PENGARUH SKALA USAHA DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHA PRODUSEN PAKAIAN JADI.

(1)

DAFTAR ISI

hal

LEMBAR PENGESAHAN………..

LEMBAR BERITA ACARA ………...

LEMBAR HAK CIPTA ………

LEMBAR PERNYATAAN ……….

LEMBAR KATA MUTIARA ………

ABSTRAK ……….

KATA PENGANTAR ………..

UCAPAN TERIMA KASIH ………

DAFTAR ISI ………..

DAFTAR TABEL ………..

DAFTAR GAMBAR ……….

BAB I : PENDAHULUAN ………...

1.1Latar Belakang ……….

1.2Rumusan Masalah ……….

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ………

1.3.1 Tujuan Penelitian ………

1.3.2 Manfaat Penelitian ………..

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ………..

2.1 Tinjauan Pustaka ……….

2.1.1 Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri …………. 2.1.1.1 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ………….. 2.1.1.2 Karakteristik Usaha Kecil Menengah (UKM) … 2.1.1.3 Industri ..………..……… 2.1.1.4 Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil ……… 2.1.1.5 Teori Pasar ………..………

Pendapatan ………... i ii iii iv v vi vii viii x xiv xvi 1 1 7 8 8 8 10 10 10 10 11 13 17 19


(2)

2.1.2.1 Pengertian Umum Pendapatan ………... 2.1.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

………

2.1.3 Konsep Skala Usaha ……….……….

2.1.3.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Skala Hasil (Return to Scale) ………

2.1.3.2 Cara-cara Perhitungan Skala Hasil (Return to

Scale) ………..

2.1.4 Perilaku Kewirausahaan ……… 2.1.4.1 Perilaku ……….…….………... 2.1.4.2 Kewirausahaan ……….. 2.1.4.3 Perilaku Kewirausahaan ……… 2.1.5 Hasil Penelitian Sebelumnya ……… 2.2 Kerangka Pemikiran …………...………....

2.3 Hipotesis ……….

BAB III : METODE PENELITIAN ………

3.1 Objek Penelitian ………..

3.2 Metode Penelitian ………

3.3 Populasi dan Sampel ………..

3.3.1 Populasi ………..

3.3.2 Sampel ………

3.4 Operasional Variabel ………..

3.5 Teknik Pengumpulan Data ……….

3.6 Teknik Analisis Data ………..

3.6.1 Menghitung Koefisien Regresi ………... 3.6.2 Menghitung Koefisien Determinasi ………... 3.6.3 Pengujian Hipotesis ……… 3.6.3.1 Uji Statistik F (Uji Signifinkasi Simultan) ……

3.6.3.2 Uji Statistik t (Uji Signifinkasi Parsial)…..…… 3.6.4 Uji Normalitas ………

26 27 30 34 39 40 40 42 45 56 62 69 70 70 70 71 71 72 74 77 78 78 79 80 80 81 81


(3)

3.6.5 Uji Asumsi Klasik ………. 3.6.5.1 Multikolenearitas ……… 3.6.5.2 Heteroskedastisitas ………. 3.6.5.3 Autokorelasi ………..

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………..……

4.1 Hasil Penelitian ………

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 4.1.2 Karakteristik Responden ………. 4.1.2.1 Karakteristi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin ………...………

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia …… 4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ………...………

4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama

Usaha ………..

4.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat

Usaha ………..

4.1.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Harga

Jual ………..

4.12.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Harga ….. 4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian ……….. 4.1.3.1 Deskripsi Pendapatan (Y) ……… 4.1.3.2 Deskripsi Skala Usaha (X1) ………….………... 4.1.3.3 Deskripsi Perilaku Kewirausahaan (X2) ………. 4.1.4 Analisis Instrumen Penelitian ………... 4.1.4.1 Uji Validitas ………... 4.1.4.2 Uji Reliabilitas ………. 4.1.5 Hasil Analisis Data ………...

Pengujian Hipotesis ………

82 82 83 85 88 88 88 91 92 93 94 95 97 98 99 100 100 103 106 123 124 125 125


(4)

4.1.6.1 Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ...……… 4.1.6.2 Pengujian Koefisien Regresi Secara Persial (Uji t) ……… 4.1.6.3 Pengujian Koefisien Determinasi (Uji R²) ……. 4.1.6.4 Uji Normalitas ………….……… 4.1.6.5 Uji Asumsi Klasik ………….………..

4.1.6.5.1 Uji Multikolinearitas ……….. 4.1.6.5.2 Uji Heteroskedastisitas ……….. 4.1.6.5.3 Uji Autokorelasi ………

4.2 Pembahasan ……….

4.2.1 Pengaruh Skala Usaha Terhadap Pendapatan ………… 4.2.2 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap

Pendapatan ……….

4.2.3 Implikasi Pendidikan ………..

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………..

5.1 Kesimpulan ………..

5.2 Saran ………

DAFTAR PUSTAKA ………

LAMPIRAN ………...

127

128 129 130 131 131 132 133 134 135

137 141

148 148 149

152 155


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Perkembangan Pendapatan Usaha Pada Produsen

Pakaian Jadi di Cigondewah ……..……….. Tabel 1.2 : Pertumbuhan Pendapatan Usaha Pada Produsen

Pakaian Jadi di Cigondewah ……..………..

Tabel 3.1 : Operasional Variabel ………

Tabel 3.2 : Uji Statistik Durbin-Watson d ………. Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……. Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………. Tabel 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan . Tabel 4.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ……… Tabel 4.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Usaha …… Tabel 4.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Harga Jual ………... Tabel 4.7 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Mesin

Produksi ………

Tabel 4.8 : Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendapatan …………. Tabel 4.9 : Klasifikasi Responden Berdasarkan Elastisitas Biaya ……. Tabel 4.10 : Skala Perilaku Kewirausahaan ………. Tabel 4.11 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Desire

for Responsibility……….

Tabel 4.12 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Preference for Moderate Risk………. Tabel 4.13 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal

Confidence in Their Ability to Success ……… Tabel 4.14 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal

Desire for Immediate Feedback……….. Tabel 4.15 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal

High Level of Energy …..……….

Tabel 4.16 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal

5 6 74 86 92 93 94 96 97 98 99 102 105 106 107 110 111 114 116


(6)

Future Orientation ………... Tabel 4.17 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal

Skill at Organizing………..

Tabel 4.18 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal

Value of Achievment Over Money………

Tabel 4.19 : Uji Validitas Perilaku Kewirausahaan ……….

Tabel 4.20 : Uji Reliabilitas ……….

Tabel 4.21 : Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ………..

Tabel 4.22 : Hasil Uji t ……….

Tabel 4.23 : Hasil Uji Multikolinearitas ……….. Tabel 4.24 : Hasil Uji Heteroskedastisitas ………...

Tabel 4.25 : Pengujian Autokorelasi ………

118

120

122 124 125 127 129 131 132 134


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Pertumbuhan Pendapatan Usaha Pada Produsen Pakaian Jadi di Cigondewah ……….. Gambar 2.1 : Tiga Kondisi Keseimbangan Jangka Pendek Pasar

Monopolistik ………..

Gambar 2.2 : Keseimbangan Jangka Panjang Pasar Monopolistik ……. Gambar 2.3 : Dampak Skala Usaha Terhadap Pendapatan Produsen

Pakaian Jadi di Cigondewah ……….. Gambar 2.4 : Dampak Perilaku Kewirausahaan Terhadap Pendapatan

Produsen Pakaian Jadi di Cigondewah ………..

Gambar 2.5 : Kerangka Pemikiran ………..

Gambar 3.1 : Grafik Statistik Durbin-Watson ………. Gambar 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ….. Gambar 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………. Gambar 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ……….

Gambar 4.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha …… Gambar 4.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Usaha … Gambar 4.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Harga Jual ………. Gambar 4.7 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Mesin

Produksi ………

Gambar 4.8 : Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendapatan ………. Gambar 4.9 : Klasifikasi Responden Berdasarkan Elastisitas Biaya …. Gambar 4.10 : Uji Normalitas Jarque-Berra ………. Gambar 4.11 : Uji Statistik Durbin-Watson d ………...

6

23 25

66

68 69 87 92 94

95 96 97 99

100 103 105 130 133


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia terus berupaya untuk bangkit dan memperbaharui perekonomian masyarakat. Pasca dilanda krisis ekonomi pada tahun 1997, kondisi perekonomian Indonesia mulai menurun dan penurunan itu ternyata merambah pada berbagai sektor di mulai dari segi ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan dan lainnya. Perjuangan Indonesia untuk memperbaiki tatanan negara ternyata dihadapkan pada berbagai permasalahan sehingga menghambat jalannya pembangunan. Bahkan di usianya yang lebih dari 66 tahun kemerdekaan, ternyata Indonesia masih belum bisa menciptakan kesejahteraan yang merata bagi rakyatnya.

Pemerintah melakukan perbaikan di berbagai bidang sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian, sebagai bentuk awal dari penataan kembali kondisi negara. Sehingga permasalahan yang menjadi sorotan di Indonesia adalah mengenai permasalahan ekonomi, jika kondisi ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup baik, maka akan diikuti oleh membaiknya kondisi sektor-sektor lain.

Salah satu sektor yang membaik dalam perubahan ekonomi Idonesia adalah sektor industri yang terbagi menjadi 14 golongan, dimulai dari industri makanan, industri pengolahan, sampai pada industri daur ulang, semuanya tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Salah satunya di wilayah Provinsi Jawa


(9)

Barat. Provinsi Jawa Barat merupakan contoh pembangunan di Indonesia, karena di Jawa Barat ini merupakan salah satu pusat industri yang cukup banyak di temukan. Industri di Jawa Barat semuanya terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta.

Adapun kota yang memiliki industri cukup banyak adalah di Kota Bandung. Sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat, di Kota Bandung Industri yang bisa di jumpai misalnya, industri tekstil, industri pakaian jadi, industri makanan, industri pengolahan, industri kulit dan barang dari kulit serta industri lainnya yang dalam satu sektor industri itu memiliki banyak produsen yang terbagi menjadi produsen skala kecil, produsen skala menengah dan produsen skala besar. Dari sekian jenis industri yang ada, Kota Bandung Khususnya di Cigondewah lebih dikenal dengan industri tekstilnya dan juga industri pakaian jadi misalnya baju, celana, sprei, gorden, dan sebagainya, yang dikelola oleh beberapa produsen dan banyak diminati oleh masyarakat sebagai konsumennya.

Semakin tingginya kebutuhan di masyarakat akan bahan pakaian jadi ini ternyata memunculkan produsen-produsen baru di lingkungan industri pakaian jadi di Cigondewah. Dengan munculnya produsen baru, maka secara langsung dan tidak langsung ternyata memberikan dampak yang cukup baik bagi masyarakat, seperti halnya adalah dengan peningkatan jumlah produsen maka terjadi penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat, dimana tingginya angka pengangguran dapat di tekan dengan adanya lapangan usaha baru. Selain itu bertambahnya jumlah produsen ini menambah pendapatan daerah, karena semakin banyak


(10)

produsen yang membuka usaha ini maka penerimaan pajak bagi negara akan bertambah besar.

Namun keadaan ekonomi yang kurang baik membawa pengaruh pula pada sektor industri pakaian jadi di Cigondewah ini. Sebelum terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dalam sebulan mampu memproduksi pakaian jadi dalam berbagai jenis model pakaian jadi sampai rata-rata ± 5.000-10.000 potong/ bulan sesuai dengan permintaan pasar ditambah dari order yang diberikan oleh perusahaan tekstil besar, namun saat ini rata-rata 1000 potong/ bulan kain saja belum tentu terjual habis dalam sebulan, dan kebanyakan para pengusaha hanya memproduksi sesuai dengan pesanan konsumen seadanya saja atau bekerja sama dengan industri-industri yang lebih besar.

Tidak stabilnya kondisi ekonomi Indonesia yang mengakibatkan harga bahan baku menjadi tidak menentu dan semakin banyaknya pesaing-pesaing yang lebih kuat dimana perilaku kewirausahaan yang kurang baik dalam penanganan usahanya sendiri dan didorong pula oleh masalah permodalan dan lain sebagainya. Maka bisnis pakaian menjadi lesu yang berimbas pada penurunan pendapatan usaha para pengusaha kain di cigondewah. Satu persatu produsen rontok dan terancam gulung tikar. Seiring dengan itu, jumlah produsen pakaian jadi di Cigondewah berangsur menurun.

Dengan pengurangan kapasitas produksi setiap perusahaan hingga beberapa produsen tidak mampu bersaing terutama untuk produsen skala kecil dan menengah, diikuti pula oleh semakin meningkatnya harga faktor produksi yang di


(11)

gunakan dalam proses produksi pakaian jadi karena industri lokal Indonesia dibebani ekonomi biaya tinggi. Biaya produksi setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan perbandingan antara biaya produksi dengan kenaikan output dinilai tidak proporsional, karena kenaikan biaya produksi jauh lebih besar dari peningkatan output produksi dan tidak sebanding dengan modal dan perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh para pengusaha pakaian Cigondewah, sehingga akan mempengaruhi skala hasil usahanya dan mengakibatkan pendapatan para pengusaha semakin berkurang.

Bachtiar Hasan (2003;19) mengemukakan masalah yang dihadapi industri kecil merupakan masalah klasik sebagai berikut :

1. Masalah kurangnya keterampilan dan jangkauan menggunakan kesempatan yang meliputi kewiraswastaan, pengelolaan usaha dan organisasi.

2. Masalah kurangnya pengetahuan pemasaran dan sempitnya daerah pemasaran

3. Langkanya modal

4. Masalah teknis dan teknologi, yang meliputi dan pengetahuan produksi, kualitas, pengembangan dan peragaman produk.

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh penulis, didapatkan pendapatan yang diperoleh dari bulan Juli sampai dengan Desember 2011. Berikut merupakan data pendapatan usaha pada produsen pakaian jadi di Cigondewah :


(12)

Tabel 1.1

Perkembangan Pendapatan Usaha Pada Produsen Pakaian Jadi di Cigondewah Kec. Bandung Kulon

Periode Juli-Desember 2011 (Dalam Rupiah)

Sumber: Pra Penelitian dari 10 Responden

Berdasarkan tabel 1.1 di atas yang di ambil dari data perkembangan pendapatan usaha para produsen kain di Cigondewah, bahwa para produsen memiliki pendapatan yang fluktuatif menurun, pendapatan rata-rata Juli 2011 sejumlah Rp. 338.500.000,- dan pendapatan rata-rata Desember 2011 sejumlah Rp. 168.100.000,-, atau dalam 6 bulan terjadi penurunan sebesar kurang lebih 21.4 %. Hal tersebut disebabkan besarnya jumlah konsumen lebih memilih pasar dengan harga barang yang lebih murah dengan kualitas yang mampu bersaing dengan keberagaman jenis barang, dengan lokasi yang lebih strategis daripada Cigondewah, dan ada juga dari produsen yang mengatakan bahwa faktor modal yang tidak bisa di manage dengan baik, sehingga tidak bisa mempertahankan omset yang ada sebelumnya. Adapun pertumbuhan pendapatan produsen pakaian jadi di Cigondewah dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

No

Nama Pengusaha/

Toko

PENDAPATAN

Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

1 Ibu Yuli 38,000,000 44,000,000 21,000,000 11,900,000 22,900,000 20,000,000 2 Bpk. Gun gun 33,000,000 45,000,000 29,500,000 32,500,000 22,500,000 10,000,000 3 Ardila 30,000,000 41,050,000 23,500,000 22,100,000 12,100,000 11,500,000 4 Lotus Textile 45,900,000 55,000,000 47,500,000 24,000,000 23,500,000 18,700,000 5 Rizki Mandiri 40,000,000 50,000,000 23,000,000 23,000,000 23,500,000 22,500,000 6 Vina Textile 27,000,000 49,500,000 33,250,000 12,500,000 22,000,000 21,900,000 7 Mustofa Jaya 30,600,000 45,000,000 34,500,000 34,500,000 23,980,000 20,000,000 8 Hikmah Putra 26,000,000 51,580,000 23,000,000 42,500,000 22,200,000 15,000,000 9 Rizki Ilahi 38,000,000 45,890,000 24,050,000 34,000,000 23,500,000 15,500,000 10 Sb. Sandang 30,000,000 35,000,000 24,500,000 33,500,000 22,500,000 13,000,000


(13)

Tabel 1.2

Pertumbuhan Pendapatan Usaha Pada Produsen Pakaian Jadi di Cigondewah

Periode Juli-Desember 2011 Bulan

Rata-rata Pendapatan

(Rp)

Pertumbuhan Pendapatan

(%)

Juli 338,500,000 -

Agustus 462,020,000 36.5 %

September 283,800,000 -38.6 %

Oktober 270,500,000 -4.7%

Nopember 218,680,000 -19.2%

Desember 168,100,000 -23.1%

Sumber: Pra Penelitian dari 10 Responden Data diolah

Gambar 1.1

Pertumbuhan Pendapatan Usaha Pada Produsen Pakaian Jadi di Cigondewah

Periode Juli-Desember 2011

Dilihat dari data rata-rata frekuensi pendapatan usaha di atas terlihat antara bulan Agustus dan September tahun 2011 terjadi penurunan pendapatan sampai dengan -38.6 %, sedangkan pada bulan selanjutnya sampai dengan bulan Desember 2011 frekuensi pendapatan pengusaha kain di cigondewah terus terjadi penurunan dengan rata-rata frekuensi pendapatan dalam bulan Oktober sampai

Juli Agust Sept Okto Nop Des

Pertumbuhan Pendapatan 0 36,5% -38,6% -4,7% -19,2% -23,1% -60%

-40% -20% 0% 20% 40% 60%


(14)

dengan bulan Desember sebesar -15.7 % hal ini menunjukkan frekuensi pendapatan yang terus menerus berfluktuatif menurun dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember tahun 2011.

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang telah diuraikan dalam

judul: PENGARUH SKALA USAHA DAN PERILAKU

KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHA PRUDUSEN PAKAIAN JADI.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha pada produsen pakaian jadi di Cigondewah Kecamatan Bandung Kulon. Dengan adanya penurunan jumlah pendapatan usaha pakaian jadi di Cigondewah maka dari itu penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran skala usaha, perilaku kewirausahaan, dan pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah?

2. Bagaimana pengaruh skala usaha terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah?

3. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah?


(15)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk melihat gambaran perubahan skala usaha, perilaku kewirausahaan, dan pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah.

2. Untuk mengetahui pengaruh skala usaha terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah.

3. Untuk mengetahui pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai pendapatan pada usaha pada produsen pakaian jadi di Cigondewah

2) Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha pada produsen pakaian jadi di Cigondewah

3) Sebagai bahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi berbagai pihak, diantaranya bagi para produsen pakaian jadi di Cigondewah dalam pencapaian jumlah pendapatan maksimal.


(16)

4) Sebagai bahan kajian dan pengembangan lebih lanjut khususnya tentang pengaruh skala usaha dan perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan usaha pada produsen pakaian jadi di Cigondewah


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan adalah meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas diantaranya skala usaha (X1) dan perilaku kewirausahaan (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah pendapatan (Y). Objek dalam penelitian ini adalah para pengusaha/produsen pakaian jadi yang ada di Cigondewah.

3.2 Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang dilakukan atau yang diambil oleh peneliti untuk mengkaji masalah-masalah yang dihadapi.

”Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”Suharsimi Arikunto (2002:136)

”Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya.”

Untuk itu peneliti harus memilih salah satu metode penelitian yang sesuai agar masalah yang ada dapat dipecahkan dengan tepat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey eksplanatory atau

penjelasan. ”Metode survey eksplanatory yaitu suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat


(18)

pengumpulan data yang pokok dan menjelaskan hubungan kausal antara

variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.” (Masri Singarimbun, 1995:5)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Suharsimi Arikunto (2003: 130-131) mengemukakan bahwa ”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau totalitas kelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai, benda-benda atau peristiwa yang menjadi sumber data untuk suatu penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 51) ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”

Berdasarkan definisi tersebut, dan berdasarkan masalah yang hendak diteliti maka yang menjadi ukuran populasi dalam penelitian ini adalah seluruh produsen pakaian jadi di Cigondewah yang berjumlah 125 produsen pakaian jadi yang tersebar di daerah Cigondewah, data ini didapat dari hasil survey secara acak yang dilakukan oleh penulis. Sebanyak 26 produsen tercatat sebagai produsen skala besar dan 99 produsen skala kecil menengah dilihat dari besaran pendapatan yang didapatkannya secara objektif. Penulis memilih sumber penelitian pakaian jadi di Cigondewah karena besaran pengusaha yang mengalami penurunan pendapatan hampir seluruh responden yang didapat dari hasil survey pra penelitian.


(19)

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 117) “Sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti.” Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 56) “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.” Karena penelitian ini tidak mungkin dilakukan pada semua produsen, mengingat jumlah populasinya yang cukup besar, dan juga tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya.

Masih diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2002: 112), untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20%-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti

Selain itu, kriteria pengambilan sampel harus memenuhi beberapa syarat, yaitu sampel yang diambil harus dapat memberikan gambaran yang bisa dipercaya mengenai populasi secara keseluruhan, dapat menentukan presisi yaitu tingkat ketetapan yang ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari catatan lengkap, dengan syarat bahwa keadaan dimana kedua metode dilakukan sama,


(20)

sederhana sehingga mudah dilaksanakan, dapat memberikan hasil yang maksimal dengan resiko biaya minimal.

Mengacu pada pendapat para ahli di atas dan karena keterbatasan akan waktu dan biaya yang dimiliki penulis, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportional random sampling seperti yang dikatakan Kartono (Skripsi Noria Mardiyani, 2010 : 67) yang dimaksud proportional random sampling, yaitu sampel yang terdiri atas sub sampel yang besarnya sesuai dengan sub populasi yang diambil secara random atau acak dengan pengambilan sampel secara proporsional.

. Dalam penentuan jumlah sampel produsen pakaian di Cigondewah, dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

� = � 1 +� 2

(Riduwan, 2004: 65)

Keterangan:

n = Ukuran sampel keseluruhan

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

Dengan menggunakan rumus di atas didapat sampel pengusaha tekstil Cigondewah sebagai berikut:

�= �

1 +� 2 =

125 1 + 125 (0.05)2


(21)

Dari perhitungan di atas, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 95 produsen pakaian jadi di Cigondewah

3.4 Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel dilakukan untuk menghindari kekeliruan dalam penafsiran masalah sehingga harus diberi batasan secara operasional. Operasionalisasi variabel yang akan di teliti di kelompokkan ke dalam tiga konsep yaitu, konsep teoritis, konsep empiris dan konsep analisis. Konsep teoritis yaitu mendefinisikan konstruk dengan konstruk lain. Kemudian konsep empiris adalah mendefinisikan konstruk atau variabel penelitian menurut dimensi dan atau indikator yang dapat diukur secara empiris, serta konsep analitis adalah menguraikan dari mana data diperoleh dan bagaimana format alat pengumpulan data akan disusun. (Kusnendi, 2005: 60). Adapun bentuk operasionalisasinya pada tabel :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala

Pendapatan (Y)

Jumlah hasil seluruh

penerimaan yang diterima oleh pengusaha

Jumlah

pendapatan yang diterima oleh produsen pakaian jadi pada satu bulan terakhir dinyatakan dengan rupiah

Data diperoleh dari jawaban responden yang diukur dari total penerimaan yang didapat

TR= P.Q

Dimana: P = harga / unit Q = Kuantitas barang yang terjual


(22)

SkalaUsaha (X1) Pengaruh peningkatan skala input terhadap kuantitas output yang diproduksi yang mencerminkan keresponsifan produk total bilamana semua input ditingkatkan secara proporsional Perbandingan sejauh mana output berubah akibat perubahan tertentu dalam kuantitas semua input yang dipakai dalam produksi

Data diperoleh dari jawaban responden menurut Tingkat skala usahadiukur oleh elastisitas biaya dengan rumus Q TC c    % % 

(James L Papas (1995:391)

Keterangan:

c = elastisitas biaya

TC = selisih biaya produksi

Q = selisih produksi

Q = jumlah produksi awal TC = jumlah biaya produksi awal Interval Perilaku Kewirausaha an (X2) Proses pene-rapan kreativitas dan inovasi untuk meme-cahkan masalah dan menggali peluang yang dihadapi setiap orang dalam setiap hasil Perilaku kewirausahaan dilihat dari delapan karakteristik yan dikemukakan oleh Scarborough dan Thomas W. Zimmerer dalam (Suryana,

2006:24) sebagai berikut :

Desire for responsibility

data diperoleh dari jawaban responden yang diukur dari indikator perilaku kewirausahaan :

 Memiliki tanggung jawab atas usaha :

-siap ganti rugi

-jaminan kesehatan pekerja


(23)

Preference for moderat risk

Confidence in their ability to success

Desire for immediate feedback

High level of energy

Future orientation

Skill at organizing

 Tidak melakukan spekulasi

-Menjanjikan sesuatu di luar batas kemampuan

 Menunjukan kepercayaan diri yang besar

-Memiliki cirri khas dari barang produksi  Melakukan antisipasi dari perubahan iklim usaha -Differensiasi produk -Update motif

 Memiliki semangat tinggi

-Ada target -Ada rancang

waktu  Mengelola berdasarkan perencanaan masa depan. - Perbesar usaha

- buka usaha di tempat lain - Memiliki Keahlian dalam menangani usaha - Pengkoordi nasian usaha


(24)

Value of achievement over money

- Penghitung an

manajemen usaha

 Menilai uang sebagai sumber daya bukan tujuan akhir

- Kegiatan sosial - Investasi

lanjutan

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara dan alat yang dipakai dalam memperoleh informasi atau keterangan mengenai objek penelitian. Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapu cara Pengumpulan data dalam penelitian ini sesuai yang dikemukakan Suryana (2000: 20)adalah sebagai berikut :

a. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan pertanyaan secara langsung dan menggunakan daftar pertanyaan kepada responden tentang objek penelitian.

b. Observasi, yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan yang diteliti.

c. Angket atau kuisioner yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan pertanyaan secara langsung dan menggunakan daftar pertanyaan kepada responden tentang objek penelitian.


(25)

Agar data yang kita perlukan sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka ada beberapa prosedur dalam pengambilan data diantaranya:

a. Pengurusan surat izin penelitian pada pihak-pihak yang bersangkutan. b. Penyusunan dan penyeleksian responden.

c. Penyusunan pertanyaan berupa perilaku kewirausahaan, skala usaha, dan pendapatan.

d. Menyebarkan angket pada setiap responden

e. Mentabulasi data angket dan menganalisis hasil angket. f. Melaporkan hasil penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Menghitung Koefisien Regresi

Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat yaitu hubungan antara skala usaha (X1), dan perilaku kewirausahaan (X2) terhadap pendapatan (Y) serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

a. Hubungan antara variabel X dengan Y:

Y = β0+ β1X1+ β2X2 + ε

Keterangan: Y = Pendapatan X1 = Skala Usaha

X2 = Perilaku Kewirausahaan

β0 = Konstanta

βi = Koefisien regresi

ε = disturbance term (variabel pengganggu) β1, β2 = koefisien masing-masing variabel


(26)

Persamaan regresi diatas harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimated), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan t tidak boleh bias. b. Menentukan nilai koefisien regresi β0, β1, dan β2 dengan metode kuadrat

terkecil (Ordinary Least Squere).

c. Melakukan pengujian regresi linear berganda, meliputi uji koefisien regresi, serta uji asumsi.

3.6.2 Menghitung Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan cara untuk mengukur ketepatan

suatu garis regresi. Menurut Damodar Gujarati (1998: 98) dijelaskan bahwa Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat

kemampuan menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Untuk mencari rumus R2 digunakan rumus:

2 1 2

2

2 ˆ 1,2,3, 2 13,2 3

i i i y iyi x b iy x b y y TSS ESS R         

k

 

F n k

F k R      1 1 2

Damodar Gujarati (1998)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0< 2<1). Dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jika R2 semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

2) Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(27)

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Sesuai dengan rumusan masalah bahwa pengujian hipotesis terbagi menjadi uji statistik secara simultan dan uji statistik secara parsial.

3.6.3.1Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)

Uji F hitung bertujuan untuk menghitung pengaruh bersama variabel bebas

secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah

(Damodar Gujarati, 1998: 116) Keterangan: R = nilai koefisien korelasi ganda

k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel

Untuk melakukan uji signifikansi simultan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan F hitung

dengan F tabel.

 Hipotesis :

H0 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.

Ha : Terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.

Jika probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak. Jika probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima.

Sedangkan uji signifikansi simultan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel,:

 Hipotesis :

H0 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.

Ha : Terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.

Jika Fhitung > Ftabel 0,05 maka H0 ditolak.

Jika F hitung < F tabel 0,05 maka H0 diterima

2 2

/

(1 ) / 1 R k F

R n k


(28)

3.6.3.2Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial)

Uji parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variable X secara individu mampu menjelaskan variable Y. Uji t statistic ini menggunakan rumus :

= � 1 − �1 (� 1)

(Damodar Gujarati, 1998: 116)

Hipotesis dalam penelitian ini secara statistic dapat dirumuskan sebagai berikut :

- Ho : β ≤ 0 artinya tidak ada pengaruh antara variable X terhadap variable Y

- Ha : β > 0 artinya tidak ada pengaruh positif antara variable X terhadap variable Y Kaidah keputusan :

Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis adalah menerima Ho jika t hitung < t table dan menolak Ho jika t hitung > t table. dalam pengujian hipotesis

melalui uji t tingkat kesalahan yang digunakan peneliti adalah 5 % atau 0,05 pada taraf signifikasi 95 %.

3.6.4 Uji Normalitas

Dengan diadakannya uji normalitas, maka dapat diketahui sifat distribusi dari data penelitian. Dengan demikian dapat diketahui normal tidaknya sebaran data yang bersangkutan. Uji normalitas adalah pengujian yang ditujukan untuk mengetahui sifat distribusi data penelitian. Untuk mendeteksi normal tidaknya faktor pengganggu dapat dipergunakan metode Jarque-Bera Test (JB-Test).


(29)

   

 2 2

3 4 1

6 S K

k N JB

Di mana : S = Skweness, K = Kurtosis, N = jumlah data, dan k = jumlah parameter dalam model (jumlah variabel independen ditambah konstanta).

Program Eviews, secara langsung menghitung nilai koefisien Jarque Bera. Selanjutnya nilai JBhitung = χ2hitung dibandingkan dengan χ2tabel. Jika JBhitung > χ2tabel

maka H0 yang menyatakan residual berdistribusi normal ditolak, begitupun

sebaliknya, Jika JBhitung < χ2tabel maka H1 diterima berarti residual berdistribusi

normal diterima.

3.6.5 Uji Asumsi Klasik 3.6.5.1Multikolinieritas

Multikolinearitas merupakan kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel- variabel bebas Xi dan hubungan yang terjadi cukup

besar. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mudrajad Kuncoro (2004: 98) bahwa uji multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan liner yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Ini suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi karena in economics, everything depends on everything else.

Terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan untuk mengetahui Multikolinearitas diantaranya adalah :

Dalam menguji multikolinearitas di dalam model lebih tepat dilakukan dengan Uji Klien melalui regresi masing-masing variabel independen terhadap seluruh variabel independen lainnya, untuk mendapatkan nilai R2 masing-masing


(30)

regresi parsial. Regresi ini disebut auxiliary regression. Maka model yang digunakan yaitu: X1= f(X2, X3,X4); X2 = f(X1, X3,X4). Kemudian nilai R2 masing-masing regresi parsial dibandingkan dengan nilai R2 model estimasi awal, apabila R2 regresiparsial> R2 estimasiterjadi multikolinearitas.

Setiap koefisien determinasi (R²) dari regresi auxiliary ini kita gunakan untuk menghitung distribusi F dan kemudian digunakan untuk mengevalusi apakah model tersebut mengandung multikolinearitas atau tidak. Adapun formula untuk menghitung nilai F hitung sebagai berikut :

��= �

212… � /2

1− �2�12. ./ � − + 1

Sedangkan nilai F kritis dari distribusi F didasarkan pada derajat kebebasan n-k+1. Keputusan ada tidaknya unsure multikolinearitas adalah jika �ℎ� �� > � � � maka disimpulkan model mengandung multikolinearitas. Dan sebaliknya, jika �ℎ� �� < � � � maka disimpulkan model tidak mengandung multikonlinearitas.

3.6.5.2Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi regresi linier adalah adanya homoskedastis, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pada penelitian ini penulis akan mendeteksi heteroskedastis dengan menggunakan metode grafik Scatterplot dengan kriteria sebagai berikut:

- Jika grafik mengikuti pola tertentu berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastis


(31)

- Jika pada grafik plot tidak mengikuti aturan atau pola tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastis.

Konsekuensi dari adanya heteroskedatisitas antara lain adalah menjadi tidak efisiennya estimator OLS. Hal ini mengakibatkan varian tidak lagi minimum, sehingga dapat menyesatkan kesimpulan terutama bila digunakan untuk meramalkan.

Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model.

Heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu : = 1−6 �2

(�21

Dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan

χ2

hitung dan χ2tabel, apabila χ2hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa

terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2

hitung < χ2tabel maka

hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam metode White selain menggunakan nilai χ2hitung, untuk memutuskan apakah data terkena

heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi Squares < α, berarti Ho ditolak jika probabilitas Chi Squares > α, berarti Ho diterima.


(32)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan Software Eviews. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White Heteroscedasticity Test yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

3.6.5.3Autokorelasi

Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara variabel- variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi. Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara variabel penganggu (disturbance term) dalam multiple regression. Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting.

Konsekuensi adanya autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut:

- Parameter yang diestimasi dalam model regresi OLS menjadi bias dan varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat dan tidak efisien.

- Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.

- Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel terikat dari variabel bebas tertentu.

- Uji t tidak akan berlaku, jika uji t tetap disertakan maka kesimpulan yang diperoleh pasti salah.


(33)

Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui beberapa cara di bawah ini:

1. Metode Uji Langrange Multilier (LM) atau Uji Breusch Godfrey

Yaitu dengan membandingkan nilai χ2tabel dengan χ2hitung. Rumus untuk

mencari χ2

hitung sebagai berikut :

χ2

= (n-1)R2

Dengan pedoman : bila nilai χ2

hitung lebih kecil dibandingkan nilai χ2tabel

maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai χ2

hitung lebih besar

dibandingkan dengan nilai χ2

tabel maka ditemukan adanya autokorelasi.

2. Uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi autokorelasi, yaitu dengan Uji DW menurunkan nilai kritis batas bawah ( ) dan batas atas ( ) sehingga jika nilai d hitung terletak di luar nilai kritis ini maka ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif dapat diketahui. Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel 3.2 di bawah ini :

Tabel 3.2 Uji Statistik Durbin-Watson d

Nilai Statistik d Hasil

0 < d < � ≤ d ≤ � �≤ d ≤ 4 - � 4 - ≤ d ≤ 4 -

4 - ≤ d ≤ 4

Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan

Menerima hipotesis nul ; tidak ada autokorelasi ( + / - ) Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan


(34)

Dibawah ini daerah-daerah penerimaan uji statistik Durbin Watson :

Gambar 3.1 : Grafik Statistik Durbin-Watson

Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah bahwa setiap program computer untuk regresi selalu member informasi statistic d, adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut :

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya.

2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variable independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai dan di statistic Durbin Watson

4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel 3.3 diatas. Untuk lebih memudahkan menentukan autokorelasi dapat juga digunakan gambar 3.1

Dengan pedoman : bila nilai � 2ℎ� �� < � 2 maka tidak autokorelasi.

� �

Autokorelasi

(+) Ragu-ragu

Tdk ada Autokorelasi

Ragu-ragu

Autokorelasi (-)


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka pada bagian ini penulis ingin mengemukakan beberapa kesimpulan mengenai pengaruh skala usaha dan perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung. Adapun kesimpulan yang penulis ingin sampaikan diantaranya, sebagai berikut :

1. Kondisi skala hasil usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah berada pada kondisi decreasing return to scale atau skala hasil yang menurun, dimana peningkatan semua input dengan jumlah yang sama menyebabkan peningkatan total output yang kurang proporsional. Hal ini terjadi karena jumlah elastisitas biaya yang lebih dari satu (εc>1). Sedangkan kondisi perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh produsen pakaian jadi di Cigondewah masuk dalam kategori yang baik, oleh karena itu para produsen berhasil merangsang konsumen melakukan pembelian ulang yang berarti penjualan meningkat dan pendapatan otomatis meningkat pula. Dan yang terakhir pendapatan yang dimiliki oleh produsen pakaian jadi di Cigondewah masih masuk dalam skala kecil dimana dari hasil data yang diperoleh lebih besar jumlah pendapatan produsen pakaian jadi yang dibawah angka nominal seratus juta rupiah.


(36)

2. Skala usaha berpengaruh secara signifikan dengan arah yang positif terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah. Ini berarti semakin proporsional elastisitas biaya yang dikeluarkan maka akan semakin meningkat skala usaha yang akhirnya akan menambah jumlah pendapatan yang diperoleh produsen pakaian jadi di Cigondewah.

3. Perilaku kewirausahaan berpengaruh secara signifikan dengan arah yang positif terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah. Ini berarti jika perilaku kewirausahaan yang dimiliki meningkat maka akan menjadikan pendapatan produsen pakaian jadi di Cigondewah semakin besar.

3.2 Saran

Dalam menghadapi permasalahan jumlah pendapatan yang dimiliki oleh para produsen pakaian jadi di Cigondewah, maka penulis merekomendasikan beberapa saran, sebagai berikut :

1. Untuk masalah skala usaha yang menurun kepada para pengusaha agar lebih mampu meningkatkan input produksinya secara proporsional dalam menjalankan usahanya, demi peningkatan skala usahanya yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan para produsen pakaian jadi di Cigondewah tersebut. Hal tersebut bisa dilakukan bila semua produsen pakaian jadi di Cigondewah mau berusaha mencari cara untuk meningkatkan skala usaha untuk meningkatkan pendapatan, yaitu :


(37)

- Melakukan spesialisasi tenaga kerja yang akan menambah keterampilan/ skill mereka, sehingga produktifitasnya akan meningkat.

- Penambahan tenaga ahli dalam proses produksi

- Melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah banyak sehingga produsen dikenakan potongan harga yang dapat menekan biaya pengeluaran.

- Proses distribusi produk yang dilakukan secara optimal dengan cara pengkoordinasian barang yang akan dikirimkan ke pasar secara meluas

- Penambahan mesin produksi, atau dengan meremajakan mesin yang sudah tidak laik pakai lagi.

- Memungkinkan barang sampingan, yaitu memaksimisasikan barang residu hasil produksi, misalnya : sisa potongan kain akan lebih bermanfaat dan bernilai bila dijadikan bahan kain pel, keset, dan lain sebagainya.

Dari hal tersebut diatas dapat juga ditambahkan dengan mengikuti seminar-seminar usaha mikro yang diadakan oleh instansi terkait, dimana Proses interaksi dengan dunia luar diyakini akan menambah khasanah keilmuan seorang pengusaha untuk menggapai kesuksesan.

2. Dari perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh produsen pakaian jadi di Cigondewah sudah cukup baik namun hal tersebut perlu lebih ditingkatkan, dimana suatu usaha akan lebih berhasil apabila seorang


(38)

pengusaha mempunyai jiwa wirausaha yang tinggi sebab dengan perilaku kewirausahaan tersebut seseorang akan berpikir bagaimana untuk mengembangkan usahanya lebih besar, adapun cara-cara bagaimana meningkatkan jiwa kewirausahaan, yaitu :

- Meningkatkan keinovasian dari produk yang dihasilkannya, sehingga menjadikan barang produksinya menjadi berbeda dan lebih berkualitas. - Meningkatkan daya berpikir cerdas/ kreatif dengan kemampuan melihat

sesuatu yang lama menjadi baru.

- Selalu terbuka terhadap pengalaman, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam memecahkan persoalan

- Meningkatkan kemampuan manajerial dalam perusahaanya, yang meliputi : perencanaan, koordinasi, menjaga kelancaran usaha, dan mengawasi dan mengevaluasi usaha

- Meningkatkan sikap kepemimpinan, dengan jalan usaha memotivasi tenaga kerja, melaksanakan dan mengrahkan tujuan usaha dengan baik Dari hal tersebut diatas dapat juga ditambahkan dengan mengikuti seminar-seminar usaha mikro yang diadakan oleh instansi terkait, dimana Proses interaksi dengan dunia luar diyakini akan menambah khasanah keilmuan seorang pengusaha untuk menggapai kesuksesan.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar Hasan. 2003. Manajemen Industri. Bandung: Ramadhan Citra Grafika. Damodar Gujarati .1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Eeng Ahman & Yana Rohmana. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Laboratorium Ekonomi dan Koperasi. Bandung

Fair and Case. 2002. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta. PT Prehallindo Kusnendi. 2005. Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS &

LISREL 8. Bandung : Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Masri Singarimbun. 1995. metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia

Miftah Thoha. 2005. Prilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Miller, Roger leroy dan Roger E. Meiners.1993. Teori Ekonomi Mikro Intermediate. edisi ketiga. PT Raja Grafindo Persada.

Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Cetakan ke enam. Ghalia Indonesia

Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil. Jakarta : PT RINEKA CIPTA

Pandji Anoraga & Djoko Sudantoko. 2004. Manajemen Bisnis. Jakarta. PT Rineka Cipta

Papas, James L. 1995. Ekonomi Manajerial Jilid I. Jakarta :Binarupa Aksara Pyndick, Robert S & Rubinfeld, Daniel L. 2007. Mikro Ekonomi, edisi 6. Jakarta:

PT. Indeks

Riduwan. 2004. Statistika. Bandung: Alfabeta

Sadono Sukirno. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Bima Grafika. Jakarta. Samuelson, Paul A & Nordhaus, William D. 1999. Mikro Ekonomi. Edisi

Keempatbelas. Jakarta: Erlangga

Sudjana 1997. Metode Statistika. Bandung: Tarsito


(40)

Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Statistik. Jakarta: Rineka Cipta

Suryadi Prawirosentono 2002. Pengantar Bisnis Modern. Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara

Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta : Salemba Empat

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Salemba Empat.

Swastha Basu dan Irawan, 2000, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi II, Get. VHI. Liberty Yogyakarta.

Tati Suhartati Joesron. 2002. Teori Ekonomi Mikro.Jakarta: PT Salemba Empat T. Sunaryo. 2001. Ekonomi Manjerial. Aplikasi Teori Ekonomi Mikro. Jakarta :

Erlangga

UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) Vincent Gaspersz. 2001. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis.

Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Wing Wahyu Winarno. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Edisi kedua. UPP STIM YKPN.


(41)

SKRIPSI :

Depi Gustianti. 2006. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Skala Usaha

dan Laba Pada Industri Kecil Dodol Garut”. Skripsi FPIPS. Universitas Pendidikan Indonesia

Mira Yuni Safitri Purwani. 2008. “Pengaruh Persaingan dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Pendapatan Usaha Pedagang Pakaian Dewasa

di Mall Metro Trade Centre Kota Bandung”. Skripsi FPIPS. Universitas Pendidikan Ekonomi.

Noria Mardiyani. 2010. “Analisis Pengaruh Harga Bahan Baku, Upah Tenaga Kerja, dan Penggunaan Teknologi Terhadap Skala Hasil Produksi Pada

Produsen Sepatu di Kota Bandung”. Skripsi FPEB. Universitas

Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan

Romdiah Rizqi Rahayu. 2009. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Usaha Sentra Bunga Wastukencana Kota Bandung”. Skripsi


(1)

2. Skala usaha berpengaruh secara signifikan dengan arah yang positif terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah. Ini berarti semakin proporsional elastisitas biaya yang dikeluarkan maka akan semakin meningkat skala usaha yang akhirnya akan menambah jumlah pendapatan yang diperoleh produsen pakaian jadi di Cigondewah.

3. Perilaku kewirausahaan berpengaruh secara signifikan dengan arah yang positif terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah. Ini berarti jika perilaku kewirausahaan yang dimiliki meningkat maka akan menjadikan pendapatan produsen pakaian jadi di Cigondewah semakin besar.

3.2 Saran

Dalam menghadapi permasalahan jumlah pendapatan yang dimiliki oleh para produsen pakaian jadi di Cigondewah, maka penulis merekomendasikan beberapa saran, sebagai berikut :

1. Untuk masalah skala usaha yang menurun kepada para pengusaha agar lebih mampu meningkatkan input produksinya secara proporsional dalam menjalankan usahanya, demi peningkatan skala usahanya yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan para produsen pakaian jadi di Cigondewah tersebut. Hal tersebut bisa dilakukan bila semua produsen pakaian jadi di Cigondewah mau berusaha mencari cara untuk meningkatkan skala usaha untuk meningkatkan pendapatan, yaitu :


(2)

- Melakukan spesialisasi tenaga kerja yang akan menambah keterampilan/ skill mereka, sehingga produktifitasnya akan meningkat.

- Penambahan tenaga ahli dalam proses produksi

- Melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah banyak sehingga produsen dikenakan potongan harga yang dapat menekan biaya pengeluaran.

- Proses distribusi produk yang dilakukan secara optimal dengan cara pengkoordinasian barang yang akan dikirimkan ke pasar secara meluas

- Penambahan mesin produksi, atau dengan meremajakan mesin yang sudah tidak laik pakai lagi.

- Memungkinkan barang sampingan, yaitu memaksimisasikan barang residu hasil produksi, misalnya : sisa potongan kain akan lebih bermanfaat dan bernilai bila dijadikan bahan kain pel, keset, dan lain sebagainya.

Dari hal tersebut diatas dapat juga ditambahkan dengan mengikuti seminar-seminar usaha mikro yang diadakan oleh instansi terkait, dimana Proses interaksi dengan dunia luar diyakini akan menambah khasanah keilmuan seorang pengusaha untuk menggapai kesuksesan.

2. Dari perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh produsen pakaian jadi di Cigondewah sudah cukup baik namun hal tersebut perlu lebih ditingkatkan, dimana suatu usaha akan lebih berhasil apabila seorang


(3)

pengusaha mempunyai jiwa wirausaha yang tinggi sebab dengan perilaku kewirausahaan tersebut seseorang akan berpikir bagaimana untuk mengembangkan usahanya lebih besar, adapun cara-cara bagaimana meningkatkan jiwa kewirausahaan, yaitu :

- Meningkatkan keinovasian dari produk yang dihasilkannya, sehingga menjadikan barang produksinya menjadi berbeda dan lebih berkualitas. - Meningkatkan daya berpikir cerdas/ kreatif dengan kemampuan melihat

sesuatu yang lama menjadi baru.

- Selalu terbuka terhadap pengalaman, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam memecahkan persoalan

- Meningkatkan kemampuan manajerial dalam perusahaanya, yang meliputi : perencanaan, koordinasi, menjaga kelancaran usaha, dan mengawasi dan mengevaluasi usaha

- Meningkatkan sikap kepemimpinan, dengan jalan usaha memotivasi tenaga kerja, melaksanakan dan mengrahkan tujuan usaha dengan baik Dari hal tersebut diatas dapat juga ditambahkan dengan mengikuti seminar-seminar usaha mikro yang diadakan oleh instansi terkait, dimana Proses interaksi dengan dunia luar diyakini akan menambah khasanah keilmuan seorang pengusaha untuk menggapai kesuksesan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar Hasan. 2003. Manajemen Industri. Bandung: Ramadhan Citra Grafika. Damodar Gujarati .1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Eeng Ahman & Yana Rohmana. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Laboratorium Ekonomi dan Koperasi. Bandung

Fair and Case. 2002. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta. PT Prehallindo Kusnendi. 2005. Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS &

LISREL 8. Bandung : Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS Universitas

Pendidikan Indonesia.

Masri Singarimbun. 1995. metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia

Miftah Thoha. 2005. Prilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Miller, Roger leroy dan Roger E. Meiners.1993. Teori Ekonomi Mikro

Intermediate. edisi ketiga. PT Raja Grafindo Persada.

Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Cetakan ke enam. Ghalia Indonesia

Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan

Usaha Kecil. Jakarta : PT RINEKA CIPTA

Pandji Anoraga & Djoko Sudantoko. 2004. Manajemen Bisnis. Jakarta. PT Rineka Cipta

Papas, James L. 1995. Ekonomi Manajerial Jilid I. Jakarta :Binarupa Aksara Pyndick, Robert S & Rubinfeld, Daniel L. 2007. Mikro Ekonomi, edisi 6. Jakarta:

PT. Indeks

Riduwan. 2004. Statistika. Bandung: Alfabeta

Sadono Sukirno. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Bima Grafika. Jakarta. Samuelson, Paul A & Nordhaus, William D. 1999. Mikro Ekonomi. Edisi

Keempatbelas. Jakarta: Erlangga

Sudjana 1997. Metode Statistika. Bandung: Tarsito


(5)

Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Statistik.

Jakarta: Rineka Cipta

Suryadi Prawirosentono 2002. Pengantar Bisnis Modern. Studi Kasus Indonesia

dan Analisis Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara

Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju

Sukses. Jakarta : Salemba Empat

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Salemba Empat.

Swastha Basu dan Irawan, 2000, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi II, Get. VHI. Liberty Yogyakarta.

Tati Suhartati Joesron. 2002. Teori Ekonomi Mikro.Jakarta: PT Salemba Empat T. Sunaryo. 2001. Ekonomi Manjerial. Aplikasi Teori Ekonomi Mikro. Jakarta :

Erlangga

UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) Vincent Gaspersz. 2001. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis.

Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Wing Wahyu Winarno. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan


(6)

SKRIPSI :

Depi Gustianti. 2006. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Skala Usaha

dan Laba Pada Industri Kecil Dodol Garut”. Skripsi FPIPS. Universitas Pendidikan Indonesia

Mira Yuni Safitri Purwani. 2008. “Pengaruh Persaingan dan Perilaku

Kewirausahaan Terhadap Pendapatan Usaha Pedagang Pakaian Dewasa

di Mall Metro Trade Centre Kota Bandung”. Skripsi FPIPS. Universitas Pendidikan Ekonomi.

Noria Mardiyani. 2010. “Analisis Pengaruh Harga Bahan Baku, Upah Tenaga

Kerja, dan Penggunaan Teknologi Terhadap Skala Hasil Produksi Pada

Produsen Sepatu di Kota Bandung”. Skripsi FPEB. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan

Romdiah Rizqi Rahayu. 2009. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Usaha Sentra Bunga Wastukencana Kota Bandung”. Skripsi FPEB. Universtias Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan