Efektivitas Implementasi Manajemen Sekolah Bermutu” dengan sub judul “Studi Tentang Hubungan Antar Komponen Sekolah Bermutu Dengan Mutu Kinerja SMPN RSBI di Wilayah Jawa Barat”. Disertasi. Bandung : Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Perumusan dan pertanyaan penelitian ... 11

C. Definisi operasional dan Indikator Variabel ... 13

D. Tujuan penelitian ... 40

E. Manfaat penelitian ... 42

F. Kerangka berpikir dan premis ... 43

G. Asumsi ... 48

H. Hipotesis penelitian ... 51

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 54

A. Manajemen Sekolah Bermutu dalam Konteks Kajian Administrasi Pendidikan ... 54

B. Karakteristik Kriteria Sekolah Bermutu ... 60

1. Sekolah Efektif ... 60

2. Visi dan Misi Sekolah ... 79

3. Lingkungan Sekolah ... 87

4. Kepemimpinan Sekolah ... 104


(2)

5. Dukungan masyarakat ... 124

6. Rancangan dan program sekolah ... 156

7. Peserta Didik / Siswa ... 163

8. Guru yang menerapkan pembelajaran inovatif ... 175

9. Kurikulum yang terintegrasi ... 200

C. Strategi Pengelolaan Model Sekolah Bermutu ... 212

1. Manajemen Strategi Sekolah... 212

2. Tujuan dan Target Sekolah ... 215

3. Implementasi Strategi Organisasi Sekolah... 217

D. Penilaian / Evaluasi Sekolah Bermutu ... 221

E. Kajian Studi Terdahulu yang Relevan ... 251

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 270

A. Pendekatan Penelitian ... 270

B. Desain penelitian ... 270

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 271

D. Lokasi penelitian, Populasi dan Sampel ... 274

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangan ... 283

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 288

H. Prosedur dan tahap – tahap penelitian ... 289

I. Keterbatasan penelitian ... 296

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 300

A. Hasil Penelitian ... 300

B. Pembahasan hasil penelitian ... 329

BAB V ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU ... 355


(3)

A. Asumsi ... 355

B. Konstruksi Pemikiran Model ... 355

C. Prasyarat Implementasi Model ... 358

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 360

A.Kesimpulan ... 360

B. Implikasi ... 366

C. Rekomendasi ... 371

DAFTAR PUSTAKA ... 375 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Pendidikaan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimal. Secara mendasar, dimensi kemanusiaan tersebut dijabarkan dalam fungsi pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional diarahkan pada peningkatan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, lembaga pendidikan menjadi wahana strategis bagi upaya pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun karakter dan


(5)

wawasan kebangsaan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga cita - cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.

Sementara itu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Hal ini karena adanya permasalahan pendidikan di Indonesia yakni kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan analisis input dan output tidak dilaksanakan secara konsekuen. Penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan secara birokratik sentralistik, menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, selain itu peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim.

Berdasarkan kenyataan - kenyataan di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya - upaya perbaikan, salah satunya melalui peningkatan kualitas pengelolaan satuan pendidikan atau managemen mutu sekolah. Sekolah yang melaksanakan


(6)

pengelolaan lembaga pendidikan secara optimal diharapkan menjadi sekolah yang memiliki keunggulan / mutu.

Dari kenyataan di atas muncul gagasan pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang berwawasan keunggulan yang diharapkan output / kelulusan memiliki daya saing di tingkat nasional maupun Internasional. Gagasan pemerintah tersebut dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 50 ayat (3) yang berbunyi :

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

Kemudian dikuatkan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa :

Pemerintah bersama - sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang- kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan untuk menjadi sekolah bertaraf Internasional.

Selanjutnya kebijakan tersebut diatas, dijadikan landasan Rancangan Strategi Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 – 2009 yang menyatakan bahwa :

Untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah kabupaten /kota yang bersangkutan, untuk mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf Internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.

Dengan demikian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional memiliki tanggung jawab untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki


(7)

kompetensi global, sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain yang telah lebih maju dari negara kita khususnya yang tergabung dalam organisasi Negara - negara OECD.

Oleh karena itu, menurut penulis Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, dalam penyelenggaraannya dituntut untuk konsisten memperlihatkan kenyataan bahwa sekolah merupakan suatu sistem dalam pengelolaannya, yang terdiri dari : input – proses – ouput dan outcome. Hal ini disebabkan SMPN RSBI dipandang mampu menghasilkan output yang berkualitas dan untuk mencapai output yang berkualitas diperlukan proses yang berkualitas karena output merupakan hasil dari sebuah proses dan proses yang berkualitas akan ditentukan pula oleh input yang dimiliki oleh sekolah. Sebagai Sekolah bermutu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional hendaknya mampu menunjukkan implementasi karakteristik sekolah bermutu, seperti yang dikemukakan oleh Peter Mortimore (1991), bahwa sekolah bermutu adalah sekolah yang memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1. Sekolah memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten

2. Lingkungan sekolah yang baik dan adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan staf

3. Kepemimpinan Kepala sekolah yang kuat

4. Penghargaan bagi guru dan staf serta siswa yang berprestasi 5. Pendelegasian wewenang yang jelas

6. Dukungan masyarakat sekitar

7. Sekolah mempunyai rancangan program yang jelas 8. Sekolah mempunyai fokus sistemnya tersendiri 9. Pelajar diberi tanggung jawab

10. Guru menerapkan strategi - strategi pembelajaran inovatif 11. Evaluasi yang berkelanjutan


(8)

13. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam membantu pendidikan anak - anaknya.

Sedangkan Shannon dan Bylsma (2005) mengidentifikasi karakteristik sekolah - sekolah berpenampilan unggul (high performing schools) sebagai berikut :

1. Fokus bersama dan jelas.

2. Standar dan harapan yang tinggi bagi semua siswa. 3. Kepemimpinan sekolah yang efektif.

4. Tingkat kerja sama dan komunikasi inovatif.

5. Kurikulum, pembelajaran dan evaluasi yang melampaui standar. 6. Frekuensi pemantauan terhadap belajar dan mengajar tinggi.

7. Pengembangan staf pendidik dan tenaga kependidikan yang terfokus. 8. Lingkungan yang mendukung belajar.

Sedangkan Smith and Purkey serta Scheerens dan Bosker menyampaikan pendapatnya yang lebih dikenal dengan nama : ”Two Set of Factors in the

Effective – School Formula”.

Menurut Smith dan Perkey (Wayne K Hoy, Cecil G Miskel, 2008:303) Formula Sekolah Efektif terdiri atas :

1. Instructional leadership

2. Planned and purposeful curriculum 3. Clear goals and high expectations 4. Time on task

5. Recognition of academic success 6. Orderly climate

7. Sense of community

8. Parental support and involvement 9. School site management

10.Staff development 11.Staff stability

12.Collegial and collaborative planning 13.Direct support


(9)

Pendapat Smith dan Purkey tersebut di atas menjelaskan bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki beberapa karakteristik dan karakteritik tersebut terdiri atas : kepemimpinan instruksional, kurikulum yang dirancang dan

penuh arti, tujuan yang jelas dan ekspektasi tinggi, efektivitas waktu dalam melaksanakan tugas, penyampaian kesuksesan dari

akademis, iklim sekolah yang baik, perasaan dari komunitas, dukungan dan keterlibatan berkenaan dengan orang tua siswa, manajemen sekolah, pengembangan staff, stabilitas staf, perancangan secara kolektif dan kolaboratif serta adanya dukungan langsung.

Sedangkan formula sekolah efektif menurut Scheerens and Bosker Wayne K Hoy, Cecil G Miskel, 2008:303) adalah :

1. Educational leadership

2. Curriculum quality / opportunity to learn 3. Achievement orientation

4. Effective learning time 5. Feedback and reinforcement 6. Classroom climate

7. School climate 8. Parental involvement 9. Independent learning 10. Evaluative potential 11. Consensus and cohesion 12. Structured instruction 13. Adaptive instruction

Formula sekolah efektif yang disampaikan oleh Scheerens dan Bosker tersebut menjelaskan bahwa sekolah efektif memiliki beberapa karateristik, yakni sekolah yang memiliki pemimpin yang memahami kepemimpinan dalam bidang pendidikan, memiliki kualitas kurikulum / kesempatan untuk belajar, memiliki


(10)

orientasi kepada prestasi, memperlihatkan waktu belajar yang efektif, adanya umpan balik dan penguatan, suasana ruang belajar yang baik, iklim sekolah yang baik, adanya keterlibatan yang berkenaan dengan orang tua, memiliki independen belajar (kemandirian), melaksanakan evaluasi terhadap potensi sekolah, konsensus dan kohesi, memiliki Instruksi yang tersusun (kebijakan sekolah yang jelas), kebijakan yang diadaptasikan dengan situasi dan kondisi.

Dari beberapa pendapat / teori dari para ahli tentang sekolah efektif dan sekolah unggul, penulis berpendapat bahwa sekolah efektif dan sekolah unggul mengandung makna yang sama yakni sebagai sekolah yang berorientasi kepada peningkatan mutu atau sekolah bermutu. Sebuah sekolah dikategorikan bermutu, maka sekolah tersebut harus nampak menjalankan fungsinya yang bermutu bagi siswa dan hasil belajar yang memuaskan bagi semua pihak dengan komprehensifnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Dengan demikian, sekolah efektif adalah sekolah yang dapat menunjukkan adanya kesesuaian hasil yang diperoleh dengan tujuan yang telah ditetapkan

Dari hal – hal tersebut di atas penulis berpendapat bahwa sekolah negeri khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dirintis menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasinal dalam penyelenggaraannya dituntut untuk bekerja keras karena sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dalam mengelola : Input - proses - outputnya, dapat menjadi teladan bagi sekolah lainnya. Hal ini disebabkan karena sekolah yang dirintis menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf


(11)

Internasional, meskipun dalam penentuannya melalui seleksi yang dilakukan oleh Depdiknas, tapi bila ditinjau dari komponen – komponen sekolah sebagai sekolah efektif (bermutu) dan segi kesiapan SDM-nya (Man) dalam hal ini pendidik dan tenaga kependidikannya yang harus memiliki kompetensi global nampak masih perlu ditingkatkan kapasitas kompetensinya, karena guru dan tenaga lainnya dituntut untuk berubah dalam sikap dan perilakunya dalam waktu yang singkat sebagai pendidik dan tenaga kependidikan pada Sekolah Bertaraf Internasional terutama guru Matematika dan IPA yang harus melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya dengan menggunakan komunikasi billingual dan mahir dalam ICT. Begitu pula dengan peserta didik sebagai inputnya masih jauh dari harapan sebagai siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Hal ini disebabkan karena pada umumnya para orang tua siswa belum mengetahui tentang keberadaan SMPN RSBI. Indikasi ini nampak ketika pelaksanaan penerimaan calon siswa baru yang harus diseleksi dengan ketentuan khusus para orang tua siswa meragukan kemampuan anak - anaknya untuk dapat mengikuti kegiatan belajar yang harus menggunakan komunikasi billingual. Selain itu, unsur birokrat di pemerintahan daerah ada kecenderungan memandang sebelah mata meskipun sudah jelas tugas dan fungsinya terhadap keberadaan SMPN RSBI yang ada di daerahnya. Pihak masyarakat lainnya selaku stakeholders nampaknya juga belum memahami keberadaan SMPN RSBI sebagai sekolah unggulan. Dilihat dari segi sarana prasarana pun (Material) diantaranya lahan, penunjang lainnya dan kelengkapan ICT (Machine) sekolah, juga masih memerlukan pengembangan.


(12)

Demikian halnya dengan pembiayaan (Money) diperlukan biaya pendidikan

(Cost) yang jumlahnya cukup besar karena untuk menghasilan output yang

memiliki outcome yang berkualitas tidak akan terlepas dari biaya yang tidak sedikit. Sementara itu perhatian dari pemerintah masih belum maksimal bahkan nampak kadarnya disamaratakan dengan sekolah biasa. Hal lainnya adalah masih rendahnya partisipasi masyarakat, nampak pada penyelenggaraan sekolah RSBI mengalami kendala sehubungan adanya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 48 tahun 2008 tentang pembiayaan pendidikan yang menimbulkan image (anggapan) bahwa pendidikan gratis, meskipun sebenarnya untuk sekolah RSBI masih diperbolehkan untuk menggalang dana dari partisipasi orangtua siswa.

Persoalan - persoalan di atas melatarbelakangi keinginan penulis untuk mencermati dan menganalisis secara lebih mendalam apakah pengelolaan (manajemen) karakteristik sekolah efektif (bermutu) yang terdiri dari visi misi sekolah, kepemimpinan Kepala sekolah yang kuat, lingkungan sekolah, dukungan masyarakat, rancangan dan program sekolah, peserta didik, guru dan proses belajar mengajar serta kurikulum pada penyelenggaraan SMPN Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Jawa Barat sudah maksimal atau masih perlu ditingkatkan.

Oleh karena itu, untuk memperjelas arah dari penelitian ini maka penulis mengambil judul : ”EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU” dengan sub judul “Studi Analisis Tentang


(13)

Hubungan Antar Komponen Sekolah Bermutu Dengan Mutu Kinerja SMPN RSBI di Wilayah Jawa Barat”.

Penelitian tentang sekolah bermutu (efektif) telah banyak dilakukan di negara maju misalnya saja di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Glendale

Union High School (GUHS), dimana Taylor (Aan Komariah; 2006:37) telah

memposisikan komponen – komponen lain sebagai komponen yang kepentingannya sejajar dengan kepentingan kelulusan. Hal demikian terjadi karena sekolah efektif adalah sekolah yang seluruh komponennya mencapai tujuan secara optimal, bukan hanya pada prestasi siswa tetapi pada prestasi sekolah. Di Skotlandia, penelitian tentang sekolah efektif dilakukan oleh suatu badan penelitian yang dibiayai oleh pemerintah dengan nama Improving School

Efectiv Project (ISEP), di Indonesia sendiri penulis berkeyakinan telah banyak

peneliti yang melakukan penelitian tentang sekolah bermutu, namun demikian penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang sekolah efektif ini dan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian pada SMP Negeri di Jawa Barat yang tetapkan menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Penulis memandang bahwa RSBI merupakan sekolah bermutu dan berkeyakinan belum ada penelitian yang sama persis dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, khususnya mengenai efektivitas implementasi manajemen sekolah bermutu pada SMPN RSBI di Jawa Barat yang lebih terfokus kepada analisis komponen - komponen sekolah bermutu terhadap mutu kinerja sekolah SMPN RSBI.


(14)

B. Perumusan dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui atau mengukur bagaimana implementasi manajemen sekolah bermutu pada Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional yang ada di Jawa Barat dengan cara menganalisis hubungan dari komponen sekolah bermutu terhadap mutu kinerja sekolah yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf Internasional. Namun karena adanya keterbatasan waktu dan biaya, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji dan dirumuskan sebagai berikut yakni :

”Bagaimanakah hubungan antara komponen - komponen determinan sekolah bermutu dengan mutu kinerja SMPN RSBI di Wilayah Jawa Barat ?”

2. Pertanyaan Penelitian

Dari perumusan masalah penelitian tersebut penulis tidak akan menganalisis secara menyeluruh dari karakteristik sekolah efektif yang disampaikan oleh Peter Mortimore, hal ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan agar lebih terfokus dan memberi peluang kepada para peneliti lainnya di masa yang akan datang untuk menyempurnakan penelitian yang telah penulis lakukan. Adapun permasalahan yang diteliti sehubungan dengan penelitian ini, penulis membatasi permasalahan yang akan dikaji yakni tentang : sekolah memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten, lingkungan sekolah yang baik dan


(15)

adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan staf, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, dukungan masyarakat sekitar, sekolah mempunyai rancangan program yang jelas, siswa / peserta didik diberi tanggung jawab, guru menerapkan strategi - strategi pembelajaran inovatif dan kurikulum sekolah menjadi beberapa pertanyaan penelitian yang dinyatakan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan antara visi dan misi sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

2. Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

3. Bagaimanakah hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat? 4. Bagimanakah hubungan antara dukungan masyarakat dengan peningkatan

mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

5. Bagaimanakah hubungan antara rancangan dan program sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

6. Bagaimanakah hubungan antara siswa dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

7. Bagaimanakah hubungan antara guru dan proses belajar mengajar dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

8. Bagaimanakah hubungan antara kurikulum sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?


(16)

9. Bagaimanakah hubungan antara seluruh komponen sekolah secara bersama – sama dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

10. Bagaimanakah gambaran empiris komponen sekolah bermutu di SMPN RSBI di Jawa Barat, yang terdiri dari :

a. Visi dan misi sekolah b. Lingkungan sekolah

c. Kepemimpinan Kepala sekolah d. Dukungan masyarakat

e. Rancangan dan program sekolah f. Siswa / Peserta didik

g. Guru dan proses belajar mengajar h. Kurikulum sekolah

C. Definisi Operasional dan Indikator variabel

Agar penelitian yang dilakukan penulis memiliki makna dan tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap aspek - aspek yang dianalisis, maka penulis sampaikan definisi operasional komponen determinan dari sekolah bermutu. 1. Visi dan misi sekolah

1.1. Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan mengenai organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi / sekolah.


(17)

1.2. Misi

Misi adalah rumusan langkah - langkah yang merupakan kunci untuk berinisiatif, mengevaluasi dan mempertajam bentuk - bentuk kegiatan. Visi dan misi sekolah yang jelas pada sekolah bermutu memiliki indikator sebagai berikut :

1. Mengadakan aturan kerja bagi perbaikan sekolah.

2. Dipahami oleh seluruh komponen sekolah (guru, staf dan siswa).

3. Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum tentang niat organisasi yang berlaku untuk kurun waktu yang panjang.

4. Mencakup filsafat yang dianut dan digunakan oleh sekolah.

5. Menciptakan sekolah yang efektif, sehingga guru – guru mampu menghadapi tantangani.

6. Mampu melayani dan memfasilitasi kebutuhan setiap ndividu dengan kebutuhan yang berbeda dari segi latar belakang dan cita - cita.

7. Mampu merangkul keanekaragaman siswa dengan latar belakang yang berbeda.

8. Membuat kebijakan yang sesuai dengan perkembangan sesuai zaman. 9. Digunakan oleh warga sebagai acuan untuk mengambil keputusan.

10. Mampu mengarahkan, mendorong dan memotivasi kepada warga sekolah untuk mencapai tujuan.


(18)

12. Mampu mengarahkan serta mengembangkan potensial, emosional, sosial dan fisik dari setiap individu.

13. Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum tentang niat organisasi yang berlaku untuk kurun waktu yang panjang.

14. Menghasilkan output (lulusan) secara kualitas maupun kuantitas.

15. Mampu mengubah sumber belajar (input) menjadi lulusan yang berpendidikan melalui fungsi PBM.

16. Menghubungkan input dan proses transformasi internal terhadap variasi output termasuk pencapaian test standar siswa.

17. Mendorong siswa untuk mengaktualisasikan kemampuan individu.

18. Menempatkan kepentingan sekolah sebagai kepentingan prioritas (utama) terhadap pengembangan keterampilan hidup dan nilai dengan hubungan yang positif.

19. Sebagai pertanggungjawaban standar sekolah terhadap prestasi siswa. 20. Dapat memperbaiki organisasi dengan menggunakan sejumlah standar -

standar pendekatan yang efektif.

21. Merupakan pencerminanjati diri yang ingin diciptakan, ditumbuhkan, dan dipelihara.

22. Menunjukkan produksi yang menjadi andalan.

23. Secara imp1isit menggambarkan citra yang hendak diproyeksikan ke masyarakat luas.


(19)

24. Menggambarkan dengan jelas kebutuhan apa yang akan diupayakan untuk memuaskan para pelanggan atau pengguna jasa.

Diadopsi dari : Wayne K. Cecil G. Milis Kel (Hal. 241 – 293) ; (http://www.SchoolParents.Canbera.net.au/; Aan Komariah, Cepi Triatna, 2005:38)

2. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat adalah kemampuan kepala sekolah dalam melayani dan menyediakan bimbingan ketika ada perubahan dan bertanggung jawab untuk kepentingan organisasi. Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan yang kuat adalah Kepala sekolah yang memiliki indikator mutu sebagai berikut :

1. Melayani setiap saat perubahan - perubahan dan bertanggung jawab terhadap keefektifan organisasi

2. Menyampaikan visi sekolah kepada warga sekolah 3. Bekerja keras untuk meningkatkan sekolah

4. Mengelola dan memanfaatkan seefektif mungkin sumber – sumber yang ada di sekolah dengan bijaksana

5. Mempengaruhi proses terhadap elemen – elemen rasional dan emosional 6. Memperlihatkan seluruh pengetahuannya tentang sekolah dan siswanya 7. Melaksanakan kepemimpinan yang berfokus kepada pembelajaran 8. Dapat memposisikan diri sebagai pemimpin yang baik

9. Diterima dengan baik oleh warga sekolah


(20)

11. Dikenal oleh siswa dan orang tua siswa

12. Mampu melaksanakan aturan - aturan yang sama diantara aturan negara dan sekolah

13. Memunculkan kepribadian, motivasi, faktor – faktor keahlian / keterampilan secara sistematik sehubungan dengan kepemimpinan di sekolah

14. Memiliki kompetensi terhadap pengembangan sekolah dan peserta didiknya

15. Memiliki ketenangan dalam manajemen organisasi

16. Tanggap terhadap lingkungan, peraturan yang berlaku, dan budaya organisasi

17. Menanamkan orientasi tugas, relasi, dan orientasi perubahan tingkah laku 18. Mampu melibatkan orang tua siswa dalam berbagai aktivitas sekolah. 19. Berusaha untuk mengembangkan secara terus- menerus wawasan serta

pengetahuan para staf

20. Memiliki konsep tiga dimensi : pribadi, organisasi, dan individu 21. Menegakan secara jelas struktur kepegawaian

22. Menjaga agar rasio antara guru / siswa sesuai dengan rasio ideal

23. Menjelaskan hubungan diantara ciri - ciri, situasi, tingkah laku, dan ide - ide yang efektif

24. Memberi visi dan orientasi kepada warga sekolah sebagai pemimpin yang baru


(21)

25. Menggunakan pengaruh idealisme, inspirasi, motivasi, stimulasi intelektual dan ketetapan individu untuk merubah sekolah menjadi lebih baik

26. Memberikan penghargaan kepada staf yang mempunyai kinerja maksimal 27. Tegas dan adil dalam mengambil tindakan / kebijakan kelembagaan.

Diadopsi dari: Wayne K. Cecil G. Milis Kel (Hal. 417 – 418) ;

(http://www.SchoolParents.Canbera.net.au/; Megan C, Lesley Kydd dan Colin Riches, 2005:87).

3. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang memberikan dampak kepada warga sekolah merasa aman, bersih, nyaman dan mendukung terhadap proses belajar mengajar serta dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi terhadap aspek - aspek organisasi dan kehidupan sekolah.

Lingkungan sekolah yang baik pada sekolah bermutu / efektif bila dirumuskan memiliki indikator sebagai berikut:

1. Menguji karakter bersaing melalui budaya dan iklim sekolah.

2. Memanifestasikan budaya organisasi ke dalam norma norma, nilai -nilai, dan asumsi dasar pada tingkat abstraksi yang berbeda.

3. Lingkungan yang mempunyai kebijakan manajemen perilaku efektif. 4. Mampu memperbaiki budaya sekolah.

5. Menginterpretasikan simbol - simbol dengan hasil karya berupa barang-barang, tata cara adat, patung - patung suci, pahlawan, cerita mitos, upacara keagamaan, dan legenda.


(22)

6. Memakai peristiwa - peristiwa yang terjadi dalam organisasi.

7. Isu - isu seperti : ancaman dan disiplin dibicarakan dalam komunitas sekolah.

8. Membuat kepercayaan dan optimis serta kontrol terhadap budaya sekolah yang berbeda.

9. Lingkungan menunjukkan bahwa pembelajaran itu berharga.

10. Mempromosikan sekolah dengan menanamkan kepercayaan, optimis terhadap siswa.

11. Lingkungan yang dapat mendorong siswa untuk memiliki satu rasa dan merasa bangga menjadi bagian dari lingkungan sekolah.

12. Memanifestasikan tingkah laku guru - guru dalam situasi organisasi melalui iklim organisasi.

13. Lingkungan yang mampu memberikan stimulus (rangsangan) belajar terhadap siswa.

14. Lingkungan yang dapat membantu perkembangan dan hubungan positif antara kepala sekolah, guru, karyawan, dan para siswa.

15. Memiliki lingkungan terbuka untuk melakukan kegiatan bagi warga sekolah.

16. Gedung- gedung dan perlengkapan bersih dan tertata rapi. 17. Menunjukkan sebagai iklim sekolah yang perspektif.

18. Membuat persepsi sekolah yang efektif melalui hubungan yang baik dari keterbukaan, kesehatan, kerukunan antar warga dalam organisasi.


(23)

19. Lingkungan sekolah dapat menunjukkan kesan positif tentang sekolah. 20. Merancangankan model perubahan melalui budaya dan iklim sekolah. 21. Mampu merubah organisasi dari sudut pandang kesehatan,

pertumbuhan, dan rancangan untuk perubahan sebuah norma.

(Diadopsi dari:Wayne K. Cecil G. Milis Kel Educational Administration (page:175–178);(http://www. SchoolParents. Canbera. net.au/)

4. Dukungan masyarakat adalah partisipasi dan dukungan orang tua siswa untuk menyayangi dan berpartisipasi di dalam kehidupan sekolah.

Pada sekolah efektif / bermutu, dukungan masyarakat pada sekolah ditunjukkan dengan adanya beberapa indikator dan indikator dukungan masyarakat terhadap sekolah efektif / bermutu adalah sebagai berikut : 1. Orang tua berperan aktif di dalam mendukung pengembangan hubungan

dengan komunitas yang lebih luas demi kepentingan sekolah. 2. Mendukung keputusan yang dibuat oleh sekolah.

3. Merealisasikan kerjasama antara rumah dan sekolah.

4. Mengelola sekolah melalui kebersihan dan kegiatan kurikulum di sekolah.

5. Mempromosikan sekolah sebagai sebuah lembaga yang efektif. 6. Mendukung sekolah kepada masyarakat luas.

7. Sekolah mempunyai hubungan dengan sekolah lain, organisasi dan pemerintah.


(24)

9. Dukungan yang efektif terhadap sistem pendidikan.

10. Mendukung proses pembelajaran di sekolah dengan tingkah laku positif. 11. Memiliki tanggung jawab bagi pendidikan anaknya karena pendidikan

tidak bisa dilakukan sendiri oleh sekolah.

12. Peduli akan kegiatan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah dengan harapan yang besar.

13. Memotivasi anaknya untuk bertingkah laku positif di lingkungan rumahnya.

14. Mendukung kebijakan disiplin sebagai kebijakan sekolah.

15. Berbagi tanggung jawab untuk menegakan disiplin dan mempertahankan keberhasilan.

16. Mendorong sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat. 17. Menyediakan bantuan dan dukungan kepada sekolah sebagai wujud

hubungan yang baik dengan sekolah.

18. Mengadakan pertemuan khusus dengan orang tua siswa baru.

19. Orang tua berperan aktif di dalam mendukung pengembangan hubungan dengan komunitas yang lebih luas demi kepentingan sekolah.

20. Orang tua memiliki sikap yang positif terhadap sekolah dan melibatkan diri dalam kegiatan sekolah.

21. Orangtua siswa proaktif untuk mengenal lebih jauh mengenai semua lapisan komponen sekolah


(25)

23. Orangtua siswa membantu kelengkapan buku dan sumber belajar lainnya

24. Menghadiri acara - acara penting di sekolah.

Diadopsi dari: Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin Piper, Diana Banks, Beryl Evans Page 96 – 101); (http://www.School

Parents.Canbera. net.au/)

5. Rancangan dan program sekolah adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan yang mengandung beberapa unsur – unsur sebagai berikut : adanya proses hasil yang ingin dicapai dan menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.

Rancangan dan program pada sekolah efektif memiliki indikator sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara optimal.

2. Menempatkan pegawai sesuai dengan kebutuhan sekolah.

3. Menempatkan guru yang diperlukan sesuai dengan profesi dan keperluan khusus.

4. Mampu mendapatkan dana berdasarkan program – program kegiatan. 5. Mengalokasikan pembiayaan pendidikan sesuai dengan tujuan sekolah. 6. Mampu membuat aturan - aturan sekolah sendiri.


(26)

8. Membuat keputusan sesuai kurikulum yang relevan dengan tujuan sekolah.

9. Mengembangkan sekolah sesuai kurikulum.

10. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara optimal.

11. Dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen sekolah secara sistematis dan komprehensif.

12. Berorientasi kepada masa yang akan datang.

13. Fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat.

14. Mencapai hasil akreditasi sekolah yang maksimal.

15. Merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi sekolah. 16. Mengubah sistem evaluasi dan kaji ulang dengan sehat.

17. Mengadakan pengembangan proteksi berdasarkan alokasi dana yang tersedia.

18. Menghilangkan beberapa keputusan yang dibuat di tingkat sekolah dengan fleksibel.

19. Mencukupi sumber daya program-program sekolah sesuai dengan kebutuhan.

Diadopsi dari: Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin

Piper, Diana Banks, Beryl Evans Page 141;


(27)

6. Siswa adalah peserta didik yang diberi tanggung jawab untuk mengikuti pembelajaran dalam kemampuan menyerap dan menguasai materi yang disampaikan guru, mengikuti aturan - aturan yang telah ditetapkan, berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, dan kinerja yang ditunjukannya dalam memecahkan masalah – masalah belajar dari kehidupan.

indikator siswa pada sekolah bermutu adalah sebagai berikut:

1. Secara individu siswa merasa terlayani akan kebutuhannya berdasarkan pertimbangan kurikulum.

2. Siswa mengakui pentingnya pendidikan secara luas tidak hanya sekedar keterampilan- keterampilan dasar.

3. Merasakan tempat belajarnya sesuai dan relevan dengan kebutuhannya. 4. Siswa diberi kesempatan untuk mencari dan minta serta tanggap

terhadap tantangan.

5. Mendorong siswa untuk mencoba meneruskan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan dengan baik.

6. Siswa merasakan bahwa program - program kegiatan sekolah sesuai, dengan pengalaman, dan kebutuhan individu.

7. Sekolah memperhatikan program - program individu. 8. Siswa yang tertinggal mendapat layanan khusus. 9. Siswa diberi strategi cara belajar di rumah.


(28)

10. Siswa diberi PR (Pekerjaan Rumah) yang sesuai untuk menimbulkan disiplin diri, kemampuan berorganisasi, dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri.

11. Siswa memiliki tanggung jawab dan komitmen di dalam proses pembelajaran.

12. Siswa merasakan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk mengadakan penemuan dan penelitian.

13. Mengembangkan rasa cinta untuk belajar sepanjang hidupnya.

14. Siswa difasilitasi alat-alat bantu belajar dan memanfaatkannya dengan baik menegakan kebiasaan disiplin kerja.

15. Memahami bahwa belajar merupakan kebutuhan. 16. Merasa percaya diri untuk mengambil resiko.

17. Memiliki kekuatan mental untuk mencari/menemukan gagasan dan mengukur emosinya untuk menjadi lebih berhati-hati terhadap kekuatan dan kelemahan dirinya.

18. Siswa memiliki keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi belajar yang sesuai dalam menghadapi tantangan yang berbeda dan meningkat dan menunjukan percaya diri dan ketidaktergantungan dalam belajar. 19. Siswa mempelajari program - program keterampilan untuk

mengembangkan keterampilan diri.

20. Memiliki kemampuan untuk berpartisipasi di kelas secara optimal. 21. Siswa mengembangkan pengalaman kehidupan sehari – hari untuk


(29)

22. Mendapatkan keberhasilan yang memuaskan dan menerimanya sebagai kemampuan dirinya.

23. Mengembangkan persaingan yang sehat.

24. Mendapatkan kesempatan belajar yang sama dengan siswa lainnya. 25. Memiliki kepercayaan diri untuk menjadi orang yang berguna. 26. Siswa lulus dengan menguasai pengetahuan akademik.

27. Mampu mendemonstrasikan kebolehannya.

28. Memiliki kemampuan dan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan.

29. Siswa yang dapat mencapai tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi diri yang dimilikinya.

30. Siswa mampu dalam penguasaan dan pengintegrasian pengetahuan. 31. Siswa mampu menggunakan pengetahuannya secara makna.

32. Siswa mampu melakukan introspeksi terhadap dirinya. 33. Siswa menjadi teladan bagi siswa lainnya.

34. Merasa hormat, peduli, dan mendukung kepada kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah.

35. Menemukan program - program khusus yang bisa memenuhi harapannya dalam kebutuhan - kebutuhan yang paling pokok.

36. Menerima tanggung jawab atas perbuatannya. 37. Memiliki rasa hormat dan peduli kepada orang lain.

38. Mengajarkan keterampilan - keterampilan sosial dan hubungan yang dinamis merupakan sebuah program yang konsisten.


(30)

39. Menjaga nilai-nilai moral yang tinggi.

40. Mampu menyatukan sesuatu yang mereka percayai tanpa ada rasa takut. 41. Siswa melakukan kebiasaan - kebiasaan untuk berpikir produktif. 42. Merasa nyaman dengan kebijakan yang adil dan disiplin yang konsisten. 43. Siswa yang melanggar disiplin diberi kesempatan untuk memperbaiki

kesalahannya.

44. Siswa dapat menemukan jati dirinya manakala menerima sanksi dari sekolah.

45. siswa menikmati waktu - waktu di sekolah dan mengetahui bahwa mereka melakukan sesuatu yang berguna.

46. Memiliki rasa tanggung jawab untuk masa depan.

47. Siswa dilibatkan dalam perancangan, implementasi dan evaluasi program belajar siswa.

48. Siswa menemukan guru-guru yang mendukungnya, ramah dan dapat didekati.

49. Dalam melaksanakan kegiatan sekolah mampu menjalin hubungan yang baik dengan staff dan bekerja untuk mencapai keberhasilan.

50. Di luar kelas mampu menjalin hubungan yang sangat baik dengan guru. 51. Waktu malam hari dimanfaatkan untuk belajar dirumah.

52. Mengadakan interaksi secara positif dengan teman sebaya, bekerjasama, saling membantu dan bukan bersaing.

53. Dengan kemampuan yang berbeda - beda siswa mampu bekerjasama terutama dalam kelompok.


(31)

54. Siswa mampu mengatasi masalah dengan teman sebayanya.

55. Siswa mempunyai tanggung jawab dan perilaku positif yang diakui secara umum.

Diadopsi dari: Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin Piper, Diana Banks, Beryl Evans Page 111-132; (http: //www. SchoolParents.Canbera. net. Komariah dan Triatna, 2005:50).

7. Guru dan proses belajar mengajar adalah pendidik yang professional yang dalam melaksanakan tugasnya mengunakan metode dan strategi belajar mengajar yang tepat sehingga menghasilkan suasana kegiatan belajar dan mengajar yang interaktif kondusif dan menyenangkan.

Indikator proses belajar mengajar oleh guru dan pembelajaran dengan inovatif adalah :

1. Mengajar dan belajar

2. Guru mampu bekerja sama dan bekerja sebagai satu tim. 3. Guru menjadi penentu terpenting bagi keberhasilan siswa. 4. Sehat jasmani dan rohani.

5. Memiliki integritas kepribadian. 6. Memiliki kecintaan terhadap belajar.

7. Memberitahu orang tua tentang kegiatan siswa secara beraturan. 8. Menjadi fasilitator dalam belajar.

9. Merubah pengalaman tingkah laku siswa.


(32)

11. Memiliki kualifikasi akademik minimum S1.

12. Memiliki kelayakan mengajar sesuai dengan bidangnya. 13. Memiliki pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran. 14. Mampu membuat perancangan pengajaran.

15. Melaksanakan penilaian.

16. Menguasai keilmuan dalam bidangnya.

17. Menguasai berbagai pendekatan dan metode pembelajaran. 18. Memahami perbedaan individu siswa.

19. Memperluas wawasan dan tantangan para siswa.

20. Guru mengembangkan pemikiran siswa untuk berpikir kritis, memberikan jalan dalam pemecahan masalah dan pengembangan kreativitas.

21. Professional dan tertarik akan kontinyuitas pengembangan kompetensi. 22. Memiliki kemampuan untuk memberikan pengajaran yang menarik

secara efektif dalam proses pembelajaran.

23. Guru mempunyai kualitas kompetensi, mempunyai sikap positif, dan moral tinggi.

24. Memelihara disiplin efektif.

25. Menekankan pada hasil akademis yang berkualitas.

26. Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan keterampilan yang esensial.


(33)

28. Melakukan perubahan, mencoba ide - ide baru dan siap dengan hal yang tidak diharapkan.

29. Mengakui ketercapaian siswa di setiap tingkat kelas sebagai hasil kerjanya.

30. Mengadakan feedback yang positif untuk perbaikan diri. 31. Mencerminkan keberhasilan sekolah.

32. Membantu tingkah laku secara kognitif / konstruktif dalam memahami mengajar / belajar.

33. Bersikap sensitif kepada kebutuhan individual siswa.

34. Melakukan hukuman yang bersifat mendidik kepada siswa dan menghindari hukuman fisik.

35. Memfokuskan kepada tujuan pokok belajar dari standar kompetensi (pembahasan ulang, praktek terbimbing, mengadakan pengecekan akan pemahaman, dan praktek secara bebas) untuk mengaplikasikan pendekatan-pendekatan belajar.

36. Memberikan bimbingan kepada siswa tentang pentingnya belajar untuk mendukung kemampuan daya ingat (memori).

37. Memberikan ketrampilan bagaimana memelihara daya ingat yang kuat kepada untuk jangka waktu yang panjang.

38. Membangun karakter siswa sebagai aplikasi konstruksi dari pengetahuan sosial.


(34)

39. Menjelaskan belajar dalam istilah secara individu dan konstruksi akan pengetahuan sosial.

40. Memiliki tiga variasi konstruksi : rasional, dialek, dan radikal.

41. Memiliki kemampuan untuk menyampaikan materi yang dianggap susah/sulit kepada siswa sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. 42. Membuat pola aplikasi konstruksi termasuk tugas kehidupan nyata,

interaksi sosial dan mengajar yang berorientasi kepada siswa.

43. Mengaplikasikan pendekatan konstuktif yang berdasarkan belajar secara kognitif dan belajar secara bersama (kerjasama).

Diadopsi dari : Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin Piper, Diana Banks, Beryl Evans) Page 70 – 72 ; (http://www. School

Parents.Canbera. net.au/; Komariah dan Triatna, 2005:38)

8. Kurikulum sekolah adalah seperangkat rancangan dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum pada sekolah bermutu/efektif memiliki indikator sebagai berikut : 1. Memaksimalkan ketercapaian, memodifikasi, dan menyesuaikan

kurikulum terhadap kebutuhan - kebutuhan siswa. 2. Mengembangkan personal dan fisik siswa secara efektif.


(35)

3. Mengalokasikan waktu pada tingkat jadwal sekolah dengan berbagai variasi sekolah, sistem yang keduanya di dalam jarak yang komprehensif dalam kurikulum dan dalam keseimbangan yang relatif. 4. Memastikan siswa mengembangkan satu sikap positif ke belajar.

5. Menyediakan kontinyuitas dari tahun ke tahun dalam pengembangan pembelajaran dan diintegrasikan melintasi belajar area.

6. Menetapkan sasaran yang jelas dan upaya untuk mencapainya.

7. Mengidentifikasi variabel - variabel yang berbeda antara sekolah - sekolah yang lebih efektif dan yang kurang efektif melalui beberapa penelitian.

8. Adanya pengorganisasian kurikulum.

9. Menganalisa prosentasi respon (jawaban) dari sasaran ketercapaian langkah dan keseimbangan serta koheren.

10. Membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan hidup, seperti harga diri, motivasi, dan disiplin diri.

11. Memberi gambaran opini publik yang dinyatakan dalam media menampilkan data, mendemonstrasikannya yang menjadi panadangan yang menonjol tidak selalu yang penting mewakili.

Diadopsi dari:Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin

Piper, Diana Banks, Beryl Evans) Page 35–40;

(http://www.SchoolParents.Canbera.net.au/; Komariah dan Triatna, 2005:50)


(36)

9. Mutu kinerja sekolah adalah kualitas kehidupan iklim kerja yang baik, yang berkembang di sekolah, yang menjamin terjadinya sistem sekolah yang berprinsip share, care, fair sehingga dengan adanya iklim yang baik, memungkinkan staf bekerja tenang, nyaman, dan bergairah.

”Indikator mutu kinerja sekolah” khususnya mutu kinerja SMPN RSBI adalah :

1. Menciptakan suasana aman dan tentram, tempat yang nyaman agar siswa mau belajar senang bangga untuk membawa siswa ke arah keberhasilan sesuai minat.

2. Mengakui bahwa siswa memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. 3. Menyesuaikan fasilitas untuk menstimulasi belajar.

4. Menemukan sumber daya dan mengaplikasikannya dengan cara yang kreatif dan efisien.

5. Mendorong siswa ke lingkungan yang unik agar percaya diri. 6. Menjaga identitas dan nama baik sekolah dengan kuat.

7. Menyetujui, memahami, dan menyampaikan tujuan sekolah dengan jelas. 8. Mengemukakan harapan - harapan yang beralasan bagi siswa dan unsur

lain.

9. Mengijinkan keikutsertaan dan tanggung jawab dari siswa, staff dan orang tua.

10. Seluruh warga sekolah mengerjakan sesuatu ke arah yang telah ditentukan sebagai tujuan yang ingin dicapai.


(37)

11. Kualifikasi pendidikan para guru minimal S1. 12. Memiliki guru dan staff dengan kompetensi.

13. Memiliki guru dan staff dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun. 14. Memiliki budaya sekolah yang kuat.

15. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan dan membangkitkan komitmen bagi warga sekolah.

16. Iklim sekolah menjunjung rasa keadilan yang menimbulkan semangat kerja.

17. Adanya tanggung jawab warga sekolah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

18. Memiliki iklim sekolah yang kondusif.

19. Menanamkan disiplin pada siswa, kegiatan berfokus pada siswa, siswa diberi kebebasan, belajar tidak kaku sesuai dengan budaya belajar, rasa aman, mendapat perhatian, gembira, terbuka, hormat, dan konsisten. 20. Memasukan program - program khusus, sebagai inovasi terhadap minat

warga sekolah.

21. Melaksanakan penilaian yang sama bagi semua siswa berdasarkan kurikulum secara umum.

22. Memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan adil.

23. Memberikan tempat kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya yang terbaik.


(38)

24. Mendukung orang tua dan kelompok untuk berpartisipasi kepada sekolah. 25. Mengikutsertakan orang tua untuk mendukung tugas yang diberikan guru

kepada siswa saat berada di lingkungan rumah.

26. Membuat orang tua berkeinginan disertakan untuk bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.

27. Menegakan identitas sekolah melalui masyarakat yang kuat, orang tua dan staff.

28. Siswa memiliki tingkah laku yang positif terhadap belajar.

29. Memperbaiki sebuah fondasi untuk mencari tantangan dan terus belajar melalui pengembangan keterampilan pengetahuan, tingkah laku dan nilai - nilai.

30. Mengidentifikasi perubahan secara luas bagi sekolah dengan bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan sekolah untuk mengikuti zaman dan teknologi.

31. Memaksimalkan keefektifan sekolah dengan bekerjasama secara harmonis antara elemen - elemen internal dari belajar mengajar, birokrasi, budaya, kelompok, harapan politik, dan kebutuhan individu untuk memperoleh keberhasilan.

32. Memiliki program - program yang menumbuhkan kreativitas siswa, guru dan staff.


(39)

33. Guru generapkan beberapa strategi PBM : student centered, reflection

learning, active learning, enjoyable dan joyful learning, cooperative learning, quantum learning, learning revolution, contekstual learning

34. Sekolah memiliki Rancangan Strategi jangka panjang (Renstra). 35. Sekolah memiliki rancangan kegiatan dan anggaran sekolah.

36. Sekolah memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal pembiayaan melalui partisipasi orangtua siswa.

37. Sekolah memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal bantuan barang / benda.

38. Sekolah memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal bantuan lainnya.

39. Menerapkan MBS, terdapat dokumen pelaporan program dan keuangan yang mencerminkan transparansi dan akuntabel.

40. Memiliki publikasi rumusan visi misi, tujuan, dan sasaran sekolah. 41. Budaya kepemimpinan sekolah.

42. Implementasi demokratisasi. 43. Memiliki jiwa kewirausahaan.

44. Memiliki dokumen kurikulum yang mencerminkan kurikulum SBI 45. Memiliki tim pengembang kurikulum.

46. Kuantitas guru. 47. Kualifikasi guru. 48. Kualitas guru.


(40)

49. Penerimaan siswa baru berdasarkan kriteria khusus.

50. Memiliki program yang jelas mengenai pengembangan siswa. 51. Melakukan evaluasi belajar yang bertaraf Internasional 52. Memiliki hubungan antara SMP RSBI dengan masyarakat 53. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat.

54. Menerima hasil maksimum dari materi yang ada. 55. Mengubah perubahan di bawah kontrol.

56. Mengharapkan asses (penilaian) dan kaji ulang kurikulum, kebijakan – kebijakan dan perubahan dilakukan bila perlu

57. Mengikutsertakan bawahan dalam membuat keputusan tanpa pertanyaan - pertanyaan yang diajukan dan ditempatkan sesuai kondisi.

58. Menghadirkan orang tua dalam kegiatan - kegiatan sekolah yang terbaik. 59. Mengangkat keberadaan dari outcome siswa - siswa, guru - guru, staff

dan dapat dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas.

60. Meningkatkan kepuasaan di tingkat guru - guru dengan adanya iklim sekolah menjadi lebih terbuka.

61. Memaksimalkan keefektifan sekolah dengan bekerja secara harmonis. 62. Kelulusan siswa 100 %.

63. Tingkat DO siswa 0 %. 64. Terampil mengunakan TIK.

65. Mampu debat dengan bahasa Inggris.


(41)

67. Mampu menyelesaikan tugas - tugas dan mengumpulkan fortofolio dengan baik.

68. Mampu menyampaikan tugas - tugas dari guru / sekolah.

69. Mampu melaksanakan eksperimen dalam pengembangan pengetahuan dan ketrampilan.

70. Mampu menemukan / membuktikan pengalaman belajarnya dengan berbagai karya.

71. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

72. Memperoleh kejuaraan olimpiade Internasional dalam bidang matematika, IPA, dan atau lainnya.

73. Nilai UN rata - rata > 8,00.

74. Memiliki kemampuan pengasaan teknologi dasar.

75. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik individu, kelompok (lokal, nasional, regional, dan internasional) yang dilakukan oleh lulusan. 76. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi

sekolah, penelitian dll. dalam bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

77. Memiliki dokumen lulusan dan pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar secara baik


(42)

79. Memiliki dokumen karya tulis, nilai dll tentang pemahaman budaya bangsa lain dari bangsa lain.

80. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial fisik maupun budaya

81. Memiliki berbagai karya - karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, bangsa lain, dll.

82. Terdapat usaha - usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan.

83. Mengevaluasi, memotivasi dan mengarahkan kegiatan - kegiatan organisasi.

84. Mengangkat kuantitas sekolah dari segi pelayanan dan produk siswa, pendidik dan unsur lain dan kualitas setiap output.

85. Menyamakan keefektifan sekolah dengan level pencapaian akademik yang diukur dengan tes standar (akreditasi / ISO).

86. Mencapai artikulasi dan strategi keberhasilan yang jelas.

87. Mencapai keberhasilan yang sesuai dengan harapan masyarakat. 88. Mendapatkan hasil secara formal dalam membuat keputusan.

89. Mengembangkan dan memodifikasi program - program termasuk orang tua dan siswa melalui mekanisme sekolah.

90. Mengembangkan kebebasan, harga diri, toleransi dan disiplin diri. 91. Mengukur keberhasilan sekolah melalui perubahan tingkah laku siswa.


(43)

92. Mengubah masyarakat secara dinamik sesuai dengan sekolah yang efektif.

93. Membuka diri bagi ide - ide baru, pengetahuan dan metoda - metoda 94. Sekolah mampu meyakinkan kepada orangtua / masyarakat bahwa

pendidikan anaknya di sekolah tersebut sebagai investasi SDM di masa yang akan datang.

Diadopsi dari : Educational Administration Wayne K. Hoy, Cecil G. Miskel Page 291-302; (http://www. SchoolParents. Canbera. net. au/).

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengacu pada perumusan masalah tersebut di atas dalam penelitian ini ada beberapa hal yang ingin dicapai secara umum, yaitu penelitian dapat memberikan gambaran empiris yang mendalam mengenai hal - hal yang berkaitan dengan efektivitas implementasi manajemen sekolah bermutu pada pelaksanaan SMPN Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan antara komponen visi dan misi sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan pada SMP RSBI di Jawa Barat.

2. Menganalisis hubungan antara komponen lingkungan sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.


(44)

3. Menganalisis hubungan antara komponen kepemimpinan kepala sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

4. Menganalisis hubungan antara komponen dukungan masyarakat dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat. 5. Menganalisis hubungan antara komponen rancangan dan program

sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

6. Menganalisis hubungan antara komponen siswa dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

7. Menganalisis hubungan antara komponen guru dan proses belajar mengajar dengan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

8. Menganalisis hubungan antara komponen kurikulum sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat. 9. Menganalisis hubungan antara seluruh komponen deteminan sekolah

efektif dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

10. Mendeskripsikan gambaran empiris dari komponen determinan sekolah bermutu dengan peningkaan mutu kinerja penyelenggaraan SMP Negeri RSBI di Jawa Barat dengan menganalisis :


(45)

a. Visi dan misi sekolah b. Lingkungan sekolah

c. Kepemimpinan Kepala sekolah d. Dukungan masyarakat

e. Rancangan dan program sekolah f. Siswa / peserta didik

g. Guru dan proses belajar mengajar h. Kurikulum sekolah

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran terhadap penyelenggaraan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) di Jawa Barat yang dirintis untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional. Hal ini sangat diperlukan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini begitu cepat, sehingga diperlukan kajian - kajian kontemporer yang dapat dimanfaatkan dalam rangka membangun konstruk (dasar) baru manajemen pendidikan.

Sementara manfaat praktis dari penelitian ini adalah hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar saran dan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan kepada penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dalam arti komponen -


(46)

komponen apa saja yang harus diperhatikan dalam pengimplementasian manajemen sekolah bermutu, sehingga pencapaian mutu kinerja RSBI, untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dapat diwujudkan sesuai dengan harapan pemerintah yakni meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki kompetensi dan memiliki daya saing nasional maupun internasional.

F. Kerangka Berpikir dan Premis

Pada dasarnya sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya yang memiliki kompetensi / daya saing secara nasional maupun Internasional (global) dan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi global pada umumnya dihasilkan oleh satuan pendidikan yang berkualitas pula. Oleh sebab itulah, Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah bermutu yang dituangkan pada Undang – Undang Sistem Pendikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat (3) bahwa :

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang -kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf Internasional.

Sebagai impelementasi dari UUSPN tersebut, kini hampir di setiap Kabupaten/Kota terdapat sekolah rintisan bertaraf Internasional, yang dalam perekrutannya, sekolah tersebut merupakan sekolah - sekolah unggulan yang ada di daerah masing-masing melalui seleksi yang dilakukan oleh Depdiknas, khususnya Direktorat Pembinaan SMP melalui kegiatan verifikasi kepada sekolah–sekolah unggulan yang ada di daerah. Kehadiran penyelenggaraan


(47)

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional tentu saja mendatangkan pro dan kontra tentang kualitas yang akan dicapai karena nampaknya model sekolah RSBI hanya sekedar menyelamatkan amanat UUSPN nomor 20 tahun 2003. Khususnya pada SMPN RSBI menurut penulis, penyelenggaraan RSBI memerlukan kerja keras dari seluruh warga sekolah, karena implementasi Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional sebagai sekolah bermutu akan dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah, baik secara internal maupun secara eksternal. Kendala eksternal, misalnya istilah Sekolah Bertaraf Internasional sendiri yang belum banyak dikenal oleh masyarakat awam, birokrat dan politkus sebagai pengguna jasa pendidikan. Hal ini terjadi karena pada umumnya Sekolah Bertaraf Internasional dipandang sebagai sekolah yang hanya diperuntukan untuk kalangan orang-orang tertentu atau orang - orang yang kaya serta adanya pandangan masyarakat tentang Sekolah Bertaraf Internasional identik dengan sekolah mahal. Selain itu masih ada kalangan birokrat serta legislatif yang belum memahami apa kewajiban dan tanggung jawab dari penyelenggaraan RSBI yang ada di kabupaten/kota, agar dalam penyelenggaraannya menjelma menjadi sebuah intitusi yang benar-benar bermutu. Sedangkan masalah internal adalah masalah yang datangnya dari dalam institusi itu sendiri misalnya masalah penguatan, pengayaan, pengembangan dari 8 (delapan) standar nasional pendidikan yang menjadi garapan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional, sebagai pembeda dari sekolah – sekolah lain pada


(48)

umumnya dan masalah merubah mindset (pola pikir) warga sekolah dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sebagai sekolah RSBI.

Dengan demikian sekolah - sekolah yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf Internasional harus mampu memecahkan masalah-masalah tersebut di atas misalnya dengan melaksanakan analisis SWOT yang dapat menganalisis tentang kekuatan, kelemahan, kesempatan/peluang, dan tantangan tehadap komponen - komponen sekolah yang ada di sekolah yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan (solusi) yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah saat itu maupun untuk masa yang akan datang.

Sebagai Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional yang identik dengan sekolah bermutu (efektif), maka sekolah tersebut dalam pelaksanaan operasionalnya (manajemennya) harus mengacu kepada standar mutu. Sekolah yang melaksanakan manajemen mutu adalah sekolah yang memiliki karakteristik dan indikator sebagai sekolah yang efektif. Hal ini sangat tergantung pada tingkat kesesuaian pencapaian tujuan dengan hasil yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai pada sekolah yang bermutu sangat ditentukan oleh komponen - komponen pendukung yang ada di sekolah tersebut. Maka dengan demikian, sekolah bermutu adalah sekolah yang dalam melaksanakan pengelolaannya sebagai sekolah bermutu sangat ditentukan oleh kinerja dari komponan - komponen yang ada di sekolah tersebut seperti : sekolah memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten, lingkungan sekolah yang baik, dan adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan


(49)

staf, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, penghargaan bagi guru dan staf serta siswa yang berprestasi, pendelegasian wewenang yang jelas, dukungan masyarakat sekitar, sekolah mempunyai rancangan program yang jelas, sekolah mempunyai fokus sistemnya tersendiri, pelajar diberi tanggung jawab, guru menerapkan strategi – strategi pembelajaran inovatif, evaluasi yang berkelanjutan, kurikulum sekolah yang terancang, dan terintegrasi satu sama lain, melibatkan orang tua dan masyarakat dalam membantu pendidikan anak - anaknya.

Dari uraian di atas, dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis pelaksanaan efektivitas manajemen sekolah bermutu pada penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) khususnya pada jenjang SMP, dengan harapan penulis akan mendapatkan gambaran kinerja dari sekolah - sekolah yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf Internasional tersebut dengan fokus penelitian pada (8) komponen determinan penyelenggaraan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf Internasional diantaranya adalah komponen: visi dan misi sekolah, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, lingkungan sekolah, dukungan masyarakat, rancangan dan program sekolah, peserta didik/siswa, guru, dan PBM serta kurikulum sekolah.

Adapun kerangka berpikir yang dikembangkan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(50)

Planing Organizing Actuating/ Implementing

Controling Gambar 1.1 :

Model Kerangka Berpikir / Paradigma penelitian

Keterangan : Mutu Kinerja Sekolah RSBI Ide konsep Prinsip peningkatan SDM yang bermutu, memiliki kompetensi global (Tujuan Pendidikan Nasional) Masalah Penguatan, Pengkayaan, Pengembangan untuk

mewujudkan Sekolah Bertaraf Internasional

Sekolah Bermutu

UUSPN No. 20 Thn. 2003 Pasal 50

Ayat (3) RSBI SD/MISMP, SMA/SMK,

PP. 19 Thn. 2005

Implementasi Manajemen Sekolah Bermutu Input-Proses-Output

Rancangan dan Program Sekolah

Kurikulum Sekolah

Kepemimpinan Kepala Sekolah

Guru dan PBM

Dukungan Masyarakat Lingkungan Sekolah

Siswa / Peserta didik

Komponen - Komponen Sekolah Bermutu


(51)

Setelah mengkaji pengertian karakteristik sekolah efektif, penulis akan mengajukan premis dalam upaya memecahkan masalah guna meningkatkan mutu kinerja SMP RSBI di Jawa Barat sebagaimana berikut ini :

”Apabila SMP RSBI di Jawa Barat dalam pengelolaannya mengimplementasikan karakteristik sekolah efektif yang terdiri atas: sekolah memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten, lingkungan sekolah yang baik dan adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan staf, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, dukungan masyarakat sekitar, sekolah mempunyai rancangan program yang jelas, pelajar diberi tanggung jawab, guru menerapkan strategi - strategi pembelajaran inovatif, kurikulum sekolah yang terancang dan terintegrasi satu sama lain maka akan meningkatkan mutu kinerjanya”.

G. Asumsi

Dalam penelitian ini, penulis menyatakan beberapa asumsi tentang sekolah bermutu dan karakteristiknya sebagai dasar pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

1. Sekolah bermutu / Sekolah efektif

Sekolah yang memiliki komitmen terhadap kesesuaian hasil yang diperoleh dengan tujuan yang ingin dicapai melalui pengelolaan komponen-komponen sekolah secara maksimal dan berkelanjutan dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan


(52)

stakeholders. (Jerome S. Arcaro, 2005:38; Mc. Graw,1992:11; Peter

Mortimore,1991).

2. Visi dan misi sekolah 2.1. Visi

Visi pada sekolah bermutu menentukan civitas sekolah (RSBI) untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

(Collins Essential English Dictionary 2nd Edition 2006 © HarperCollins Publishers 2004, 2006)

2.2. Misi

Misi pada sekolah bermutu menjadi penentu arah para civitas sekolah RSBI dan dijadikan langkah untuk melakukannya dengan mempertajam bentuk - bentuk kegiatan agar tujuan yang telah ditetapkan dalam visi dapat tercapai.(Quiqley (1993: 6 ; Collins Essential English Dictionary 2nd Edition 2006 © HarperCollins Publishers 2004, 2006)

3. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah pada sekolah bermutu memiliki budaya iklim yang kondusif dan nyaman sehingga sangat mendukung aktivitas warga sekolah dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya peningkatan mutu kinerja sekolah. (Wayne K Hoy, 2008:198).


(53)

4. Kepemimpinan Kepala sekolah

Pada sekolah bermutu, kepala sekolah memiliki komitmen budaya mutu dan konsisten dalam pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sehingga memberikan dampak positif pada seluruh warga sekolah terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. (Wayne. K. Hoy, 2008 : 419,453 ; Sondang. P. Siagian, 1985 ; Philip Helinnger et.al.,1993:21, Wirawan: 2002).

5. Dukungan masyarakat

Keterlibatan masyarakat pada sekolah bermutu dalam membuat rancangan dan program kegiatan sekolah memberi dampak yang positif terhadap upaya sekolah dalam mewujudkan mutu lulusan yang memiliki kompetensi global sesuai dengan keinginan masyarakat. (Rohmadi, 1992:13 ; UNESCO ; Faisal, 1981:179 ; Satori, 2005:6).

6. Rancangan dan program sekolah

Rancangan dan program pada sekolah bermutu disusun dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju untuk menghasilkan output yang memiliki kompetensi global. (Louise E. Boone dan David L. Kurtz, 1984:55 ; Henri Fayol, Luther Gulick, dan Edward Banfield, 1982:5)

7. Siswa

Siswa pada sekolah bermutu memiliki budaya mutu dan disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas


(54)

serta memiliki kompetensi global, namun tetap memiliki jati diri sebagi bangsa Indonesia.

8. Guru dan Proses Belajar Mengajar

Pada sekolah bermutu, guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode dan pedekatan pembelajaran yang aktif kreatif, efektif, dan menyenangkan serta ditunjang dengan media pembelajaran yang lengkap sehingga suasana belajar menjadi kondusif dan ditindaklanjuti dengan evaluasi sebagai bahan perbaikan proses belajar mengajar selanjutnya. (Brown, 2000:7; Gage (Brown,1987:7) : Bruner (Brown,1987:7); Rooijakkers, 2003:13).

9. Kurikulum

Kurikulum pada sekolah bermutu (RSBI) dijadikan sebagai acuan dan penentu arah mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan pada aktivitas intrakurikuler (proses belajar mengajar) dan ekstrakurikuler yang dibuat oleh warga sekolah dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat untuk mencapai tujuan (output) yang berkualitas.

(Mc. Graw : 1992, 235 ; UUSPN No. 20 tahun 2003)

G. Hipotesis Penelitian

Sebagaimana kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :


(55)

1. Terdapat hubungan antara visi dan misi sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

2. Terdapat hubungan antara kepemimpinan Kepala sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

3. Terdapat hubungan antara lingkungan sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

4. Terdapat hubungan antara dukungan masyarakat dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

5. Terdapat hubungan antara rancangan dan program sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

6. Terdapat hubungan antara siswa dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

7. Terdapat hubungan antara guru dan proses belajar mengajar terhadap peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

8. Terdapat hubungan antara kurikulum sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

9. Terdapat hubungan antara seluruh komponen determinan sekolah efektif dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

Hipotesis penelitian tersebut di atas dapat digambarkan ke dalam formula penelitian sebagai berikut :


(56)

rx1y

R rx2y

rx3y

rx4y

rx5y

rx6y

rx7y

rx8y

Gambar 1. 2 : Korelasi antar variabel penelitian Keterangan :

1. X1 = Variabel bebas, visi dan misi sekolah

2. X2 = Variabel bebas, kepemimpinan Kepala sekolah 3. X3 = Variabel bebas, lingkungan sekolah

4. X4 = Variabel bebas, dukungan masyarakat sekitar 5. X5 = Variabel bebas, rancangan dan program sekolah 6. X6 = Variabel bebas, siswa / peserta didik

7. X7 = Variabel bebas, guru dan PBM 8. X8 = Variabel bebas, kurikulum sekolah

9. Y = Variabel terikat mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat 10. R = Korelasi ganda X(1-8) terhadap Y

11. r = Korelasi X terhadap Y

12. = Hubungan antar variabel bebas

X 1

X8

X7

X2

X3

X4

X5

X6


(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian sosial. Pendekatan penelitian sosial digunakan karena yang dijadikan obyek penelitiannya adalah tentang pendidikan.

B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kuantitatif (Quantitative Research). Metode kuantitatif adalah rancangan penelitian yang meliputi pemilihan subjek, teknik pengumpulan data (seperti, kuisioner, observasi atau wawancara), prosedur untuk mendapatkan data, dan prosedur untuk melakukan pengolahan data. Secara bersamaan, ketiga komponen tersebut melandasi metode studi, seperti yang diungkapkan oleh James H Mc. Millan dan Sally Schumacher (2001 :165) tentang desain penelitian kuantitatif sebagai berikut :

Designing quantitative research involves choosing subject,data collection technique (such as questionnaires ,observations,or interview) procedures for ghatering the data and procedures for implementing treatments” .

Sedangkan model penelitian yang digunakan adalah Penelitian Inferential Statistics dengan Statistik Parametrik, karena dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis karakteristik komponen - komponen sekolah efektif pada SMPN RSBI di Jawa Barat dengan cara menganalisis hubungan antara implementasi


(58)

komponen visi misi, kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan sekolah, dukungan masyarakat, rancangan dan program sekolah, siswa / peserta didik dan kurikulum pada SMPN RSBI dengan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat apakah sudah maksimal atau masih perlu ditingkatkan yakni dengan menggunakan teknik korelasi sederhana, regresi dan multiple regression (dengan multiple wise method) sebagai alat penelitiannya. Karakteristik penelitian kuantitatif dengan model korelasional diantaranya adalah memberikan implikasi dalam membuat generalisasi (Sugiono : 95:2009).

C. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 1. Variabel

Dalam penelitian yang penulis laksanakan terdapat satu variabel terikat (Y) yaitu Mutu Kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat dan delapan variabel bebas (X) yang dikaji dalam penelitian ini. Variabel bebas (independen) dalam menganalisis mutu kinerja pada SMPN RSBI di Jawa Barat, diantaranya adalah visi misi sekolah, lingkungan sekolah, kepemimpinan Kepala sekolah, dukungan masyarakat, rancangan dan program sekolah, siswa, guru dan proses belajar mengajar dan kurikulum sekolah.

2. Definisi operasional variabel

Agar penelitian yang penulis laksanakan lebih memiliki kebermaknaan maka secara operasional, kedelapan variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut :


(59)

2.1. Visi dan Misi 1. Visi

Adalah visi idealisasi pemikiran tentang masa depan mengenai organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi / sekolah.

2. Misi

Misi adalah rumusan langkah-langkah yang merupakan kunci untuk berinisiatif, mengevaluasi, dan mempertajam bentuk-bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam visi. 2.2. Lingkungan Sekolah

Adalah lingkungan yang mermberikan dampak kepada warga sekolah merasa aman, bersih, nyaman dan mendukung terhadap proses belajar mengajar serta dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi terhadap aspek - aspek organisasi dan kehidupan sekolah.

2.3. Kepemimpinan Kepala sekolah yang kuat

Adalah kemampuan kepala sekolah dalam melayani dan menyediakan bimbingan ketika ada perubahan, dan bertanggung jawab untuk kepentingan organisasi.

2.4. Dukungan masyarakat

Adalah partisipasi dan dukungan orang tua siswa untuk menyayangi dan berpartisipasi di dalam kehidupan sekolah.


(60)

2.5. Rancangan dan program sekolah

Adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan yang mengandung beberapa unsur- unsur sebagai berikut: adanya proses, hasil yang ingin dicapai dan menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.

2.6. Siswa /peserta didik

Adalah peserta didik yang diberi tanggung jawab untuk mengikuti pembelajaran dalam kemampuan menyerap dan mengasai materi yang disampaikan guru, mengikuti aturan – aturan yang telah ditetapkan, berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan kinerja yang ditunjukannya dalam memecahkan masalah - masalah belajar dari kehidupan.

2.7. Guru dan proses belajar mengajar

Adalah pendidik yang professional, yang dalam melaksanakan tugasnya menggunakan metode dan strategi belajar mengajar yang tepat, sehingga menghasilkan suasana kegiatan belajar dan mengajar yang interaktif kondusif dan menyenangkan.

2.8. Kurikulum Sekolah

Adalah seperangkat rancangan dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman


(1)

359 e. Adanya pengembangan staff sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan

IPTEK.

f. Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif dan memanfaatkan hasilnya untuk perbaikan / penyempurnaan mutu sekolah.

g. Adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/ masyarakat terhadap program dan kebijakan sekolah.

h. Memiliki perencanaan dan program sekolah jangka panjang, menengah dan jangka pendek yang digunakan oleh warga sekolah sebagai acuan dan penentu arah dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. i. Memiliki kurikulum sekolah yang sesuai dengan perkembangan IPTEK

dan tuntutan jaman.

j. Kegiatan proses belajar mengajar yang inoivatif, kreatif dan menyenangkan yang dilakukan oleh guru sehingga siswa merasa senang selama mengikuti PBM.

3. Memiliki standar mutu dan penjaminan mutu terhadap : input, proses output dan outcome.

4. Mendapat support (dukungan) dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (Provinsi, Kabupaten atau Kota) dan unsur legislatif terhadap kebutuhan sekolah (SMPN RSBI) yang tidak dapat dilakukan oleh pihak


(2)

375 DAFTAR PUSTAKA

Aan Komariah, Cepi Triatna, Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif, Jakarta, Bumi Aksara, 2006.

AB Susanto dkk, Corporate Culture and Organization Culture, Jakarta, The Jakarta Consulting Group,2008

Ace Suryadi ,Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan, Jakarta, Balai Pustaka, 1999.

Agus Salim,dkk.,Indonesia Belajarlah,Yogyakarta,FKIP UNESA dan Tiara Wacana, 2007.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Barry Mc Gaw, etc, Making School More Effective, Australia, Australian Council For Education Reasearch (ACER) ,1992

David, Jane L. Synthesis of Research on School-Based Manajement. (Educational Leadership, Volume 46, Number 8, May 19

Din Zainudin, Pendidikan Budi Pekerti Dalam Perspektif Islam,Jakarta, Al- Mawardi Prima, 2005

Edward Sallis, Total Quality Manajement in Education,Manajemen Mutu Pendidikan, Jogjakarta, IRCiSoD, 2007

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan ,Kuantitatif dan Kualitatif , Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008

Engkoswara, Menuju Indonesia Modern 2020, Bandung, Yayasan Amal Keluarga, 1999.

Fasli Jalal dkk, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta : Aditica Karya Nusa, 2001.


(3)

376 Fred R David, Strategic Management ,Concepts and Cases, Florence South Carolina,

Francis Marion Unoversity, Pearson Education International, 2007

Furqon, Prof. Ph.D,. Statistika terapan untuk penelitian. Bandung : Alfabeta. 2008. Gerald Grace, School Leadership, Hongkong, The Falmers Press, Taylor and francis

Inc.1997.

HAR Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta,Rineka Cipta,2002

HAR Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manuisa Dalam Era Globalisasi , Jakarta,Gramedia, 1997

HAR Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung, Rosdakarya, 2006 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Jakarta , Raja Grafindo Persada , 2006

Husaini Usman, Manajemen, Teori Praktik dan riset Pendidikan ,Jakarta, Bumi Aksara, 2008

Indra Djati Sidi, Dari ITB untuk Pembaruan Pendidikan, Jakarta, Taraju, 2005 ---, Informasi Program Direktorat Pembinaan SMP, Depdiknas, Jakarta, 2008 James M. Liphamand James A.Hoch.JR, The Principalship Foundationand

Functions, New York, Harper and Row, Publishers, 1974

Jamesh Mc Millan , Sally Schumacher, Research in Education, New York, Longman, 2001

James M.Kouzes dan Barry Z. Ponser, The Leadership Learning, Panduan Menjadi Motivator Hebat Bagi Siapa Saja, Yogyakarta, Baca, 2008.

Jap Scheerens, School Development, Effevtive Schooling, Research, Theory and Practice, London,Great Britanian by dotesios ,1992

JeromeS.Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007 Joseph Murphy: Karen Seashore Louis , Educational Administration , American

Educational research Association ,San Francisco, Jossey Bass Publishers, 1999 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006


(4)

377 Kerst Boersma,etc, Research and the Quality of Science Education, Nedtherland,

Springer, 2005

---,Kebijakan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Depdiknas Dirjenmandikdasmen, Jakarta Pusat, 2007

---,Kebijakan Teknis Direktorat Pembinaan SMP, Jakarta, Depdiknas, 2008.

---, Kementrian Lingkungan Hidup, Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan , Jakarta,2006

Lunenburg C Fred and Ornstein C Allan, Educational Administration Concept and Practices, Australia: Waswort, 2000

Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan, Partisipatori Dengan Pendekatan Sistem, Jakarta, Rineka Cipta, 2005

Megan Crawford,lesley Kydd and Colin Riches, Leadership and Teams in Educational , Jakarta, Gramedia Widiasarana, 2005

Miftah Thoha, Kepemimpinan Dalam manajemen, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007

Mohammad Amien Rais, Selamatkan Indonesia, Yogyakarta, PPSK. Press, 2008. Mondy R Wyne and Premuxe Shane, Manajement, Concept, Practrice and Skill, New

Jersey: Englewood Cliffs, 1995,

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung, Aditama, 2006

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan , Bandung, UPI Pasca dan Remaja Rosda Karya , 2007

Nurani Soyo Mukti , Pendidikan Berspektif Globalisasi ,Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2008

Nurgana Endi, Drs., Statistika untuk penelitian. Bandung : PT. C.V Permadi. 1985. Oemar Hamalik, Dasar - Dasar Pengembangan Kurikulum , Bandung, Rosda Karya,


(5)

378 Oteng Sutisna, Administrasi pendidikan, Dasar teoritis Untuk Praktek Profesional,

Bandung, Angkasa. 1983

Patrick Whitaker, Managing Change in School, Open University Press, Buckingham, Philadelphia, 1993.

Philip Hallinger,Kenneth Lethwood,Joseph Murphi, Cognitives Perpectives on Educational Leadership ,Tecaher College,Columbia University, New York and London , 1993

---,Panduan Pelaksanaan, Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasinal (SMP-SBI), Departemen Pendidikan Nasional,Dirjen Mandikdasmen Direktorat Pembinaan SMP, Jakarta Pusat,2008.

---, Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Depertemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008

Poernomosidi Hadjisarosa. 1997. Naskah 1 : Butir-Butir untuk Memahami Pengertian Mengenali Hal Secara Utuh dan Benar (Bahan Kuliah STIE Mitra Indonesia).

Robert J. Starratt, Menghadirkan Pemimpin Visioner, Kiat Menegaskan Peran Sekolah, Yogyakarta, Kanisius, 2007

---, Standar Kompetensi Kepengetuaan Sekolah Malaysia, Institut Aminudin Baki, Kementrian Pelajaran Malaysia, Sri Layang,2006

Sam M.Chan dan Tuti T. Sam, Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007

Sallis, Edward. 1993, Total Quality Manajement in Education. London: Kogan Page Educational Series.

Soedijarto, Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta, Kompas, 2008. Soewarso Hardjosoedarmo, Total Quality Manajement, Yogyakarta, ANDI, 2004 Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta, Rineka Cipta, 2003 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta, 2006


(6)

379 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung, Rosda Karya, 2006. Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,

Bandung, Alfa Beta, 2007.

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan, Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung, Pustaka Setia,2002

Sumarno dkk, Otonomi Pendidikan. Kertas Kerja yang Dibahas di Universitas Negeri Yogyakarta dalam Rangka Memberi Masukan kepada Menteri Pendidikan Nasional. 2000

Taher A Rzik; Austin D Swanson, Fundamental Concept of Educational Leadership and Management, Ohio, PrenticeHall, 1995

The Josey-BASS, Reader On Educational Leadership, Awilwy Company, 1999 Tony Bush and Marianne Coleman, Manajemen Strategi Kepemimpinan Pendidikan,

Yogyakarta,IRCISOD,2008.

Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin, Perencanaan Pendidikan, Bandung, PPS UPI dengan Rosda Karya, 2006.

---,Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Sekretariat Jendral MPR RI, Jakarta, 2005.

Vincent Gaspeasz, Lean Six Sigma For Manifacturing and Service Industri, Jakarta, Gramedia, 2008

Wayne K.Hoy,Cecil G.Miskel, Educational Administration, The Mc Graw-Hill Companies Inc, New York, 2008.

Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta, Raja Grafindo Persada , 2007 Wibowo, Manajemen Perubahan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007 Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta, Rineka Cipta,2000 Zamroni, Meningkatkan Mutu Sekolah, Jakarta, PSAP Muhammadiyah, 2007.