T PAI 1204863 Chapter3

(1)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Pada dasarnya penelitian adalah upaya merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dan menganalisanya, sehingga dapat menghasilkan temuan Ilmiah. Terkait dengan hal tersebut, Sugiyono menyatakan bahwa metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007, hal. 3). Penelitian ini tergolong bentuk penelitian eksperimen dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen) karena data bersumber dari sebuah lingkungan yang telah ada tanpa ada intervensi dari peneliti (Gozali, 2008, hal. 17). Metode penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian eksperimen semu yang subjek penelitiannya tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 2003, hal. 52).

Eksperimen semu didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook, 1979). Eksperimen semu sesungguhnya dapat dikatakan mirip dengan true experiment jika dilihat dari pemanipulasian variabel independen yang dilakukan (Ary, 2010, hal. 316).

Dalam konteks penelitian ini variabel yang menjadi penyebab atau mempengaruhi (independent variabel) adalah metode tadabur qurani. Sedangkan variabel yang dipengaruhi atau yang mendapat akibat dari perlakuan variabel penyebab (dependent variabel) adalah kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pembelajaran tadabur qurani dapat


(2)

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

3.2. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2007, p. 8) pendekatan kuantitatif adalah

Pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, dimana pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Adapun bentuk Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2007, p. 116) dalam desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3. 1 Paradigma Penelitian Non-equivalent Control Group Design

Group Prates Treatment Pascates

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Keterangan:

O1 = prates kelompok eksperimen

O2 = pascates kelompok eksperimen

O3 = prates kelompok kontrol

O4 = pascates kelompok kontrol

X1 = kelompok eksperimen yang menggunakan metode tadabur qurani

X2 = kelompok kontrol yang menerapkan metode ceramah

Mengacu pada desain di atas, penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelas siswa, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas tersebut sama-sama diberi prates dan pascates dengan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode tadabur qurani, sedangkan


(3)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, tegasnya metode ceramah.

3.3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2 Cirebon yang beralamat di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 1 RT 02 RW 06 Pekiringan Kesambi Kota Cirebon. SMA Negeri 2 Cirebon didirikan berdasarkan surat keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 109/SMU/II/1967 tanggal 1 Januari 1967. Tahun pelajaran 2014/2015 total peserta didik SMA Negeri 2 Cirebon sebanyak 1.304 orang, dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3. 2 Jumlah Peserta didik SMA Negeri 2 Cirebon

Kelas L P

Jumlah Siswa

Jumlah Rombel

X.MIIA 178 209 387 9

X.IIS 67 88 156 4

Jumlah 245 297 542 13

XI.MIIA 132 208 340 9

XI.IIS 26 36 62 2

Jumlah 158 244 402 11

XII.IPA 132 177 309 9

XII.IPS 22 29 51 2

Jumlah 154 206 360 11

TOTAL 557 747 1.304 35


(4)

Sampel pada penelitian ini yaitu kelas X IIS 3 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang, yang dijadikan sebagai kelas eksperimen (X1). Kelompok kedua adalah kelas X IIS 1 dengan jumlah 36 siswa, yang dijadikan sebagai kelas kontrol (X2). Proses pembelajaran mata pelajaran PAI pada kelas eksperimen dalam penelitian ini menggunakan metode pembelajaran tadabur qurani. Sedangkan untuk kelas kontrol akan menggunakan metode nontadabur qurani tepatnya metode pembelajaran ceramah.

3.4. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data dan laporan.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah sebagai berikut: 1) Membuat surat izin observasi/penelitian.

2) Mengadakan observasi ke objek penelitian atau sekolah yang dituju sebagai tempat penelitian dengan melakukan identifikasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran PAI melalui observasi terhadap siswa dan guru mata pelajaran.

3) Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

4) Mengkaji silabus dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. 5) Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian dan soal tes

6) Melakukan uji coba soal untuk menguji instrumen yang diberikan kepada subjek selain dari sampel penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas, dan reliabilitas atas soal tes yang digunakan.

7) Merevisi instrumen dari hasil uji coba yang dipandang perlu perbaikan, sedangkan yang dinilai jelek dibuang.

2. Tahap Eksperimen


(5)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

1) Melakukan prates kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Melakukan eksperimen dengan menerapkan metode pembelajaran tadabur qurani pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol menerapkan metode pembelajaran ceramah.

3) Mengadakan pascates pada kedua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap Analisis Data dan Laporan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Mengolah data hasil prates dan pascates dengan melakukan pengujian statistik berupa perbedaan dua rerata antara prates dan pasca tes pada kelas eksperimen prates dan pasca pada kelas kontrol, prates kelas eksperimen dengan kelas kontrol, pascates kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dan gaint antara keduanya untuk menguji hipotesis.

2) Menarik kesimpulan hasil penelitian.

3) Menyusun laporan mengenai penelitian yang telah dilakukan. 3.5. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007, p. 61). Variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Metode Tadabur Qurani

Secara etimologi kata tadabur berasal dari bahasa Arab „dabbara’ artinya akhir atau belakang. Adapun makna kata tadabur ialah memikirkan, merenungkan, dan mempertimbangkan akibat baik buruknya (Asyafah, 2011, hal. 21). Metode

tadabur qurani, yaitu suatu “produk” tentang cara pembelajaran yang sistematis dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran melalui membaca/mendengar, pemahaman, perenungan ayat-ayat Al-quran secara mendalam sehingga mahasiswa


(6)

mampu menangkap nilai-nilai dibalik ayat-ayat Al-quran tersebut dan mengamalkannya (Asyafah, 2010, hal. 118).

Dengan metode tadabur qurani dalam pembelajaran Agama Islam maka pikiran dan hati menyatu dengan objek yang dipelajari, menyentuh emosi, suasana pembelajaran khusuk, dosen/guru dan mahasiswa/pelajar merasakan terjadinya komunikasi Ilahiyah, dan peserta didik menangkap nilai-nilai (iinternalisasi nilai) dari materi yang sedang dipelajari. Adapun langkah-langkah metode tadabur qurani yang telah dikembangkan oleh Asyafah (Asyafah, 2011, hal. 124), mulai dari yang sederhana sampai ke yang lebih kompleks dengan formula ST4, yakni: (1)

simā’ah/tilāwah (mendengarkan/membacakan), (2) tafhīm (memahamkan), (3)

tażawwuq (memancarkan ke dalam hati), (4) tadiq (membenarkan dengan hati), dan (5) tajawwub (kesediaan atau merespons untuk menaati baik secara lisan maupun tindakan) (Asyafah, 2011, hal. 124).

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan secara seksama (Nurhadi dkk, 2004, hal. 56). Menurut Sapriya dan Winataputra berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang mengemukakan penilaian dengan menerapkan norma dan standar yang benar (Sapriya dan Winataputra, 2004, hal. 196). Sedangkan Sanjaya (Sanjaya, 2009, hal. 84) mengartikan bahwa:

“Berpikir kritis adalah keterampilan yang menggunakan proses berpikir dasar untuk

menganalisis argumen, memunculkan wawasan dan interpretasi ke dalam pola penalaran yang logis, memahami asumsi dan bisa yang mendasari setiap posisi, memberikan model persentasi yang ringkas dan meyakinkan.”

Santrock mengemukakan bahwa berpikir kritis melibatkan cara berpikir instropektif dan produktif serta mengevaluasi kejadian (Santrock, 2007, hal. 195). Begitu juga menurut, berpendapat bahwa berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Eni, K. dkk., 2013, hal. 10).


(7)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

Pada dasarnya berpikir kritis menyentuh seluruh dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali pada pengalaman sehari-hari di kehidupan kita. Seperti yang dikatakan Molan bahwa berpikir kritis itu tidak hanya terjadi dalam dunia ilmiah, melainkan juga dalam pengalaman kehidupan sehari-hari (Molan, 2012, hal. 11). Lebih lanjut lagi Molan mengatakan bahwa dalam dialog, diskusi, debat, atau menulis, kita selalu menyampaikan argumen untuk mendukung pendapat kita. Maka kita mendukung argumen kita dengan data, fakta, dan penalaran-penalaran untuk mendukung klaim yang menjadi kesimpulan argumentasi kita.

3.6. Skenario Pembelajaran

1. Pembelajaran Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen dalam penelitian ini yaitu kelas X IIS 3 yang berjumlah 36 orang siswa. Proses pembelajaran PAI pada kelas eksperimen dilakukan dengan menerapkan metode tadabur qurani dengan kompetensi dasar Iman Kepada Malaikat. Berdasarkan silabus mata pelajaran PAI kelas X materi ini dialokasikan sebanyak 2 x 3 jam (2 pertemuan). Kegiatan inti pembelajaran dengan metode tadabur qurani dilakukan dengan tahapan-tahapan yang terdapat dalam tabel 3.3 (terlampir pada lampiran 2).

2. Pembelajaran Kelas Kontrol

Kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas X IIS 1 yang berjumlah 36 orang siswa. Proses pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan dengan menerapkan metode non tadabur tepatnya metode ceramah dengan kompetensi dasar Iman Kepada Malaikat dengan alokasi waktu sebanyak 2 x 3 jam (2 pertemuan).

Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah diselingi tanya jawab. Adapun prosesnya seperti berikut ini.

a. Guru menjelaskan hakikat beriman kepada malaikat.

b. Guru menerangkan ayat-ayat Quran yang berhubungan dengan keimanan. c. Guru bertanya jawab dengan siswa sebagai evaluasi.


(8)

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data harus disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan angket, pedoman wawancara, pengamatan, ujian atau tes, dokumentasi, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data hanya menggunakan teknik angket tentang berpikir kritis, baik prates maupun pascates pada kelas eksperimen dan kontrol. Melalui teknik ini dapat diketahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, baik sebelum maupun sesudah diterapkannya metode tadabur qurani dan metode ceramah pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga akhirnya dapat dibandingkan efektivitasnya antara kedua metode tersebut.

3.8.Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen tes sikap model likert. Tes sikap digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pendidikan agama Islam. Instrumen ini dibuat oleh peneliti sendiri. Penggunaan tes sikap (model likert) ini, berdasarkan pada salah satu tujuan penelitian yakni untuk mengujii efektivitas metode tadabur qurani terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, dan output yang diharapkannya adalah meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk mengetahui meningkat atau tidaknya kemampuan berpikir kritis siswa tersebut, maka digunakan tes sikap model likert. Tes sikap (angket) merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden (siswa) untuk dijawabnya. Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2007, hal. 142) “angket merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti

variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden”. Selain

itu, angket juga cocok digunakan untuk jumlah sampel yang besar. Sebelum diberikan kepada responden, angket harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu karena angket yang tidak valid dan reliabel akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel juga.


(9)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

Langkah-langkah pengembangan instrumen penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu: a) memperhatikan definisi operasional tentang kemampuan berpikir kritis, b) Membuat kisi-kisi kemampuan berpikir kritis, c) Menyusun 90 pernyataan skala sikap berdasarkan kisi-kisi untuk diujicobakan, kemudian dilakukan uji validitas instrumen secara keseluruhan, baik validitas isi maupun validitas konstruk, d) Meminta penilaian kepada pembimbing dan pakar yang berkompeten dalam bidang instrumen dan berpikir kritis, serta memilki komitmen keagamaan yang kuat untuk menguji validitas isi, yaitu: Mif Baihaqi, M.Si. (Pakar I), Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. (Pakar II), Dr. Edi Suresman, M.Pd. (Pakar III), Dr. H. Abas Asyafah, M.Pd. (Pembimbing I), Dr. Aceng Kosasih, M.Ag. (Pembimbing II), e) Menganalisis butir-butir pernyataan tes hasil penilaian dari pakar untuk memilih butir-butir pernyataan yang sudah memadai yang dapat diperbaiki dan yang tidak dapat dipergunakan. Setelah mendapatkan penilaian instrumen dari pakar tersebut, pernyataan yang layak diujicobakan menjadi 54 item .

a. Mengujicobakan instrumen tersebut pada siswa di luar sampel penelitian. b. Menganalisis sacara statistik pernyataan hasil ujicoba tersebut untuk dilihat

validitas konstruk dan reabilitasnya.

c. Setelah dilakukan validitas konstruk serta realibilitas didapatkan 34 item yang layak.

d. Menata kembali semua pertanyaan yang sudah lolos seleksi pada tahap di atas menjadi skala sikap.

e. Memperbaiki butir pernyataan yang masih perlu penghalusan dan menyusun kembali set pernyataan untuk dijadikan instrumen final.

3.9. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian dalam penelitian terlebih dahulu diuji pada lingkungan terbatas, di kelas yang bukan sebagai objek penelitian. Kemudian instrumen tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya.


(10)

Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dalam suatu penelitian, serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menguji validitas instrumen secara konten maka dilakukan

judgement oleh pakar/ahli. Sedangkan untuk menguji validitas instrumen secara konstruk maka dilakukan uji coba instrumen. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Arikunto menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen” (Arikunto S. , 2002, hal. 144).

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007, p. 173). Hasil tes siswa kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson. Bila harga korelasi dibawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang

.

Adapun rumus Product Moment yang digunakan adalah sebagai berikut:

= � −( )( )

{� 2( 2)}{ 2( )2}

(Arikunto, 2002:145) Keterangan:

= Koefisen korelasi yang dicari

= Hasil skor X dan Y untuk setiap responden = Skor item tes

= Skor responden

( 2) = Kuadrat skor item tes

( 2) = Kuadrat responden N = Jumlah responden


(11)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

Setelah diperoleh nilai selanjutnya dikonsultasikan dengan nilai dengan taraf signifikansi 5%. Jika didapatkan nilai hitung > , maka butir instrumen dapat dikatakan valid, akan tetapi sebelumnya jika nilai ≤ , maka dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak valid (Arikunto, 2002:146).

Uji coba angket kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini terdiri dari 54 butir. Berdasarkan hasil validitas butir soal tes, terdapat 16 butir soal yang tidak valid sehingga soal tes kemampuan analitis yang digunakan adalah sebanyak 38 butir soal. Tabel hasil uji validitas tes kemampuan berpikir kritis pada saat uji coba angket terdapat pada tabel 3.4 (terlampir di lampiran 5) yang diolah dengan menggunakan program aplikasi SPSS versi 21.

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 54 soal yang diujicobakan terdapat 16 soal yang tidak valid sehingga butir soal tersebut dihilangkan. Soal yang memiliki kategori valid selanjutnya digunakan sebagai instrumen dalam penelitian untuk mengukur kemampuan analitis.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Sukmadinata (2006:229) menyatakan bahwa “reliabilitas berkenaan dengan tingkat

keajegan atau ketetapan hasil pengukuran” (Sukmadinata, 2005, hal. 229). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007, p. 173).

Untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek maka perlu diadakan analisis butir soal. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (Arikunto S. , 2006, hal. 206-207) bahwa “analisis soal antara lain bertujuan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek”. Dengan analisis butir soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.


(12)

Teknik yang digunakan untuk uji reliabilitas soal tes di sini adalah teknik

Cronbach Alpha dengan rumus dan langkah perhitungan sebagai berikut: 1. Mencari varians tiap butir dengan rumus:

 

N N X X a b

 2 2  (Arikunto, 2006:110) Keterangan: a b

 = Harga varians tiap butir

∑Xi2

= Jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item

 

2

X

 = Jumlah skor seluruh responden dari setiap item N = Jumlah responden

2. Menghitung varians total dengan rumus:

 

N N Y Y a t

 2 2  (Arikunto, 2006:111) Keterangan: a t

 = Harga varians total

∑Y2

= Jumlah kuadrat jawaban responden dari seluruh item

(∑Y)2

= Jumlah skor seluruh responden dari seluruh item N = Jumlah responden

3. Menghitung reliabilitas instrumen dengan rumus Alpha:

           

2

2 11 1 1 t b k k r   (Arikunto, 2006:112) Keterangan:


(13)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyak item/ butir pertanyaan atau banyaknya soal

2 b

 = Jumlah varians butir soal

2 t

 = Varians total

Setelah diperoleh nilai 11 tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika didapatkan nilai 11 > , maka butir

instrumen dapat dikatakan reliabel, akan tetapi jika nilai 11≤ , maka dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak reliabel (Arikunto S. , 2002, hal. 147).

Tabel 3. 3 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas

Besarnya r Tingkat Reliabilitas

0,90 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi 0,40 < r ≤ 0,70 Sedang

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

r ≤ 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil uji coba soal instrumen yang dilakukan, diperoleh nilai koefisien r sebesar 0,894. Apabila dibandingkan dengan nilai r tabel (0,70), besarnya nilai r hitung lebih besar daripada besarnya r tabel (0,894 > 0,70), artinya instrumen penelitian dapat dinyatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas tinggi. Adapun hasil perhitungan reliabilitas instrumen tersebut dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3. 4 Reliabilitas Item Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

.894 .897 54


(14)

Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan dalam pengumpulan data dan penelitian. Dalam pengumpulan data tersebut diperlukan teknik-teknik tertentu sehingga data diharapkan dapat terkumpul dengan benar-benar relevan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan statistik sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi data untuk masing-masing variabel penelitian. Penelitian harus membuktikan terlebih dahulu apakah data yang akan dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Akan tetapi apabila data tidak berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji chi kuadrat.

Adapun langkah-langkahnya menurut Riduwan (Riduwan, 2008, hal. 180) adalah sebagai berikut:

1. Mencari skor terbesar dan terkecil

2. Mencari nilai rentangan (R), dimana (R) = Skor terbesar ‒ Skor terkecil 3. Mencari banyaknya kelas (BK), dimana BK = 1 + 3,3 Log n

4. Mencari nilai panjang kelas (i), dimana (i) =

BK R

5. Membuat tabulasi dengan tabel penolong


(15)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

6. Mencari rata-rata (mean) dengan rumus: = 1

7. Mencari simpangan baku dengan rumus:

 

1

2 1 2

1

 

n n

fX fX

n s

8. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan

a. Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5

b. Mencari nilai Z-Score untuk batas kelas interval dengan rumus:

s

x BatasKelas

Z  

c. Mencari luas 0-Z dari Tabel Kurve Normal dari 0-Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas

d. Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya


(16)

e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden

9. Mencari chi kuadrat hitung (�2hitung )

 k

i fe

fe fo 1

2 2

10.Membandingkan �2hitung dengan �2tabeldengan α = 0,05

Jika: �2hitung ≥ �2tabel, artinya data tidak distribusi normal

�2hitung ≤ �2tabel, artinya data berdistribusi normal

Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data dibantu oleh program SPSS versi 21 dengan menggunakan grafik Q-Q plot, sehingga dapat dilihat dari grafik Q-Q plot yang dihasilkan dimana jika data tersebar mengikuti garis normal, maka data tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan apabila kedua yang diperoleh telah berdistribusi normal dan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua populasi mempunyai variansi yang homogen atau heterogen. Bila hasil yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan statistik parametric yaitu Uji t. tetapi, bila hasil yang diperoleh salah satunya berdistribusi tidak normal atau tidak homogen, maka dilanjutkan dengan menggunakan statistika non-parametrik dengan menggunakan tes Wilcoxon.

Untuk menguji homogenitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Riduwan, 2008, p. 110).

1) Mencari nilai varians terbesar dan terkecil dengan rumus:


(17)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

2) Membandingkan nilai Fhitung dengan rumus:

dkpembilang = n-1 untuk varians terbesar, dan dkpenyebut = n-1 untuk varians

terkecil

a. Jika diperoleh Fhitung < Ftabel, maka kedua variasi homogen

b. Jika diperoleh harga Fhitung > Ftabel, maka kedua variasi tidak homogen

Dalam penelitian ini, perhitungan homogenitas dibantu dengan Program SPSS versi 21 yang membandingkan nilai hasil prates dan pascates dengan ketentuan jika Fhitung lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (sig2-tailed) maka nilai tes tersebut tidak

memiliki perbedaan varian atau homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hasil eksperimen yaitu menggunakan tes awal dan tes akhir maka dilakukan dengan menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:

= �1.�2 �12

1 +�

22

2 Keterangan:

x1 = mean kelompok eksperimen

x2 = mean kelompok kontrol

S12 = varians kelompok eksperimen

S22 = varians kelompok kontrol

n1 = jumlah kelompok eksperimen n2 = jumlah kelompok kontrol

Dimana Ho kita terima jika –t 1-1/2a < t < t 1-1/2a atau –t tab < t hitung < t table

dengan –t 1-1/2a didapat dari daftar distribusi t dengan peluang (1-1/2a) dan

dk=(n1+n2-2) dalam hal lainnya Ho ditolak (Sudjana, 1990, hal. 259).

Ketentuan diterima tidaknya hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: a. Hipotesis


(18)

1) Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan metode tadabur qurani pada kelas eksperimen

Ha : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan metode tadabur qurani pada kelas eksperimen

2) Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan metode ceramah pada kelas kontrol

Ha : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan metode ceramah pada kelas kontrol

3) Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan metode tadabur qurani dengan kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah

Ha : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan metode tadabur qurani dengan kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah

b. Ketentuan

- t hitung > t tabel, maka Ho ditolak - t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hierarki statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus factor gain (g) dengan rumus:

= � − �

� − �

Keterangan:

Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal Smaks = skor maksimum


(19)

Siti Aini Latifah Awaliyah, 2015

Kriteria:

Tabel 3. 5 Kriteria Gain Ternormalisasi

Gain Ternormalisasi (g) Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Pengolahan data rata-rata skor gain ternormalisasi ini juga dianalisis dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2013.


(1)

Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan dalam pengumpulan data dan penelitian. Dalam pengumpulan data tersebut diperlukan teknik-teknik tertentu sehingga data diharapkan dapat terkumpul dengan benar-benar relevan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan statistik sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi data untuk masing-masing variabel penelitian. Penelitian harus membuktikan terlebih dahulu apakah data yang akan dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Akan tetapi apabila data tidak berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji chi kuadrat.

Adapun langkah-langkahnya menurut Riduwan (Riduwan, 2008, hal. 180) adalah sebagai berikut:

1. Mencari skor terbesar dan terkecil

2. Mencari nilai rentangan (R), dimana (R) = Skor terbesar ‒ Skor terkecil 3. Mencari banyaknya kelas (BK), dimana BK = 1 + 3,3 Log n

4. Mencari nilai panjang kelas (i), dimana (i) = BK

R

5. Membuat tabulasi dengan tabel penolong


(2)

6. Mencari rata-rata (mean) dengan rumus: = 1

7. Mencari simpangan baku dengan rumus:

 

1 2 1 2

1

 

n n

fX fX

n s

8. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan

a. Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5

b. Mencari nilai Z-Score untuk batas kelas interval dengan rumus:

s

x BatasKelas

Z  

c. Mencari luas 0-Z dari Tabel Kurve Normal dari 0-Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas

d. Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya


(3)

e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden

9. Mencari chi kuadrat hitung (�2hitung )

 k

i fe

fe fo 1

2 2

10.Membandingkan �2hitung dengan �2tabeldengan α = 0,05 Jika: �2hitung ≥ �2tabel, artinya data tidak distribusi normal

�2hitung ≤ �2tabel, artinya data berdistribusi normal

Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data dibantu oleh program SPSS versi 21 dengan menggunakan grafik Q-Q plot, sehingga dapat dilihat dari grafik Q-Q plot yang dihasilkan dimana jika data tersebar mengikuti garis normal, maka data tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan apabila kedua yang diperoleh telah berdistribusi normal dan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua populasi mempunyai variansi yang homogen atau heterogen. Bila hasil yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan statistik parametric yaitu Uji t. tetapi, bila hasil yang diperoleh salah satunya berdistribusi tidak normal atau tidak homogen, maka dilanjutkan dengan menggunakan statistika non-parametrik dengan menggunakan tes Wilcoxon.

Untuk menguji homogenitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Riduwan, 2008, p. 110).

1) Mencari nilai varians terbesar dan terkecil dengan rumus:


(4)

2) Membandingkan nilai Fhitung dengan rumus:

dkpembilang = n-1 untuk varians terbesar, dan dkpenyebut = n-1 untuk varians terkecil

a. Jika diperoleh Fhitung < Ftabel, maka kedua variasi homogen

b. Jika diperoleh harga Fhitung > Ftabel, maka kedua variasi tidak homogen Dalam penelitian ini, perhitungan homogenitas dibantu dengan Program SPSS versi 21 yang membandingkan nilai hasil prates dan pascates dengan ketentuan jika Fhitung lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (sig2-tailed) maka nilai tes tersebut tidak memiliki perbedaan varian atau homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hasil eksperimen yaitu menggunakan tes awal dan tes akhir maka dilakukan dengan menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:

= �1.�2 �12

1 +� 22

2 Keterangan:

x1 = mean kelompok eksperimen x2 = mean kelompok kontrol S12 = varians kelompok eksperimen S22 = varians kelompok kontrol n1 = jumlah kelompok eksperimen n2 = jumlah kelompok kontrol

Dimana Ho kita terima jika –t 1-1/2a < t < t 1-1/2a atau –t tab < t hitung < t table dengan –t 1-1/2a didapat dari daftar distribusi t dengan peluang (1-1/2a) dan dk=(n1+n2-2) dalam hal lainnya Ho ditolak (Sudjana, 1990, hal. 259).

Ketentuan diterima tidaknya hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: a. Hipotesis


(5)

1) Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan metode tadabur qurani pada kelas eksperimen

Ha : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan metode tadabur qurani pada kelas eksperimen

2) Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan metode ceramah pada kelas kontrol

Ha : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan metode ceramah pada kelas kontrol

3) Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan metode tadabur qurani dengan kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah

Ha : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan metode tadabur qurani dengan kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah

b. Ketentuan

- t hitung > t tabel, maka Ho ditolak - t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hierarki statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus factor gain (g) dengan rumus:

= � − �

� − �

Keterangan:

Spost = skor tes akhir

Spre = skor tes awal


(6)

Kriteria:

Tabel 3. 5 Kriteria Gain Ternormalisasi Gain Ternormalisasi (g) Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Pengolahan data rata-rata skor gain ternormalisasi ini juga dianalisis dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2013.