STRATEGI PEMBELAJARAN BATIK PADA SISWA KELAS I PROGRAM KEAHLIAN TEKSTIL KRIYA SMK N 5 YOGYAKARTA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Deny Tirtana

035824013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008


(2)

Kelas I Program Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta”ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 4 Juli 2008 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Prapti Karomah, M.Pd Ketua Penguji ………... - 7 - 2008 Dr. Sri Wening Sekretaris ………... - 7 - 2008 Kapti Asiatun, M.Pd Penguji ………... - 7 - 2008

Yogyakarta, Juli 2008 Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Wardan Suyanto,Ed. D NIP. 130 683 449


(3)

Program Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, juni 2008 Pembimbing


(4)

NIM : 035824013

Prodi : Pendidikan Teknik Busana Jurusan : PTBB

Judul : Strategi Pembelajaran Batik Pada Siswa Kelas I Program Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta

Menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil pekerjaan sendiri dan sepanjang pengetahuan penulis tidak mengandung materi yang telah dipublikasikan atau ditulis orang lain yang telah dipergunakan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Universitas Negeri Yogyakarta atau Perguruan Tinggi lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan yang lazim.

Yogyakarta, juni 2008 Yang Menyatakan,

Deny Tirtana NIM. 035824013


(5)

anak03PTBB(makasih) the sedeq(nuwun bung) B 6435 LD ALMAMATERKU


(6)

035824013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :1) Pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta, 2) Apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta di dalam pembelajaran batik.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik persentase. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I program keahlian tekstil kriya SMK N 5 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh atau teknik sampel sensus. Sampel penelitian berjumlah 36 siswa, teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan menggunakn skala Likert dan skala Gutman. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup dengan prosentase 41,67%.2) apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I tekstil kriya di dalam pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta sebagai berikut :a) kegiatan pra instruksional, siswa mengalami hambatan dalam memahami tujuan membatik adalah 13 siswa (28,26%);b) pada kegiatan instruksional, siswa yang mengalami hambatan didalam menggambar pola batik adalah 24 siswa (66,67%), alokasi waktu yang diberikan oleh guru adalah 23 siswa (63,89%), lingkungan kelas yang tidak kondusif sebanyak 22 siswa (61,11%), hambatan memahami pelajaran karena media yang digunakan adalah 18 siswa ( 50 % ), proses ngelowong adalah 17 siswa ( 47,22% ), hambatan didalam menggunakan alat-alat untuk membatik sebanyak 16 siswa (44,44%), hambatan dalam proses ngelorod adalah 15 siswa ( 41,67% ), hambatan dalam proses nembok adalah 13 siswa ( 36,11%), hambatan memahami materi pelajaran tentang sejarah batik adalah 12 siswa ( 33,33% ); mengalami hambatan sulit berkonsentrasi setiap mengikuti pelajaran batik adalah 7 siswa ( 19,45% ) ;c)pada kegiatan evaluasi dan tindak lanjut, siswa mengalami hambatan didalam mengerjakan soal tertulis adalah 26 siswa (72,22 %), hambatan didalam mengerjakan tes praktik adalah 17 siswa ( 47,22% ). hambatan didalam menjadikan nilai sebagai acuan untuk lebih rajin belajar adalah 12 siswa (33,33%).


(7)

dengan judul “Strategi Pembelajaran Batik Pada Siswa Kelas I Program Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta”. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas akhir sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan teknik.

Atas terselesaikannya penyusunan Skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang senantiasa memberikan bantuan, bimbingan, dan pengarahan serta kerjasama, ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta

2. Bapak Wardan Suyanto, Ed.D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

3. Ibu Dr. Sri Wening, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana Universitas Negeri Yogyakarta

4. Ibu Emy Budiastuti, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan banyak pengarahan.

5. Ibu Prapti Karomah, M.Pd , selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

skripsi ini.

Penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna sesuai yang diharapkan, besar harapan penulis semoga skripsi ini mempunyai nilai yang bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca yang memerlukannya.

Yogyakarta, Juni 2008


(9)

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………..………... 1

B.Identifikasi Masalah……….…... 3

C. Batasan Masalah………... 5

D.Rumusan Masalah……….………... 5

E.Tujuan Penelitian………... 5

F. ManfaatPenelitian………..…...………... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori...………...…. 7

1. Strategi...….………... 7

2. Strategi Pembelajaran………... 7

3. Pembelajaran……..………... 18

a. Pengertian Pembelajaran... 18

b. Pelaksanaan pembelajaran... 20

1. Tujuan pembelajaran... 21

2. Bahan/materi pelajaran... 24

3. Guru/pengajar... 25

4. Siswa/peserta didik... 25

5. Metode Pembelajaran... 26


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian.……….. 37

C. Difinisi Operasional Penelitian.……… 38

1. Strategi…………..………...………. 38

2. Pelaksanaan Pembelajaran……… 38

3. Batik………. 38

D. Populasi dan Sampel….………... 39

E. Metode Pengumpulan Data….……….……….... 39

F. Instrumen Penelitian………... 40

G. Uji Coba Instrumen………... 42

a. Uji validitas... 43

b. Uji reabilitas... 44

H. Teknik Analisis Data….………... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian………. 48

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Implikasi ... 75

C. Saran-saran...75 DAFTAR PUSTAKA


(11)

Tabel 4. Pengelompokan kecenderungan skor rata-rata ... 47 Tabel 5. Distribusi Frekuensi pendapat siswa kelas I program keahlian tekstil kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta... 48 Tabel 6. Kategori kecenderungan pendapat siswa kelas Iprogram keahliantekstil

kriyatentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta 49 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran... 50 Tabel 8. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran... 51 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi... 52 Tabel 10. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi... 53 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen peran serta siswa... 54 Tabel 12. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen peran serta siswa... 55 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen pengetesan/evaluasi... 56 Tabel 14. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen pengetesan/evaluasi... 57 Tabel 15. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan tindak lanjut... 58 Tabel 16. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan tindak lanjut... 59


(12)

Lampiran III Mean, Median, Modus, Standar Deviasi dan Distribusi Frekuensi

Lampiran IV Perhitungan Analisis Data Lampiran V Data Penelitian


(13)

BAB I

PENDAHULUAN.

A. LATAR BELAKANG.

Pada era globalisasi persaingan di berbagai hal sangat tinggi, tidak terkecuali pada bidang pendidikan yang menjadi sarana penting di dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia.

Dalam menghadapi era industrialisasi dan persaingan bebas dibutuhkan tenaga kerja yang produktif, efektif, efisien, disiplin dan bertanggung jawab sehingga mereka mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai pendidikan menengah merupakan salah satu bagian dari pendidikan nasional, yang bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia usaha dan dunia kerja atau pendidikan tinggi.

Sebagaimana tujuan khusus Sekolah Menengah Kejuruan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan kerja yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.

2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang diminatinya.

3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


(14)

4. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya (Pedoman Kurikulum SMK Tahun 2004:7).

Berdasarkan tujuan di atas, tentunya diperlukan sebuah strategi di dalam pembelajaran yang bisa mempermudah atau memperlancar tercapainya tujuan di atas. Menurut Fredy Tjiptono (2000:3) strategi merupakan cara dalam memanfaatkan dan menentukan sumberdaya sesuai dengan perubahan lingkungan guna mencapai tujuan organisasi.

Pelaksanaan pembelajaran di SMK sangat bergantung pada bagaimana kualitas dan kuantitas komponen dalam pembelajaran saling melengkapi, komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas sekolah ( Sugiharto, 1992:42 ).

Pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan dengan peningkatan kualitas komponen pembelajaran agar dalam pelaksaan pembelajaran dapat diperoleh hasil yang maksimal. Didalam pelaksanaan pembelajaran tentunya diperlukan sebuah cara yang digunakan untuk melakukan evaluasi atau melakukan beberapa tindakan dalam menjaga supaya tujuan pembelajaran dapat dicapai dan setiap materi yang diberikan mampu digunakan sebagai bekal didalam bermasyarakat.

Pentingnya batik di dalam budaya Indonesia sebagai warisan budaya Indonesia yang mempunai nilai yang tinggi, dimana pada setiap motif-motif batik yang ada mempunayi makna filosofi yang terkandung di dalamnya, sebagai pendidikan formal SMK merupakan tempat yang bisa dijadikan sebagai salah satu sarana dalam mendidik para siswa untuk menguasai teknik


(15)

membatik tersebut, tenaga kerja batik yang sekarang ini lebih banyak adalah generasi yang sudah tua, oleh karena itu jika tidak ada generasi muda yang meneruskan menguasai teknik membatik maka dihawatirkan batik akan hilang dan diambil oleh bangsa lain. Sekedar contoh saja Malaysia memiliki hak paten jauh lebih banyak dibandingkan Solo atau Pekalongan dan Yogyakarta. Solo baru berhasil mematenkan produk batik sekitar 154 motif. Malaysia justru sudah lebih dari 200 motif (Dieny&Yusuf.com). Dengan memiliki hak paten, Malaysia akan memperoleh opsi atas penjualan barang tersebut. Jika tidak, maka yang memproduksi barang itu bisa dicap sebagai pembajak.

SMK N 5 Yogyakarta merupakan sekolah yang membuka jurusan tekstil yang didalamnya mengajarkan pelajaran batik sebagai salah satu pelajaran. Siswa yang masuk SMK ini tentunya ingin mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk belajar batik, dan untuk melestarikan budaya bangsa yang salah satunya adalah batik, Dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di sekolah tentunya guru harus melakukan upaya yang efektif untuk mencapai hasil pembelajaran yang telah ditetapkan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta yang ditinjau dari pendapat siswa dan juga tentang hambatan yang di alami oleh siswa didalam pembelajaran batik.

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka muncul berbagai masalah yang sangat luas berkaitan dengan strategi


(16)

pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta. Harapan tercapainya tujuan penguasaan teknologi batik merupakan tujuan yang harus bisa dicapai oleh semua pihak yang ada di SMK N 5 Yogyakarta agar bisa membentuk suatu generasi yang mampu melestarikan batik di Indonesia.

Mengacu pada latar belakang masalah tersebut maka muncul beberapa permasalahan sebagai berikut

1. Bagaimana siswa mampu menguasai teknik membatik dengan waktu dan sarana dan prasarana yang ada serta keterbatasan yang ada?

2. Bagaimana pemilihan materi pembelajaran di dalam pembelajaran batik untuk meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran?

3. Bagaimana pemilihan metode yang digunakan di dalam strategi pembelajaran batik?

4. Bagaimana penggunaan di dalam pelaksanaan pembelajaran batik? 5. Bagaimana evaluasi yang digunakan guru di dalam pembelajaran batik? 6. Bagaimana pendapat siswa tentang strategi pembelajaran batik?.

7. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran batik?

8. Bagaimana peran atau perilaku yang harus di kuasai dalam pembelajaran batik untuk mencapai tujuan pembelajaran?

9. Bagaimana hambatan di dalam pelaksanaan pembelajaran batik?

10. Kesesuaian antara materi yang diajarkan dengan perkembangan teknik batik.


(17)

C. Batasan masalah.

Dari identifikaisi masalah dan permasalahan yang berhubungan dengan strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta dan hal-hal yang tercakup didalamnya sangat luas, maka perlu adanya pembatasan masalah, agar dalam penelitian ini lebih terfokus terhadap permasalahan yang akan diteliti

Penelitian ini dibatasi pada strategi pembelajaran batik dilihat dari komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran Pendahuluan, Penyajiian informasi, peran serta siswa, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut di SMK N 5 Yogyakarta yang dilihat dari sisi pendapat siswa dan hambatan yang dialami oleh siswa di SMK N 5 Yogyakarta di dalam pembelajaran batik.

D. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta?

2. Apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian tekstil kriya di SMK N 5 Yogyakarta didalam pembelajaran batik?

E. Tujuan Penelitian.

Penelitian strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta, bertujuan untuk :


(18)

1. Mengetahui bagaimana pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta.

2. Mengetahui apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta didalam pembelajaran batik.

F. Manfaat Penelitian.

Dengan adanya penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat, antara lain :

1. Bagi lembaga pendidikan.

a. Sebagai bahan informasi bagi lembaga pendidikan tentang strategi pembelajaran batik yang telah dilakukan di SMK N 5 Yogyakarta b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi hambatan di dalam

proses pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta pada masa yang akan datang

2. Bagi peneliti.

a. Menambah pengalaman di dalam melakukan penelitian.

b. menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai strategi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan menambah pengetahuan dan wawasan di bidang batik.

3. Secara Teoritis.

Dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. DESKRIPSI TEORI.

1. Strategi

Strategi merupakan respons secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi ( Stainer dan Minner, 1977). Sedangkan menurut Fredy Tjiptono (2000:3) strategi merupakan cara dalam memanfaatkan dan menentukan sumberdaya sesuai dengan perubahan lingkungan guna mencapai tujuan organisasi. Menurut Fredy Rangkuti (1997:3) strategi adalah proses analisis, perumusan dan evaluasi–evaluasi strategi–strategi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan cara dalam mengolah sumberdaya untuk mencapai tujuan suatu organisasi yang dilakukan dengan cara evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan internal, dalam pelaksanaanya perlu diadakan evaluasi untuk mencapai tujuan.

2. Strategi Pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah siasat atau keseluruhan aktifitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sangat kondusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran menggambarkan keseluruhan prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan. (Udin S Winataputra, 2005:82).


(20)

Strategi pembelajaran adalah garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran kompetensi dasar. Strategi dapat dipandang sebagai pola-pola umum kegiatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai kompetensi dasar tertentu. (www.E-IPScimahi.com).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan strategi pembelajaran adalah cara atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana yang kondusif didalam kegiatan belajar mengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan untuk mengembangkan material pembelajaran, menilai materi yang ada, merevisi material, dan merencanakan kegiatan pembelajaran. (Drs, Hamzah Uno, M.Pd, dkk, 2000: 44-45)

Secara umum strategi pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok strategi, yaitu:

1. Strategi yang diarahkan oleh pengajar atau Teacher Directed Strategies.

2. Stategi yang terpusat pada siswa atau Student Directed Strategies. Yang termasuk kedalam kelompok strategi yang diarahkan pengajar antara lain ceramah, tanya jawab, drill dan latihan. Sedangkan yang temasuk kedalam kelompok strategi yang tepusat pada siswa antara lain belajar kelompok, penyingkapan yang terbimbing atau Guided Discovery. (Udin S Winataputra, 2005:83).


(21)

Dalam menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran tercapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan Pembelajaran Pendahuluan, Penyajiian Informasi, peran serta siswa, Pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut ( Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45):

1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan.

Kegiatan pembelajaran pendahuluan dianggap peting karena dapat memotifasi siswa untuk mempelajari mata pelajaran, selain dapat memotivasi mereka juga akan mendapat petunjuk-petunjuk yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga pada akhir pembelajaran siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran.(Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45).

Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta


(22)

didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi. (www.smpn4cimahi.blogspot)

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. (www.BruderFIC.or.id).

Teknik untuk mendorong motivasi siswa diantaranya dengan menunjukkan pentingnya atau keuntuganya mempelajari pesan pembelajaran yang sedang dipelajari, serta kerugianya jika tidak mau mempelajarinya. Menunjukkan tujuan pmbelajaran yang ingin dicapai. Mengaitkan pesan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Dan juga mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan topik-topik pelajaran yang sudah dipelajari.


(23)

Menurut VM Tri Mulyani (2001:121) cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar diantaranya adalah:

a. Memberitahukan tujuan pembelajaran sebelum pelajaran dimulai. b. Menjelaskan manfaat dan pentingnya materi pelajaran didalam

kehidupan.

c. Menjelaskan hubungan atau kaitan antara materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan materi-materi lain yang sudah dipelajari. d. Menyajikan garis besar materi.

e. Menjelaskan akibat buruk atau kerugian jika tidak mempelajarinya.

Oemar Hamalik menjelaskan cara mengkomunikasikan materi dan menimbulkan motivasi siswa didalam pembelajaran yang dikutip oleh H Martinis Yamin,M.Pd ( 2007:239-240) dapat dilakukan dengan cara:

a. Mengemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada para siswa agar mendapatkan perhatianya.

b. Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-banar memahami apa yang sedang diperbincangkan.

c. Menjelaskan pelajaran secara nyata, diusahakan dengan menggunakan media intruksional sehingga lebih memperjalas masalah yang sedang dibahas.


(24)

d. Hindarkan dari pembicaraan dari hal-hal yang abstrak yang berada diluar jangkauan fikiran siswa, kecuali menggunakan alatbantu tertentu.

e. Usahakan siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar terjadi komunikasi secara timbal balik.

2. Penyajiian Informasi.

Penyampaian informasi harus dilakukan karena dengan adanya penyampaian informasi tersebut siswa akan tahu seberapa jauh materi pembelajaran yang harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan urutanya, keterlibatan mereka dalam setiap urutan pembelajaran. ( Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45).

3. Peran Serta Siswa.

Siswa harus diberikan kesempatan berlatih terlibat didalam setiap langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, apakah itu dalam bentuk tanya jawab, mengerjakan soal-soal latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran, semakin terlibat didalam pembelajaran siswa diharapkan akan semakin baik didalam menerima pelajaran, demikian juga halnya dengan keterlibatan siswa didalam hal pemberian umpan balik tugas-tugas siswa akan mempengaruhi terhadap perolehan belajar siswa. ( Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45-46).


(25)

Keaktivan siswa didalam pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, didamping itu pengajar dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga dapat merangsang keaktivan siswa didalam proses pembelajaran, menurut pendapat Mc Keanchie yang dikutip oleh Dalam dimyati mengemukakan 6 aspek terjadinya keaktivan siswa didalam pembelajaran ( H Martinis Yamin,M.Pd, 2007:77 ) :

a. Patisipasi siswa didalam menetapkantujuan pembelajaran. b. Tekanan didalam aspek apektif dalam belajar.

c. Partisipasi siswa didalam pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.

d. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

e. Kebebasan yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan yang penting dalam proses pembelajaran.

f. Pemberian waktu untuk menaggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

( H Martinis Yamin,M.Pd, 2007:84 ) Gagne dan Bringgs (1979) menjelaskan rangkaian pembelajaran yang dilakukan didalam kelas meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa, masing-masing diantaranya adalah :

a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif didalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar) kepada siswa. c. Meningkatkan kompetensi prasyarat.

d. Memberikan stimulus ( masalah, topik, dan konsep ) yang akan dipelajari.

e. Memberikan petunjuk kepada siswa bagaimana cara mempelajarinya.


(26)

f. Memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa didalam pembelajaran.

g. Memberikan umpan balik.

h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

i. Menimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pelajaran 4. Pengetesan/evaluasi.

Evaluasi hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2003:159) adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Penilaian atau evaluasi merupakan aspek penting dalam proses belajar mengajar, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan intruksional telah dicapai atau hingga mana mendapat kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan intruksional tersebut (Oemar Hamalik, 2003:63-64).

Fungsi penilaian menurut Oemar Hamalik (2003:204). adalah sebagai berikut:

a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan perilakunya.

b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakanya.


(27)

c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakan telah memadai.

Tujuan penilaian menurut Nana Sudjana (1989:4) adalah sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam bidang studi atau mata pelajaran.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dalam pengajaran di sekolah, yaitu seberapa jauh keefektifanya dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.

d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak yang berkepentingan.

Menurut Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk (2000: 46). pengetesan ada empat macam tes acuan patokan yang bisa digunakan, yaitu: a) tes tingkah laku masukan; b) pra tes; c) tes sisipan; d) pasca tes. Untuk pengetesan keempat macam tes acuan tersebut perlu dilakukan kerena dari keempat macam tes tersebut sesuai dengan fungsinya akan


(28)

memberikan umpan balik bagi pengajar untuk memperbaiki, merevisi, baik material pembelajaran, strategi, maupun strategi pengetesan.

Tes acuan patokan terdiri dari soal-soal yang secara langsung mengukur istilah patokan yang didiskripsikan dalam suatu perangkat tujuan khusus, istilah criteation dipergunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan siswa dalam tujuan,maskudnya keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah mencapai tujaun khusus yang telah ditentukan atau belum. (Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 42). Tes acuan patokan terdiri dari:

a) Tes tingkah laku masukan/test entry behaviour, merupakan tes acuan patokan untuk mengukur ketrampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran.

b) Pra tes, merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi keperluan tujuan –tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui sejauh mana pengetahuan anak didik terhadap semua ketrampilan yang berada di atas batas yaitu ketrampilan prasyarat. Maksud dari pretes ini bukanlah untuk menentukan nilai akhir (perolehan belajar) tetapi untuk lebih mengenal profil anak didik berkenaan analisis pembelajaran.

c) Tes sisipan. merupakan tes acuan patokan yang melayani dua nilai penting, yaitu; 1) mengetes setelah satu atau dua tujuan pembelajaran diajarkan, sebelum pasca tes, 2) untuk mengetes kemajuan anak didik, sehingga dapat dilakukan perbaikan (remidial) yang dibutuhkan sebelum pasca tes yang lebih formal. d) Pasca tes, merupakan tes acuan patokan mencakup seluruh tujuan

pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan belajar, sehingga dengan demikian dapat diidentifikasi bagian-bagian mana diantara tujuan pembelajaran yang belum tercapai.

Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran sekaligus. Evaluasi disini merupakan bagian penting dari proses pendidikan, karena dalam proses pendidikan guru perlu mengetahui seberapa jauh proses pendidikan telah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dengan kata lain kegiatan evaluasi hasil belajar maupun evaluasi


(29)

pembelajaran merupakan baian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran atau pendidikan. Evaluasi hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang berapa perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistemastis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.(lifeskill.blogspot)

5. Kegiatan tindak lanjut.

Kegiatan tindak lanjut harus dilakukan kerena rancangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang dapat dikuasai seluruhnya oleh siswa diukur pada penguasaan pasca tes, dalam hal ini jika di bawah 80%, kepada mereka diberikan remidial dan tugas kemudian diuji kembali sampai dinyatakan lulus. ( Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 46-47).

Tujaun utama dari kegiatan belajar mengajar adalah agar murid dapat menguasai bahan –bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, namun kenyataan menunjukan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih ada saja murid yang tidak menguasai materi pelajaran yang baik sebagaimana tercermin didalam


(30)

nilai atau hasil belajar yang lebih rendah dari kebanyakan murid-murid sekelasnya.( Abdul Majid, 2007:225).

Untuk mengatasi rendahnya tingkat penguasaan materi pelajaran bisa digunakan program perbaikan, perbaikan merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang mengalami kesulitan belajar. (Abdul Majid,2007:236)

Cara yang digunakan dalam kegiatan program perbaikan ini guru tidak perlu lagi menggunakan banyak metode ceramah atau diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran kepada murid, guru juga tidak perlu lagi mengulang mengajarkan bahan ajar yang telah disampaikan, pengajaran dipusatkan kepada kompetensi dasar dan bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh murid, dengan jalan memberikan memberikan penjelasakan seperlunya, mengadakan tanya jawab, demonstrasi, latihan, pemberian tugas dan evaluasi. ( Abdul Majid, 2007:237).

3. Pembelajaran.

a. Pengertian pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,


(31)

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (www.wikipipedia.org)

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap. (www.elearning-po.unp.ac.id)

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalamn yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. (www.husniabdillah.multiply.com)

Arief S Sadiman (1990:1) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam bidang studi atau lebih luas lagi (Rochman Natawidjaja, 1997:155).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah suatu pemindahan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik yang dilakukan secara terprogram dalam disain intruksional yang meliputi tujuan, bahan materi, kegiatan belajar


(32)

mengajar, metode, media serta evaluasi dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan menerima pelajaran.

b. Pelaksanaan Pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran ( Winarno Surakhmad, 1987:217).

Pelaksanaan pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar mengajar dikelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat tiga tahapan pokok yang dilakukan guru dalam mengajar. Menurut Nana Sudjana (1989:147) tahapan pelaksanaan pembelajaran secara umum meliputi :

a. Tahapan pra intruksional.

Tahapan ini merupakan tahapan yang ditempuh guru saat memulai proses pembelajaran, tujuan tahapan pra intruksional ini adalah mengungkap kembali tanggapan siswa terhadap materi yang yang telah diterima dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubunganya dengan pelajaran yang akan disampaikan.

b. Tahapan intruksional.

Tahapan ini merupakan tahapan inti dari kegiatan belajar mengajar yaitu tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah dipersiapkan oleh guru.

c. Tahapan evaluasi dan tindak lanjut adalah tahap untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahap intruksional.


(33)

Komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses balajar mengajar adalah tujuan, bahan, metode, alat dan penilaian (Nana Sudjana, 1989:30). Menurut Brings dan Wager yang dikutip oleh Atwi Suparman (1997:34) mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Urutan kegiatan intruksional yaitu, urutan pengajaran dalam menyampaikan isi pelajaran kepada peserta didik.

2. Metode Intruksional, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

3. Media Intruksional yaitu peralatan atau bahan intruksional yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah langkah yang dilakukan oleh guru setelah melakukan persiapan pembelajaran, dalam mempersiapan pembelajaran guru harus memperhatikan komponen-komponen pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran menurut Syaiful dan Aswan (1997) adalah tujuan pembelajaran, bahan pelajaran/materi pelajaran, guru, siswa, metode pembelajaran, media/alat pembelajaran, situasi/lingkungan, evaluasi pembelajaran.


(34)

Tujuan merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen utama yang harus ditetapkan dalam proses pembelajaran dan berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Dalam pendidikan tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan suatu hasil yang diharapkan dari siswa atau subjek belajar (Sardiman, 1990: 57).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah segala sesuatu yang ingin diperoleh atau dicapai dalam proses belajar mengajar.

Tujuan mengajar adalah tujuan yang bersifat operasional. Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik (2003: 90-91) tujuan pembelajaran harus memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Tujuan itu bertitk tolak dari perubahan tingkah laku siswa, artinya dalam tujuan hendaknya, terkandung dengan jelas tingkah laku atau aspek kelakuan apa yang diharapkan berubah setelah pelajaran berlangsung, sebagai pedoman dapat digunakan sebagai aspek tingkah laku sebagai berikut: pengetahuan apa yang hendak diperoleh, pengertian-pengertian apa yang hendak diperoleh, pengertian-pengertian apa yang hendak dikembangkan dan sebagainya.

b. Tujuan harus dirumuskan se khusus mungkin. Artinya, tujuan harus diperinci sedemikian rupa agar lebih jelas apa yang ingin dicapai dan lebih mudah untuk mencapainya, dengan perumusan yang lebih


(35)

khusus guru akan lebih mudah untuk mencapai tujuan, menentukan kegiatan-kegiatan, dan untuk menilainya.

c. Tujuan dirumuskan secara sederhana, singkat tapi jelas. Maksudnya agar lebih mudah dipahami agar tidak mengakibatkan kebingunan. d. Tujuan dapat dicapai dalam waktu yang singkat, tujuan harus dapat

dicapai dalam waktu yang telah disediakan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru dapat mengevaluasi tujuan yang ingin dicapai.

e. Perumusan tujuan pembelajaran jangan disatukan dengan kegiatan mencapai tujuan.

Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran secara praktis adalah perincian tujuan umum sampai pada taraf tujuan menjadi rangkaian tujuan-tujuan khusus. Sifat tujuan-tujuan khusus harus dapat diukur dan dinilai. Taraf pencapaian tujuan pembelajaran serta menilai setiap aspek perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi, dalam merumuskan tujuan khusus pembelajaran harus ditinjau dan dipusatkan pada tingkah laku peserta didik dan harus realistik.

Tujuan memiliki nilai yang sangat penting di dalam pengajaran, nilai-nilai tujuan pengajaran diantaranya adalah sebagai berikut. (Prof.Dr.Oemar Hamalik, 2003:80-81):

a. Tujuan pembelajaran mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran, karena dengan adanya tujuan


(36)

yang jelas maka semua usaha dan pemikiran guru tertuju kepada arah pencapaian tujuan pembelajaran.

b. Tujuan pendidikan memberikan motivasi kepada guru dan siswa. Tujuan yang baik adalah tujuan yang bisa mendorong kegiatan-kegiatan guru dan siswa. Berkat dorongan itu maka usaha pendidikan dan pengajaran akan berlangsung dengan lebih cepat, lebih efisien, dan lebih memberikan kemungkinan untuk berhasil, tujuan dalam hal ini adalah motifasi positif yang dirangsang dari luar.

c. Tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Dengan penentuan metode belajar yang tepat berarti akan menjamin pencapaian hasil belajar yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. d. Tujuan pendidikan penting maknanya dalam rangka memilih dan

menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan.

e. Tujuan pendidikan penting dalam menentukan teknik/alat penilaian guru terhadap hasil belajar siswa. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pendidikan yang telah dicapai dan dalam hal apa siswa memerlukan perbaikan.

2. Bahan pelajaran/materi pembelajaran.

Bahan pelajaran adalah subtansi yang disampaikan didalam proses belajar mengajar, penguasaan meteri merupakan hal yang sangat mendukung kelancaran pelaksanaan pembelajaran, dengan modal


(37)

penguasaan materi pelajaran sebaik mungkin guru akan dapat mengajar atau membuat perencanaan pembelajaran dan juga mengadakan variasi cara penyampaian pembelajaran dengan baik.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1990:3) bahan pelajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri dari fakta prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Guru/Pengajar.

Guru merupakan tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswa ditempat belajar. Dengan demikian didalam proses belajar mengajar terdapat interaksi sosial antara guru dan siswa, dimana masing-masing pihak saling aktif dan saling berinteraksi agar proses belajar mengajar dapat memberikan hasil yang diharapkan kepada guru maupun siswa harus memiliki kesiapan, sikap, kemauan dan kemampuan yang mendukung proses belajar mengajar (Uzer Usman, 1992).

Tanggung jawab guru ialah merencanakan dan menuntun murid untuk melakukan kegiatan belajar guna pertumbuhan perkembangan yang diinginkan, guru harus membimbing murid agar mereka memperoleh ketrampilan-ketrampilan, pemahaman, perkembangan sebagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik dan perkembangan mental yang baik (Prof.Dr.Oemar Hamalik, 2003).


(38)

Menurut Sutari I B (1995:38-39) anak didik dalam pengertian pendidikan pada umumnya adalah tiap orang atau sekelompok orang yang menerima pengaruh seseorang atau sekelompok orang yang akan menjalankan kegiatan pendidikan.

Keterlaksanaan proses belajar mengajar oleh siswa menurut Nana Sudjana (1995:60) dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut :

a. Siswa dapat memahami dan mengikuti petunjuk guru. b. Seluruh siswa turut serta dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Tugas-tugas belajar atau praktik dapat diselesaikan sebagai mana mestinya.

5. Metode Pembelajaran.

Menurut Muhibin Syah (2001:202) metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa, ada tiga cara yang dianggap representatif dan dominan digunakan dalam pendidikan formal yaaitu metode ceramah, metode demonstrasi dan metode diskusi

Nana Sudjana (1987:76) mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siwa pada saat berlangsungnya pelajaran.

Menurut Nana Sudjana (1987:77) dasar-dasar proses belajar mengajar mengkategorikan metode-metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar menggunakan sistematika sebagai berikut:


(39)

Metode ceramah adalah metode dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara lisan, penggunaan metode ini harus dipersiapkan secara baik dan didukung alat dan media yang tepat serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaanya.

b. Metode Tanya jawab.

Yaitu metode pengajaran langsung yang memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

c. Metode diskusi

Metode ini pada dasarnya adalah tukar menukar pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan tujuan mendapatkan pengertian yang sama dan jelas serta lebih teliti tentang suatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.

d. Metode kerja kelompok.

Mengandung pengertian bahwa setiap siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok kecil.

e. Metode demonstrasi dan eksperimen.

Medote ini merupakan metode belajar yang membantu siswa untuk menenmukan jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta ( data ) yang benar.


(40)

Metode belajar yang berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan pengajaran khusus dari guru. g. Metode praktikum.

Metode belajar praktikum berbentuk tugas kepada siswa untuk menyelesaikan suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan instrumen tertentu.

h. Metode problem solving.

Metode ini bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dimulai dari mencari data sampai kepada tahap menarik kesimpulan. 6. Media/Alat Pembelajaran.

Media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan menerima suatu konsep.(www.infoskripsi.com)

Menurut Mudlofir (1999:82) media adalah alat yang digunakan oleh guru dalam mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegak adanya verbalisme kepada siswa. Sedangkan menurut E Deconte (1999:282) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah suatu sarana non personal (bukan manusia) yang disediakan atau digunakan oleh tenaga pengajar yang memegang


(41)

peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan intruksional,

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk mencapai tujuan intruksioanal pembelajaran.

Dalam memilih media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:5) harus diperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah:

a. Ketepatan dengan media pembelajaran. b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. c. Kemudahan guru dalam memilih media. d. Ketrampilan guru dalam memilih media. e. Tersedianya waktu dalam menggunakan media.

Menurut W S Winkel (2000:287) media pembelajaran di kategorikan berdasarkan sistematika sebagai berikut :

a. Media media visual yang tidak menggunakan proyeksi, misalnya : papan tulis, dan buku pelajaran.

b. Media visual yang menggunakan proyeksi.

c. Media auditif seperti kaset yang berisikan ceramah atau wawancara dengan seseorang, kaset musik dan siaran radio.

d. Media kombinasi visual auditif yang diciptakan sendiri seperti rangkaian gambar slide yang dikombinasikan dengan kaset audio.


(42)

7. Evaluasi Pembelajaran.

Evaluasi hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2003:159) adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Penilaian atau evaluasi merupakan aspek penting dalam proses belajar mengajar, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan intruksional telah dicapai atau hingga mana mendapat kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan intruksional tersebut (Oemar Hamalik, 2003:63-64).

Fungsi penilaian menurut Oemar Hamalik (2003:204). adalah sebagai berikut:

a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan perilakunya.

b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakanya.

c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakan telah memadai.

Tujuan penilaian menurut Nana Sudjana (1989:4) adalah sebagai berikut :


(43)

a. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam bidang studi atau mata pelajaran. b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dalam pengajaran di

sekolah, yaitu seberapa jauh keefektifanya dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.

d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak yang berkepentingan.

4. Batik.

Menurut bahasa Jawa kata batik berasal dari kata ‘ambatik’, yaitu kata ‘amba’ yang berarti menulis dan akhiran ‘tik’ yang berarti titik kecil,

tetesan, atau membuat titik. Jadi batik mempunyai arti menulis atau melukis titik.Tetapi secara esensial batik diartikan sebagai sebuah proses atau teknik menahan warna dengan menggunakan lilin malam. Artinya, batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam secara berulang-ulang diatas kain. Lilin malam yang digunakan sebagai penahan dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah yang ditutup dengan lilin malam tersebut. Lilin tersebut juga dapat berfungsi sebagai pembentuk motif dan corak pada batik tersebut (www.alhadi.com)

Secara umum batik dikelompokkan menjadi batik tulis dan batik cap. Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis adalah:


(44)

1. Tahap pertama atau disebut juga proses pembatikan pertama, yaitu pembuatan pola dan motif yang dikehendaki diatas kain putih (sutera) dilukis dengan pensil.

2. Tahap kedua, melukis dengan lilin malam menggunakan canting dengan mengikuti pola tersebut pada kedua sisi (bolak-balik).

3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna).

4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu

5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.

6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.

7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. 8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut

dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. 9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali

proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua.

10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.

11. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai. (www.alhadi.com)

Batik cetak atau yang disebut juga dengan batik cap, merupakan proses pembatikan yang menggunakan cap atau alat cetak atau stempel yang terbuat dari tembaga dan pada cap tersebut telah terpola batik. Sehingga proses pembatikan cetak (cap) ini dapat jauh lebih cepat dan mudah. Untuk pengerjaan batik ini dapat diproduksi secara banyak dan juga hanya diperlukan waktu satu minggu untuk menyelesaikan proses pembatikan ini. tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik cetak adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama atau disebut juga proses pembatikan pertama, yaitu pembuatan pola dan motif yang dikehendaki diatas kain putih (sutera)


(45)

dengan dicap/dicetak. Dengan mencelupkan alat cap tersebut ke lilin panas dan kemudian ditekan pada kain.

2. Tahap selanjutnya yaitu, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.

3. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.

4. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.

5. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. 6. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut

dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. 7. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali

proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua.

8. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.

9. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai. (www.alhadi.com)

B. Kerangka berfikir.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan sebuah proses dimana seorang guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik, didalam pelaksanaanya terdapat interaksi belajar antara guru dan peserta didik yang merupakan inti dari pelaksanaan pembelajaran.

Di dalam mencapai tujuan pembelajaran guru dan peserta didik harus saling berkerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk mencapainya perlu adanya strategi pembelajaran untuk mempermudah di dalam mencapai tujuan tersebut.

Pembelajaran merupakan suatu prosedur penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan proses belajar mengajar berlangsung dengan mudah, sistematis untuk mendapatkan peningkatan hasil belajar jika didukung oleh


(46)

strategi pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang digunakan. Strategi pembelajaran menjadi efektif bila dikelola secara baik dan benar. semakin baik penerapan stategi pembelajaran semakin baik pula pencapaian hasil belajar( Dr.Hj. Teuku Zahara Djaafar,M.Pd,2001:87) Di dalam menerapkan strategi pembelajaran perlu diperhatikan komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyajian informasi, peran serta siswa, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut.

Komponen strategi pembelajaran pendahuluan dilakukan karena dapat memotifasi siswa untuk mempelajari mata pelajaran, selain dapat memotivasi mereka juga akan mendapat petunjuk-petunjuk yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga pada akhir pembelajaran siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran.

Pada komponen strategi pembelajaraa penyajian informasi dilakukan karena dengan adanya penyampaian informasi tersebut siswa akan tahu seberapa jauh materi pembelajaran yang harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan urutanya, keterlibatan mereka dalam setiap urutan pembelajaran

Sedangkan pada komponen strategi pembelajaran peran serta siswa, dengan diberikanya kesempatan siswa di dalam pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat, berfikir kritis dan juga memberikan kesempatan siswa untuk berlatih terlibat di dalam setiap langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.


(47)

Komponen strategi pembelajaran pengetesan dilakukan karena berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan intruksional telah dicapai atau mendapat kemajuan belajar siswa, pengetesan juga berfungsi untuk membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan perilakunya, membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakanya dan pengetesan juga membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakan telah memadai.

Komponen strategi pembelajaran kegiatan tindak lanjut dilakukan karena tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar adalah agar siswa dapat menguasai bahan –bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, namun kenyataan menunjukan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih ada saja murid yang tidak menguasai materi pelajaran yang baik sebagaimana tercermin didalam nilai atau hasil belajar yang lebih rendah dari kebanyakan murid-murid sekelasnya. Oleh karena itu kegiatan tindak lanjut perlu dilakukan oleh guru.

Oleh karena itu kelima aspek strategi pembelajaran perlu diperhatikan sehingga perlu ditanyakan kepada siswa bagaimana pendapat mereka tentang strategi pembelajaran yang dilakukan dan apa saja hambatan yang dialami siswa di dalam pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta


(48)

C. Pertanyaan Penelitan.

1. Bagaimana Pendapat siswa kelas I program keahlian tekstil kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta?

2. Apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian tekstil kriya di SMK N 5 Yogyakarta didalam pembelajaran batik?


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian tentang strategi pembelajaran batik kelas pada siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan pada variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 2006:11). Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan. (Suharsimi Arikunto, 1995:310).

Jadi penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk mendeskripsikan tentang obyek yang diteliti sebagaimana adanya dan berlaku pada saat itu pula, sehingga hasil penelitian saat ini belum tentu sama dengan penelitian yang akan datang. Hal ini sesuai dengan data sampel atau populasi yang akan diteliti dan tidak membuat kesimpulan secara umum.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 5 Yogyakarta beralamatkan di Jl. Kenari No.71 Yogyakarta, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April 2008. Pemilihan SMK N 5 Yogyakarta sebagai


(50)

tempat penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa SMK N 5 Yogyakarta adalah salah satu SMK yang telah lama berdiri dan juga memberikan pelajaran batik sebagai salah satu pelajaran di jurusan tekstil kriya.

C. DEFINISI ISTILAH PENELITIAN.

Definisi penelitian dalam penelitian strategi pelaksanaan pembelajaran Batik di SMK N 5 Yogyakarta adalah sebagai berikut :

1. Strategi Pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah siasat atau keseluruhan aktifitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah komponen strategi pembelajaran yang meliputi : kegiatan Pembelajaran Pendahuluan, Penyajiian Informasi, Paran serta Siswa, Pengetesan dan kegiatan tindak lanjut.

2. Pelaksanaan Pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Winarno Surakhmad, 1987:217). Tahapan pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu : tahapan pra intruksional, tahapan intruksional dan tahapan evaluasi dan tindak lanjut 3. Batik.

Batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam secara berulang-ulang diatas kain. Lilin malam yang digunakan sebagai


(51)

penahan dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah yang ditutup dengan lilin malam. (www.alhadi.com)

D. POPULASI DAN SAMPEL.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono,1996:89). Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh polulasi tersebut, (Sugiyono,1996:90). Polulasi didalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas I program keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta yang mengikuti pembelajaran batik yang terdiri dari satu kelas yang didalam kelas tersebut terdapat murid sebanyak 36 murid.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, istilah lain yang digunakan untuk sampel jenuh adalah sensus dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono,2004:61).

E. METODE PENGUMPULAN DATA.

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian ( Sugiyono, 2006:23). Agar metode yang digunakan tepat, maka perlu disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan, Bila dilihat dari teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. Metode yang


(52)

digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah adalah kuesioner (angket). Kuesioner (angket) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2006:158).

Dalam penelitian ini metode kuesioner (angket) digunakan untuk mengungkap data tentang strategi pembelajaran batik pada siswa kelas I Program Keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta, yang meliputi pendapat siswa tentang strategi pembelajaran batik, dan juga untuk mengetahui hambatan yang ada didalam pembelajaran batik.

F. INSTRUMENT PENELITIAN.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2006:114). Instrumen penelitian dapat diwujudkan kedalam benda misalnya angket (quetionnere), daftar cocok (chek list), alat pedoman wawancara (interview guide dan interview scadule), lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau observation scadule), soal tes, inventori (Suharsimi Arikunto, 2002:136).

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (quetionnere), yang ditujukan kepada responden yaitu siswa kelas I kriya tekstil SMK N 5 Yogyakarta yang menempuh mata pelajaran batik. Pedoman angket ini berisi pernyataan-pernyataan untuk ditanggapi oleh siswa. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tanda chek


(53)

list yang sesuai dengan butir pernyataan. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel I. Kisi - Kisi Instrumen Penelitian strategi pembelajaran batik pada siswa kelas I kriya tekstil di SMK N 5 Yogyakarta

Variabel Sub Variabel Nomer soal Jumlah

Item

Strategi Pembelajaran Batik

1. kegiatan pra pembelajaran. 2. Penyajian

informasi.

3. Peran serta siswa.

4. Pengetesan.

5. Kegiatan tindak lanjut.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 33, 34. 7,8,9,10,11,12,13,14,15, 16,35,36,37,38,39,40,41, 42,43,44,45.

17,18,19,20,21,22.

23,24,25,26,27,28.

29,30,31,32,44,67,48,49.

8 21

6

6

8

49

Untuk mengolah data dan menganalisa data yang diperoleh disediakan alternatif jawaban dari setiap item, altenatif jawaban disesuaikan dengan skala Likert, dimana jawaban diberi bobot 1 sampai dengan 4.

Tabel II : skor jawaban dan kriteria penilaian.

Alternatif Jawaban Skor

Positif Negatif

Selalu (SL) 4 1

Sering (SR) 3 2

Jarang (JR) 2 3


(54)

Untuk variabel hambatan yang dialami oleh siswa didalam pelaksanaan pembelajaran batik digunakan skala pengukuran Guttman. Penggunaan skala Guttman ini dimaksudkan untuk menggunakan jawaban yang tegas tentang hambatan yang dialami oleh siswa kelas I kriya tekstil SMK N 5 Yogyakarta. Skala pengukuran dengan skala Guttman akan menggunakan pilihan jawaban “ Ya-Tidak”. Dimana jawaban diberi bobot 0 sampai dengan 1. ( Sugiyono, 2006: 139).

Tabel III : skor jawaban dan kriteria penilaian. Alternatif jawaban Bobot jawaban

Ya 1

Tidak 0

Pemberian bobot penelitian tersebut digunakan untuk menjaring data yang diperoleh dari responden, selanjutnya dianalisa menggunakan rumus-rumus statistik yang digunakan dalam teknik analisa data.

G. UJI COBA INSTRUMEN.

Di dalam uji coba instrumen yang dilakukan adalah mengetahui validitas dan reliabiltas instrumen. Uji coba instrumen dilakukan dengan cara mengambil subyek di luar anggota populasi yang mempunyai banyak persamaan dengan subek penelitian. Adapun sebagai responden didalam uji coba adalah siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya SMK N 2 Bantul Yogyakarta sejumlah 30 siswa. Adapun pemilihan responden dikarenakan memiliki karakteristik yang mirip dengan sampel penelitian di antaranya


(55)

adalah guru yang mengajar sama dengan yang mengajar di SMK N 5 Yogyakarta.

1. Uji Validitas.

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan instrunmen (Suharsimi Arikunto, 2002:144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukur dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkanya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.

Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruksi (costruc validity), untuk menguji validitas konstruksi dapat digunakan pendapat dari ahli, setelah pengujian kostruksi dari ahli selesai maka diteruskan dengan uji coba instrumen, instrumen tersebut diuji cobakan kepada sampel penelitian, jumah sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan maka pengujian validitas konstruksi dialakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen menggunakan rumus product moment, (Sugiyono, 2006:271-272).

rxy=

  

 

2

2

2

 

2

_ _

_

y y

N x x

N

y x xy N

Keterangan :

xy

r : Koefisien korelasi antara x dan y N : Jumlah responden

xy : Jumlah perkalian skor butir dan skor total


(56)

y : Jumlah skor total

 

2

x : Jumlah kuadrat skor butir

 

2

y : Jumlah kuadrat skor total ( Suharsimi Arikunto, 2002:171). Kriteria pengujian suatu butir dikatakan sahih apabila koefisien korelasi (xy) berharga positif dan lebih besar dari harga tabel pada taraf signifikan 5 %. Dalam pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 12.

Dari hasil perhitungan uji validitas diketahui bahwa dari 51 butir pertanyaan setelah diujicobakan, terdapat dua item soal yang gugur yaitu item no.35 dan no.51. Butir yang gugur pada uji coba instrumen tidak digunakan dalam pengambilan data karena sudah ada butir soal lain yang mewakili sehingga tidak perlu diganti lagi.

2. Uji Reliabilitas.

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.(Suharsimi Arikunto, 2002:154).

Reliabilitas didalam penelitian ini mengunakan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan (Suharsimi Arikunto, 1993). Adapun teknik mencari reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Alpha Cronbach, alasan penggunaan rumus tersebut karena jawaban instrumen bersifat gradasi dengan rentang skor 1-4, adapun rumusnya adalah sebagai berikut:


(57)

11 r =

 

   1 k k        

2 1 2 1 σ σb Keterangan : 11

r : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

σ : Jumlah varians butir

2 1

σ : Varians total ( Suharsimi Arikunto, 2002:171).

Sedangkan untuk mencari realibilitas hambatan yang dialami oleh siswa dalam pelaksanaan pembelajaran batik digunakan rumus K-R.20 alasan penggunaan rumus tersebut karena jawaban instrumen menggunakan ya dan tidak, dan mempunyai skor 1 dan 0, adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

11 r =

 

   1 k k         

Vt pq Vt Keterangan : 11

r : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Vt : Varians total

p : proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir(proporsi subjek yang mendapat skor 1 )

q : (proporsi subjek yang mendapat skor 0 ) ( suharsimi arikunto, 2002: 163 )

Analisis reliabilitas instrumen ini menggunakan bantuan komputer program SPSS 12. Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas instrumen digunakan kategori sebagai berikut :

a. 0,800–1,000 : Sangat tinggi b. 0,600–0,799 : Tinggi c. 0,400–0,599 : Cukup d. 0,200–0,399 : Rendah e. 0,000–0,199 : Sangat rendah


(58)

H. TEKNIK ANALISIS DATA.

Menurut Bogdan yang dikutip oleh Sugiyono, (2004:88) analisa data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil angket, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, maka analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono, (1998:21) statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sample atau populasi sebagaimana adanya. Menurut Suharsimi Arikunto, (1996:335) statistik ini digunakan untuk memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi di lapangan. Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau symbol (Suharsimi Arikunto, 2002:213).

Setelah data terkumpul maka selanjutnya data tersebut dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol (Suharsimi Arikunto, 2002: 213). Penelitian ini hanya menjelaskan, memaparkan, dan


(59)

menggambarkan secara obyektif data yang diperoleh tanpa bertujuan menguji hipotesis. Analisis deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian digunakan untuk menentukan harga Rerata (M), Simpangan baku (SD), Median (Me), dan Modus (Mo).

Data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode angket (quetionnere) dianalisis secara deskriptif yaitu mengacu pada kecenderungan responden secara keseluruhan. Angket yang telah diisi/ dijawab oleh siswa, kemudian dikumpulkan untuk dikoding dan ditabulasi sesuai dengan skor masing-masing butir dari responden. Selanjutnya masing-masing instrumen dipindahkan untuk mencari skor total dan reratanya (mean), dari skor mean ini dapat dijelaskan kecenderungan tiap indikator dan variabel.

Di dalam penelitian ini, norma kategori atau norma pembanding (kriteria pembanding) menggunakan empat jenjang kategori dengan luas interval berjarak 1,5 SDi (Saifuddin Azwar, 2006:108). kategori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel IV. Pengelompokan kecenderungan skor rata-rata. Kriteria Pembanding Kategori X > ( Mi + 1,5 SDi) Tinggi ( Mi + 1,5 SDi) X > Mi Cukup Mi X > ( Mi - 1,5 SDi) Kurang X < = ( Mi - 1,5 SDi) Rendah


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS HASIL PENELITIAN.

Sampel penelitian ini adalah siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakrta sebanyak 36 orang yang diambil berdasarkan sampel jenuh, analisis hasil penelitian ini meliputi harga Rerata (M), Median (Me), Modus (Mo), Standar Deviasi (SD), Distribusi Frekuensi dan Histogram Data.

1. Pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta.

Berdasarkan data empirik yang diperoleh dari 36 siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta diperoleh skor terendah 79 dan skor tertinggi 116, Rerata 100,32 Modus 103,52 Median 96,875 dan Standar Deviasi 9,81. Distribusi frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta.

No. Interval Kelas Frekuensi Prosentase ( % )

1. 79–82 3 8,33%

2. 83–89 4 11,11%

3. 90–96 8 22,22%

4. 97–102 8 22,22%

5. 103–109 9 25%

6. 110- 116 4 11,11%


(61)

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa Rerata yang diperoleh sebesar 100,32, dengan demikian dapat diketahui jumlah skor yang berada di atas harga rerata mempunyai jumlah frekuensi 17 dengan jumlah prosentase 47,22 %, sedangkan untuk skor yang berada di bawah harga rerata mempunyai jumlah frekuensi 19 dengan jumlam prosetase 52,78 %, Berdasarkan hasil tersebut skor yang berada di atas nilai Rerata lebih kecil sehingga pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta dapat dikatakan belum baik.

Untuk mengidentifikasikan kecenderungan tinggi rendahnya skor pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta ditetapkan berdasarkan Rerata 100,32 dan Standar Deviasi 9,81; Dari harga-harga tersebut, maka dapat dikategorikan dalam 4 kelompok kriteria sesuai pada tabel berikut :

Tabel 6. Kategori kecenderungan pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta.

No. Kategori Skor nilai Jumlah Persentase(%)

1. Tinggi > 115 2 5,56

2. Cukup > 100 s/d 115 15 41,67

3. Kurang > 85 s/d 100 13 36,11

4. Rendah < = 85 6 16,67

Berdasarkan tabel identifikasi kategori di atas, diketahui bahwa Strategi pembelajaran di SMK N 5 Yogyakarta berada pada kategori kecenderungan cukup berdasarkan pendapat 15 siswa dengan prosentase 41,67%.


(62)

2. Strategi pembelajaran batik ditinjau dari komponen strategi pembelajaran. a. Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian

Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran.

Berdasarkan data empirik yang diperoleh dari 36 siswa yang mengisi angket diperoleh Rerata sebesar 15.94; Median 15,84; Modus 16,25; Standar Deviasi 2,27; skor minimum = 12; skor maksimum 21 dan jumlah skor keseluruhan sebesar 574. Distribusi frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7.Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran No. Interval Kelas Frekuensi Prosentase ( % )

1. 12–13 6 16,67%

2. 14–15 9 25%

3. 16–17 12 33,33%

4. 18–19 7 19,44%

5. 20–21 2 5,56%

6. 22- 23 0 0%

Jumlah 36 100%

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa Rerata yang diperoleh sebesar 15.94, dengan demikian dapat diketahui jumlah skor yang berada di atas harga rerata mempunyai jumlah frekuensi 21 dengan jumlah prosentase 58,33 %, sedangkan untuk skor yang berada di bawah harga rerata mempunyai jumlah frekuensi 15 dengan jumlah prosentase 41,66 %, Berdasarkan hasil tersebut skor yang berada di


(63)

atas nilai Rerata lebih besar sehingga strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran dapat dikatakan baik.

Untuk mengidentifikasikan kecenderungan tinggi rendahnya skor strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran ditetapkan berdasarkan Rerata 15.94 dan Standar Deviasi 2,27; Dari harga-harga tersebut, maka dapat dikategorikan dalam 4 kelompok kriteria sesuai pada tabel berikut:

Tabel 8.Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran No. Kategori Skor nilai Jumlah Persentase

(%)

1. Tinggi > 19 2 5,56

2. Cukup > 15 s/d 19 19 52,78

3. Kurang > 12 s/d 15 12 33,33

4. Rendah < = 12 3 8,33

Berdasarkan tabel identifikasi kategori di atas, diketahui bahwa Strategi pembelajaran dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran berada pada kategori kecenderungan cukup berdasarkan pendapat 19 siswa dengan prosentase 52,78%.

b. Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi.


(64)

Berdasarkan data empirik yang diperoleh dari 36 siswa yang mengisi angket diperoleh Rerata sebesar 32.08; Median 29,76; Modus 30,15; Standar Deviasi 4,15; skor minimum 25; skor maksimum 40 dan jumlah skor keseluruhan sebesar 1148. Distribusi frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa dilihat dari komponen penyampaian informasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi No. Interval Kelas Frekuensi Prosentase ( % )

1. 25-27 6 16,67

2. 28-30 6 16,67

3. 31-33 12 33,33

4. 34-36 7 19,44

5. 37-39 3 8,33

6. 40-42 2 5,56

Jumlah 36 100

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa Rerata yang diperoleh sebesar 32.08, dengan demikian dapat diketahui jumlah skor yang berada di atas harga Rerata mempunyai jumlah frekuensi 15 dengan jumlah prosentase 41,66 %, sedangkan untuk skor yang berada di bawah harga Rerata mempunyai jumlah frekuensi 21 dengan jumlah prosetase 58,34 %, Berdasarkan hasil tersebut skor yang berada di atas nilai Rerata lebih kecil sehingga strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi dapat dikatakan kurang baik


(65)

Untuk mengidentifikasikan kecenderungan tinggi rendahnya skor strategi pembelajaran batik menurut strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi ditetapkan berdasarkan Rerata 32.08 dan Standar Deviasi 4,15; Dari harga-harga tersebut, maka dapat dikategorikan dalam 4 kelompok kriteria sesuai pada tabel berikut:

Tabel 10.Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi.

No. Kategori Skor nilai Jumlah Persentase (%)

1. Tinggi >38 2 5,56

2. Cukup > 32 s/d 38 13 36,11

3. Kurang > 25 s/d 32 19 52,78

4. Rendah < = 25 2 5,56

Berdasarkan tabel identifikasi kategori di atas, diketahui bahwa Strategi pembelajaran dilihat dari komponen penyampaian informasi berada pada kategori kecenderungan kurang berdasarkan pendapat 19 siswa dengan prosentase 52,78 %.

c. Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen peran serta siswa.

Berdasarkan data empirik yang diperoleh dari 36 siswa diperoleh Rerata sebesar 17.05; Median 16; Modus 18,5; Standar Deviasi 2,65; skor minimum = 12; skor maksimum 21 dan jumlah


(1)

2 1 4 2 2 3 2 4 3

2 4 4 2 2 1 2 2 1

4 3 3 4 4 2 2 3 2

3 2 4 3 3 2 2 3 2

3 2 2 2 3 3 2 4 3

2 1 3 2 2 3 2 3 3

3 1 4 3 3 4 2 3 4

3 2 4 2 3 3 4 3 3

4 3 4 3 4 4 4 4 4

4 3 4 4 4 4 4 4 4

3 2 3 2 3 3 3 3 3

3 4 4 2 3 4 3 3 4

4 3 4 3 4 3 2 3 3

2 4 4 2 2 3 2 4 3

4 4 4 2 4 3 2 4 3

3 3 4 2 3 4 2 4 4

3 1 4 2 3 4 2 4 4

3 2 2 3 3 3 3 2 3

4 1 4 2 4 4 2 3 4

2 2 4 2 2 3 2 2 3

4 4 4 2 4 2 2 2 2

3 3 3 3 3 3 2 3 3

3 3 2 2 3 3 2 2 3

4 2 4 3 4 1 4 2 1

3 4 4 2 3 3 2 3 3

4 3 4 4 4 4 4 4 4

3 1 2 2 3 4 2 3 4

4 3 3 2 4 3 3 3 3

4 4 4 4 4 4 4 3 4

4 4 4 2 4 3 3 4 3

10 11 12 13 14 15 16 17 18

0 0 0 0 0 0 0 0 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 1 0 0 0 0 0 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 0

1 1 1 1 1 1 0 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 0 1 1


(2)

0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 1 1 0 1 1

1 1 1 1 1 1 0 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 1

0 0 0 0 0 0 1 0 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 1 1 0 1 1

0 0 0 0 0 0 1 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 1 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 0 0 0 0 0 1 0

0 0 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 1


(3)

1 2 2 1 2 4 4 2 2

4 2 2 4 4 3 3 2 3

3 4 2 3 2 3 2 2 4

2 3 2 2 3 3 3 2 4

2 3 2 2 3 3 4 3 2

1 2 2 1 4 4 4 3 2

1 3 2 1 4 4 4 4 4

2 3 4 2 4 4 3 4 2

3 4 4 3 4 4 4 4 4

3 4 4 3 4 4 4 4 4

2 3 3 2 2 2 2 3 3

4 3 3 4 4 3 3 4 4

3 4 2 3 4 4 3 4 3

4 2 2 4 4 4 3 4 3

4 4 2 4 3 4 3 4 3

3 3 2 3 3 3 3 3 4

1 3 2 1 4 3 4 4 4

2 3 3 2 2 4 2 2 3

1 4 2 1 4 4 3 4 4

2 2 2 2 3 3 3 3 2

4 4 2 4 4 4 4 4 4

3 3 2 3 3 3 2 3 3

3 3 2 3 3 3 2 3 3

2 4 4 2 4 3 1 4 1

4 3 2 4 4 3 3 4 4

3 4 4 3 4 4 3 3 4

1 3 2 1 2 2 3 2 3

3 4 3 3 3 3 4 3 3

4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 3 4 4 4 4 4 3

19 20 21 22 23 24 25 26 27

0 1 1 2 1 3 0 4 0 5 0 6 1 7 1 8 1 9 1 10 0 11 0 12 0 13 0 14 1 15 0 16


(4)

0 17

1 18

1 19

1 20

1 21

1 22

0 23

1 24

1 25

1 26

1 27

0 28

0 29


(5)

2 1 1 1 3

3 4 1 1 1

1 3 1 1 2

1 2 1 1 2

1 2 1 1 2

2 1 1 1 3

1 1 1 1 3

2 2 2 2 2

1 3 2 1 4

4 3 1 4 4

2 2 2 2 3

3 4 1 1 3

3 3 1 2 3

3 4 1 2 2

3 4 1 2 2

3 3 1 2 3

1 1 1 3 4

3 2 2 2 3

2 1 2 1 3

3 2 1 2 3

1 4 2 2 1

1 3 2 2 2

1 3 2 2 2

1 2 1 1 4

2 4 3 2 2

3 3 3 2 4

1 1 1 2 2

1 3 2 2 4

4 4 3 3 4

2 4 2 2 3


(6)