Gambaran Pemanfaatan Pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Program Jaminan Kesehatan Nasional Dan Jaminan Ikatan Kerjasama Oleh Karyawan Hotel Melia Bali Indonesia.

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

GAMBARAN PEMANFAATAN PELAYANAN

FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PROGRAM

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN

IKATAN KERJASAMA OLEH KARYAWAN

HOTEL MELIA BALI INDONESIA

NI LUH AYU KALIMANTARI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

GAMBARAN PEMANFAATAN PELAYANAN

FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PROGRAM

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN

IKATAN KERJASAMA OLEH KARYAWAN

HOTEL MELIA BALI INDONESIA

NI LUH AYU KALIMANTARI NIM. 1420015007

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(3)

3

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 13 Juli 2016

Tim Penguji Skripsi Ketua (Penguji I)

Putu Ayu Indrayathi, S.E, MPH NIP.197703312005012001

Anggota (Penguji II)

dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH NIP.198311042008012005


(4)

4

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 13 Juli 2016

Pembimbing

dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, Dr.PH NIP. 197901102003121001


(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat- Nya dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul “Gambaran Pemanfaatan Pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Program Jaminan Kesehatan Nasional dan Ikatan Kerjasama Oleh Karyawan Hotel Melia Bali Indonesia” ini tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini kepada :

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.

2. Putu Ayu Indrayathi, S.E, MPH,, selaku Ketua Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.

3. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, Dr.PH., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

4. Pihak Human Resources Hotel Melia Bali Indonesia yang telah memberikan izin penelitian mengenai pelaksanaan program JKN oleh karyawan hotel.

5. Pihak Klinik dan Health Consultant Melia Bali Hotel yang telah senantiasa memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian.

6. Seluruh karyawan Hotel Melia Bali yang telah berpartisipasi menjadi responden. 7. Rekan-rekan saya tercinta PSKM Matrikulasi 2014.

Demikian proposal penelitian ini disusun semoga dapat diajukan sebagai skripsi saya.

Denpasar, 26 Juni 2016 Penulis


(6)

6

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN Skripsi, Juni 2016

ABSTRAK

GAMBARAN PEMANFAATAN PELAYANAN

FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN

IKATAN KERJASAMA OLEH KARYAWAN HOTEL MELIA BALI INDONESIA

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakam suatu mekanisme asuransi sosial yang mana kepesertaannya bersifat wajib dan mencakup seluruh penduduk Indonesia. Dalam UU No.24 tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan telah diatur bahwa pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan. Hal tersebut menjadi dasar bagi perusahaan swasta untuk mendaftarkan perusahaan dan karyawannya kepada BPJS Kesehatan. Hotel Melia Bali Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang telah ikut serta dalam program JKN, bahkan memiliki pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) program JKN di kliniknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama program Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Ikatan Kerjasama oleh karyawan Hotel Melia Bali Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel adalah seluruh karyawan Hotel Melia Bali yang menjadi peserta JKN dengan Faskes I Hotel Melia Bali Indonesia dan memiliki jaminan Ikatan Kerja Sama perusahaan. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan pertanyaan terstruktur. Data dianalisis dengan analisa univariat dan mengambarkan distribusi frekuensi variabelnya dalam crosstabulation.

Hasil uji univariat menggambarkan 79,6% karyawan pernah mengalami sakit dalam 3 bulan terakhir. 89,3% memanfaatan pelayanan kesehatan dan 10,7% lainnya tidak. Frekuensi pemanfaatan JKN 30% dan pemanfaatan IKS 70%. Alasan pemanfaatan JKN 65,42% karena pemanfaatannya mudah, alasan pemanfaatan IKS 43,83% karena jaraknya yang dekat. 76,64% responden yang memanfaatkan JKN berpendapat puas dan 83,40% yang memanfaatkan IKS juga berpendapat puas.

Dapat disimpulkan pemanfaatan FKTP Program JKN oleh karyawan lebih rendah dari pemanfaatan jaminan IKS perusahaan. Hal ini harus cepat ditanggapi oleh pihak perusahaan dengan lebih gencar lagi melakukan sosialisasi mengenai pemanfaatan JKN kepada karyawan.


(7)

(8)

8 SCHOOL OF PUBLIC HEALTH

FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY

CONCENTRATION ADMINISTRATION AND HEALTH POLICY Essay, on June 2016

ABSTRACT

DESCRIPTION OF THE UTILIZATION OF THE FIRST LEVEL HEALTH FACILITIES SERVICE (FKTP) JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL PROGRAM AND MELIA BALI INDONESIA OWN HEALTH INSURANCE (IKS) BY EMPLOYEES OF

MELIA BALI INDONESIA HOTEL

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) is a social insurance in Indonesia, this insurance is compulsory and covers the entire population of Indonesia. Based on Undang-Undang No.24 year of 2011 about BPJS Kesehatan has regulated that employers and employees must register as participants to BPJS Kesehatan. It became a basis for the private company to register their company and its employees to BPJS Kesehatan. Melia Bali Indonesia Hotel is one of the companies that have participated in the program of JKN, they even has a First Health Facilities Service (FKTP) in their clinic. The purpose of this study is to describe the utilization of the First Level Health Facilities service program of JKN and Melia Bali Indonesia own health insurance (IKS) by employees of Hotel Melia Bali Indonesia.

This research is a descriptive cross sectional approach. Population and sample are all the employees of Hotel Melia Bali who participated JKN with First Level Health Facilities is in Clinic of Melia Bali Indonesia and also has their own company health insurance. Collecting data using a questionnaire with structured questions. Data were analyzed by univariate and describe the distribution frequency of variables in the crosstabulation.

Results of univariate describe 79.6% of employees had experienced of pain in the last 3 months. 89.3% use the health services and 10.7% did not. The frequency of JKN utilization is 30% and the frequency of IKS utilization is 70%. 65.42% of utilization JKN reason is because of easy utilization, the utilization of IKS 43.83% because of its proximity. 76.64% of respondents who use JKN satisfied and 83.40% who use IKS is also satisfied.

It can be concluded, utilization FKTP JKN Program by hotel employees is lower than the utilization of IKS assurance companies. This requires the contribution by the company to more aggressively again to socialize on the utilization of JKN to employees..


(9)

9 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... 3

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... 4

KATA PENGANTAR ... 5

ABSTRAK ... 6

ABSTRACT ... 8

DAFTAR ISI ... 9

DAFTAR TABEL ... 12

DAFTAR GAMBAR ... 13

DAFTAR LAMPIRAN ... 14

DAFTAR SINGKATAN ... 15 BAB 1 PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. Pertanyaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined. Tujuan Khusus ... Error! Bookmark not defined. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5.1 Manfaat Teoritis ... Error! Bookmark not defined. 1.5.2 Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined. Ruang Lingkup Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)... Error! Bookmark not defined.


(10)

10

2.2.1 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... Error! Bookmark not defined.

2.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional Dalam Perusahaan ... Error! Bookmark not defined.

2.2.3 Koordinasi Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional Dengan

Perusahaan ... Error! Bookmark not defined. 2.2.4 Prosedur Penjaminan Pelayanan Kesehatan Peserta JKN Yang

Memiliki Asuransi Kesehatan Tambahan .... Error! Bookmark not defined.

2.3 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ... Error! Bookmark not defined.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined. BAB 4 METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 4.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 4.3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 4.3.3 Teknik Pengumpulan Data... Error! Bookmark not defined. 4.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data . Error! Bookmark not defined.


(11)

11

4.4.1 Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined. 4.4.2 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB 5 HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined. 5.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... Error! Bookmark not defined. 5.4 Distribusi Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Berdasarkan Karakteristik

Responden ... Error! Bookmark not defined. 5.4.1 Karakteristik Usia ... Error! Bookmark not defined. 5.4.2 Karakteristik Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not defined. 5.4.3 Karakteristik Pendidikan... Error! Bookmark not defined. 5.4.4 Karakteristik Jabatan... Error! Bookmark not defined. 5.4.5 Karakteristik Penghasilan ... Error! Bookmark not defined. 5.4.6 Karakteristik Jarak Ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

JKN ... Error! Bookmark not defined. 5.4.7 Karakteristik Jarak Ke Pelayanan Kesehatan terdekat Jaminan ...

IKS ... Error! Bookmark not defined. BAB 6 PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. 6.1 Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined. 6.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... Error! Bookmark not defined. 6.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Karakteristik

Responden ... Error! Bookmark not defined. 6.4 Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 7.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined. 7.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA


(12)

12 LAMPIRAN


(13)

13

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Peserta terdaftar Program JKN BPJS Kesehatan Hotel Melia

Bali Indonesia Faskes I Klinik Melia Bali Indonesia ... 5

Tabel 1.2 Jumlah Pemanfaatan JKN dan IKS oleh Karyawan Hotel Melia Bali Indonesia Bulan Agustus-Desember 2015 ... 5

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 19

Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 25

Tabel 5.2 Gambaran Angka Kesakitan Karyawan ... 27

Tabel 5.3 Gambaran Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 27

Tabel 5.4 Gambaran Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Kunjungan terakhir ... 29

Tabel 5.5 Persentase Pemanfaatan Jaminan Kesehatan berdasarkan Karakteristik Usia ... 31

Tabel 5.6 Nilai Minimum, Maksimum dan Rerata Usia Responden Yang Memanfaatan Jaminan Kesehatan ... 31

Tabel 5.7 Persentase Pemanfaatan Jaminan Kesehatan berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin ... 32

Tabel 5.5 Persentase Pemanfaatan Jaminan Kesehatan berdasarkan Karakteristik Pendidikan ... 32

Tabel 5.6 Persentase Pemanfaatan Jaminan Kesehatan berdasarkan Karakteristik Jabatan ... 33

Tabel 5.7 Persentase Pemanfaatan Jaminan Kesehatan berdasarkan Karakteristik Penghasilan ... 33

Tabel 5.8 Persentase Pemanfaatan Jaminan Kesehatan berdasarkan Karakteristik Jarak Tempat Tinggal Ke Faskes I Melia Bali ... 34

Tabel 5.9 Persentase Pemanfaatan Jaminan Kesehatan berdasarkan Karakteristik Jarak Tempat Tinggal dengan Tempat Pelayanan IKS ... 35


(14)

14

DAFTAR GAMBAR


(15)

15

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Jadwal Penyusunan Skripsi 2. Lembar Persetujuan Responden 3. Kuisioner Penelitian

4. Hasil Analisis Frekuensi Variabel Penelitian 5. Hasil Analisis Crosstab Variabel Penelitian


(16)

16

DAFTAR SINGKATAN

BPJS Kesehatan : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan EC : Executive Commitee

FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

IKS : Ikatan Kerjasama

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

RF : Rank & File

SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional SM : Senior Manager

SV : Supervisor

UHC : Universal Health Coverage

WHA : World Health Assembly


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek kehidupan turut mengalami perubahan. Arus teknologi dan informasi sedemikian berpengaruh terhadap kehidupan serta kebutuhan di masyarakat. Pemenuhan kebutuhan hidup kini tidak lagi hanya terfokus kepada kebutuhan pangan, sandang dan perumahan saja, namun sudah mencakup kebutuhan sekunder bahkan tersier. Demikian juga dengan kebutuhan terhadap kesehatan, masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatannya tidak hanya membutuhkan keakuratan terapi, namun juga kemudahan akses, kenyamanan, pelayanan yang menyenangkan dan kecanggihan alat kini sudah menjadi pilihan sebagian masyarakat dalam memenuhi kesehatannya.

Sesuai dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2009 kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam

Universal Declaration of Human Right tahun 1948 pasal 25 ayat (1) disebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.”.


(18)

2

Pada tahun 2005 negara-negara anggota WHO menyetujui sebuah resolusi agar setiap negara mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan dengan tujuan menyediakan Universal Health Coverage (UHC) untuk memastikan semua orang secara adil dapat memiliki akses kepada pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta tidak mendapatkan kesulitan keuangan ketika membayar layanan-layanan tersebut. WHO juga menyepakati bahwa suatu sistem pembiayaan kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam tercapainya Universal Health Coverage. Dalam resolusi World Health Assembly(WHA) tanggal 9 Mei 2011 dan berdasarkan rekomendasi dari World Health Report 2010 “Health systems financing: The path to

universal coverage”, WHO memberikan dukungan secara penuh kepada negara-negara yang mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan dan dapat membawa negara tersebut mencapai Universal Health Coverage (WHO, 2015). Di Indonesia sendiri pada tahun 2003 pemerintah telah menyiapkan dan mensosialisasikan rancangan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem ini mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun, kecelakaan kerja, termasuk juga pengangguran yang kehilangan pekerjaan dan Kementrian Kesehatan kemudian bertanggung jawab menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bekerjasama dengan PT. Askes (Muninjaya, 2012).

JKN diselenggarakan dengan mekanisme asuransi sosial yang mana kepesertaannya bersifat wajib dan mencakup seluruh penduduk Indonesia. Kemudian pada tahun 2011 UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN dilengkapi dengan UU BPJS (Badan Penyelengara Jaminan Sosial) Kesehatan dan telah dijalankan sejak tanggal 1 Januari 2014. Sesuai salah satu prinsip JKN yang diamatkan melalui UU No 40 Tahun 2004 yaitu gotong royong maka, seluruh peserta berkewajiban untuk membayar iuran atau dibayarkan iurannya oleh pemerintah. Kemudian melalui sistem Budget Poling


(19)

3

yang dihimpun, BPJS menjamin terjadinya subsidi silang dari peserta berpendapatan tinggi ke peserta berpendapatan lebih rendah, karena pada prinsipnya pelaksanaa JKN adalah mengubah pembayaran kesehatan secara individu menjadi kolektif. Masyarakat dengan ekonomi yang lebih baik wajib membayar iuran bulanan BPJS, sedangkan untuk masyarakat miskin akan dibayar oleh negara. Hasil pengelolaan dana jamian sosial kemudian dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta (Muninjaya, 2012).

Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan, jumlah peserta per tanggal 8 Januari 2016 telah mencapai 158.288.622 orang dari 249,8 juta penduduk Indonesia per tahun 2013 menurut data WHO Statistical Profile : Indonesia (WHO, 2015). Sedangkan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan berdasarkan data BPJS Kesehatan tanggal 1 Januari 2016 yaitu sebanyak 9799 puskesmas, 720 klinik TNI, 571 klinik Polri, 3280 klinik pratama, 4441 dokter praktek perorangan, 1148 dokter gigi, 10 rumah sakit kelas D pratama, 1752 rumah sakit, 95 klinik utama, 1894 apotek dan 921 optik.

Dalam UU No.24 tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan pasal 15 ayat (1) tertuang bahwa pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti. Undang-undang ini menjadi dasar bagi pihak atau perusahaan swasta untuk segera mendaftarkan perusahaan dan karyawannya kepada BPJS Kesehatan. Selain mengatur kewajiban, dalam undang-undang ini juga diatur mengenai sanksi administratif yang akan dikenakan bagi pemberi kerja bukan penyelenggara negara yang tidak melaksanakan ketentuan. Ketentuan umum peserta jaminan kesehatan terkait pekerja penerima upah dan pemberi kerja juga diatur dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 pasal 1 ayat (7 )dan (9), dimana pekerja


(20)

4

penerima upah yang dimaksudkan adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah. sedangkan pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya. Pada pasal 4 ayat (2) disebutkan juga pegawai swasta sebagai salah satu pekerja penerima upah.

Adanya Peraturan Presiden dan Undang-Undang tentang Jaminan Kesehatan Nasional tentunya memberi pengaruh terhadap perusahaan swasta terutama bagi karyawannya sebagai pengguna langsung dari layanan kesehatan. Perusahaan yang sebelumnya bekerja sama dengan pihak asuransi swasta maupun menanggung sendiri biaya kesehatan karyawannya saat ini mengalami masa transisi dan penyesuaian terhadap adanya JKN. Hotel Melia Bali Indonesia salah satunya. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa perhotelan, selama ini pihak perusahaan juga berperan sebagai health financing atau penyandang dana kesehatan bagi karyawannya.

Sejak mulai berdiri Hotel Melia Bali Indonesia mengelola pembiayaan pelayanan kesehatannya sendiri melalui sistem asuransi IKS (Ikatan Kerjasama) dengan menyediakan klinik bagi karyawan di hotel, bekerja sama dengan rumah sakit penyedia layanan kesehatan, laboratorium serta farmasi dengan sistem fee for service

dan apabila tidak ada kerjasama dengan penyedia layanan kesehatan yang digunakan maka dapat diterapkan reimbursement system. Sesuai dengan peraturan pemerintah maka sejak bulan Januari tahun 2015 secara bertahap Hotel Melia Bali Indonesia telah mendaftarkan perusahaan dan seluruh karyawannya kepada BPJS Kesehatan. Pada bulan Mei 2015 Klinik Melia Bali Indonesia telah ditetapkan menjadi salah satu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) BPJS Kesehatan dan pada bulan Agustus 2015 seluruh karyawan sudah terdaftar dan sudah dapat memanfaatkan layanan JKN.


(21)

5

Tabel 1.1 Jumlah Peserta terdaftar Program JKN oleh BPJS Kesehatan Hotel Melia Bali Indonesia dengan Faskes I Klinik Melia Bali Indonesia.

Peserta Jumlah

Karyawan 481

Istri 312

Anak 621

Suami 38

Jumlah 1452

Sumber : Health Consultant Hotel Melia Bali Indonesia (2015)

Bergabungnya Hotel Melia Bali Indonesia sebagai salah satu perusahaan swasta dengan program JKN menjadi suatu tanda yang baik. Hal ini tentunya dapat menjadi contoh dan menarik minat bagi perusahaan swasta lainnya yang belum bergabung dengan program JKN.

Tabel 1.2 Jumlah Pemanfaatan JKN dan IKS oleh Karyawan Hotel Melia Bali Indonesia Bulan Agustus-Desember 2015

Sumber : Health Consultant Hotel Melia Bali Indonesia (2015)

Berdasarkan data hingga bulan Desember 2015, jumlah pemanfaatan JKN oleh karyawan dan keluarga cenderung masih rendah dibandingkan denigan pemanfaatan jaminan IKS perusahaan. Dengan jumlah pemanfaatan JKN yang masih rendah dan penggunaan IKS yang tetap tinggi tentu menimbulkan peningkatan biaya kesehatan

Bulan Jumlah Pemanfaatan

JKN IKS

Agustus 208 366

September 240 262

Oktober 218 374

November 177 467

Desember 154 412


(22)

6

yang harus dibayarkan perusahaan, iuran JKN yang dibayar tetap dan pembiayaan fee for service jaminan IKS yang jumlah tetap tinggi. Hal ini berbeda jauh dengan harapan manajemen perusahaan yang berharap keikutsertaan perusahaan dalam program JKN dapat menciptakan pembiayan kesehatan yang adil untuk karyawan dan mengurangi beban pembiayaan kesehatan dalam jaminan IKS. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait gambaran pemanfaatan pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama program Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Ikatan Kerjasama oleh karyawan Hotel Melia Bali Indonesia.

Rumusan Masalah

Pemerintah telah membuat program Jaminan Kesehatan Nasional yang di selenggarakan oleh BPJS Kesehatan sebagai bentuk komitmen untuk mencapainya

Universal Health Coverage. Dalam undang-undang telah diamatkan bahwa setiap pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan. Hal ini juga telah diterapkan oleh Hotel Melia Bali Indonesia yang telah mengikutsertakan seluruh karyawannya dalam BPJS Kesehatan.. Namun ternyata sejak awal terdaftar hingga bulan Desember 2015 pemanfaatan JKN masih lebih rendah dibandingkan dengan pemanfaatan jaminan IKS perusahaan. Penggunaan dua jaminan kesehatan justru meningkatkan beban biaya kesehatan di perusahaan dan hal ini berbeda dengan yang diharapkan manajemen perusahaan sebelum mengikut dalam program JKN.


(23)

7

Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas adalah “Bagaimanakah gambaran pemanfaatan pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama program Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Ikatan Kerjasama oleh karyawan Hotel Melia Bali Indonesia?”

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama program Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Ikatan Kerjasama oleh karyawan Hotel Melia Bali Indonesia.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui angka kesakitan karyawan dalam tiga bulan terakhir di Hotel Melia Bali.

2. Untuk mengetahui gambaran jenis jaminan kesehatan yang digunakan oleh karyawan dan keluarga.

3. Untuk mengetahui gambaran mengenai alasan karyawan dalam memanfaatkan salah satu jaminan kesehatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui secara umum bagaimana pendapat karyawan mengenai kualitas salah satu jaminan kesehatan yang telah dimanfaatkan.

5. Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan JKN dan IKS oleh karyawan berdasarkan karakteristik karyawan meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, jabatan, penghasilan dan jarak tempat tinggal kesehatan dengan tempat layanan kesehatan.


(24)

8

Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Peneliti memperoleh pengetahuan tambahan serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan peneliti dalam hal meneliti pemanfaatan pelayanan jaminan kesehatan.

2. Memperoleh informasi mengenai pemanfaatan pelayanan jaminan kesehatan oleh karyawan di Hotel Melia Bali Indonesia.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan bahan perencanaan serta pengambilan keputusan mengenai sistem pembiayaan kesehatan bagi pihak manajemen Hotel Melia Bali Indonesia.

2. Hasil penelitian ini dapat memperkaya bidang ilmu pengetahuan dan dapat dikembangkan serta digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian terkait oleh peneliti selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang terkait dalam hal pembiayaan dan kebijakan masyarakat. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada Upaya pencapaian Universal Health Coverage di Indonesia melalui Program JKN yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan melihat Gambaran Pemanfaatan Pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Program Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Ikatan Kerjasama Oleh Karyawan Hotel Melia Bali Indonesia.


(25)

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah perihal atau cara melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang); jasa (KBBI, 2008).

Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata atau tidak dapat diraba, yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahakan persoalan konsumen (Ratminto dan Winarsih, 2007).

Andersen dalam Notoatmodjo (2007) mendeskripsikan model sistem kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (behaviour model of health service utilization). Andersen mengelompokkan faktor determinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori utama, yaitu : (1) Karakteristik predisposisi (Predisposing Characteristics) dimana karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok : (a) ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan; (b) struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan sebagainya; (c) kepercayaan kesehatan (health belief), seperti pengetahuan dan sikap serta keyakinan


(27)

penyembuhan penyakit. (2) Karakteristik kemampuan (Enabling Characteristics), dimana karakteristik ini sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen membaginya ke dalam 2 golongan, yaitu : (a) sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan; (b) sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Menurut Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah. (3) Karakteristik kebutuhan (Need Characteristics) yaitu dimana kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Kotler (2009) seorang konsumen melalui 5 tahap dalam keputusannya untuk memanfaatkan jasa ataupun membeli suatu produk yaitu mengenali masalah, mencari informasi, mengevaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pascapembelian.

Andersen dalam Notoatmodjo (2007) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu : (a) penilaian individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita; (b) penilaian klinik (evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakit dari dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter.


(28)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2007), pencarian pengobatan oleh masyarakat terkait dengan respons seseorang apabila sakit serta membutuhkan pelayanan kesehatan. Respons tersebut antara lain: (1) Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action), dengan alasan antara lain : (a) bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari; (b) bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya, hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya; (c) fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh, petugas kesehatan kurang ramah kepada pasien; (d) takut disuntik dokter dan karena biaya mahal. (2) Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian obat keluar tidak diperlukan. (3) Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy), seperti dukun. (4) Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu. (5) Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit. (6) Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan khusus yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).

Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2007), ada tiga faktor-faktor penting dalam mencari pelayanan kesehatan yaitu : (1) mudahnya menggunakan pelayanan


(29)

kesehatan yang tersedia, (2) adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada dan (3) adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.

Dalam penelitian Rumengan dkk (2015) di Puskesmas Paniki Bawah, Mapanget, Manado terdapat 5 karakteristik yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan peserta BPJS yaitu, jenis kelamin, umur, tingkat pendididkan, status pekerjaan dan tingkat penghasilan. Dari hasil penelitian tersebut yang memanfaatkan pelayanan kesehatan lebih dominan responden berjenis kelamin perempuan, berumur > 42 tahun, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tidak bekerja serta memiliki pendapatan lebih rendah dari Rp. 1.500.000,-.

Setelah seseorang memanfaatkan sebuah pelayanan kesehatan maka akan timbul perasaan tentang kesenangan atau kekecewaan dari orang tersebut yang dihasilkan dari membandingkan kinerja produk atau jasa yang dirasakan dengan harapannya, perasaan yang timbul tersebut kemudian disebut kepuasan (Kotler, 2009). Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan atau penerima pelayanan maka perlu dilakukan pengukuran. Menurut Supranto (2001) dikemukakan bahwa harapan pelanggan dapat terbentuk dari pengalaman masa lalu, komentar dari kerabat serta janji dan informasi dari penyedia jasa dan pesaing. Kepuasan pelanggan dapat digambarkan dengan suatu sikap pelanggan, berupa derajat kesukaan (kepuasan) dan ketidaksukaan (ketidakpuasan) pelanggan terhadap pelayanan yang pernah dirasakan sebelumnya.

1.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

1.2.1 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan dasar


(30)

kesehatan yang diselenggarakan nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh Pemerintah kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nirlaba - BPJS Kesehatan (Putri, 2014)

2.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional Dalam Perusahaan

Perusahaan menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan merupakan setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia yang bertujuan memperoleh keuntungan (laba). Pengusaha adalah setiap orang atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan. Perusahaan dan pengusaha bertindak sebagai pemberi kerja bagi pekerjanya, sedangkan pekerja atau karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian (Hasibuan, 2007).

Tertuang dalam Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 bahwa setiap pemberi kerja diwajibkan untuk mendaftarkan diri dan pekerjanya kepada BPJS Kesehatan dengan membayar iuran. Pekerja atau karyawan swasta sebagaimana tercantum pada pasal 4 ayat (2) adalah dikategorikan sebagai Pekerja Penerima Upah (PPU).

Perusahaan diwajibkan mendaftarkan seluruh karyawan beserta keluarganya kepada BPJS Kesehatan dengan melampirkan formulir registrasi badan usaha atau perusahaannya serta mengisi data migrasi karyawan dan keluarganya sesuai format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan. Kemudian perusahaan akan memperoleh nomor Virtual Account yang akan digunakan saat pembayaran iuran di bank kerjasama. Bukti pembayaran iuran kemudian diserahkan kepada BPJS Kesehatan


(31)

untuk selanjutnya dilakukan pencetakan kartu JKN. Setelah terdaftar karyawan dapat memanfaatkan layanan JKN serta mendapat manfaat JKN sama seperti peserta lainnya yang mendaftar secara pribadi (BPJS Kesehatan, 2014)

2.2.3 Koordinasi Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional Dengan Perusahaan Koordinasi manfaat merupakan salah satu manfaat yang dimiliki JKN untuk menyelaraskan pemberian manfaat JKN dengan manfaat pelayanan kesehatan yang dijamin oleh asuransi lain yang dimiliki oleh peserta. Penjaminan manfaat dalam koordinasi manfaat dilaksanakan berurutan oleh pihak penjamin pertama (primary payer) yang membayar klaim pertama kali, lalu dilanjutkan oleh pihak penjamin kedua

(secondary payer) yang membayar sisa klaim. Koordinasi manfaat juga memungkinkan adanya penjamin ketiga (third payer)(Putri, 2014).

Bagi perusahaan yang telah memiliki asuransi atau telah menggunakan asuransi swasta sebelumnya maka dapat mengunakann koordinasi manfaat sebagai penyelaras. Banyak manfaat dapat diterima peserta jika melakukan koordinasi manfaat, antara lain selisih biaya kenaikan kelas saat rawat inap dan selisih biaya alat bantu serta pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya yang tidak dijamin oleh JKN dapat ditanggung oleh asuransi perusahaan atau swasta.

2.2.4 Prosedur Penjaminan Pelayanan Kesehatan Peserta JKN Yang Memiliki Asuransi Kesehatan Tambahan

Menurut ketentuan yang ditetapkan BPJS Kesehatan, prosedur penjaminan pelayanan peserta JKN yang memiliki asuransi kesehatan tambahan dapat digolongkan menjadi 2 berdasarkan Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan yang tidak bekerjasama.


(32)

Pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, bagi peserta yang mendapatkan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap sesuai dengan haknya maka keseluruhan biaya akan menjadi tanggungan BPJS Kesehatan. Namun apabila peserta mendapakan pelayanan rawat jalan (poli eksekutif) maupun rawat inap lebih tinggi daripada haknya, maka BPJS Kesehatan akan menanggung biaya sesuai hak peserta dan kelebihan atau selisih biaya dibebankan kepada asuransi tambahan peserta.

Pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan penjaminan pelayanan kesehatan hanya untuk kasus rawat inap saja. Peserta menempati kelas perawatan sesuai dengan haknya ataupun lebih tinggi dari haknya sebagai peserta BPJS Kesehatan, maka BPJS Kesehatan akan menanggung biaya sesuai hak peserta dan kelebihan atau selisih biaya dibebankan kepada asuransi tambahan peserta. Pelayanan ini hanya dapat dilakukan di rumah sakit yang telah disepakati oleh BPJS Kesehatan dan pihak asuransi tambahan peserta.

2.3 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarankan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promitif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat. Sedangkan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berdasarkan Peraturan Presiden No.32 Tahun 2014 merupakan fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan dan atau pelayanan kesehatan lainnya.

Menurut Pedoman Pelaksanaan Program JKN dalam Permenkes No. 28 tahun 2014 Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif


(33)

dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.

Berdasarkan Permenkes No.71 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). Fasilitas kesehatan yang termasuk dalam FKTP dapat berupa puskesmas atau yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama. Untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, fasilitas kesehatan harus memenuhi persyaratan dan ketentuan yang diajukan oleh BPJS Kesehatan.

Untuk penyelenggaraan kerjasama sebagai FKTP sebuah klinik pratama atau setara harus memenuhi enam persyaratan yang diajukan berupa, Surat Ijin Operasional, Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter dan SIP/SIK bagi tenaga kesehatan lain, Surat Ijin Praktik Apoteker bagi klinik yang menyelenggaraan pelayanan kefarmasian, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan, surat kerjasama dengan jejaring lain dan surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait Jaminan Kesehatan Nasional sebagaimana disebutkan dalam Permenkes No.71 Tahun 2013 pasal 6 ayat (1) bagian c.


(34)

Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan kemudian dituntut harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilititatif, pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan darurat medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(35)

(1)

kesehatan yang diselenggarakan nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh Pemerintah kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nirlaba - BPJS Kesehatan (Putri, 2014)

2.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional Dalam Perusahaan

Perusahaan menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan merupakan setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia yang bertujuan memperoleh keuntungan (laba). Pengusaha adalah setiap orang atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan. Perusahaan dan pengusaha bertindak sebagai pemberi kerja bagi pekerjanya, sedangkan pekerja atau karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian (Hasibuan, 2007).

Tertuang dalam Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 bahwa setiap pemberi kerja diwajibkan untuk mendaftarkan diri dan pekerjanya kepada BPJS Kesehatan dengan membayar iuran. Pekerja atau karyawan swasta sebagaimana tercantum pada pasal 4 ayat (2) adalah dikategorikan sebagai Pekerja Penerima Upah (PPU).

Perusahaan diwajibkan mendaftarkan seluruh karyawan beserta keluarganya kepada BPJS Kesehatan dengan melampirkan formulir registrasi badan usaha atau perusahaannya serta mengisi data migrasi karyawan dan keluarganya sesuai format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan. Kemudian perusahaan akan memperoleh nomor Virtual Account yang akan digunakan saat pembayaran iuran di bank kerjasama. Bukti pembayaran iuran kemudian diserahkan kepada BPJS Kesehatan


(2)

untuk selanjutnya dilakukan pencetakan kartu JKN. Setelah terdaftar karyawan dapat memanfaatkan layanan JKN serta mendapat manfaat JKN sama seperti peserta lainnya yang mendaftar secara pribadi (BPJS Kesehatan, 2014)

2.2.3 Koordinasi Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional Dengan Perusahaan Koordinasi manfaat merupakan salah satu manfaat yang dimiliki JKN untuk menyelaraskan pemberian manfaat JKN dengan manfaat pelayanan kesehatan yang dijamin oleh asuransi lain yang dimiliki oleh peserta. Penjaminan manfaat dalam koordinasi manfaat dilaksanakan berurutan oleh pihak penjamin pertama (primary payer) yang membayar klaim pertama kali, lalu dilanjutkan oleh pihak penjamin kedua (secondary payer) yang membayar sisa klaim. Koordinasi manfaat juga memungkinkan adanya penjamin ketiga (third payer)(Putri, 2014).

Bagi perusahaan yang telah memiliki asuransi atau telah menggunakan asuransi swasta sebelumnya maka dapat mengunakann koordinasi manfaat sebagai penyelaras. Banyak manfaat dapat diterima peserta jika melakukan koordinasi manfaat, antara lain selisih biaya kenaikan kelas saat rawat inap dan selisih biaya alat bantu serta pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya yang tidak dijamin oleh JKN dapat ditanggung oleh asuransi perusahaan atau swasta.

2.2.4 Prosedur Penjaminan Pelayanan Kesehatan Peserta JKN Yang Memiliki Asuransi Kesehatan Tambahan

Menurut ketentuan yang ditetapkan BPJS Kesehatan, prosedur penjaminan pelayanan peserta JKN yang memiliki asuransi kesehatan tambahan dapat digolongkan menjadi 2 berdasarkan Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan yang tidak bekerjasama.


(3)

Pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, bagi peserta yang mendapatkan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap sesuai dengan haknya maka keseluruhan biaya akan menjadi tanggungan BPJS Kesehatan. Namun apabila peserta mendapakan pelayanan rawat jalan (poli eksekutif) maupun rawat inap lebih tinggi daripada haknya, maka BPJS Kesehatan akan menanggung biaya sesuai hak peserta dan kelebihan atau selisih biaya dibebankan kepada asuransi tambahan peserta.

Pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan penjaminan pelayanan kesehatan hanya untuk kasus rawat inap saja. Peserta menempati kelas perawatan sesuai dengan haknya ataupun lebih tinggi dari haknya sebagai peserta BPJS Kesehatan, maka BPJS Kesehatan akan menanggung biaya sesuai hak peserta dan kelebihan atau selisih biaya dibebankan kepada asuransi tambahan peserta. Pelayanan ini hanya dapat dilakukan di rumah sakit yang telah disepakati oleh BPJS Kesehatan dan pihak asuransi tambahan peserta.

2.3 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarankan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promitif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat. Sedangkan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berdasarkan Peraturan Presiden No.32 Tahun 2014 merupakan fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan dan atau pelayanan kesehatan lainnya.

Menurut Pedoman Pelaksanaan Program JKN dalam Permenkes No. 28 tahun 2014 Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif


(4)

dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.

Berdasarkan Permenkes No.71 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). Fasilitas kesehatan yang termasuk dalam FKTP dapat berupa puskesmas atau yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama. Untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, fasilitas kesehatan harus memenuhi persyaratan dan ketentuan yang diajukan oleh BPJS Kesehatan.

Untuk penyelenggaraan kerjasama sebagai FKTP sebuah klinik pratama atau setara harus memenuhi enam persyaratan yang diajukan berupa, Surat Ijin Operasional, Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter dan SIP/SIK bagi tenaga kesehatan lain, Surat Ijin Praktik Apoteker bagi klinik yang menyelenggaraan pelayanan kefarmasian, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan, surat kerjasama dengan jejaring lain dan surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait Jaminan Kesehatan Nasional sebagaimana disebutkan dalam Permenkes No.71 Tahun 2013 pasal 6 ayat (1) bagian c.


(5)

Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan kemudian dituntut harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilititatif, pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan darurat medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

7 64 124

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

1 58 114

Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Pada Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

1 74 121

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

9 125 141

ANALISIS STAKEHOLDER DALAM KEBIJAKAN PEMENUHAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PADA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN JEMBER

5 21 117

IDENTIFIKASI PELAYANAN PROMOTIF PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi pada Klinik Pratama dan Dokter Praktik Perorangan di Kabupaten Jember)

0 8 68

EVALUASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016

4 29 171

PERBUP NO 12A TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA KABUPATEN PACITAN

0 0 11

PERBUP NO 035 TAHUN 2016 PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA KABUPATEN PACITAN

0 2 11

PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

1 1 9