Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Pada Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) PADA RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA LUBUK

PAKAM

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Pendidikan Strata 1 (S-1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

070903072

MARIDHAYANI SINAGA

DEPARTEMEN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriring salam untuk junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, keluarga beserta para sahabat beliau, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Amin.

Adapun skripsi ini berjudul ” Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) pada Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan kesehatan pada pasien Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program strata 1 (S1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik pada penulisan redaksi maupun dari substansi penulisan skripsi itu sendiri. Oleh karena itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Selama proses pembuatan skripsi ini penulis juga banyak dibantu dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Badarudin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(3)

2. Bapak Drs. Zakaria, M.SP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Dra. Februati Trimurni M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

membantu dan membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Kedua orang tua penulis A. Sinaga dan R. Purba yang paling mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan serta nasehat dan arahan selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 8. Bapak Emra Sofyan Sinaga selaku Humas di RS. Grand Medistra yang

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih juga penulis ucapkan pada seluruh staf administrasi yang ada di Departemen Ilmu Administrasi Negara khususnya Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu urusan administratif dari awal sampai selesai masa perkuliahan.


(4)

10.Staf administrasi, Perawat, Pasien dan tim verifikator Jamkesmas yang telah banyak membantu dan mempermudah penulis dalam proses penyelesaian skripsi di RS. Grand Medistra Lubuk Pakam.

11.Terimakasih juga buat teman-temanku Lisa, Susi, Wirda, Mala dan Engga dan semua teman seperjuangan di AN 07

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan semoga apa yang telah di tulis oleh penulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2013 Penulis

070903072


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….………i

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR GAMBAR ………...…..ix

DAFTAR TABEL………x

ABSTRAKSI...xi

BAB I PENDAHULUAN………...……….……1

1.1Latar Belakang……….1

1.2Rumusan Masalah………....4

1.3Tujuan Penelitian……….………4

1.4Manfaat Penelitian……….…………..5

1.5Kerangka Teori……….……..….6

1.5.1Implementasi……….………6

1.5.1.1 Pengertian Implementasi…………..……….6

1.5.1.2 Model-Model Implementasi Kebijakan……….………7

1.5.2Pelayanan……….15

1.5.2.1 Pengertian Pelayanan……….…………..…………15

1.5.2.2 Pengertian Pelayanan Publik………...…………16

1.5.2.3 Pelayanan Kesehatan……….………..17

1.5.2.4 Standar Pelayanan Minimal Kesehatan………...……19

1.5.2.5 Rumah Sakit………..………..22


(6)

1.5.2.5.2 Klasifikasi Rumah Sakit………..…………23

1.5.3 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)…………..…………24

1.5.3.1 Pengertian Program……….24

1.5.3.2 Program Jaminan Kesehatan ……….…………..…25

1.5.3.3 Pengertian Progam Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)….27 1.5.3.4 Dasar Hukum………..…..………...28

1.5.3.4.1 Kepesertaan……….………30

1.5.3.4.2 Alur Pelayanan……….31

1.5.3.4.3 Pendanaan Jamkesmas………..……….…………..34

1.5.3.4.4 Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Jamkesmas…..………35

1.5.3.5 Organisasi Jamkesmas………....….………..…35

1.5.3.5.1.1 Tim Pengelola Jamkesmas……….……..……36

1.5.3.5.1.2 Tim Pengelola Jamkesmas Pusat……….36

1.5.3.5.1.3 Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi………37

1.5.3.5.1.4 Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota………...37

1.5.5.2 Tim Koordinasi Program Jamkesmas………..38

1.5.5.2.1 Tim Koordinasi Program Jamkesmas Pusat…….………..….38

1.5.5.2.2 Tim Koordinasi Program Jamkesmas Provinsi………....39

1.5.5.2.3 Tim Koordinasi Program Jamkesmas Kabupaten/Kota….…40 1.5.3.7 Verifikasi……….41

1.6 Definisi Konsep……….42


(7)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN……….…46

II.1 Bentuk Penelitian...46

II.2. Lokasi Penelitian...46

II.3. Informan Penelitian...46

II.4.Teknik Pengumpulan Data...48

II.5.TeknikAnalisis Data...49

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……….……….50

III.1 Sejarah Pendirian Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam……..………....50

III.2 Visi dan Misi………52

III.3 Struktur Organisasi………..…53

III.4 Pasien dan Fasilitas Pelayanan………57

III.4.1 Pasien………....57

III.4.1.1 Pasien Umum………..………...57

III.4.1.2 Pasien Asuransi………..57

III.4.1.3 Pasien Perusahaan………..58

III.4.1.4 Pasien Jamkesmas……….….59

III.4.2 Fasilitas Pelayanan………....63

III.4.2.1 Instalasi Gawat Darurat……….…63

III.4.2.2 Poliklinik Spesialis dan Subspesialis………...……..63

III.4.2.3 Pelayanan Rawat Inap………....64


(8)

III.4.2.3.2 Ruangan Kelas I………66

III.4.2.3.3 Ruangan Kelas II……….….66

III.4.2.3.4 Ruangan Kelas III……….……67

III.4.2.4 Ruang Bersalin………...67

III.4.2.5 Kamar Bayi………67

III.4.2.6 Kamar Operasi……….…..68

III.4.2.7 Ruang ICU (Intensive Care Unit)………..68

III.4.2.8 Unit Pemeriksaan Penunjang……….…69

III.4.2.9 Laboratorium……….70

III.4.2.10 Pemeriksaan Penunjang Lain………...70

III.4.2.11 Instalasi Farmasi………..71

III.4.2.12 Instalasi Kamar Jenazah………..71

BAB IV PENYAJIAN DATA……….……….72

IV.1 Karakteristik Informan………...……….72

IV.2 Penyajian Data tentang Implementasi Program Jamkesmas pada Rumah Sakit Grand Medistra Kecamatan Lubuk Pakam………..………..79

IV.2.1 Penafsiran atau Interpretasi..……….……….………..…79

IV.2.2 Organisasi….……….…………..82

IV.2.3 Penerapan..……….……..…....83

IV.3 Penyajian Data tentang Hambatan yang dihadapi dalam Implementasi Program Jamkesmas pada Rumah Sakit Grand MedistraKecamatan Lubuk Pakam……86


(9)

V.1 Implementasi Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai

Pemberi Pelayanan Kesehatan pada peserta Jamkesmas ………..…...89

V.2 Hambatan yang dihadapi dalam Implementasi ProgramJamkesmas Khususnya dalam Bidang Pelayanan Kesehatan……….………..100

BAB VI PENUTUP……….103

VI.1 Kesimpulan………103

VI.2 Saran………..105


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn……11

Gambar 2 Faktor Penentu Implementasi menurut Edward III………....13

Gambar 3 Kartu Peserta Jamkesmas……….….………33

Gambar 4 Alur Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit………...……32

Gambar 5 Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam tampak depan………....…...51

Gambar 6 Ruangan Kelas III RS. Grand Medistra………..….………..78

Gambar 7 Gedung Poliklinik Dokter Spesialis………..………...92

Gambar 8 Loket Pendaftaran Jamkesmas ………...………..…..93

Gambar 9 Loket Askes……….………...95

Gambar 10 Kartu Berobat RS. Grand Medistra……….…………..…………..96

Gambar 11 Farmasi RS. Grand Medistra……….………..………96

Gambar 12 Lorong Rawat Inap……….……….97


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pasien Jamkesmas yang telah Dilayani Rumah Sakit Grand Medistraselama

tahun 2010……....……….60

Tabel 2 Pasien Jamkesmas yang telah Dilayani Rumah Sakit Grand Medistra selama tahun2011……….61

Tabel 3 Pasien Jamkesmas yang telah Dilayani Rumah Sakit Grand Medistraselama tahun 2012………....……….62

Tabel 4 Ruangan rawat inap………..……….…65

Tabel 5 Informan Penelitian……..……….…………73

Tabel 6 Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Usia……….……….74

Tabel 7 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin………....………….75

Tabel 8 Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………..…………..76


(12)

ABSTRAKSI

Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) pada Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Maridhayani Sinaga NIM : 070903072

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dra. Februati Trimurni M.Si

Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga negara yang telah dijamin dalam undang-undang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992. Tetapi kenyataan yang terjadi derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah disebabkan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan mahalnya biaya kesehatan. Program jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas dibuat untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin. Program yang telah dibuat akan terlihat jelas pada saat implementasinya. Namun, buruknya kinerja pelayanan publik selama ini membuat ada keraguan pada tahap implementasi program Jamkesmas tidak akan berjalan dengan baik.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui implementasi program Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) pada peserta Jamkesmas serta untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam implementasi program Jamkesmas khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan. Teori yang digunakan adalah teori implementasi kebijakan. Informan dalam penelitian ini adalah Humas RS. Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai informan kunci dan para pegawai yang berjumlah tiga orang serta peserta Jamkesmas berjumlah tujuh orang sebagai informan utama. Selain itu ada juga informan tambahan dari masyarakat bukan pengguna Jamkesmas sebanyak satu orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam ditemukan bahwa implementasi program Jamkesmas telah berjalan cukup baik. Masih ada beberapa hambatan yang dihadapi rumah sakit dalam penerapannya dan pihak pemerintah serta rumah sakit telah berusaha meminimalkannya.


(13)

ABSTRAKSI

Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) pada Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Maridhayani Sinaga NIM : 070903072

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dra. Februati Trimurni M.Si

Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga negara yang telah dijamin dalam undang-undang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992. Tetapi kenyataan yang terjadi derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah disebabkan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan mahalnya biaya kesehatan. Program jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas dibuat untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin. Program yang telah dibuat akan terlihat jelas pada saat implementasinya. Namun, buruknya kinerja pelayanan publik selama ini membuat ada keraguan pada tahap implementasi program Jamkesmas tidak akan berjalan dengan baik.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui implementasi program Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) pada peserta Jamkesmas serta untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam implementasi program Jamkesmas khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan. Teori yang digunakan adalah teori implementasi kebijakan. Informan dalam penelitian ini adalah Humas RS. Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai informan kunci dan para pegawai yang berjumlah tiga orang serta peserta Jamkesmas berjumlah tujuh orang sebagai informan utama. Selain itu ada juga informan tambahan dari masyarakat bukan pengguna Jamkesmas sebanyak satu orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam ditemukan bahwa implementasi program Jamkesmas telah berjalan cukup baik. Masih ada beberapa hambatan yang dihadapi rumah sakit dalam penerapannya dan pihak pemerintah serta rumah sakit telah berusaha meminimalkannya.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gagasan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaruan baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring tuntutan rakyat dan perkembangan di dalam pemerintah itu sendiri. Namun demikian, pembaruan dari kedua sisi tersebut sampai saat ini masih tetap belum memuaskan arti posisi pemerintah dan rakyat yang masih belum menguntungkan dipihak rakyat sebagai pihak yang lemah dan termarjinalisasi dalam kerangka pelayanan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembaruan makna, bahwa pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri ataupun dilayani oleh rakyat, melainkan untuk melayani kebutuhan rakyat (Kurniawan, 2005:2)

Sebagai penyelenggara pemerintahan, pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat di sektor- sektor yang menjadi kebutuhan orang banyak. Salah satunya pelayanan kesehatan. Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga negara yang telah dijamin dalam Undang-undang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Oleh karena itu negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya tak terkecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat miskin, pemerintah telah meluncurkan program kesehatan yang dikhususkan untuk masyarakat miskin


(15)

agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Program tersebut adalah program Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas. Jamkesmas sendiri adalah program pemerintah berskala nasional yang pendanaannya berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara). Program ini hanya melanjutkan program terdahulunya yaitu Askeskin dan kartu sehat dengan tujuan untuk menjamin pembiayaan kesehatan masyarakat miskin. Peserta Jamkesmas ini juga tidak dikenakan biaya saat ingin mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, rumah sakit milik pemerintah atau swasta yang telah bekerjasama dengan Jamkesmas. Rumah sakit pemerintah wajib menjadi penyedia pelayanan kesehatan bagi pasien Jamkesmas. Sedangkan rumah sakit swasta harus terlebih dahulu mempunyai IKS (Ikatan Kerjasama) dengan kementerian kesehatan. Sasaran program adalah 76,4 juta jiwa di 33 provinsi seluruh Indonesia.

Kenyataan yang terjadi derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Ini tergambar dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Derajat kesehatan yang rendah tersebut disebabkan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan mahalnya biaya kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2008 :1).

Selain itu terkadang pelayanan kesehatan juga dibeda-bedakan. Hal ini menimbulkan pandangan masyarakat bahwa pelayanan disesuaikan dengan harga. Artinya, jika membayar mahal maka akan mendapat pelayanan yang baik dan sebaliknya bila membayar murah maka pelayanan akan seadanya. Dengan program Jamkesmas yang tidak mengharuskan pesertanya untuk membayar atau dengan kata


(16)

lain gratis maka yang tergambar adalah jauh dari kata terlayani Padahal Jamkesmas sama sekali tidak gratis.

Penolakan pasien Jamkesmas dan pemungutan biaya pada pasien Jamkesmas juga masih terdengar di beberapa daerah. Hal ini menambah anggapan buruk akan pelayanan kesehatan masyarakat ini 11/11/07/lualq/lagi-rsud-tolak-pasien-jamkesmas-garagara-masalah-biaya). Sehingga ada keraguan bahwa program Jamkesmas ini tidak akan berjalan dengan semestinya.

Salah satu rumah sakit swasta pelaksana Jamkesmas adalah Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Setidaknya untuk Kabupaten Deli Serdang saja jumlah peserta Jamkesmas sebanyak 377.561 jiwa (Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 2011). Artinya ada banyak masyarakat miskin yang akan menggunakan jasa pelayanan kesehatan dengan Jamkesmas sebagai bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan gratis.

Dalam sebuah program, tahap yang paling penting adalah pelaksanaannya atau implementasi. Rumah sakit termasuk dalam street level burcancrat, atau organisasi yang berhadapan langsung dengan target yang dituju. Rumah sakit adalah sebagai pelaksana atau implementor. Berjalan atau tidaknya program dapat dilihat pada tahap implementasinya. Lalu bagaimana dengan implementasi program Jamkesmas ini di Rumah Sakit Grand Medistra dalam memberikan pelayanan yang bertajuk Jamkesmas, apakah masih menurut pelayanan sesuai harga atau telah berjalan dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk


(17)

melakukan penelitian lebih lanjut terkait masalah tersebut dengan judul “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat pada Rumah Sakit Umum Grand Medistra Lubuk Pakam)”.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya perumusan masalah agar memiliki arah yang jelas darimana memulai, kemana harus pergi dan dengan apa melakukan penelitian (Arikunto, 2002). Mengingat program Jamkesmas yang begitu luas maka peneliti membuat rumusan masalah ”Bagaimana implementasi program Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) pada peserta Jamkesmas?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi program Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) pada peserta Jamkesmas.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam implementasi program Jamkesmas khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.


(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik untuk diri sendiri, maupun pihak lain yang berkepentingan dengan penelitian ini. Adapun manfaat yang diharapkan :

1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan metodologis penulis dalam menyusun suatu wacana baru, dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi stakeholder yaitu pihak rumah sakit dan masyarakat pengguna jasa layanan rumah sakit khususnya di tempat penelitian dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan kinerjanya dalam bidang pelayanan.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi perpustakaan, Departemen Ilmu Administrasi Negara.


(19)

1.5. Kerangka Teori

Menurut Kerlinger (Singarimbun, 1995:37) teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002:92).

Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang di teliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Implementasi

1.5.1.1 Pengertian Implementasi

Menurut Jeffri L.Pressman dan Aaron B.Wildavski dalam buku Charles O.Jones (1996:295), mengartikan implementasi sebagai suatu proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya. Implementasi adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab-akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan. Perangkat-perangkat yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut: adanya orang atau


(20)

pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan resources. Dengan demikian berdasar pada pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan dari implementasi tersebut dibutuhkan: manusia, anggaran dan juga kemampuan organisasi ataupun instansi seperti teknologi informasi.

Sementara itu, Van Meter dan Van Horn dalam A.G Subarsono (2005:99). membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Sedangkan menurut George C. Edward dalam AG Subarsono implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka dapat mengalami kegagalan sekalipun diimplementasikan dengan baik. Sebaliknya kebijakan yang telah direncanakan dengan baik namun tidak diimplementasikan dengan baik oleh pelaksana dapat mengalami kegagalan juga.

1.5.1.2 Model-Model Implementasi Kebijakan

Kebijakan yang telah dibuat dan disahkan bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut akan berhasil dalam implementasinya. Keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor yang masing- masing saling berhubungan.


(21)

Wibawa (Tangkilisan 2003:20) berpendapat implementasi kebijakan adalah untuk menentukan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah. Sedangkan menurut Jones dikutip oleh Hesel Nogi S, Tangkilisan (2003:18) implementasi merupakan suatu proses dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Namun Jones mendasarkan pada konsepsi-konsepsi kegiatan fungsional mengenai program- program yang telah disahkan, menentukan implementasi dan membahas aktor-aktor yang terlibat dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga eksekutor.

Jadi implementasi adalah serangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masih menurut Jones dalam implementasi ada tiga kegiatan utama yang paling penting yaitu:

1. Penafsiran atau interpretasi yaitu kegiatan untuk menafsirkan makna suatu program kedalam suatu pengaturan yang dapat dipahami dan dijalankan nantinya. Artinya harus ada penafsiran makna yang sama antara pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan untuk memastikan program telah berjalan dengan baik.

2. Organisasi yaitu wadah sebagai tempat untuk menjalankan program sebagai kebijakan. Dalam pelaksanaan program harus ada wadah yang menaunginya agar memiliki kepastian hukum yang akan mempermudah dan menguatkan posisi program dalam pelaksanaan dilapangan nantinya.


(22)

3. Penerapan yaitu pelaksanaan kebijakan yang telah ditafsirkan dalam suatu organisasi berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lainnya. Setelah program dibuat dan dibentuk organisasi yang menaungi maka saatnya untuk pelaksanaan lapangan dan hal ini adalah kunci dari implementasi itu sendiri.

Kemudian menurut Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (Model Proses Implementasi Kebijakan) dikutip dari A.G Subarsono (2005:99) adapun variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi adalah standard dan sasaran kebijakan, sumberdaya, komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, karakteristik agen pelaksana dan kondisi social, ekonomi dan politik serta disposisi implementor.

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur agar dapat direalisir dan tidak menimbulkan multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara agen implementasi.

2. Sumberdaya

Sumberdaya yang berkualitas juga diperlukan agar implementasi berhasil baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya non manusia. Seringkali suatu program tidak berhasil karena keterbatasan kualitas aparat pelaksana.


(23)

3. Hubungan antar organisasi

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain sehingga koordinasi dan kerjasama antar instansi sangat berpengaruh bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Adapun yang dimaksud dengan karakteristik agen pelaksana adalah struktur birokrasi, norma- norma dan pola- pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang mempengaruhi implementasi suatu program.

terhadap kebijakan; (c) intensitas disposisi implementor yaitu preferensi nilai yang dimiliki implementor.

5. Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi.

Yang termasuk dalam variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan, karakteristik partisipan seperti apa mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini public dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan yang ada.


(24)

Gambar 1

Model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn

Sumber : AG. Subarsono, 2005 : 99 6. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini meliputi tiga hal penting yaitu (a) respon implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya dalam pelaksanaan kebijakan; (b) kognisi yaitu pemahaman implementor.

Sementara itu Menurut George C. Edwards III yang dikutip dari A.G Subarsono (2005: 102) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variable yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.

Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan

Kinerja impleme ntasi Ukuran dan tujuan

kebijakan

Karakteristik badan pelaksana

Disposisisi pelaksana

sumberdaya

Lingkungan ekonomi, social dan politik


(25)

1. Komunikasi

Komunikasi adalah syarat untuk keberhasilan implementasi antara tujuan yang diinginkan pembuat kebijakan dan penafsiran implementor, antara implementor dan kelompok sasaran yang dituju.. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran haruslah ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

2. Sumberdaya

Sumber daya juga tak kalah pentingnya dalam implementasi, walaupun kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten tetapi bila implementor tidak memiliki sumberdaya yang memadai dalam pelaksanaan maka semuanya tidak akan berjalan efektif.

3. Disposisi

Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki implementor seperti komitmen, kejujuran atau sifat demokratis. Semakin baik disposisi yang dimiliki oleh implementor maka pelaksanaan kebijakan dapat berjalan dengan baik layaknya seperti yang diingini pihak pembuat kebijakan.Sebaliknya jika implementor kurang memiliki disposisi yang baik atau memiliki sikap dan perspektif yang berbeda dengan pembuat keputusan maka implementasi kebijakan juga tidak efektif.

4. Struktur Birokrasi

Adapun struktur birokrasi berperan dalam mengimplementasikan kebijakan dan mempunyai pengaruh yang sangat besar pada implementasi kebijakan salah


(26)

satunya adalah prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP).

Gambar 2

Faktor Penentu Implementasi menurut Edward III

Komunikasi

Sumber daya

Implementasi disposisi

Struktur birokrasi

Sumber : AG. Subarsono, 2005 : 102

Kemudian, menurut Randall B. Rippley dan Grace A. Franklin (1986) dalam Hesel Yogi S, Tangkilisan (2003:21) menyatakan dalam mencapai keberhasilan implementasi kebijakan program dapat dilihat dari tiga faktor yakni:

1. Prespektif kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi dari kepatuhan street level burcancrats yaitu birokrasi terbawah yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan program.

2. Kelancaran rutinitas dan tiadanya persoalan

3. Kinerja yang memuaskan semua pihak terutama pada kelompok penerima manfaat yang dituju.


(27)

Kemudian menurut Peters, dalam Hesel Yogi S, Tangkilisan (2003: 22) implementasi kebijakan gagal disebabkan oleh:

1. Informasi

Informasi sangat penting dalam menjalankan segala sesuatunya. Kekurangan informasi dapat menghambat aktor-aktor pelaksana dalam melaksanakan program dan memberikan gambaran yang kurang tepat dari isi kebijakan dan hasil-hasil dari kebijakan tersebut.

2. Isi kebijakan

Isi kebijakan juga penentu keberhasilan program. Masih samarnya isi kebijakan dan tujuan kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegasan intern dan ekstern kebijakan itu sendiri dapat menggagalkan implementasi kebijakan.

3. Dukungan

Jika dalam pelaksaannya implementasi kebijakan tidak mendapat dukungan yang memadai dalam arti teknis ataupun non teknis maka implementasi kebijakan tersebut telah dekat dengan kegagalan.

4. Pembagian potensi

Hal ini berhubungan dengan para aktor pelaksana dan juga organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang


(28)

1.5.2. Pelayanan

1.5.2.1 Pengertian Pelayanan

Pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu usaha untuk menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain sedangkan menurut Kotler dalam Lijan Poltak (2006:4) pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada satu produk secara fisik. Kemudian Sampara dalam Lijan Poltak (2006:5) menyatakan pelayanan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Jadi pelayanan lebih kepada kegiatan pemberian jasa maupun non jasa pada masyarakat umum untuk membantu menyiapkan apa yang dibutuhkan orang lain yang memberikan kepuasan bagi penerima layanan.

Ada tiga unsur pokok dalam pelayanan yaitu biayanya harus relatif lebih rendah, waktu untuk mengerjakannya relative singkat dan mutu yang diberikan relatif bagus (Lijan Poltak 2006:5). Dengan kata lain pelayanan yang baik adalah jasa pelayanan yang ditawarkan diganjar dengan biaya yang tidak mahal dan terjangkau dengan waktu mulai pendaftaran sampai pengerjaan pelayanan yang hemat waktu dan tidak bertele-tele serta pelayanan yang dihasilkan berkualitas bagus. Artinya dengan hanya mengeluarkan biaya yang sedikit dapat memperoleh pelayanan yang berkualitas dan cepat sehingga kata pelayanan kembali pada fungsinya untuk membantu dan memberi kepuasan pada penggunanya.


(29)

1.5.2.2. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan umum menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum adalah: “Segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah, dan di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 dikatakan bahwa pelayanan public adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan public.

Menurut Saiful Arif (2008:3) Pelayanan public (public service) adalah suatu pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh organisasi public dalam hal ini adalah suatu pemerintahan.

Jadi pelayanan public dapat diartikan sebagai kegiatan pemberian pelayanan pada masyarakat berupa penggunaan fasilitas umum baik jasa maupun non jasa yang diselenggarakan organisasi public yaitu pemerintahan.


(30)

Untuk mencapai sasaran dan tujuan tugas- tugas administrasi dalam kepentingan publik hendaknya dapat dikembangkan prinsip- prinsip pelayanan sebagai berikut:

1. Aksesibilitas yaitu jarak tempat dan lokasi setiap jenis pelayanan harus benar-benar dapat diakses masyarakat sebagai pengguna layanan.

2. Kontinuitas yaitu ketersediaan pelayanan yang terus menerus disertai kepastian dan kejelasan bagi publik.

3. Teknikalitas yaitu mekanisme dan proses pelayanan harus ditangani oleh tenaga professional yang memahami secara teknis yang mendasar pada sasaran adanya kejelasan, ketetapan kemantapan system, prosedur dan instrument pelayanan.

4. Profitabilitas yaitu proses pelayanan public yang dilakukan dapat memberikan keuntungan ekonomi dan sosial bagi pemerintah maupun bagi masyarakat luas.

5. Akuntabilitas yaitu produk dan kualitas pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat nantinya harus dapat dipertanggungjawabkan di ranah public.

1.5.2.3 Pelayanan Kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan harusnya dapat menyediakan informasi terbuka bagi pasien dan keluarganya agar dapat menentukan pilihan terhadap lembaga pelayanan pelayanan kesehatan atau rumah sakit yang akan dikunjungi, asuransi kesehatannya dan jenis perawatan yang akan dilakukan.


(31)

Pelayanan kesehatan itu sendiri seperti tercantum dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 30 terdiri atas pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perseorangan yaitu pelayanan yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit atau memulihkan kesehatan perseorangan atau keluarga. Kemudian pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

Setiap peserta Jamkesmas berhak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat. Pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan dengan ketentuan sebagai berikut:

• Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), BKPM/BP4/BKIM dan rumah sakit (RS).

• Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas nama Menkes


(32)

membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat, yang diketahui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi meliputi berbagai aspek pengaturan.

• Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama. Penggantian biaya pelayanan kesehatan diklaimkan ke Departemen Kesehatan melalui Tim Pengelola Kabupaten/Kota setempat setelah diverifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada program ini.

1.5.2.4 Standar Pelayanan Minimal Kesehatan

Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan dan standar pelayanan yang ditetapkan hendaknya realistis, karena merupakan jaminan bahwa janji/komitmen yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para pemberi dan penerima pelayanan.

Dalam keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 228 tahun 2002 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal rumah sakit yang wajib dilaksanakan daerah :

1. Rumah sakit minimal harus menyelenggarakan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan


(33)

2. Indikator. Rumah sakit minimal harus memenuhi beberapa indikator. Indikator merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu. Untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa indikator, yaitu:

a. Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.

b. Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya kecepatan pelayanan, pelayanan dengan ramah dan lain-lain.

c. Output, yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.

d. Outcome, yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil

pelayanan sebagai misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain.

e. Benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun penerima pelayanan atau pasien yang misal biaya pelayanan yang lebih murah, peningkatan pendapatan rumah sakit.

f. Impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas misalnya angka kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan.

3. Standar. Rumah sakit harus mengikuti standar yang telah ditetapkan. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam


(34)

melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan propinsi, kabupaten/kota sesuai dengan evidence base.

4. Rumah sakit harus memberikan pelayanan untuk keluarga miskin dengan biaya ditanggung oleh pemerintah.

Adapun manfaat standar pelayanan minimal yaitu: 1. Bagi masyarakat:

a. tersedia pelayanan yang terjangkau dan berkesinambungan. b. Pelayanan bermutu dan sesuai standar

c. Meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat. d. Melindungi hak asasi masyarakat dibidang kesehatan. 2. Bagi Rumah Sakit

a. akuntabilitas rumah sakit kepada pemerintah daerah.

b. Pemacu untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja rumah sakit. c. Memudahkan rumah sakit untuk menentukan strategi.

d. Dapat dijadikan salah satu dasar untuk menghitung besarnya subsidi kepada rumah sakit oleh pemerintah kabupaten/kota untuk pelayanan masyarakat. 3. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Adanya akuntabilitas pelayanan kesehatan.

b. Merupakan rujukan dalam rangka melakukan pembinaan diwilayahnya. c. Mengetahui hal-hal yang harus di fasilitasi oleh Kabupaten/Kota

d. Mengetahui ruang kewenangan dalam bidang kesehatan daerah Kabupaten/ Kota.


(35)

e. Merupakan acuan yang dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pembinaan.

4. Bagi Propinsi

Merupakan acuan untuk propinsi dalam menetapkan sebagai tolok ukur pelaksanaan kewenangan minimal yang menjadi kewajiban daerah kabupaten kota. 5. Bagi Pemerintah Pusat

Terjaminnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya yang tidak mampu.

1.5.3 Rumah Sakit

1.5.3.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Jadi rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan profesional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.


(36)

1.5.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan sebagai :

a. Rumah Sakit Umum yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan Kelamin.

Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi :

• Rumah Sakit publik : dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.

• Rumah Sakit privat : dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.


(37)

1.5.5 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 1.5.5.1 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai :

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Menurut Charles O. Jones (Jones, 1996:295) pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Jadi suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan. Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Selain itu program hanya bersifat sementara.

Menurut Charles O. Jones, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.


(38)

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones, 1996:295).

1.5.4.2 Program Jaminan Kesehatan

Berdasarkan pengertian Charles O. Jones (Jones, 1996:295) tentang pengertian program maka program jaminan kesehatan adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan dengan jaminan kesehatan yang telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan. Jaminan kesehatan ini ada yang dikelola pemerintah dan dikelola swasta. Untuk jaminan yang dikelola pemerintah ada beberapa jaminan kesehatan seperti :

• Jamkesmas yaitu jaminan kesehatan berskala nasional yang dikelola pemerintah yakni dibawah kepengurusan kementerian kesehatan. Dikhususkan bagi masyarakat miskin seluruh indonesia.


(39)

• Jamkesda adalah program jaminan kesehatan dari pemerintah daerah untuk masyarakatnya yang miskin dan tidak termasuk kedalam quota Jamkesmas. Hal ini disebabkan tidak terdatanya sebagian masyarakat dalam BPS kabupaten, orang miskin baru yang muncul setelah pendataan atau kekurangcakapan petugas dalam mendata. Masyarakat miskin ini dapat mengurus surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari desa atau kelurahan untuk kemudian diproses di dinas kesehatan kabupaten/kota untuk mendapatkan Jamkesda. Program ini sama dengan Jamkesmas, hanya Jamkesda bersifat regional sedangkan Jamkesmas bersifat nasional.

• Askes (Asuransi Kesehatan) sosial yaitu jaminan kesehatan bagi para pegawai negeri sipil (PNS) dan pensiunan TNI/Polri

• Jamsostek atau Jaminan Sosial Tenaga Kerja yaitu jaminan bagi tenaga kerja. Namun tidak terbatas hanya pada jaminan kesehatan saja

• Inhealth merupakan anak perusahan dari PT Askes namun sebagian saham telah dimiliki swasta. Inhealth bersifat mencari untung dan tidak dikhususkan hanya bagi perusahaan negara.

• Jasa Raharja yaitu jaminan sosial untuk kecelakaan lalu lintas baik korban selamat maupun meninggal.

• Jampersal (Jaminan Persalinan) yaitu jaminan kesehatan dari pemerintah untuk persalinan ibu hamil yang tidak mampu.


(40)

Selain jaminan kesehatan yang dikelola pemerintah, jaminan kesehatan juga dikelola swasta namun biasanya dalam perusahaan-perusahaan.

1.5.4.3 Pengertian Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Kebijakan pemeliharaan kesehatan pada penduduk miskin sudah lama diterapkan. Mulai dari surat miskin dari rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), desa dan pembagian kartu sehat. Sejak tahun 1998 muncul kebijakan yang lebih sistematis untuk melayani kebutuhan masyarakat miskin akan kesehatan yaitu program Jaringan Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK). Kemudian pada tahun 2003, pemerintah menyediakan biaya untuk rujukan ke rumah sakit bagi masyarakat miskin yang berasal dari pemotongan subsidi bahan bakar minyak (BBM), yang disebut dana Penanggulangan Dampak Pemotongan Subsidi Energi (PDPSE). PDPSE ini kemudian diubah namanya menjadi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM).

Program terbaru pemerintah adalah jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas. Dalam pedoman pelaksanaan jamkesmas disebutkan bahwa jamkesmas adalah program bantuan social untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu serta peserta lainnya yang iurannya dibayar oleh pemerintah. Jamkesmas diselenggarakan sejak tahun 2008 dan merupakan perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin /JPKMM atau lebih dikenal dengan program Askeskin yang diselenggarakan pada tahun 2005-2007.

Program jamkesmas ini diharapkan dapat membantu masyarakat miskin dan kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak di


(41)

institusi-institusi kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta yang telah bekerjasama dengan pemerintah

Dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yaitu pada pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah sakit. Jadi Pasien Jamkesmas adalah orang yang melakukan pemeriksaan maupun pemeliharaan kesehatan dengan menggunakan kartu peserta Jamkesmas.

Jadi, program Jamkesmas merupakan program berskala nasional untuk memudahkan kalangan masyarakat miskin dan tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dimana biaya pelayanan kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah melalui APBN. Karena Jamkesmas adalah program maka hanya bersifat sementara atau tidak permanen.

1.5.4.4 Dasar Hukum Pelaksanaan Jamkesmas

Pelaksanaan program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanah Pasal 28 H ayat (1) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Selain itu berdasarkan Pasal 34 ayat (3) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa ’Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.”


(42)

Pemerintah menyadari bahwa masyarakat, terutama masyarakat miskin, sulit untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi tersebut semakin memburuk karena mahalnya biaya kesehatan, akibatnya pada kelompok masyarakat tertentu sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi hak rakyat atas kesehatan, pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan telah mengalokasikan dana bantuan sosial sektor kesehatan yang digunakan sebagai pembiayaan bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

Upaya pelaksanaan Jamkesmas sendiri merupakan perwujudan pemenuhan hak rakyat atas kesehatan dan amanat Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Namun karena hingga saat ini peraturan pelaksana dan lembaga yang harus dibentuk berdasarkan Undang– Undang Nomor 40 Tahun 2004 belum terbentuk maka departemen kesehatan mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut. Pelaksanaan kebijakan Jamkesmas ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dalam Kepmen ini dijelaskan ketentuan-ketentuan tentang tata cara pelaksanaan program Jamkesmas. Selain itu, peraturan ini merupakan pedoman bagi pihak penyelenggara atau implementor.


(43)

1.5.4.5 Kepesertaan

Setiap peserta jamkesmas memiliki hak mendapat pelayanan kesehatan dasar yaitu rawat jalan (RJ), rawat inap (RI) serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) dan rawat inap tingkat lanjutan (RITL) serta pelayanan gawat darurat.

Adapun kategori peserta jamkesmas adalah sebagai berikut : 1. Masyarakat miskin dan tidak mampu

2. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas.

3. Semua peserta Program keluarga Harapan (PKH) yang telah memiliki atau mempunyai kartu Jamkesmas.

4. Penghuni panti sosial, penghuni lembaga permasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta korban bencana.

Gambar 3 : Kartu Peserta Jamkesmas

Administrasi kepesertaan Jamkesmas meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian kartu kepada peserta. Untuk administrasi kepesertaan Departemen Kesehatan menunjuk PT Askes (Persero), dengan ketentuan langkah-langkah berikut:


(44)

• Data peserta yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah, kemudian dilakukan entry

oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di kabupaten/kota.

Entry data setiap peserta.

• Berdasarkan database tersebut kemudian diterbitkan kartu dan didistribusikan kepada peserta.

• PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta.

• PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta rumah sakit setempat.

1.5.5Alur Pelayanan

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut:

a. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya.

b. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan SKTM hanya berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya.


(45)

c. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus emergency.

d. Pelayanan rujukan tersebut meliputi :

1. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit, BKMM/ BBKPM /BKPM/BP4/BKIM.

2. Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit 3. Pelayanan obat-obatan

4. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic

e. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta. Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.


(46)

Gambar 4

Alur Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Peserta

pulang

Verifikasi Kepesertaan

(Kasus gawat darurat ) - - - --- Peserta

Sumber : kementerian Kesehatan RI, 2010 :14 Keterangan :

Dalam situasi normal yaitu Peserta mengunjungi loket pendaftaran Jamkesmas lalu mendapatkan pelayanan. Setelah mendapatkan pelayanan kesehatan si pasien

Loket pendaftaran puskesmas

Pelayanan kesehatan

RS

( PPATRS) RJTL

Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan RITL Data Base Kepesertaan (petugas PT Askes) IGD SKP dikeluarkan Askes pulang pulang


(47)

bisa langsung pulang. Namun jika harus dirujuk kerumah sakit maka pasien mengunjungi rumah sakit kemudian pihak rumah sakit memverifikasi kepesertaan pada petugas Askes. Setelah data dinyatakan valid maka surat keterangan peserta dikeluarkan pihak rumah sakit. Sang pasien pun dapat memperoleh pelayanan kesehatan berupa rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) atau rawat inap tingkat lanjutan (RITL). Setelah selesai mendapat pelayanan kesehatan si pasien pun boleh pulang.

Dalam kasus gawat darurat peserta langsung di bawa ke instalasi gawat darurat (IGD) dan mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa harus melalui pendaftaran. Bila kondisi pasien telah membaik dapat segera pulang. Namun jika tidak maka dapat menggunakan RITL atau RJTL.

1.5.4.7 Pendanaan Jamkesmas

Pendanaan Jamkesmas berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) sector kesehatan yang di mulai dari tahun 2008. Adapun ketentuan umum dalam tata laksana pendanaan adalah :

1. Pendanaan program Jamkesmas merupakan dana bantuan sosial.

2. Pembayaran ke rumah sakit dalam bentuk paket, berdasarkan klaim. Klaim adalah biaya yang diajukan rumah sakit untuk dibayarkan oleh Negara melalui Jamkesmas. 3. Pembayaran ke PPK disalurkan langsung dari kas negara melalui PT. POS ke

Puskesmas dan KPPN melalui Bank ke Rumah sakit/ BBKPM/BKMM/BKPM/BP4/BKIM.

4. Peserta tidak boleh dikenakan iuran biaya dengan alasan apapun. Dalam pendanaan, Jamkesmas dikelola oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dana


(48)

diluncurkan dalam empat tahap dalam bentuk Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Masing-masing rumah sakit mendapatkan dana dalam jumlah yang berbeda-beda sesuai kebutuhan.

1.5.4.8 Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Jamkesmas

Adapun tujuan umum penyelenggaraan Jamkesmas yaitu meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal dan secara efektif dan efisien bagi seluruh peserta Jamkesmas.

Adapun tujuan khususnya dapat dibagi :

a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta diseluruh jaringan PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) Jamkesmas

b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya.

c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

Sedangkan sasaran Jamkesmas sendiri adalah masyarakat miskin dan tidak mampu diseluruh Indonesia sejumlah 76,4 jiwa, tidak termasuk yang telah mempunyai jaminan kesehatan lainnya. Jika setelah kartu peserta dikeluarkan masih ada masyarakat miskin yang belum masuk ke entry data PT. Askes maka daerah yang menanggungnya dalam Jaminan Kesehatan Daerah atau Jamkesda dimana pembiayaannya berasal dari APBD.


(49)

1.5.5 Organisasi Jamkesmas

Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas terdiri dari tim pengelola dan tim koordinasi di pusat, propinsi dan kabupaten/kota, pelaksana verifikasi di PPK dan PT. Askes. Tim pengelola bersifat internal lintas program departemen kesehatan sedangkan tim koordinasi bersifat lintas departemen.

1.5.5.1 Tim pengelola Jamkesmas

Tim Pengelola JAMKESMAS melaksanakan pengelolaan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin meliputi kegiatan-kegiatan manajemen kepesertaan, pelayanan, keuangan, perencanaan dan SDM, informasi, hukum dan organisasi serta telaah hasil verifikasi.

1.5.5.2 Tim Pengelola Jamkesmas Pusat

Adapun tim pengelola pusat mempunyai tugas :

a. Penetapan kebijakan operasional dan teknis, pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

b. Menyusun pedoman teknis pelaksanaan, penataan sasaran, penataan sarana pelayanan kesehatan (pemberi pelayanan kesehatan)

c. Melaksanakan pertemuan berkala dengan pihak terkait dalam rangka evaluasi penyelenggaraan program

d. Melakukan telaah hasil verifikasi, otorisasi dan realisasi pembayaran klaim. e. Melakukan pembinaan, pengawasan dan menyusun laporan pelaksanaan

Menteri kesehatan membentuk tim pengelola pusat terdiri dari penanggung jawab, pengarah, pelaksana dan sekretariat.


(50)

Penanggung jawab adalah menteri kesehatan sedangkan pengarah adalah pejabat eselon I yang diketuai Sekjen Depkes RI. Untuk pelaksana terdiri dari pejabat eselon I dan eselon II departemen kesehatan yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota.

1.5.5.3 Tim pengelola Jamkesmas Provinsi

Adapun timpengelola provinsi mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin sesuai kebijakan yang sudah ditetapkan

b. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

c. Melakukan verifikasi, pemantauan dan evaluasi

d. Melakukan analisis aspek kendali biaya, dan kendali mutu

e. Menyampaikan laporan pengelolaan penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).

Kepala dinas kesehatan propinsi membentuk tim pengelola propinsi terdiri dari satu orang penanggung jawab yang dijabat kepala dinas kesehatan propinsi, satu orang coordinator operasional dan dua orang staf.

1.5.5.3 Tim pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota

Adapun tugas tim pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota adalah sebagai berikut : a. Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan,

manajemen keuangan.


(51)

c. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Propinsi setempat.

Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota membentuk tim pengelola terdiri dari satu orang penanggung jawab yang dijabat kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, satu orang coordinator operasional dan tiga orang staf.

1.5.5.2 Tim Koordinasi Program Jamkesmas 1.5.5.2.1 Tim Koordinasi Jamkesmas Pusat

Adapun tugas tim koordinasi pusat adalah :

a. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

b. Melakukan pembinaan dan pengendalian program. Struktur Tim Koordinasi Program Jamkesmas Tingkat Pusat

 Pelindung : Menteri Kesehatan

 Ketua : Sekretaris Utama Menko Kesra

 Anggota : Sekjen Depkes Sekjen Depdagri Sekjen Depsos

Deputi Bidang SDM Bappenas Sekjen Depkeu

Dirjen Binkesmas Dirjen Yanmedik


(52)

Dirut PT. Askes (Persero) Sekretariat :

 Ketua : Kepala Bagian Tata Usaha PPJK

 Staf sekretariat : 4 orang

Menteri kesehatan membentuk tim koordinator pusat terdiri dari pelindung, ketua dan anggota serta secretariat. Tim koordinasi bersifat lintas sector terkait dengan sekretaris utama kementrian koordinasi kesejahteraan rakyat sebagai ketua dan anggota yang terdiri dari pejabat eselon I departemen terkait dan unsur lainnya.

1.5.5.2.2 Tim Koordinasi Propinsi

Adapun tugas tim koordinator propinsi yaitu :

a. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi program Jaminan Kesehatan Masyarakat yang tetap mengacu pada kebijakan pusat

b. Melakukan pembinaan dan pengendalian program

Struktur Tim Koordinasi Jamkesmas Tingkat Propinsi berikut:

 Pelindung : Gubernur

 Ketua : Sekretaris Daerah

 Anggota : Kadinkes Propinsi : Asisten Kesra

: Direktur Rumah Sakit

: Ketua Komisi DPRD yang membidangi Kesehatan : Kepala PT. Askes (Persero) Regional/ Cabang


(53)

Sekretariat

 Ketua : Kasubdin/Kabid yang bertanggung jawab pada program Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

 Staf Sekretariat : 2 orang

Gubernur membentuk tim koordinator propinsi terdiri dari pelindung, ketua dan anggota serta secretariat. Tim koordinasi bersifat lintas sector terkait dengan sekretaris daerah provinsi sebagai ketua dan anggota yang terdiri dari pejabat terkait.

1.5.5.2.3 Tim koordinasi kabupaten/kota

Adapun tugas dari tim koordinasi kabupaten/kota adalah :

a. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi Program Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota

b. Melakukan pembinaan dan pengendalian Program Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota.

Struktur Tim Koordinasi Program JAMKESMAS Tingkat Kabupaten/Kota

 Pelindung : Bupati/ Walikota

 Ketua : Sekretaris Daerah

 Anggota : Kadinkes Kabupaten/Kota : Asisten Kesra

: Direktur Rumah Sakit

: Ketua Komisi DPRD yang membidangi Kesehatan : Kepala PT. Askes (Persero) Cabang/ AAM


(54)

Sekretariat

 Ketua : Kasubdin/kabid yang bertanggung jawab program Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

 Staf Sekretariat : 2 orang

Bupati/walikota membentuk tim koordinator kabupaten/kota terdiri dari pelindung, ketua dan anggota serta secretariat. Tim koordinasi bersifat lintas sector terkait dengan sekretaris daerah kabupaten/kota sebagai ketua dan anggota yang terdiri dari pejabat terkait.

1.5.3.6 Verifikasi

Verifikasi adalah kegiatan penilaian administrasi klaim yang diajukan PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) yang dilakukan oleh Pelaksana Verifikasi dengan mengacu pada standar penilaian klaim dengan tujuan agar diperolehnya hasil pelaksanaan program Jamkesmas yang menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. (Departemen Kesehatan RI, 2008 :27)

Adapun verifikasi program Jamkesmas meliputi verifikasi administrasi kepesertaan, administrasi pelayanan dan administrasi keuangan. Dengan kata lain verifikasi ini adalah klaim biaya perobatan pasien Jamkesmas dari rumah sakit kepada organisasi penyelenggara Jamkesmas.

Verifikasi administrasi kepesertaan adalah pengecekan daftar peserta di dalam

data base PT Askes atas penugasan menteri kesehatan, melaksanakan tugas-tugas

manajemen kepesertaan di dukung dengan jaringan kantor yang terdiri dari PT.Askes (pusat), PT.Askes regional (provinsi) dan PT.Askes cabang dan area asisten manajer


(55)

(kabupaten/kota). Administrasi pelayanan merupakan pengecekan terhadap jenis pelayanan kesehatan yang telah digunakan oleh peserta. Sementara administrasi keuangan adalah pengecekan terhadap biaya tiap-tiap pelayanan yang telah digunakan berdasarkan INA-DRG.

Petugas verifikasi disebut verifikator. Verifikator ada dua jenis yaitu verifikator dari rumah sakit ( mengajukan klaim dari rumah sakit) dan verifikator dari pemerintah (memeriksa kemudian menyetujui klaim dari rumah sakit untuk di klaim pada pemerintah agar dibayarkan). Adapun tugas verifikator yaitu :

• Memeriksa data keabsahan peserta

• Memeriksa rujukan dari Puskesmas

• Diagnosa tarif (per paket) atau biaya masing-masing pelayanan yang telah digunakan

• Memeriksa kartu Jamkesmas termasuk KTP dan KK apakah ada di dalam data base

• Klaim atau biaya yang diajukan untuk pelayanan yang telah dilakukan

1.6. Defenisi Konsep

Dalam Singarimbun (1995: 33) konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial agar dapat menyederhanakan pemikirannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari masalah yang akan diteliti. Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :


(56)

1. Implementasi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah suatu kebijakan dirumuskan agar tercapai tujuan yang diinginkan.

2. Program Jamkesmas

Program Jamkesmas merupakan program berskala nasional untuk memudahkan masyarakat miskin dan tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Biaya pelayanan kesehatan ini ditanggung oleh pemerintah.

3. Implementasi Program Jamkesmas

Implementasi program Jamkesmas yaitu pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit Grand Medistra pada pasien peserta Jamkesmas dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dapat dilihat dari :

1. Penafsiran atau interpretasi yaitu kegiatan untuk menafsirkan makna suatu program kedalam suatu pengaturan yang dapat dipahami dan dijalankan nantinya. Artinya harus ada penafsiran makna yang sama antara pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan untuk memastikan program telah berjalan dengan baik.

2. Organisasi yaitu wadah sebagai tempat untuk menjalankan program sebagai kebijakan. Dalam pelaksanaan program harus ada wadah yang menaunginya agar memiliki kepastian hukum yang akan mempermudah dan menguatkan posisi program dalam pelaksanaan dilapangan nantinya.


(57)

3. Penerapan yaitu pelaksanaan kebijakan yang telah ditafsirkan dalam suatu organisasi berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan dan lainnya. Setelah program dibuat dan dibentuk organisasi yang menaungi maka saatnya untuk pelaksanaan lapangan dan hal ini adalah kunci dari implementasi itu sendiri.


(58)

1.7 Sistematika Penulisan

Bab 1 : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori dan sistematika penulisan.

Bab II : METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

Bab III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan data atau karakteristik objek yang relevan dengan topik penelitian.

Bab IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama peneliti di lapangan dan atau berupa dokumen-dokumen yang akan dianalisis.

Bab V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang kajian dan analisa data yang diperoleh pada saat penelitian dan memberikan interprestasi terhadap masalah yang diajukan.

Bab VI : PENUTUP

bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.


(59)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan analisa kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Alasan menggunakan analisa kualitatif adalah mengingat yang dijadikan informan itu berjenjang dari lapisan atas sampai lapisan bawah sehingga dikhawatirkan mempunyai pemahaman yang jauh berbeda atas masalah yang akan diteliti. Untuk itu tidak dibuat penyeragaman dan kualitatif adalah yang paling cocok dalam penelitian ini.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Grand Medistra Kabupaten Lubuk Pakam.

II.3 Informan Penelitian

Hendarso (Usman 2009:56) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan


(60)

sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian meliputi (1) informan kunci (key informant),yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti(2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi social yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi social yang sedang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan informan tidak berdasarkan atas strata, kedudukan, pedoman ataupun wilayah tetapi didasarkan pada tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan kunci yaitu Humas Rumah Sakit Grand Medistra Kota Lubuk Pakam. 2. Informan utama yaitu petugas verifikasi, petugas administrasi pendaftaran pasien

dan perawat.

Selain itu, peneliti juga mengambil informan tambahan. Mengingat pengguna layanan Jamkesmas hanya menggunakan layanan jaminan kesehatan hanya jika sakit dan tidak ada kepastian penggunaan maka penarikan informan digunakan dengan teknik accidental yaitu penarikan sampel secara kebetulan. Maka yang menjadi


(61)

informan tambahan adalah pasien atau keluarga pasien Jamkesmas periode februari-maret 2012. Selain itu dari masyarakat juga menjadi informan tambahan.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen :

a. Metode Interview (Wawancara)

Dalam metode ini menggunakan dengan cara wawancara untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara tersebut. Sedangkan Informan adalah orang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.


(62)

b. Observasi

Yaitu kegiatan mengamati secara langsung dengan gejala-gejala yang ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti,

b. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian. (Suyanto, 2005:55-56)

II.5 Teknik Analisa Data

Seperti dalam metode penelitian , teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa data kualitatif yaitu analisa terhadap data yang diperoleh dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah terkumpul, menyusunnya dalam satuan kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya serta memeriksa keabsahan dan menafsirkannya dengan analisis berdasarkan kemampuan nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.


(63)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III. 1 Sejarah Pendirian Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Rumah sakit Grand Medistra adalah rumah sakit swasta dengan pemilik adalah yayasan Medistra. Rumah sakit ini berlokasi di jalan Medan no. 66 Lubuk Pakam Rumah sakit Grand Medistra beroperasi dengan ijin dari dinas kesehatan kabupaten Deli Serdang nomor 3890/440/DS/2009. Rumah sakit ini berada di bawah naungan Yayasan Medistra, yang juga mengelola institusi pendidikan berupa Akademi Kebidanan, Akademi Keperawatan dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Data Umum

1. Nama : Rumah Sakit Grand Medistra 2. Kode :12 12 158

3. Kelas : B

4. Alamat : Jl. Medan Lubuk Pakam Km 25 No.66 Lubuk Pakam

5. Telepon : 061-7954914 6. Luas lahan : ± 3,4 Ha 7. Luas bangunan : 17.513,512 m²


(64)

Rumah sakit Grand Medistra dioperasikan pada tanggal 2 Desember 2009, setelah melalui masa pembangunan sekitar tujuh bulan. Seiring berjalannya waktu, banyak organisasi besar yang menaruh kepercayaan pada rumah sakit ini untuk pemeliharaan kesehatan karyawannya baik yang berstatus BUMN seperti PT. Jamsostek, PT Askes, PT AJ Inhealth serta asuransi yang berstatus swasta seperti Lippo Insurance, Astra Buana, BNI Life dan Jasindo. Demikian pula perusahaan-perusahaan yang menetapkan jaminan pelayanan kesehatan mandiri bagi mulai mempercayakan kesehatan karyawannya pada RS. Grand Medistra.

Sejalan dengan cita-cita akan suatu universal coverage bagi seluruh penduduk Indonesia, maka RS. Grand Medistra memutuskan untuk menjadi suatu rumah sakit yang bercirikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi semua kalangan dan latar belakang konsumen rumah sakit. Selain melayani pasien umum, begitu didirikan rumah sakit ini telah mengemban amanat dari pemerintah dengan kesediaan rumah sakit untuk melayani pasien Jamkesmas.

Gambar 5 : Rumah sakit Grand Medistra Lubuk Pakam tampak Depan


(65)

III.2 Visi dan Misi

Dalam kesehariannya, rumah sakit ini dijalankan atas visi, misi dan motto sebagai berikut:

Visi :

Visi RS Grand Medistra adalah menjadi rumah sakit rujukan dengan kualitas pelayanan yang prima, di dukung sumber daya manusia yang berkualitas serta sarana dan prasarana yang lengkap.

Misi :

Dalam mencapai visi diatas RS Medistra menjalankan misi sebagai berikut :

1. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat sekunder dan tersier bersifat spesialistik dan subspesialistik dalam bentuk tindakan preventif, kuratif dan rehabilitatif

2. Menyediakan fasilitas pelayanan rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis bagi segenap konsumen ruamh sakit

3. Mengembangkan RS. Grand Medistra sebagai pusat rujukan trauma center di kawasan Deli Serdang dan sekitarnya/.

4. Menciptakan kondisi kerja yang professional dengan memberikan pelayanan yang ramah dan informatif terhadap segenap konsumen rumah sakit.

5. Mengembangkan kemampuan dan professionalitas segenap tenaga kesehatan di rumah sakit yang berlandaskan etika profesi, etika pelayanan serta keselarasan dengan lingkungan.

6. Melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang kesehatan untuk dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada konsumen rumah sakit.


(66)

Motto :

Motto RS. Grand Medistra adalah : “Mitra Profesional Menuju Sehat”.

III.3 Struktur Organisasi

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dikelola oleh yayasan Medistra dengan ketua yayasan Drs. Johannes Sembiring MPd. Secara garis besar adapun fungsi dari bidang- bidang tersebut adalah sebagai berikut :

Yayasan Medistra

Yayasan ini adalah pemilik dari instansi rumah sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Direktur Rumah Sakit

Direktur rumah sakit mempunyai Tugas Pokok : mengelola rumah sakit dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Menetapkan program kerja dan rencana kerja anggaran rumah sakit

2. Menyusun program kerja rumah sakit

3. Menyusun rencana dan program kerja pengelolaan dan pengembangan rumah sakit

4. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas dan fungsi rumah sakit


(67)

6. Melaksanakan tugas pelaksanaan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, dan pencegahan penyakit.

7. Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan upaya rujukan berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh pemerintah

8. Mengkoordinasikan seluruh rencana strategi program kegiatan pelayanan, anggaran keuangan dan pembangunan rumah sakit

9. Menetapkan prosedur kerja di lingkungan rumah sakit

10.Melakukan peningkatan sumber daya rumah sakit maupun sumber daya manusia di lingkungan Rumah rumah sakit

11.Memberi petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tulisan

12.Melakukan penilaian dan evaluasi atas kerja bawahan untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan penilaian DP3 pegawai

13.Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada yayasan.

14.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan

15.Mendelegasikan sebagian pelaksanaan tugas-tugas kepada bawahan

Bidang Administrasi dan Keuangan

Adapun fungsi bagian administrasi dan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan bahan-bahan perumusan anggaran


(68)

3. Menyiapkan pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan

4. Membuat hasil pelaksanaan tugas kepada sekretariat rumah sakit

5. Memberikan penilaian terhadap staf pada sub bagian keuangan

6. Memberi petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tulisan

7. Melakukan penilaian dan evaluasi atas hasil kerja bawahan untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan penilaian DP3 pegawai

8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan

Bidang Pelayanan dan Keperawatan

Adapun bidang pelayanan dan keperawatan mempunyai tugas :

1. Mengatur, merencanakan, menyusun, dan menetapkan kebijakan dan tata tertib pelayanan Medis dan Keperawatan di rumah sakit

2. Merencanakan, menyusun, dan menetapkan falsafah keperawatan yang disesuaikan dengan falsafah rumah sakit

3. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan yang dibutuhkan rumah sakit secara keseluruhan

4. Merencanakan pembinaan dan pengembangan karir tenaga keperawatan, antara lain : pendidikan, serta latihan berjenjang dan berlanjut

5. Menyusun rencana anggaran belanja rumah sakit

6. Merencanakan penggantian peralatan kesehatan sesuai dengan kebutuhan


(69)

8. Melakukan penilaian dan evaluasi atas hasil kerja bawahan untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan penilaian DP3

9. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Direktur

10.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan

Bidang Penunjang

Adapun fungsi Bidang Penunjang antara lain:

1. Penyelenggaraan program dan kegiatan logistik dan diagnostik;

2. Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan sarana dan Prasarana; 3. Penyelenggaraan program dan kegiatan pengendalian instalasi.

4. Penyusunan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik ; 5. Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik;

6. Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik..

7. Penyusunan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana; 8. Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana;

9. Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana.

10.Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pengendalian Instalasi; Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Pengendalian Instalasi


(1)

BAB VI PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan. Selain itu penulis akan memberikan kesimpulan dan saran sebagai langkah terakhir dalam kesimpulan ini.

VI.I KESIMPULAN

Implementasi program Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam telah berjalan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari penafsiran antara pembuat program, pelaksana dan penerima program telah memiliki penafsiran yang sama. Pelaksana telah saling memahami dalam pelaksanaan dengan pembuat program dapat dilihat dari alur pelayanan yang dijalankan pihak RS.Medistra dengan pedoman pelaksanana Jamkesmas. Peserta Jamkesmas juga telah memahami fungsi kepesertaan mereka sehingga mereka tidak sungkan lagi untuk berobat kerumah sakit. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pasien Jamkesmas di RS. Grand Medistra 50-60 orang per harinya baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.

Dari segi organisasi RS. Grand Medistra telah memenuhi syarat untuk menjadi provider Jamkesmas. Rumah sakit ini masuk ke kategori kelas B yang mempunyai fasilitas yang baik.


(2)

Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari alur pelayanan dan daftar obat yang disediakan untuk pasien Jamkesmas disesuaikan dengan INA-DRG.

Namun, disamping semua hal itu, RS.Grand Medistra masih mengalami beberapa hambatan. Hambatan itu seperti kurangnya sosialisasi pada pasien Jamkesmas. Mereka hanya mengetahui kepesertaan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan gratis. Padahal tidak semua jenis perawatan dan obat-obatan yang ditanggung oleh Jamkesmas. Selain itu ada juga prosedur dan ketentuan-ketentuan yang harus dijalani untuk mendapatkan pelayanan ini. Namun pengetahuan pasien yang tidak sempurna seringkali membuat prosedur ini dianggap mempersulit pasien Jamkesmas serta membeda-bedakan pelayanan yang diberikan RS. Grand Medistra.

Kepesertaan juga menjadi masalah tatkala kartu yang di pegang peserta Jamkesmas tidak sesuai dengan data base yang ada di Askes. Kemudian ada juga peserta yang menggunakan kartu orang lain karena mereka tidak memiliki kartu dan merasa tidak mampu sehingga berhak untuk menggunakan kartu Jamkesmas tersebut. Disini membuat proses menjadi lama karena masing-masing pihak berpegang pada apa yang diyakini dan akhirnya pihak pasien selalu merasa diperlakukan tidak adil.


(3)

VI.2 SARAN

Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu :

1. Rumah sakit sebaiknya memberikan keringanan bagi pasien yang memiliki kartu Jamkesmas namun tidak tercatat di data base Askes.

2. Pemerintah sebaiknya memperbaharui data masyarakat miskin penerima Jamkesmas setiap tahun karena dalam kurun waktu tersebut banyak yang telah berubah.

3. Sebaiknya pemerintah mensosialisasikan program Jamkesmas secara lengkap, mulai dari obat-obatan yang ditanggung oleh Jamkesmas, prosedur yang harus dilalui saat akan menggunakan pelayanan kesehatan sampai ruang rawat inap yang akan digunakan nantinya sehingga tidak menimbulkan anggapan negatif peserta Jamkesmas pada penyedia pelayanan kesehatan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ainur Rohman, M. Mas’ud Sa’id, Saiful Arif. Purnomo. 2008. Reformasi Pelayanan Public. Malang: Averroes

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Kesehatan R.I. 2008. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) : Jakarta

Departemen Kesehatan R.I. 2010. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) : Jakarta

Juliantara, Dadang (Ed), 2005, Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Daerah dalam Pelayanan Publik, Jakarta: Pembaruan

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan

Sinambela, Lijan Poltak dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Bumi Aksara

Singarimbun. Masri. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik, konsep, teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI & Lukmanul


(5)

Rumah Sakit Grand Medistra. 2011. Rencana Strategis Rumah Sakit Grand Medistra Tahun 2011-2015 : Lubuk pakam

Sumber Undang-Undang :

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 228 Tahun 2002 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 125 tahun 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah sakit

Undang- Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Undang- Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang- Undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Sumber Website : http://www.depkesri.go.id


(6)

11/11/07/lualq/lagi-rsud-tolak-pasien-jamkesmas-garagara-masalah-biaya).