Zona Keperawatan | Blogger Lampung Tengah

(1)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

STRES DAN KOPING LANSIA PADA MASA PENSIUN DIKELURAHAN PARDOMUAN KEC. SIANTAR TIMUR KOTAMADYA

PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

ERWINSYAH PUTRA SURBAKTI 071101070

SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN, 2008

Judul : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan

Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar


(2)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Nama : Erwinsyah Putra Surbakti

NIM : 071101070

Tahun Akademik 2007/2008

Pembimbing Penguji

... ...Penguji 1

(Iwan Rusdi, S.Kp,MNS) ( Iwan Rusdi, S.Kp,MNS )

NIP : 132 258 272 NIP : 132 258 272

...Penguji 2 ( Jenny M Purba,S.Kp,MNS ) NIP : 132 258 270

...Penguji 3 ( Lutfhiani S.kep NS )

Program Studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana keperawatan

... ...

Erniyati,S.Kp,MNS Prof. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K)

NIP.132 238 510 NIP : 140 105 363


(3)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Judul : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Di Kelurahan Pardomuan kecamatan Siantar Timur Kotamadya

Pematangsiantar.

Peneliti : Erwinsyah Putra Surbakti

NIM : 071101070

Program Studi Ilmu Keperawatan S-1 FK USU

ABSTRAK

Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, pada lansia yang sudah pensiun dapat menimbulkan stres, dimana stres bersumber pada diri sendiri, keluarga, masyarakat. Koping adalah suatu tidakan merubah kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu, reaksi berorientasi pada ego dan tugas.

Penelitian ini untuk mengidentifikasi stres yang dialami lansia yang mengalami pensiun, yang bersumber dari diri sendiri, keluarga, mesyarakat lingkungan. dan mengidentifikasi koping yang digunakan lansia yang berorientasi pada ego dan berorientasi pada tugas. Sampel adalah lansia yang sudah pensiun Di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar timur kotamadya Pematangsiantar yang berjumlah 39 orang. Metode pangambilan sampel menggunakan tekhnik

purposive sampling.

Berdasarkan hasil penelitian karekteristik responden mayoritas responden berumur 55-64 tahun sebanyak 28 orang (71,7%), suku Batak 20 orang (51,2%), beragama Islam 27 orang (69,2%), tingkat pendidikan SMU 20 orang (51,2%), dan 29 orang (74,3%) berstatus menikah sedangkan janda/duda 10 orang (25,7%), pekerjaan lansia sebelum pensiun adalah Pegawai Negri Sipil 14 orang (35,8%), penghasilan lansia setelah pensiun Rp 780.000-1.500.000,- setiap bulan sebanyak 28 (71,8%). Untuk hasil penelitian, lansia tidak mengalami stres yang bersumber dari diri sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan. Untuk koping yang digunakan lansia yang menghadapi pensiun yang berorientasi pada ego, untuk menghilangkan kejenuhan pada masa pensiun responden mencari kegiatan sesuai hobinys (61,5%), keseluruhan responden jika mempunyai masalah akan berdoa pada tuhan dan tidak menyalahkan keluarga apabila terjadi masalah (100%), koping yang berorientasi pada tugas, apabila menghadapi masalah maka responden akan mengalihkannya dengan merokok (58,9%), jika responden berselisih paham dengan orang lain maka akan mengalah atau pergi meninggalkannya (94,8%), jika responden marah maka tidak akan berteriak-teriak serta menghancurkan barang-barang sekitarnya (97,4%), responden akan menyendiri jika menghadapi masalah sebanyak (87,1%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk praktek keperawatan dan bagi penelitian selanjutnya, agar meneliti koping mana yang banyak digunakan lansia pada masa pensiun


(4)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing dan penguji I yang telah menyediakan waktu untuk memberi bimbingan, masukan, arahan, dan kritikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan FK USU, Prof. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) selaku Pembantu Dekan I FK USU, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Jenni.M, Purba S.Kp, MNS selaku penguji II, dan Ibu Luthfiani, S.Kep, Ns selaku penguji III.

Skripsi ini tidak lepas dari dukungan keluarga tersayang Alm. Ayahanda T. Alamsyah Surbakti dan ibunda R Pakhpahan, Dan teristimewa istri saya tercinta Dewi Boreg, dan adik-adik saya, (Madan, Iwan, Parlin) dukungan, semangat, doa, kasih sayang, dan semua jerih payah yang dilakukan sangat berarti untuk penulis. Tidak lupa terima kasih juga penulis ucapkan kepada staf perpustakaan PSIK FK USU, sahabat-sahabatku Lia, Naam, Marlon, Yatimin, kak Evi serta semua sahabat di PSIK-B tahun 2007 yang telah memberi semangat bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah ini (Skripsi) .


(5)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kalam, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah turut andil baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta hidayahNya kepada kita semua.

Medan, Februari 2009 Penulis


(6)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ...i

Abstrak ...ii

Ucapan Terima Kasih ...iii

Daftar Isi ...iv

Daftar Skema ...vi

Daftar Tabel ...vii

Daftar Lampiran ...viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Pertanyaan Penelitian ...4

1.3. Tujuan Penelitian ...5

1.4. Manfaat Penelitian ...5

1.4.1. Bagi praktek Keperawatan ...5

1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan ...5

1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan ...6

1.4.4. Bagi Lansia ...6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres ...7

2.1.1. Defenisi Stres ...7

2.1.2. Sumber Stres ...7

2.1.3. Faktor Predisposisi Stres ...8

2.1.4. Tanda dan Gejala Stres ...8

2.1.5. Reaksi Tubuh Terhadap Stres ...9

2.1.6. Tahapan Stres...9

2.1.7. Tingkatan Stres ...10


(7)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

2.2.1. Pengertian Koping ...11

2.2.2. Sumber Koping ...11

2.2.3. Faktor yang mempengaruhi strategi koping ...14

2.3. Konsep Lansia ...15

2.3.1. Defenisi Lansia ...15

2.3.2. Penggolongan Lansia ...15

2.4. Konsep Pensiun ...16

2.4.1. Defenisi Pensiun ...16

2.4.2. Fase Penyesuaian Diri pada Saat Pensiun ...17

2.4.3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah pada masa pensiun ...19

2.4.4. Dampak Pensiun Terhadap Lansia...22

BAB III. KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ...23

3.2. Defenisi Konseptual ...23

3.3. Defenisi Operasional ...25

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ...27

4.2. Populasi dan Sampel ...27

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ...28

4.4. Pertimbangan Etik ...28

4.5. Instrumen Penelitian ...29

4.6. Reliabilitas Instrumen ...30

4.7. Pengumpulan data ...31

4.8. Analisa Data ...31

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil ...32


(8)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ...46 6.2. Saran ...47

DAFTAR PUSTAKA ...48

LAMPIRAN

1. Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Uji Reliabelitas

4. Surat Ijin Penelitian Dari PSIK FK USU

5. Surat Balasan Telah Melaksanakan Penelitian Dari Kelurahan Pardomuan


(9)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

DAFTAR SKEMA


(10)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik

Responden ...33 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Yang Bersumber

Dari Diri Sendiri ...34 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Yang Bersumber

Dari keluarga ...35 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Yang Bersumber

Dari Masyarakat dan lingkungan sekitarnya ...36 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Berdasarkan Pola


(11)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sosial masyarakat usia lanjut sering dihubungkan dengan menurunnya kemampuan produktifitas dan aktifitas fisik, sudah layak pensiun dari aktifitas pekerjaan, pantas untuk dimanjakan, cukup menunggu cucu, dan harus dihormati untuk dimintai nasehat, pandangan dan pemikiran yang lebih arif dan bijaksana, seseorang yang makin pikun, berlaku sewenang-wenang, sulit menyesuaikan diri dengan perubahan, makin meningkat kegiatan ibadah sesuai agamanya serta terjadi kemunduran fungsi organ tubuh (Samino, 2003).

Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar yang akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, proses ini terjadi terus menerus dan berkelanjutan secara alamiah. Berdasarkan UU No.12 Tahun 1998 tentang usia lanjut disebutkan bahwa yang masuk dalam kategori lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas. Namun yang terjadi di Indonesia banyak individu yang berusia 56 tahun sudah pensiun dari pekerjaannya (Nugroho, 2004).

Menurut Ronald (2005), persentase penduduk lanjut usia diatas 65 tahun pada tahun 1998 di Swedia ada 17,4%, Belgia 16,4%, Inggris 16%, Jerman 15,9%, dan Denmark 15,2%. Sedangkan di Indonesia pada tahun 1998 jumlah lansia ada 4,5%. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lansia meningkat 9,99 %


(12)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

dengan harapan hidup 65 sampai 70 tahun yang diperkirakan pada tahun 2020 terus meningkat menjadi 11,09 % dengan harapan hidup 70 sampai 75 tahun. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000 diperoleh data bahwa jumlah lansia mencapai 15,8 juta jiwa atau 3,6% dan pada tahun 2005 diperkirakan jumlah lansia meningkat 18,2 juta jiwa dan tidak menutup kemungkinan pada tahun 2015 menjadi 24,4 juta jiwa.

Banyak orang takut memasuki masa lanjut usia, karena asumsi mereka lansia itu adalah tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup, penyakitan, pelupa, pikun, tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat, menjadi beban orang lain, dan sebagainya. Pada kenyataannya, lansia mengalami berbagai perubahan, secara fisik maupun mental. Akan tetapi, perubahan-perubahan tersebut dapat diantisipasi sehingga tidak datang lebih dini. Proses penuaan pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pada sikap dan kemauan seseorang dalam mengendalikan atau menerima proses penuaan itu (Wirakusuma, 2008).

Kemunduran fisik dan psikologis pada lansia dapat memberikan masalah pada lansia tersebut dan orang disekitarnya. Walaupun demikian menua tidak dianggap suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Nugroho, 2004).

Pada umumnya setelah orang memasuki usia lanjut maka ia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Penurunan fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia semakin lambat. Sementara penurunan fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan


(13)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dan pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun (Kuntjoro, 2002).

Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan, dan dapat memperkuat harga diri). Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa stres karena tidak tahu kehidupan macam apa yang dihadapi. Stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor ), yang mengancam dan mengganggu seseorang untuk menanganinya. sumber stres dibagi tiga, yaitu, stres yang bersumber dari diri sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan, (Hidayat, 2004)

Untuk mengatasi stress pada lansia pensiun, lansia membutuhkan mekanisme pertahanan diri yang disebut koping. Menurut Hidayat (2004), koping adalah pemecahan masalah yang digunakan untuk mengelola stres atau kejadian yag dialami oleh lansia. Kemampuan koping dengan adaptasi terhadap stres merupakan faktor penentu yang penting dalam kesejahteraan manusia.

Individu dapat menanggulangi stres dengan menggunakan atau mengambil sumber koping baik sosial, interpersonal, dan intrapersonal. Mekanisme koping dapat dilakukan ada dua jenis yaitu reaksi yang berorientasi pada tugas (task

oriented reaction) dimana individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stres

dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan. Sedangkan reaksi yang berorientasi pada ego


(14)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

(ego oriented reaction) sering kali digunakan untuk melindungi diri sendiri sehingga disebut mekanisme pertahanan ego (Sulistiwati, 2005).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Madya Pematangsiantar peneliti menemukan jumlah lansia sebanyak 390 orang antara lain 206 orang lansia berjenis kelamin wanita dan 184 orang lagi berjenis kelamin laki-laki yang terdiri dari berbagai macam pensiunan antara lain; Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, Wiraswasta, buruh/ Karyawan dan lain sebagainya (Profil Kelurahan Pardomuan, 2007), kemudian berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti di Puskesmas Pembantu (Pustu) yang ada di wilayah kelurahan Pardomuan, peneliti menemukan bahwa rata – rata lansia (232 orang) yang datang ke Pustu untuk memperoleh/ mendapat pelayanan kesehatan antara lain dengan diagnosa Hipertensi yang tingkat manifestasinya dapat menyebabkan serangan Stroke yang dapat menyebabkan kematian.

Fenomena diatas menunjukkan bahwa sesungguhnya pensiun adalah situasi yang merupakan stressor bagi lansia dan seringkali dianggap hal yang menakutkan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang stres dan koping lansia pada masa pensiun di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Madya Pematangsiantar Tahun 2008.

1.2 Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Bagaimana stres lansia pada masa pensiun yang bersumber dari diri

sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Madya Pematangsiantar Tahun 2008?


(15)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

1.2.2 Koping apakah yang digunakan lansia pada masa pensiun yang berorientasi pada ego dan yang berorientasi pada tugas di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar timur Timur Kota Madya Pematangsiantar Tahun 2008?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengidentifikasi stres lansia pada masa pensiun yang bersuber dari diri

sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan, di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Madya Pematangsiantar Tahun 2008.

1.3.2 Mengidentifikasi koping yang digunakan lansia pada masa pensiun di yang

berorientasi pada ego dan yang berorientasi pada tugas, di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Madya Pematangsiantar Tahun 2008.

1.4 Manfaat Penelitian

14.1. Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan untuk dapat memberikan pemecahan masalah yang dihadapi oleh lansia pada masa pensiun, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal.

1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan kurikulum keperawatan gerontik pada lansia dalam menghadapi masa pensiun


(16)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Sebagai informasi dan data tambahan bagi penelitian keperawatan selanjutnya yang ingin melakukan penelitian keperawatan yang terkait dengan stres dan koping pada lansia pada masa pensiun.

1.4.4. Bagi Lansia

Sebagai bahan informasi bagi lansia agar dapat menghadapi masa pensiunnya dengan nyaman dan dapat mempersiapkan diri dari stres dan mengatasi dengan koping yang kuat serta keluarga lansia agar dapat memberi dukungan terhadap koping yang digunakan lansia.


(17)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stres 2.1.1 Defenisi Stres

Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi (Sunaryo, 2004). Stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (Santrock, 2003).

2.1.2 Sumber Stres

Menurut Hidayat (2004), sumber stres terdiri dari tiga (3) aspek antara lain : a. Diri sendiri

Sumber stres dari dalam diri sendiri umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan yang berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi maka akan dapat menimbulkan stres.

b. Keluarga

Stres ini bersumber dari masalah keluarga yang ditandai dengan adanya perselisihan antara keluarga, masalah keuangan, serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga.

c. Masyarakat dan lingkungan

Sumber stres ini dapat terjadi di masyarakat dan lingkungan seperti lingkungan pekerjaan, secara umum sebagai stres pekerja karena kurangnya


(18)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak berkembang.

2.1.3 Faktor Predisposisi Stres

Menurut Suliswati (2005) menjelaskan berdasarkan faktor predisposisi dimana berbagai jenis unsur mempengaruhi bagaimana seseorang individu merasakan dan merespon suatu peristiwa yang menimbulkan stres. Faktor predisposisi ini sangat berperan dalam menentukan apakah suatu respon adaptif atau maladaptif. Jenis faktor predisposisi adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi saat ini.

Pengaruh genetik adalah keadaan kehidupan seseorang yang diperole dari keturunan. Sebagai contoh, termasuk riwayat kondisi psikologis dan fisik keluarga serta temperamen (karakteristik tingkah laku pada saat lahir dan masa pertumbuhan). Pengalaman masa lalu adalah kejadian-kejadian yang menghasilkan suatu pola pembelajaran yang dapat mempengaruhi respon penyesuian individu, termasuk pengalaman sebelumnya terhadap tekanan stres tersebut atau tekanan lainnya, mempelajari respon penanggulangan dan tingkat penyesuian pada tekanan stres sebelumnya. Kondisi saat ini yang meliputi faktor kerentanan yang mempengaruhi kesiapan fisik, psikologis, dan sumber-sumber sosial individu untuk menghadapi tuntutan penyesuaian diri.

2.1.4 Tanda dan Gejala Stres

Tanda dan gejala stres merupakan manifestasi tubuh terhadap stres dimana tanda-tanda fisik meliputi; gerakan motorik yang tidak disadari berupa menggigit kuku, mengepalkan tinju, mengencangkan rahang, mengetuk-ngetuk jari, menarik bahu, mengetuk-ngetukkan kaki, dan lain sebagainya. Tanda-tanda emosi


(19)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

meliputi; cemas, depresi, kecewa, marah atau bermusuhan, tidak berdaya, tidak sabar, mudah tersinggung, gelisah, dan lain sebagainya. Sedangkan tanda-tanda perilaku meliputi; gangguan pola tidur, mengerjakan beberapa hal sekaligus, lekdakan emosional, meningggalkan pekerjaan yang belum selesai, reaksi berlebih, berbicara terlalu keras atau cepat (Karnadi, 1999).

2.1.5 Reaksi Tubuh Terhadap Stres

Hawari (2001), menyatakan bahwa stres dapat mengenai hampir seluruh sistem tubuh, seperti hal-hal sebagai berikut; gangguan penglihatan, pendengaran berdenging, daya mengingat, konsentrasi dan berfikir menurun, wajah tegang, serius, tidak santai, sulit senyum, dan kedutan pada kulit wajah, bibir dan mulut terasa kering, tenggorokkan terasa tercekik, lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defikasi atau diare, sering berkemih, otot sakit seperti tertusuk-tusuk, pegal dan tegang, kadar gula meninggi, libido bisa menurun bisa juga meningkat.

2.1.6 Tahapan Stres

Menurut Amberg (1979, dalam Hidayat, 2004), tahapan stres dapat terbagi menjadi enam tahap yaitu:

Tahap I (Pertama)

Stres yang disertai dengan perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

Tahap II (Kedua)

Stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, cepat lelah sesudah makan, tidak santai, lambung


(20)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.

Tahap III (Ketiga)

Tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.

Tahap IV (Keempat)

Tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

Tahap V (Kelima)

Tahapan stres yang ditendai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, binggung dan panik.

Tahap VI (Keenam)

Tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar-debar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan.

2.1.7 Tingkatan Stres

Menurut Potter (2005), membagi stres menjadi tiga tingkatan pertama; tingkat ringan apabila stressor yag dihadapi setiap orang teratur seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, situasi seperti ini biasanya berlangsung


(21)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

beberapa menit atau jam dan belum berpengaruh kepada fisik dan mental hanya saja mulai sedikit tegang dan was-was. Dikatakan stres sedang apabila berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Pada tingkat medium ini individu mulai kesulitan tidur, sering menyendiri dan tegang. Dikatakan stres berat apabila situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun. Pada keadaan stres berat ini individu sudah mulai ada gangguan fisik dan mental.

2.2 Konsep Koping 2.2.1 Pengertian Koping

Koping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu (Mu’tadin, 2002).

Koping juga merupakan upaya perilaku dan kognitif seseorang dalam menghadapi ancaman fisik dan psikososial (Stuart & Sudden, 1997). Koping adalah proses atau cara untuk berespon terhadap lingkungan (stimulus) untuk mencapai kondisi adaptasi (Prayetni, 1999).

2.2.2. Sumber Koping

Individu dapat mengatasi stres dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Mekanik mengemukakan lima sumber koping yaitu: aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan sosial dan dorongan motivasi (Hidayat, 2004).

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek antara lain ; fisiologis dan psikososial.


(22)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009 Reaksi fisiologis

Tanda dan gejala fisiologis merupakan manifestasi tubuh terhadap stres dimana pupil melebar, keringat meningkat untuk mengontrol peningkatan suhu tubuh, denyut nadi meningkat, kulit dingin, tekanan darah meningkat, mulut kering, peristaltik menurun, pengeluaran urin menurun, kewaspadaan mental meningkat terhadap ancaman yang serius, ketegangan otot meningkat. Reaksi fisiologis merupakan indikasi klien dalam keadaan stres.

Reaksi psikososial

a. Reaksi yang berorientasi pada ego yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental.

1. Denial (menyangkal), menghindarkan realitas ketidaksetujuan dengan

mengabaikan atau menolak untuk mengenalinya.

2. Projeksi, mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain.

3. Regresi, menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang lebih awal.

4. Displacement (mengisar), mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan

pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak membahayakan.


(23)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

5. Mencari dukungan sosial, keluarga mencari dukungan atau bantuan dari keluarga, tetangga, teman atau keluarga jauh.

6. Reframing, mengkaji ulang kejadian stres agar lebih dapat menanganinya

dan menerimanya.

7. Mencari dukungan spiritual, mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah.

8. Menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan orang lain. b. Reaksi berorientasi pada tugas

Menurut Herawani (1999), reaksi berorientasi pada tugas merupakan reaksi yang berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistis, dapat berupa konstruktif destruktif, misalnya:

1. Perilaku menyerang (agresif), dimana reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah dapat konstruktif atau destruktif. Tindakan konstruktif misalnya penyelesaian masalah dengan tekhnik asertif yaitu tindakan yang dilakukan secara terus terang tentang ketidaksukaan terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan baginya, sedangkan tindakan destruktif yaitu individu melakukan tindakan penyerangan terhadap stressor dapat juga merugikan dirinya sendiri, orang lain atau lingkungannya.

2. Perilaku menarik diri, dimana reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau menghindari stressor, sedangkan reaksi psikologis berupa perilaku apatis, isolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan berlebihan.


(24)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

3. Perilaku kompromi yaitu cara yang konstruktif yang digunakan oleh individu dimana dalam menyelesaikan masalahnya individu tersebut melakukan pendekatan negosiasi atau bermusyawarah.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi strategi koping

Menurut Mu’tadin (2002), cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi.

a. Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping.

c. Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.


(25)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

d. Keterampilan sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.

e. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

2.3 Konsep lansia 2.3.1 Defenisi lansia

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999).


(26)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

2.3.2 Penggolongan lansia

Menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia, kelompok lansia (65 tahun ke atas), kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

2.4 Konsep Pensiun 2.4.1 Defenisi Pensiun

Pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pensiun . Mereka mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Mereka pun menerangkan batasan yang lebih jelas dan mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seseorang digaji.

Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan. Sedangkan berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidupnya. lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diperhentikan (Agustina, 2008). Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangnya identitas


(27)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

diri seseorang yang sudah melekat begitu lama. Pensiun sering kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak.

Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bias mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan, dan memperkuat harga diri). Oleh karena itu, sering kali terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya ada yang justru mengalami problem serius (kejiwaan ataupun fisik). Individu yang melihat masa pensiun hanya dari segi finansial kurang bisa beradaptasi dengan baik dibandingkan dengan mereka yang dapat melihat masa pensiun sebagai masa di mana manusia beristirahat menikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya.

Pensiun mengakibatkan hilangnya prestise, tidak mempunyai peran daam situasi yang cocok, atau paling tidak di deenisikan secara jelas sebagai hilangnya posisi sosial dan peranan yang diharapkan agar terkenal. Sekali seseorang tidak dapat menampilkan peranan jabatannya, pengakuannya terdahulu atau posisi sosialnya tidak penting lagi dengan demikian berarti identitas dirinya sudah runtuh. Efek dari goncangan karena pensiun secara mendadak paling serius setelah pensiun, yaitu pada waktu individu menyesuaikan diri terhadap perubahan keteraturan dan harus memutuskan hubungan sosial yang selama ini ia yakini (Hurlock, 2002).


(28)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Penyesuaian diri pada saat pensiun merupakan saat yang sulit, dan terdapat tiga fase proses pensiun yaitu :

1. Preretiremen phase (fase prapensiun)

Fase ini bisa dibagi pada 2 bagian lagi yaitu remote dan near. Pada remote

phase, masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa yang jauh. Biasanya

fase ini dimulai pada saat orang tersebut pertama kali mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir ketika orang terebut mulai mendekati masa pensiun. Sedangkan pada near phase, biasanya orang mulai sadar bahwa mereka akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang mulai memberikan program persiapan masa pensiun.

2. Retirement phase (fase pensiun).

Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam 4 fase besar, dan dimulai dengan tahapan pertama yakni honeymoon phase. Periode ini biasanya terjadi tidak lama setelah orang memasuki masa pensiun. Sesuai dengan istilah honeymoon (bulan madu), maka perasaan yang muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan gembira karena bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Biasanya orang mulai mencari kegiatan pengganti lain seperti mengembangkan hobi. Kegiatan inipun tergantung pada kesehatan, keuangan, gaya hidup dan situasi keluarga. Lamanya fase ini tergantung pada kemampuan seseorang. Orang yang selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan gaya hidupnya tidak bertumpu pada pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan kegiatan lain yang juga menyenangkan.


(29)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Setelah fase ini berakhir maka akan masuk pada fase kedua yakni

disenchatment phase. Pada fase ini pensiunan mulai merasa depresi, merasa

kosong. Untuk beberapa orang pada fase ini, ada rasa kehilangan baik itu kehilangan kekuasaan, martabat, status, penghasilan, teman kerja, aturan tertentu. Pensiunan yang terpukul pada fase ini akan memasuki reorientation phase, yaitu fase dimana seseorang mulai mengembangkan pandangan yang lebih realistik mengenai alternatif hidup. Mereka mulai mencari aktivitas baru. Setelah mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada stability phase yaitu fase dimana mereka mulai mengembangkan suatu set kriteria mengenai pemilihan aktivitas, dimana mereka merasa dapat hidup tenteram dengan pilihannya.

3. End of retirement (fase pasca masa pensiun)

Biasanya fase ini ditandai dengan penyakit yang mulai menyerang diri seseorang, ketidak-mampuan dalam mengurus diri sendiri dan keuangan yang sangat merosot. Peran saat seorang pensiun digantikan dengan peran orang sakit yang membutuhkan orang lain untuk tempat bergantung.

2.4.3 Faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah pada masa pensiun.

Menurut Jacinta (2001) ada beberapa penentu terjadinya masalah pada masa pensiun diantaranya adalah :

a. Kepuasan kerja dan pekerjaan

Pekerjaan membawa kepuasan tersendiri karena disamping mendatangkan uang dan fasilitas, dapat juga memberikan nilai dan kebanggaan pada diri sendiri (karena berprestasi atau pun kebebasan menuangkan kreativitas). Pada saat pensiun, mereka akan merasa kehilangan harga diri dan ditambah kesepian karena tidak punya teman-teman.


(30)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

b. Usia

Banyak orang beranggapan bahwa pensiun itu merupakan pertanda dirinya sudah tidak berguna dan dibutuhkan lagi karena usia tua dan produktivitas makin menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi perusahaan/organisasi tempat mereka bekerja, sehingga mempengaruhi persepsi seseorang menjadi over sensitif dan subyektif terhadap stimulus yang ditangkap. Kondisi ini yang membuat orang menjadi sakit-sakitan saat pensiun tiba.

c. Kesehatan

Beberapa orang peneliti melakukan penelitian dan menemukan bahwa kesehatan mental dan fisik merupakan prekondisi yang mendukung keberhasilan seseorang beradaptasi terhadap perubahan hidup yang disebabkan oleh pensiun. Hal ini masih ditambah dengan persepsi orang tersebut terhadap penyakit atau kondisi fisiknya. Jika ia menganggap bahwa kondisi fisik atau penyakit yang dideritanya itu sebagai hambatan besar dan bersikap pesimistik terhadap hidup, maka ia akan mengalami masa pensiun dengan penuh kesukaran. Menurut hasil penelitian, pensiun tidak menyebabkan orang jadi cepat tua dan sakit-sakitan, karena justru berpotensi meningkatkan kesehatan karena mereka semakin bisa mengatur waktu untuk berolah tubuh (lihat fakta seputar pensiun).

d. Persepsi seseorang tentang bagaimana ia akan menyesuaikan diri dengan masa pensiunnya.


(31)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Hal ini erat berkaitan dengan rencana persiapan yang dibuat jauh sebelum masa pensiun tiba. Menurut para ilmuwan, perencanaan yang dibuat sebelum pensiun (termasuk pola/gaya hidup yang dilakukan) akan memberikan kepuasan dan rasa percaya diri pada individu yang bersangkutan. Bagaimana pun juga, perencanaan untuk masa pensiun bukanlah sesuatu yang berlebihan karena banyak aspek kehidupan yang harus disiapkan, dan dipertahankan seperti keuangan (apa yang akan dilakukan untuk tetap bisa berpenghasilan ? apakah saya mau mencari kerja part time ?), kesehatan (bagaimana cara supaya bisa menjaga kesehatan), spiritualitas (bagaimana supaya saya mempunyai kehidupan rohani yang sehat dan tetap memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan) dan kehidupan sosial (apa kegiatan kebersamaan dengan teman-teman kelak, saya ingin aktif dalam kegiatan seperti apa, dsb).

Namun, hal ini juga tidak terlepas dari persepsinya tentang hidup dan tentang dirinya sendiri. Orang yang kurang percaya pada potensi diri sendiri dan kurang mempunyai kompetensi sosial yang baik akan cenderung pesimistik dalam menghadapi masa pensiunnya karena merasa cemas dan ragu, akankah ia mampu menghadapi dan mengatasi perubahan hidup dan membangun kehidupan yang baru.

e. Status sosial sebelum pensiun

Status sosial berpengaruh terhadap kemampuan seseorang menghadapi masa pensiunnya. Jika semasa kerja ia mempunyai status sosial tertentu sebagai hasil dari prestasi dan kerja keras (sehingga mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari masyarakat atau organisasi), maka ia cenderung lebih memiliki kemampuan


(32)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

adaptasi yang lebih baik (karena konsep diri yang positif dan social network yang baik). Namun jika status sosial itu didapat bukan murni dari hasil jerih payah prestasinya (misalnya lebih karena politis dan uang/harta) maka orang itu justru cenderung mengalami kesulitan saat menghadapi pensiun karena begitu pensiun, maka kebanggaan dirinya hilang sejalan dengan hilangnya atribut dan fasilitas yang menempel pada dirinya selama ia masih bekerja.

2.4.4 Dampak Pensiun Terhadap Lansia

Dampak pensiun pada lansia berpengaruh kepada keluarga terutama terhadap anak dan istri. Pada waktu suami pensiun, seluruh pola hidup keluarga harus disesuaikan alasannya sebagai pengganti dari kegiatan pergi ke kantor setiap hari, suami secara terus-menerus ada disekitar rumah, melakukan kerja tambahan atau bisa saja menunggu untuk memperoleh pekerjaan tambahan. Para pensiunan lebih sering melakukan kegiatan tersebut dari pada bekerjasama dan bersikap kritis, karena mereka merasa bosan atau merasa pengorbanannya sia-sia, atau mereka tidak punya pekerjaan. Banyak istri yang tidak suka terhadap pekerjaan tambahan yang diperoleh suaminya setelah pensiun dan mereka juga merasa perlu untuk ikut pensiun (Hurlock, 2002).

Pensiun juga mempunyai dampak pada pasangan, contohnya ketegangan dapat terjadi karena adanya perubahan peran dan dukungan serta karena ibu rumah tangga mungkin merasa beban pekerjaan bertambah. Faktor paling kuat


(33)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

yang mempengaruhi kepuasan hidup seorang pensiun adalah status kesehatan (Potter, 2005).

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Pensiun merupakan suatu stressor yang dialami lansia, dimana sumber stres lansia pensiun adalah diri sendiri, keluarga, masyarakat/ lingkungan. Sementara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya lansia menggunakan koping tersebut dapat berorientasi pada tugas dan berorientasi pada ego.

Adapun kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut: Stres lansia pensiun:

• Diri sendiri

• Keluarga

• Masyarakat / lingkungan Koping lansia

• berorientasi pada ego

• berorientasi pada tugas


(34)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Skema 1. Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiun

3.2 Defenisi Konseptual Stres

Merupakan perasaan tidak nyaman baik secara biopsikososio yang berupa cemas dan depresi yang dialami lansia sehingga dapat mempengaruhi kehidupannya. Disini dapat dikategorikan stres ringan, sedang dan berat.

Stres Pada Diri Sendiri

Stres pada diri sendiri adalah sesuatu yang dapat menyebabkan permasalahan pada diri sendiri yang tidak sesuai antara keinginan dan kenyataan.

Stres Pada Keluarga

Stres pada keluarga adalah sesuatu yang dapat menyebabkan terjadinya perselisihan dalam keluarga yang berhubungan dengan masalah perekonomian.

Stres Pada Masyarakat/ Lingkungan

Stres pada masyarakat/ lingkungan adalah sesuatu yang dapat menyebabkan stres di lingkungan pekerjaan maupun hubungan interpersonal dan kurangnya pengakuan di masyarakat.

Koping

Koping adalah suatu cara atau upaya yang dapat dilakukan lansia dalam mengatasi masalah yang akan dihadapi, dalam hal ini berhubungan dengan masa pensiun yang dialami.


(35)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Koping Yang Berorientasi Pada Ego

Koping yang berorientasi pada ego adalah koping yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental.

Koping Yang Berorientasi Pada Ego

Koping yang berorientasi pada tugas adalah berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistis dapat berupa konstruktif dan destruktif.

3.3 Defenisi Operasional

Stres Pada Lansia

Stres adalah kondisi dimana dihadapkan pada keadaan tertekan ditunjukkan dengan perilaku marah, takut, depresi, cemas, pusing, dan bingung.

Stres Pada Diri Sendiri

Stres pada diri sendiri : suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang bersumber dari diri lansia yang tidak sesuai antara keinginan dan kenyataan.

Stres Pada Keluarga

Stres pada keluarga : suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang bersumber dari dalam keluarga lansia yang berhubungan dengan masalah perekonomian.


(36)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Stres pada masyarakat/ lingkungan : Suatu perasaan yang tidak

menyenangkan yang bersumber dari lingkungan pekerjaan maupun hubungan interpersonal lansia.

Koping

Koping adalah upaya yang telah dilakukan lansia untuk mengatasi masalah yang dihadapinya terutama saat masa pensiun.

Koping Yang Berorientasi Pada Ego

Koping yang berorientasi pada ego adalah upaya yang telah dilakukan lansia untuk mengatasi masalah yang dihadapinya terutama saat masa pensiun yang terdiri dari menyangkal, menutup diri, mencari dukungan sosial, mencari dukungan spiritual/ agama, dan menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan.

Koping Yang Berorientasi Pada Tugas

Koping yang berorientasi pada tugas adalah upaya yang telah dilakukan lansia yang berada di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Pematangsiantar untuk mengatasi masalah yang dihadapinya terutama saat masa pensiun yang berorientasi terhadap tindakan yang berupa perilaku menyerang (agresif), perilaku menarik diri, dan perilaku kompromi.


(37)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi stres yang bersuber dari diri sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan, dan koping lansia pada masa pensiun yang berorientasi pada ego dan tugas di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Madya Pematangsiantar Tahun 2008.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi


(38)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia pensiun yang berjumlah 390 orang yang bertempat tinggal di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Pematangsiantar (Laporan Kelurahan, 2007).

4.2.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel penelitian ini didasarkan pada rumusan menurut Arikunto (1998), yaitu untuk pengambilan sampel jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah sampel lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15 % atau tergantung kepada kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana serta sempit luasnya wilayah pengamatan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel 39 orang dan teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lansia yang pensiun/ tidak bekerja lagi berumur diatas 55 tahun. 2. Lansia yang sebelumnya mempunyai pekerjaan tetap

3. Bersedia menjadi responden

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Pematangsiantar. Dipilihnya lokasi ini karena lokasi ini memiliki jumlah lansia yang memadai untuk bisa dilakukan penelitian. Disamping itu, lokasi dan wilayah penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti serta belum pernah dilakukan penelitian tentang lansia. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus Tahun 2008.

4.4 Pertimbangan Etik


(39)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Karena penelitian ini menggunakan manusia sebagai objek penelitian, maka hakikatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu: Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak dalam penelitian tanpa ada sanksi apapun,tidak menimbulkan penderitaan bagi responden, dalam hal ini peneliti juga memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta tanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden.

Responden juga harus diperlakukan secara baik sebelum, selama, dan sesudah penelitian, responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk menjadi responden dalam penelitian, selain itu ada prinsip-prinsip etik yang meliputi: Informed consent, lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek, anominity (tanpa nama), untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut cukup dengan diberikan kode, confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka.

Instrumen terdiri atas 3 bagian yaitu pada bagian pertama mengenai data demografi responden meliputi umur, agama, pendidikan, suku, status perkawinan,


(40)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

pensiunan dan penghasilan. Bagian kedua adalah kuesioner stres yang terdiri dari 15 pernyataan terstruktur yaitu 5 pernyataan stres pada diri sendiri (1-5), 5 pernyataan stres pada keluarga (6-10), dan 5 pernyataan stres pada masyarakat/ lingkungan (11-15). Pada bagian ketiga adalah kuesioner koping terdiri dari 10 pernyataan yang dibedakan atas 5 pernyataan koping yang berorientasi pada ego dan 5 pernyataan yang berorientasi pada tugas. Pernyataan koping yang berorientasi pada ego (no.1-5) dengan pernyataan positif (no.1,2,3) dan pernyataan negatif (no.4,5). Pernyataan koping yang berorientasi pada tugas (no.6-10) dengan pernyataan positif (no.6,7,8) dan pernyataan negatif (no.9,10). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin baik koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.Bentuk pernyataan kuesioner merupakan pernyataan tertutup (closed ended) dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Dimana untuk bentuk pernyataan positif setiap jawaban “ya” bernilai 1, dan “tidak” bernilai 0 dan bentuk pernyataan negatif setiap jawaban “ya” bernilai 0 dan “tidak” bernilai 1 (Nursalam, 2003).

Adapun pada kuesioner stres, jumlah nilai skor maksimal adalah 15 dan skor minimal adalah 0. Sedangkan pada kuesioner koping, jumlah nilai skor maksimal adalah 10 dan skor minimal adalah 0.

4.6 Reliabilitas Instrumen

Data kuesioner disusun oleh peneliti sendiri maka penting untuk dilakukan uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur secara konsisten sasaran yang akan diukur pada kelompok subjek yang sama. Uji reliabilitas untuk kuesioner stres dan koping lansia menggunakan rumus K-R 20 dalam program SPSS. Menurut Arikunto (2002),


(41)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

rumus K-R 20 dapat dilakukan untuk menguji reliabilitas instrumen dengan skala ordinal pada pertanyaan tertutup (closed ended) dengan skor 1 bila jawaban “benar” dan bernilai 0 bila jawaban “salah”. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas eksternal yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen yang di uji cobakan diluar kelompok responden. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan formula K-R 20 untuk kuesioner stres dan koping lansia pada masa pensiun. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 10 orang lansia. Kuesioner ini dikatakan reliabel bila hasil reliabilitas bernilai > 0,632 (Arikunto, 2006). Dan instrumen ini telah reliabel dengan nilai

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya mengirim surat izin ke tempat penelitian di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Pematangsiantar . Setelah mendapat izin dari di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Pematangsiantar, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediaannya untuk terlibat. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat perjanjian). Setelah mendapat persetujuan responden, pengumpulan data dimulai dan kemudian peneliti menganalisa data.


(42)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009 4.8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data.

Analisa data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data yang menggambarkan atau meringkas data dengan cara ilmiah melalui beberapa tahap yaitu mengecek kelengkapan data (editing) bentuk tabel,untuk memeriksa apakah pernyataan dalam kuesioner sudah diisi sesuai dengan petunjuk. Kode atau coding terhadap pernyataan yang telah diajukan digunakan untuk mempermudah tabulasi dan analisa yaitu menganalisa data yang terkumpul dengan membuat persentase jawaban dari setiap responden.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Pada bab ini menggambarkan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 8 sampai dengan 13 Desember 2008 dengan jumlah responden 39 orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi deskritiptif karakteristik responden. Stress dan Koping lansia yang tinggal di kelurahan Pardomuan kecamatan Siantar Timur Kota Madya Pematangsiantar.

5.1.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden


(43)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Tabel 1. Menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 55 – 64 tahun sebanyak 28 (71,7%) suku Batak berjumlah 20 (51,2%), menurut kepercayaan responden rata – rata menganut agama Islam 27 (69,2%), rata – rata responden berpendidikan SMU 20 (51,2%). Sebanyak 29 (74,3%) responden menikah, dan 10 (25,7%) responden berstatus janda dan duda. Pekerjaan responden adalah Pegawai Negeri Sipil 14 (35,8%), pegawai swasta sebanyak 9 (23,1%) dan (20,5%) pekerjaan responden sebagai buruh dan wiraswasta, dengan latar belakang diatas dilaporkan mayoritas responden pensiunan berpenghasilan rata – rata Rp. 780.000,- sampai dengan Rp. 1.500.000,- setiap bulan sebanyak 28 (71,8). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 pada halaman berikut.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden

No Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)


(44)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

1. 2. 3. 4. 5. 6 7 Umur

55 – 64 Tahun 65 – 69 Tahun > 70 Tahun Agama Islam Kristen Budha Hindu Pendidikan SD SMP SMU Perguruan Tinggi Suku Batak Jawa Minang Karo Status Perkawinan Belum menikah Menikah Duda/Janda Pensiunan

Pegawai Negeri Sipil Pegawai Swasta Buruh

Wiraswasta Penghasilan < Rp. 780.000,-

Rp. 780.000,- s/d Rp. 1.500.000,- > Rp. 1.500.000,-

28 6 5 27 12 - - 6 11 20 2 20 11 5 3 - 29 10 14 9 8 8 5 28 6 71,7 15,3 13 69,2 30,8 - - 15,3 28,2 51,2 5,1 51,1 28,2 13 7,7 - 74,3 25,7 35,9 23,2 20,5 20,5 12,8 71,8 15,4

5.1.2 Distrubusi Responden Berdasarkan Stres Yang Dialami Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres yang disebabkan diri sendiri adalah responden tidak merasa rendah diri ketika melihat teman sebaya masih bekerja sebanyak 12 (69,3%), keseluruhan responden tidak menjadi beban keluarga, responden merasa berguna walaupun tidak mempunyai kekuasaan dan jabatan lagi sebanyak 33 (84,6%), semangat responden tidak berkurang setelah


(45)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

pensiun sebanyak 29 (74,4%), dan responden tidak kecewa pada hasil kerja, tidak sebaik waktu muda dulu 28 (71,8%). Dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini

Tabel 2. Distrubsi Frekuensi Dan Persentase Responden Yang Bersumber dari diri sendiri.

N o

Pernyataan Stres Lansia Ya Tidak

n % n %

1 Responden yang merasa rendah diri melihat teman sebaya masih bekerja

12 30,7 27 69,3

2 Merasa menjadi beban keluarga - 39 100

3 Sering merasa kecewa pada hasil kerjanya, karena tidak sebaik waktu muda dulu

11 28,2 28 71,8

4 Sering dianggap tidak berguna setelah pensiun

6 15,4 33 84,6

5 Semangat hidup berkurang setelah

pensiun

10 25,6 29 74,4

Berdasarkan tabel 2. diatas dapat dilihat dengan jelas bahwasanya, sebagian besar responden tidak mengalami stres pada diri sendiri.

Stres yang dialami responden yang bersumber dari keluarga adalah responden diikutsertakan dalam pengambilan keputusan jika ada musyawarah dalam keluarga sebanyak 38 (97,4%), responden merasa berdaya/ mampu walaupun tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan keluarga dan rumah tangga sebanyak 36 (92,3%), responden tidak sering berselisih paham dengan anggota keluarga sebanyak 36 (92,3%), keseluruhan responden masih merasa dihargai/ dihormati keluarga sebagai keluarga. Responden tidak bingung untuk bekerja lagi setelah pensiun 31 (79,5%). Dapat dilihat pada tabel 3 pada halaman berikut

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Stres Lansia Yang Bersumber Dari Keluarga


(46)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

No Pernyataan Stres Lansia Ya Tidak

n % n %

6 Kurang diikutsertakan dalam pengambilan

keputusan jika ada musyawarah dalam keluarga

1 2,6 38 97,4

7 Merasa tidak berdaya karena tidak dapat

memenuhi kebutuhan keluarga dan rumah tangga

3 7,7 36 92,3

8 Sering berselisih paham dengan anggota keluarga 3 7,7 36 92,3

9 Anak-anak tidak lagi menghargai dan

menghormati responden sebagai orang tua

- 39 100

10 Responden bingung antara tidak perlu bekerja lagi atau mencari pekerjaan yang baru setelah pensiun

8 20,5 31 79,5

Berdasarkan tabel 3. diatas dapat dilihat serta disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami stres yang bersumber dari keluarga.

Stres yang dialami responden bersumber pada masyarakat dan lingkungan antara lain, responden sering berinteraksi dengan teman sejawat sebanyak 35 (89,7%), responden sering mengikuti kegiatan kegiatan sosial dilingkungannya sebanyak 36 (92,3%), responden selalu mengikuti kegiatan keagaman dilingkungannya sebanyak 37 (94,8%). Semua responden dapat membina hubungan baik antar tetangga di lingkungannya, responden khawatir jika tidak dapat berinteraksi lagi dengan teman sejawatnya seperti sebelum pensiun sebanyak 29 (74,4%), untuk pernyataan diatas dapat dilihat dengan jelas pada tabel 4 pada halaman berikut.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Berdasarkan Stres Yang Bersumber Dari Masyarakat Dan Lingkungan Sekitarnya.


(47)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

No Pernyataan Stres Lansia Ya Tidak

n % n %

11 Responden sering berinteraksi dengan teman sejawat

35 89,7 4 10,3

12 Responden sering mengikuti kegiatan sosial dilingkungan tempat tinggalnya

36 92,3 3 7,7

13 Responden selalu mengikuti kegiatan keagamaan

37 94,8 2 5,2

14 Responden dapat membina hubungan baik antar tetangga dilingkungannya

39 100 - -

15 Responden khawatir jika tidak dapat berinteraksi lagi dengan teman sejawat seperti sebelum pensiun

29 74,4 10 25,6

Berdasarkan tabel 4. diatas dapat dilihat serta disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami stres yang bersumber pada masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya.

5.1.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Berdasarkan Pola Koping Yang Digunakan Lansia Pada Masa Pensiun.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dengan jelas pada tabel 5, antara lain menunjukkan bahwa pola koping yang digunakan oleh responden sejak pensiun digolongkan menjadi dua (2) aspek yaitu koping yang berorientasi pada tugas dan koping yang berorientasi pada ego.

Pola koping lansia yang berorientasi pada ego dengan pernyataan responden tidak merasa pantas untuk pensiun dan berhak untuk bekerja lagi sebanyak 30 orang (77%), untuk menghilangkan kejenuhan pada masa pensiun responden akan mencari kegiatan yang sesuai dengan hobinya sebanyak 24 orang (61,5%), keseluruhan responden apabila mempunyai masalah maka akan banyak berdoa pada Tuhan dan tidak menyalahkan keluarga apabila terjadi suatu masalah serta tidak sering meminta bantuan pada tetangga, saudara dalam pemenuhan hidup sehari-hari.


(48)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Pola koping yang berorientasi pada tugas, dengan penyataan jika responden mempunyai masalah tidak akan mencari pemecahan masalah dengan orang lain sebanyak 29 orang (74,4%), dan apabila menghadapi masalah maka responden mengalihkannya dengan merokok 23 orang (58,9%), jika responden berselisih paham dengan orang lain sebagian besar responden mengalah atau pergi meninggalkannya sebanyak 37 orang (94,8%), apabila responden marah maka responden tidak akan berteriak-teriak serta menghancurkan barang-barang yang ada disekitarnya 38 orang (97,4%), responden akan menyendiri jika menghadapi masalahnya sebanyak 34 orang (87,1%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Pola Koping Yang Digunakan Manusia Pada Masa Pensiun

No Pernyataan Ya Tidak

n % n %

1 Responden merasa tidak pantas untuk pensiun dan masih berhak untuk bekerja lagi

30 77 9 23

2 Untuk menghilangkan kejenuhan pada masa pensiun, responden mencari kegiatan sesuai dengan hobinya

24 61,5 15 38,5

3 Jika responden mempunyai masalah, maka akan

banyak berdoa pada Tuhan

39 100 - -

4 Jika responden mempunyai masalah, maka akan

menyalahkan keluarga dan orang lain

- - 39 100

5 Responden sering meminta bantuan tetangga/ saudara dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari

- - 39 100

6 Bila menghadapi masalah, maka responden akan

mencari pemecahan masalahnya dengan orang lain

10 25,6 29 74,4

7 Bila menghadapi masalah,responden mengalihkannya dengan cara merokok

23 58,9 16 41,1 8 Jika responden berselisih paham dengan orang lain,

responden mengalah atau meninggalkannya

37 94,8 2 5,2 9 Apabila responden marah, maka akan berteriak-teriak

serta menghancurkan barang yang ada disekitarnya

1 2,6 38 97,4 10 Responden akan menyendiri jika mendapat/

menghadapi masalah

34 87,1 5 12,9


(49)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Pembahasan ini mencakup karakteristik responden, stres pada lansia dan koping pada lansia.

5.2.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menurut karakteristik responden, peneliti menemukan mayoritas responden berusia 50 – 64 tahun. Jika umur ini dikategorikan kedalam pembagian usia menurut Depkes (1994), maka usia ini termasuk kedalam lanjut usia dini (early old) atau disebut juga kelompok baru memasuki lanjut usia. Masa usia lanjut dini merupakan masa transisi dan perubahan peran, pada masa ini lansia biasanya mengalami pensiun sehingga stres jadi meningkat karena pekerjaan yang dilakukan selama ini telah hilang atau lansia berhenti bekerja. Faktor inilah menjadi salah satu pemicu meningkatnya stres pada lansia, (Potter & Perry, 2002). Pendidikan responden mayoritas adalah SMU, tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap dirinya dimana tingkat pendidikan seseorang itu akan menentukan seseorang itu mudah stress atau tidak.

Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2004), yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang toleransi dan pengontrolannya terhadap stressor akan semakin baik, dan manyoritas responden masih mempunyai pasangan hidup (istri), hal ini juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berespon terhadap stres, dimana stres yang tinggi apabila hidup sendiri dibandingkan dengan yang mempunyai pasangan hidup karena peran dan tanggung jawab akan bias dijadikan sebagai beban yang harus ditanggung bersama (Siswanto, 2007), sedangkan berdasarkan pekerjaannya, responden rata-rata berprofesi sebagai pensiunan pegawai negeri sipil. Adapun yang melatar belakangi pekerjaan mempengaruhi kemampuan seseorang menghadapi stres


(50)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

antara lain disebabkan oleh pengalaman – pengalaman yang didapatinya pada saat dia masih bekerja (Hurlock, 2002).

5.2.2 Stres Lansia yang bersumber dari diri sendiri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres yang muncul dari diri sendiri, menunjukkan bahwa lansia tidak merasa rendah diri jika melihat teman sebaya masih bekerja sebanyak 27 responden (69,3%), sesuai dengan yang diungkapkan oleh Jecinta (2001), pada masa pensiun tiba lansia mempunyai perencanaan (termasuk pola/gaya hidup yang dilakukan), karena akan memberikan kepuasan dan rasa percaya diri yang tinggi pada individu yang bersangkutan. Pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri yang positif, rasa percaya diri kuat serta didukung oleh keuangan yang cukup, maka lansia dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun tersebut karena selama bertahun-tahun bekerja dan mempunyai banyak pengalaman. Biasanya karakter lansia seperti ini akan mencari pekerjaan/ kesibukan lain yang dapat digunakan sebagai pengganti pekerjaannya yang lama, hal ini biasanya disebabkan karena responden tidak ingin dianggap sebagai beban keluarga, selama hal ini masih dalam keadaan positif tidak akan menimbulkan stres bagi lansia karena pada dasarnya lansia disini masih produktif dan tetap berpenghasilan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas lansia tidak merasa kecewa pada hasil kerjanya walaupun hasil kerja lansia tidak sebaik waktu muda dulu sebanyak 28 orang (71,8%). Sesuai dengan yang diungkapkan Kunjtoro (2002) menyatakan bahwa lansia yang bekerja umumnya memiliki emosi yang stabil dan tenang sehingga tidak resah dan tidak mudah kecewa dengan


(51)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

pekerjaannya, walaupun volume pekerjaan mereka lebih sedikit dibandingkan volume kerja orang muda, namun secara kualitas akan lebih baik dan dapat dijadikan andalan dan lebih sedikit melakukan kekeliruan, hal ini karena cara membuat keputusan lebih baik dan cara kerja mereka lebih pasti, hati-hati, walaupun lambat. Responden merasa berguna walaupun tidak mempunyai kekuasaan dan jabatan lagi sebanyak 33 responden (84,6%), hal ini bertolak belakang dengan pernyataan yang dikemukakan Agoes (2003) bahwa banyak lansia mengalami perasaan kehilangan akan pekerjaan yang dilakukannya selama ini, terutama ketakutan terhadap kehilangan berbagai manfaat ekonomi, kehilangan penghasilan dan keamanan kerja. akan tetapi sebagian lansia merasa optimis dalam menjalani masa pensiun karena kondisi emosional dan kepribadian yang stabil pada setiap pensiunan. Responden juga menyatakan bahwa semangat mereka tidak berkurang pada masa pensiun 29 (74,4%). keadaan ini terjadi karena hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima masa pensiun sebenarnya adalah kondisi emosional para pekerja itu sendiri. Apabila pensiun dianggap sebagai perubahan status baru maka pensiun dianggap status yang berharga, dengan demikian akan terjadi transisi yang lebih baik, memasuki masa transisi ini seseorang sudah menyusun rencana rencana yang harus dilakukan setelah tiba masa pensiun, sehingga akan membuat seseorang yang memasuki masa pensiun menjadi tidak terlalu terbebani. (hurlock, 2001)

5.2.3 Stres Lansia Yang Bersumber Dari Keluarga

Selanjutnya stres yang bersumber dari keluarga tidak banyak menyebabkan stress. dapat dilihat dari responden yang menyatakan bahwa lansia diikutsertakan dalam pengambilan keputusan jika ada musyawarah dala keluaraga


(52)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

sebanyak 38 respinden (9,4). Friedman (2001) menyatakan tugas perkembangan keluarga dimana tugas sebagai orang tua adalah pengambil keputusan terbesar terhadap musyawarah keluarga dan memberika solusi yang terbaik bagi kebaikan keluarga, dan orang tua memberikan dukungan besar kepada anak anaknya pada saat kritis dan membantu anak-anak mereka melalui pemberian dukungan dan dorongan.

Responden merasa berdaya walaupun tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan rumah tangga. Hal ini sesuai dengan Kartono (2008) menyatakan bahwa seseorang memasuki masa pensiun seringkali merasa malu karena menganggap dirinya sebagai pengangguran sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, tidak berguna, dilupakan dan tersisihkan, akan tetapi jika seseorang menghayati dan merasakan keadaan yang baru pensiun, kondisi mental dan tipe kepribadian sangat menetukan mekanisme reaktif seseorang menanggapi masa pensiunnya, serta kecerdasan emosi mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi dan ketidakberdayaan.

Lansia jarang berselisih paham dengan anggota keluarga sebanyak 36 responden (92,3%) dan semua anak-anaknya selalu menghormati responden dan menghargainya sebagai orang tua. Karena sudah seharusnya seorang anak menghormati dan menghargai orangtuanya walaupun orangtua tidak bekerjan dan menghasilkan keuangan bagi keluarga. Responden tidak bingung antara tidak perlu bekerja atau mencari pekerjaan yang baru setelah pensiun sebanyak 31 responden (79,5%), keadaan ini sesuai dengan yang diungkapakan Goleman (2000) sebelum seorang pensiun sebaiknya menyusun suatu perencanaan untuk


(53)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

menghadapi pensiun,dan diperlukan kecerdasan emosi untuk mengatur perencanaan. Saat-saat akan memasuki pensiun orang tersebut sudah menyusun kegiatan-kegiatan dan akan menjalani hidup seprti biasa, bekal bekal yang ada didalam diri yang didapatkan selama bekerja dijadikan modal untuk tetap berkarir. Bagi para lansia peran keluarga sangatlah penting karena mereka memiliki ikatan batin yang kuat dengan lansia. Keluarga dapat menjadi pendukung, dan dapat memberikan perawatan yang baik bagi para lansia.

5.2.4. Stres Lansia Yang Bersumber Dari Masyarakat / Lingkungan

Dari hasil pengumpulan data yang berhubungan dengan stres yang bersumber dari masyarakat didapatkan bahwa responden hanya sebahagian kecil yang mengalami stress yang disebabkan responden khawatir bila tidak dapat berinteraksi dengan teman sejawat seperti sebelum pensiun. Pada dasarnya pemikiran ini masih bersifat wajar, karena pada saat responden pensiun maka responden akan jarang bertemu dengan teman kerjanya dikantor.

Pernyataan-pernyataan lain yang menyebabkan stres pada lansia yang bersumber dari masyarakat, kebanyakan responden tidak stres karena lansia berinteraksi dengan teman sejawat, responden mengikuti kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Para lansia sangat membutuhkan dukungan sosial didalam kehidupan bermasyarakat, dukungan social didefenisikan oleh Gottlie (1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang terdekat didalam lingkungan sosialnya yang dapat memberikan keuntungan emosional bagi penerimanya. Rook dan Dooley (1985) juga menyatakan dukungan sosial dapat bersumber dari sumber natural yaitu dukungan social yang dapat diterima seseorang melalui interaksi social dalam


(54)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya, seperti keluarga, tetangga, teman dekat,dan relasi. Oleh karena itu responden pada penelitian ini dapat membina hubungan dengan baik dengan tetangga dan teman sejawat

Yenni (2008) menyatakan untuk menangani gangguan emosional pada para lansia adalah menjalin hubungan social dan berfikiran positif. lansia bisa membuat kontak social dengan mengadakan pertemuan-pertemuan atau aktivitas seperti berkumpul dengan orang lain sehingga dapat bertukar informasi dan membangkitka semangat hidup,. dengan adanya acara berkumpul dapat meningkatkan kualitas hidup baik fisik maupun psikis.

5.2.3 Pola koping yang digunakan lansia

Pola koping lansia yang berorientasi pada ego, responden tidak merasa penting untuk pensiun dan berhak untuk bekerja lagi. Pada lansia yang pensiun sering mengganggap bahwa pensiun adalah tahap kehidupan yang disebabkan oleh transisi dan perubahan peran. Tetapi apabilah sebelum pensiun seorang lansia merencanakan aktivitas pensiun maka pada saat pensiun lansia akan dapat menyesuaikan diri terhadap pensiun, dimana lansia dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dan pendapatan yang cukup.(Eberholy ,1994 dalam Poter and Pery ,2002).

Untuk menghilangkan kejenuhan pada masa pensiun, responden mencari kegiatan sesuai dengan hobinya, sesuai dengan istilah Honeymoon, yaitu merupakan fase penyusuaian diri pada saat pensiun, dimana perasaan yang muncul adalah gembira karena bebas dari pekerjaan dan rutinitas dan mulai


(1)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Untuk Koping lansia yang menghadapi masa pensiun, didapatkan hasil penelitian responden yang menggunakan koping yang berorientasi pada ego adalah untuk menghilangkan kejenuhan pada masa pensiun responden akan mencari kegiatan yang sesuai dengan hobinya sebanyak, apabila mempunyai masalah maka akan banyak berdoa pada Tuhan dan tidak menyalahkan keluarga apabila terjadi suatu masalah. Koping yang berorientasi pada tugas apabila menghadapi masalah maka responden mengalihkannya dengan merokok, jika responden berselisih paham dengan orang lain sebagian besar responden mengalah atau pergi meninggalkannya, apabila marah maka responden tidak akan berteriak-teriak serta menghancurkan barang-barang yang ada disekitarnya responden akan menyendiri jika menghadapi masalahnya

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawat gerontik perlu diberikan penekanan materi tentang stres lansia yang bersumber pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan. serta koping yang berorientasi pada ego dan tugas. Sehingga perawat dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada para lansia pensiun yang mengalami stres pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat. serta koping yang baik digunakan oleh para lansia yang pensiun

6.2.2 Untuk penelitian selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Stres dan koping paralansia dalam menghadapi pensiun, disarankan untuk meneliti stres manakah yang banyak digunakan lansia pensiun yang bersuber dari diri sendiri, kelurga, masyarakat. dan koping yang banyak digunakan para lansia pensiun.


(2)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (1998). “Prosedur Penelitian Dan Pendekatan Praktek”. Jakarta: Rineka Cipta

Boedhi-Darmojo, R& Martono, H (2000). “Buku ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan

Lanjut Usia)”. Jakarta:FKUI

Hawari, D, (2001). Manajemen Stres, Cemas Dan Depresi”. Jakarta: EGC

Herawani, N. (1999). “Mekanisme Koping”. (makalah). Fakultas Ilmu Keperawatan UI

Hidayat, (2004). “Model Konsep Dan Teori Keperawatan”. Jakarta:EGC

Hurlock, E, B. (2001). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Jecinta, F. R. (2001). “Pensiun Dan Pengaruhnya”. Dibuka pada website

Kuntjoro, (2002).” Memahami Mitos Dan Realita Tentang Lansia” Dibuka pada Website

J. Karnadi, (1999). “Stres Dalam Kehidupan Sehari-hari”. Jakarta. cermin Dunia Kedokteran No 123

Keliat, B, A, (1998). Pelaksanaan Stres”. Jakarta: EGC

Nugroho, W (2000). “Perawatan Lansia”. Jakarta:EGC

Nursalam (2003). “Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan (ed.1)”. Jakarta: Salemba Medika

Mu’tadin, (2002). “Konsep koping”. Dibuka pada situs http//www.koping.html

Santrock, (2003).http//

Potter, P,A. & Perry, A.G (2001). “Fundamentals of nursing (5th ed)”. st.

lois:mosby.

Prayetni, (1999). Konsep Koping Dalam Pelayanan Keperawatan”. Majalah Keperawatan Bina Sehat Edisi September – Nopember no. 001/PPNI/ 1999.


(3)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

Stuart, G. W & Sundeen. S.J (1998).”Principles & Practices of Psychiatric

Nursing (6th ed)”. st. lois: Washington D.C Mosby Company.

Sudjana, .A (2002).”Metode Statistik (ed.3)” . Bandung: Tarsito.

Suliswati, (2005). “Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan jiwa” Jakarta, EGC. Sunaryo,(2004) “Psikologi Untuk Keperawatan” Jakarta, EGC.

Wira kusuma, (2008). “Tetap bugar Di Usia Lanjut”. Jakarta, EGC.

Laporan Kelurahan Pardomuan (2007). Proporsi Lansia Kelurahan Pardomuan. ..., (2002). “Masalah Kesehatan Jiwa Lansia”. Dapat Dibuka Pada Situs


(4)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

KUESIONER

STRES DAN KOPING LANSIA PADA MASA PENSIUN DI KELURAHAN PARDOMUAN KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTAMADYA

PEMATANG SIANTAR TAHUN 2008 PETUNJUK .!

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√ ) pada tempat yang telah tersedia dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab

I. Kuesioner Data Demograpi

1. Umur : tahun 2. Agama :

 Islam  Kristen  Budha  Hindu

3. Pendidikan

 SD  SMP  SMA

 Perguruan Tinggi

4. Suku

 Batak  Jawa

 Minang  Karo

5. Status Perkawinan

 Belum menikah  Menikah  Duda/janda

6. Pensiunan

 Pegawai Negeri  Pegawai Swasta  Buruh

 Wiraswasta

7. Penghasilan

 < Rp 780.000,-


(5)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009

 Rp > 1.500.000,-

II. Kuesoiner Stres

Petunjuk pengisian :

Jawablah dengan memberi tanda checklist (√ ) sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda alami beberapa bulan terakhir ini.

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Saudara rendah diri ketika melihat teman sebaya saudara masih bekerja

2. Hidup saudara menjadi beban bagi keluarga

3. Saudara sering kecewa pada hasil kerja saudara karena tidak sebaik waktu muda dulu

4. Saudara sering dianggap tidak berguna karena saudara tidak mempunyai kekuasaan dan jabatan lagi

5 Semangat hidup saudara berkurang setelah pensiun

6 Saudara kurang diikutsertakan dalam pengambilan

keputusan jika ada musyawarah dalam keluarga

7 Saudara tidak berdaya karena tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan rumah tangga

8 Saudara sering berselisih paham dengan anggota

keluarga

9 Anak-anak saudara tidak lagi menghargai dan

menghormati saudara sebagai orangtua

10 Saudara bingung antara tidak perlu bekerja lagi atau mencari pekerjaan baru setelah saudara pensiun

11 Saudara sering berinteraksi dengan teman sejawat saudara

12 Saudara sering mengikuti kegiatan sosial dilingkungan tempat tinggal saudara

13 Saudara selalu mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal saudara

14 Saudara dapat membina hubungan baik antar tetangga dilingkungan tempat tinggal saudara

15 Saudara khawatir jika tidak dapat berinteraksi lagi dengan teman sejawat saudara seperti sebelum pensiun


(6)

Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.

USU Repository ©2009 III. Kuesioner Koping

Petunjuk pengisian :

Jawablah dengan memberi tanda checklist (√ ) sesuai dangan kon disi dan situasi yang anda alami

NO Pertanyaan Ya Tidak

1

Koping Berorientasi Pada Ego

Saudara tidak pantas untuk pensiun dan masih berhak untuk bekerja lagi

2 Untuk menghilangkan kejenuhan pada masa pensiun, saudara akan mencari kegiatan yang sesuai dengan hobi saudara

3 Jika saudara mempunyai masalah, maka saudara akan banyak berdoa pada tuhan

4 Jika saudara mempunyai masalah, maka saudara akan menyalahkan keluarga dan orang lain

5 Saudara sering meminta bantuan tetangga/saudara dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari

6

Koping Berorientasi Pada Tugas

Bila saudara menghadapi masalah, saudara akan mencari pemecahan masalah dengan orang lain.

7 Bila menghadapi masalah, saudara akan

mengalihkannya dengan merokok

8 Jika saudara berselisih paham dengan orang lain, maka saudara lebih baik mengalah atau pergi meninggalkannya

9 Jika saudara marah, maka saudara akan berteriak-teriak dan menghancurkan barang-barang yang ada disekitar saudara