IGAG PAMUJANG DEWANGGA 5613 2010
GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dikerjakan oleh :
IGAG PAMUJANG DEWANGGA
NIM : I 8507049
PROGRAM D3 TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI
TUGAS AKHIR
Dikerjakan Oleh:
IGAG PAMUJANG DEWANGGA NIM : I 8507049
Diperiksa dan disetujui Oleh : Dosen Pembimbing
SETIONO, ST, M.Sc NIP. 19720224 199702 1 001
PROGRAM D3 TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
(3)
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI
TUGAS AKHIR
Dikerjakan Oleh:
IGAG PAMUJANG DEWANGGA NIM : I 8507049
Dipertahankan didepan tim penguji:
1. SETIONO, ST, M.Sc : . . . . NIP. 19720224 199702 1 001
2. WIBOWO, ST, DEA : . . . . NIP. 19681007 199502 1 001
3. AGUS SETYA BUDI, ST, MT : . . . . NIP. 19700909 199802 1 001
Mengetahui, a.n. Dekan Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS
Mengetahui, Disahkan,
Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS
Ir.BAMBANG SANTOSA, MT NIP. 19590823 198601 1 001
Ketua Program D-III Teknik Jurusan Teknik Sipil FT UNS
Ir. SLAMET PRAYITNO, MT NIP. 19531227 198601 1 001
(5)
Ir. NOEGROHO DJARWANTI, MT NIP. 19561112 198403 2 007
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL... ... i
HALAMAN PENGESAHAN. ... ii
MOTTO... iv
PERSEMBAHAN... v
PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI. ... vii
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL... xix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 1
1.3 Maksud dan Tujuan... 1
1.4 Metode Perencanaan... 2
1.5 Kriteria perencanaan... 2
1.6 Peraturan-Peraturan Yang Berlaku... 3
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Dasar Perencanaan... 4
2.1.1. Jenis Pembebanan ………... 4
2.1.2. Sistim Bekerjanya Beban….………... 7
2.1.3. Provisi Keamanan... 7
2.2 Perencanaan Atap ... 9
2.3 Perencanaan Tangga ... 11
(6)
2.5 Perencanaan Balok Anak ... 13
2.6 Perencanaan Portal ... 14
2.7 Perencanaan Pondasi... 15
BAB 3 PERENCANAAN ATAP 3.1 Rencana Atap……….. ... . 18
3.1.1 Dasar Perencanaan... . 18
3.2 Perencanaan Gording... 19
3.2.1 Perencanaan Pembebanan ... 19
3.2.2 Perhitungan Pembebanan ... 20
3.2.3 Kontrol Terhadap Momen... 22
3.2.4 Kontrol Terhadap Lendutan ... 23
3.3 Perencanaan Setengah Kuda-Kuda... 24
3.3.1 Perhitungan Panjang Batang Setengah Kuda-Kuda ... 24
3.3.2 Perhitungan Luasan Setengah Kuda-Kuda ... 25
3.3.3 Perhitungan Pembebanan Setengah Kuda-kuda... 28
3.3.4 Perencanaan Profil Kuda-kuda ... 34
3.3.5 Perhitungan Alat Sambung ... 36
3.4 Perencanaan Jurai ... 40
3.4.1 Perhitungan Panjang Batang Jurai... 40
3.4.2 Perhitungan Luasan Jurai ... 41
3.4.3 Perhitungan Pembebanan Jurai ... 44
3.4.4 Perencanaan Profil Jurai... 50
3.4.5 Perhitungan Alat Sambung ... 53
3.5 Perencanaan Kuda-kuda Utama ... 57
3.5.1 Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda ... 57
3.5.2 Perhitungan Luasan Setengah Kuda-kuda Utama ... 58
3.5.3 Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama ... 61
3.5.4 Perencanaan Profil Kuda-kuda Utama... 69
(7)
3.6 Rencana Atap 2……….. .. . 80
3.6.1 Dasar Perencanaan... . 80
3.7 Perencanaan Gording... 81
3.7.1 Perencanaan Pembebanan ... 81
3.7.2 Perhitungan Pembebanan ... 82
3.7.3 Kontrol Terhadap Momen... 84
3.7.4 Kontrol Terhadap Lendutan ... 85
3.8 Perencanaan Jurai 2 ... 86
3.8.1 Perhitungan Panjang Batang Jurai... 86
3.8.2 Perhitungan Luasan Jurai ... 87
3.8.3 Perhitungan Pembebanan Jurai ... 89
3.8.4 Perencanaan Profil Jurai... 93
3.8.5 Perhitungan Alat Sambung ... 96
3.9 Perencanaan Kuda-kuda Utama 2 ... 99
3.9.1 Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda ... 99
3.9.2 Perhitungan Luasan Setengah Kuda-kuda Utama ... 100
3.9.3 Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama ... 102
3.9.4 Perencanaan Profil Kuda-kuda Utama... 107
3.9.5 Perhitungan Alat Sambung ... 109
BAB 4 PERENCANAAN TANGGA 4.1 Uraian Umum ... 113
4.2 Data Perencanaan Tangga... 113
4.3 Perhitungan Tebal Plat Equivalent dan Pembebanan ... 115
4.3.1 Perhitungan Tebal Plat Equivalent ... 115
4.3.2 Perhitungan Beban……….. 116
4.4 Perhitungan Tulangan Tangga dan Bordes………. 117
4.4.1 Perhitungan Tulangan Tumpuan………. 117
4.4.2 Perhitungan Tulangan Lapangan……… 119
4.5 Perencanaan Balok Bordes………. 121
(8)
4.5.2 Perhitungan Tulangan Lentur………. 122
4.5.3 Perhitungan Tulangan Geser………. 123
4.6 Perhitungan Pondasi Tangga……….. 125
4.6.1 Perencanaan Kapasitas Dukung Pondasi……… 125
4.6.2 Perhitungan Tulangan Lentur... 126
4.6.3 Perhitungan Tulangan Geser... 127
BAB 5 PERENCANAAN PELAT 5.1 Perencanaan Plat Lantai ... 129
5.1.1 Perhitungan Pembebanan Plat Lantai ... 129
5.1.2 Perhitungan Momen ... 130
5.1.3 Penulangan Pelat Lantai ... 136
5.1.4 Rekapitulasi Tulangan ... 141
5.2 Perencanaan Plat Atap ... 142
5.2.1 Perhitungan Pembebanan Plat Atap ... 142
5.2.2 Perhitungan Momen ... 143
5.2.3 Penulangan Pelat Atap... 146
5.2.4 Rekapitulasi Tulangan ... 151
BAB 6 PERENCANAAN BALOK ANAK 6.1 Perencanaan Balok Anak ... 152
6.1.1 Perhitungan Lebar Equivalent………. 153
6.1.2 Lebar Equivalent Balok Anak ………... 153
6.2 Balok Anak As 8’ (A-C)...……… ... 154
6.2.1 Pembebanan ……… ... 154
6.2.2 Perhitungan Tulangan ……… ... 155
6.3 Balok Anak As 9’ (A-a2)...……… ... 159
6.3.1 Pembebanan ……… ... 159
6.3.2 Perhitungan Tulangan ……… ... 160
6.4 Balok Anak As 9’’ (a2-B)...……… ... 163
6.4.1 Pembebanan ……… ... 163
(9)
6.5 Balok Anak As a2 (9-10)...……… ... 168
6.5.1 Pembebanan ……… ... 168
6.5.2 Perhitungan Tulangan ……… ... 169
6.6 Balok Anak As D’ (1’-4)...………... 174
6.6.1 Pembebanan ……… ... 174
6.6.2 Perhitungan Tulangan ……… ... 175
BAB 7 PERENCANAAN PORTAL 7.1 Perencanaan Portal……… 184
7.1.1 Daasar Perencanaan……….. ... 184
7.1.2 Perencanaan Pembebanan………...……… . 185
7.1.3 Perhitungan Luas Equivalen untuk plat Lantai……… .. 185
7.2 Perencanaan Balok Portal ………... 186
7.3 Perhitungan Pembebanan Balok ………. ... 187
7.3.1 Perhitungan Pembebanan Balok Portal Memanjang ……... 187
7.3.2 Perhitungan Pembebanan Balok Portal Melintang …… ... . 196
7.4 Penulangan Balok ...……….. 207
7.4.1 Penulangan Tulangan Lentur Ring Balk...……… 207
7.4.2 Penulangan Tulangan Geser Ring Balk ………... 211
7.4.3 Penulangan Tulangan Lentur Ring Balk 2...……… 212
7.4.4 Penulangan Tulangan Geser Ring Balk 2 ………... 217
7.4.5 Penulangan Tulangan Lentur Balok Atap Tepi...……… 218
7.4.6 Penulangan Tulangan Geser Balok Atap Tepi ……... 222
7.4.7 Penulangan Tulangan Lentur Balok Atap Tengah...……… 223
7.4.8 Penulangan Tulangan Geser Balok Atap Tengah…... 229
7.4.9 Penulangan Tulangan Portal Memanjang...……… 230
7.4.10 Penulangan Tulangan Geser Balok Portal Memanjang... 235
7.4.11 Penulangan Tulangan Portal Melintang...……… 238
7.4.12 Penulangan Tulangan Geser Balok Portal Melintang... 242
7.5 Penulangan Kolom ...……….. 244
(10)
7.5.2 Penulangan Tulangan Geser Kolom... ………... 247
7.6 Penulangan Kolom ...……….. 244
7.6.1 Penulangan Tulangan Lentur Sloof...…..…… 249
7.6.2 Penulangan Tulangan Geser Sloof... ………... 252
BAB 8 PERENCANAAN PONDASI 8.1 Pondasi Dilatasi ( FP1)...……….. 254
8.1.1 Data Perencanaan...…..…… 254
8.1.2 Perencanaan Kapasitas Dukung Pondasi.... ………... 256
8.1.3 Perhitungan Tulangan Lentur………. ... 257
8.1.4 Perhitungan Tulangan Geser………... 258
8.2 Pondasi Tipe 2.... ...……….. 259
8.2.1 Data Perencanaan...…..…… 259
8.2.2 Perencanaan Kapasitas Dukung Pondasi.... ………... 260
8.2.3 Perhitungan Tulangan Lentur………. ... 261
8.2.4 Perhitungan Tulangan Geser………... 262
BAB 9 RENCANA ANGGARAN BIAYA 9.1 Daftar Kuantitas Harga...……….. 264
9.2 Rekapitulasi ...……….. 267
BAB 10 REKAPITULASI 10.1 Konstruksi Atap ... 268
10.2 Tulangan Beton... 271
BAB 11 KESIMPULAN... 273
PENUTUP……….. 278
DAFTAR PUSTAKA………. 279
(11)
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
A = Luas penampang batang baja (cm2) B = Luas penampang (m2)
AS’ = Luas tulangan tekan (mm2) AS = Luas tulangan tarik (mm2)
B = Lebar penampang balok (mm) C = Baja Profil Canal
D = Diameter tulangan (mm) Def = Tinggi efektif (mm) E = Modulus elastisitas(m) e = Eksentrisitas (m)
F’c = Kuat tekan beton yang disyaratkan (Mpa) Fy = Kuat leleh yang disyaratkan (Mpa) g = Percepatan grafitasi (m/dt)
h = Tinggi total komponen struktur (cm) H = Tebal lapisan tanah (m)
I = Momen Inersia (mm2)
L = Panjang batang kuda-kuda (m) M = Harga momen (kgm)
Mu = Momen berfaktor (kgm) N = Gaya tekan normal (kg) Nu = Beban aksial berfaktor
(12)
P’ = Gaya batang pada baja (kg) q = Beban merata (kg/m)
q’ = Tekanan pada pondasi ( kg/m) S = Spasi dari tulangan (mm) Vu = Gaya geser berfaktor (kg) W = Beban Angin (kg)
Z = Lendutan yang terjadi pada baja (cm) = Diameter tulangan baja (mm)
= Faktor reduksi untuk beton = Ratio tulangan tarik (As/bd) = Tegangan yang terjadi (kg/cm3) = Faktor penampang
net = Tekanan tanah akibat beban terfaktor (ton/m2) xix
(13)
PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Perencanaan Struktur Dan Anggaran Biaya Gedung Swalayan Dan Toko Buku 2 Lantai ini dengan baik.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak menerima bimbingan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Pimpinan Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Sipil beserta staf.
2. Ir. Slamet Prayitno, MT. selaku Ketua Program Diploma III Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Setiono ST,M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir dan Pembimbing Akademik.
4. Bapak dan Ibu dosen pengajar beserta karyawan di Fakultas Teknik UNS yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan.
5. Keluarga dan rekan-rekan D3 Bangunan Gedung angkatan 2007. 6. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
(14)
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran maupun masukan yang membawa ke arah perbaikan dan bersifat membangun sangat penyusun harapkan.
Akhirnya, besar harapan penyusun semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 08 Juli 2010 Penyusun
Hal : Permohonan Peminjaman LCD Proyektor
Kepada : Yth. Kepala Lab. Komputer
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sehubungan dengan akan diadakannya Ujian Tugas Akhir (Ujian Pendadaran), saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Igag Pamujang Dewangga
NIM : I 8507049
Jurusan/Program Studi : Teknik Sipil / D3 Bangunan Gedung
Fakultas : Teknik
Bermaksud ingin meminjam LCD Proyektor, untuk mendukung kegiatan tersebut besok pada :
Hari/ tgl : Selasa, 27 Juli 2010
(15)
Demikian permohonan dari saya atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Surakarta, Juli 2010
Mengetahui ,
Pembimbing Tugas Akhir Mahasiswa
Setiono ST, M.Sc Igag Pamujang Dewangga
NIP. 19720224 199702 1 001 NIM. I 8507049
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan dunia tekniksipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, Karena pendidikan merupakan sarana utama bagi kita untuk semakin siap menghadapi perkembangan ini.
Dalam hal ini bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan dalam merealisasikan hal tersebut memberikan Tugas Akhir sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia kerja.
(16)
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam penulisan Tugas Akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana mengetahui dan menerapkan standard-standard yang digunakan untuk merencanakan suatu bangunan.
b. Bagaimana melakukan perhitungan struktur dengan tingkat keamanan yang memadai.
d. Bagaimana melakukan perhitungan anggaran biaya dengan tepat dan efisien. e. Bagaimana menghasilkan gambar kerja/design.
1.3.Maksud dan Tujuan
Dalam menghadapi pesatnya perkembangan jaman yang semakin modern dan berteknologi, serta derasnya arus globalisasi saat ini, sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Khususnya dalam bidang teknik sipil, sangat diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam bidangnya. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai lembaga pendidikan bertujuan untuk menghasilkan ahli teknik yang
berkualitas, bertanggungjawab, kreatif dalam menghadapi masa depan serta dapat mensukseskan pembangunan nasional di Indonesia.
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Program D3 Jurusan Teknik Sipil memberikan tugas akhir dengan maksud dan tujuan :
1. Mahasiswa dapat merencanakan suatu konstruksi bangunan yang sederhana sampai bangunan bertingkat.
2. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengertian dan pengalaman dalam merencanakan struktur dan anggaran biaya pembangunan gedung.
3. Mahasiswa dapat mengembangkan daya pikirnya dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam perencanaan struktur dan anggaran biaya pembangunan gedung.
(17)
Metode perencanaan yang digunakan untuk pembahasan tugas akhir ini meliputi: a. Sistem struktur.
b. Sistem pembebanan.
c. Perencanaan analisa struktur. d. Perencanaan analisa tampang.
e. Penyajian gambar arsitektur dan gambar struktur. f. Perencanaan anggaran biaya.
1.5. Kriteria Perencanaan
1. Spesifikasi Bangunan
a. Fungsi Bangunan : Swalayan dan toko buku. b. Luas Bangunan : m2
c. Jumlah Lantai : 2 lantai. d. Elevasi Lantai : 4,0 m.
e. Konstruksi Atap : Rangka kuda-kuda baja. f. Penutup Atap : Genteng.
g. Pondasi : Foot Plat.
2. Spesifikasi Bahan
a. Mutu Baja Profil : BJ 37. b. Mutu Beton (f’c) : 20 MPa.
c. Mutu Baja Tulangan (fy) : Polos : 240 MPa. Ulir : 380 MPa.
1.6. Peraturan-Peraturan Yang Berlaku
1. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).
2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
(18)
3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989).
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Dasar Perencanaan
2.1.1 Jenis Pembebanan
Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut.
Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Pedoman
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1727-1989, beban-beban tersebut adalah :
1. Beban Mati (qd)
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu. Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah :
a) Bahan Bangunan :
1. ... Beton Bertulang ... 2400 kg/m3
(19)
2. ... Pasir (jenuh
air) ... 1800 kg/m3 b) Komponen Gedung :
1. Langit – langit dan dinding (termasuk rusuk – rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),terdiri dari :
- semen asbes (eternit) dengan tebal maksimum 4mm ... ….11 kg/m2 - penggantung langit-langit (dari kayu) dengan bentang
maksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m... ….7 kg/m2 2. Penutup atap genteng dengan reng dan usuk ... . 50 kg/m2 3. Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton (tanpa adukan)
... per cm tebal 24 kg/m2 4. Adukan semen per cm tebal ... 21 kg/m2
2. Beban Hidup (ql)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan.
Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan dengan rencana fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan ini terdiri dari : Beban atap ... 100 kg Beban tangga dan bordes... 300 kg/m2 Beban lantai ... 250 kg/m2 Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti diperlihatkan pada tabel 2.1 :
(20)
Tabel 2.1 Koefisien reduksi beban hidup Penggunaan Gedung
Koefisien Beban Hidup untuk Perencanaan Balok
Induk
PERUMAHAN/PENGHUNIAN : Rumah tinggal, hotel, rumah sakit PERDAGANGAN :
Toko,toserba,pasar GANG DAN TANGGA :
Perumahan / penghunian Pendidikan, kantor
Pertemuan umum, perdagangan dan penyimpanan, industri, tempat kendaraan
0,75 0,80 0,75 0,75 0,90
Sumber : SNI 03-1727-1989
3. Beban Angin (W)
Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2ini
ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien – koefisien angin. Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m2.
Sedangkan koefisien angin untuk gedung tertutup : 1. Dinding Vertikal
a) Di pihak angin ... + 0,9 b) Di belakang angin... - 0,4
(21)
2. Atap segitiga dengan sudut kemiringan
a) Di pihak angin : < 65... 0,02 - 0,4 65< < 90... + 0,9 b) Di belakang angin, untuk semua ... - 0,4
4. Beban Gempa (E)
Beban gempa adalah semua beban statik equivalenyang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu.
2.1.2 Sistem Kerjanya Beban
Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih kecil.
Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen-elemen struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut :
Beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.
2.1.3 Provisi Keamanan
Dalam pedoman beton SNI 03-2847-2002, struktur harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan (U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (), yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di lapangan. Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan untuk apa struktur direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam memperhitungkan pembebanan. Sedang kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan.
(22)
Tabel 2.2. Faktor pembebanan U untuk beton N
o. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U
1 . 1 . 2 .
L D, L D, L, W
1,4 D
1,2 D +1,6 L + 0,5 ( A atau R ) 1,2 D + 1,0 L 1,6 W + 0,5 (A atau
R)
Tabel 2.3. Faktor pembebanan U untuk baja N
o. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U
1 . 1 . 2 .
L D, L D, L, W
1,4 D
1,2 D +1,6 L + 0,5 ( A atau R ) 1,2 D + 1,0 L 1,3 W + 0,5 (A atau
R)
Keterangan :
D = Beban mati A = Beban atap L = Beban hidup R = Beban hujan W = Beban angin
Tabel 2.4. Faktor Reduksi Kekuatan N
o GAYA
1 . 2 . 3
Lentur tanpa beban aksial
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur Komponen dengan tulangan spiral
0,80 0,80
(23)
.
4 . 5 . 6 .
7 .
Komponen lain Geser dan torsi Tumpuan Beton
Komponen struktur yang memikul gaya tarik 1) Terhadap kuat tarik leleh
2) Terhadap kuat tarik fraktur
Komponen struktur yang memikul gaya tekan
0,65 0,75 0,65
0,9 0,75 0,85
Karena kandungan agregat kasar untuk beton struktural seringkali berisi agregat kasar berukuran diameter lebih dari 2 cm, maka diperlukan adanya jarak tulangan minimum agar campuran beton basah dapat melewati tulangan baja tanpa terjadi pemisahan material sehingga timbul rongga - rongga pada beton. Sedang untuk melindungi dari karat dan kehilangan kekuatannya dalam kasus kebakaran, maka diperlukan adanya tebal selimut beton minimum.
Beberapa persyaratan utama pada pedoman beton SNI 03-2847-2002 adalah sebagai berikut :
a. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari dbataupun 25 mm, dimana dbadalah diameter tulangan.
b. Jika tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapisan atas harus diletakkan tepat diatas tulangan di bawahnya dengan jarak bersih tidak boleh kurang dari 25 mm.
Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor setempat adalah:
a) Untuk pelat dan dinding = 20 mm
b) Untuk balok dan kolom = 40 mm
c) Beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau cuaca = 40 mm
(24)
1. Pembebanan
Pada perencanaan atap ini, beban yang bekerja adalah : a. Beban mati
b. Beban hidup. c. Beban air hujan. 2. Asumsi Perletakan
a. Tumpuan sebelah kiri adalah sendi. b. Tumpuan sebelah kanan adalah rol.
3. Analisa struktur menggunakan program SAP 2000.
4. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-1729-2002. 5. Perhitungan dimensi profil kuda-kuda.
a. Batang tarik Ag perlu =
Fy Pmak
An perlu = 0,85.Ag An = Ag-dt
L = Panjang sambungan dalam arah gaya tarik
Yp Y
x
L x U 1 Ae = U.An
Cek kekuatan nominal :
Kondisi leleh
Fy Ag Pn0,9. .
Kondisi fraktur
Fu Ag Pn0,75. .
P Pn
(25)
b. Batang tekan
Periksa kelangsingan penampang :
Fy t
b
w
300
E Fy r
l K c
.
Apabila = λc ≤ 0,25 ω = 1 0,25< λs < 1,2 ω
0,67λ -1,6
1,43
c
λs ≥1,2 ω 1,25.s2
fy
Ag Fcr Ag
Pn . .
1
n u
P P
……. ( aman )
2.3. Perencanaan Tangga
1. Pembebanan : Beban mati. Beban hidup. 2. Asumsi Perletakan
Tumpuan bawah adalah jepit. Tumpuan tengah adalah jepit. Tumpuan atas adalah jepit.
(26)
3. Analisa struktur menggunakan program SAP 2000.
4. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002. 5. Perhitungan untuk penulangan tangga
Mn =
Mu
Dimana = 0,8 m c f fy ' . 85 , 0 Rn 2 .d b Mn = fy 2.m.Rn 1 1 m 1
b =
fy 600 600 . . fy fc . 85 , 0
max= 0,75 .
b
min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min = 0,0025
As =
ada. b . d
2.4. Perencanaan Plat Lantai
1. Pembebanan : Beban mati. Beban hidup.
2. Asumsi Perletakan : jepit penuh
3. Analisa struktur menggunakan tabel 13.3.2 SNI 03-1727-1989. 4. Analisa tampang menggunakan SNI 03-2847-2002.
Pemasangan tulangan lentur disyaratkan sebagai berikut : 1. Jarak minimum tulangan sengkang 25 mm
2. Jarak maksimum tulangan sengkang 240 atau 2h
Penulangan lentur dihitung analisa tulangan tunggal dengan langkah-langkah sebagai berikut :
(27)
u
n
M
M
dimana,0,80 m =
c y xf f ' 85 , 0 Rn = 2
bxd Mn = fy 2.m.Rn 1 1 m 1
b =
fy 600 600 . . fy fc . 85 , 0
max= 0,75 .
b
min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min = 0,0025
As =
ada. b . d
Luas tampang tulangan As = Jumlah tulangan x Luas2.5. Perencanaan Balok Anak
1. Pembebanan : Beban mati. Beban hidup.
2. Asumsi Perletakan : sendi-sendi.
3. Analisa struktur menggunakan program SAP 2000.
4. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
Perhitungan tulangan lentur :
u
n
M
M
(28)
m = c y xf f ' 85 , 0 Rn = 2
bxd Mn = fy 2.m.Rn 1 1 m 1
b =
fy 600 600 . . fy fc . 85 , 0
max= 0,75 .
b
min = 1,4/fymin < < maks tulangan tunggal < min dipakai min
Perhitungan tulangan geser : 0,60
Vc= 16x f'cxbxd Vc=0,6 x Vc
Φ.Vc ≤ Vu ≤ 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu – Vc
( pilih tulangan terpasang ) Vs ada =
s d fy Av. . ) (
( pakai Vs perlu )
2.6. Perencanaan Portal
(29)
Beban mati. Beban hidup. 2. Asumsi Perletakan
Jepit pada kaki portal. Bebas pada titik yang lain
3. Analisa struktur menggunakan program SAP 2000. Perhitungan tulangan lentur :
u
n
M
M
dimana,0,80 m =
c y xf f ' 85 , 0 Rn = 2
bxd Mn = fy 2.m.Rn 1 1 m 1
b =
fy 600 600 . . fy fc . 85 , 0
max= 0,75 .
b
min = 1,4/fymin < < maks tulangan tunggal < min dipakai min
Perhitungan tulangan geser : 0,60
Vc= x f'cxbxd
6 1
Vc=0,6 x Vc Φ.Vc ≤ Vu ≤ 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser )
(30)
(tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu – Vc
( pilih tulangan terpasang ) Vs ada =
s d fy Av. . ) (
( pakai Vs perlu )
2.7. Perencanaan Pondasi
1. Pembebanan : Beban aksial dan momen dari analisa struktur portal akibat beban mati dan beban hidup.
2. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
Perhitungan kapasitas dukung pondasi :
yang terjadi=
2 .b.L 6 1 Mtot A Vtot
=
σ
tanahterjadi<
ijin tanah…...( dianggap aman )
Sedangkan pada perhitungan tulangan lentur
Mu = ½ . qu . t
2m =
c y xf f ' 85 , 0 Rn = 2
bxd Mn = fy 2.m.Rn 1 1 m 1
b
=
fy 600 600 . . fy fc . 85 , 0
max= 0,75 .
b
min < < maks tulangan tunggal <min dipakai min = 0,0036
(31)
As
=
ada. b . d
Luas tampang tulangan As = xbxdPerhitungan tulangan geser :
Vu
=
x A
efektif60 , 0
Vc = x f'cxbxd
6 1
Vc = 0,6 x Vc Φ.Vc ≤ Vu ≤ 3 Φ Vc
( perlu tulangan geser ) Vu < Vc < 3 Ø Vc
(tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu – Vc
( pilih tulangan terpasang ) Vs ada =
s d fy Av. . ) (
( pakai Vs perlu )
BAB 3
PERENCANAAN ATAP
(32)
Gambar 3.1 Rencana atap Keterangan :
KU = Kuda – Kuda Utama J = Jurai SK = Setengah kuda-kuda N = Nok G = Gording L = Lisplank
3.1.1. Dasar Perencanaan
Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah sebagai berikut :
a. Bentuk rangka kuda-kuda : seperti tergambar. b. Jarak antar kuda-kuda : 6,00 m
c. Kemiringan atap () : 30
d. Bahan gording : baja profil lip channels( ) e. Bahan rangka kuda-kuda : baja profil doublesiku sama kaki () f. Bahan penutup atap : genteng.
A B C D E F G H
1 3
2 4
6.00
6.00
2.00
6.00
6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00
K U
G
N
J
S K
(33)
g. Alat sambung : baut-mur. h. Jarak antar gording : 1,73 m
i. Bentuk atap : limasan.
j. Mutu baja profil : BJ-37 (fu= 3700 kg/cm2) (fy= 2400 kg/cm2)
3.2 . Perencanaan Gording 3.2.1. Perencanaan Pembebanan
Dicoba menggunakan gording dengan dimensi baja profil tipe lip channels in front to front arrangement / kanal kait ( ) 150 x 130 x 20 x 3,2 dengan data sebagai berikut :
a. Berat gording = 15,0 kg/m b. Ix = 664 cm4 c. Iy = 476 cm4 d. h = 150 mm e. b = 130 mm
f. ts = 3,2 mm g. tb = 3,2 mm h. Zx = 88,6 cm3 i. Zy = 73,2 cm3
Kemiringan atap () = 30 Jarak antar gording (s) = 1,73 m Jarak antar kuda-kuda utama (L) = 6,000 m
Pembebanan berdasarkan SNI 03-1727-1989, sebagai berikut : a. Berat penutup atap = 50 kg/m2
b. Beban angin = 25 kg/m2 c. Berat hidup (pekerja) = 100 kg d. Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m2
(34)
a. Beban Mati (titik)
Gambar 3.2 Diagram Gaya Beban Mati
Berat gording = 15,000 kg/m
Berat penutup atap = ( 1,73x 50 ) = 86,500 kg/m q = 101,500 kg/m
qx = q sin = 101,500 x sin 30 = 50,750 kg/m qy = q cos = 101,500 x cos 30 = 87,902 kg/m Mx1 = 1/8. qy. L2 = 1/8x 87,902 x (6)2 = 395,559 kgm My1 = 1/8. qx. L2 = 1/8x 50,750 x (6)2 = 228,375 kgm
b. Beban hidup
Gambar 3.3 Diagram Gaya Beban Hidup
P diambil sebesar 100 kg.
Px = P sin = 100 x sin 30 = 50,000 kg y
P Py Px
x
+ y
P qy qx
(35)
Py = P cos = 100 x cos 30 = 86,603 kg Mx2 = 1/4. Py. L = 1/4x 86,603 x 6 = 129,905 kgm My2 = 1/4. Px. L = 1/4x 50,000 x 6 = 75,000 kgm
c. Beban angin
TEKAN HISAP
Gambar 3.4 Diagram Gaya Beban Angin
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2. Koefisien kemiringan atap () = 30.
1) Koefisien angin tekan = (0,02– 0,4) = 0,2 2) Koefisien angin hisap = – 0,4
Beban angin :
1) Angin tekan (W1) = koef. Angin tekan x beban angin x 1/2 x (s1+s2) = 0,2 x 25 x ½ x (1,73 + 1,73) = 8,65 kg/m. 2) Angin hisap (W2) = koef. Angin hisap x beban angin x 1/2 x (s1+s2)
= – 0,4 x 25 x ½ x (1,73 + 1,73) = -17,3 kg/m.
Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga Mx : 1) Mx (tekan) = 1/8. W1. L2 = 1/8x 8,65 x (6)2 = 38,925 kgm 2) Mx (hisap) = 1/8. W2. L2 = 1/8x -17,3 x (6)2= -77,850 kgm
(36)
Momen
Beban Mati
Beban Hidup
Beban Angin Kombinasi
Tekan Hisap Minimum Maksimum
Mx My 395,559 228,375 129,905 75,000 38,925 --77,850 -447,614 303,375 564,389 303,375
3.2.3. Kontrol Terhadap Momen
Kontrol terhadap momen minimum
Mux = 447,614 kgm = 447,614x104Nmm Muy = 303,375 kgm = 303,375x104 Nmm
Mnx = Zx.fy = 88,6x103(240) = 21264000 Nmm Mny = Zy.fy = 73,2x103(240) = 17568000 Nmm
Cek tahanan momen lentur
0 , 1 Mny Muy Mnx Mux b b 0 , 1 17568000 9 , 0 10 375 , 303 21264000 9 , 0 10 614 ,
447 4 4
x x x x 0 , 1 426 ,
(37)
Kontrol terhadap momen maksimum
Mux = 564,389 kgm = 564,389x104Nmm Muy = 303,375 kgm = 303,375x104 Nmm
Mnx = Zx.fy = 88,6x103(240) = 21264000 Nmm Mny = Zy.fy = 73,2x103(240) = 17568000 Nmm
Cek tahanan momen lentur
0 , 1
Mny Muy Mnx
Mux
b
b
0 , 1 17568000 9
, 0
10 375 , 303 21264000 9
, 0
10
564,389 4 4
x x x
x
0 , 1 487 ,
0 ………….. ( aman )
3.2.4 Kontrol Terhadap Lendutan
Di coba profil : 150 x 130 x 20 x 3,2
(38)
Ix = 664 cm4 Iy = 476 cm4 qx = 0,50750 kg/cm
qy = 0,87902 kg/cm
Px = 50 kg
Py = 86,603 kg
600
240 1
Zijin 2,5 cm
Zx =
Iy E L Px Iy E L qx . . 48 . . . 384 . .
5 4 3
= 476 . 10 . 0 , 2 . 48 600 . 50 476 . 10 . 0 , 2 . 384 ) 600 .( 0,50750 . 5 . 6 3 6 4
= 1,136 cm
Zy = Ix E L Py Ix E L qy . . 48 . . . 384 . .
5 4 3
= 664 . 10 . 0 , 2 . 48 ) 600 .( 603 , 86 664 . 10 0 , 2 . 384 ) 600 .( 0,87902 . 5 6 3 6 4
= 0,328 cm
Z = Zx2Zy2
= (1,136)2 (0,328)2 1,182 cm ZZijin
1,182 cm 2,500 cm ... ( aman )
Jadi, baja profil baja profil tipe lip channels in front to front arrangement ( ) 150 x 130 x 20 x 3,2 aman dan mampu menerima beban apabila digunakan untuk gording.
(39)
3.3. Perencanaan Setengah Kuda-kuda
Gambar 3.5 Panjang Batang Setengah Kuda- kuda
3.3.1. Perhitungan Panjang Batang Setengah Kuda-kuda
Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.2 Perhitungan panjang batang pada setengah kuda-kuda
Nomor Bat ang Panjang Batang
1 1,500
2 1,500
3 1,500
4 1,500
5 1,732
6 1,732
7 1,732
8 1,732
9 0,866
10 1,732
11 1,732
12 2,291
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12
13 14
15
(40)
13 2,598
14 3,000
15 3,464
3.3.2. Perhitungan luasan Setengah Kuda-kuda
Gambar 3.6 Luasan Setengah Kuda-kuda
Panjang ak = 7,075 m Panjang bj = 5,250 m Panjang ci = 3,750 m Panjang dh = 2,250 m Panjang eg = 0,750 m
Panjang b’c’ = c’d’ = d’e’ = 1,732 m Panjang a’b’ = 2,021 m
Panjang e’f = ½ × 1,732 = 0,866 m Luas abjk= ½ × (ak + bj) × a’b’
a a' b b' c c' d d' e e' f
g h
i j
k
a a'
b b'
c c'
d d' e e' f
g h
i j
(41)
= ½ × (7,075 + 5,250) × 2,021 = 12,454 m2
Luas bcij = ½ × (bj + ci) × b’c’
= ½ × (5,250 + 3,750) × 1,732 = 7,794 m2
Luas cdhi= ½ × (ci + dh) × c’d’
= ½ × (3,750 + 2,250) × 1,732 = 5,196 m2
Luas degh= ½ × (dh + eg) × d’e’ = ½ × (2,250 + 0,75) × 1,732 = 2,598 m2
Luas efg = ½ × eg × e’f = ½ × 0,75 × 0,866 =0,325 m2
(42)
Gambar 3.7. Luasan Plafon Setengah Kuda-Kuda
Panjang ak = 7,075 m Panjang bj = 5,250 m Panjang ci = 3,75 m Panjang dh = 2,25 m Panjang eg = 0,75 m Panjang a’b’ = 1,75 m
Panjang b’c’ = c’d’ = d’e’ = 1,5 m Panjang e’f = 0,75 m
Luas abjk= ½ × (ak + bj) × a’b’ = ½ × (7,075 + 5,250) × 1,75 = 10,784 m2
Luas bcij = ½ × (bj + ci) × b’c’ = ½ × (5,250+ 3,75) × 1,5 = 6,75 m2
Luas cdhi= ½ × (ci + dh) × c’d’ = ½ (3,75 + 2,25) × 1,5
a a' b b' c c' d d' e e' f
g h
i j
k
a a'
b b'
c c'
d d' e e' f
g h
i j
(43)
= 4,5 m2
Luas degh= ½ × (dh + eg) × d’e’ = ½ × (2,25 + 0,75) × 1,5 = 2,25 m2
Luas efg = ½ × eg × e’f = ½ × 0,75 × 0,75 = 0,281 m2
3.3.3. Perhitungan Pembebanan Setengah Kuda-kuda
Data-data pembebanan :
Berat gording = 15 kg/m Berat penutup atap = 50 kg/m2 Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m2
Gambar 3.8 pembebanan Setengah Kuda-kuda Akibat Beban Mati
a) Perhitungan Beban
Beban Mati
1
2
3
4
5
6
7
8
15
9
10
11
12
13
14
P1
P2
P3
P4
P5
(44)
1) Beban P1
a) Beban Gording = berat profil gording × panjang gording = 15,00 × 6 = 90 kg
b) Beban Atap = luasan abjk × berat atap = 12,454 × 50 = 622,7 kg c) Beban Plafon = luasan abjk × berat plafon
= 10,784 × 18 = 194,112 kg 2) Beban P2
a) Beban Gording = berat profil gording × panjang gording = 15,00 × 4,5 = 67,5 kg
b) Beban Atap = luasan bcij × berat atap = 7,749 × 50 = 387,45 kg 3) Beban P3
a) Beban Gording = berat profil gording × panjang gording = 15,00 × 3 = 45,00 kg
b) Beban Atap = luasan cdhi × berat atap = 5,196 × 50 = 259,8 kg 4) Beban P4
a) Beban Gording = berat profil gording × panjang gording = 15,00 × 1,5 = 22,50 kg
b) Beban Atap = luasan degh × berat atap = 2,598 × 50 = 129,9 kg 5) Beban P5
Beban Atap = luasan efg × berat atap = 0,325 × 50 = 16,25 kg 6) Beban P6
Beban Plafon = luasan bcij × berat plafon = 6,75 × 18 = 121,5 kg 7) Beban P7
Beban Plafon = luasan cdhi × berat plafon = 4,5 × 18 = 81 kg
(45)
8) Beban P8
Beban Plafon = luasan degh × berat plafon = 2,25 × 18 = 40,5 kg 9) Beban P9
Beban Plafon = luasan efg × berat plafon = 0,281 × 18 = 5,058 kg
Tabel 3.3 Rekapitulasi Pembebanan Setengah Kuda-kuda
Beban Beban Atap (kg)
Beban gording (kg)
Beban Plafon
(kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP 2000 ( kg )
P1 622,7 90 194,112 906,812 907
P2 387,45 67,5 - 454,95 455
P3 259,8 45,00 - 304,80 305
P4 129,9 22,50 - 152,40 153
P5 16,25 - - 16,25 17
P6 - - 121,5 121,5 122
P7 - - 81 81 81
P8 - - 40,5 40,5 41
P9 - - 5,058 5,058 6
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada P1, P2, P3, P4, P5 = 100 kg Beban air hujan = (40-0,8α) kg/m2
= 40 – (0,8x30) = 16 kg/m2
1) Beban P1
Beban Air Hujan = luasan abjk × berat air hujan = 12,454 × 16 = 199,264 kg
(46)
bab 3 perencanaan atap
2) Beban P2
Beban Air Hujan = luasan bcij × berat air hujan = 7,749 × 16 = 123,984 kg 3) Beban P3
Beban Air Hujan = luasan cdhi × berat air hujan = 5,196 × 16 = 83,136 kg 4) Beban P4
Beban Air Hujan = luasan degh × berat air hujan = 2,598 × 16 = 41,568 kg 5) Beban P5
Beban Air Hujan = luasan efg × air hujan = 0,325 × 16 = 5,2 kg
Tabel 3.4 Rekapitulasi Beban Hidup Setengah Kuda-kuda
Beban Beban Pekerja (kg)
Input SAP 2000 ( kg )
Beban Air Hujan (kg)
Input SAP 2000 ( kg )
P1 100 100 199,264 200
P2 100 100 123,984 124
P3 100 100 83,136 84
P4 100 100 41,568 42
P5 100 100 5,2 6
Beban Angin
Perhitungan beban angin :
8
W
4
(47)
Gambar 3.9. Pembebanan Setengah Kuda-kuda Utama Akibat Beban Angin
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2 1) Koefisien angin tekan = 0,02
0,40= (0,02 x 30) – 0,40 = 0,2
a) W1 = luasan ×koef. angin tekan × beban angin
=12,454 × 0,2 × 25 = 62,27 kg
b) W2 = luasan ×koef. angin tekan × beban angin
=7,794 × 0,2 × 25 = 38,97 kg
c) W3 = luasan × koef. angin tekan × beban angin
=5,196 × 0,2 × 25 = 25,98 kg
d) W4 = luasan ×koef. angin tekan × beban angin
=2,598 × 0,2 × 25 = 12,99 kg
e) W5 = luasan × koef. angin tekan × beban angin
=0,325 × 0,2 × 25 = 1,625 kg
Tabel 3.5. Perhitungan beban angin
(48)
Angin (kg) W.Cos (kg) SAP2000) W.Sin(kg) SAP2000)
W1 62,27 53,927 54 31,135 32
W2 38,97 33,749 34 19,485 20
W3 25,98 22,499 23 12,99 13
W4 12,99 11,250 12 6,495 7
W5 1,625 1,407 2 0,813 1
Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut :
Tabel 3.6. Rekapitulasi gaya batang setenga h kuda-kuda
Batang
kombinasi Tarik (+)
( kg )
Tekan (-) ( kg )
1 1866,12
-2 1865,88
-3 1107,55
-4 485,16
-5 - 2160,40
6 - 1285,02
7 - 564,15
8 7,02
-9 202,81
-10 - 880,09
11 610,87
-12 - 961,92
13 851,10
-14 - 984,17
15 - 85,10
(49)
a. Perhitungan profil batang tarik
Pmaks. = 1866,12kg fy = 2400 kg/cm2 fu = 3700 kg/cm2
2 y
maks.
perlu 0,778cm
2400 1866,12 f
P
Ag
0,85xAg
Anperlu
= 0,85 x 0,778 = 0,661 cm2
Dicoba, menggunakan baja profil 50.50.5
Dari tabel didapat nilai – nilai : Ag = 2.4,8 = 9,6 cm2
_
x = 1,40 cm An = Ag – dt
= 9,6 – (1,4 x 0,5) = 8,9 cm2
L = 1 x 3d = 1 x (3.1,27) = 3,81 cm
_
x = 1,40 cm
U = 1
-L x
_
= 1 -81 , 3
40 , 1
= 0,633 Ae = U.An
= 0,633x8,9 = 5,634 cm2 Cek kekuatan nominal :
(50)
Kondisi leleh
Pn = Ag.fy = 0,9x9,6x2400 = 20739 kg
Kondisi fraktur
Pn = Ae.fu
= 0,75x5,634x3700 = 15634,35 kg
Jadi tahanan tarik adalah dari komponen tersebut adalah 15634,35 kg
Pn > Pu
15634,35 kg > 1866,12 kg ... ( aman )
b. Perhitungan profil batang tekan
Pmaks. = 2160,40 kg L = 1,732 m fy = 2400 kg/cm2 fu = 3700 kg/cm2
Dicoba, menggunakan baja profil 50.50.5
Dari tabel didapat nilai – nilai : Ag = 2.4,8 = 9,6 cm2 r = 1,51 cm b = 50 mm t = 5 mm
Periksa kelangsingan penampang :
y
f t
b 200
=
240 200 5
50
(51)
r kL λc E fy 10 0 , 2 2400 1,51.3,14 (173,2) 1 6 x = 1,265
Karena c> 1,2 maka :
2 c 1,25. 2 ,265 1 1,25.
= 2,0003 , Pn= Ag.fcr = Ag
y f = 9,6 0003 , 2 2400
= 11518,272 kg
221 , 0 272 , 11518 85 , 0 2160,40 x P P n u
< 1 ... ( aman )
3.3.5. Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan
Digunakan alat sambung baut-mur ( A490,Fub= 825 Mpa = 8250 kg/cm2) Diameter baut () = 12,7 mm = 1,27 cm
Diamater lubang = 1,4 cm
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d = 0,625 . 1,27 = 0,794 cm
Menggunakan tebal plat 0,80 cm (BJ 37,fu= 3700 kg/cm2) Tegangan tumpu penyambung
Rn = (2,4xfuxdt)
= 0,75(2,4x3700x1,27x0,8) = 6766,56 kg/baut
(52)
Tegangan geser penyambung Rn = nx0,5xfubxAb
= 2x0,5x8250x(0,25x3,14x(1,27)2) = 10445,544 kg/baut
Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xfubxAb
= 0,75x8250x(0,25 3,14 (1,27)2)
x x
= 7834,158 kg/baut
P yang menentukan adalah Ptumpu= 6766,56 kg
Perhitungan jumlah baut-mur : 319 , 0 6766,56 2160,40 P
P n
tumpu
maks.
~ 2 buah baut
Digunakan : 2 buah baut
Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : a) 3d S115 tp,atau 200 mm
Diambil, S1 = 3 d = 3 . 1,27 = 3,81 cm = 4 cm
b) 1,5 d S2(4tp+ 100mm) ,atau 200 mm Diambil, S2 = 1,5 d = 1,5 . 1,27
= 1,905 cm = 2 cm
(53)
b. Batang tarik
Digunakan alat sambung baut-mur ( A490,Fub= 825 Mpa = 8250 kg/cm2) Diameter baut () = 12,7 mm = 1,27 cm
Diamater lubang = 1,4 cm
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d = 0,625 . 1,27 = 0,794 cm
Menggunakan tebal plat 0,80 cm (BJ 37,fu= 3700 kg/cm2) Tegangan tumpu penyambung
Rn = (2,4xfuxdt)
= 0,75(2,4x3700x1,27x0,8) = 6766,56 kg/baut
Tegangan geser penyambung Rn = nx0,5xfubxAb
= 2 0,5 8250 (0,25 3,14 (1,27)2)
x x x x x
= 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung
Rn = 0,75xfubxAb
= 0,75x8250x(0,25x3,14x(1,27)2) = 7834,158 kg/baut
P yang menentukan adalah Ptumpu= 6766,56 kg
Perhitungan jumlah baut-mur : 276 , 0 6766,56 1866,12 P
P n
tumpu
maks.
~ 2 buah baut
(54)
Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : a) 3d S115 tp,atau 200 mm
Diambil, S1 = 3 d = 3 . 1,27 = 3,81 cm = 4 cm
b) 1,5 d S2(4tp+ 100mm) ,atau 200 mm Diambil, S2 = 1,5 d = 1,5 . 1,27
= 1,905 cm = 2 cm
Tabel 3.7. Rekapitulasi perencanaan profil setengah kuda-kuda
Nomor Batang
Dimensi Profil Baut (mm)
1 50.50.5 212,7
2 50.50.5 212,7
3 50.50.5 212,7
4 50.50.5 212,7
5 50.50.5 212,7
6 50.50.5 212,7
7 50.50.5 212,7
8 50.50.5 212,7
9 50.50.5 212,7
10 50.50.5 212,7
11 50.50.5 212,7
12 50.50.5 212,7
13 50.50.5 212,7
14 50.50.5 212,7
(55)
3.4 Perencanaan Jurai
1
2
3
4
5
6
7
8
15
9
10
11
12
13
14
Gambar 3.10. Panjang Batang Jurai 3.4.1. Perhitungan Panjang Batang jurai
Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.7. Perhitungan panjang batang pada jurai
Nomor Batang Panjang Batang (m)
1 2,121
2 2,121
3 2,121
4 2,121
5 2,291
6 2,291
7 2,291
8 2,291
9 0,866
10 2,291
(56)
12 2,739
Tabel 3.7. Perhitungan panjang batang pada jurai ( lanjutan ) Nomor Batang Panjang Batang (m)
13 2,598
14 3,354
15 3,464
3.4.2. Perhitungan luasan jurai
Gambar 3.11. Luasan Jurai
Panjang j1 = ½ . 1,730 = 0,865 m
Panjang j1 = 1-2 = 2-3 = 3-4 = 4-5 = 5-6 = 6-7 = 7-8 = 0,865 m Panjang 8-9 = 1,155 m
Panjang aa’ = 2,038 m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 a a' b b' c c' d d' e e' f' f g g' h h' ii' j k l m n o p q r s 1 2 3 4 5 6 7 8 9
a
a'
b
b'
c
c'
d
d'
e
e'
f'
f
g
g'
h
h'
i
i'
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
(57)
bab 3 perencanaan atap
Panjang cc’ = 2,625 m Panjang ee’ = 1,875 m
Panjang gg’ = g’m = 1,125 m Panjang ii’ = i’k = 0,375 m Panjang a’s = 3,538 m
Panjang c’q = 2,625 m Panjang e’o = 1,875 m
Luas aa’sqc’c = (½ (aa’ + cc’) 7-9) x 2
= (½ ( 3,538 + 2,625 ) (0,865+1,155)) x 2 = 12,449 m2
Luas cc’qoe’e = (½ (cc’ + ee’) 5-7 ) x 2
= (½ (2,625+ 1,875) 2 . 0,865) x 2 = 7,785 m2
Luas ee’omg’gff’ = (½ (ee’ + gg’) 3-5 ) x 2
= (½ (1,875 + 1,125) 2 . 0,865) x 2 = 5,190 m2
Luas gg’mki’i = (½ (gg’ + ii’) 1-3) × 2
= (½ (1,125 + 0,375) 2 . 0,865) × 2 = 2,595 m2
Luas jii’k = (½ × ii’ × j1) × 2 = (½ × 0,375 × 0,865) × 2 = 0,324 m2
1 2
h
h'
i
i'
j
k
l
m
n
(58)
Gambar 3.12. Luasan Plafon Jurai
Panjang j1 = ½ . 1,5 = 0,75 m
Panjang j1 = 1-2 = 2-3 = 3-4 = 4-5 = 5-6 = 6-7 = 7-8 = 0,75 m Panjang 8-9 = 1 m
Panjang aa’ = 3,538 m Panjang cc’ = 2,625 m Panjang ee’ = 1,875 m
Panjang gg’ = g’m = 1,125 m Panjang ii’ = i’k = 0,375 m Panjang b’r = 3,538 m
Panjang c’q = 2,625 m Panjang e’o = 1,875 m
Luas aa’sqc’c = (½ (aa’ + cc’) 7-9) x 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
a a' b b' c c' d d' e e'
f' f g g' hh' ii' j
k l
m n
o p
q r
(59)
= (½ ( 3,538 + 2,625 ) (1+0,75)) x 2 = 10,785 m2
Luas cc’qoe’e = (½ (cc’ + ee’) 5-7 ) x 2 = (½ (2,625+ 1,875) 1,5) x 2 = 6,750 m2
Luas ee’omg’gff’ = (½ (ee’ + gg’) 3-5 ) x 2 = (½ (1,875 + 1,125) 1,5) x 2 = 4,50 m2
Luas gg’mki’i = (½ (gg’ + ii’) 1-3) × 2 = (½ (1,125 + 0,375) 1,5) × 2 = 2,25 m2
Luas jii’k = (½ × ii’ × j1) × 2 = (½ × 0,375 × 0,75) × 2 = 0,281 m2
3.4.3. Perhitungan Pembebanan Jurai
Data-data pembebanan :
Berat gording = 15 kg/m Berat penutup atap = 50 kg/m2 Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m2
Gambar 3.13. Pembebanan Jurai Akibat Beban Mati
P1
P2
P3
P4
(60)
a. Perhitungan Beban
Beban Mati
1) Beban P1
a) Beban Gording = berat profil gording × panjang gording = 15,00 × 6 = 90 kg
b) Beban Atap = luasan aa’sqc’c × berat atap = 12,449 × 50 = 622,45 kg c) Beban Plafon = luasan aa’sqc’c × berat plafon
= 10,785 × 18 = 194,13 kg 2) Beban P2
a) Beban Gording = berat profil gording × panjang gording = 15,00 × 4,5 = 67,5 kg
b) Beban Atap = luasan cc’qoe’e × berat atap = 7,785 × 50 = 389,25 kg 3) Beban P3
a) Beban Gording = berat profil gording × panjang gording = 15,00 × 3 = 45,00 kg
b) Beban Atap = luasan ee’omg’gff’× berat atap = 5,190 × 50 = 259,5 kg
4) Beban P4
a) Beban Gording = berat profil gording × panjang gording = 15,00 × 1,5 = 22,50 kg
b) Beban Atap = luasan gg’mki’i × berat atap = 2,595 × 50 = 129,75 kg 5) Beban P5
Beban Atap = luasan jii’k × berat atap = 0,324× 50 = 16,20 kg 6) Beban P6
(61)
= 6,75 × 18 = 121,5 kg 7) Beban P7
Beban Plafon = luasan ee’omg’gff’ × berat plafon = 4,5 × 18 = 81 kg
8) Beban P8
Beban Plafon = luasan gg’mki’i × berat plafon = 2,25 × 18 = 40,5 kg
9) Beban P9
Beban Plafon = luasan jii’k × berat plafon = 0,281 × 18 = 5,058 kg
Tabel 3.8. Rekapitulasi Pembebanan jurai
Beban
Beban Atap (kg)
Beban gording (kg)
Beban Plafon
(kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP (kg)
P1 622,45 90 194,13 906,58 907
P2 389,25 67,5 - 356,75 357
P3 259,5 45 - 304,5 305
P4 129,75 22,5 - 152,25 153
Tabel 3.8. Rekapitulasi Pembebanan jurai ( lanjutan )
Beban
Beban Atap (kg)
Beban gording (kg)
Beban Plafon
(kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP (kg)
P5 16,20 - - 16,20 17
P6 - - 121,50 121,50 122
P7 - - 81 81 82
P8 - - 40,5 40,5 41
P9 - - 5,058 5,058 6
Beban Hidup
(62)
Beban air hujan = (40-0,8α) kg/cm2 = 40 – (0,8x30) = 16 kg/cm2
1) Beban P1
Beban Air Hujan = luasan aa’sqc’c × berat air hujan = 12,449 × 16 = 199,184 kg 2) Beban P2
Beban Air Hujan = luasan cc’qoe’e× berat air hujan = 7,785 × 16 = 124,560 kg 3) Beban P3
Beban Air Hujan = luasan ee’omg’gff’ × berat air hujan = 5,190 × 16 = 83,040 kg
4) Beban P4
Beban Air Hujan = luasan gg’mkii’ × berat air hujan = 2,595 × 16 = 41,520 kg
5) Beban P5
Beban Air Hujan = luasan jii’k × air hujan = 0,324 × 16 = 5,184 kg Tabel 3.9 Rekapitulasi Beban Hidup Jurai
Beban
Beban Pekerja
(kg)
Input SAP 2000 ( kg )
Beban Air Hujan (kg)
Input SAP 2000 ( kg )
P1 100 100 199,184 200
P2 100 100 124,560 124
P3 100 100 83,040 84
P4 100 100 41,520 42
P5 100 100 5,184 6
(63)
Perhitungan beban angin :
Gambar 3.14. Pembebanan Jurai Akibat Beban Angin
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2. Koefisien angin tekan = 0,02
0,40= (0,02 x 22) – 0,40 = 0,04
a) W1 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
=12,449 x 0,04 x 25 = 12,449 kg
b) W2 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
=7,785 x 0,04 x 25 = 7,785 kg
c) W3 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
=5,190 x 0,04 x 25 = 5,190 kg
d) W4 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
=2,595 x 0,04 x 25 = 2,595 kg
1 2 3 4
5
6
7
8 15
9 10
11 12
13 14
W
1
W
2
W
3
W
4
(64)
e) W5 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
=0,324 x 0,04 x 25 = 0,324 kg
Tabel 3.10. Perhitungan beban a ngin Beban
Angin Beban (kg)
Wx W.Cos (kg)
Untuk Input SAP2000
Wy W.Sin(kg)
Untuk Input SAP2000
W1 12,449 11,543 12 4,664 5
W2 7,785 7,218 8 2,916 3
W3 5,190 4,812 5 1,944 2
W4 2,595 2,406 3 0,972 1
W5 0,324 0,300 1 0,121 1
Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang jurai sebagai berikut :
Tabel 3.11. Rekapitulasi gaya batang jurai
Batang
kombinasi Tarik (+)
(kg)
Tekan (-) (kg)
1 2884,97
-2 2884,56
(65)
-4 828,37
-5 - 3120,97
6 - 1967,65
7 - 898,51
8 4,17
-9 213,84
-10 - 1157,62
11 597,96
-12 - 1284,96
13 931,23
-14 - 1320,77
15 - 196,81
3.4.4. Perencanaan Profil jurai
a. Perhitungan profil batang tarik
Pmaks. = 2884,97 kg fy = 2400 kg/cm2 fu = 3700 kg/cm2
2 y
maks.
perlu 1,202cm
2400 2884,97 f
P
Ag
0,85xAg
Anperlu
= 0,85 x 1,202 = 1,022 cm2
Dicoba, menggunakan baja profil 50.50.5
Dari tabel didapat nilai – nilai : Ag = 2.4,8 = 9,6 cm2
_
x = 1,40 cm An = Ag – dt
(66)
= 9,6 – (1,4 x 0,5) = 8,9 cm2
L = 1 x 3d = 1 x (3.1,27) = 3,81 cm
_
x = 1,40 cm
U = 1
-L x
_
= 1 -81 , 3
40 , 1
= 0,633 Ae = U.An
= 0,633x8,9 = 5,634 cm2 Cek kekuatan nominal :
Kondisi leleh
Pn = Ag.fy = 0,9x9,6x2400 = 20739 kg
Kondisi fraktur
Pn = Ae.fu
= 0,75x5,634x3700 = 15634,35 kg
Jadi tahanan tarik adalah dari komponen tersebut adalah 15634,35 kg
Pn > Pu
15634,35 kg > 2884,97 kg ... ( aman )
b. Perhitungan profil batang tekan
(67)
L = 2,291 m fy = 2400 kg/cm2 fu = 3700 kg/cm2
Dicoba, menggunakan baja profil 50.50.5
Dari tabel didapat nilai – nilai : Ag = 2.4,8 = 9,6 cm2 r = 1,51 cm b = 50 mm t = 5 mm
Periksa kelangsingan penampang :
y f t b 200 = 240 200 5 50
=10 12,910
r kL λc E fy 10 0 , 2 2400 1,51.3,14 (229,1) 1 6 x
= 0,529
Karena 0,25 < c<1,2 maka : c 0,67 -1,6 1,43 529 , 0 . 0,67 -1,6 1,43
= 1,148
Pn= Ag.fcr = Ag
y f = 9,6 148 , 1 2400
= 20069,686 kg
183 , 0 686 , 20069 85 , 0 3120,97 x P P n u
(68)
3.4.5. Perhitungan Alat Sambung
a. Batang Tekan
Digunakan alat sambung baut-mur ( A490,Fub= 825 Mpa = 8250 kg/cm2) Diameter baut () = 12,7 mm = 1,27 cm
Diamater lubang = 1,4 cm
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d = 0,625 . 1,27 = 0,794 cm
Menggunakan tebal plat 0,80 cm (BJ 37,fu= 3700 kg/cm2) Tegangan tumpu penyambung
Rn = (2,4xfuxdt)
= 0,75(2,4x3700x1,27x0,8) = 6766,56 kg/baut
Tegangan geser penyambung Rn = nx0,5xfubxAb
= 2x0,5x8250x(0,25x3,14x(1,27)2) = 10445,544 kg/baut
Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xfubxAb
= 0,75x8250x(0,25x3,14x(1,27)2) = 7834,158 kg/baut
P yang menentukan adalah Ptumpu= 6766,56 kg
(69)
461 , 0 6766,56 3120,97 P
P n
tumpu
maks.
~ 2 buah baut
Digunakan : 2 buah baut
Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : a) 3d S115 tp,atau 200 mm
Diambil, S1 = 3 d = 3 . 1,27 = 3,81 cm = 4 cm
b) 1,5 d S2(4tp+ 100mm) ,atau 200 mm Diambil, S2 = 1,5 d = 1,5 . 1,27
= 1,905 cm = 2 cm
b. Batang tarik
Digunakan alat sambung baut-mur ( A490,Fub= 825 Mpa = 8250 kg/cm2) Diameter baut () = 12,7 mm = 1,27 cm
Diamater lubang = 1,4 cm
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d = 0,625 . 1,27 = 0,794 cm
Menggunakan tebal plat 0,80 cm (BJ 37,fu= 3700 kg/cm2)
Tegangan tumpu penyambung Rn = (2,4xfuxdt)
= 0,75(2,4x3700x1,27x0,8) = 6766,56 kg/baut
Tegangan geser penyambung Rn = nx0,5xfubxAb
(70)
= 2x0,5x8250x(0,25x3,14x(1,27)2) = 10445,544 kg/baut
Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xfubxAb
= 0,75x8250x(0,25 3,14 (1,27)2)
x x
= 7834,158 kg/baut
P yang menentukan adalah Ptumpu= 6766,56 kg
Perhitungan jumlah baut-mur : 426 , 0 6766,56 2884,97 P
P n
tumpu
maks.
~ 2 buah baut
Digunakan : 2 buah baut
Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : a) 3d S115 tp,atau 200 mm
Diambil, S1 = 3 d = 3 . 1,27 = 3,81 cm = 4 cm
b) 1,5 d S2(4tp+ 100mm) ,atau 200 mm Diambil, S2 = 1,5 d = 1,5 . 1,27
= 1,905 cm = 2 cm
Tabel 3.12 Rekapitulasi perencanaan profil jurai
Nomor Batang
Dimensi Profil Baut (mm)
1 50.50.5 212,7
2 50.50.5 212,7
(71)
bab 3 perencanaan atap
4 50.50.5 212,7
5 50.50.5 212,7
6 50.50.5 212,7
7 50.50.5 212,7
8 50.50.5 212,7
9 50.50.5 212,7
10 50.50.5 212,7
11 50.50.5 212,7
12 50.50.5 212,7
13 50.50.5 212,7
14 50.50.5 212,7
15 50.50.5 212,7
3.5. Perencanaan Kuda-kuda Utama
3.5.1. Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda
(72)
Gambar 3.15. Panjang Batang Kuda-kuda Utama
Perhitungan panjang batang disajikan dalam tabel 3.13. di bawah ini : Tabel 3.13. Perhitungan panjang batang pada kuda-kuda utama
Nomor batang Panjang batang ( m ) Nomor batang Panjang batang ( m )
1 1,500 16 1,732
2 1,500 17 0,866
3 1,500 18 1,732
4 1,500 19 1,732
5 1,500 20 2,291
6 1,500 21 2,598
7 1,500 22 3,000
8 1,500 23 3,464
9 1,732 24 3,000
10 1,732 25 2,598
11 1,732 26 2,291
12 1,732 27 1,732
13 1,732 28 1,732
14 1,732 29 0,866
15 1,732
(73)
Gambar 3.16. Luasan Kuda-kuda Utama
Panjang KL, AM, OE = 6,00 2 1
= 3,000 m
Panjang AB = AM + MB = 6,538 m
Panjang KA, LM = (4×1,732)+1,155 = 8,083 m Panjang KI = 0,5 × 1,732 = 0,866 m Panjang AC = (0,5×1,732)+1,155 = 2,021 m Panjang CE, EG, GI = 1,732 m
Panjang CD = 5,625 m Panjang EF = 4,875 m Panjang GH = 4,125 m Panjang IJ = 3,375 m Luas ABCD = ABCDAC
2
= 2,021
2 625 , 5 538 , 6
= 12,291 m2
Luas CDEF = CDEFCE
2 A B C D E F G H I J K L M N O P Q r s t u v w x y A B C D E F G H I J K L M N O P Q r s t u v w x y
(74)
bab 3 perencanaan atap
= 1,732
2 875 , 4 625 , 5
= 9,093 m2
Luas EFGH = EFGH EG
2
= 1,732
2 125 , 4 875 , 4
= 7,794 m2
Luas GHIJ = GHIJGI
2
= 1,732
2 375 , 3 125 , 4
= 6,495 m2
Luas IJKL = IJKLIK
2
= 0,866
2 000 , 3 375 , 3
= 2,760 m2
Panjang Gording rs = 6,000 m Panjang Gording tu = 5,250 m Panjang Gording vw = 4,500 m Panjang Gording xy = 3,750 m
C D E F G H I J K L N O P Q r s t u v w x y
(75)
Gambar 3.17. Luasan Plafon pada Kuda-kuda Utama
Panjang KL, AM, OE = 6,000 2
1
= 3,000 m
Panjang AB = AM + MB = 6,538 m
Panjang KA, LM = (4×1,500)+1,000 = 7,000 m Panjang KI = 0,5 × 1,500 = 0,750 m Panjang AC = (0,5×1,500)+1,000 = 1,750 m Panjang CE, EG, GI = 1,500 m
Panjang CD = 5,625 m Panjang EF = 4,875 m Panjang GH = 4,125 m Panjang IJ = 3,375 m
Luas ABCD = ABCDAC
2
= 1,750
2 625 , 5 538 , 6
= 10,643 m2
Luas CDEF = CDEFCE
(76)
bab 3 perencanaan atap
= 1,500
2 875 , 4 625 , 5
= 7,875 m2
Luas EFGH = EFGH EG
2
= 1,500
2 125 , 4 875 , 4
= 6,750 m2
Luas GHIJ = GHIJGI
2
= 1,500
2 375 , 3 125 , 4
= 5,625 m2
Luas IJKL = IJKLIK
2
= 0,750
2 000 , 3 375 , 3
= 2,391 m2
3.5.3. Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama
Data pembebanan :
Berat gording = 15 kg/m Berat penutup atap = 50 kg/m2 Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m2
9 10 11 12 13 14 15 19 21 22 23 24 25 26 27 P2 P3 P4 P5 P1 P6 P7 P8 P9
(77)
Gambar 3.18. Pembebanan Kuda-Kuda Utama Akibat Beban Mati
a. Perhitungan Beban
Beban Mati
1) Beban P1= P9
a) Beban gording = Berat profil gording x jarak kuda-kuda = 15 x 6,000
= 90 kg
b) Beban atap = Luasan x Berat atap = 12,291 x 50
= 614,55 kg
c) Beban plafon = Luasan x berat plafon = 10,643 x 18
= 191,574 kg 2) Beban P2=P8
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 15 x 5,250
(78)
b) Beban atap = Luasan x berat atap = 9,093 x 50
= 454,65 kg 3) Beban P3 = P7
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 15 x 4,500
= 67,5 kg
b) Beban atap = Luasan x berat atap = 7,794 x 50
= 389,7 kg 4) Beban P4 = P6
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 15 x 3,750
= 56,25 kg
b) Beban atap = Luasan x berat atap = 6,495 x 50
= 324,75 kg 5) Beban P5
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 15 x 3
= 45,00 kg
b) Beban atap = ( 2 x Luasan ) x berat atap = ( 2 x 2,760) x 50
= 276,00 kg
c) Beban reaksi = (2 x reaksi jurai) + reaksi setengah kuda-kuda = (2 x 1286,69) + 958,78
= 3532,16 kg 6) Beban P10 = P16
Beban plafon = Luasan x berat plafon = 7,875 x 18
(79)
7) Beban P11 = P15
Beban plafon = Luasan x berat plafon = 6,750 x 18
= 121,50 kg 8) Beban P12 = P14
Beban plafon = Luasan x berat plafon = 5,625 x 18
= 101,25 kg 9) Beban P13
Beban plafon = ( 2 x luasan ) x berat plafon = ( 2 x 2,391 ) x 18
= 86,076 kg
Tabel 3.14 Rekapitulasi beban mati
Beban
Beban Atap (kg)
Beban gording (kg)
Beban Plafon
(kg)
Beban reaksi
(kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP (kg)
P1=P9 614,55 90 191,574 - 896,124 897
P2=P8 454,65 78,75 - - 533,4 534
P3=P7 389,7 67,5 - - 457,2 458
P4=P6 324,75 56,25 - - 381 382
P5 276,00 45,00 - 3532,16 3853,16 3860
P10=P16 - - 141,75 - 141,75 142
P11=P15 - - 121,50 - 121,50 122
P12=P14 - - 101,25 - 101,25 102
P13 - - 86,076 - 86,076 87
Beban Hidup
(80)
Beban air hujan = (40-0,8α) kg/cm2 = 40 – (0,8x30) = 16 kg/cm2
1) Beban P1= P9
Beban Air Hujan = luasan ABCD × berat air hujan = 12,291 × 16 = 199,184 kg 2) Beban P2 =P8
Beban Air Hujan = luasan CDEF× berat air hujan = 9,093 × 16 = 124,560 kg 3) Beban P3 = P7
Beban Air Hujan = luasan EFGH × berat air hujan = 7,794 × 16 = 83,040 kg 4) Beban P4 = P6
Beban Air Hujan = luasan GHIJ × berat air hujan = 6,495 × 16 = 41,520 kg 5) Beban P5
Beban Air Hujan = ( 2 x luasan IJKL ) × air hujan = ( 2 × 2,760 ) x 16 = 88,32 kg
Tabel 3.15. Rekapitulasi Beban Hidup Setengah Kuda-kuda
Beban Beban Pekerja (kg)
Input SAP 2000 ( kg )
Beban Air Hujan (kg)
Input SAP 2000 ( kg )
P1=P9 100 100 199,184 200
P2=P8 100 100 124,560 125
P3=P7 100 100 83,040 84
P4=P6 100 100 41,520 42
(81)
Beban Angin
Perhitungan beban angin :
Gambar 3.19. Pembebanan Kuda-kuda Utama Akibat Beban Angin
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2. 1) Koefisien angin tekan = 0,02
0,40= (0,02 x 30) – 0,40 = 0,2 a) W1 = luasan ×koef. angin tekan ×beban angin
= 12,291 × 0,2 × 25 = 61,455 kg
b) W2 = luasan ×koef. angin tekan ×beban angin = 9,093 × 0,2 × 25 = 45,465 kg
c) W3 = luasan ×koef. angin tekan ×beban angin = 7,794 × 0,2 × 25 = 38,97 kg
d) W4 = luasan ×koef. angin tekan ×beban angin = 6,495 × 0,2 × 25 = 32,475 kg
e) W5 = luasan ×koef. angin tekan ×beban angin = 2,760 × 0,2 × 25 = 13,8 kg
2) Koefisien angin hisap = - 0,40
a) W6 = luasan ×koef. angin hisap ×beban angin = 2,760 × (-0,4) × 25 = - 27,60 kg
1 2 3 4 5 6 7 8
9
10
11
12 13
14
15
16
17 18
19 20
21 22
23
24
25 26 27
28 29
W1
W2
W3
W4
W5
W 6
W 7
W 8
W 9
W 10
(82)
b) W7 = luasan ×koef. angin hisap ×beban angin = 6,495 × (-0,4) × 25 = - 64,95 kg
c) W8 = luasan ×koef. angin hisap ×beban angin = 7,794 × (-0,4) × 25 = - 77,94 kg
d) W9 = luasan ×koef. angin hisap ×beban angin = 9,093 × (-0,4) × 25 = -90,93 kg
e) W10= luasan ×koef. angin hisap ×beban angin = 12,291 × (-0,4) × 25 = -122,91 kg
Tabel 3.16. Perhitungan beba n angin Beban
Angin Beban (kg)
Wx
W.Cos (kg)
(Untuk Input SAP2000)
Wy
W.Sin(kg)
(Untuk Input SAP2000)
W1 61,455 53,222 54 30,728 31
W2 45,465 39,374 40 22,733 23
W3 38,970 33,749 34 19,485 20
W4 32,475 28,124 29 16,128 17
W5 13,800 11,951 12 6,900 7
W6 -27,60 -23,902 24 -13,80 14
W7 - 64,95 -56,248 57 -32,475 33
W8 - 77,94 -67,498 68 -38,97 39
W9 -90,93 -78,748 79 -45,465 46
(83)
Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut :
Tabel 3.17. Rekapitulasi gaya batang kuda-kuda utama
Batang
kombinasi Tarik (+)
( kg )
Tekan (-) ( kg )
1 10942,05
-2 10975,16
-3 10061,22
-4 9055,62
-5 9055,62
-6 10061,22
-7 10975,16
-8 10942,05
-9 - 12671,90
10 - 11637,44
11 - 10481,02
12 - 9362,85
13 - 9362,85
14 - 10481,02
15 - 11637,44
Batang
kombinasi Tarik (+)
( kg )
Tekan (-) ( kg )
16 - 12671,90
17 223,60
-18 - 1113,47
19 921,97
-20 - 1603,55
21 1515,58
-22 - 1983,98
23 3808,02
-24 - 2048,78
25 1515,58
-26 - 1666,37
27 921,97
-28 - 1177,16
(84)
-3.5.4. Perencanaan Profil Kuda- kuda a. Perhitungan profil batang tarik
Untuk batang atas dan bawah
Pmaks. = 10975,6 kg fy = 2400 kg/cm2 fu = 3700 kg/cm2
2 y
maks.
perlu 4,573cm
2400 10975,6 f
P
Ag
0,85xAg
Anperlu
= 0,85 x 4,573 = 3,887 cm2
Dicoba, menggunakan baja profil 60.60.6
Dari tabel didapat nilai – nilai : Ag = 2.6,91 = 13,82 cm2
_
x = 1,69 cm An = Ag – dt
= 13,82 – (1,7 x 0,6) = 12,8 cm2
L = 2 x 3d = 2 x (3.1,27) = 7,62 cm
_
x = 1,69 cm
U = 1
-L x
_
= 1 -62 , 7
69 , 1
= 0,778 Ae = U.An
= 0,778x12,8 = 9,958 cm2
(85)
Cek kekuatan nominal : Kondisi leleh
Pn = Ag.fy
= 0,9x13,82x2400 = 29851,2 kg
Kondisi fraktur
Pn = Ae.fu
= 0,75x9,958x3700 = 27633,45 kg
Jadi tahanan tarik adalah dari komponen tersebut adalah 27633,45 kg
Pn > Pu
27633,45 > 10975,6 kg ... ( aman )
Untuk batang tengah
Pmaks. = 3808,02 kg fy = 2400 kg/cm2 fu = 3700 kg/cm2
2 y
maks.
perlu 1,587cm
2400 3808,02 f
P
Ag
0,85xAg
Anperlu
= 0,85 x 1,587 = 1,349 cm2
Dicoba, menggunakan baja profil 60.60.6
Dari tabel didapat nilai – nilai : Ag = 2.6,91 = 13,82 cm2
_
x = 1,69 cm An = Ag – dt
(86)
= 12,8 cm2 L = 2 x 3d
= 2 x (3.1,27) = 7,62 cm
_
x = 1,69 cm
U = 1
-L x
_
= 1 -62 , 7
69 , 1
= 0,778 Ae = U.An
= 0,778x12,8 = 9,958 cm2
Cek kekuatan nominal :
Kondisi leleh
Pn = Ag.fy
= 0,9x13,82x2400 = 29851,2 kg
Kondisi fraktur
Pn = Ae.fu
= 0,75x9,958x3700 = 27633,45 kg
Jadi tahanan tarik adalah dari komponen tersebut adalah 27633,45 kg
Pn > Pu
27633,45 > 3801,89 kg ... ( aman )
b. Perhitungan profil batang tekan
Untuk batang atas dan bawah
(87)
L = 1,732 m
fy = 2400 kg/cm2 fu = 3700 kg/cm2
Dicoba, menggunakan baja profil 60.60.6
Dari tabel didapat nilai – nilai : Ag = 2.6,91 = 13,82 cm2 r = 1,82 cm
b = 60 mm t = 6 mm
Periksa kelangsingan penampang :
y f t b 200 = 240 200 6 60
=10 12,910
r kL λc E fy 10 0 , 2 2400 1,82.3,14 (173,2) 1 6 x = 1,05
Karena 0,25 < c<1,2 maka : c 0,67 -1,6 1,43 05 , 1 . 0,67 -1,6 1,43
= 1,595
Pn= Ag.fcr = Ag
y f = 13,82 595 , 1 2400
(1)
2. Dalam merencanakan struktur bangunan, kualitas dari bahan yang digunakan sangat mempengaruhi kualitas struktur yang dihasilkan.
3. Perhitungan pembebanan digunakan batasan – batasan dengan analisa statis equivalent.
4. Perencanaan anggaran biaya dilakukan untuk mengetahui besarnya kuantitas bahan dan upah dalam membangun sebuah gedung.
5. Dari perhitungan diatas diperoleh hasil sebagai berikut :
Perencanaan atap
a. Kuda – kuda utama 1 memakai dimensi profil siku 60.60.6 diameter baut 12,7 mm dan jumlah baut 3 buah.
b. Setengah kuda – kuda 1 memakai dimensi profil siku 50.50.5 diameter baut 12,7 mm jumlah baut 2 buah.
c. Jurai 1 memakai dimensi profil siku 50.50.5 diameter baut 12,7 mm jumlah baut 2 buah.
d. Jurai 2 memakai dimensi profil siku 50.50.5 diameter baut 12,7 mm jumlah baut 2 buah.
e. Kuda-kuda utama 2 memakai dimensi profil siku 45.45.5 diameter baut 12,7 mm jumlah baut 2 buah.
Perencanaan Tangga
a. Tulangan tumpuan yang digunakan Ø 12 – 100 mm b. Tulangan lapangan yang digunakan Ø 12 – 200 mm c. Tulangan geser yang digunakan Ø 8 – 200 mm
d. Tulangan arah sumbu panjang yang digunakan pada pondasi D12 – 150 mm
(2)
e. Tulangan arah sumbu pendek yang digunakan pada pondasi D12 – 150 mm
f. Tulangan geser yang digunakan pada pondasi Ø 8 – 200 mm
Perencanaan plat lantai
a. Tulangan arah X
Tulangan lapangan yang digunakan Ø 8 – 200 mm Tulangan tumpuan yang digunakan Ø 8 – 200 mm b. Tulangan arah Y
Tulangan lapangan yang digunakan Ø 8 – 200 mm Tulangan tumpuan yang digunakan Ø 8 – 200 mm
Perencanaan plat atap
a. Tulangan arah X
Tulangan lapangan yang digunakan Ø 8 – 200 mm Tulangan tumpuan yang digunakan Ø 8 – 200 mm b. Tulangan arah Y
Tulangan lapangan yang digunakan Ø 8 – 200 mm Tulangan tumpuan yang digunakan Ø 8 – 200 mm
Perencanaan balok anak
a. Balok anak 1
Tulangan lentur lapangan yang digunakan 3 D 13 mm Tulangan lentur tumpuan yang digunakan 2 D 13 mm Tulangan geser tumpuan yang digunakan Ø8–100 mm Tulangan geser lapangan yang digunakan Ø8–100 mm b. Balok anak 2
Tulangan lentur lapangan yang digunakan 3 D 16 mm Tulangan lentur tumpuan yang digunakan 3 D 16 mm Tulangan geser tumpuan yang digunakan Ø8–150 mm
(3)
Tulangan geser lapangan yang digunakan Ø8–150 mm c. Balok anak 3
Tulangan lentur lapangan yang digunakan 3 D 13 mm Tulangan lentur tumpuan yang digunakan 2 D 13 mm Tulangan geser tumpuan yang digunakan Ø8–100 mm Tulangan geser lapangan yang digunakan Ø8–100 mm d. Balok anak 4
Tulangan lentur lapangan yang digunakan 6 D 19 mm Tulangan lentur tumpuan yang digunakan 6 D 19 mm Tulangan geser tumpuan yang digunakan Ø8–120 mm Tulangan geser lapangan yang digunakan Ø8–180 mm e. Balok anak 5
Tulangan lentur lapangan yang digunakan 6 D 19 mm Tulangan lentur tumpuan yang digunakan 6 D 19 mm Tulangan geser tumpuan yang digunakan Ø8–100 mm Tulangan geser lapangan yang digunakan Ø8–150 mm
Perencanaan portal
a. Perencanaan tulangan balok portal arah memanjang Tulangan lentur lapangan yang digunakan 7 D 19 mm Tulangan lentur tumpuan yang digunakan 4 D 19 mm Tulangan geser tumpuan yang digunakan Ø10 – 100 mm Tulangan geser lapangan yang digunakan Ø10 – 150 mm
b. Perencanaan tulangan balok portal arah melintang Tulangan lentur lapangan yang digunakan 5 D 19 mm Tulangan lentur tumpuan yang digunakan 4 D 19 mm Tulangan geser tumpuan yang digunakan Ø8 – 85 mm Tulangan geser lapangan yang digunakan Ø8 – 150 mm
(4)
Perencanaan Tulangan Kolom
a. Tulangan tumpuan yang digunakan 4 D 16 mm b. Tulangan lapangan yang digunakan 4 D 16 mm c. Tulangan geser yang digunakan Ø 8 – 200 mm
Perencanaan Tulangan Ring Balk
a. Tulangan tumpuan yang digunakan 2 D 13 mm b. Tulangan lapangan yang digunakan 2 D 13 mm c. Tulangan geser yang digunakan Ø 8 – 100 mm
Perencanaan Tulangan Sloof
a. Tulangan tumpuan yang digunakan 3 D 16 mm b. Tulangan lapangan yang digunakan 2 D 16 mm c. Tulangan geser yang digunakan Ø 8 – 120 mm
Perencanaan pondasi
a. Pondasi FP1 (dilatasi)
Tulangan lentur yang digunakan D16-125 mm Tulangan geser yang digunakan Ø10 – 200 mm b. Pondasi FP 2
Tulangan lentur yang digunakan D16-110 mm Tulangan geser yang digunakan Ø10 – 200 mm
Rencana Anggaran Biaya ( RAB )
Perencanaan Bangunan Swalayan dan Toko Buku senilai Rp.
(5)
Adapun Peraturan-peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam
penyelesaian analisis, diantaranya :
a. Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Direktorat Penyelidik Masalah Bangunan, Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung.
b. Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002), Direktorat Penyelidik Masalah Bangunan, Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung.
c. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG), 1989, Cetakan ke-2, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Direktorat Jendral Cipta Karya Yayasan Lembaga Penyelidik Masalah Bangunan, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002, Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Direktorat Penyelidik Masalah Bangunan, Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung.
Anonim, 2002, Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002), Direktorat Penyelidik Masalah Bangunan, Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung.
(6)
Anonim, 1989, Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989), Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Direktorat Jendral Cipta Karya Yayasan Lembaga Penyelidik Masalah Bangunan, Bandung.
Agus Setiawan, 2008, Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Erlangga, Jakarta.