimedia sebagai berikut:

a. Multimedia kits, merupakan kumpulan bahan-bahan yang berisi lebih dari satu jenis media yang diorganisasikan dalam satu topik. Beberapa

multimedia kits didesain untuk digunakan pembelajar secara individual atau kelompok kecil.


(49)

b. Hypermedia, merupakan media yang memiliki komposisi yang tidak berurutan, yang mengacu pada software komputer yang menghubungkan unsur-unsur teks, grafis, video, dan audio yang dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai untuk beralih ke suatu informasi. Pemakai dapat memilih cara yang unik sesuai gaya belajar berpikir dan cara memproses informasi informasinya sendiri

c. Virtual Reality, yaitu media yang melibatkan pengalaman multi sensori dan berinteraksi dengan fenomena sebagaimana di dunia nyata.

d. Expert System, yaitu paket software yang mengajarkan kepada pembelajar bagaimana memecahkan masalah yang kompleks dengan menerapkan kebijakan para ahli secara kolektif di lapangan. Setelah komputer menjadi kenyataan, para ahli tergugah oleh apa yang dilihat sebagai paralel bagaimana otak manusia bekerja dan bagaimana komputer dapat belajar sebaik mengulang dan menyusun informasi. e. Media Interaktif, adalah media yang meminta pembelajar

mempraktikkan suatu keterampilan dan menerima balikan. Media interaktif berbasis komputer menciptakan lingkungan belajar multimedia dengan suatu sistem penyajian visual, suara, dan materi video disajikan dengan kontrol komputer sehingga pembelajar tidak hanya dapat mendengar dan melihat gambar dan suara, tetapi juga memberi respon aktif.


(50)

Secara singkat multimedia pembelajaran adalah sebuah bentuk media informasi yang merupakan gabungan dari beberapa bentuk media, yaitu audio, visual, dan animasi. Penggunaan multimedia pembelajaran sebagai alat bantu penyampaian informasi yang lebih kompleks dalam kegiatan pembelajaran dan dapat disesuaikan dengan cara belajar siswa.

3. Prinsip-Prinsip Desain Multimedia Pembelajaran

Mayer (Indriyana, 2012: 12-13) memaparkan prinsip-prinsip desain multimedia pembelajaran sebagai berikut:

a. Prinsip multimedia, yaitu siswa dapat belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar daripada kata-kata saja.

b. Prinsip kedekatan ruang, yaitu siswa dapat belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar terkait disajikan saling berdekata-katan daripada disajikan saling berjauhan dalam halaman maupun layar.

c. Prinsip kedekatan waktu, yaitu siswa dapat belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar terkait disajikan secara simultan daripada bergantian.

d. Prinsip koherensi, yaitu siswa dapat belajar lebih baik jika materi ekstra disisihkan daripada dimasukkan. Prinsip ini dijabarkan sebagai berikut: 1) Pembelajaran untuk siswa akan terganggu jika kata-kata dan

gambar menarik, namun tidak relevan untuk dimasukkan.

2) Pembelajaran untuk siswa akan terganggu jika suara dan musik menarik, namun tidak relevan untuk dimasukkan.


(51)

3) Pembelajaran untuk siswa meningkat jika kata-kata yang tidak diperlukan disingkirkan.

e. Prinsip modalitas, yaitu siswa dapat belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada animasi dan teks onscreen.

f. Prinsip redundansi, yaitu siswa dapat belajar lebih baik dari animasi dan narasi, daripada animasi, narasi, dan teks.

g. Prinsip perbedaan individu, yaitu pengaruh desain lebih kuat bagi siswa dengan kemampuan pemahaman yang rendah daripada siswa dengan kemampuan pemahaman tinggi.

Prinsip lain yang sebaiknya digunakan dalam pengembangan multimedia adalah prinsip efektifitas dan efisiensi. Efektif berarti tepat sasaran. Pengembangan multimedia pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan cakupan materi yang mampu diterima, cara atau teknik belajar penerima pesan (dalam hal ini siswa), juga disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa yang berbeda satu sama lain. Penggunaan bahan ajar, penyampaian, dan kegiatan yang tahapannya terlalu tinggi dapat menyebabkan informasi tidak dapat ditangkap secara menyeluruh oleh siswa, sedangkan jika terlalu rendah siswa dapat menjadi bosan.

Efisien berarti ketepatan penggunaan sumber daya. Efisien dalam kaitan pengembangan multimedia adalah dengan mengemas materi belajar dengan sederhana, singkat, namun dapat dipahami. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang didapat oleh pengguna dapat tertangkap dengan jelas dan


(52)

tidak kabur dengan banyaknya narasi, tulisan, maupun animasi yang terlalu panjang.

4. PAKEMATIK

PAKEMATIK merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gora & Sunarto, 2010: 3). Pakematik merupakan pengembangan strategi pembelajaran PAKEM yang telah terlebih dahulu dikenal di dunia pendidikan di Indonesia. Perbedaannya hanya pada pemanfaatan atau integrasi TIK dalam proses pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran aktif (activelearning).

Istilah PAKEM mengacu pada pendekatan AJEL (Active Joyfull and Efective Learning) yang diperkenalkan pertama kali di Indonesia dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif, dan Menyenangkan). Namun seiring untuk membentuk kegiatan pembelajaran yang tidak hanya efektif, aktif, dan menyenangkan, tetapi juga kreatif disusunlah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif serta dapat mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan sehari-hari (Rosdijati, Aqib, & Trimo, 2010: 15-16).

Rosdijati, Aqib, & Trimo (2010: 16-24) memaparkan karakteristik PAKEM sebagai berikut:


(53)

a. Pembelajaran yang Aktif

Sebuah proses belajar harus menumbuhkan motivasi siswa untuk terlibat aktif. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, berinteraksi dengan lingkungan, memanipulasi objek-objek yang ada di sekitar, dan sebagainya, sehingga siswa akan terdorong secara aktif untuk mengeksplorasi pengalaman hidupnya untuk diungkapkan dalam berbagai bentuk seperti tulisan atau gambar. Silberman (Rosdijati, Aqib, & Trimo, 2010: 15-16) menggambarkan bahwa saat belajar aktif siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Siswa terlibat secara pribadi untuk mempelajari sesuatu yang baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain.

Namun keterlibatan aktif guru hanya dalam perannya sebagai seorang pelatih, pengarah, dan penolong, bukan pihak yang mendominasi proses pembelajaran (Wein dalam Rosdijati, Aqib, & Trimo, 2010: 18). Pembelajaran aktif akan dapat terlaksana jika terjadi interaksi yang kolaboratif antara siswa, guru, dan lingkungannya. Interaksi ini melibatkan seluruh indera baik penglihatan (visual), pendengaran (auditory), gerak fisik (kinestetik), penciuman (olfactory), dan pengecapan (gustatory).


(54)

b. Pembelajaran yang Kreatif

Seorang guru harus dapat menciptakan kegiatan belajar yang beragam dan inovatif sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa, termasuk dalam pemanfaatan media pembelajaran. Guru dapat menggunakan teknologi yang berkembang saat ini seperti handphone

maupun aplikasi software pemrograman pada komputer seperti penggunaan Microsoft Office Powerpoint. Namun yang patut diingat bahwa media pembelajaran tidak perlu sesuatu yang mahal ataupun canggih. Media pembelajaran dapat dirancang dari benda maupun sesuatu yang sederhana, yang ada di lingkungan sekitar, misalnya dari barang bekas ataupun aktivitas masyarakat sekitar. Siswa tentu akan semakin terdorong untuk berkreasi dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

c. Pembelajaran yang Efektif

Pembelajaran yang efektif berkaitan dengan pertanyaan “sejauh

mana proses belajar yang dijalankan mampu membawa siswa mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Suparlan (Rosdijati, Aqib, &

Trimo, 2010: 21) menyatakan bahwa pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif tidak ubahnya seperti permainan biasa. Persiapan dan perancangan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang krusial.

Setiap pilihan aktivitas pembelajaran sedapat mungkin dipertimbangkan efektivitasnya. Hal ini antara lain berarti guru tidak


(55)

perlu memaksakan sebuah aktivitas yang rumit apabila indikator atau tujuan pembelajarannya hanya memerlukan aktivitas pembelajaran yang sederhana. Sebaliknya guru tidak sepantasnya menyederhanakan aktivitas pembelajaran jika indikatornya menuntut aktivitas yang banyak atau rumit.

d. Pembelajaran yang Menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan terkait dengan perasaan siswa yang tidak merasa terpaksa dan malas mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa merasa nyaman dan senang sehingga menimbulkan motivasi dan konsentrasi bagi mereka untuk belajar. Bagi guru hal tersebut dapat menjadi keuntungan karena bisa memanajemen kelas lebih mudah jika dibandingkan dengan kegiatan belajar yang monoton dan cenderung membosankan.

Program pembangunan pendidikan yang terpadu, terarah, dan berbasis teknologi akan memberikan multiplier effect dan nurturing effect terhadap hampir semua sisi pembangunan pendidikan (Darmawan, 2011: 4-5). Pembangunan pendidikan berbasis TIK setidaknya memiliki dua keuntungan, yaitu:

a. Sebagai pendorong komunitas pendidikan untuk lebih apresiatif dan proaktif dalam maksimalisasi potensi pendidikan.


(56)

b. Memberikan kesempatan luas kepada peserta didik dalam memanfaatkan setiap potensi yang ada, yang dapat diperoleh dari sumber-sumber yang tidak terbatas.

Kegiatan belajar melalui pendekatan PAKEMATIK bersifat konstruktivisme, yaitu suatu pandangan mengenai bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan benda-benda yang direfleksikan melalui pengalaman (Piaget dalam Gora & Sunarto, 2010:23-24). Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajarannya dijabarkan sebagai berikut:

a. Siswa membawa pengetahuan awal yang khas dan keyakinan pada situasi pembelajaran.

Siswa memiliki konsep yang sudah tertanam pada pikirannya sebelum dia memasuki kegiatan belajar di sekolah dari pengalaman yang dia terima sehari-hari. Konsep ini yang menjadi pengetahuan awal dan kembali dikembangkan dalam kegiatan di dalam kelas.

b. Pengetahuan dibangun secara unik dan individu dalam berbagai cara, lewat berbagai perangkat, sumber-sumber, dan konteks.

Pengalaman yang diterima masing-masing siswa tidak sama tergantung dari mana pengalaman itu diterima dan bagaimana masyarakat di sekitar siswa tersebut menyikapinya.


(57)

c. Belajar merupakan proses yang aktif dan reflektif.

Kegiatan belajar siswa selama di dalam kelas maupun di luar kelas merupakan pengalaman yang harus dialami oleh siswa secara pribadi secara aktif. Pengalaman yang diterima kemudian direfleksikan sesuai dengan kondisi sosial siswa tersebut.

d. Belajar adalah proses membangun.

Belajar adalah situasi dimana seseorang mendapatkan pengalaman dan informasi baru. Pengalaman dan informasi ini yang kemudian digunakan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan penyelesaian masalah. e. Interaksi sosial memperkenalkan perspektif ganda pada pembelajaran.

Suatu permasalahan harus dilihat melalui sudut pandang yang berbeda agar dapat diselesaikan secara tepat. Siswa akan belajar bagaimana memandang suatu permasalahan melalui interaksinya dengan teman sebaya maupun dengan orang yang telah memiliki cukup pengalaman. f. Belajar dikendalikan secara internal dan dimediasi oleh siswa.

Kemauan untuk belajar secara pribadi merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri masing-masing siswa dan diterima melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara individu maupun kelompok.

PAKEMATIK secara singkat merupakan sebuah bentuk pendekatan pembelajaran yang mengaktifkan cara berpikir siswa, menjadi lebih kreatif, penyampaian yang tepat dan dengan cara yang tepat, menjadikan siswa


(58)

tidak merasa terpaksa untuk mengikuti kegiatan belajar, dengan bantuan teknologi informasi.

5.Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu, oleh Ravert (Supardan, 2011: 21), dijabarkan sebagai sebuah kisah sukses luar biasa.Terminologi ilmu sendiri berasal dari science dalam bahasa Inggris dan scientia dalam bahasa Latin yang berarti pengetahuan. Dikemukakan juga oleh Soeprepto (Supardan, 2011: 22) bahwa scientia

berasal dari kata kerja scire yang artinya mempelajari.

Poespoprodjo & Gilarso (1982: 5) merumuskan ilmu sebagai kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, yang merupakan suatu kesatuan yang tersusun secara sistematis, dan mampu memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebabnya. Pengetahuan sendiri adalah hasil dari segala hal yang berkenaan dengan kegiatan tahu atau mengetahui. Kegiatan mengetahui merupakan kegiatan mental dari mencerap berbagai hal yang manusia alami, diindera, dirasakan, dikehendaki, dan dipikirkan, kemudian dipilah kembali dalam kerangka ruang dan waktu sesuai dengan keterkaitan dan hubungan satu sama lain. Hal ini yang membedakan ilmu pengetahun dengan pengetahuan sehari-hari (ordinary knowledge) dan pengetahuan filsafat (philosophy knowledge) (Wahana, 2010: 36).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat (Daldjoeni,


(59)

1981: 7). Marsh (1991: 5) mendefinisikan IPS atau social studies sebagai mata pelajaran yang memiliki tekanan yang lebih pada perubahan jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal ini terjadi karena hubungannya dengan tingkat perubahan sosial dan teknologi di dalam masyarakat di seluruh dunia. Definisi lain yang diberikan oleh Marsh (1991: 10) mengenai social studies adalah studi mengenai manusia sebagai bagian dari masyarakat sosial yang ada dan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya dalam waktu dan tempat tertentu.

Pada masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat dalam kehidupan masyarakat global. IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam kehidupan masyarakat yang dinamis secara sistematis, komprehensif, dan terpadu (Rosdijati, Aqib, & Trimo, 2010: 58).

Mengacu pada tujuan pembelajaran IPS yang tercantum pada standar isi dan kelulusan, berikut ini adalah kompetensi-kompetensi yang harus dicapai siswa:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.


(60)

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek

“pendidikan” daripada “transfer konsep” (Solihatin & Raharjo, 2007: 14).

Marsh (1991: 150) mengemukakan bahwa siswa membutuhkan dua keterampilan untuk mempelajari IPS, yaitu:

a. There is no great merit in teaching or acquiring skills unless they are used for some purpose.

b. Actual learning of skills in the social studies is fruitful if it is undertaken when needed by students as they learn by making decisions.

Keterampilan seharusnya diajarkan untuk memungkinkan pembelajaran dan aksi yang lebih jauh. Bagian ini membutuhkan definisi keterampilan dalam IPS serta rasionalisasi ketrampilan yang relevan dalam kurikulum. Bagian kedua berfokus pada perhatian dalam pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk perolehan keterampilan dan hubungannya dengan sasaran belajar yang berbeda.

Johnson (1956: 129-130) menyatakan bahwa ilmu sosial lebih dekat dengan ilmu yang mempelajari tentang kemanusiaan (humane studies) dibandingkan dengan ilmu yang mempelajari tentang alam (natural


(61)

studies). Kedekatan tersebut tentu saja karena kedua ilmu tersebut sama-sama meletakkan manusia dalam hubungan sosial sebagai objek pembelajaran. Hubungan tersebut digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 2.5 Diagram Relasi Ilmu Sosial (Sumber: Johnson, 1988: 132)

Diagram di atas menunjukkan hubungan yang jelas bahwa humane studies dan natural studies memiliki kesatuan pada social studies, namun tidak ada keterkaitan langsung. Pembagian (A) dan (B) pada diagram tersebut memiliki konsekuensi yang saling bertautan. Arti (A) berarti proses dalam mencapai tujuan. Namun dalam kegiatan pembelajaran hal tersebut tidak akan mencapai nilai atau hasil tanpa adanya interaksi langsung dengan objek pembelajaran. Interaksi ini yang merupakan representasi dari (B), dan pembagian ini bersifat sementara.

The Social Studies

(X)

The Humane Studies

(B)

The Natural Studies (Y)


(62)

Pada hakikatnya IPS adalah sebuah bentuk mata pelajaran terintegrasi yang memuat sosiologi, antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, dan psikologi, mengajarkan segala bentuk interaksi sosial dan bermasyarakat dengan sederhana sesuai dengan tingkat perkembangan siswa sekolah dasar. Pada jenjang pendidikan sekolah menengah, cabang IPS akan diajarkan secara terpisah dan lebih mendalam, sehingga IPS sering dianggap sebagai jembatan sosial siswa sekolah dasar untuk bermasyarakat.

6. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan atau research and development

didefinisikan sebagai penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009: 407). Sukmadinata (Indriana, 2012: 23) memaparkan penelitian dan pengembangan sebagai suatu proses atau langkah-langkah dalam mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian dan pengembangan juga disebut sebagai suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk termasuk dalam pendidikan dan bertujuan untuk menilai perubahan-perubahan dalam kurun waktu tertentu (Rusman, 2011: 207). Karakteristik penelitian dan pengembangan sendiri akrab dengan teknologi pembelajaran, yang didefinisikan sebagai teori dan praktik desain, pengembangan,


(63)

pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi proses, dan sumber-sumber belajar. Teknologi pembelajaran itu berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran (Rusman, 2011: 199). Dick & Carey (Setyosari, 2010: 200) memaparkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan secara prosedural sebagai berikut:

a. Melakukan analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk menentukan tujuan program atau produk yang akan dikembangkan.

b. Melakukan analisis pembelajaran

Analisis pembelajaran dilakukan untuk mengetahui cakupan ketrampilan, proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c. Analisis pembelajar dan konteks

Analisis pembelajar dan konteks dilakukan untuk mengetahui cakupan kemampuan, sikap, dan karakteristik awal pembelajar dalam latar pembelajaran, termasuk karakteristik dimana pengetahuan dan ketrampilan baru akan digunakan.

d. Menjabarkan tujuan umum dan khusus

Tujuan umum dan tujuan khusus dijabarkan ke dalam tujuan yang lebih spesifik berupa rumusan tujuan unjuk kerja atau operasional untuk memberikan informasi dalam mengembangkan butir-butir tes.


(64)

e. Mengembangkan instrumen

Instrumen penilaian atau assesment dikembangkan secara langsung sesuai dengan tujuan khusus yang telah dijabarkan.

f. Mengembangkan strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran dikembangkan secara spesifik untuk membantu pembelajar mencapai tujuan khusus.

g. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran

Mengembangkan dan memilih bahan ajar yang berupa media cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan media lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan.

h. Merancang dan melakukan evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan oleh pengembang selama proses, prosedur, program, atau produk dikembangkan. Evaluasi ini dilaksanakan dengan maksud untuk mendukung proses peningkatan efektivitas.

i. Melakukan revisi

Revisi dilakukan terhadap proses pembelajaran, prosedur, program, atau produk terkait dengan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya.

j. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas program secara keseluruhan dibandingkan dengan program lain.


(65)

Penelitian dan pengembangan adalah bentuk penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu hal sesuai dengan kebutuhan pengguna. Penelitian ini dilaksanakan untuk data perencanaan, uji coba, revisi produk, hingga produksi masal.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Khilmiyati (2011) tentang pengembangan multimedia interaktif dengan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation) pada mata pelajaran Matematika materi bangun ruang kelas V di SD Negeri 3 Banjar Jawa, Singaraja. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk media pembelajaran berbasis multimedia interaktif mata pelajaran Matematika materi bangun ruang yang akan digunakan di SD Negeri 3 Banjar Jawa, Singaraja pada kelas V semester 2. Penggunaan multimedia ini sesuai dengan kebutuhan dan mengikuti aturan yang ada serta mampu memberikan minat siswa agar lebih bersemangat mengikuti pembelajaran dan mampu menyerap isi dari materi pembelajaran lebih maksimal.

Hasil penelitian ini adalah: 1) Pengembangan multimedia interaktif melalui tahap analisis, perancangan, pengembangan, implementasi, evaluasi; 2) Kualitas media ditinjau dari isi materi termasuk kriteria “direvisi” dengan persentase tingkat pencapaian 60%; 3) Kualitas media ditinjau dari aspek media termasuk kriteria “sangat baik” dengan persentase 90%; 4) Kualitas media ditinjau dari aspek desain produk termasuk kriteria “sangat baik”


(66)

dengan persentase 88,6%. Pada uji coba perorangan, kelompok kecil, dan lapangan semuanya dengan kriteria “sangat baik”.

Penelitian kedua yang relevan dilakukan oleh Singgih (2011) yang meneliti tentang pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran aksara Lampung berbasis pemrograman visual untuk kelas IV semester 2 SDN 1 Bratasena Adiwarna Tulang Bawang. Berdasarkan hasil analisis data uji lapangan diperoleh hasil 97,4%, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa multimedia interaktif pembelajaran aksara Lampung kelas IV semester 2 yang dikembangkan termasuk dalam kriteria “valid” untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Effendi (2010) yang meneliti tentang pengembangan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan atmosfer dan hidrosfer kelas VII di MTS. Al-Mubarok Sumbersuko, Lumajang. Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk media pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran yang efektif bagi siswa yang dapat digunakan untuk belajar mandiri, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil pengembangan multimedia interaktif ini memenuhi kriteria “valid” dan “layak”, yaitu hasil uji coba ahli media 95%, uji coba ahli materi 90%, uji coba siswa perseorangan 85%, dan hasil uji coba klasikal pada siswa adalah 86%, dengan demikian media ini layak digunakan dalam proses pembelajaran.


(67)

Najjar (1996) menuliskan dalam jurnalnya mengenai penggunaan dua bentuk media dalam memberikan satu informasi. Bentuk media yang berdiri sendiri dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mendukung, sehingga lebih memberikan efektifitas dalam mendapatkan timbal balik.

Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan multimedia dalam memberikan informasi berupa presentasi kepada kelompok yang memiliki pemahaman yang rendah dan kelompok yang memiliki pemahaman tinggi terhadap rem tromol (drum brakes). Penggunaan gambar statis, film, animasi, teks, dan narasi dapat membantu pemahaman kelompok yang memiliki pemahaman rendah, sedangkan kelompok yang sudah lebih memahami tidak terganggu.

Hasil penelitian-penelitian di atas mengemukakan bahwa penggunaan multimedia dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran yang semakin aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Namun penggunaan multimedia pembelajaran di sekolah dasar khususnya belum menggunakan asas efektivitas dalam pengembangannya. Masih banyak penggunaan media yang saling menumpuk dan cakupan materi yang dipaparkan kurang seimbang.


(1)

LAMPIRAN 22


(2)

LAMPIRAN 23


(3)

LAMPIRAN 24

DOKUMENTASI PENELITIAN

Siswa bersiap memasuki kelas Siswa dan guru melakukan doa pembukaan

Siswa dan guru melakukan kegiatan apersepsi

Siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan multimedia

Siswa mengerjakan soal kuis dari multimedia pembelajaran

Siswa dan guru membahas kuis yang telah dikerjakan


(4)

Siswa mengerjakan soal evaluasi dari multimedia

Siswa dan guru bersama- sama membahas hasil evaluasi

Siswa dan guru menyimpulkan hasil kegiatan belajar

Siswa dan guru melakukan refleksi kegiatan belajar


(5)

viii ABSTRAK

Laksana, F.X. Wahyu Sigit. (2013). Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Pendekatan PAKEMATIK pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan multimedia interaktif dengan pendekatan PAKEMATIK pada mata pelajaran IPS kelas IV SD khususnya pada materi peta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development). Pengembangan multimedia dilakukan dengan langkah- langkah: 1) analisis kebutuhan, 2) pengembangan program pembelajaran, 3) memproduksi software multimedia interaktif, 4) validasi, uji coba, dan revisi produk. Validasi produk dilaksanakan oleh satu orang ahli materi dan dua orang ahli media. Subjek uji coba adalah siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran melalui tiga tahap, yaitu uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Data berupa hasil penilaian kualitas multimedia dan saran untuk revisi produk yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produk multimedia interaktif yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran IPS SD. Hal ini ditunjukkan dengan: 1) penilaian oleh ahli materi tergolong dalam kriteria “baik” dengan rerata skor sebesar 3,50, 2) penilaian oleh ahli media tergolong dalam kriteria “baik” dengan rerata skor sebesar 4,00, 3) hasil penilaian dari uji coba perorangan termasuk dalam kategori “baik” dengan rerata skor sebesar 3,63, 4) hasil penilaian dari uji coba kelompok kecil termasuk dalam kategori “sangat baik” dengan rerata skor sebesar 4,30, dan 5) hasil penilaian dari uji coba lapangan termasuk dalam kategori “sangat baik” dengan rerata skor sebesar 4,44.


(6)

ix ABSTRACT

Laksana, F.X. Wahyu Sigit. (2013). Development of Interactive Multimedia Using PAKEMATIK Approach in Social Studies for 4th Grade of Elementary School. Mini Thesis. Yogyakarta: Elementary Education Study Program Sanata Dharma University.

This research was aimed to develop interactive multimedia using PAKEMATIK approach in theSocial Science learning for 4th grade of elementary school, especially in topic discussion about map.

This study was considered the research and development (R & D) in which the multimedia development was executed in 4 steps like: 1) need analysis; 2) learning program development; 3) interactive multimedia software production; 4) validation, test, and product revision. The product has been validated by an expert on subject material and two experts on media development. The subjects of this study were the 4th grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School. While, the study was performed in 3 steps: individual trial, narrow-group trial, and field trial. Further, the data about the multimedia‟s quality evaluation and revision was collected by using questioners and interviews then it was analyzed descriptively.

The results of this research showed that interactive multimedia product that has been developed was suitable for social science learning in elementary school. It was shown in: 1) the assessment result from an expert on subject material was in “good” criteria with average score 3,50; 2) the assessment result from two experts on media development was in “good” criteria with average score 4,00; 3) the assessment result from individual trial was in “good” criteria with average score 3,63; 4) the assessment result from narrow-group trial was in “very

good” criteria with average score 4,30, and; 5) the assessment result from field

trial was in “very good” criteria with average score 4,44.

Keywords: interactive multimedia, PAKEMATIK approach, social studies learning