PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SOLORAYA TAHUN 2004 2009

(1)

commit to user

1

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SOLORAYA

TAHUN 2004-2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas - tugas dan Memenuhi Syarat - syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh :

PRANSISMAS ANDI WIJAYA F. 1106043

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

commit to user MOTTO

“ ketahuilah bahwa kemenangan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar akan datang bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesusahan.”

(Rasulullah SAW )

“Sesunguh nya sesudah kesulitan itu kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh – sungguh urusan yang

lain dan hanya Tuhanlah hendaknya kamu berharap.” (Q.S.Al Insyiroh. 6-8)

“ Hidup Cuma sekali jangan bikin nggak berarti, rasa sesal pasti selalu datang belakangan. Mulailah merubah diri siapkan semua strategi, tatap tajam tujuan

dan berusahalah jadi pemenanag.” (penulis)


(5)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta, atas doa dan pengorbanannya 2. Kakak adikku tersayang 3. Semua sahabat

4. Almamaterku


(6)

commit to user

Dengan mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari meskipun penulis telah berusaha sebaik-baiknya dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, tetapi segala kekurangan dan ketidak sempurnaan masih banyak terdapat dalam skripsi ini.

Tulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Guntur Riyanto, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah berkenan memberi izin dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. yang telah berkenan memberikan izin dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. AM Soesilo,MSc, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan selama penulis kuliah.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.


(7)

commit to user

6. Pemkab Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Sragen, Karanganyar dan Pemkot Surakarta yang telah data penelitian.

7. Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis.

8. Tifany” trima kasih telah banyak memberikan semangat dorongan dan kasihmu. 9. Teman-teman ”incha inchi” Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler

dan semua sahabatku terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya

Selain dari pada itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini pengetahuan dan kemampuan penulis masih terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan tulisan ini.

Surakarta, Maret 2011

Penulis

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SOLORAYA

TAHUN 2004-2009 ABSTRAK Pransismas Andi Wijaya


(8)

commit to user

Tujuan penelitian ini adalah untuk : mengetahui gambaran tentang tingkat inflasi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi di Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009, dan mengetahui dan menganalisis pengaruh inflasi dan investasi secara parsial dan simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif statistik, yaitu menjelaskan keadaan sekarang dengan menggunakan statistik sebagai alat analisis. Penelitian dilakukan di wilayah Soloraya dengan mengambil sampel dari tahun 2004-2009. Teknik analisis data menggunakan analisis data panel dan analisis regresi ganda.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tingkat inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya. 2. Investasi secara parsial berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya. 3. Berdasarkan besarnya tingkat pengaruh inflasi dan investasi per wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi, Kota Surakarta merupakan wilayah yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Soloraya. Sehingga daerah tersebut merupakan daerah yang memberikan kontribusi terbesar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di Soloraya. Wilayah yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah Kabupaten Sragen. Selanjutnya adalah Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, dan paling kecil adalah Boyolali.

Saran-saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pemerintah daerah perlu menambah investasi pada berbagai bidang dengan memilih bidang yang paling menguntungkan. Perlu dilakukan pengendalian inflasi, yang dapat dilakukan dengan melakukan operasi pasar terbuka, agar para pedagang tidak dapat mempermainkan harga. 2. Mendukung daerah yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan membangun infrastruktur untuk memperlancar arus perdagangan, menciptakan iklim yang kondusif agar mempermudah dan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya, mempermudah layanan dalam pengurusan usaha, agar dapat memperluas lapangan kerja, memberikan insentif untuk daerah-daerah yang masih memiliki potensi agar masyarakat dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di berbagai bidang. Kata kunci ; inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN ... ii


(9)

commit to user

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... xiii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 8

A. Kajian Teoritis ... 8

1. Pertumbuhan Ekonomi ... 8

2. Faktor-faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi .. 12

3. PDRB per kapita ... 12

4. Stabilitas Perekonomian ... 13

5. Pengeluaran Pembangunan ... 18


(10)

commit to user

7. Inflasi ... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Pemikiran ... 32

D. Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Ruang Lingkup ... 35

B. Sumber dan Jenis Data ... 35

C. Konsep dan Pengukuran Data ... 36

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36

E. Model Penelitian ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38

1. Metode Data Panel ... 38

2. Estimasi Model Data Panel ... 39

3. Uji Hipotesis ... 41

4. Uji Asumsi Klasik ... 44

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Gambaran umum ... 48

1. Kota Surakarta ... 48

2. Kabupaten Boyolali ... 49

3. Kabupaten Sukoharjo ... 51

4. Kabupaten Wonogiri ... 52

5. Kabupaten Karanganyar ... 53


(11)

commit to user

7. Kabupaten Sragen ... 56

B. Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 57

1. Tingkat Inflasi ... 57

2. Investasi ... 60

3. Pertumbuhan Ekonomi ... 63

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 64

1. Hasil Estimasi Data Panel ... 64

2. Estimasi Fixed Effect ... 66

3. Estimasi Uji Model ... 67

4. Uji t ... 68

5. Uji F ... 69

D. Uji Asumsi Klasik ... 70

1. Uji Multikolineritas ... 70

2. Uji heteroskedastisitas ... 71

3. Uji Autokorelasi ... 72

E. Pembahasan ... 74

BAB V PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(12)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi Dan Investasi Di

Soloraya Tahun 2004-2006 ... 5

Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta ... 49

Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali ... 50

Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo ... 52

Tabel 4.4 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri ... 53

Tabel 4.5 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar ... 54

Tabel 4.6 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten ... 56

Tabel 4.7 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen ... 57

Tabel 4.8. Perkembangan Tingkat Inflasi di Wilayah Soloraya tahun 2004 – 2009. ... 59

Tabel 4.9. Jumlah Investasi di Wilayah Soloraya dari tahun 2004-2009 ... 61

Tabel 4.10. Jumlah Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Soloraya dari tahun 2004 - 2009 ... 63

Tabel 4.11. Hasil Estimasi Data Panel Periode 2004-2009 Pendekatan OLS (Common) ... 65

Tabel 4.12. Hasil Estimasi Data Panel Periode 1996-2009 Pendekatan Fixed Effect ... 66

Tabel 4.13. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 70


(13)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 29

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t ... 39

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F ... 40

Gambar 3.3 Daerah Kritis Kurva Uji Statistik Autokorelasi ... 47

Gambar 4.1 Keadaan Tingkat Inflasi Berdasarkan Tujuh Wilayah di Solo Raya Tahun 2004-2009 ... 60

Gambar 4.2 Keadaan Investasi Berdasarkan Tujuh Wilayah di Solo Raya Tahun 2004-2009 ... 61

Gambar 4.3 Keadaan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Tujuh Wilayah di Solo Raya Tahun 2004-2009 ... 64

Gambar 4.4 Daerah Kritis Uji t Inflasi ... 68

Gambar 4.5 Daerah Uji t Infestasi ... 68

Gambar 4.6 Daerah Kritis Uji F ... 69

Gambar 4.7 Hasil Autokorelasi ... 73


(14)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Induk Penelitian Analisis Data Panel ... 79

Lampiran 2 Analisis Pooled OLS ... 80

Lampiran 3 Analisis Fixed Effect ... 81

Lampiran 4 Analisis Multikolinearitas ... 82

BAB I PENDAHULUAN


(15)

commit to user

E. Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang No. 32 / 2004 ternyata tidak dapat berjalan dengan mulus. Banyak hambatan yang dialami oleh pelaksana pemerintahan di daerah untuk melaksanakannya. Banyak hal-hal yang dilakukan oleh pelaksana pemerintah di daerah yang berdampak negatif, yang disebabkan oleh adanya pemahaman yang keliru. Sebagaimama dikemukakan oleh Hanif Nurcholis (2005: x) bahwa :

Meski konsepsi otonomi daerah secara formal sudah berubah, namun tidak diikuti dengan perubahan pemahaman dan perilaku secara substansial pula. Berbagai pihak seringkali lebih suka bersikap pragmatis pada hal-hal bersifat teknis administratif dengan mengabaikan hal-hal yang substansial. Padahal tanpa pemahaman secara substansial maka hal-hal yang bersifat teknis administratif hanya akan menimbulkan multiinterpretasi yang akan mengarah ke hal-hal yang kontradiktif dan polaritatif.

Pendapat di atas, menunjukkan bahwa meskipun undang-undang tersebut telah diberlakukan, namun tidak diimbangi dengan pemahaman yang substansial, sehingga konsep yang direncanakan oleh pemerintah pusat tidak dapat dilaksanakan oleh pelaksana pemerintah di daerah. Adanya keadaan tersebut juga melibatkan masalah perekonomian di


(16)

commit to user

daerah yang juga tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Masalah-masalah tersebut terlihat dengan adanya demonstrasi para buruh pabrik yang mengalami kerugian maupun dikarenakan kepemilikan yang dialihkan kepada pengusaha lain atau pengusaha asing yang dapat mengancam sumber kehidupan para buruh tersebut. Hal lain yang diakibatkan oleh keadaan yang sama adalah naiknya harga barang-barang yang merupakan salah satu indikasi terjadinya inflasi. Untuk itu perlu dilakukan penanganan pada kegiatan perekonomian agar kehidupan perekonomian dapat kembali seperti sedia kala.

Penanganan kegiatan ekonomi yang kurang tepat dapat menjadikan kegiatan ekonomi menjadi runtuh. Sebaliknya penanganan kegiatan ekonomi yang tepat karena adanya inflasi dapat menjadikan kegiatan ekonomi semakin kuat. Lemah kuatnya kegiatan ekonomi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sementara itu pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, masing-masing daerah berbenah diri untuk meningkatkan pendapatannya. Segala potensi yang dimiliki daerah semakin ditingkatkan kemanfaatannya agar dapat mendatangkan pendapatan. Penertiban berbagai bidang usaha dapat meningkatkan pendapatan dari sektor pajak. Potensi alam dan sumber daya lainnya ditingkatkan pemberdayaannya sehingga dapat menghasilkan laba BUMD. Berbagai fasilitas juga dikelola sedemikian


(17)

commit to user

rupa sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari sektor retribusi. Dari sektor-sektor yang ada tersebut, dengan adanya otonomi daerah semakin memudahkan pemerintah daerah untuk mengelolanya secara maksimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan daerah secara berkesinambungan, terutama di bidang perekonomian agar dapat menunjang pertumbuhan ekonomi secara merata.

Pengembangan sumber daya daerah sebagai upaya meningkatkan penghasilan daerah memerlukan dana sebagai modal atau investasi. Modal atau investasi tersebut sebagai modal usaha sebagaimana dalam perusahaan dan secara nyata memang diperuntukkan perusahaan. Perusahaan yang memerlukan investasi tersebut tidak sebatas perusahaan milik pemerintah saja, akan tetapi juga perusahaan swasta. Dalam hal investasi, tidak ada perbedaan antara perusahaan swasta dengan perusahaan pemerintah. Yang membedakan pada umumnya adalah sumber investasi tersebut.

Sumber investasi dapat berasal dari masyarakat maupun pemerintah. Sumber investasi masyarakat juga tidak sebatas masyarakat dalam negeri, namun juga masyarakat luar negeri. Sumber investasi dari pemerintah pun juga tidak sebatas pemerintah dalam negeri, namun juga ada investasi yang berasal dari luar negeri. Masing-masing sumber investasi memiliki tujuan dan sasaran sendiri. Baik investasi dari masyarakat atau pemerintah, maupun dari dalam negeri dan luar negeri,


(18)

commit to user

kesemuanya diperlukan dan akan mempengaruhi kehidupan ekonomi suatu wilayah. Investasi yang ditanamkan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, baik secara regional maupun nasional.

Kegiatan perekonomian yang melibatkan multifaktor tentu akan terjadi suatu kenaikan atau penurunan nilai, baik nilai mata uang maupun nilai barang. Naik turunnya nilai mata uang atau suatu barang sangat tergantung dari keadaan perekonomian itu sendiri. Jumlah barang yang tersedia di pasaran, permintaan dan penawaran suatu produk, hingga perubahan politik akan mempengaruhi naik turunnya nilai mata uang. Namun kecenderungan yang terjadi adalah turunnya nilai mata uang yang ditandai dengan naiknya harga barang-barang kebutuhan. Naiknya harga barang-barang tersebut sering disebabkan oleh langkanya barang dan meningkatnya permintaan. Hal ini memang wajar dan sesuai dengan hukum perekonomian, dimana ada peningkatan permintaan maka akan terjadi kenaikan barang, kecuali produk-produk tertentu yang bersifat khusus.

Di suatu daerah, kegiatan perekonomian berjalan sebagaimana keadaan pada umumnya. Hal ini berarti dalam suatu daerah juga akan terjadi penumpukan atau kekurangan investasi. Bagi suatu daerah yang memiliki potensi bisnis yang tinggi dan ada pengelola yang profesional, kemungkinan investasi akan tinggi. Keadaan akan berbalik jika suatu daerah tidak memiliki potensi ekonomi, ataupun jika memiliki potensi


(19)

commit to user

namun masyarakat belum mampu memberdayakan potensi tersebut. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tergantung dengan potensi ekonomi yang ada dan juga kemampuan masyarakat dalam memberdayakannya.

Inflasi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Suatu daerah juga akan mengalami inflasi sebagaimana keadaan pada umumnya dalam suatu negara, bahkan dalam tingkat dunia. Kekurangsiapan para penyedia barang dalam memenuhi permintaan pasar akan menjadikan inflasi di daerah tersebut. Di daerah-daerah tertentu, kemampuan para pengusaha dan produsen dalam menyediakan barang-barang kebutuhan akan menjadi penyebab tinggi rendahnya tingkat inflasi daerah tersebut. Karena itu, setiap daerah akan memiliki tingkat inflasi yang berbeda-beda jika keadaan ekonomi secara nasional stabil. Karena itu pula, tingkat inflasi dalam suatu daerah juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Daerah Surakarta dan sekitarnya, atau saat ini lebih dikenal dengan sebutan Solo Raya yang meliputi 1 kota dan 6 kabupaten, memiliki kegiatan ekonomi yang saling terkait. Keterkaitan kegiatan ekonomi antara daerah-daerah tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah secara menyeluruh. Investasi dan tingkat inflasi juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Solo Raya.

Perkembangan tingkat inflasi dan investasi maupun pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya pada tahun 2004-2005 dapat


(20)

commit to user

menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi dan Investasi di Soloraya Tahun 2004-2006

Tahun

Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat inflasi

Investasi

2004 4,65 5,03 214764

2005 4,68 14,96 242621

2006 4,93 6,85 270540

Sumber : BPS Wilayah Soloraya, 2004-2006.

Dari data di atas menunjukkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004-2005 cenderung stabil atau tidak ada peningkatan yang signifikan. Sementara itu tingkat inflasi ada peningkatan yang cukup tajam, dari 5,03 pada tahun 2004 menjadi 14,96 pada tahun 2005. Tingkat inflasi pada tahun 2005 dikatakan tidak wajar karena melebih 10%. Dari keadaan tersebut tentunya perlu dianalisis untuk mengetahui apakah dengan adanya inflasi sebesar itu ada pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada investasi di wilayah Soloraya peningkatan juga terjadi namun tidak terlalu mencolok.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Inflasi dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Solo Raya Tahun 2004 - 2009”.


(21)

commit to user

F. Perumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh inflasi dan investasi secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009?

2. Apakah ada pengaruh inflasi dan investasi secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009?

G. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran tentang tingkat inflasi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi di Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh inflasi dan investasi secara parsial dan simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.

H. Manfaat Penelitian


(22)

commit to user

1. Sebagai informasi atau masukan bagi instansi / lembaga yaitu pemerintah daerah dalam membuat kebijaksanaan khususnya usaha-usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masyarakat.

2. Untuk memperkaya khasanah pustaka dan hasil-hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang menelaah tentang kebijakan pemerintah daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Dengan teridentifikasinya potensi yang dimiliki oleh masing-masing Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota di wilayah Soloraya, diharapkan dapat dipakai sebagai dasar bagi pemerintah daerah guna merumuskan kebijakan lebih lanjut di lapangan.


(23)

commit to user

23 BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


(24)

commit to user 1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi dapat ditandai dengan laju kenaikan Produk Domestik Regional Bruto per kapita yang tinggi dibarengi dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat. Pertumbuhan ekonomi memiliki dua pengertian, yaitu pertambahan dalam GNP real atau NNP real yang terjadi dalam jangka waktu tertentu, atau pertambahan dalam GNP real per kapita atau NNP real per kapita dengan berlangsungnya waktu (Winardi, 1990 : 302). Pengertian di atas mengarah pada standar kehidupan manusia. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah perlu dipelajari agar dapat diketahui standar kehidupan yang lebih tinggi (Winardi, 1990 : 303). Hal itu berarti bahwa dengan mengetahui standar kehidupan masyarakat maka dapat diketahui tingkat kemakmuran rakyat yang merupakan tujuan utama pembangunan.

Sadono Sukirno (2003: 10) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dari


(25)

commit to user

pernyataan tersebut jelas bahwa dalam suatu negara, terjadi kegiatan ekonomi dimana dalam kegiatan tersebut akan selalu terjadi penambahan jumlah barang. Selain itu juga terjadi peningkatan kualitas sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusia. Perkembangan kebudayaan juga menyangkut dengan perkembangan teknologi sebagai hasil temuan manusia untuk mempermudah dalam melakukan suatu aktivitas. Namun demikian, peningkatan teknologi tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan jumlah barang maupun kualitas. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi pertambahan jumlah barang maupun kualitas barang. Kendati pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDRB per kapita dan jumlah penduduk, namun tidak berarti bahwa jumlah penduduk merupakan syarat mutlak bagi pendapatan per kapita. Laju pertumbuhan ekonomi terkadang dibarengi dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Laju pertumbuhan ekonomi dapat diukur pula melalui laju kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah. Laju kenaikan PDRB diukur dengan cara mengurangi PDRB tahun sekarang dengan PDRB tahun sebelumnya, kemudian dibagi dengan PDRB tahun sebelumnya. Sesuai dengan penjelasan di atas, maka (Faried Wijaya M, 1989 : 264), memberikan kesimpulan bahwa “pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan PDRB”.


(26)

commit to user

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan Produk Domestik Bruto (PDB) pada suatu daerah tertentu. Produk Domestik Regional Bruto memiliki pengertian “nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan suatu wilayah yang dihitung selama 1 tahun berdasarkan harga berlaku”. PDRB merupakan “perhitungan hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut” (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2004 : 215). Jadi, semua faktor produksi yang ada dalam wilayah tersebut outputnya diperhitungkan dalam PDB. Dinyatakan juga oleh Robinson Tarigan (2004: 18) bahwa “produk domestik regional bruto adalah jumlah nilai tambah bruto (gross added value) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu”. Nilai tambah yang dimaksudkan pada pengertian tersebut adalah nilai produksi dikurangi dengan biaya antara. Nilai tambah tersebut terdiri dari pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.

Pengertian PDRB menurut Kantor Statistik dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : Pendekatan menurut Produksi, Pendekatan menurut Pendapatan, dan Pendekatan menurut Pengeluaran. (Robinson Tarigan, 2004 : 23).

Pengertian PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu daerah dalam jangka waktu


(27)

commit to user

tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (kelompok sektor), meliputi :

a. Sektor Pertanian

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian c. Sektor Industri Pengolahan

d. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih e. Sektor Bangunan

f. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan i. Sektor Jasa-Jasa

Pengertian PDRB menurut pendekatan pendapatan adalah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam rangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB, kecuali faktor pendapatan di atas termasuk pula komponen jangka waktu tertentu (satu tahun).

Pengertian PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta tidak mencari untung, konsumsi Pemerintah,


(28)

commit to user

pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor netto di suatu wilayah.

Pengertian PDRB yang lain adalah PDRB atas dasar harga yang berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga berlaku pada tahun yang bersangkutan. PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas harga tetap suatu tahun tertentu.

2. Faktor-Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan kegiatan ekonomi di masyarakat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Sebagaimana disebutkan oleh Sadono Sakirno (2003: 425) bahwa faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi antara lain adalah tanah dan kekahyaan alam lainnya, jumlah dan mutu dari penduduk dan tenga kerja, barang-barang modal dan tingkat teknologi, sistem sosial dan sikap masyarakat, serta luas pasar sebagai sumber pertumbuhan.

Berbagai faktor tersebut tentunya saling terkait dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, masing-masing juga memiliki pengaruh yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan atau kondisi dari masing-masing faktor. Tidak semua faktor tersebut ada dalam suatu daerah, namun kesemua faktor


(29)

commit to user

tersebut secara umum mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah baik secara parsial maupun secara simultan.

3. PDRB per kapita

PDRB per kapita yaitu PDRB suatu daerah tertentu dibagi jumlah penduduk daerah tersebut. PDRB yang merupakan ukuran tingkat kemakmuran rakyat suatu daerah tertentu masih bersifat umum. Artinya bahwa kemakmuran tersebut menggambarkan keadaan secara menyeluruh daerah tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kemakmuran rakyat pada sisi yang lebih kecil adalah dengan mengetahui PDRB per kapita. Dengan mengetahui PDRB per kapita, maka dapat diketahui bagaimana kemakmuran rakyat per kapita, meskipun hal itu juga tidak semua rakyat menikmati kemakmuran tersebut.

Untuk mengetahui besarnya PDRB per kapita sebagaimana dikemukakan di atas adalah membagi PDRB daerah tersebut dengan jumlah penduduknya. Dengan perhitungan tersebut, maka jika perkembangan PDRB per tahun tidak berimbang dengan jumlah penduduk, maka tingkat kemakmuran rakyat akan semakin rendah.

4. Stabilitas Perekonomian

Bagi daerah yang sedang membangun stabilitasi ekonomi merupakan syarat bagi terlaksananya pembangunan ekonomi agar tujuan pembangunan dapat tercapai secara efekif dan efisien. Apabila pembangunan ekonomi dilaksanakan dengan kurang memperhatikan


(30)

commit to user

berbagai faktor yang relevan lebih sering menimbulkan ketidakstabilan ekonomi sehingga berakibat menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Segala macam kebijakan dalam rangka pembangunan daerah harus didesain dan direncanakan sematang mungkin. Apabila desain yang menggunakan berbagai variabel relevan tidak disusun, pembangunan yang direncanakan akan bertentangan dengan tujuan stabilisasi. Variabel-variabel yang tidak dapat dikendalikan yang mengganggu kestabilan pembangunan dapat dikurangi. Sementara variabel-variabel pendukung perlu dikembangkan. Hal tersebut dilakukan agar dapat tercapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi. Variabel-variabel yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dapat bersifat eksternal dan dapat bersifat internal.

a. Variabel Stabilitas perekonomian yang bersifat eksternal 1) Dept Service Ratio (DSR)

Dalam rangka menghadapi kesulitan-kesulitan perekonomian, pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun daerah telah mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan baik itu konsolidasi, rehabilitasi maupun stabiltasi. Pendekatan-pendekatan ini bertujuan untuk: mengadakan rescheduling (penjadwalan kembali) utang-utang lama, mengusahakan bantuan keuangan untuk mendukung neraca pembayaran maupun berusaha untuk menarik penanaman modal asing.


(31)

commit to user

Pembayaran angsuran utang yang meliputi pembayaran pokok dan bunga senantiasa diusahakan di bawah 30 persen dari nilai ekspor, agar jangan sampai mengganggu program pembangunan dan stabilisasi yang sedang berjalan. Besarnya pembayaran utang (cicilan utang pokok dan bunga) tergantung pada penerimaan dari hasil ekspor. Sekali lagi, pada umumnya bagian dari hasil ekspor yang digunakan untuk pembayaran utang berkisar antara 30 persen, dan menurut Zulkarnaen Djamin (1993 : 62), persentase ini disebut Debt Service Ratio (DSR), yaitu angka yang menunjukkan besarnya pembayaran utang dan bunga terhadap nilai ekspor bersih (netto).

Pada dasarnya salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam menutupi kekurangan dana bagi pembangunan di daerahnya adalah melalui pinjaman atau utang. Pinjaman yang dilakukan pemerintah daerah dapat bersumber dari dana luar negeri yang berupa penerusan pinjaman (Subsidiary Loan Agrement – SLA) atau dari dana dalam negeri yaitu dana yang tersedia dalam Rekening Pembangunan Daerah (RPD), atau pinjaman komersial baik dari bank pemerintah atau bank swasta. RPD terutama dimaksudkan untuk menyediakan dana pinjaman untuk membangun prasarana dan sarana daerah seperti penyediaan


(32)

commit to user

air bersih, sampah, air limbah dan terminal angkutan umum. Selain itu pinjaman tersebut juga dapat digunakan sebagai dana penyertaan modal pada BUMD seperti pada BPD, PDAM, dan lain-lain. Pinjaman yang dilakukan pemerintah daerah tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian daerah, memperbaiki mutu pelayanan dan pada gilirannya dapat meningkatkan penerimaan sendiri (Nota Keuangan Republik Indonesia, 1997-1998 : 402)

Negara-negara ataupun daerah-daerah dengan DSR yang tinggi tidak otomatis adalah negara-negara atau daerah-daerah yang terlibat pinjaman. Begitu pula yang terlilit pinjaman tidak seluruhnya mempunyai DSR yang tinggi. Hal ini disebabkan mungkin suatu negara mempunyai DSR yang tinggi, namun selalu mampu untuk melunasi pinjamannya tepat pada waktunya.

2) Investasi

Investasi yang ada di suatu daerah dilakukan oleh dua pihak yaitu oleh luar negeri yang sering disebut Penanaman Modal Asing (PMA) dan pihak dalam negeri yang dikenal dengan nama Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). PMA dan PMDN sudah disebutkan dalam undang-undang


(33)

commit to user

yaitu dalam Undang-Undang no. 1 tahun 1967 tentang PMA pasal 1 yang dikatakan: “PMA merupakan penanaman modal secara langsung (direct invest) yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dimana penamam modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modalnya”.

Investasi dapat pula dikatakan sebagai aktivitas ekonomi yang mengorbankan konsumsi pada hari ini untuk menaikkan output di masa depan. Hal ini meliputi investasi modal yang bersifat tangible (misalnya pabrik, peralatan dan perlengkapan) dan investasi yang bersifat intangible (misalnya pendidikan atau modal manusia, penelitian dan pengembangan serta kesehatan).

3) Net Ekspor (Eksport Netto)

Sebagian dari output suatu negara atau daerah dikirim ke luar negeri atau ke luar daerah dan dibeli oleh orang asing. Dengan menggabungkan penjualan ke luar ini dengan jumlah penghasilan, deviden serta bunga dari faktor-faktor produksi yang ada di luar negeri tetapi dimiliki orang Indonesia, maka akan diperoleh angka ekspor. Angka ekspor dapat dikatakan sebagai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lain. Ekspor terdiri dari barang berwujud dan jasa-jasa.


(34)

commit to user

Kinerja ekspor maupun impor selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama dipengaruhi oleh dua faktor utama (khususnya untuk ekspor). Faktor pertama bersifat komoditikal dan sekaligus internal, yaitu penerimaan ekspor sangat ditentukan oleh minyak dan gas bumi. Faktor kedua yang bersifat eksternal adalah lingkungan ekonomi internasional (tujuan negara ekspor). Gejolak sosial ekonomi maupun politik negara tujuan ekspor akan sangat mempengaruhi kinerja ekspor kita.

b. Stabilitas Perekonomian Yang Bersifat Internal 1) Penyerapan Tenaga Kerja

Secara garis besar penduduk suatu daerah dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja (manpower) dipilah pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedang yang termasuk bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar,


(35)

commit to user

mahasiswa), mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karir), serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat yang dependen).

2) Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus (Nopirin, 1997 : 25). Kenaikan harga tersebut diukur dengan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:

a) indeks biaya hidup (consumer price index)

b) indeks harga perdagangan besar (whole sale proce index) c) GNP deflator

Inflasi dapat dikategorikan dalam tiga macam, pertama, hiperinflasi yaitu tingkat inflasi yang sangat parah (1000 persen per tahun), kedua, inflasi ganas yaitu tingkat inflasi antara 50,100 sampai 200 persen per tahun. Ketiga inflasi moderat yaitu kenaikan tingkat harga yang tidak terlalu menimbulkan distorsi pada pendapatan dan harga relatif.

5. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang ditujukan untuk pembiayaan proses pembangunan, sebagai kaegiatan pemerintah dalam maningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terdiri


(36)

commit to user

dari 21 jenis pengeluaran yang berorientasi ke 20 jenis sektor pembangunan dan 1 jenis kelompok pengeluaran pembangunan lainnya, antara lain :

a. Industri

b. Pertanian dan Kehutanan c. Sumber Daya dan Irigasi d. Tenaga Kerja

e. Perdagangan, Pengembangan Usaha Daerah dan Koperasi. f. Transportasi, Meteorologi dan Geofisika

g. Pertambangan dan Energi

h. Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi i. Pembangunan Daerah dan Transmigrasi j. Lingkungan Hidup dan Tata Ruang

k. Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kepercayaan Terhadap Tuhan YME, Pemuda dan Olahraga

l. Kependudukan dan Keluarga Sejahtera

m. Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan Wanita, Anak dan Remaja n. Perumahan Rakyat dan Pemukiman

o. Agama

p. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian q. Hukum

r. Aparatur Pemerintah


(37)

commit to user t. Keamanan dan Ketertiban Umum

u. Subsidi Pembangunan Kepada Daerah Bawahan

6. Investasi a. Pengertian

Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang”. Pendapat lain dikemukakan oleh Joko Salim (2010: 4) yang menyatakan bahwa investasi artinya upaya untuk membuat uang yang kita miliki saat ini menjadi lebih banyak jumlahnya pada kemudian hari. Dari pendapat tersebut maka investasi merupakan suatu upaya untuk menjadikan uang menjadi bertambah dengan tidak memandang untuk apa uang tersebut dan dengan cara apa.


(38)

commit to user

Investasi pada umumnya dinyatakan dengan menggunakan uang untuk suatu kegiatan yang menghasilkan. Dalam skala besar, penggunaan uang agar berkembang biasa disebut dengan proyek investasi. Menurut Suad Husnan (1996:5) menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain. Namun baik sisi pengeluaran investasi ataupun manfaat yang diperoleh, semua harus dikonversikan dalam nilai uang. Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan.

Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi pada proyek yang


(39)

commit to user Berdasarkan

www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eureka/2003/021/eur1. html)

menyatakan bahwa alasan melakukan investasi adalah sebagai berikut: a. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan. b. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran. c. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan.

b. Jenis-Jenis Investasi

Menurut Safir Senduk (2004:24) bahwa produk-produk investasi yang tersedia di pasaran antara lain:

1) Tabungan di bank

Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan.

2) Deposito di bank

Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu


(40)

commit to user

tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian). Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di bank.

3) Saham

Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain. 4) Properti

Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah. Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu: (a) Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa. (b) Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi.


(41)

commit to user 5) Barang-barang koleksi

Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain.

6) Emas

Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas. Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.

7) Mata uang asing

Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi. Investasi dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung


(42)

commit to user

pada permintaan dan penawaran di pasaran. Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif.

8) Obligasi

Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika membelinya. Terdapat pengelompokkan jenis-jenis investasi (www.winterthur.co.id/id/winpens3.htm), yaitu:

a) Deposito berjangka. Simpanan dalam mata uang Rupiah, dengan tingkat suku bunga relatif lebih tinggi dibandingkan jenis simpanan lainnya. Tersedia dalam jangka waktu 1,3, 6, 12, dan 24 bulan.

b) Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan bagian dari upaya BI untuk meredam dan menstabilkan likuiditas yang ada di pasar.


(43)

commit to user

c) Saham. Surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberikan berbagai hak menurut ketentuan anggaran dasar (shares stock ).

d) Obligasi. Surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat, guna pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran belanjanya (debenture bond).

e) Sekuritas pasar uang. Sekuritas pasar uang merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang diperjualbelikan di pasar uang. f) Sertifikat hutang obligasi. Merupakan bukti kepemilikan piutang

kepada pihak lain. Sertifikat ini dapat diperjualbelikan pada tingkat diskonto tertentu. Sertifikat hutang obligasi ini merupakan bentuk investasi jangka panjang.

g) Tanah/bangunan. Investasi ini tergolong investasi dalam bentuk property, investasi ini biasanya untuk jangka waktu panjang karena mengharapkan adanya kenaikan dari nilai tanah/bangunan yang telah dibelinya.

h) Reksa dana. Wadah investasi yang berisi dana dari sejumlah investor di mana uang di dalamnya diinvestasikan ke dalam berbagai produk investasi oleh sebuah Perusahaan Manajemen Investasi (Mutual Fund).


(44)

commit to user a. Pengertian

Inflasi sebagaimana dikemukakan di atas merupakan proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Kenaikan harga tersebut diukur dengan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: indeks biaya hidup (consumer price index), indeks harga perdagangan besar (whole sale proce index), dan GNP deflator.

Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Di Indonesia dikenal indeks 9 bahan pokok, serta 162 macam barang. Karena arti penting masing-masing barang dan jasa tersebut bagi tiap orang itu tidak sama, maka dalam perhitungan angka indeksnya diberi angka penimbang tertentu. Angka penimbang biasanya didasarkan atas besarnya persentasi pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran keseluruhan. Besarnya persentase tersebut dapat dirubah dari tahun ke tahun. Dengan perubahan angka penimbang tersebut, maka indeks harganya juga akan berubah. Laju inflasi dapat dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan atau penurunan indeks harga tersebut dari tahun ke tahun. Misalnya indeks biaya hidup tahun 1987 sebesar 181,5


(45)

commit to user

(atas dasar tahun 1983), kemudian naik menjadi 1953,3 pada tahun 1988, maka, laju inflasi antara tahun 1987-1988 adalah:

% 6 , 7 % 100 3

, 181

5 , 181 3 , 1953

=

-x

Indeks perdagangan besar menitikberatkan untuk sejumlah barang pada perdagangan besar. Ini berarti harga barang mentah, bahan baku atau bahan setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga.

GNP Deflator adalah jenis indeks harga yang lain. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP, dengan demikian jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan dua indeks harga di atas. GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).

b. Komponen Inflasi

Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2001:203):

1) Kenaikan harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi dari pada harga periode sebelumnya.


(46)

commit to user

Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.

3) Berlangsung terus menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan

c. Tingkat Inflasi

Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu

1) Merayap (Creeping Inflation)

Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

2) Inflasi menengah (Galloping Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang akhirnya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

3) Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

Inflasi yang paling parah dengan ditandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya


(47)

commit to user

keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

d. Metode Pengukuran Inflasi

Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:

1) Consumer Price Index (CPI), Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup: CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%

2) Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.

3) GNP Deflator, GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks di atas: GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

e. Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi: a. DemandPull Inflation, Timbul apabila permintaan agregat


(48)

commit to user

meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation, Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.

Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh : a) Domestic Inflation, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri. b) Imported Inflation, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Suyanto (2010) yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja Di Kabupaten Wonogiri”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Teknik analisis data menggunakan analisis data panel. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif sebesar 0.000141 dan secara statistik signifikan terhadap


(49)

commit to user

kesempatan kerja pada sembilan sektor di Kabupaten Wonogiri, 2. Berdasarkan besarnya tingkat pengaruh PDRB per sektor terhadap kesempatan kerja, sektor 1 atau sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang paling mempengaruhi kesempatan kerja di Kabupaten Wonogiri. Sehingga sektor ini mampu menyerap tenaga kerja lebih dari cukup dan dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal Kabupaten Wonogiri dan juga untuk daerah lain.

Penelitian yang dilakukan Irwa Purba (2009) yang berjudul “Pengaruh investasi dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia” Bahwa investasi berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi, pengaruh positif dari variabel infestasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam perekonomian agar dapat dicapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di Indonesia.

Penelitian tentang pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi juga telah dilakukan oleh Ambo Sakka (2004) dengan judul Pengaruh Investasi dalam Penelitian dan Pengembangan (R & D) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada periode pertama variabel pertumbuhan stok kapital total berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sementara tenaga kerja (angkatan kerja) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. (2) pertumbuhan stok kapital R&D pada periode kedua penelitian berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk


(50)

commit to user

keseluruhan periode, variabel pertumbuhan stok kapital sektor industri berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan sektor industri. Pertumbuhan stok kapital R&D untuk keseluruhan periode penelitian berpngaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan sektor industri (30 seluruh periode analisis menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan stok kapital sektor pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian, sementara tenaga kerja (angkata kerja) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Sedangkan pertumbuhan stok kapital R&D pada periode kedua penelitian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Kerangka Teori Inflasi

Investasi

Pertumbuh an


(51)

commit to user

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang kebutuhan. Kenaikan harga barang merupakan hal yang wajar, karena adanya beberapa faktor yang menjadikan harga barang menjadi naik. Kenaikan harga barang yang wajar akan menjadikan kegiatan ekonomi menjadi lebih tinggi. Hal ini dikarenakan penjual barang akan berusaha untuk menawarkan barang dagangannya kepada konsumen. Sementara itu konsumen akan berusaha keras untuk memperoleh penghasilan tambahan agar dapat membeli kebutuhannya.

Namun perlu diketahui bahwa kenaikan harga barang yang tidak wajar dapat menyebabkan kegiatan perekonomian menjadi lesu. Kenaikan harga barang yang terlalu tinggi akan menyebabkan konsumen mengurangi jumlah pembelian atau menghentikan sementara dari kebutuhannya. Adanya hal tersebut, maka kegiatan ekonomi akan menurun dalam waktu tertentu. Setelah adanya kesesuaian antara kemampuan untuk membeli, maka akan terjadi peningkatan kegiatan perekonomian lagi serta adanya tingkat kebutuhan konsumen yang tidak dapat dihindarkan.

Kegiatan perekonomian akan semakin ramai jika ada penanaman modal pada bidang-bidang tersebut. Selain itu, infrastruktur yang menunjang kelancaran mobilitas orang atau barang juga akan meningkatkan kegiatan perekonomian di masyarakat. Penanaman modal


(52)

commit to user

dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki dana yang berlebih. Namun bagi pemerintah, penanaman modal dapat dilakukan untuk menunjang kegiatan perekonomian di masyarakat. Selain mendirikan usaha-usaha yang dapat menyerap tenaga kerja, pemerintah juga menanamkan modal untuk meningkatkan infrastruktur. Adanya peningkatan infrastruktur seperti jalan, maka kegiatan ekonomi masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan ini tentunya juga akan meningkatkan jumlah retribusi atau pajak sebagai masukan atau pendapatan daerah.

Tingkat inflasi yang dapat dikendalikan dan juga adanya investasi yang ditanamkan oleh pemerintah daerah, akan dapat meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat. Peningkatan kegiatan perekonomian tentunya juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga ada pengaruh inflasi dan investasi secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.


(53)

commit to user

2. Diduga ada pengaruh inflasi dan investasi secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.


(54)

commit to user

54 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

G. Ruang Lingkup

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Solo Raya, yang meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Sragen. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa Solo Raya merupakan daerah yang memiliki wilayah dengan kondisi dan potensi alam yang cukup potensial yang belum dikembangkan secara maksimal.

H. Sumber dan Jenis Data

Penelitian ini meliputi wilayah Solo Raya dengan menggunakan data dokumen selama kurun waktu tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Data diambil selama 5 (lima) tahun terakhir sampai dengan tahun 2009, yang berarti data penelitian ini mulai dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif statistik, di mana data yang dikumpulkan adalah berupa data yang bersifat kuantatif, kemudian diolah dengan teknik statistik yang sesuai untuk dapat menjelaskan keadaan yang ada.

Data diperoleh dari instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini, yaitu data tentang inflasi dan investasi dan data tentang Pertumbuhan Ekonomi. Data yang digunakan tersebut


(55)

commit to user

merupakan time series dan cross section (data panel) selama kurun waktu tahun 2004-2009, pada 7 (tujuh) wilayah (6 kabupaten dan 1 kota)

I. Konsep dan Pengukuran Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi yaitu cara memperoleh data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap fenomena yang diteliti. Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis data yang diperlukan.

2. Dokumentasi

Data dokumen dalam penelitian ini diperoleh dari Kantor Pemerintah Daerah atau Instansi/Lembaga Pemerintahan terkait, yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah.

3. Teknik Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan menggunakan pedoman dari buku-buku literatur yang ada hubungannya dengan penyusunan skripsi ini dan hasil penelitian terdahulu.


(56)

commit to user

Data yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Adapun definisi operasional dari variabel adalah:

1. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya. Adapun variabel-variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Soloraya (eks Karesidenan Surakarta) pada periode tahun 2004-2009, dalam satuan persen (%).

2. Variabel independen pada penelitian ini adalah tingkat inflasi dan investasi. Indikator variabel tingkat inflasi yang digunakan pada penelitian ini adalah besarnya tingkat inflasi di masing-masing wilayah Soloraya, dalam satuan persen (%). Sedangkan investasi dalam penelitian ini adalah besarnya investasi atau penanaman modal yang dikeluarkan oleh masing-masing wilayah di Soloraya yang diukur dengan mata uang dollar Amerika, dengan maksud untuk menjaga kestabilan data, dalam satuan ribuan dollar Amerika.

K. Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Soloraya adalah model panel data, yaitu:

KKit = α0 + α1Inflasiit + α1Investasiit + еit ... (3.1) Dimana :

KK : pertumbuhan ekonomi

Inflasi : tingkat inflasi di seluruh wilayah Soloraya Investasi : besarnya investasi di wilayah Soloraya


(57)

commit to user α0 : Koefisien intersep

α1 : Koefisien regresi

i : Sektor penelitian ke i; (i = 1,2,3,4……….9)

t : waktu (tahun)

е : variabel pengganggu

L. Teknik Analisis Data

1. Metode Data Panel

Metode data Panel adalah metode yang menggabungkan observasi lintas sektor (cross-section) dan runtun waktu (time series) sehingga mengakibatkan jumlah observasi meningkat. Peningkatan jumlah observasi ini menolong salah satu kendala yang dihadapi dalam penelitian yaitu jumlah observasi yang tidak mencukupi ketika diestimasi dengan runtun waktu atau observasi yang terlalu sedikit ketika diestimasi dengan data lintas sektor untuk menghasilkan estimasi yang efisien (Akbar,2008).

Model panel data dapat mengeluarkan unobserve variabel yang

disebut sebagai individual effect sehingga model produksi tersebut

menjadi lebih baik. Individual effect tersebut dikategorikan dua macam

yaitu Fixed Effect dan Random Effect. Berdasarkan dugaan bahwa jika

sumber data berasal dari sampel maka dugaan model panel adalah

random effect, namum bila sumber data adalah data aggregate maka


(58)

commit to user

Baltagi (1995) (dalam Gujarati, 2003) menyatakan bahwa keunggulan data panel dibandingkan dengan data runtun waktu dan data lintas sektor adalah:

a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap unit.

b. Dengan data panel, data lebih informative, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien.

c. Data panel lebih cocok digunakan untuk menggambarkan adanya dinamika perubahan.

d. Data panel dapat lebih mampu mendeteksi dan mengukur dampak.

e. Data panel dapat digunakan untuk studi dengan model yang lebih lengkap.

f. Data panel dapat meminimumkan bias yang mungkin dihasilkan dalam agregasi.

2. Estimasi Model Data Panel

a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square/Common effect) Teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel yang merupakan data time series dan cross section dengan menggunakan metode OLS, dikenal dengan estimasi Common Effect. Pendekatan tersebut tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Perilaku data antar variabel diasumsikan sama dalam berbagai kurun waktu.


(59)

commit to user

untuk i = 1,2……..N dan t = 1,2………..T di mana i adalah cross-section identifiers dan t adalah time-series

identifier b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil biasa adalah asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar daerah maupun antar waktu. Asumsi ini sangat ketat dan mungkin tidak beralasan. Satu cara untuk memperhatikan “ke-khas-an” unit cross-section atau unit time-series adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda, baik lintas unit cross-section maupun unit waktu.

Pendekatan yang paling sering dilakukan adalah dengan mengizinkan intercept bervariasi antar unit cross-section namun tetap mengasumsikan bahwa slope koefisien adalah konstan antar unit cross-section. Pendekatan dimana ”slope coefficient constant but intercept varies across individuals” dalam literatur dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect model/FEM). Pendekatan tersebut dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:


(60)

commit to user

Persamaan tersebut kini ditambahkan subscript i pada intersep yang menandakan bahwa intercept antar individu mungkin berbeda.

Istilah fixed effect datang dari kenyataan bahwa walaupun intercept mungkin berbeda antar individu, namun intercept tersebut tidak bervariasi sepanjang waktu; dengan kata lain time invariant. Jika menulis intercept sebagai αit, berarti intercept tiap individu adalah time variant. Model tersebut juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar individu dan antar waktu.

Model Fixed Effect dapat diestimasikan dimana intersep berbeda antar individu digunakan metode teknik variabel dummy untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut. Model estimasi ini seringkali disebut dengan teknik Least squares Dummy Variabels (LSDV). Model Fixed Effect dengan teknik variabel dummy dapat ditulis sebagai berikut:

it it it

i i

i

it

D

D

D

X

X

u

Y

=

a

1

+

a

2 2

+

a

3 3

+

a

4 4

+

b

2 2

+

b

3 3

+

... (3.4) dimana :

D2i = 1 untuk variabel 1 = 0 untuk variabel lainnya

model LSDV juga disebut sebagai model covarian. Ho : Pooled Least Square (PLS) Ha : Fixed Effect Model(FEM)


(61)

commit to user

Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow (Aisyah, 2007: 174)sebagai berikut:

(

)

( )

(

R

)

(

N K

)

m R R

F

UR R UR

-=

/ 1

/

2 2 2

... (3.5) Jika nilai F Stat hasil pengujian lebih besar dari F Tabel,

maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.

3. Uji Hipotesis

a. Uji t (Uji signifikansi koefisien regresi )

Untuk mengetahui atau menguji bagaimanakah pengaruh dari satu variabel independen terhadap variabel dependen digunakan uji t test. Adapun prosedurnya adalah (Gujarati dalam Akbar, 2009): 1) Ho: β = 0 (tidak signifikan)

Ha : β ¹ 0 (signifikan)

2) Nilai t tabel à t =a/2,(N -K) a = derajat signifikansi

N = jumlah data yang diobservasi

K = jumlah parameter dalam model termasuk intersep 3) Daerah kritis


(62)

commit to user Sumber: Safarudin Siregar (2004: 74)

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t

4) T hitung:

) B ( se hitung T

1 1

b =

... (3.6) 5) Kesimpulan

Ho diterima, Ha ditolak jika -ta/2:n-k < t hitung < ta/2:n-k

b. Uji F

Merupakan pengujian variabel-variabel independen secara keseluruhan dan serentak yang dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen secara signifikan, prosedurnya sebagai berikut (Gujarati, 2003):

1) Ho : b1 = b2 = b3 = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama).

Daera

Daera Daera


(63)

commit to user

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama).

2) Tingkat keyakinan (level of significance) α = 0,05 F tabel: F(α ; k-1, n-k)

3) Daerah kritis

Sumber: Safarudin Siregar (2004: 102)

Gambar 3.2. Daerah Kritis Uji F 4) F hitung :

F hitung =

) )( 1 (

) 1 /(

2 2

k N R

k R

... (3.7)

dimana:

R2 = koefisien determinasi N = banyaknya observasi

K = banyaknya variabel termasuk konstanta 5) Kesimpulan.

Ho Ho


(64)

n-commit to user

Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel, dapat dikatakan bahwa variabel independent secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

Ho ditolak apabila F hitung > F tabel, dapat dikatakan bahwa yang berarti variabel independen secara nyata berpengaruh terhadap variabel dependen secara bersama-sama.

c. Uji R2

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel terikat. Koefisien determinasi menyatakan proporsi atau prosentase total varian dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai R2 mempunyai range antara 0 dan 1. Apabila nilai R2 = 1 ini menunjukkan bahwa variasi dari variabel independen mampu menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Sebaliknya jika R2 = 0 maka variasi dari variabel independen tidak menjelaskan sedikitpun terhadap variasi dari variabel dependen. Ketetapan pemilihan variabel dikatakan lebih baik jika R2 semakin mendekati 1. Sedangkan bila R2 mendekati nol maka pemilihan variabel yang ingin digunakan semakin kurang tepat (Gujarati 2003).


(65)

commit to user

Uji asumsi klasik adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan. Pengujian ini terdiri dari uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan linear di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Dalam analisis regresi dipersyaratkan tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel bebas atau dalam hal ini adalah tidak adanya hubungan antar variabel bebas. Untuk menguji multikolinearitas antar variabel independen, dapat digunakan analisis regresi sederhana antara variabel independen (Nugroho Budiyuwono, 1995: 288). Dengan demikian maka jika antar variabel bebas terdapat hubungan yang signifikan, berarti terjadi multikolinearitas. Sebaliknya jika tidak ada hubungan antar variabel bebas, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.

b. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu asumsi kritis dari model regresi linear klasik bahwa gangguan Ui semuanya mempunyai varians yang sama. Jika asumsi ini tidak bisa dipenuhi, kita mempunyai heteroskedastisitas yang tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir Metode Ordinary Least Square (OLS). Tetapi penaksiran ini tidak lagi mempunyai varians minimun atau efisien. Dengan perkataan lain, mereka


(66)

commit to user

tidak lagi Best Linear Unbiassed Estiamation (BLUE). Penaksir BLUE diberikan oleh metode kuadrat terkecil tertimbang (Damodar Gujarati, terjemahan Sumarno Zain, 2003:194).

Salah satu langkah yang digunakan untuk menguji Heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser. Adapun langkah pengujiannya dilakukan melalui dua tahap yaitu :

Lakukan regresi OLS data mengenai C dan Xn serta dapatkan residual ei. Lakukan regresi absolut ei, [ei] satu persatu

terhadap variabel X yang diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan d2. Hasil analisis kemudian disimpulkan dengan

ketentuan sebagai berikut:

Jika thitung < ttabel, maka terjadi heteroskedastisitas atau varians pengganggu tidak konstan. Sebaliknya jika thitung > ttabel,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau varians pengganggu konstan.

c. Autokorelasi

Salah satu asumsi penting dari model regresi linear klasik adalah bahwa kesalahan atau gangguan Ui yang masuk ke dalam fungsi regresi populasi adalah random atau tidak berkorelasi. Problem serial korelasi atau autokorelasi. (Damodar Gujarati, terjemahan Sumarno Zain, 2003:194).


(67)

commit to user

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah di antara kesalahan pengganggu yang saling berurutan terjadi korelasi atau tidak. Pengujian autokorelasi ini umumnya dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson, dimana nilai diperoleh secara langsung dari perhitungan komputer. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut (Purbayu Budi Santoso dan Ashari, 2005: 241) :

1) Ho tidak ada autokorelasi positif jika :

d < dl = menolak Ho

d > dU = tidak menolak Ho

dl £ d £ dU = pengujian tidak menyakinkan

2) Ho tidak ada autokorelasi negatif jika :

d > 4-dl = menolak Ho

d < 4-dU = tidak menolak Ho

4– dU £ d £ 4-dl = pengujian tidak menyakinkan 3) Ho tidak ada autokorelasi positif maupun negatif jika :

d < dl = menolak Ho

d > 4-dl = menolak Ho

dU < d < 4-dU = tidak menolak Ho


(68)

commit to user

Hasil perhitungan Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan tabel yang menunjukkan daerah Durbin Watson sebagaimana pada gambar di bawah ini:

o dl dU 4-du 4-dl 4 Daera h Tolak Ho Bukti Autok orelasi (+) D a er a h R a g u-ra g u D a e r a h t e r i m a Da era h Ra gu-rag u Daerah tolak Ho Bukti Autokor elasi (-)

Sumber: Purbayu Budi Santoso dan Ashari (2005: 242)

Gambar 3.3.


(69)

commit to user

69 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis hasil penelitian tentang pengaruh inflasi dan Investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Soloraya, yang meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Sragen. Model analisis yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut adalah model regresi linier berganda dengan data panel. Analisis dilakukan dengan menggunakan program statistik e-views. Sebelum pada pembahasan lebih lanjut, dalam penulisan ini terlebih akan dikemukakan deskripsi lokasi, deskripsi data variabel penelitian, kemudian dilanjutkan dengan hasil analisis data, kesimpulan hasil analisis data, dan pembahasan.

F. Gambaran umum

1. Kota Surakarta

a. Letak Geografis

Wilayah Kota Surakarta merupakan kota besar di Jawa Tengah yang terletak di tengah pulau Jawa dan menjadi penghubung kota-kota besar lain, seperti Semarang maupun Yogyakarta dan Surabaya. Kota Surakarta merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter dari


(70)

commit to user

permukaan laut dan luas wilayah 44,06 km2, yang terletak pada 110° 45° 15˝ s/d 110° 45° 35˝ Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d 7° 56° Lintang Selatan. Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar di sebelah timur, dan di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.

b. Kependudukan

Keadaan penduduk Kota Surakarta, berdasarkan pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 tercatat sebesar 516.514 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta (Jiwa)

N o

T a h u n

Jumla h

P e n d u d

Ken a i k a n

Prose n t a s e


(71)

commit to user u k

1 20

0 4

510.7 1

1 - 0%

2 20

0 5 534.5 4 0 23.8 2

9 4,67

3 20 0 6 512.8 9 8 -2 1 . 6 4

2 -4,05

4 20

0 7 515.3 7 2 2.47

4 0,48

5 20

0 8

514.9 4

8 -424 -0,08

6 20

0

516.5 1

1.56


(72)

commit to user

9 4

Sumber: BPS Surakarta Dalam Angka, 2004-2009

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kota Surakarta mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2005, meningkat sebesar 4,67, sedangkan penurunan yang mencolok terjadi pada tahun 2006 menurun sebesar 4,05%.

2. Kabupaten Boyolali

a. Letak Geografis

Kabupaten Boyolali membentang dari barat-timur sepanjang 49 km dan utara-selatan sepanjang 54 km. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah kurang-lebih 101.510.965 ha atau kurang dari 4,5% luas provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali terletak 110° 22° s/d 110° 50° Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d 7° 71° Lintang Selatan. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali adalah sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Grobogan. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan dengan


(73)

commit to user

wilayah Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan Kota Semarang.

b. Kependudukan

Keadaan penduduk Kabupaten Boyolali, berdasarkan pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 tercatat sebesar 879.654 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali (Jiwa)

N o

T a h u n

Jumla h

P e n d u d u k

Ken a i k a n

Prose n t a s e


(74)

commit to user 0

4

8

2 20

0 5

85675 5

2.27

7 0,27

3 20

0 6

86109 0

4.33

5 0,51

4 20

0 7

86574 3

4.65

3 0,54

5 20

0 8

87632 9

10.5 8

6 1,22

6 20

0 9

87965 4

3.32

5 0,38

Sumber: BPS Boyolali Dalam Angka, 2004-2009

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2008 meningkat sebesar 1,22%.


(1)

commit to user

112

D-W dL dU

4 -d U Kriteria Ket e r a n g a n 1 . 9 6 1 , 3 9

1,60 2,40 1,39 < 1.96< 2,40

idak ada masalah autokorelasi

Sumber : Data diolah, 2011

Nilai statistik Durbin Watson berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai-nilai taksiran faktor-faktor gangguan yang beruntun. Durbin Watson test merupakan test yang paling sering digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi sehingga tidak perlu dihitung lagi dan langsung bisa dibandingkan dengan nilai statistik Durbin Watson tabel (Ghozali, 2001).


(2)

commit to user

113

Sumber : Hasil Analisis Data, 2011

Gambar 4.5 Hasil Autokorasi

Nilai D-W berada di daerah bebas autokorelasi, yaitu du < D-W < 4-dU yaitu 1,60 > 1.96 > 2,40, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada gangguan autokorelasi dalam regresi.

J. Pembahasan

1. Inflasi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam angka konstan 4.513931 jika inflasi naik 1 satuan maka variabel pertumbuhan ekonomi turun sebesar 0.028 satuan. Pada hasil penelitian ini sesuai dengan teori Vikesh Gokal yang berpendapat bahwa pengujian menunjukkan bahwa pengaruh negatif yang lemah ada di antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Menola k

Daerah T

Meneri m a

Daerah T

Menola k


(3)

commit to user

114

2. Investasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam angka konstan 4.513931 jika investasi naik 1 satuan maka variabel pertumbuhan ekonomi naik 0.00000553 satuan. Pada hasil penelitian ini sesuai dengan dengan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Irwa Purba dari penelitianya, bahwa investasi berhubungan positif dari variabel inflasi mengindikasikanya pentingnya peranan dari usaha untuk peningkatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam perekonomian agar dapat di capai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di Indonesia.

3. Hasil penelitian, variabel independent dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 87,79% dan sebesar 12,21% dijelaskan variabel di luar model.


(4)

commit to user

115

BAB V PENUTUP

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tingkat inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya.

2. Investasi secara parsial berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya.

3. Tingkat inflasi dan investasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Soloraya.

4. Berdasarkan besarnya tingkat pengaruh inflasi dan investasi per wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi, Kota Surakarta merupakan wilayah yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Soloraya. Sehingga daerah tersebut merupakan daerah yang memberikan kontribusi terbesar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di Soloraya. Wilayah yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah Kabupaten Sragen. Selanjutnya adalah Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, dan paling kecil adalah Boyolali.

D. Saran

Dari hasil analisis yang dilakukan maka ada beberapa saran yang dapatdiberikan, yaitu:


(5)

commit to user

116 1. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Soloraya maka bagi pemerintah daerah perlu menambah investasi pada berbagai bidang dengan memilih bidang yang paling menguntungkan menurut perhitungan dan pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Dengan meningkatkan jumlah investasi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Selain itu, juga perlu dilakukan pengendalian inflasi, yang dapat dilakukan dengan melakukan operasi pasar terbuka, agar para pedagang tidak dapat mempermainkan harga.

2. Mendukung daerah yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan membangun infrastruktur untuk memperlancar arus perdagangan, menciptakan iklim yang kondusif agar mempermudah dan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya. Pemerintah juga mempermudah layanan dalam pengurusan usaha, agar masyarakat dapat membuka usaha yang dapat memperluas lapangan kerja. Memberikan insentif untuk daerah-daerah yang masih memiliki potensi agar masyarakat dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di berbagai bidang.


(6)

commit to user


Dokumen yang terkait

Pengaruh Suku Bunga Kredit Investasi, Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Kredit Investasi yang Disalurkan Bank Umum di Indonesia

0 20 97

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2009 2011

1 18 107

Pengaruh Upah minimum Kabupaten Kota (UMK), Pertumbuhan ekonomi, Inflasi terhadap Pengangguran Terbuka di Jawa Tengah tahun 2004 2009

0 12 108

PENGARUH PERTUMBUHAN PENDAPATAN PERKAPITA, TINGKAT INVESTASI DAN TINGKAT INDUSTRIALISASI TERHADAP KEMANDIRIAN DAERAH Studi Kasus Kabupaten dan Kota di Wilayah Soloraya

2 7 190

ANALISIS PENGARUH INFLASI, INVESTASI, UPAH MINIMUM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI EKS- Analisis Pengaruh Inflasi, Investasi, Upah Minimum Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Ekskarisidenan Surakarta Periode Tahun 2010-2014.

1 5 15

ANALISIS PENGARUH INFLASI, INVESTASI, UPAH MINIMUM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI EKS- Analisis Pengaruh Inflasi, Investasi, Upah Minimum Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Ekskarisidenan Surakarta Periode Tahun 2010-2014.

0 4 16

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, PERTUMBUHAN ANALISIS PENGARUH INVESTASI, PERTUMBUHAN EKONOMI, UMR, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA TAHUN 1979 – 2004.

0 1 15

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA.

0 1 84

TAP.COM - PENGARUH INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP PERTUMBUHAN ... 1002 2156 1 SM

0 3 17

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

0 1 10