EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI : Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh Mia Yulianti NIM 0906730

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)

oleh Mia Yulianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

© Mia Yulianti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(4)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)

MIA YULIANTI 0906730 ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa dalam pembelajaran memparafrasakan puisi yang terdapat di dalam silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia SMK kelas X. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) kemampuan memparafrasakan puisi siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan; (2) kemampuan memparafrasakan puisi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan; (3) ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan memparafrasakan puisi siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik bercerita berpasangan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen one group-pretest dan posttest design. Pada saat tes awal masih banyak siswa yang merasa kesulitan mengembangkan bahasa kiasan dalam puisi. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa yaitu sebesar 63,8. Setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan, hampir semua siswa mendapat nilai yang lebih tinggi dengan rata-rata nilai sebesar 75,2 dan kemampuan siswa dalam mengembangkan bahasa kiasan menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil uji signifikansi nilai rata-rata prates dan pascates peneliti memperoleh thitung (5,37) dan ttabel (2,03) dengan db = 34 dan taraf kepercayaan 95%. Perbandingan nilai thitung dengan nilai ttabel adalah (5,37) > (2,03) sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Ditunjang dengan penilaian hasil observasi bahwa kualitas pembelajaran memparafrasakan puisi dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan termasuk ke dalam kategori baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknik bercerita berpasangan efektif diterapkan dalam pembelajaran memparafraksan puisi dan dapat meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas X SMK Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.


(5)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ………... i

ABSTRAK ……….... ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iv

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….……. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 5

C. Rumusan Masalah ………. 5

D. Tujuan Penelitian ……… 5

E. Manfaat Penelitian ………. 6

F. Definisi Operasional ………. 6

G. Anggapan Dasar ……… 7

BAB II IHWAL MENULIS, PARAFRASA PUISI, DAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN A. Ihwal Menulis ……….……….. 8

1. Pengertian Menulis ………. 8

2. Menulis dan Memahami Puisi ……… 8

3. Tujuan Menulis ……….. 9


(6)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Parafrasa Puisi ……….. 11

1. Pengertian Parafrasa Puisi ………. 11

2. Cara atau Teknik Parafrasa Puisi ……….. 12

3. Contoh Parafrasa Puisi ……….. 13

4. Langkah-langkah Parafrasa Puisi ……….. 15

5. Jenis-jenis Puisi ………. 16

6. Unsur-unsur Puisi ………. 18

C. Teknik Bercerita Berpasangan ……….... 20

1. Pengertian Teknik Bercerita Berpasangan ………... 20

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Teknik Ber- cerita Berpasangan ……… 21

3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran dengan Menggunakan Teknik Bercerita Berpasangan ………. 21

D. Hipotesis ………. 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 24

C. Sumber Data ………... 24

1. Populasi ……… 24

2. Sampel ………. 25

D. Teknik Penelitian ……….. 25

1. Teknik Pengumpulan Data ………... 25

2. Teknik Pengolahan Data ………. 26

E. Instrumen Penelitian ………. 31

1. Instrumen Tes ………. 31

2. Instrumen Perlakuan ……… 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Proses Penelitan ………. 49


(7)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Deskripsi Data Penelitian Secara Kualitatif ……….. 53 C. Deskripsi Data Penelitian Secara Kuantitatif ………. 78 1. Analisis Nilai Pretes dan Postes Memparafrasakan Puisi …... 78 2. Hasil Penelitian Pretes dan Postes Memparafrasakan Puisi …… 80

a. Uji Reliabilitas ………..……….... 80 1) Uji Reliabilitas Pretes Memparafrasakan Puisi ……….. 80 2) Uji Reliabilitas Postes Memparafrasakan Puisi ……….. 83 b. Uji Normalitas ……… 87 1) Uji Normalitas Pretes Memparafrasakan Puisi ………… 87 2) Uji Normalitas Postes Memparafrasakan Puisi ………... 90 3. Uji Hipotesis ………. 93

D. Pembahasan Hasil Penelitian ………... …... 99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………. 102 B. Saran ………... 104 DAFTAR PUSTAKA ………... x


(8)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Bahasa juga merupakan alat komunikasi yang paling utama, dapat menunjang pola pikir seseorang (KTSP, 2006: 206). Dalam kegiatan berbahasa terdapat empat aspek keterampilan yang harus dimiliki, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran, keempat aspek keterampilan bahasa tersebut berkaitan satu sama lain.

Salah satu keterampilan bahasa yang dianggap cukup sulit adalah keterampilan menulis. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami seseorang sehingga orang lain dapat memahami bahasa dan gambar grafik itu (Tarigan, 1944: 21). Pada kegiatan pembelajaran menulis misalnya siswa diberi tugas menulis karangan bebas yang berupa narasi sugestif, hanya sebagian siswa yang memiliki kemampuan mengembangkan ide dan menuangkannya menjadi sebuah karangan narasi, tetapi kebanyakan siswa cenderung tidak bisa mencari dan mengembangkan idenya. Mengingat betapa pentingnya keterampilan menulis yang harus dikuasai siswa sebagai salah satu kompetensi berbahasa yang dapat menunjang kehidupannya di masa yang akan datang.

Penelitian ini memfokuskan pada menulis yang berkaitan dengan teks sastra yaitu puisi. Menurut Kurniawan (2012:10) menulis sastra adalah menciptakan


(9)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dunia baru, dunia yang berangkat dari fenomena di sekitar kita yang telah dielaborasi dengan pengetahuan dan imajinasi. Penelitian ini menyoroti bagaimana seorang siswa memahami sebuah karya sastra, yaitu puisi kemudian menuliskannya kembali atau disebut dengan memparafrasakan. Mengutip pendapat Hasanuddin (2002:5) puisi merupakan pernyataan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan.

Memahami karya sastra, khususnya puisi tentu tidak semudah seperti kita memahami teks berita. Penyair menuliskan puisinya tidak dengan begitu saja, tetapi memerlukan penghayatan mendalam tentang perasaan yang dialaminya atau kejadian yang terjadi di sekitarnya. Kedudukan siswa adalah orang awam yang harus memahami puisi dengan kemampuan yang masih sangat terbatas. Siswa biasanya mengalami kesulitan dalam memahami tema atau gagasan yang terkandung dalam sebuah puisi, terlebih jika puisi tersebut tergolong ke dalam puisi yang sulit untuk dipahami. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Ibu Nina, bahwa kebanyakan siswa kurang menyukai puisi begitu pula dengan pembelajaran puisi.

Teknik bercerita berpasangan merupakan salah satu teknik pembelajaran yang termasuk ke dalam macam-macam teknik pembelajaran yang dilakukan secara kooperatif atau bekerja sama. Cooperative learning tidak sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tapi memiliki struktur dorongan dan tugas yang bersifat cooperative, sehingga terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan interdepedensi yang efektif (Alma, 2009:81). Pembelajaran secara berkelompok bertujuan untuk bekerja sama, saling membantu, mengonstruksi konsep, menyelesaikan masalah, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri bersama kelompok. Pembelajaran menulis dengan menggunakan metode kooperatif dapat menambah tingkat pemahaman dan pengembangan ide, karena siswa dapat bekerja sama dalam sebuah kelompok yang dibagi secara acak atau heterogen sehingga siswa dapat melakukan curah pendapat bersama dengan kawannya. Menurut Lie (2008:71) teknik bercerita berpasangan ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Teknik ini melibatkan skemata


(10)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu mengaktifkan skemata tersebut agar bahan pelajaran lebih bermakna. Teknik bercerita berpasangan ini juga dapat merangsang kemampuan berpikir dan berimajinasi siswa, hasil dari buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar..

Teknik bercerita berpasangan ini lebih memfokuskan pada proses pembelajaran secara berpasangan sehingga akan lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan teknik diskusi yang melibatkan empat sampai lima orang dalam satu kelompok. Secara sepintas teknik ini pada dasarnya seperti teknik berdiskusi atau jenis teknik yang melibatkan siswa secara berkelompok, tetapi dalam teknik bercerita berpasangan siswa diarahkan untuk bertutur atau bercerita, sehingga pembelajaran menjadi lebih santai namun tetap serius. Hal tersebut yang membuat teknik ini menjadi lebih unggul dibandingkan teknik pembelajaran berkelompok lainnya. Teknik bercerita berpasangan ini sangat tepat digunakan pada siswa kelas X, sebab menurut teori psikologi perkembangan berdasarkan periodesasinya siswa SMK yang rata-rata berusia antara 15-17 tahun berada pada masa remaja madya (middle adolescence). Mengutip pendapat Hurlock (1980:10), membuat tugas perkembangan masa remaja yakni: (1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, (2) Mencapai peran sosial pria dan wanita, (3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, (4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti menarik suatu benang merah bahwa siswa pada fase usia SMK khusunya kelas X merupakan masa peralihan dari fase remaja awal menuju ke fase remaja yang masih sangat membutuhkan teman untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman. Siswa akan merasa lebih senang dan nyaman jika belajar bersama temannya dalam metode pembelajaran kooperatif. Berdasarkan uraian mengenai teknik bercerita berpasangan dan beberapa keunggulannya, untuk itu penulis ingin mencoba menerapkan teknik bercerita berpasangan dalam pembelajaran memparafrasakan puisi.


(11)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik pembelajaran secara berkelompok atau kooperatif terbukti efektif untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa. Simpulan tersebut didapat dari penelitian sebelumnya yang relevan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Eryant Aghita Zanuarisha (2010) yang meneliti tentang pembelajaran memparafrasakan puisi menggunakan metode kolaborasi Reading-Writing Connection, peneliti telah membuktikan keefektifan metode tersebut dalam pembelajaran menulis. Ada pun penelitian yang dilakukan oleh Nani Septiani (2010), penelitiannya berjudul

Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan dalam pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siswa (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa kelas X SMA Negeri 14 Bandung Tahun Pelajaran 2009/2010)” menghasilkan simpulan bahwa teknik ini berhasil meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Dalam penelitian tersebut peneliti juga menyarankan agar peneliti lain menerapkan teknik bercerita berpasangan. Seperti halnya pada penelitian relevan lainnya yang telah dilakukan oleh Cynthia Ratna Nugraha (2012) yang berjudul

Keefektifan Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan dalam Pembelajaran Apresiasi Dongeng yang Diperdengarkan (Studi Eksperimen Semu terhadap Siswa SMP Kelas VII di SMP Negeri 10 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012” peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan teknik bercerita berpasangan yang diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang materinya bersifat naratif atau deskriptif. Penelitiannya juga membuktikan bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi dongeng dengan nilai rata tes awal siswa adalah 51,3 sedangkan nilai rata-rata tes akhir sebesar 64,3. Titik perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah perbedaan pada variabel Y yaitu variabel pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Penulis memilih pembelajaran menulis parafrasa sebagai variabel penelitian, sebab pembelajaran memparafrasakan puisi merupakan pembelajaran yang bersifat naratif yang sangat tepat apabila diujicobakan dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan. Penulis meyakini bahwa penelitian ini perlu diangkat sebagai sebuah cara baru agar siswa menyenangi pembelajaran puisi khususnya parafrasa.


(12)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Atas dasar penjabaran di atas maka penulis memilih judul Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan dalam identifikasi masalah di atas, peneliti akan menjadikan pokok-pokok sebagai berikut:

a. Penerapan teknik bercerita berpasangan dalam pembelajaran memparafrasakan puisi

b. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Cimahi

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kemampuan memparafrasakan puisi siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan?

2. Bagaimana kemampuan memparafrasakan puisi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan?

3. Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan memparafrasakan puisi siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membantu guru melatih kemampuan siswa dalam pembelajaran memparafrasakan puisi dan memberikan alternatif metode bagi guru.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan kemampuan memparafrasakan puisi siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan.


(13)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mendeskripsikan kemampuan memparafrasakan puisi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan.

3. Mendeskripsikan ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan memparafrasakan puisi siswa sebelum dan setelah menggunakan teknik bercerita berpasangan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Bagi peneliti

Menambah wawasan dalam menerapkan teknik bercerita berpasangan dalam pembelajaran menulis yaitu memparafrasakan puisi serta dapat mengetahui tingkat ketercapaian tujuan dari metode tersebut. Sebagai calon guru, peneliti akan mendapatkan gambaran mengenai kesulitan-kesulitan siswa dalam pembelajaran sastra tersebut.

2. Bagi guru

Penelitian ini dapat menjadi metode alternatif yang dapat diterapkan untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran memparafrasakan puisi.

3. Bagi siswa

Kemampuan siswa diharapkan dapat menggali makna dan memperkaya pengetahuan kesastraannya sehingga siswa menjadi lebih baik dan terampil mengembangkan sebuah karya sastra yaitu dalam pembelajaran memparafrasakan puisi.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran mengenai istilah yang digunakan, maka penulis mengemukakan definisi operasional untuk istilah yang digunakan.


(14)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suatu teks puisi menjadi tulisan baru, berupa narasi tanpa mengubah makna puisi tersebut.

2. Teknik bercerita berpasangan adalah teknik yang dilakukan secara berpasangan (dua orang) dengan cara mengaktifkan skemata siswa, siswa dapat menggali pengetahuan dan pengalamannya dan mengaitkannya dengan topik yang akan dipelajarinya bersama temannya dalam kelompok.

G. Anggapan Dasar

Beberapa anggapan dasar yang peneliti rumuskan, antara lain:

1. Keterampilan memparafrasakan puisi pada siswa kelas X perlu diberikan perlakuan dengan teknik pembelajaran yang bisa menjadi stimulus.

2. Teknik dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran.

3. Teknik bercerita berpasangan memiliki kelebihan dibandingkan pembelajaran yang besifat individual dan kompetisi.


(15)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif model kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen adalah metode yang mengujicobakan suatu metode atau teknik pembelajaran di kelas secara semu. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2010:114). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen dengan model kuasi eksperimen atau eksperimen semu kategori tes awal dan tes akhir dalam kelompok tunggal (pretest and posttest group). Metode ini diterapkan tanpa menggunakan kelas kontrol atau kelas pembanding. Desain penelitian satu kelompok ini diukur dengan menggunakan pretes (tes awal) yang dilakukan sebelum diberi perlakuan dan postes (tes akhir) yang dilakukan setelah diberi perlakuan. Pola rancangannya digambarkan sebeagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

O1: nilai pretes (sebelum diberi perlakuan) O2: nilai postes (setelah diberi perlakuan)

X: perlakuan dengan teknik bercerita berpasangan

Ada pun perlakuan yang diberikan pada penelitian ini, dilaksanakan melaui tiga E O1 X O2


(16)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tahapan. Perlakuan dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut.

Keterangan : P1 = Perlakuan 1 P2 = Perlakuan 2 P3 = Perlakuan 3

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Cimahi pada siswa kelas X Teknik Transmisi B, semester genap, pada bulan Mei tahun ajaran 2012/2013.

C. Sumber Data 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 297). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Transmisi B SMK Negeri 1 Cimahi tahun ajaran 2012/2013. Adapun rincian siswa kelas X Teknik Transmisi B tersebut yang menjadi populasi penelitian dalat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Populasi Jumlah Laki-laki Perempuan

1 X TT B 23 11 34


(17)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel dengan mengambil satu kelas, dipilih secara random dan yang terpilih adalah siswa-siswa kelas X Teknik Transmisi B dengan jumlah siswa 34 orang.

D. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data a. Tes

Teknik tes adalah pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa (testi, tercoba) yang sedang dicoba. Jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan itu dianggap sebagai informasi yang terpercaya yang mencerminkan kemampuannya.

Instrumen yang akan digunakan dalam dalam penelitian ini adalah tes keterampilan memparafrasakan puisi. Siswa akan diberi tugas yaitu menceritakan kembali isi suatu karangan narasi. Tes awal atau pretes diberikan pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memparafrasakan puisi sebelum diberi perlakuan. Tes akhir atau postes diberikan setelah siswa diberi perlakuan. Nilai dari hasil parafrasa siswa pada pretes dan postes dibandingkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan serta pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

b. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa di kelas yang akan dijadikan variabel penelitian serta mengetahui kemampuan memparafrasakan puisi siswa sebelum diberikan perlakuan (treatment). Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X. Hal ini dilakukan karena guru yang bersangkutan adalah orang yang paling


(18)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui kondisi dan situasi pembelajaran di kelas. c. Lembar Observasi

Berupa penilaian yang diisi oleh pengamat pada saat melakukan proses pembelajaran atau penelitian. Lembar observasi ini meliputi observasi pelaksanaan pembelajaran. Data hasil observasi yang diperoleh, diakumulasikan untuk mengetahui nilai total dan rata-rata yang diberikan observer.

2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunalan rumus-rumus uji normalitas dan rumus uji t (t-test). Tahap pengolahan data terdiri atas:

a) Memeriksa hasil tulisan siswa berupa parafrasa dari setiap aspek yang dinilai.

b) Menentukan skor (penskoran) terhadap hasil kerja siswa dari hasil tes awal dan tes akhir.

Mengubah skor pretes dan postes dengan rumus: Nilai =

Tabel 3.3

Kategori Penilaian Memparafrasakan Puisi Berdasarkan Skala Nilai

Skala Nilai Kategori

81-100 Sangat Baik 61-80 Baik 41-60 Cukup 21-40 Kurang


(19)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Melakukan uji reabilitas antarpenimbang nilai tes awal dan tes akhir. Uji reabilitas antarpenimbang dilakukan untuk mengetahui reliabilitas penilai antara satu dengan lainnya bagi setiap testi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

(1) Membuat tabel data hasil uji antarpenimbang tes awal dan tes akhir (2) Uji reliabilitas dengan mencari nilai:

kk = t - t - p

Setelah itu, hasil data-data tersebut dimasukan ke dalam format ANAVA seperti berikut ini.

Tabel 3.4 Format ANAVA

Sumber Variansi SS dk Varians

Siswa/Testi SSt dt2 N-1 Penguji SSp d2p K-1 -

Kekeliruan SSkk d2kk (N-1)(K-1) Setelah itu dilakukan uji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus:


(20)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan: r : reliabilitas yang dicari Vt : Variansi dari testi

Vkk: Variansi dari kekeliruan

(Subana dan Sudrajat, 2005:102) Selanjutnya hasil yang diperoleh dilihat dalam tabel Guilford sebagai berikut:

Tabel 3.5 Tabel Guilford

Nilai Tingkat Korelasi

< dari 0,20 0,20-0,40 0,40-0,60 0,60-0,80 0,80-0,90

1,00

Tidak ada korelasi Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi tinggi Korelasi tinggi sekali

Korelasi sempurna

d) Melakukan uji normalitas data pretes dan postes. Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul tersebar secara normal atau tidak.

(1) Perumusan Hipotesis

(2) Dasar Pengambilan Keputusan


(21)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(4) Menghitung mean

(5) Menghitung standar deviasi

(6) Menghitung rumus Chi-Kuadrat untuk uji normalitas data

Keterangan :

X2 = nilai Chi Kuadrat

Oi = Frekuensi observasi atau pengamatan

Ei = Frekuensi ekspetasi atau frekuensi yang diharapkan

Rumus untuk mencari frekuensi ekspektasi (Ei)

Keterangan:

Ei = frekuensi yang diharapkan (frekuensi ekspektasi) ∑fk = jumlah frekuensi pada kolom

∑fb = jumlah frekuensi pada baris e) Melakukan uji hipotesis


(22)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui nilai varians pada data hasil tes. Berikut ini rumus yang digunakan unutk mencari homogenitas.

F = Kriteria pengujian :

Ho diterima jika H1 ditolak jika

Dengan dk pembilang = n dan dk penyebut = n

Menguji hipotesis dengan menggunakan uji t dengan langkah-langkahnya sebagai berikut.

(1) Mencari Mx

(2) Mencari ∑X

∑ ∑

(3) Mencari My

(4) Mencari ∑Y2

W

(5) Mencari thitung

(6) Menghitung derajat kebahasan (db) :


(23)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

db = n1 + n2 – 2

(7) Menentukan t tabel dengan taraf signifikan 95 % (α= 0,05) ttabel= t (1-a)(db)

jika thitung lebih besar dari ttabel dapat disimpulkan kedua variabel mempunyai perbedaan yang signifikan. Namun, jika thitung lebih kecil kecil atau sama dengan ttabel kedua variabel tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, berupa satu buah soal esai terbatas yaitu penugasan menulis parafrasa puisi. Tes dilakukan sebanyak dua kali. Pretes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa menulis parafrasa puisi. Postes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa menulis parafrasa puisi setelah diberi perlakuan. Berikut ini adalah soal yang akan diberikan pada siswa.

a. Buatlah parafrasa dari puisi berikut berjudul “Ketika Jari-Jari Bunga Terluka” karya Sapardi Djoko Damono! (puisi menjadi prosa)

b. Gunakanlah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia Berikut adalah instrumen penilaian yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.6

Kriteria Penilaian Memparafrasakan Puisi

Aspek yang Dinilai Skala Penilaian Bobot Skor 1 2 3 4 5

1. Kesesuaian isi parafrasa dengan puisi

4


(24)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Instrumen Perlakuan 1) Persiapan pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, penulis membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai dengan baik. Persiapan pembelajaran yang telah disusun diantaranya meliputi beberapa kegiatan, yaitu perumusan tujuan, pemilihan bahan ajar, penentuan alat evaluasi, penentuan waktu, dan penentuan bahan ajar.

2) Perumusan Tujuan Pembelajaran

Merumuskan dan menyusun tujuan pembelajaran merupakan syarat yang harus ada dalam proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran dapat dijadikan acuan dan tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran. Perumusan tujuan ini dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan dibagi dua bagian, yaitu:

a. Tujuan pembelajaran umum yang sering disebut sebagai standar kompetensi; dan

b. Tujuan pembelajaran khusus yang sering disebut dengan indikator. 3) Pemilihan Bahan Ajar

Cara menentukan bahan ajar menurut Sudjana (1989: 69-70), adalah: a. Bahan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan;

b. Bahan tidak terbatas pada konsep saja; c. Bahan harus sesuai dengan urutan tujuan;

Pengembangan bahasa kiasan 4 Penggunaan tanda baca 2 Alur/jalan cerita 2


(25)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Urutan bahan hendaknya mempertimbangan kesinambungan; e. Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks; f. Bahan bisa saja bersifat faktual maupun konseptual.

4) Penentuan Alat Evaluasi

Alat evaluasi atau penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah format penilaian. Penilaian disesuaikan dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan parafrasa puisi. Peneliti menggunakan soal evaluasi yang sama dalam pretes dan postes, yakni perintah pada siswa untuk memparafrasakan puisi. Format penilaian sudah tertera di instrumen tes. 5) Penentuan Alokasi Waktu

Waktu kegiatan penelitian disesuaikan dengan jadwal proses belajar mengajar seperti biasanya. Alokasi waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah 5 kali pertemuan (5 x 80 menit).

6) Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah persiapan selesai, penulis melaksanakan pembelajaran memparafrasakan puisi di kelas X. Agar tahap-tahap perlakuan berjalan dengan rapi dan sistematis, maka penulis menuangkan deskripsi perlakuan atau pembelajaran dalam instrumen pembelajaran berupa ancangan model dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut ini.

a. Ancangan Model 1. Rasionalisasi teori

Teknik bercerita berapasangan merupakan teknik pembelajaran yang berdasarkan pada metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Teknik mengajar bercerita berpasangan (paired storytelling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara


(26)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1944). Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif atau deskriptif. Teknik ini sangat tepat digunakan untuk pembelajaran sastra, sebab siswa bisa memadukan unsur perasaan dan imajinasinya untuk membuat sebuah karangan.

2. Tujuan

Penerapan teknik bercerita berpasangan ini bertujuan untuk memberikan perlakuan terhadap pembelajaran memparafrasakan puisi di kelas X Tetran B SMK Negeri 1 Cimahi agar menjadi lebih efektif. Nilai yang diperoleh oleh siswa bisa lebih baik dari sebelumnya, yaitu ketika diberikan pretes memparafraskan puisi, 3. Prinsip dasar Teknik Bercerita Berpasangan

Prinsip teknik bercerita berpasangan ini berdasar pada lima usnur model pembelajaran gotong royong (Lie, 2008:31), yaitu:

a. Saling ketergantungan positif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka

d. Komunikasi antaranggota e. Evaluasi proses kelompok

4. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Teknik Bercerita Berpasangan

a. Pengajar membagi bahan pelajaran yang diberikan menjadi 2 bagian

b. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di


(27)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut.

c. Siswa dibagi kelompok, dengan beranggotakan masing-masing kelompok 2 orang (berpasangan)

d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa kedua menerima bagian yang kedua

e. Siswa membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing

f. Siswa membaca atau mendengarkan, siswa mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjang teks bacaan

g. Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/ frasa kunci dengan pasangan masing-masing

h. Siswa menuliskan karangannya masing-masing

i. Guru mengevaluasi kelas secara keseluruhan mengenai topik tersebut.

5. Evaluasi

Penilaian yang digunakan dalam perlakuan ini adalah penilaian dengan menggunakan analisis deskriptif terhadap kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa dalam memparafrasakan puisi dan penilaian berupa pemberian skor yang mengacu pada kriteria penilaian memparafrasakan puisi. Kriteria penilaian yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Kesesuaian isi parafrasa puisi b. Struktur kalimat

c. Pengembangan bahasa kiasan d. Penggunaan tanda baca


(28)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Alur/jalan cerita

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/ Semester : X/2

Alokasi Waktu : 5 x 80 menit A. Standar Kompetensi

Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat semenjana B. Kompetensi Dasar

Membuat parafrasa dari teks tertulis C. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu mengungkapkan kembali teks yang telah dibaca dengan kalimat sendiri secara tertulis.

D. Indikator

1. Siswa mampu mengungkapkan kembali teks puisi yang telah dibaca dengan kalimat sendiri secara tertulis

2. Siswa mampu mendeskripsikan kalimat konotatif atau kiasan yang terdapat dalam puisi

3. Siswa dapat menceritakan alur/jalan cerita yang sesuai dengan isi puisi E. Skenario Pembelajaran


(29)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertemuan-1 (pretes)

No. Kegiatan Waktu Metode

1.

2.

3.

Kegiatan Awal:

1. Mengecek kesiapan siswa 2. Memotivasi siswa sebagai

kegiatan apersepsi

3. Mengarahkan pemahaman siswa tentang materi parafrasa secara sepintas

Kegiatan Inti:

1. Siswa masing-masing diberi teks puisi yang berjudul “Ketika Jari-jari Bunga Terluka”

2. Siswa diberi instruksi untuk memparafrasakan puisi yang telah disediakan oleh guru 3. Siswa selesai memparafrasakan

puisi

4. Siswa memgumpulkan hasil parafrasa tersebut kepada guru.

Kegiatan Akhir:

1. Siswa menyampaikan kesan dengan bahasa yang baik dan santun

10 menit

60 menit

10 menit

Ceramah

Instruksi, inkuiri


(30)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertemuan-2 (Perlakuan)

No. Kegiatan Waktu Metode

1.

2.

Kegiatan Awal:

1. Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa

2. Memotivasi siswa sebagai kegiatan apersepsi

3. Mengarahkan pemahaman siswa tentang materi parafrasa dan puisi yang lebih mendalam

Kegiatan Inti:

1. Siswa dibagi menjadi kelompok kecil, yaitu terdiri dari dua orang (dipasangkan) dengan menggunakan media kartu ajaib 2. Siswa duduk dalam kelompok,

kemudian dibagikan teks puisi yang telah dibagi menjadi dua bagian

3. Siswa bersama teman pasangannya melakukan

10 menit

60 menit

Ceramah

Teknik bercerita berpasangan 2. Peneliti atau guru menutup


(31)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.

komunikasi lisan dengan menggali skemata yang dimiliki masing-masing, kemudian menghubungkannya dengan teks puisi. Siswa saling bercerita tentang apa yang ada dalam pikirannya, serta pemahaman terhadap isi (tema puisi)

4. Setelah keduanya menemukan sebuah kesepahaman, siswa menuangkannya dalam bentuk tulisan. Siswa menulis parafrasa dari teks puisi yang mereka baca menjadi bentuk narasi 5. Siswa diawasi dan dipantau

oleh guru selama kegiatan hingga pembelajaran selesai. 6. Siswa mengumpulkan tugasnya.

Kegiatan Akhir:

1. Siswa menyampaikan kesan dengan bahasa yang baik dan santun

2. Peneliti atau guru menutup pertemuan pertama.


(32)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertemuan-3 (Perlakuan 2)

No. Kegiatan Waktu Metode

1.

2.

3.

Kegiatan Awal:

1. Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa

2. Memotivasi siswa sebagai kegiatan apersepsi

Kegiatan Inti:

1. Siswa duduk berpasangan, kemudian diberi puisi berjudul “Doa”

2. Siswa mulai membagi tugas dengan teman pasangannya

3. Siswa saling bercerita tentang isi bagian puisi yang didapatnya memparafrasakan puisi

4. Siswa diawasi dan dipantau oleh guru selama kegiatan hingga pembelajaran selesai

5. Tugas yang telah selesai dikumpulkan oleh perwakilan siswa kepada guru/peneliti.

Kegiatan Akhir:

1. Guru/peneliti mengadakan refleksi 2. Siswa menyampaikan kesan

10 menit

60 menit

10 menit

Ceramah

Teknik bercerita berpasangan


(33)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan bahasa yang baik dan santun

3. Peneliti atau guru menutup pembelajaran (pertemuan ke 3).

Pertemuan-4 (Perlakuan 3)

No. Kegiatan Waktu Metode

1.

2.

Kegiatan Awal:

1. Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa

2. Memotivasi siswa sebagai kegiatan apersepsi

Kegiatan Inti:

1. Siswa duduk berpasangan, kemudian diberi puisi berjudul “Ada Daun Gugur”

2. Siswa mulai membagi tugas dengan teman pasangannya

3. Siswa saling bercerita tentang isi bagian puisi yang didapatnya memparafrasakan puisi

4. Siswa diawasi dan dipantau oleh guru selama kegiatan hingga pembelajaran selesai

5. Tugas yang telah selesai

10 menit

60 menit

Ceramah

Teknik bercerita berpasangan


(34)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.

dikumpulkan oleh perwakilan siswa kepada guru/peneliti.

Kegiatan Akhir:

1. Guru/peneliti mengadakan refleksi 2. Siswa menyampaikan kesan

dengan bahasa yang baik dan santun

3. Peneliti atau guru menutup pembelajaran (pertemuan ke 4).

10 menit Ceramah

Pertemuan 5 (postes)

No. Kegiatan Waktu Metode

1.

2.

Kegiatan Awal:

1. Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Memotivasi siswa sebagai kegiatan apersepsi

Kegiatan Inti:

1. Siswa duduk berpasangan, kemudian diberi puisi berjudul

“Ketika Jari-jari Bunga Terluka”

10 menit

60 menit

Ceramah


(35)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.

(puisi yang digunakan pada pretes) 2. Siswa diinstruksikan untuk

memparafrasakan puisi yang disediakan guru

3. Siswa diawasi dan dipantau oleh guru selama kegiatan hingga pembelajaran selesai

4. Siswa yang telah selesai, mengumpulkan hasil parafrasa kepada guru/peneliti

Kegiatan Akhir:

Peneliti atau guru menutup pembelajaran (pertemuan ke 5).

10 menit Ceramah

F. Media dan Sumber Ajar 1. Media

a. Teks puisi berjudul “Ketika Jari-Jari Bunga Terluka” karya

Sapardi Djoko Damono

b. Teks puisi berjudul “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar

c. Teks puisi “Doa” karya Chairil Anwar

d. Teks puisi “Ada Daun Gugur” karya Isbedi Setiawan ZS

2. Sumber

a. Buku teks : Irman, Mokhamad dkk. 2008. Bahasa Indonesia 2 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


(36)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syamsi, Kastam dan Anwar Efendi. 2008. Aku Mampu Berbahasa Indonesia Untuk SMK dan MAK Kelas X Tingkat Semenjana. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

b. Buku antologi puisi Chairil Anwar dan artikel dari internet Tabel 3.7

Kriteria Penilaian Memparafrasakan Puisi

Kesesuaian isi parafrasa dengan puisi

Skor 5 : isi parafrasa menggambarkan secara keseluruhan makna puisi Skor 4 : isi parafrasa menggambarkan 75 % makna puisi secara keseluruhan Skor 3 : isi parafrasa menggambarkan 50% makna puisi secara keseluruhan Skor 2 : isi parafrasa menggambarkan 25% makna puisi secara keseluruhan Skor 1 : isi parafrasa menggambarkan 15% makna puisi secara keseluruhan

Aspek yang Dinilai Skala Penilaian Bobot Skor 1 2 3 4 5

2. Kesesuaian isi parafrasa dengan puisi  4 c. Struktur kalimat  4 Pengembangan bahasa kiasan  4 Penggunaan tanda baca  2 Alur/jalan cerita  2


(37)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Struktur kalimat

Skor 5 : keseluruhan unsur kalimat sesuai dengan EYD

Skor 4 : terdapat 1-2 unsur kalimat yang tidak sesuai dengan EYD Skor 3: terdapat 3-4 unsur kalimat yang tidak sesuai dengan EYD Skor 2 : terdapat 5-6 unsur kalimat yang tidak sesuai dengan EYD

Skor 1 : terdapat lebih dari 6 unsur kalimat yang tidak sesuai dengan EYD

Pengembangan bahasa kiasan

Skor 5 : hampir keseluruhan bahasa kiasan dipaparkan secara denotasi Skor 4 : terdapat 1-2 bahasa kiasan yang tidak dipaparkan secara denotasi Skor 3 : terdapat 3-4 bahasa kiasan yang tidak dipaparkan secara denotasi Skor 2 : terdapat 5-6 bahasa kiasan yang tidak dipaparkan secara denotasi Skor 1 : terdapat lebih dari 6 bahasa kiasan yang tidak dipaparkan secara denotasi

Penggunaan tanda baca

Skor 5 : terdapat 1-2 kesalahan penggunaan tanda baca Skor 4 : terdapat 3-4 kesalahan penggunaan tanda baca Skor 3 : terdapar 5-6 kesalahan penggunaan tanda baca Skor 2 : terdapat 7-8 kesalahan penggunaan tanda baca

Skor 1 : terdapat lebih dari 8 kesalahan penggunaan tanda baca

Alur/jalan cerita

Skor 5 : jalan cerita sangat jelas dan terarah ditandai dengan adanya urutan aspek praklimaks-klimaks-antiklimaks


(38)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor 4 : jalan cerita cukup jelas dan terarah ditandai dengan adanya urutan aspek praklimaks-klimaks-antiklimaks

Skor 3 : jalan cerita hanya memiliki dua aspek dari tiga aspek yang ada (praklimaks-klimaks-antiklimaks)

Skor 2 : jalan cerita hanya memiliki satu aspek dari tiga aspek yang ada (praklimaks-klimaks-antiklimaks)

Skor 1 : jalan cerita tidak memiliki ketiga aspek praklimaks-klimaks-antiklimaks

7) Lembar Observasi

Observasi ini dilakukan oleh pengamat atau observer. Berikut ini adalah format penilaian observasi.

Tabel 3.8

Lembar Observasi Kegiatan Guru

Sekolah : Hari/ Tanggal : Mata Pelajaran : Kelas/ Semester :

No. Aspek yang dinilai Nilai

1. Kemampuan membuka pelajaran a. Mengondisikan siswa untuk belajar b. Melakukan kegiatan apersepsi c. Memotivasi belajar siswa

d. Memberi acuan materi yang akan diajarkan 2. Sikap guru dalam proses pembelajaran

a. Kejelasan suara dalam komunikasi dengan siswa b. Tidak melakukan gerakan dan/ atau ungkapan


(39)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Antusiasme mimik dan penampilan d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas 3. Penguasaan materi pembelajaran

a. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran b. Kejelasan menerangkan berdasarkan tuntutan

aspek kompetensi (kognitif, psikomotor, afektif) c. Kejelasan dalam memberikan contoh/ ilustrasi

sesuai dengan tuntuan aspek kompetensi 4. Implementasi langkah-langkah pembelajaran

a. Penyajian materi ajar sesuai dengan langkah-langkah yang tertuang dalam RPP

b. Proses belajar mencerminkan komunikasi guru-siswa

c. Antusias dalam menganggapi dan menggunakan respons dari siswa

d. Cermat dalam memanfaatkan waktu 5. Penggunaan media pembelajaran

a. Memperhatikan prinsip pengggunaan jenis media

b. Tepat saat penggunaan

c. Terampil dalam mengoperasikan

d. Membantu kelancaran proses pembelajaran 6. Evaluasi

a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek kompetensi

b. Melakukan evaluasi sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan

7. Kemampuan menutup pembelajaran

a. Meninjau kembali/ menyimpulkan materi kompetensi yang diajarkan

b. Memberi kesempatan siswa bertanya c. Menugaskan kegiatan ko-kurikuler d. Menginformasikan materi ajar berikutnya


(40)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan nilai aspek:

4 (sangat baik) 2 (cukup) 3 (baik) 1 (kurang)

Berikut ini adalah kategori nilai hasil penjumlahan dari setiap aspek. Tabel 3.9

Kriteria Nilai Observasi

Nilai Kategori

3,50 – 4,00 A 3,00 – 3,49 B 2,50 – 2,99 C 2,00 – 2,49 D 1,50 – 1,99 E


(41)

102 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh gambaran mengenai pembelajaran memparafraskan puisi dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan. Penulis juga mendapatkan khazanah pengetahuan baru mengenai pengembangan model praktik mengajar dengan adanya penerapan teknik bercerita berpasangan ini. Setelah penulis melakukan penelitian dan menghasilkan analisis dari pembahsan penelitian pembelajaran memparafrasakan puisi menggunakan teknik bercerita berpasangan yang telah dilakukan terhadap siswa kelas X Teknik Transmisi B SMK Negeri 1 Cimahi, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Kemampuan siswa dalam pembelajaran memparafrasakan puisi sebelum mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik bercerita berpasangan diperoleh rata-rata sebesar 63,8 termasuk ke dalam kategori cukup. Dilihat dari kemampuan memparafrasakan puisi siswa masih banyak yang masih kesulitan memahami kata-kata bermakna konotasi (kiasan), kemampuan siswa dalam mengembangkan kata-kata kias menjadi kata-kata baru yang bermakna denotasi masih rendah, dan kesesuaian isi parafrasa dengan puisi juga belum digambarkan secara jelas.

2. Kemampuan siswa sesudah mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik bercerita berpasangan lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik bercerita berpasangan. Kemampuan memparafrasakan puisi siswa setelah menggunakan teknik bercerita berpasangan mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari rata-rata yang diperoleh, yaitu sebesar 75,2. Kemampuan memparafrasakan puisi meningkat


(42)

dilihat dari pengembangan bahasa kiasan, siswa sudah lebih pandai memahami kata-kata bermakna konotasi yang sebelumnya dirasa cukup asing dan suslit untuk dipahami, dan juga isi parafrasa secara keseluruhan sudah sesuai dan digambarkan secara jelas dan terarah.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam memparafrasakan puisi sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik bercerita berpasangan. Hal ini terbukti dari hasil uji hipotesis diperoleh thitung = 5,37 dan ttabel = 2,03, maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, teknik bercerita berpasangan ini efektif diterapkan dalam pembelajaran memparafrasakan puisi. Dari hasil observasi kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian, diperoleh rata-rata nilai 3,53. Nilai tersebut termasuk ke dalam kategori A. Hal tersebut menunjukkan bahwa teknik bercerita berpasangan yang diterapkan dalam pembelajaran memparafrasakan puisi berkualitas baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis ingin menyampaikan saran sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa teknik bercerita berpasangan efektif diterapkan dalam pembelajaran memparafrasakan puisi. Dengan demikian, teknik bercerita berpasangan dapat dijadikan salah satu altefnatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi parafrasa puisi sehingga membuat siswa lebih termotivasi dan berinteraksi aktif dengan teman sebayanya di kelas untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas.

2. Hendaknya guru mampu meningkatkan daya kreativitasnya untuk menstimulus siswa dalam pengembangan ide dan pemahaman terhadap puisi. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan yang


(43)

telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (berbicara) dan menulis yang menghasilkan tulisan berupa parafrasa puisi. 3. Penulis mengharapkan ada penelitian selanjutnya terhadap penerapan teknik

bercerita berpasangan. Teknik bercerita berpasangan ini dapat pula digunakan tehadap pembelajaran menulis lainnya yang bersifat naratif atau deskriptif. Jadi, bagi para peneliti lain dapat memanfaatkan teknik ini untuk mengetahui keefektifannya terhadap pembelajaran menulis lainnya.


(44)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, dkk. 2008. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Alfabeta

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresisasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Anwar, Chairil. 2006. Derai-derai Cemara Puisi dan Prosa. Jakarta: Majalah Sastra Horison dengan PT. Cakrawala Budaya Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

A. Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya

Bustamin. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan. [Online]. Tersedia:

http://fkipunikamamuju.blogspot.com. [5 September 2013]

Hasanuddin WS. 2002. Membaca dan Menilai Sajak Pengantar Pengkajian dan Interpretasi. Bandung: Penerbit Angkasa

Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Komaidi, Didik. 2011. Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap. Yogyakarta: Sabda Media

Kurniawan, Heru dan Sutardi. 2012. Penulisan Sastra Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Lingustik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo


(45)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[Online]. Tersedia: http://caroline-lisa.co.cc [4 Desember 2012]

Pradopo, Rahmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Samba, Risal. 2008. Makna Kota Puisi Afrizal Malna dalam Kumpulan Puisi Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing. Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa Septiani, Nani. 2010. Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan dalam

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Bandung Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan Subana, dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tarigan, Henry Guntur. 1944. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

Zauariszha, Eryant Aghita. 2010. Keefektifan Metode Kolaborasi Reading-Writting Conection dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi (Penelitian Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X AP 1 di SMK Sangkuriang 1 Cimahi Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan


(1)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan nilai aspek:

4 (sangat baik) 2 (cukup) 3 (baik) 1 (kurang)

Berikut ini adalah kategori nilai hasil penjumlahan dari setiap aspek.

Tabel 3.9

Kriteria Nilai Observasi

Nilai Kategori

3,50 – 4,00 A

3,00 – 3,49 B

2,50 – 2,99 C

2,00 – 2,49 D


(2)

102

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh gambaran mengenai pembelajaran memparafraskan puisi dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan. Penulis juga mendapatkan khazanah pengetahuan baru mengenai pengembangan model praktik mengajar dengan adanya penerapan teknik bercerita berpasangan ini. Setelah penulis melakukan penelitian dan menghasilkan analisis dari pembahsan penelitian pembelajaran memparafrasakan puisi menggunakan teknik bercerita berpasangan yang telah dilakukan terhadap siswa kelas X Teknik Transmisi B SMK Negeri 1 Cimahi, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Kemampuan siswa dalam pembelajaran memparafrasakan puisi sebelum mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik bercerita berpasangan diperoleh rata-rata sebesar 63,8 termasuk ke dalam kategori cukup. Dilihat dari kemampuan memparafrasakan puisi siswa masih banyak yang masih kesulitan memahami kata-kata bermakna konotasi (kiasan), kemampuan siswa dalam mengembangkan kata-kata kias menjadi kata-kata baru yang bermakna denotasi masih rendah, dan kesesuaian isi parafrasa dengan puisi juga belum digambarkan secara jelas.

2. Kemampuan siswa sesudah mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik bercerita berpasangan lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik bercerita berpasangan. Kemampuan memparafrasakan puisi siswa setelah menggunakan teknik bercerita berpasangan mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari rata-rata yang diperoleh, yaitu sebesar 75,2. Kemampuan memparafrasakan puisi meningkat


(3)

dilihat dari pengembangan bahasa kiasan, siswa sudah lebih pandai memahami kata-kata bermakna konotasi yang sebelumnya dirasa cukup asing dan suslit untuk dipahami, dan juga isi parafrasa secara keseluruhan sudah sesuai dan digambarkan secara jelas dan terarah.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam memparafrasakan puisi sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik bercerita berpasangan. Hal ini terbukti dari hasil uji hipotesis diperoleh thitung = 5,37 dan ttabel = 2,03, maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, teknik bercerita berpasangan ini efektif diterapkan dalam pembelajaran memparafrasakan puisi. Dari hasil observasi kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian, diperoleh rata-rata nilai 3,53. Nilai tersebut termasuk ke dalam kategori A. Hal tersebut menunjukkan bahwa teknik bercerita berpasangan yang diterapkan dalam pembelajaran memparafrasakan puisi berkualitas baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis ingin menyampaikan saran sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa teknik bercerita berpasangan efektif diterapkan dalam pembelajaran memparafrasakan puisi. Dengan demikian, teknik bercerita berpasangan dapat dijadikan salah satu altefnatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi parafrasa puisi sehingga membuat siswa lebih termotivasi dan berinteraksi aktif dengan teman sebayanya di kelas untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas.

2. Hendaknya guru mampu meningkatkan daya kreativitasnya untuk menstimulus siswa dalam pengembangan ide dan pemahaman terhadap puisi. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan yang


(4)

104

telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (berbicara) dan menulis yang menghasilkan tulisan berupa parafrasa puisi. 3. Penulis mengharapkan ada penelitian selanjutnya terhadap penerapan teknik

bercerita berpasangan. Teknik bercerita berpasangan ini dapat pula digunakan tehadap pembelajaran menulis lainnya yang bersifat naratif atau deskriptif. Jadi, bagi para peneliti lain dapat memanfaatkan teknik ini untuk mengetahui keefektifannya terhadap pembelajaran menulis lainnya.


(5)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, dkk. 2008. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Alfabeta

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresisasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Anwar, Chairil. 2006. Derai-derai Cemara Puisi dan Prosa. Jakarta: Majalah Sastra Horison dengan PT. Cakrawala Budaya Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

A. Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya

Bustamin. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan. [Online]. Tersedia:

http://fkipunikamamuju.blogspot.com. [5 September 2013]

Hasanuddin WS. 2002. Membaca dan Menilai Sajak Pengantar Pengkajian dan Interpretasi. Bandung: Penerbit Angkasa

Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Komaidi, Didik. 2011. Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap. Yogyakarta: Sabda Media

Kurniawan, Heru dan Sutardi. 2012. Penulisan Sastra Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Lingustik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo


(6)

Mia Yulianti, 2013

Efektivitas Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan Dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[Online]. Tersedia: http://caroline-lisa.co.cc [4 Desember 2012]

Pradopo, Rahmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Samba, Risal. 2008. Makna Kota Puisi Afrizal Malna dalam Kumpulan Puisi Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing. Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa Septiani, Nani. 2010. Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan dalam

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Bandung Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan Subana, dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tarigan, Henry Guntur. 1944. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

Zauariszha, Eryant Aghita. 2010. Keefektifan Metode Kolaborasi Reading-Writting Conection dalam Pembelajaran Memparafrasakan Puisi (Penelitian Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X AP 1 di SMK Sangkuriang 1 Cimahi Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan


Dokumen yang terkait

Hubungan Keadaan Saliva dengan Risiko Karies pada Siswa Kelas X SMK Negeri 9 Medan.

12 102 81

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 19 58

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIS SISWA (Kasus: Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 9 58

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Ajaran 2011/

0 6 70

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

FEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM ( Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 7 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 63

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LIMBAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 6 52

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA DALAM UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK MESIN I KELAS X PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN Setuju

0 0 11