PENGUKURAN BEBAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI SEPARATOR BERDASARKAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT. LASER JAYA SAKTI GEMPOL ‐ PASURUAN.

(1)

DI PT. LASER JAYA SAKTI GEMPOL - PASURUAN

SKRIPSI

Disusun Oleh :

RENDY ERANG PRABOWO

NPM : 0632010082

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I

: PENDAHULUAN

1

1.1

Latar Belakang Masalah...

1

1.2

Perumusan Masalah ...

2

1.3

Batasan Masalah ...

3

1.4

Asumsi... ...

3

1.5

Tujuan Penelitian... ……….

3

1.6

Manfaat Penelitian...

4

1.7

Sistematika Penulisan ……….

4

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA

7

2.1

Konsep Efisien

,

Efektif dan Produktivitas ...

7

2.2

Konsep Manajemen Sumber Daya

Manusia (MSDM) ……….

9

2.3

Konsep Pengukuran Waktu Kerja

(

Work Measurement

)……….. 13

2.4

Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti

(

Stop Watch Time Study

)……….. 15

2.5

Langkah – Langkah Pengukuran

Waktu Kerja………...

17


(3)

2.8

Work Load Analysis

(WLA) ………

30

2.9 Peneliti

Terdahulu...……... 33

BAB III : METODE PENELITIAN 37

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian ……….

37

3.2

Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel …….

37

3.3

Metode Pengumpulan Data ………

38

3.4

Metode Pengolahan Data……….. …………..

39

3.5

Langkah Pemecahan Masalah……… 44

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

53

4.1 Jumlah karyawan Tiap Stasiun Kerja ……….. 53

4.2 Identifikasi Elemen Elemen Kerja... 54

4.3 Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Aktivitas Produktif Dan Non

Produktif ... 55

4.4 Penentuan jumlah Karyawan Yang Optimal ... 63

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

67

5.1 Kesimpulan ...

67

5.2 Saran ...

68

DAFTAR PUSTAKA


(4)

(5)

 METODE 

WORK

 

LOAD

 

ANALYSIS

 (WLA) 

DI PT. LASER JAYA SAKTI GEMPOL ‐ PASURUAN

ABSTRAKSI

Saat ini perusahaan – perusahaan memberikan perhatian khusus pada efisiensi,

efektifitas dan produktivitas. Hal ini dapat dipenuhi apabila perusahaan melakukan

pengaturan terhadap jadwal penyelesaian permintaan dengan sebaik-baiknya. Salah

satu faktor yang berpengaruh agar pesanan dapat diselesaikan atau terpenuhi sesuai

dengan jadwal yang ditetapkan yaitu faktor waktu, pekerja atau tenaga kerja yang

terlibat langsung didalam bagian proses produksi.

Sebagai perusahan yang bergerak di bidang industry migas salah satu faktor

yang mempengaruhi adalah beban kerja yang diberikan oleh parusahaan. Untuk itu

pihak perusahan harus memperhatikan beban kerja yang akan diberikan karyawan agar

tercapai produktifitas yang optimal.

Untuk mengatasi masalah pengukuran beban kerja pada P.T LASER JAYA

SAKTI, maka dalam penelitian ini menggunakan metode

Work Load Analysis (WLA).

Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya

manusia karyawan untuk menyelesaikan beban kerja yang ada.

Berdasarkan hasil pengukuran beban kerja pada P.T LASER JAYA SAKTI

dengan menggunakan metode

Work Load Analysis (WLA)

dapat disimpulkan bahwa

beban kerja Pada bagian cutting, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 95.33%,

Pada bagian wellding, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 92.49%, Pada bagian

assembly, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 100.1%, Pada bagian finishing,

mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 83.10%.Sehingga perlu penambahan

karyawan pada bagian assembly sebanyak 1 orang dengan rata-rata beban kerja

sebesar 66,74%.


(6)

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, banyak perusahaan yang memberikan perhatian khusus pada efisiensi, efektifitas dan produktivitas. Karena dari ketiga hal tersebut, perusahaan dapat melihat penggunaan optimal dari sumber daya yang dimiliki serta pencapaiannya terhadap target yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Hal ini dapat dipenuhi apabila perusahaan melakukan pengaturan terhadap jadwal penyelesaian permintaan dengan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang berpengaruh agar pesanan dapat diselesaikan atau terpenuhi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan yaitu faktor waktu, pekerja atau tenaga kerja yang terlibat langsung didalam bagian proses produksi.

P.T Laser Jaya Sakti adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi alat-alat dan sparepart mesin di bidang migas.Sebagian besar produk-produknya di ekspor ke Korea,China,India, dan lain sebagainya. Jenis produk yang diamati adalah produk separator, produk ini diamati karena produk tersebut diproduksi dengan spesifikasi yang ketat dan merupakan hasil produksi yang dominan di P.T Laser Jaya Sakti.

Permasalahan PT.Laser Jaya Sakti adalah sering terjadinya penurunan hasil produksi separator yang disebabkan kinerja karyawan yang kurang optimal.Sehingga dapat menyebabkan kerugian di PT. Laser Jaya Sakti-Gempol.


(7)

Work Load Analysis (WLA) merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk menganalisa aktivitas-aktivitas yang timbul beserta beban kerja yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut. Dari Work Load Analysis(WLA)

ini akan diperoleh sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh karyawan beserta dengan frekuensi terjadinya aktivitas tersebut dan waktu yang diperlukan guna menyelesaikan aktivitas tersebut sehingga dapat memberikan saran jumlah karyawan yang optimal.

Berdasarkan permasalahan di P.T Laser Jaya Sakti diharapkan dengan

penerapan metode Work Load Analysis (WLA) dapat diketahui beban karyawan

yang optimal.Sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja karyawan dan jumlah karyawan yang optimal sehingga dapat memenuhi costumers yang berperan sebagai konsumen, dan akhirnya visi misi perusahaan akan tercapai.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti merumuskan permasalahan dan dirumuskan sebagai berikut :

“Berapa beban kerja dan jumlah tenaga kerja yang optimal pada bagian Produksi separator di PT.Laser Jaya Sakti - GEMPOL?”


(8)

1.3. Batasan Masalah

Beberapa batasan masalah dalam pengukuran beban kerja di PT. Laser Jaya Sakti agar dalam pemecahan masalah nantinya tidak menyimpang dan meluas dari lingkup yang ditentukan, antara lain :

1. Penelitian dilakukan pada tenaga kerja bagian produksi separator.

2. Pengukuran beban kerja dilakukan pada bagian produksi separator.

1.4. Asumsi - asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Sarana dan prasarana baik mesin maupun peralatannya dianggap bekerja dengan baik.

2. Mutu barang yang dihasilkan dianggap baik kwalitasnya dan telah memenuhi standart customers.

3. Biaya tenaga kerja tidak menjadi pembahasan dalam penentuan jumlah karyawan yang optimal.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui beban kerja karyawan pada bagian produksi separator.


(9)

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini manfaat yang ingin dicapai adalah :

1. Bagi Perusahaan

a Mengetahui beban kerja tiap karyawan bagian Produksi separator.

b Mengetahui jumlah karyawan yang optimal di bagian Produksi

separator yang dibutuhkan.

2. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat belajar dan

menerapkan metode Work Load Analysis (WLA) didalam dunia kerja

nantinya, dan mengimplementasikan pendidikan yang dicapai di perguruan tinggi.

3. Bagi Universitas

Hasil analisa ini dapat digunakan sebagai pembendaharaan perpustakaan,

dan metode Work Load Analysis (WLA ) dapat dikembangkan lagi agar

dapat berguna bagi mahasiswa dan menambah ilmu pengetahuan.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman atas materi-materi yang dibahas dalam tugas akhir ini, maka berikut ini akan penulis uraikan secara garis besar isi dari masing-masing bab sebagai berikut :


(10)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan tentang berbagai hal yang melatar belakangi dari penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi yang digunakan, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan mengenai landasan-landasan teori atau literatur yang digunakan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Teori-teori yang digunakan dalam bab ini akan digunakan sebagai landasan peneliti untuk menjalankan penelitiannya, sehingga kebenaran dari metode yang ada dapat dipertanggung jawabkan. Landasan teori yang digunakan untuk

menunjang penelitian ini yaitu konsep perencanaan SDM; work

measurement; work load analysis; penentuan waktu longgar (allowance);

uraian pekerjaan ( job description) dan peneliti terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang waktu lokasi dan penelitian, menguraikan tentang metode pengumpulan data yang digunakan, pemaparan data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian serta langkah-langkah yang digunakan untuk pemecahan masalah dan pencapaian tujuan.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang aktifitas pengumpulan dan pengolahan data. Aktifitas pengumpulan data meliputi aktifitas dari posisi/jabatan dan waktu penyelesaian aktifitas. Pada tahap ini data akan digambarkan seperti


(11)

perhitungan waktu aktifitas, allowance, beban kerja sampai dengan

penentuan jumlah karyawan yang optimal. Dan dilakukan analisa terhadap pengolahan data sehingga hasil-hasil tersebut dapat lebih mudah dipahami serta akan dapat memberikan gambaran mengenai hasil pengolahan data tersebut.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan memberikan kesimpulan atas analisa terhadap hasil pengolahan data. Kesimpulan tersebut harus dapat menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu juga berisi tentang saran penelitian. Penelitian yang masih belum sempurna atau diperlukan penelitian yang lebih lanjut adalah beberapa saran yang mungkin disertakan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Efisien, Efektif dan Produktivitas

Pengertian efesiensi menurut Sumanth adalah perbandingan atau rasio dari keluaran (output) dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada bagaimana baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan output.

Sedangkan efektivitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur dengan perbandingan atau rasio dari keluaran ( output aktual ) yang dicapai dengan keluaran (output ) standart yang diharapkan. (Sumanth,1985) Efisiensi merupakan penghematan penggunaan sumber daya dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada “daya guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk mencapai hasil yang sama. Efisiensi merupakan ‘ukuran’ yang membandingkan rencana penggunaan masukan (input) dengan realisasi penggunannya. Efisiensi 100% sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100% sangat diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi pada input daripada output.

Efektivitas merupakan ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kualitas, kwantitas dan waktu) telah tercapai. Nilai efektivitas dicerminkan oleh perbandingan nilai output akhir dengan output yang direncanakan. Makin besar sasaran yang dicapai, makin tinggi tingkat efektivitas. Konsep efektivitas yang tinggi belum tentu menunjukkan efisien yang tinggi pula. Suatu proses dikatakan lebih efektif bila dengan masukan (input) yang sama

7 7


(13)

diperoleh keluaran (output) yang lebih besar, hasil yang lebih baik atau dalam waktu lebih singkat.

Produktivitas dan efisiensi adalah 2 (dua) konsep penting dalam mengukur

performance. Produktivitas seperti yang sudah dijelaskan diatas dapat didefinisikan sebagai rasio output dengan input. Definisi ini mudah dan dapat diterangkan dengan jelas oleh suatu kondisi produksi dimana ada satu output dan satu input, tetapi pada umumnya produksi memiliki multiple output dan input. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai tingkat penggunaan sumber daya yang sebesar-besarnya (berhubungan dengan utilitas sumber daya).

Gambar 2.1 Hubungan Efisiensi, Efektivitas Dan Produktivitas (Gaspersz, 1998)

Produktivitas =

igunakan Inputyangd

iperoleh Ouputyangd

Produktivitas =

kan yangdiguna Sumberdaya

icapai Hasilyangd

Produktivitas =

Efisiensi s Efektivita

(Gaspersz, 1998)

Input Produksi

Hasil Usaha

Hasil Sampling

Produktivitas


(14)

2.2 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Karyawan adalah salah satu faktor produksi yang terpenting. Oleh karena itu perlu untuk mendapatkan perhatian khusus. Di dalam dunia perindustrian selalu dibuatkan suatu bidang tersendiri untuk mengurusi faktor manusia, yang secara umum disebut sebagai Manajemen Sumber Daya Manusia.

Manajemen personalia menurut Flippo (1995) adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

Sedangkan menurut French (1991), mendefinisikan manajemen personalia sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat digunakan definisi, yaitu : Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi

Definisi manajemen personalia menurut French sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat digunakan definisi, yaitu: Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. ( Handoko, 1991).


(15)

Tujuan manajemen sumber daya manusia pada prinsipnya ada dua jenis , yaitu :

1. Production Mainded, merupakan usaha-usaha pihak organisasi atau perusahaan agar para tenaga kerja bersedia memberikan prestasi yang sebesar-besarnya (mencapai produktivitas yang maksimum) ini dapat dicapai dengan melalui fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam organisasi atau perusahaan. 2. People Mainded, mempunyai pengertian hanya dengan perhatian yang

sungguh-sungguh dari pihak perusahaan kepada tenaga kerja antara lain dengan pelayanan yang sebaik mungkin, sistem birokrasi yang pendek, kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja yang layak, jaminan-jaminan sosial yang layak dan sebagainya.

(Mukhyi, dkk, 1993)

Dalam perusahaan kecil, semua fungsi personalia dilakukan dan ditangani langsung oleh manajer puncak, lain dengan perusahaan besar fungsi personalia didelegasikan kepada masing-masing manajer termasuk manajer personalia. Dalam perusahaan yang besar setiap manajer mempunyai fungsi dan tanggung jawab dibidang personalia di departemennya masing-masing sesuai dengan wewenangnya. Manajer personalia berfungsi memberikan layanan dibidang personalia kepada manajer-manajer yang ada dalam perusahaan, sehingga tidak dualisme fungsi personalia.

Ruang lingkup manajemen sumber daya manusia terdiri atas penarikan tenaga kerja baru agar memperoleh pelamar yang mempunyai kualifikasi sesuai


(16)

dengan kebutuhan organisasi atau persahaan yang didapat melalui proses seleksi. (Mukyi,dkk, 1993).

Pendekatan manajemen sumber daya manusia guna menekan manajemen personalia dan sumber daya manusia, yaitu :

1. Pendekatan Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia adalah pengelolahan dan pendayagunaan sumber daya manusia. Martabat dan kepentingan hidup manusia hendaknya tidak diabaikan agar kehidupan mereka layak dan sejahtera.

2. Pendekatan manajerial.

Analisis prestasi dan kehidupan kerja setiap karyawan tergantung pada atasannya langsung dimana karyawan berada.

3. Pendekatan Sistem

Bagian personalia merupakan sub sistem dari sistem organisasi atau perusahaan, maka perlu mengevaluasikan dengan kriteria besarnya kontribusi yang dibuat organisasi. Manajemen sumber daya manusia adalah suatu sistem terbuka dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi.

4. Pendekatan Proaktif

Manajemen sumber daya manusia dapat meningkatkan kontribusinya kepada karyawan, manajer dan organisasi melalui antisipasinya terhadap masalah-masalah yang timbul.


(17)

Perencanaan Sumber Daya Manusia

Perencanaan sumber daya manusia adalah proses mengantisipasi dan membuat ketentuan (persyaratan) untuk mengatur arus gerakan tenaga kerja kedalam dan keluar organisasi yang bertujuan untuk mempergunakan SDM seefektif mungkin dan agar memiliki pekerja yang memenuhi persyaratan/kualifikasi dan mengisi posisi yang mengalami kekosongan.

Menurut Torrington dan Tan Chwee Huat (2002), Perencanaan sumber daya manusia merupakan kegiatan khusus yang berkaitan dengan penentuan kebutuhan sumber daya manusia perusahaan, baik kebutuhan jangka pendek maupun kebutuhan jangka panjang. Dalam bentuk yang lebih operasional adalah kegiatan yang berkaitan dengan memprediksi atau memperkirakan seberapa banyak orang atau pegawai yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas, baik jumlahnya maupun jenisnya, berapa yang akan tersedia, dan apa yang dilakukan untuk memastikan bahwa penawaran sama dengan permintaan pada waktu yang bersamaan.

Menurut William B. Wether dan Keith David dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia karangan Efendi (2002), perencanaan sumber daya manusia merupakan proses yang sistematis untuk meramalkan kebutuhan pegawai (demand) dan ketersediaan (supply) pada masa yang akan datang, baik jumlah maupun jenisnya, sehingga departemen sumber daya manusia dapat merencanakan pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan aktivitas yang lain dengan lebih baik.


(18)

Berdasarkan kedua definisi diatas dapat dikatakan bahwa perencanaan sumber daya manusia merupakan proses penentuan kebutuhan pegawai pada masa yang akan datang berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi dan persediaan tenaga kerja yang ada.

Manfaat dari perencanaan sumber daya manusia adalah: 1. memperbaiki pemanfaatan sumber daya manusia.

2. menyesuaikan aktifitas sumber daya manusia dan kebutuhan dimasa depan secara efisien.

3. meningkatkan efisiensi dalam menarik pegawai baru.

4. melengkapi informasi sumbar daya manusia yang dapat membantu kegiatan sumber daya manusia dan unit organisasi lain. (Marihot Tua Efendi, 2002)

2.3 Konsep Pengukuran Waktu Kerja (Work Measurement)

Tujuan dari work measurement adalah untuk menentukan waktu baku yang seharusnya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga waktu baku tersebut dibutuhkan dalam suatu unit organisasi. Maka waktu baku dapat digunakan untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan itu harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta berapa pula jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Selain itu waktu baku juga digunakan untuk menentukan upah ataupun insentife yang harus


(19)

di bayar sesuai dengan performance yang ditujukan oleh pekerja tersebut. Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya, prioritas dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. (National Institutes of Health, 2001)

Wignjosoebroto (1995), mendefinisikan work measurement (pengukuran waktu kerja) sebagai usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan pekerjaan. Secara singkat pengukuran waktu kerja adalah metode penerapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku ini digunakan untuk :

1. Man power planning (Perencanaan Kebutuhan Karyawan) 2. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan

3. Penjualan produk dan penganggaran

4. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja yang berprestasi

5. Indikasi keluaran (Output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja Ada dua teknik pengukuran kerja dari work measurement yaitu : pengukuran kerja secara langsung dan pengukuran kerja secara tidak langsung. Pengukuran kerja secara langsung merupakan pengukuran yang dilaksanakan secara langsung pada tempat dimana pekerja diukur. Ada dua cara pengukuran kerja secara langsung, yaitu : Menggunakan Jam Henti (Stop WatchTime Study) dan sampling kerja (Work Sampling). Sebaliknya pengukuran kerja secara tidak langsung adalah perhitungan waktu kerja dimana pengamatan tidak berada


(20)

ditempat pekerjaan diukur. Aktivitas pengukuran dilakukan melalui perhitungan waktu kerja melalui tabel-tabel waktu yang tersedia tetapi harus mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Cara ini dilakukan dalam aktivitas dari waktu baku (Standart Detik) dan data waktu gerakan (predermined Time System).

Kegiatan dari Work Measurement adalah : 1. Menentukan insetif gaji

2. Menentukan jadwal kerja yang efektif dan dapat berjalan dengan baik 3. Menjadi salah satu input bagi penentuan anggaran biaya

4. Menjadi salah satu input untuk melakukan estimasi harga produk 5. Untuk melakukan kontrol terhadap biaya tenaga kerja

6. Mengetahui efektivitas mesin

7. Dasar pembentukan keseimbangan aktivitas pada tiap work station 8. Sebagai studi mengenai down time

9. Sebagai studi dalam masalah produk

2.4 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study)

Pengukuran waktu kerja dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini dengan sendirinya akan berkaitan erat dengan usaha menetapkan waktu baku (standar time ). Secara historis dijumpai dua macam pendekatan


(21)

didalam menentukan waktu ini, aitu pendekatan dari bawah keatas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down).

Pengukuran waktu kerja dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study)

diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Aktivitas pengukuran waktu kerja degan jam henti umumnya diaplikasikan pada industri manufakturing yang memiliki karateristik kerja yang berulang-ulang, terspesifikasi jelas dan menghasilkan output yang relative sama. Meskipun demikian aktivitas ini biasanya pula diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan non manufakturing seperti yang biasa dijumpai dalam aktivitas kantor gudang atau jasa pelayanan lainnya asalkan kriteria-kriteria dibawah ini biasanya terpenuhi, yaitu :

1. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform

2. Isi / macam pekerjaan itu harus homogen

3. Hasil kerja (Output) harus dapat dihitungkan secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang langsung 4. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya

sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya

Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas Stop Witch Time Study dapat dilaksanakan untuk berbagai macam / jenis pekerjaan baik yang bisa diklasifikasikan sebagai manufakturing job / service job. Aktivitas pengukuran waktu kerja sendiri tidak mungkin bisa dilaksanakan apabila dijumpai pekerjaan-pekerjaan yang tidak memperdulikan volume atau jumlah output yang ingin dihasilkan atau pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan output yang tidak


(22)

mungkin untuk di standarkan seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat creative works (hasil seni,research,dll).

2.5 Langkah-langkah Pengukuran Waktu kerja

Adapun langkah-langkah yang dikerjakan selama pengukuran waktu kerja berlangsung, antara lain :

1. Pengukuran Pendahuluan

Pengukuran pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali pengukuran dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang didapat dari hasil perhitungan waktu pengamatan. Biasanya pengukuran waktu dilakukan sebanyak 25 kali pengukuran.

2. Uji Keseragaman Data

Proses analisa keseragaman data ini dilakukan dengan menggunakan kontrol yang diperoleh dari pengamatan. Data-data yang didapat dari pengamatan kemudian dikelompokkan kedalam beberapa sub grup dan diselidiki apakah rata-rata sub grup tersebut berada dalam batas kontrol.


(23)

Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut A. Mengelompokkan data kedalam subgrup-subgrup yang sama besar

secara berturut-turut.

Tabel 2.1 Pengolahan Data Sub Grup Waktu Pengamatan Rata-rata Sub Grup Jumlah

X

n if Jumlah Sub Grup 1 2 L 11

x

,

x

12,…,

x

Ln

21

x

,

x

22,…,

x

Ln

n

x

1 ,

x

L2,…,

x

Ln

X

1n

X

2n

X

Ln

x

12n

x

22n

x

Ln2

x

1n

x

2n

X

Ln

Jumlah

  L n j i ij

X

1 1

X

ij

L n j i 2 1 1

 

X

ij

L n j i

  1 1 Keterangan : ij

x

= Waktu pengamatan berturut – turut (I = 1,2,3,…,n ; j = 1,2,3,…,n) N = Jumlah per sub grup

L = Ukuran sub grup


(24)

b. Mengetahui harga rata – rata dari rata – rata sub grup

x

=

k

x

ij

Dimana :

x

adalah harga rata – rata sub grup ke-1 k adalah harga banyaknya sub yang terbentuk c. Mengetahui standart deviasi dari waktu pengamatan

1

2

n

x

ij

ij

x

Dimana : n = jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan X adalah waktu penyelesaian yang teramati Selama pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan

d. Menghitung standart deviasi sebenarnya dari waktu pengamatan

x

=

n

Dimana :

x = Penyimpanan standart dari distributor rata-rata

= Penyimpanan standart dari populasi elemen kerja yang ada


(25)

e. Menghitung derajat ketelitian tiap operator (degree of accurancy)

S =

x

x

100%

x

= Penyimpanan standart dari distributor rata-rata

x adalah harga rata – rata sub grup

f Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah

(BKB)

BKA =

x

+

k

x

BKB =

x

k

x

x adalah harga rata – rata sub grup

x

k

= Penyimpanan standart dari distributor rata-rata g. Analisa Keseragaman Data

Data yang dihasilkan dapat dikatakan seragam jika rata – rata dari sub berada dalam batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Setelah data terkumpul, maka diteruskan dengan mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrime. Yang dimaksud ekstrime adalah data yang terlalu besar atau yang terlalu kecil dan menyimpang dari harga- harga yang disebabkan hal-hal tertentu. Data yang ekstrime ini dikeluarkan dari perhitungan berikut .


(26)

3. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dapat dilakukan setelah seluruh data dari hasil pengukuran telah seragam. Uji kecukupan data dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

N’ =

 

2 2 2

x

x

x

if if if

N

s

k

Dimana :

N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang seharunya dilakukan s = Tingkat ketelitian

K = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan/tingkat kepercayaan

 Untuk tingkat keyakinan 0 - 68% harga k adalah 1

 Untuk tingkat keyakinan 69 - 95% harga k adalah 2

 Untuk tingkat keyakinan 96 - 99% harga k adalah 3 Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu :

a. Apabila N’ ≤ N ( jumlah pengamatan teoritas lebih kecil atau sama dengan pengamatan yang sebenarnya dilakukan ), maka data tersebut dinyatakan telah mencukupi untuk tingkat keyakinan dan derajat ketelitian yang diinginkan tersebut, sehingga data tersebut dapat diolah untuk mencari waktu baku.

b. Tetapi jika sebaiknya, dimana N’ > N (jumlah pengamatan teoritas lebih besar dari jumlah pengamatan yang ada), maka data tersebut dinyatakan


(27)

tidak cukup. Dan agar tersebut dapat diperoleh untuk mencari waktu baku, maka data pengamatan harus ditambah lagi sampai lebih besar dari jumlah data pengamatan teoritas.

(Sutalaksana,Dkk, 1979)

2.5.1 Penetapan Waktu Baku

Waktu baku adalah waktu yang diperoleh seorang operator yang berkualitas baik untuk menyelesaikan pekerjaannya, dimana sudah terdapat pengaruh dari kelonggaran. (Wignjosoebroto, 1995)

Waktu Baku = Waktu Normal x

Dimana : Wb = Waktu Baku / Waktu Standart Wn = Waktu Normal

2.5.2 Perhitungan Output Standart

Perhitungan output stardart merupakan langkah berikutnya setelah dilakukan pengukuran waktu kerja dan dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data.Menurut (sutalaksana, 1979) untuk mendapatkan output standart dapat ditempuh langkah – langkah sebagai berikut :

100%


(28)

a. Mengetahui waktu siklus rata – rata untuk tiap elemen kegiatan (Ws)

Ws =

N

X

if

ij

x

= Waktu pengamatan N = Jumlah pengamatan b. Mengetahui Waktu Normal (Wn)

Wn = Ws x p Dimana Ws = Waktu Siklus

p factor penyusuaian yang digunakan untuk menormalkan waktu pengamatan yang diperoleh.

c. Menghitung Waktu Baku (Wb) Wb = Wn x

Dimana : Wb = Waktu Baku / Waktu Standart Wn = Waktu Normal

Dimana allowance merupakan faktor kelonggaran yang dinyatakan dalam % dari waktu normal dan diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaanya disamping waktu normal.

d. Menghitung output Standart (OS)

OS =

Dimana : 1 = Waktu Satu Periode Os = Output Standart

100%

100% - % allowance

1


(29)

2.6 Faktor Penyesuaian (Performance Rating)

Tidak semua orang mempunyai kecepatan yang sama dalam melakukan pekerjaan karena berbagai faktor. Lambat atau cepat seseorang bekerja dapat disengaja atau tidak disengaja. Kondisi ini yang biasa orang bekerja tidak wajar. Menurut Sutalaksana dkk, 1989, ketidakwajaran tersebut karena bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat karena seolah-olah diburu waktu, atau menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruanan yang buruk

Dalam melakukan penyesuaiaan (Performance Rating) berusaha menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja karyawan pada saat diamati akibat kecepatan kerja karyawan, tingkat keterampilan, lingkungan dan lain-lain yang berubah-ubah. Faktor penyesuaian dianalisis berdasarkan pengamatan sebelum penelitian berlangsung dan bersifat subyektif tergantung pada penelitian, tetapi paling tidak diusahakan untuk mendekati kenyataan.

Dengan melakukan performance rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa “dinormalkan” kembali. Ketidak normalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana semestinya.

Biasanya penyesuaian dilakukan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Dalam waktu yang tidak terlampau lama kita dapat menyatakan, misalnya orang tersebut kerjanya lambat atau sangat cepat. Ini tidak lain berarti kita telah membandingkan


(30)

sesuatu dengan sesuatu yang lain yang wajar, walaupun tidak selalu mudah untuk dinyatakan.

Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, maka hal ini dilakukan dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan mengalikan waktu pengamatan rata-rata dengan faktor penyesuaian (p). Guna melaksanakan pekerjaan secara normal maka dianggap operator tersebut cukup berpengalaman pada saat bekerja melaksanakannya tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya.

Sehubungan dengan faktor penyesuaian dikembangkanlah dengan cara untuk mendapatkan harga p termasuk cara-cara yang berusaha se-obyektif mungkin. Diantaranya yaitu :

a. Cara pertama adalah cara persentase merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian.

b. Cara Shumard memberikan patokan-patokan penelitian melalui kelas performansi kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri.


(31)

Tabel 2.2. Faktor Penyesuaian Menurut Shumard

Kelas Penyesuaian

Superfast 100

Fair+ 95

Fair 90

Fair - 85

Excellent 80

Good + 75

Good 70

Good - 65

Normal 60

Fair + 55

Fair 50

Fair - 45

Poor 40

(Sutalaksana, Dkk, 1979).

c. Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan, Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi. Dengan pembagian 4 faktor ini pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja dilihat dari berbagai segi. Karenanya faktor penyesuaian yang nantinya diperoleh dapat lebih obyektif.


(32)

Tabel 2.3. Faktor Penyesuaian Menurut Westinghouse.

Faktor Kelas Lambang Penyususan

Superskill A1 + 0,15

A2 + 0,13

Excellent B1 + 0,11

B2 + 0,08

Good C1 + 0,06

C2 + 0,03

Average D 0,00

Fair E1 - 0,05

E2 - 0,10

Poor F1 - 0,16

Ketrampilan

F2 - 0,22

Excessive A1 + 0,13

A2 + 0,12

Excellent B1 + 0,10

B2 + 0,08

Good C1 + 0,05

C2 + 0,02

Average D 0,00

Fair E1 - 0,04

E2 - 0,08

Poor F1 - 0,12

Usaha

F2 - 0,17

Ideal A + 0,06

Excellent B + 0,04

Good C + 0,02

Average D 0,00

Fair E - 0,03

Kondisi Kerja

Poor F - 0,07

Perfect A + 0,04

Excellent B + 0,03

Good C + 0,01

Average D 0,00

Fair E - 0,02

Konsistensi

Poor F - 0,04

Sutalaksana, Dkk(1979) Cara pemberian nilai

Cara pemberian nilai setiap karyawan yaitu nilai performance kerja seseorang karyawan dibagi dengan nilai performance seorang karyawan


(33)

yang dipandang bekerja normal. Apabila faktor penyesuian (p) > 1 maka karyawan bekerja cepat, faktor penyesuaian (p) = 1 maka karyawan bekerja normal, dan faktor penyesuaian (p) < 1 maka karyawan bekerja lambat.

d. Cara obyektif memperhatikan dua faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerja. Kecepatan kerja adalah dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Disini pengukur harus melakukan penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja yang ditujukan oleh operator. Untuk kesulitan kerja menunjukan berbagi keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut memerlukan banyak anggota badan, apakah penggunaan tangan, dan lain-lain.

Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan cara Westing house karena cara ini dianggap lebih lengkap dibandingkan cara-cara yang telah disebutkan diatas. (Sutalaksana, Dkk, 1979).

2.7 Kelonggaran (Allowance)

Kelonggaran ini adalah waktu dimana karyawan melakukan interupsi dari proses berlangsung karena hal-hal tertentu tidak dapat dihindarkan. Waktu yang dibutuhkan dalam menginterupsi proses yang sedang berlangsung ini dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Kelonggaran untuk membutuhkan pribadi (Personal Allowance)

Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum sekedar menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, sholat, Bercakap-cakap dengan teman


(34)

kerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun dalam bekerja. Kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak, misalnya : seseorang diharuskan terus bekerja dengan rasa haus atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologis dan fisologis yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun. 2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (Fatique Allowance)

3. Rasa lelah atau fatique tercermin antara lain dari menurunnya produktivitas, salah satu ciri-cirinya adalah sering terlambat datang, kurang serius dalam melaksanakan tugasnya, dll.

4. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan

Dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat terhindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerjaan untuk mengendalikannya, antara lain :

a. Menerima/meminta petunjuk kepada kepala bagian b. Menunggu akibat komputer tidak dapat dioperasikan c. Mengganti tinta printer yang sudah habis


(35)

2.8 Work Load analysis (WLA)

Menurut Moekijat (1985) definisi dari Work Load Analysis adalah prosedur yang memberikan atau menghasilkan alat-alat pengukur tenaga kerja standart-standart penyusunan tenaga kerja yang menunjukkan jumlah-jumlah yang dipekerjakan untuk masing-masing jabatan. Lebih lanjut dikatakan bahwa analisis beban kerja ini dapat digunakan sebagai alat menentukan atau meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang sebenarnya dibutuhkan sehingga tidak terjadi kesengajaan jumlah.

Beban kerja (Menurut Sutalaksana,1979) dapat dihitung sebagai berikut : - Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan per unit :

- Waktu Normal : { } x P

- Waktu Baku: { } x P x (1+ L)

- Beban Kerja =

=

= % produktif x P (1+L)

%prod X ∑menit_ pengamatan Y

Wb x ∑ output

∑ menit_ pengamatan

(%produktif X ∑menit_pengamtan)p(1+L)+Y Yx∑ menit_ pengamatan

%prod X ∑menit_ pengamatan Y

%prod X ∑menit_ pengamatan Y


(36)

Dimana : p = performance

L = Allowence

Y = Jumlah menit pengamatan

Menurut National institutes of Health (2001) Work Load Analysis

merupakan gambaran deskriptif dari kebutuhan beban kerja yang dibutuhkan dalam suatu unit organisasi. Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya, prioritas dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja.

Kegunaan dari Work Load Analysis adalah :

- Alat Manajemen dalam mengambil keputusan.

- Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuhkan pengalokasian tenaga ahli, penempatan staf pada posisi yang mendesak. - Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial

untuk meningkatkan efisien dan efektifitas.

- Menyediakan data pendukung dalam meningkatkan dana progam-progam sosial, ekonomi dan penelitian.

- Memfasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan produk hasil.

- Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas yang berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat ini dan mendatang.


(37)

- Menyediakan data untuk mengkorelasikan beban kerja dengan kebutuhan personal dengan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih

komprehensif.

- Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau ketidak seimbangan beban kerja.

- Membantu dalam penyusunan kebutuhan pelatihan untuk karyawan.

- Menyediakan data sumber daya manusia ketika organisasi mengalami perubahan.

- Merancang disiplin ilmu apa yang dibutuhkan oleh pekerja dimasa yang akan datang.

- Membantu pengembangan dan evaluasi dari pengukuran performasi.

- Menyediakan data pendukung dalam keputusan alokasi sumber daya.

- Menghasilkan data base dari proses kerja untuk referensi pada masa yang akan datang.

Work Load Analysis terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah menentukan jumlah aktivitas kerja yang dibutuhkan dan hal yang akan diselesaikan pada satu tahun yang mendatang pada setiap unit organisasi. Setiap aktifitas kerja, unit pengukuran, sumber data yang digunakan dan pertimbangan lainnya harus jelas, konsisten dan akurat. Bagian kedua adalah menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktifias-aktifitas kerja berdasarkan disiplinnya. Setiap hasil kerja, sebuah analisa waktu harus dilakukan. Analisa waktu terdiri atas dokumen waktu yang dibututuhkan oleh jabatan yang berbeda untuk menyelesaikan tugasnya.


(38)

2.9 Proses produksi dan Cara kerja Separator

Pengertian Separator secara umum adalah suatu alat pemecah fraksi,yang biasanya digunakan dalam bidang MIGAS untuk memisahkan minyak dari lumpur, gas, dan air

Proses produksi produk separator terdiri dari empat proses, yaitu sebagai berikut:

1. Cutting Process

Plat-plat yang telah melalui proses inspeksi,dipisah-pisahkan sesuai dengan ukurannya.Kemudian dipotong dengan alat agar dapat menghasilkan bentuk yang dinginkan

2. Wellding Process

setelah plat melewatiproses pemotongan dilakukan pengelasan pada plat yang dipotong tadi agar menjadi suatu bagian dari separator.Proses pengelasan ini dilakukan oleh orang-orang yang telah ahli dalam bidang pengelasan dan mempunyai sertifikat pengelasan

3. Assembly

Setelah plat tersebut dilas dan menjadi suatu bagian dari separator, bagian-bagian tersebut ditransfer ke bagian-bagian perakitan.Dimana di bagian-bagian perakitan tersebut sebelum dirakit bagian-bagian tersebut akan melalui proses pengecekan kualitas hasil pengelasan sebelumnya,apabila bagian-bagian tersebut tidak terdapat kecacatan maka bagian-bagian tersebut langsung dirakit menjadi separator utuh.


(39)

4. Finishing

Setelah menjadi separator utuh,disini separator akan di tes secara menyeluruh atau secara overall.kemudian separator akan melalui proses sunblasting yang bertujuan untuk membersihkan bekas pengelasan yang kurang rapi dan akhirnya di cat.

Sedangkan untuk cara kerja dari separator adalah :

Gas aliran dari sumur masuk ke dalam separator dalam arah tangensial melalui masukan diverter agar pemisahan awal dapat berlangsung secara bersamaan dan efektif dalam suatu aliran. Penenangan gravitasi, gaya sentrifugal, dan benturan pada saat fluida masuk yang diperbesar dengan shell separatorterdapatdalam bentuk lapisan tipis.

Gas dari seksi pemisahan awal mengalir ke bagian atas dan pada saat yang sama cairan yang ada jatuh kebawah masuk kedalam seksi pengumpulan cairan condensate. Penghalang berbentuk kerucut adalah alat bantu atau kelengkapan seperti pemisah antara bagian pengumpulan cairan dengan bagian pemisah awal untuk menjamin agar permukaan cairan menjadi tenang selama proses pemisahan selanjutnya. Pengendalian permukaan cairan dan membiarkan gas terlarut dalam cairan. Sejumlah kecil cairan jatuh kembali ketika dengan terbawa gas yang mengalir keatas dan bergerak masuk ke penghalang sentrifugal yang diletakkan diatas dekat dengan Top vessel.

Pada akhirnya, sebuah mist extractor menangkap gas yanag naik ke atas melewati butiran cairan dalam jumlah yang sedikit. Bagian cairan akan terkumpul dalam satu penampungan sampai menjadi berat untuk kemudian jatuh lagi kedalam bak penampungan cairan.


(40)

2.10 Penelitian Terdahulu

Berikut ini merupakan penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini

Fatmah ( 2007 ) dengan judul evaluasi efisiensi kerja dan jumlah pegawai negeri sipil bagian tata usaha instansi badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) perwakilan jawa timur dengan

pendekatan metode work load analysis.Dengan tujuan penelitian

Mengetahui tingkat efisiensi kerja tiap Pegawai Negeri Sipil bagian Tata Usaha berdasarkan beban kerjanya di BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pengembangan) Perwakilan Jawa Timur dan menentukan jumlah tiap Pegawai Negeri Sipil bagian Tata Usaha yang optimal di BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pengembangan) Perwakilan Jawa Timur

BPKP sebagai instansi pemerintahan perlu meningkatkan kualitas kinerja pegawai negeri sipil dengan jabatan stuktural. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pegawai negeri sipil dengan jabatan stuktural adalah keseimbangan beban kerja yang diberikan kepada pegawai tersebut. pegawai negeri sipil dengan jabatan stuktural yang berlebihan beban kerja akan cenderung lebih cepat bosan dan lelah dalam menjalankan tugasnya, sehingga cenderung tidak produktif. Produktif atau tidak produktif seorang pegawai tergantung dengan beban kerjanya untuk itu pihak instansi pemerintahan harus memperhatikan beban kerja yang akan diberikan kepada pegawai negeri sipil dengan jabatan stuktural agar tercapai produktivitas pegawai negeri sipil dengan jabatan stuktural yang optimum. Melihat efisiensi merupakan hal yang


(41)

sangat penting maka dilakukan pengembangan berbagai metode untuk menunjang peningkatan efisiensi. Oleh karena itu instansi BPKP menggunakan metode Work Load Analysis (WLA).

Alternatif 1

Total pegawai seluruhnya sebanyak 14 orang pegawai, yang terdiri dari : 5 orang Pimpinan TU, 2 orang Staff Bagian Kepegawaian, 2 orang Staff Bagian Keuangan, 2 orang Staff Bagian P&P, dan 3 orang Staff Bagian Umum.

Alternatif 2

Total pegawai seluruhnya sebanyak 14 orang pegawai, yang terdiri dari : 5 orang Pimpinan TU, 3 orang Staff Bagian Kepegawaian, 1 orang Staff Bagian Keuangan, 2 orang Staff Bagian P&P, dan 3 orang Staff Bagian Umum.

Alternatif 3

Total pegawai seluruhnya sebanyak 15 orang pegawai, yang terdiri dari : 5 orang Pimpinan TU, 3 orang Staff Bagian Kepegawaian, 2 orang Staff Bagian Keuangan, 2 orang Staff Bagian P&P, dan 3 orang Staff Bagian Umum.

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan terhadap 18 orang Pegawai Negeri Sipil Bagian Tata Usaha Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Jawa Timur, yang dibagi kedalam 5 bagian dapat diketahui besarnya tingkat efisiensi masing-masing bagian, sebagai berikut :


(42)

a. Pada bagian Pimpinan Tata Usaha, mempunyai rata-rata tingkat efisiensinya sebesar 111.26%, sehingga dapat dikatakan mempunyai efisien tinggi dan tidak perlu dilakukan pengurangan jumlah pegawai. b. Pada Staff Bagian Kepegawaian, mempunyai rata-rata tingkat efiensi

sebesar 88.74% sehingga dikatakan kurang efisien. Setelah dilakukan penelitian, rata-rata tingkat efisiensi dapat dinaikkan sampai 133.12% dengan penambahan tugas masing-masing pegawai.

c. Pada Staff Bagian Keuangan, mempunyai rata-rata tingkat efisiensi sebesar 96.58% sehingga dikatakan kurang efisien. Setelah dilakukan penelitian, rata-rata tingkat efisiensi dapat dinaikkan sampai 97.98% dengan penambahan tugas masing-masing pegawai.

d. Pada Staff Bagian P&P, mempunyai rata-rata tingkat efisiensi sebesar 93.96%. Setelah dilakukan penelitian, rata-rata tingkat efisiensi dapat dinaikkan sampai 140.90 % dengan penambahan tugas masing-masing pegawai.

e. Pada Staff Bagian Umum, mempunyai rata-rata tingkat efiensi sebesar 72.56%. Setelah dilakukan penelitian, rata-rata tingkat efisiensi dapat dinaikkan sampai 90.69%-120.93% dengan penambahan tugas masing-masing pegawai.

Setelah diketahui besarnya beban kerja masing-masing bagian dapat ditentukan jumlah karyawan yang optimal pada masing-masing bagian, antara lain :


(43)

a. Pada Pimpinan Tata Usaha, jumlah pegawai pada kondisi awal sebanyak 5 orang, setelah dilakukan penelitian tidak perlu adanya pengurangan jumlah pegawai.

b. Pada Staff Bagian Kepegawaian, jumlah pegawai pada kondisi awal sebanyak 3 orang, setelah dilakukan penelitian maka pegawai yang diusulkan sebanyak 2 orang.

c. Pada Staff Bagian Keuangan, jumlah pegawai pada kondisi awal sebanyak 2 orang, setelah dilakukan penelitian maka pegawai yang diusulkan sebanyak 1 orang.

d. Pada Staff Bagian P&P, jumlah pegawai pada kondisi awal sebanyak 3 orang, setelah dilakukan penelitian maka pegawai yang diusulkan sebanyak 2 orang.

e. Pada Staff Bagian Umum, jumlah pegawai pada kondisi awal sebanyak 5 orang, setelah dilakukan penelitian maka pegawai yang diusulkan sebanyak 3-4 orang.

Total keseluruhan pegawai pada kondisi awal setelah dilakukan penelitian sebanyak 14-17 orang dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan total keseluruhan pegawai sebanyak 18 orang dengan tingkat efisiensi yang rendah.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Laser Jaya Sakti yang terletak di Gempol Pasuruan. Pencarian data diambil pada bagian karyawan proses produksi separator. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 sampai data telah tercukupi.

3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel merupakan segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang terukur. Selain itu variable juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau merupakan faktor-faktor yang berperan dalam gejala atau peristiwa yang akan diteliti. Pada penelitian ini,variabel yang diteliti terdiri dari dua macam,yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini :

a. Waktu Produktif

Waktu produktif adalah waktu yang secara riil digunakan oleh setiap pekerja untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjan.


(45)

b. Beban kerja tiap karyawan,

yang dimaksud beban kerja dalam penelitian ini adalah menentukan/meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang sebenarnya dibutuhkan. Beban kerja dapat dihitung dengan mengalihkan besarnya protensi produktif, jumlah menit pengamatan, allowence dan performance ratting kemudian dibagi dengan jumlah menit pengamatan

c. Jumlah karyawan

Yang dimaksud dengan jumlah karyawan adalah banyaknya jumlah karyawan yang tersedia di bagian produksi separator

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat efisiensi kerja,

yang dimaksud dengan tingkat efisiensi kerja dalam penelitian ini adalah efisiensi dalam bidang sumber daya manusia berkaitan dengan aktifitas kerja dan waktu yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder.Dimana :

Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari sumber pertama dengan melakukan wawancara dan pengamatan (observasi) langsung di perusahaan


(46)

Sedangkan data sekunder adalah , yaitu data yang berisikan informasi dan teori – teori yang digunakan untuk mendukung penelitian. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen – dokumen dan laporan – laporan tertulis perusahaan, literatur – literatur yang ada di perusahaan dan bagian bahan – bahan atau tulisan – tulisan lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

3.4. Metode Pengolahan Data

Melakukan pengumpulan data mengenai aktivitas/elemen kerja Produksi, yaitu sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi karyawan produksi b. Menentukan Waktu Pengamatan, yaitu :

1. Penetapan interval pengamatan, yaitu jam 07.00-16.00, dikurangi jam istirahat 1 jam

2. Penetapan interval pengamatan terpendek, yaitu 5 menit.

3. Jumlah sampel pengamatan ditetapkan 35 % dari total pengamatan

Jumlah maximum pengamatan/hari =

Interval JamKerja

=

5 480

= 96 kali.

Dan 35 % dari 96 kali adalah 33,6 ≈ 34 kali. Pengamatan dilakukan selama 30 hari kerja dengan 34 kali pengamatan/hari secara random. Jadi ada 1020 kali pengamatan.

4. Bilangan random (angka tertinggi bilangan pengamatan).

5. Jam kunjungan = Jam kunjungan awal + (bilangan random X interval).


(47)

c. Menentukan Besarnya Beban Kerja Bagian Produksi.

d. Menentukan Jumlah karyawan yang Optimal pada bagian Produksi.

Setelah dilakukan pengumpulan data mengenai aktivitas/elemen kerja Produksi, langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Teknik analisa data atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data-data yang berpengaruh terhadap efisiensi kerja produksi, yaitu sebagai berikut.

1. Uji Keseragaman Data :

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat telah seragam dan tidak melebihi dari batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) yang telah ditentukan. Data dikatakan seragam jika berasal dari sistem sebab yang sama, dan bila berada diantara kedua batas kontrol, sedangkan data dikatakan tidak seragam jika berasal dari sistem sebab yang berbeda, dan bila berada diluar batas kontrol. Bila dari keseragaman data terdapat data yang tidak seragam maka data tersebut dibuang.

Rumus-rumus untuk menentukan batas–batas kontrol yaitu :

n

P

P

P

BKA

3

(

1

)

n

P

P

P


(48)

Dimana P adalah :

dengan pi adalah persentase produktif dihari ke-i dan k adalah jumlah hari pengamatan.

dengan ni adalah jumlah pengamatan yang dilakukan dihari ke-i.

2. Uji Kecukupan Data :

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam sampling pekerjaan. Untuk mendapatkan jumlah sampel pengamatan yang harus dilaksanakan dapat dicari berdasarkan rumus :

Dimana : N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja N = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan untuk sampling kerja s = Koefisien Tingkat Ketelitian

P = Presentase terjadinya kejadian yang diamati

k = Harga indeks yang besarnya tergantung dari tingkat kepercayaan yang diambil, yaitu :

- Untuk Tingkat Kepercayaan 68 % , k = 1 - Untuk Tingkat Kepercayaan 95 %, k = 2

- Untuk Tingkat Kepercayaan 99 %, k = 3

k

Pi

n

k

pi

P

P

s

P

k

N

2

2

)

1

(

'


(49)

Dimana penentuan kecukupan data, yaitu sebagai berikut :

a. Jika N = N’ maka Jumlah Pengamatan yang dilakukan dinyatakan cukup b. Jika N < N’ maka Jumlah Pengamatan yang dilakukan dinyatakan tidak

cukup.

3. Metode Work Load Analysis (WLA)

Metode Work Load Analysis (WLA) dilakukan untuk mengetahui tingkat beban kerja berdasarkan total prosentase beban kerja dari job yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dan dapat menentukan jumlah karyawan yang sebenarnya untuk dipekerjakan dalam bagian produksi langkah – langkahnya sebagai berikut :

Dimana beban kerja dapat diperoleh dari :

a. Mengetahui struktur organisasi dan job description tiap karyawan

b. Menentukan aktivitas dan waktu penyelesaian aktivitas tiap karyawan. Aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan pada job description yang dilakukan oleh aktivitas terkait.

c. Melakukan pengamatan untuk menghitung besarnya prosentase produktif dan non produktif.

d. Menentukan jumlah menit pengamatan

e. Penentuan Allowance dan Performance Rating.

f. Perhitungan besarnya beban kerja dengan menggunakan rumus di bawah ini :

Beban Kerja = ( % Produktif x Performance Rating )x( 1 + Allowance )xTotal Menit Pengamatan Total Menit Pengamatan


(50)

Beban Kerja = ( % Produktif x ∑ menit pengamatan ) x P x ( 1 + L ) x Y Y x ∑ menit pengamatan

= % produktif x P (1+L)

g. Penentuan jumlah pegawai yang optimal tiap posisi, diperoleh dengan pembulatan keatas dari hasil perhitungan besarnya beban kerja.

h. Melakukan perbandingan jumlah pegawai awal dan jumlah pegawai rekomendasi.


(51)

3.5. Langkah Pemecahan Masalah

Mulai

Studi Kepustakaan Studi Lapangan

Rumusan masalah

Tujuan penelitian

Identifikasi Variabel

Mengukur jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas

Uji keseragaman data

Apakah Data seragam?

ya

A Buang data

diluar kontrol

tidak

Pengumpulan Data : 1. Data waktu produktif 2. Beban kerja tiap karyawan 3. Jumlah karyawan

N’ = N+n


(52)

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan masalah

Uji kecukupan data

Apakah Data cukup? N’ ≤ N

Pengukuran beban kerja

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan&Saran

Selesai

ya

Penentuan allowance dan performance rating

tidak

A B


(53)

Secara umum langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Mulai

Persiapan atau langkah suatu penelitian yang meliputi : - Mencari dan menetapkan topik

- Orientasi penelitian 2. Studi Lapangan

Studi lapangan sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena pada tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi nyata obyek yang diteliti serta untuk merencanakan dan memilih lokasi penelitian yang nantinya akan diperbaiki dengan metode yang sesuai.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan tahapan penelusuran referensi, dapat bersumber dari buku, jurnal, maupun penelitian yang telah ada sebelumnya. Berguna untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Dari studi kepustakaan akan diperoleh landasan teori serta acuan-acuan yang akan digunakan dalam penelitian ini.

4. Rumusan Masalah

Menentukan masalah yang terjadi di lapangan dan dibandingkan dengan literatur yang ada sehingga didapatkan suatu perumusan masalah dan solusi hasil yang sesuai dengan masalah tersebut.


(54)

5. Penetapan Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan penelitian dimaksud untuk mengetahui tujuan suatu penelitian.

6. Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel digunakan untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang digunakan, tentunya disesuaikan dengan kondisi di PT. Laser Jaya Sakti Gempol.

Setelah dilakukan identifikasi variabel kemudian dilakukan pengukuran jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas.

7. Pengumpulan Data

Setelah menetapkan tujuan penelitian, maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data yang berkaitan dengan pemecahan masalah tersebut meliputi sample penelitian dan elemen kerja.

8. Pengukuran Jumlah Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktifitas Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur jumlah waktu yang dibutuhkan oleh karyawan bagian Produksi untuk menyelesaikan pekerjaannya, yaitu dalam total menit pengamatan.

9. Uji Keseragaman Data

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dapat telah seragam atau tidak melebihi dari batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) yang telah ditentukan. Data dikatakan seragam bila jika berasal dari sistem sebab yang sama, bila berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak seragam jika berasal dari sistem sebab yang berbeda, bila berada diluar


(55)

batas kontrol. Bila dari keseragaman data terdapat data yang tidak seragam maka data tersebut dibuang.

10.Uji Kecukupan Data

Pengujian ini untuk mengetahui apakah data pengamatan yang didapatkan telah mampu mewakili populasi yang ada. Bila dari kecukupan data belum terpenuhi maka perlu dilakukan sampling pekerjaan tambahan sesuai dengan jumlah pengamatan yang dibutuhkan. Dalam menguji apakah data yang diamati mencukupi/tidak maka kita dapat mengujinya dengan rumus

Bernoulli.

11.Penentuan Allowance dan Performance Rating

Dilakukan untuk menentukan kelonggaran (Allowance) yaitu waktu dimana karyawan melakukan interupsi dari proses yang berlangsung karena hal-hal tertentu yang tidak dapat dihindarkan, meliputi : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (Personal Allowance), Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (Fatique Allowance), Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan. Sedangkan faktor penyesuaian (Performance Rating) yang berusaha menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja karyawan pada saat diamati akibat kecepatan kerja karyawan, tingkat keterampilan, lingkungan dan lain-lain yang berubah-ubah.

12.Penentuan Tingkat Beban Kerja

Dilakukan untuk menentukan tingkat beban kerja dari karyawan bagian Produksi berdasarkan total persentase beban kerja dariyang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaan.


(56)

13.Penentuan Jumlah Karyawan Yang Optimal

Dilakukan untuk menentukan jumlah karyawan yang optimal untuk dipekerjakan dalam PT. Laser Jaya Sakti Gempol.

Apabila karyawan bagian Produksi yang bekerja melebihi dari jumlah yang seharusnya maka PT. Laser Jaya Sakti Gempol memberikan kebijakan mengalokasikan karyawan ke bagian yang lain atau memberikan pelatihan kerja karyawan bagianProduksi yang memiliki beban kerja dan efisiensi kerja yang rendah.

14.Hasil Dan Pembahasan

Dengan adanya informasi dari hasil pengukuran beban kerja karyawan bagian Produksi berdasarkan beban kerjanya maka PT. Laser Jaya Sakti Gempol telah dapat informasi mengenai beban kerja karyawan bagian Produksi tersebut dan dapat diketahui apa yang menyebabkan kinerja karyawan tidak optimal.

15.Kesimpulan Dan Saran

Dari pengolahan data dan analisa hasil pengolahan data dapat ditarik suatu kesimpulan tentang beban kerja karyawan bagian Produksi menurut metode

Work Load Analysis (WLA) sedangkan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi kerja dari karyawan bagian Produksi diberikan saran – saran yang sekiranya dapat dilakukan oleh PT. Laser Jaya Sakti Gempol. Untuk mencapai hal tersebut.


(57)

16.Selesai

Telah selesai dilakukan penelitian pengukuran beban kerja karyawan bagian Produksi PT. Laser Jaya Sakti Gempol dengan metode Work Load Analysis


(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jumlah karyawan tiap stasiun kerja

Dalam pembuatan Separator di P.T LASER JAYA SAKTI harus melalui 4 stasiun kerja, dimana klasifikasi jumlah pembagian karyawan pada proses produksi ditiap stasiun kerja adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Jumlah Karyawan Tiap Stasiun Kerja

No Elemen Kerja Jumlah Tenaga Kerja

(orang)

1. Cutting Process 3

2. Wellding Process 3

3. Assembly 2

4 Finishing 3

Jumlah 11 orang

Sumber :PT Laser Jaya Sakti Gempol.

Sedangkan sampel pengamatan ditetapkan sebanyak 35 % dari total pengamatan. Pengamatan dirancang melalui perhitungan berikut ini :

- Penetapan interval pengamatan, yaitu jam 07.00 – 16.00, dikurangi jam istirahat 1 jam

- Penetapan interval pengamatan terpendek, yaitu 5 menit - Jadi jumlah maksimum pengamatan/hari = (8 x 60)/5 = 96 kali - 35 % dari 96 kali adalah 34 kali.

Pengamatan dilakukan selama 30 hari kerja dengan 34 kali pengamatan/hari secara random. Jadi ada 1020 kali pengamatan.


(59)

4.2 Identifikasi Elemen-elemen Kerja

Identifikasi elemen-elemen kerja digolongkan kedalam 4 bagian kelompok Bagian dimana spesifikasi elemen-elemen kerja tiap-tiap jabatan Bagian lain :

a. Cutting Process

Tabel 4.2 Elemen Kerja Proses Cutting Process

No. Elemen Kerja

1 Steel mesin Potong

2 Menyiapkan plat

3 Menata plat kedalam mesin 4 Menyalakan mesin

5 Memantau proses nya 6 Rapat

7 Melapor hasil produksi 8 Memonitor hasil produksi

Sumber :PT Laser Jaya Sakti Gempol.

b. Wellding Process

Tabel 4.3 Elemen Kerja Proses Wellding Process

No. Elemen Kerja

1 Steel mesin las 2 Cek plat

3 Proses las berjalan 4 Cek hasil pengelasan 5 Cek mesin las 6 Melaporkan hasil 7 Rapat


(60)

c. Assembly

Tabel 4.4 Elemen Kerja Proses Assembly

No. Elemen Kerja

1 Menyiapkan peralatan

2 Mengecheck hasil pengelasan 3 Melakukan perakitan 4 Pengecekan

5 Menyiapkan separator untuk masuk finishing 6 Melaporkan hasil

Sumber :PT Laser Jaya Sakti Gempol. d. Finishing

Tabel 4.5 Elemen Kerja Proses Finishing

No. Elemen Kerja

1 Tes separator overall 2 Stel mesin sunblasting

3 Melakukan proses sunblasting 4 Melakukan pengecatan 5 Pengecekan

6 Melaporkan hasil

Sumber :PT Laser Jaya Sakti Gempol.

4.3 Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Aktivitas Produktif Dan Non Produktif

Setelah melalui uji keseragaman dan uji kecukupan data ( Lampiran 6 ), maka dapat dilakukan pendataan data produktif dan data non produktif sebagai berikut


(61)

1. Cutting Process

 Operator 1

Tabel 4.6 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Operator Cutting Process

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Steel mesin Potong 99 9.70%

2 Menyiapkan plat 84 8.23%

3 Menata plat kedalam mesin 82 8.03%

4 Menyalakan mesin 82 8.03%

5 Memantau proses nya 84 8.23%

6 Rapat 71 6.96%

7 Melapor hasil produksi 84 8.23%

8 Memonitor hasil produksi 85 8.33%

9 kegiatan di luar Jobdesk 349 34.21%

Jumlah 671 65.74%

1020 100.00%

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit

- Jumlah Menit Produktif = 0.6574 x 2880 ═ 1893.31 menit

 Operator 2

Tabel 4.8 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Operator Cutting Process

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Steel mesin Potong 98 9.60%

2 Menyiapkan plat 89 8.72%

3 Menata plat kedalam mesin 87 8.52%

4 Menyalakan mesin 84 8.23%

5 Memantau proses nya 91 8.92%


(62)

7 Melapor hasil produksi 84 8.23%

8 Memonitor hasil produksi 97 9.50%

9 kegiatan di luar Jobdesk 316 30.98%

Jumlah 704 68.97%

1020 100.00%

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit

- Jumlah Menit Produktif = 0.6897 x 2880 ═ 1986.33 menit

 Operator 3

Tabel 4.9 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Operator Cutting Process

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Steel mesin Potong 96 9.41%

2 Menyiapkan plat 90 8.82%

3 Menata plat kedalam mesin 90 8.82%

4 Menyalakan mesin 84 8.23%

5 Memantau proses nya 92 9.01%

6 Rapat 75 7.35%

7 Melapor hasil produksi 81 7.94%

8 Memonitor hasil produksi 89 8.72%

9 kegiatan di luar Jobdesk 323 31.67%

Jumlah 697 68.3%


(63)

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit

- Jumlah Menit Produktif = 0.683 x 2880 ═ 1967.04 menit

2. Wellding Process

 Operator 1

Tabel 4.10 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Wellding Process

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Steel mesin las 104 10.19%

2 Cek plat 100 9.80%

3 Proses las berjalan 102 10%

4 Cek hasil pengelasan 128 12.54%

5 Cek mesin las 91 8.92%

6 Melaporkan hasil 100 9.80%

7 Rapat 69 6.76%

8 kegiatan di luar Jobdesk 326 31.96%

Jumlah 694 68.01%

1020 100.00%

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit


(64)

 Operator 2

Tabel 4.11 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Wellding Process

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Steel mesin las 101 9.90%

2 Cek plat 99 9.70%

3 Proses las berjalan 102 10%

4 Cek hasil pengelasan 125 12.25%

5 Cek mesin las 90 8.82%

6 Melaporkan hasil 99 9.70%

7 Rapat 68 6.67%

8 kegiatan di luar Jobdesk 336 32.94%

Jumlah 684 67.04%

1020 100.00%

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit

- Jumlah Menit Produktif = 0.6704 x 2880 ═ 1930.75 menit

 Operator 3

Tabel 4.12 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Wellding Process

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Steel mesin las 101 9.90%

2 Cek plat 99 9.70%

3 Proses las berjalan 102 10%

4 Cek hasil pengelasan 122 11.96%

5 Cek mesin las 90 8.82%

6 Melaporkan hasil 99 9.70%

7 Rapat 68 6.67%

8 kegiatan di luar Jobdesk 333 32.64%

Jumlah 687 66.75%


(65)

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit

- Jumlah Menit Produktif = 0.6675 x 2880 ═ 1922.4 menit

3. Assembly  Operator 1

Tabel 4.13 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Assembly

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Menyiapkan peralatan 144 14.11%

2 Mengecheck hasil pengelasan 152 14.90%

3 Melakukan perakitan 68 6.67%

4 Pengecekan 93 9.11%

5 Menyiapkan separator untuk masuk finishing 146 14.31%

6 Melaporkan hasil 145 14.21%

7 kegiatan di luar Jobdesk 272 26.67%

Jumlah 748 73.31%

1020 100.00%

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit


(66)

 Operator 2

Tabel 4.14 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Assembly

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Menyiapkan peralatan 139 13.62%

2 Mengecheck hasil pengelasan 147 14.41%

3 Melakukan perakitan 65 6.37%

4 Pengecekan 91 8.92%

5 Menyiapkan separator untuk masuk finishing 146 14.31%

6 Melaporkan hasil 145 14.21%

7 kegiatan di luar Jobdesk 287 28.13%

Jumlah 733 71.84%

1020 100.00%

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit

- Jumlah Menit Produktif = 0.7184 x 2880 ═ 2068.99 menit

4. Finishing

 Operator 1

Tabel 4.15 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Finishing

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Tes separator overall 136 13.34%

2 Stel mesin sunblasting 153 15.00%

3 Melakukan proses sunblasting 69 6.76%

4 Melakukan pengecatan 93 9.11%

5 Pengecekan 141 13.82%

6 Melaporkan hasil 147 0.001%

7 kegiatan di luar Jobdesk 281 27.54%

Jumlah 739 58.03%


(67)

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit

- Jumlah Menit Produktif = 0.5803 x 2880 ═ 1671.26 menit

 Operator 2

Tabel 4.16 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Finishing

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Tes separator overall 126 12.35%

2 Stel mesin sunblasting 143 14.01%

3 Melakukan proses sunblasting 64 6.27%

4 Melakukan pengecatan 88 8.62%

5 Pengecekan 138 13.52%

6 Melaporkan hasil 147 0.001%

7 kegiatan di luar Jobdesk 314 30.78%

Jumlah 706 54.77%

1020 100.00%

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit


(68)

 Operator 3

Tabel 4.17 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Finishing

No. Elemen Kerja Jumlah % Produktif

1 Tes separator overall 127 12.45%

2 Stel mesin sunblasting 132 12.94%

3 Melakukan proses sunblasting 64 6.27%

4 Melakukan pengecatan 87 8.52%

5 Pengecekan 139 13.62%

6 Melaporkan hasil 144 14.11%

7 kegiatan di luar Jobdesk 327 32.05%

Jumlah 693 67.91%

1020 100.00%

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktvitas :

Pengamatan dilakukan selama 6 hari, jam kerja (Senin – Sabtu) mulai pukul 07.00 – 16.00 (9 Jam dikurangi 1 jam istirahat) sehingga perhitungan sebagai berikut : - Jumlah Menit Pengamatan = (6 x 8 Jam x 60) = 2880 menit

- Jumlah Menit Produktif = 0.6791 x 2880 ═ 1955.80 menit

4.4 Penentuan Jumlah Karyawan Yang Optimal

Dalam Perhitungan tingkat efisiensi kerja karyawan berdasarkan beban kerjanya untuk tiap-tiap operator diatas dapat digunakan untuk menentukan jumlah karyawan yang sebenarnya, perhitungannya masing-masing bagian adalah sebagai berikut :


(1)

Rata-rata beban kerja pada bagian Operator Cutting Process: Total Beban Kerja = 92.35 + 96.88 + 96.76 = 285.99 % Rata-rata Beban Kerja (sebelum) =

3 76 . 96 88 . 96 35 .

92  

= 3 99 . 285 = 95.33%

Rata-rata Beban Kerja (sesudah) = 2

99 . 285

= 142.99 %

Setelah jumlah karyawan pada Operator Cutting Process dikurangi 1 orang yang semula berjumlah 3 orang menjadi 2 orang, memiliki rata-rata beban kerja 142.99 % dikatakan mempunyai beban kerja yang sangat tinggi, setelah dilakukan penelitian sebaiknya pada operator Cutting Process adalah tetap 3 orang dengan rata-rata beban kerja 95.33 %.

2. Proses Wellding.

Rata-rata beban kerja pada Bagian Operator Wellding Process:

Total Beban Kerja = 96.44 + 90.52 + 90.51= 277.47 % Rata-rata Beban Kerja (Sebelum) =

3 51 . 90 52 . 90 44 .

96  

= 3

47 . 277

= 92.49 %

Rata-rata Beban Kerja (Sesudah) = 2

47 . 277

= 138.73 %

Setelah jumlah karyawan pada Operator Wellding Process dikurangi 1 orang yang semula berjumlah 3 orang menjadi 2 orang, memiliki rata-rata beban kerja 138.73% dikatakan mempunyai beban kerja yang sangat tinggi, setelah


(2)

dilakukan penelitian sebaiknya pada operator Wellding Process adalah tetap 3 orang dengan rata-rata beban kerja 92.49%

3. Proses Assembly.

Rata-rata besarnya beban kerja pada bagian operator Assembly : Total Beban Kerja = 98.05+ 102.15 = 200.2 % Rata-rata Beban Kerja (sebelum) =

2 15 . 102 05 . 98  = 2 2 . 200

= 100.1%

Rata-rata Beban Kerja (sesudah) = 3

2 . 200

= 66.74%

Setelah jumlah karyawan pada operator Assembly yang semula berjumlah 2 orang , memiliki rata-rata beban kerja 100.1% dikatakan mempunyai beban kerja yang sangat tinggi, setelah dilakukan penelitian sebaiknya pada operator Assembly adalah 3 orang dengan rata-rata beban kerja 66.74% dengan dilakukan penambahan tugas

4. Proses Finishing.

Rata-rata besarnya beban kerja pada bagian Operator Finishing :

Total Beban Kerja = 76.65 + 76.90 + 95.76 = 249.31% Rata-rata Beban Kerja (Sebelum) =

3 76 . 95 90 . 76 65 .

76  

= 3 31 . 249


(3)

Rata-rata Beban Kerja (Sesudah) = 2

31 . 249

= 124.65%

Setelah jumlah karyawan pada Operator Finishing dikurangi 1 orang yang semula berjumlah 3 orang menjadi 2 orang, memiliki rata-rata beban kerja 124.65% dikatakan mempunyai beban kerja yang sangat tinggi, setelah dilakukan penelitian sebaiknya pada operator Finishing adalah 3 orang dengan rata-rata beban kerja 83.10% dengan dilakukan penambahan tugas

Total Keseluruhan karyawan sebelum penelitian sebanyak 11 orang dan setelah dilakukan penelitian sebaiknya jumlah karyawan ditambah 1 orang di bagian assembly, sehingga jumlah total karyawan adalah sebanyak 12 orang.Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.18 Rekomendasi Jumlah Tenaga Kerja No Stasiun Kerja Tenaga kerja

(sebelum) Beban kerja

Tenaga Kerja

(optimal) Beban Kerja 1 Cutting Process 3 95.33% 3 95,33 % 2 Wellding Process 3 92.49 % 3 92,49%

3 Assembly 2 100.1% 3 66.74%

4 Finishing 3 83.10% 3 83,10%


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan di P.T LASER JAYA SAKTI, maka dapat diketahui :

1. - Beban kerja pada bagian Cutting Process adalah sebesar 95,33%. - Beban kerja pada bagian Wellding Process adalah sebesar 92,49%. - Beban kerja pada bagian Assembly adalah sebesar 100,1%, sehingga

perlu dilakukan penambahan karyawan sebanyak 1 orang dan beban kerja turun menjadi 66,74%.

- Beban kerja pada bagian Finishing adalah sebesar 95,33%.

2. - Jumlah karyawan yang optimal pada bagian Cutting Process adalah tetap sebanyak 3 orang.

- Jumlah karyawan yang optimal pada bagian Wellding Process adalah tetap sebanyak 3 orang

- Jumlah karyawan yang optimal pada bagian Assembly adalah dari 2 orang menjadi 3 orang

- Jumlah karyawan yang optimal pada bagian Finishing adalah tetap sebanyak 3 orang


(5)

5.2 Saran

a. Sebaiknya P.T LASER JAYA SAKTI melakukan penambahan karyawan pada bagian Assembly agar beban kerja pada bagian tersebut tidak terlalu besar. b. Sebaiknya P.T LASER JAYA SAKTI menambah intensitas pemberian

pelatihan-pelatihan kepada karyawannya agar para karyawan menjadi lebih disiplin dalam menjalankan tugasnya.

c. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan teknik jam henti, agar dapat diketahui tingkat efisiensi kerja karyawan pada bagian produksi separator.


(6)

Handoko, T. Hani, 1991, “ Manajeman Personalia dan Sumber Daya Manusia”, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Marihot Tua Efendi H.,Drs.,M.Si, “ Manajeman Sumber Daya Manusia”, Penerbit Grasindo, Jakarta.

Moekijat, Drs., 1999, “ Manajeman Sumber Daya Manusia (Manajeman

Kepegawaian)”, Penerbit Mandra Maju, Bandung.

Mukhyi, M. Abdul, Dkk, 1993, “Penentuan Manajeman Sumber Daya Manusia”, Seri Diklat Kuliah, Penerbit Gundarma, Jakarta.

Nizar,Mohammad.Phd, 1988,” Metode Penelitian “ Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Purnomo, Hari, 2004, Pengantar Teknik Industri”, Penerbit Radja Grafindo Persada .Jakarta

Sondang,Prof.Dr, 2005, “ Manajemen Sumber Daya Manusia “,Penerbit Bumi

Aksara, Jakarta.

Soeyanto Rais M.A, Drs, Dkk, 1997, “ Analisis Jabatan Untuk Meningkatkan Efektivitas Kerja”, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya.

Singgih, L. Moses, “Workload Analysis dan job analysis untuk penentuan jumlah karyawan yang optimal dan pengalokasian karyawan pada pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuannya (studi kasus di CV. Player.com)”, Tugas Akhir, Tekhnik Industri ITS, Surabaya.

Saragih, Maretha Dory,2006,” Evaluasi efisiensi kerja karyawan tata usaha Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jatim dengan pendekatan

metode Workload Analysis (WLA)”,Tugas Akhir UPN Veteran Jatim,

Surabaya

Sumanth, D.J, 1985, “ Productivity Engineering And Managemant”, Mc Graw

Hill Int. Book Company, Singapore.

Sutalaksana, Dkk, 1979, “ Teknik Tata Cara Kerja”, Penerbit : Jurusan Teknik Industri ITB.

Wignjosoebroto, Sritomo, 2003, “Ergonomi, Studi gerak dan waktu”, Penerbit PT. Guna Widya, Jakarta.