PERBANYAKAN TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan) DENGAN TEKNIK OKULASI

(1)

commit to user

PERBANYAKAN TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan) DENGAN TEKNIK OKULASI

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan / Program Studi Agribisnis Hortikultura Dan Arsitektur Pertamanan

Disusun Oleh : WENING WIDIASTIKA

H 3308034

PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca Laporan Tugas Akhir dengan Judul :

PERBANYAKAN TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan) DENGAN CARA OKULASI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

WENING WIDIASTIKA H 3308034

Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada tanggal : ... Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Penguji Penguji I / Pembimbing

Ir. Panut Sahari, MP NIP.194905211980031001

Penguji II

Dra. Linayanti Darsana,M.Si NIP.195207111980032001

Surakarta, Juni 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta

Fakultas Pertanian Dekan,

Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS. NIP. 195602251986011001


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia serta hidayah-Nya yang selalu memberikan kesempatan dan kemampuan dalam menyusun tugas akhir ini dengan baik dan lancar dengan judul "Perbanyakan Tanaman lengkeng dengan Teknik Okulasi" di KBH Tejomantri.

Penyusunan tugas akhir ini merupakan syarat utama untuk mencapai gelar Ahli Madya bagi mahasiswa D-III Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan, di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis sangat menyadari bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa dorongan dan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS.

2. Bapak Ir. Heru Irianto, MM selaku Ketua Program Studi DIII Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Panut Sahari, MP selaku Ketua Minat Program Studi Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan serta pembimbing dalam penyusunan tugas akhir dan penguji I.

4. Dra. Linayanti Darsana,M.Si selaku penguji II terimakasih atas bimbingan dan sarannya.

5. Bapak Sudardjo selaku pimpinan KBH Tejomantri terima kasih atas ijin magang yang diberikan serta seluruh staf dan karyawan terimakasih atas bimbingannya.

6. Bapak Yatno terima kasih atas bimbingan dan kesabarannya memberi pengarahan dilapangan.

7. Kedua orang tercinta dan adik-adik tersayang dirumah yang memberi semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(4)

commit to user

iv

9. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas akhir yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa kami harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf bila dalam laporan ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Surakarta, Juni 2010 Penyusun


(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

III.TATALAKSANA PELAKSANAAN ... 12

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan ... 12

1. Tempat Pelaksanaan Magang ... 12

2. Waktu Pelaksanaan Magang ... 12

B. Cara Pelaksanaan ... 12

1. Metode Dasar ... 12

2. Metode Pengumpulan Data ... 12

3. Metode Analisis Data ... 12

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

A. Kondisi Umum Lokasi ... 13

1. Selayang pandang KBH Tejomantri ... 13

2. Keadaan KBH Tejomantri ... 14

B. Pembahasan ... 16


(6)

commit to user

vi

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24 A. Kesimpulan ... 24 B. Saran... 25 DAFTAR PUSTAKA


(7)

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Struktur Organisasi KBH Tejomantri ... 16

Gambar 2. Sayatan Batang Bawah ... 19

Gambar 3. Pengambilan Mata Tunas ... 19

Gambar 4. Penempelan Mata Tunas Pada Batang Bawah ... 19

Gambar 5. Pembalutan Mata Tunas Dengan Plastik... 20

Gambar 6. Batang Yang Telah Selesai Diokulasi ... 20


(8)

commit to user

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lengkeng (Dimocarpus longan) merupakan tanaman buah-buahan yang

berasal dari daratan Asia Tenggara. Tanaman yang muncul di daratan China ini merupakan keluarga buah rambutan dan leci. Dalam bahasa Mandarin, lengkeng disebut “ong ya guo” atau “long yan” yang berarti mata naga. Sementara di Indonesia buah ini populer dengan sebutan “mata kucing”. Daging buahnya berbentuk bulat, berwarna putih bening, dan mengandung banyak air. Di tengah daging buah terdapat biji berwarna hitam atau cokelat tua. Daging buah lengkeng mengandung banyak zat gizi yang penting untuk kesehatan dan kesegaran tubuh. Ada sukrosa, glukosa, protein (nabati), lemak, vitamin A, vitamin B, asam tartarik, dan senyawa fitokimia (kimia tumbuhan) lain yang berguna bagi kesehatan.

Lengkeng yang merupakan kerabat dekat dari rambutan (Naphelium lappceum), kapulasan (Naphelium mutabile) dan leci (Naphelium litchi). Pohon lengkeng dapat menjadi besar dan bercabang banyak,daunnya rimbun dan masih mampu berproduksi hingga umurnya diatas 100 tahun. Buahnya kecil; kurang lebih sebesar kelereng; warna kulit buahnya kecoklatan seperti sawo dan tidak berbulu; daging buahnya berwarna putih agak bening; bijinya satu dan berwarna hitam kecoklatan (Sunanto, 1990).

Ada beberapa jenis lengkeng yaitu varietas batu dan kopyor. Lengkeng varietas batu termasuk lengkeng jenis unggul. Kulit buahnya agak kasar dan berwarna coklat muda. Buahnya lebih besar daripada lainnya. Daging buahnya lebih tebal dan nglothok, aromanya lebih tajam sehingga harganya lebih mahal. Sedangkan lengkeng varietas kopyor lebih murah, kulit buahnya halus,berwarna coklat agak kuning. Daging buahnya kurang nglothok. Mampu berproduksi di daerah ketinggian 950 meter di atas permukaan laut. Lengkeng batu dan lengkeng kopyor merupakan lengkeng jenis lokal yang banyak tubuh didaerah Temanggung dan Ambarawa. Kelemahan dari lengkeng lokal adalah karena waktu berbuah relatif lama yaitu 12 – 14 tahun. Menanggapi


(9)

commit to user

banyaknya permintaan konsumen akan tanaman lengkeng yang cepat berbuah dengan diikuti keunggulan yang lainya, maka pada pemulia mewujudkannya dengan cara memperbanyak tanaman dengan cara vegetatif seperti okulasi, sambung dan sambung susuan. Selain itu cara tersebut juga dapat memperbaiki kelemahan tanaman dan membuat tanaman lengkeng yang ada mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Cara perbanyakan tanaman secara vegetatif lebih sering digunakan karena bibit yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan sifat tetuanya dan tanaman dapat berbuah lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari biji. Perbanyakan bibit lengkeng secara vegetatif berhasil dilakukan melalui cara sambung pucuk, sambung susuan, cangkok, dan okulasi. Keberhasilan hidup bibit kelengkeng cara susuan lebih tinggi dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Hal ini karena batang bawah dan batang atas masih hidup menyatu dengan pohon induknya, sehingga mendorong pembentukan bibit lebih cepat (Yulianto,et al.2008). Perbanyakan bibit melalui sambung susuan memiliki kelemahan, karena jumlah bibit yang dihasilkan dari satu cabang batang atas terbatas. Dengan ukuran batang atas sama pada sambung pucuk dapat menghasilkan 3 – 4 bibit, sedangkan pada sambung susuan hanya menghasilkan satu bibit (Firstantinovi, 2004). Membedakan bibit yang berasal dari hasil vegetatif dengan generatif sangat mudah. Meskipun demikian, tetap memerlukan keahlian, ketelitian, dan pengalaman sehingga kita dapat melakukannya dengan baik. Pada bibit lengkeng hasil okulasi terlihat ada bekas tempelan mata tunas pada bagian batangnya, sedangkan pada bibit kelengkeng dari hasil grafting terlihat bekas dari sambungan dan untuk tanaman lengkeng hasil susuan terlihat bekas sambungan yang saling berlawanan arah sebagai akibat pemotongan batang atas dan batang bawah (Usman, 2004).

Pemilihan cara perbanyakan vegetatif dengan okulasi merupakan cara yang paling populer dilakukan, meskipun mudah tetapi cara ini tidak boleh sembarangan, ada faktor – faktor yang harus diperhatikan. Keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif khususnya okulasi dipengaruhi


(10)

commit to user

beberapa faktor seperti : faktor tanaman, faktor lingkungan dan faktor ketrampilan. Ketiga faktor tersebut jika terpenuhi maka akan menghasilkan bibit tanaman okulasi yang baik. Untuk mengetahui lebih jauh tentang teknik okulasi yang baik pada tanaman lengkeng dan kendala – kendala yang ada dalam pembibitan secara okulasi khususnya tanaman lengkeng maka dilakukan kegiatan magang di Kebun Bibit Hortikultura (KBH) Tejomantri Desa Wonorejo Kecamatan Bekonang Kabupaten Sukoharjo.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara

teori dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat.

b. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis.

c. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan

agribisnis.

d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang

pertanian khususnya pembibitan atau perbanyakan tanaman lengkeng dengan teknik okulasi.

b. Melihat dan memahami secara langsung upaya dan pengembangan

agribisnis serta melaksanakan praktek langsung dilapangan, khususnya agribisnis tanaman lengkeng (Dimocarpus longan).


(11)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lengkeng (Dimocarpus longan)

Lengkeng merupakan jenis tanaman buah dari suku lerak-lerakan atau Sapindaceae, secara botani tanaman lengkeng (Dimocarpus longan)

Devisio : Magnoliophyta

Sub Devisio : Magnoliopsida

Classis : Dicotyledon

Ordo : Sapindales

Familia : Sapindaceae

Genus : Dimocarpus

Species : Dimocarpus longan

(Praswoto, 2001)

Lengkeng merupakan tanaman keras yang mempunyai batang kayu yang kuat, sistem perakarannya sangat luas dan mempunyai akar tunggang yang sangat dalam (terutama tanaman lengkeng yang berasal dari biji), sehingga sangat tahan terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh.

Daun lengkeng termasuk daun majemuk, tiap tangkai memiliki tiga sampai enam pasang daun. Bentuknya bulat panjang dan ujungnya agak runcing. Kuncup daunnya berwarna kuning kehijauan, tetapi ada pula yang berwarna merah. Perbungaan umumnya di ujung (flos terminalis), 4-80 cm panjangnya, lebat dengan bulu-bulu kempa, bentuk payung menggarpu (malai). Mahkota bunga lima helai, warna bunga lengkeng kuning muda atau putih kekuningan, ukurannya sangat kecil sehingga hanya dapat diamati secara jelas bila memakai alat pembesar (Sunanto,1990)

Lengkeng (Dimocarpus longan) merupakan tanaman buah-buahan yang

berasal dari daratan Asia Tenggara. Tanaman yang muncul di daratan China ini merupakan keluarga buah rambutan dan leci. Dalam bahasa Mandarin, lengkeng disebut “ong ya guo” atau “long yan” yang berarti mata naga. Sementara di Indonesia buah ini populer dengan sebutan “mata kucing”. Daging buahnya berbentuk bulat, berwarna putih bening, dan mengandung


(12)

commit to user

banyak air. Di tengah daging buah terdapat biji berwarna hitam atau cokelat tua. Daging buah lengkeng mengandung banyak zat gizi yang penting untuk kesehatan dan kesegaran tubuh. Ada sukrosa, glukosa, protein (nabati), lemak, vitamin A, vitamin B, asam tartarik, dan senyawa fitokimia (kimia tumbuhan) lain yang berguna bagi kesehatan (Anonim, 2008).

Sebagian ahli botani tanaman lengkeng merupakan kerabat dekat rambutan dan leci yang berasal dari India (Usman,2004). Namun, pendapat tersebut disanggah oleh Direktorat Perbenihan Dan Sarana Produksi (2008)

yang menyatakan bahwa lengkeng termasuk familia Sapindaceae yang

merupakan tanaman keras yang berasal dari daratan rendah Asia ( China, Vietnam, Thailand).

Ada beberapa jenis dan asal lengkeng, Dimocarpus L. Sebagi berikut: 1. Ssp. Longan var.Longan. longan (Inggris), lengkeng (Indonesia,

Malaysia), Lam yai pa (Thailand) berasal dari wilayah pegunungan di Myanmar hingga tiongkok selatan. Kini dibudidayakan secara meluas hingga ke Taiwan, Thailand, Indonesia, Australia (Queenslan) dan Amerika Serikat (Florida).

2. Ssp. Longan var.longepetiolatus dari viatnam selatan .

3. Var. Longan var. Obtusus, lamyai khiaver, lamyai tao (Thailand) dari Indocina dan dibudidayakan di Thailand.

4. Ssp. Malesianus var. Malesianus, mata kucing (Mata kucing), medaru, medano, bedaro (Sumatra) iahu (Kaltim), isau, sau, kakus (Serawak) menyebar di Indocina dan Malaysia.

5. Ssp. Malesianus var. Echinatus, dari Kalimantan dan Filipina. ( Verheij dan Coronel,1997)

Tanaman lengkeng di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut :

1. Lengkeng lokal

Jenis lengkeng lokal di Indonesia antara lain adalah lengkeng batu atau lengkeng kopyor atau lengkeng Ambarawa dan lengkeng Bantul kekurangan lengkeng jenis lokal yang masih menjadi kendala yaitu umur


(13)

commit to user

berbuahnya yang masih relatif lama (12 – 14 tahun). Kedepannya diharapkan lengkeng jenis lokal dapat menjadi varietas unggul dan berkembang menjadi sumber pendapatan agribisnis yang dapat diandalkan. Lengkeng Batu/Pringsurat merupakan lengkeng yang pertama-tama dikembangkan di Indonesia. Lengkeng Pringsurat telah dilepas dengan nama varietas Batu pada tahun 1997. Lengkeng jenis ini banyak ditemukan di daerah Temanggung dan Ambarawa. Lengkeng batu merupakan lengkeng jenis lokal yang termasuk varietas unggul. Buahnya berbentuk bulat dengan berat 5 – 6 gram per buah. Kulit buahnya halus, tipis dan berwarna cokelat. Daging buahnya berwarna bening, mudah terlepas dari bijinya, dan cukup tebal (sekitar 0,7 cm). Tinggi tanaman bisa mencapai 15 meter. Jika ditanam diatas lahan, satu pohon lengkeng bisa usia produktif atau berumur 12 tahun, bisa menghasilkan 350 kg buah lengkeng segar per tahun. Lengkeng kopyor mempunyai warna kulit buah berwarna cokelat kekuningan, daging buahnya tipis sulit dilepaskan dari bijinya dan buahnya bergerombol pada malai seperti anggur.

2. Lengkeng impor

Lengkeng jenis impor mempunyai banyak keunggulan

dibandingkan lengkeng jenis lokal, seperti daging buahnya lebih tebal, rasanya lebih manis, ukurannya lebih besar dan waktu berbuahnya relatif lebih cepat, berikut beberapa jenis lengkeng impor :

a. Lengkeng pingpong

Lengkeng jenis ini mempunyai tajuk dan daun yang unik, dahannya cenderung memanjang, lentur dan menjulur kesegala arah. Daun berwarna hijau tua dan berukuran kecil menggulung kebawah. Ukuran buah jumbo lebih besar dari lengkeng diamond river. Disebut lengkeng pingpong karena ukurannya yang seperti bola tenis meja. Kulit buahnya berwarna cokelat cerah dengan semburat merah muda di bagian pangkal buah. Buahnya memiliki aroma yang khas, buahnya cukup tebal, kulit buahnya tipis dan kering atau tidak berair saat dikupas. Lengkeng jenis ini dapat berbuah saat umur 8 – 12 bulan untuk


(14)

commit to user

lengkeng dari perbanyakan vegetatif dan untuk tanaman yang berasal dari perbanyakan generatif berbuah saat berumur 2 – 3 tahun. Kelemahan dari kelengkeng jenis ini yaitu produktivitas tanaman yang rendah.

b. Lengkeng diamond river

Lengkeng diamond river merupakan lengkeng yang berasal dari Cina dan banyak dibudidayakan di Malaysia. Mengenali lengkeng ini cukup mudah , yaitu daunnya berwarna hijau cerah, lebar dan tepinya bergelombang. Tanaman ini memiliki sosok yang cenderung melebar kesamping dari pada tumbuh keatas. Tajuk yang kompak membuat diamond river paling disukai pembudidaya untuk ditanam didalam pot.

Sementara itu,daging buahnya relatif tebal dan berair saat dikupas. Lengkeng ini bisa berbuah saat berumur 8-12 bulan untuk lengkeng hasil perbanyakan vegetatif dan 2 – 3 tahun untuk lengkeng hasil perbanyakan generatif ( berasal dari biji).

c. Lengkeng itoh

Lengkeng itoh yang merupakan hasil penyambungan diamond river dengan lengkeng dari Thailand ini, sepintas penampilan mirip diamond river dengan daun lebar dan bergelombnag. Kualitas buah paling unggul dibandingkan dengan lengkeng jenis lain. Daging buah tebal, manis kering dan berbiji tebal. Lengkeng itoh hasil cangkokan bisa berbuah saat berumur 2 tahun atau 7 – 10 bulan setelah tanam dari bibit berumur 6 bulan (Usman, 2004).

TanamanLengkeng dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang

mempunyai ketinggian 300 - 900 meter diatas permukaan laut. Oleh karenanya di Pulau Jawa banyak diusahakan orang didaerah – daerah seperti Ambarawa, Temanggung, Wonosobo, Malang Selatan dan sebagainya. Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang mempunyai tipe iklim B (basah), tipe iklim C (agak basah), tipe iklim D atau sedang (Sunanto, 1990).

Kondisi suhu ideal bagi pertumbuhan lengkeng yaitu 20-330 C pada siang hari dan 15-220C pada malam hari. Pada kisaran suhu tersebut tanaman


(15)

commit to user

lengkeng bisa berbunga dan berbuah. Sebaliknya, jika suhu pada malam hari melewati kisaran optimal, tanaman tidak bisa berbunga. Meskipun demikian, lengkeng dapat beradaptasi dan hidup pada kondisi suhu yang ekstrem sangat dingin, yaitu kurang dari 00C atau pada suhu tinggi hingga 35oC. Kelembaban

udara ideal bagi lengkeng adalah 65-90% dan curah hujan

2.000-4.000 mm/tahun. Bunga tanaman lengkeng sensitif terhadap curah hujan. Curah hujan terlalu tinggi bisa mengakibatkan bunga rontok, sehingga lengkeng tidak dapat berproduksi optimal (Usman, 2004).

Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang tanahnya bertekstur halus dengan pH antara 5,5-6,5. Tanah yang bertekstur halus biasanya adalah tanah yang sebagian besar terdiri dari debu dan lempung atau tanah-tanah yang tidak berpasir, misal tanah-tanah andosol, vertisol, latosol, atau laterit dan sebagainya (Sunanto, 2004).

Lengkeng hidup baik ditanah lempung yang berpasir dan mengandung kapur. Tanah lempung memiliki ciri berwarna kelabu hingga kecoklatan dan bertekstur liat atau liat berpasir. Jenis tanah lain yang baik bagi pertumbuhan lengkeng adalah tanah andosol yang umumnya terdapat di dataran tinggi. Tanah andosol memiliki ketebalan solum 1,0-2,25 m, berwarna hitam sampai kelabu atau cokelat tua, struktur remah dan memiliki pH 5,0-7,0. Jenis tanah latosol juga sesuai untuk tanaman lengkeng. Jenis tanah ini tersebar didataran rendah hingga dataran tinggi. Tanah latosol memiliki solum setebal 1,3-5,0, berwarna merah hingga cokelat atau kekuningan dengan pH 4,5-6,5. Pada dasarnya lengkeng membutuhkan tanah yang subur dan banyak mengandung zat organik. Keasaman tanah yang ideal bagi lengkeng berkisar 5,5-6,5 serta memiliki aerasi dan drainase yang baik. Tanah yang becek kurang disukai lengkeng karena dapat menyebabkan akar tanaman busuk (Usman, 2004).

B. Teknik perbanyakan tanaman secara okulasi

Cara perbanyakan tanaman secara vegetatif lebih sering digunakan karena bibit yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan sifat induknya dan tanaman lebih cepat berbuah dibandingkan bibit yang berasal dari biji.


(16)

commit to user

Okulasi sering disebut juga dengan menempel, oculatie (belanda) atau budding (inggris). Oculus artinya mata, sedangkan bud artinya tunas yang dalam bahasa Indonesia disebut mata tunas. Okulasi atau penempelan ini adalah mempersatukan dua sifat baik tanaman yang berakar kuat serta tumbuh subur dapat disatukan dengan tanaman yang buahnya bermutu tinggi. Okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran yang baik digunakan sebagai batang bawah yang akan ditempeli (batang bawah). Pengaruh batang bawah terhadap batang atas kemungkinan nampak pada besarnya buah, warna, ketebalan kulit, kandungan cairan, rasa dan aroma buah, waktu pembungaan atau pembuahan serta menambah ketahanan terhadap hama penyakit (Wudiyanto, 2002).

Okulasi merupakan cara penyambungan satu mata tunas sebagai entres (batang atas) dengan batang bawah pada tanaman sejenis (sefamili). Bibit okulasi dapat berbuah mulai umur 3 tahun.

Tahapan-tahap penyiapan bibit okulasi adalah sebagai berikut : 1. Persiapan alat dan bahan

- Bahan tanaman berupa bibit batang bawah berumur 8-12 bulan, mata

tunas dari cabang yang tumbuhnya tegak ataupun agak condong, pisau okulasi, tali pengikat, dan sarana penunjang lainnya.

2. Tata cara pengokulasian

- Batang bawah dibersihkan di lahan persemaian ataupun dalam

polybag dengan menggunakan kain lap.

- Batang bawah diiris pada kulit kira-kira 10-15 cm dari permukaan tanah dengan ukuran irisan (sayatan) 3-5 cm. Kulit hasil irisan dikelupas ke bawah, lalu dipotong dua per tiga bagian.

- Cabang yang mempunyai mata dipilih, kemudian mata disayat dengan

menyertakan sedikit kayunya. Ukuran sayatan entres 2 cm di atas dan di bawah mata, lalu kayunya dilepaskan secara hati-hati.


(17)

commit to user

- Mata entres ditempelkan pada sayatan batang bawah hingga pas.

- Bidang tempelan (okulasi) diikat dengan tali plastik atau rafia dimulai dari atas ke bawah dengan tidak menutup mata okulasi.

3. Pemeliharaan pasca okulasi

- Pemeriksaan mata okulasi sekitar 10-15 hari sejak pengokulasian. Apabila mata berwarna hijau, berarti penyambungan tersebut berhasil. Sebaliknya, bila mata berwarna coklat dan kering, berarti okulasi gagal.

- Ujung batang bawah dipotong dengan ketinggian 10-20 cm tepat di atas bidang okulasi apabila tunas entres telah mencapai 20-30 cm. - Tunas-tunas yang tumbuh di bawah mata (tunas) okulasi dipangkas

dengan pisau maupun tangan.

- Bibit okulasi disemaikan ke polybag atau keranjang bambu yang diameternya cukup lebar sesuai dengan ukuran bibit. Sebagian tanah disertakan pada saat pemindahan agar letak akar tidak berubah (Rukmana, 1999).


(18)

(19)

commit to user

III. TATALAKSANA PELAKSANAAN

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

1. Tempat Pelaksanaan Magang

Pelaksanaan magang dilaksanakan di Kebun Bibit Hortikultura Tejomantri Wonorejo Polokarto Sukoharjo.

2. Waktu Pelaksanaan Magang

Magang ini dilaksanakan pada Tanggal 7 Februari – 7 Maret 2011.

B. Cara Pelaksanaan

Adapun Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang ini yaitu : 1. Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan adalah metode Deskriptif Analitik, yaitu metode penerapan permasalahan sehingga memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan dalam konteks teori–teori yang ada dan dari penelitian terdahulu.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan dan dengan pencatatan yaitu mencatat data–data yang diperlukan dari sumber yang dapat dipercaya.

3. Metode Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan tabulasi representatif yaitu dengan menganalisa data yang telah terkumpul dengan analisis kualitatif. Pada kasus–kasus tertentu mahasiswa dapat pula menjelaskan secara lebih mendalam berdasarkan teori-teori atau keterangan yang relevan.


(20)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi

1. Selayang Pandang KBH Tejomantri

Keberadaan Kebun Benih Hortikultura Tejomantri bermula dari tanah kas desa Wonorejo yang dibuat menjadi kebun oleh masyarakat setempat. Kebun tersebut terbengkalai tidak dipelihara dengan baik sehingga tanah pada kebun tersebut menjadi kritis dan tandus. Keadaan tanah tersebut membuat tanaman pada lahan dikebun pertumbuhannya

kurang baik sehingga secara ekonomis lahan tersebut tidak

menguntungkan. Tanah kemudian dipinjam oleh Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Surakarta pada 1953 sampai dengan tahun 1958 untuk diupayakan rehabilitasi (tanpa ada sewa menyewa). Tahun 1958, tanah beserta isinya dikembalikan ke Desa Wonorejo, namun karena Desa Wonorejo tidak mampu memelihara dan mengelola kebun tersebut dengan baik, akhirnya tanah tersebut dijual kepada Kebun Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Surakarta. Tanaman yang dipelihara diantaranya cengkih, randu, kelapa, jeruk dan lain-lain. Mulai tahun 1971, status tanah berubah menjadi Kebun Benih Hortikultura. Nama Tejomantri merupakan nama Pimpinan Kebun /Mantri Tani yaitu Bapak Sunarto yang sama dengan tokoh pewayangan Togog alias Tejomantri. Tokoh wayang Togog alias Tejomantri merupakan pamong bangsa Kurawa yang berkarakter fisik serba jelek seperti kondisi kebun benih saat itu. Berkat ketekunan dan keuletan bapak Sunarto, sebagai pamong yang dibantu oleh staf kebun, sedikit demi sedikit kondisi kebun benih dibenahi dan dibangun sehingga menjadi baik.

Pengolahan Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kewedanan Bekonang, Kabupaten Sukoharjo dari tahun 1958 sampai tahun 1985 dilakukan oleh Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Surakarta. Namun sejak tahun 1986 Kebun Benih Hortikultura Tejomantri diserahkan ke Dinas Pertanian Tanaman


(21)

commit to user

Pangan Kabupaten Sukoharjo. Kemudian sejak April 1986 pengelola kebun Benih Hortikultura Tejomantri dipindahkan kepada UPTD Wilayah Surakarta di bawah Dinas Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah yang berkembang menjadi Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Surakarta di Tegalgondo.

Fungsi dari KBH Tejomantri sendiri sebagai pelaksana teknis pembibitan tanaman adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu sarana Pengali Anggaran Daerah (PAD) Sukoharjo. 2. Penyedia lapangan pekerjaan sekitar.

3. Sebagai penyedia sekaligus produsen bibit bermutu. 4. Sebagai sarana pendidikan.

5. Sebagai penyedia lahan demonstrasi pertanian.

Kebun Bibit Hortikultura Tejomantri merupakan kebun produksi tanaman hortikultura terutama tanaman tahunan dan tanaman hias. Produksi bibit di KBH Tejomantri lebih diintensitaskan pada bibit tanaman mangga. Fungsinya sebagai kebun KBH Tejomantri juga memproduksi bibit tanaman hias dan tahunan lainnya baik tanaman yang berasal dari hasil vegetatif ataupun generatif. Bibit tanaman yang diproduksi antara lain : melinjo, legkeng, durian, rambutan (tanaman buah) untuk tanaman hias antara lain: palem, euphorbia, adenium, walisota, anthurium, aglonema, sameo, puring dll. Selain itu KBH Tejomantri juga menyediakan untuk tanaman penghijauan yaitu jati, mahoni, binahong, gabon.

2. Keadaan KBH Tejomantri

a. Keadaan geografis

Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo berada pada jarak 2 km dari jalan raya Bekonang. Daerah Kebun Benih Hortikultura Tejomantri termasuk daerah dataran dengan batas-batas sebagai berikut :

1) Sebelah timur : Dukuh Kersan, Desa Jatisobo


(22)

commit to user

3) Sebelah barat : Tanaman persawahan Desa Wonorejo

4) Sebelah utara : Dukuh Winong, Desa Kragilan, Kecamatan

Mojolaban, Sukoharjo b. Topografi

Kebun Benih Hortikultura Tejomantri mempunyai keadaan tanah yang mendatar sedikit bergelombang dan berwarna coklat dengan struktur tanah yang subur dan gembur. Daerah Kebun Benih Hortikultura Tejomantri terletak di dataran rendah dengan sifat tanah sebagai berikut :

1) Jenis tanah : Regosol

2) Struktur tanah : Lempung berpasir 3) Tekstur tanah : Coklat

4) Reaksi tanah : Agak asam

5) pH : 6 – 7 6) Aerasi : Sedang

7) Kesuburan : Sedang

c. Keadaan tanah

Tanah di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri merupakan jenis tanah regosol dengan pH 6.5 – 7.5 dan mempunyai struktur tanah lepas-lepas. Tanah regosol bertekstur pasir, seperti tanah di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri, memiliki perkapabilitas lebih cepat dan porositas lebih besar dibandingkan dengan jenis tanah yang lainnya. Tanah regosol di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri berwarna kelabu coklat atau coklat kuning sampai keputihan. Tanah berstruktur lapis atau butir tunggal dengan tekstur pasir sampai lempung berdebu, kepadatan lepas atau teguh dan keras.

d. Kondisi Iklim

Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Dinas Perairan Kecamatan Polokarto selama 10 tahun terakhir maka tipe iklim Kebun Benih Hortikultura Tejomantri termasuk tipe iklim C atau agak basah,

yaitu dengan kelembaban udara 65-90% dan curah hujan 2.000-4.000mm/tahun.


(23)

commit to user e. Luas Areal

Luas Kebun Benih Hortikultura Tejomantri seluruhnya adalah 14,756 m2 (Gambar Denah Pada Lampiran 1).

Mulai tahun 1996 Kebun Benih Hortikultura Tejomantri sepenuhnya dikelola oleh Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Surakarta dan Tegalgondo. Struktur organisasi kepegawaian dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini :

Gambar 1. Skema Struktur Organisasi KBH Tejomantri.

B. Pembahasan

Dari hasil kegiatan magang yang dilakukan ada beberapa urutan kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan praktek kegiatan okulasi tanaman lengkeng adalah sebagai berikut :

PIMPINAN KBH TEJOMANTRI

SEKSI ADMINISTRASI

SEKSI PEMASARAN SEKSI PRODUKSI

SEKSI PERANCANAAN

DAN PPERKEMBANGAN


(24)

commit to user 1. Penyemaian Bibit

Penyemaian bibit pada KBH Tejomantri biasanya menggunakan jenis tanaman lengkeng jenis lokal, untuk kesempatan kali ini yang digunakan sebagai batang bawah yaitu varietas batu. Pemilihan lengkeng batu sebagai batang bawah adalah karena merupakan lengkeng jenis lokal maka daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, sehingga sistem perakaran tanaman lebih kuat. Lengkeng Batu/Pringsurat merupakan lengkeng yang pertama-tama dikembangkan di Indonesia. Lengkeng Pringsurat telah dilepas dengan nama varietas Batu pada tahun 1997. Lengkeng jenis ini banyak ditemukan di daerah Temanggung dan Ambarawa. Biji agak kecil, rasa buah manis, mudah mengelupas (nglotok) dan beraroma harum. Selain itu lengkeng batu merupakan lengkeng lokal dengan varietas unggul dari lengkeng jenis lokal lainnya.

Tahap penyemaian diawali dari Persiapan lahan semai, pada KBH Tejomantri dimulai dengan memilih lahan. Lahan yang dipilih untuk penyemaian adalah lahan yang subur, gembur dan mendapat penyinaran yang baik. Sebelum ditanami tanah diolah dahulu dengan mencangkul kurang lebih sedalam 15 cm, kemudian dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan antara pupuk kandang dan pasir 1 : 1 untuk membantu aerasi dan drainase tanah, setelah pencampuran selesai lahan disiram dengan air secukupya dan diratakan. Luas lahan semai disesuaikan dengan banyaknya benih yang disemai. Benih yang sudah siap tanam ditanam pada lahan yang sudah disiapkan atau dideder (diperam). Lahan semai harus dijaga kelembabannya agar pertumbuhan dengan baik.

Biji lengkeng yang dijadikan bibit harus dipilih dari buah yang benar – benar masak dan berasal dari indukan yang kuat, pertumbuhannya subur, buahnya lebat dan unggul. Biji harus utuh tidak cacat , kulitnya licin dan mengkilat, mudah dikelothok dan rasanya manis. Biji lengkeng yang akan disemai harus dipisahkan dari daging buahnya, biji tidak terkena hama atau penyakit dan mulus. Biji lengkeng yang siap disemai harus dikeringkan dahulu dengan cara diangin–anginkan. Biji - biji


(25)

commit to user

tersebut tidak boleh dijemur pada sinar matahari untuk menghindari penguapan kandungan air pada biji yang berlebihan (Sunanto, 1990). Biji yang mempunyai vigor dan viabiliatasnya baik dalam jangka waktu seminggu benih sudah berkecambah. Perawatan kecambah dilakukan dengan penyiramannya yang teratur dan penyiangan gulma disekitar lahan penyemaian. Benih yang tumbuh menjadi bibit setelah berumur 4 bulan atau sudah mulai berkayu bibit dipindahkan kelahan yang lebih luas agar mendapatkan hara dan nutrisi makanan yang cukup untuk pertumbuhan tanaman dengan jarak tanam 25cm x 25cm. Bibit yang siap diokulasi ciri – cirinya sudah berkayu dan ukuran batang sudah sebesar pensil atau sekitar umur 8 – 12 bulan.

2. Pemilihan mata tunas

Keberhasilan dari perbanyakan vegetatif, terutama okulasi, ditentukan oleh mata tempel yang baik. Mata tempel harus diambil dari pohon induk yang sudah jelas kualitasnya atau keunggulannya. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata tempel) harus diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup umur untuk diambil sebagai mata entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas (tunas air) dan Pengambilan mata tempel tidak saat batang sedang tumbuh tunas. Selain itu pemilihan mata tunas yang akan digunakan sebagai batang atas harus dipilih batang yang sudah pernah berbuah, bentuknya silindris dan tumbuh tegak lurus. Pemilihan ini bertujuan agar hasil okulasi cepat berbuah dan pertumbuhan batang yang diokulasi tumbuh keatas.

Mata tunas yang digunakan dalam praktek okulasi di KBH Tejomantri yaitu lengkeng jenis diamond river. Pemilihan lengkeng varietas ini karena daging buahnya yang tebal dan umur berbuahnya relatif cepat yaitu 8 – 12 bulan setelah pengokulasian dan produktivitas tanaman lebih tinggi dibanding lengkeng pingpong. Selain itu lengkeng diamond river paling dicari oleh konsumen karena tajuknya yang kompak membuat tanaman lengkeng ini terlihat menarik dan banyak digunakan sebagai tabulampot untuk menghias taman atau beranda rumah.


(26)

commit to user 3. Pelaksanaan okulasi

KBH Tejomantri adalah kebun produksi bibit tanaman, selain memproduksi bibit dari biji atau zailing juga memproduksi bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif seperti cangkok, okulasi dan sambung pucuk. Namun, yang sering dilakukan adalah dengan teknik okulasi. Teknik okulasi yang dilakukan di KBH Tejomantri adalah metode tempel segiempat atau teknik jendela dan metode tempel lidah atau fokert . Metode tempel segiempat yaitu dengan menempelkan mata tunas pada batang bawah dengan masih terdapat kulit kayu sekitar mata tunas yang dibentuk segiempat, sedangkan metode lidah atau fokert ujung sayatan lidah dibuat setengah lingkaran untuk menjepit mata tunas.

Peralatan yang akan digunakan untuk okulasi sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu atau disterilkan untuk mengurangi terjadinya kontaminasi jamur, bakteri atau organisme lain yang menyebabkan kegagalan pada tanaman yang diokulasi. pisau yang digunakan untuk membuat sayatan pada batang yang diokulasi harus tajam dan diusahakan hanya sekali proses sayatan untuk mengurangi cacat pada tanaman yang dapat menghambat penyatuan tempelan.

Tanaman lengkeng dapat dilakukan okulasi setelah umur lebih kurang 8 – 12 bulan dari bibit zailing atau batang tanaman sudah sebesar pensil. Langkah – langkah dalam pelaksanaan okulasi dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. Batang bawah disayat, berukuran lebar 1 cm panjang 2-4 cm kemudian diambil kulit kayu pada bagian yang disayat.


(27)

commit to user

Gambar 2. Sayatan Batang Bawah

2. Mata tunas (entres) pada cabang disayat bersama sebagian kulit kayunya dari arah bawah keatas sesuai ukuran sayatan batang bawah.

Gambar 3. Pengambilan Mata Tunas

3. Mata tunas (entres) ditempelkan pada celah sayatan batang bawah hingga benar-benar menyatu.

Gambar 4. Penempelan Mata Tunas Pada Batang Bawah

4. Pada bidang tempelan (okulasi) dibalut dengan plastik bersih mulai dari tempelan bawah sampai keatas dan berakhir dibawah lagi.


(28)

commit to user

Gambar 5. Pembalutan Mata Tunas Dengan Plastik

Gambar 6. Batang Yang Telah Selesai Diokulasi

5. Pada umur 4-6 minggu setelah penempelan pembalut plastik dapat dibuka untuk mengetahui keberhasilannya.

Gambar 7. Tanaman Lengkeng Yang Berhasil Diokulasi

Sayatan batang atas atau mata tempel disesuaikan dengan batang bawah yang disayat agar terjadi kompabilitas yang baik, pada penempelan


(29)

commit to user

harus dipastikan tempelan bagian atas benar – benar menempel rapat karena pada bagian tersebut merupakan tempat datangnya aliran makanan hasil fotosintesis semakin banyak aliran makanan yang didapat maka proses pertunasan batang akan lebih cepat. Mata okulasi yang telah ditempel ditali dengan teknik genting yaitu ditali dari bawah keatas, tujuannya adalah agar air tidak masuk pada mata tempel yang menyebabkan busuk pada tempelan. Ikatan tidak boleh terlalu kencang dan terlalu longgar jika terlalu terlalu kencang maka antara sambungan dapat tercekik dan jika terlalu longgar maka dapat dimungkinkan masuknya air dan angin yang dapat menyebabkan okulasi busuk.

Waktu okulasi yang diperlukan oleh tanaman lengkeng untuk terjadi persenyawaan antara batang atas dan batang bawah kurang lebih 4 - 6 minggu. Apabila mata tempel menyatu dan berwarna hijau segar berarti okulasi berhasil, namun bila berwarna coklat sampai hitam dan kering berarti penempelan gagal. Batang yang berhasil diokulasi dan pada mata tempel tumbuh tunas maka batang pohon induk atau batang bawah yang tumbuh diatas tunas tempelan dipotong sebagian atau dibengkokan untuk menyisakan sebagian daunnya guna membantu suplai makanan pada tunas baru pada hasil tempelan. Tunas baru pada tempelan yang sudah tumbuh cukup daun menunjukan sudah mampu untuk melakukan fotosintesis sendiri sehingga sebagian batang dari batang bawah yang tersisa sudah bisa dihilangkan sepenuhnya. Pelaksanaan okulasi sangat baik dilakukan pada bulan September – Oktober (akhir musim kemarau) karena jika musim penghujan, terlalu banyak air menyebabkan okulasi membusuk, timbul bakteri, dan tumbuh jamur.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan terhadap mata tunas yang telah tumbuh antara lain yaitu memberi ajir pada tanaman lengkeng untuk mengikat mata tunas yang telah tumbuh agar tumbuh lurus keatas, memotong tunas – tunas lain yang tumbuh disekitar mata tempel supaya tidak terjadi persaingan suplai makanan yang dapat menghambat pertumbuhan tunas hasil okulasi.


(30)

commit to user

Penyiangan juga dilakukan pada lingkungan sekitar tanaman tumbuh terutama pada awal pertumbuhan dengan menyiang gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang dapat menimbulkan kompetisi dalam mendapatkan makanan dan hara pada tanaman lengkeng. Penyiraman pada tanaman dilakukan jika perlukan saja untuk menjaga kelebaban lingkungan. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu pada awal tanam dan menjelang musim berbuah, pupuk yang digunakan NPK (15: 15 :15). Pemberian pupuk pada masing – masing tanaman 20gram per tanaman atau kurang lebih satu sendok makan, jarak pemberian pupuk pada tanaman kurang lebih 10 - 15 cm dari daerah perakaran tanaman. Untuk pestisida pengendalian hama penyakit tanaman digunakan seperlunya saja jika tanaman terkena penyakit dan terserang hama.

Tanaman lengkeng hasil okulasi yang telah berumur satu tahun yang ditanam dilahan dipindahkan pada polybag – polybag besar dengan sistem transplansi atau muter. Cara pelaksanaan transplansi dilakukan dengan menggunakan linggis dan cangkul, tanaman yang akan dipindah digali sedalam perakaran tunggang tanaman, dengan masih menyisakan sebagian tanah yang masih terikat pada perakaran. Jika tanah terlalu remah maka sebelum dipindah dari lahan tanah yang berada disekitar perakaran diikat dengan tali supaya tanah tidak pecah. Pohon yang telah dirolling kemudian dimasukan kedalam polybag yang sudah diisi sebagian media baru, setelah pohon dimasukan dalam polybag ratakan bagian yang kosong dengan media baru dan dipadatkan supaya tanaman tegak berdiri dan tidak goyang. Pohon lengkeng yang sudah di transplansi menunjukan tanaman sudah siap jual.

Pemasaran yang dilakukan di KBH Tejomantri dilakukan pada konsumen yang datang dikebun langsung dan melalui pemesanan. Di KBH Tejomantri menjual bibit secara eceran dan partai besar, untuk dalam partai besar biasanya dilakukan pemesanan terlebih dahulu. Di KBH Tejomantri merupakan kebun spesialis tanaman mangga sehingga untuk pesanan tanaman lengkeng dalam jumlah besar belum bisa memenuhi


(31)

commit to user

sendiri, untuk itu pihak KBH Tejomantri bekerja sama dengan nursery lain untuk memenuhi permintaan lengkeng dalam jumlah besar. Faktor lain yang menyebabkan KBH Tejomantri belum dapat mengembangkan lengkeng secara okulasi maupun perbanyakan vegetatif lainya disebabkan belum mempunyai indukan determedier yang baik. Inovasi yang dilakukan oleh pihak KBH Tejomantri adalah membuat tanaman multi varietas dengan membuat satu tanaman dengan memiliki 2 jenis varietas sehingga memberi nilai ekonomis lebih tinggi pada tanaman.

C. Analisis Usaha Tani

Berikut ini adalah analisis perbanyakan tanaman lengkeng dengan okulasi dengan luasan 1000 m2 (dalam 2 tahun) di KBH Tejomantri adalah sebagai berikut :

1. Biaya Produksi

a. Biaya Tetap

1) Cangkul 2 buah @ Rp. 80.000,- Rp 160.000,-

2) Pisau okulasi 3 buah @ Rp. 35.000,- Rp 105.000,-

3) Gunting 2 buah @ Rp. 35.000,- Rp 70.000,-4) Linggis 1 buah @ Rp. 100.000,- Rp 100. 000,-

5) Ember Besar 2 buah @ Rp. 25.000,- Rp 50.000,-

Total biaya tetap Rp 485.000,-

b. Biaya variabel

1) Biaya Sarana Produksi

a) Biji lengkeng 1000 biji @ Rp. 100,- Rp 100.000,-

b) Mata tempel 1000 buah @250 Rp 250.000

c) Pupuk

Pupuk kandang 25 sak @ Rp. 10.000,- Rp 250.000,-

NPK 20 kg @ Rp. 8500,- Rp 170.000,-

d) Plastik okulasi ½ rol @ Rp. 50.000,- Rp 25.000,-

e) Polybag besar 15 kg @ 20.000 Rp 300.000,-


(32)

commit to user 2) Biaya Tenaga Kerja

a) Pengolahan tanah 1 orang x 1 HOK Rp 30.000,- Rp 30.000,-

b) Penanaman 2 orang x 1 HOK Rp 30.000 Rp 60.000,-

c) Penyiangan 3 orang x 1 HOK Rp 30.000 Rp 90.000,-

d) Pemupukan 3 orang x 1 HOK Rp 30.000 Rp 90.000,-

e) Okulasi 1 orang x 4 HOK Rp 30.000 Rp 120.000,-

f) Transplansi 1 orang x 7 HOK Rp 30.000 Rp 210.000,-

Total biaya tenaga kerja Rp 600.000,-

3) Biaya lain-lain Rp 300.000

Total biaya variable Rp 1.995.000,-

Total Biaya Produksi Rp 2.480.000,-

2. Produksi dan Keuntungan

Produksi bibit lengkeng dari 1000 bibit yang diokulasi persentase kegagalan 3% sehingga dihasilkan bibit siap jual sebanyak 970 tanaman dengan harga jual pertanaman Rp 10.000,-. Banyaknya penerimaan dan keuntungan dapat diketahui sebagai berikut :

Penerimaan = Harga jual x Jumlah produksi = 10.000 x 970

= Rp 9.700.000

Keuntungan = Penerimaan – Biaya total = 9.700.000 – 2.480.000 = Rp 7.220.000

3. Perbandingan Antara Penerimaan dan Biaya

R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan suatu usaha. R/C Ratio lebih dari satu maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Sehingga R/C Ratio dari perbanyakan lengkeng di KBH Tejomantri adalah sebagai berikut :

R/CRatio=jumlah penerimaan


(33)

commit to user = ䷘.䦠nn.nnn

. .nnnn

= 3,9

Hal ini berarti bahwa setiap pengeluaran Rp. 1.000.000,- akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 3.900.000,-. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah usaha perbanyakan lengkeng secara okulasi layak dijalankan dan menguntungkan secara ekonomis.

4. Analisis Titik Impas (Break Event Point / BEP )

Analisis titik impas pulang modal / Break Event Point (BEP) adalah suatu kondisi yang menggambarkan hasil usaha tani yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi seperti ini usaha tani yang dihasilkan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian.

Usaha perbanyakan lengkeng dikatakan tercapai titik impasnya bila harga jual tanaman sesuai dengan BEP harga atau produksi tanaman sesuai dengan BEP produksi.

Biaya variabel perunit = gǴ Ǵ ǴrgǴ ju

r ú 트Ǵ ǴmǴg

= 쁈 泸.䷘䷘Ė.nnn

䷘䦠n = Rp 2056,00-

BEP (unit) = gǴ Ǵ트j트Ǵ

Ǵr ǴúǴu jrú g트 gǴ Ǵ ǴrgǴ ju jrú g트

= 쁈 Ė.nnn

쁈 泸n.nnn 쁈 nĖ

= 61 unit

Jadi artinya pihak KBH Tejomantri tidak mendapat untung atau rugi jika mampu menjual bibit okulasi lengkeng sebanyak 61 tanaman selama 2 tahun.


(34)

commit to user

BEP (rupiah) = gǴ Ǵ트j트Ǵ

= 쁈 .nnnĖ

.

= Rp 613.924,05-

Artinya KBH Tejomantri tidak mendapat untung atau rugi jika penjualan bibit okulasi lengkeng selama 2 tahun Rp.613.924,05-.

5. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Menurut Anonim (2010), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) biasanya digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha tani dilihat dari keuntungan yang diperoleh yaitu dengan cara membandingkan antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C Ratio lebih dari satu maka usaha ini berarti untung dan layak untuk dijalankan. Rumus B/CRatio adalah keuntungan dibagi total biaya. Sehingga Rumus B/C Ratio adalah untuk usaha produksi bibit lengkeng okulasi sebagai berikut :

Artinya dari setiap modal Rp 1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh hasil Rp 2,91. Jadi semakin tinggi B/C Ratio maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila nilai benefit cost (B/C Ratio) lebih dari 1.

D. Identifikasi Masalah Dan Alternatif Solusinya

Dari hasil kegiatan magang mahasiswa di KBH Tejomantri, penulis dapat mengidentikasi beberapa permasalahan yang terjadi di KBH Tejomantri, antara lain :

a. Kondisi kepegawaian di KBH Tejomantri sangat minim baik karyawan kantor ataupun tenaga lapang sehingga perawatan kebun kurang terpelihara dengan baik. Solusinya adalah dengan penambahan karyawan

B/C Ratio = Keuntungan Total Biaya = Rp 7.220.000

Rp 2.480.000


(35)

commit to user

supaya kondisi kebun lebih terawat dan pemanfaatan kebun yang lebih optimal.

b. Pembibitan tanaman lengkeng kurang diperhatikan, dikarenakan belum memiliki pohon indukan determedier untuk itu perlu solusinya adalah dengan melakukan perawatan pohon indukan lebih intensif untuk mendapatkan pohon induk yang berkualitas.

c. KBH Tejomantri adalah badan milik pemerintah sehingga setiap tahun mempunyai target yang harus dipenuhi sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

d. KBH Tejomantri adalah kebun spesialis tanaman mangga yang

diprioritaskan, namun belakangan jumlah permintaan pasar terhadap bibit mangga sangat minim sehingga pendapatan kebun menjadi berkurang yang akibatnya gagal memenuhi target permintaan Dinas terkait. Solusinya adalah dengan mengembangkan jenis varietas tanaman lain yang menjadi objek pasar dan melakukan pelayanan “plus” yaitu jasa antar sampai dengan tanam pada konsumen untuk dapat meningkatkan pendapatan. e. Pohon lengkeng yang belum mendapatkan sertifikat dari BSPB menjadi

kendala pengembangan perbanyakan bibit lengkeng di KBH Tejomantri karena pohon kurang mendapat perawatan yang intensif sehingga produktivitas pohon rendah dan terdapat serangan hama penyakit pada tanaman. Solusinya yaitu dengan melakukan perawatan intensif pada pohon indukan untuk mendapatkan mata tempel atau batang atas yang baik untuk pengembangan perbanyakan tanaman secara vegetatif.

f. Jam kerja yang berlakukan hanya sampai pukul 12.00 sangat kurang sepadan dengan upah yang diterima pekerja dan yang dibayarkan pada pekerja yang dibayar untuk 1 HOK, sehingga pekerja kurang menghargai waktu dan pekerjaan yang ada. Solusinya adalah dengan mengefektifkan jam kerja pekerja dengan pengawasan dari pihak kantor sehingga kinerja pekerja lebih terkontrol.


(36)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mata tunas yang digunakan sebagai entres dalam okulasi lengkeng harus dari batang yang berkualitas baik, produksi tinggi serta tahan terhadap hama dan penyakit. Mata tunas sebaiknya dipilih dari batang pohon induk yang sudah pernah berbuah supaya batang hasil okulasi lebih cepat berbuah.

2. Pemilihan batang bawah diutamakan dari tanaman lokal yang

mempunyai perakaran kuat dan produksi buahnya manis agar tidak mempengaruhi hasil okulasi batang atas.

3. Umur tanaman yang akan diokulasi mempengaruhi keberhasilan okulasi karena umur tanaman berpengaruh pada pembentukan jaringan kambium pada tanaman. Tanaman lengkeng siap diokulasi pada usia ± 1 tahun dari bibit zailing dengan ukuran batang sudah sebesar pensil.

4. Okulasi multivarietas pada satu tanaman dapat digunakaj sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai ekonomi tanaman sehingga harga jual lebih tinggi dibanding lengkeng okulasi biasa.

B. Saran

1. Pengembangan potensi kebun perlu dipikirkan agar pendapatan kebun meningkat seperti misalnya menjadikan kebun sebagai tempat rekreasi agrowisata untuk lebih mengenalkan masyarakat akan pentingnya tanaman.

2. Peningkatan inovasi lebih diintensitaskan lagi untuk meningkatkan nilai ekonomis tanaman dan meningkatkan pendapatan kebun tidak hanya lengkeng multivarietas tapi juga dapat membuat lengkeng dalam pot (tabulampot).

3. Memperluas wilayah pemasaran dan penggunaan teknologi dalam

pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dan mempromosikan lokasi kebun.


(37)

commit to user

4. Pengembangan perbanyakan lengkeng okulasi lebih ditingkatkan

sehingga dapat memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan kemampuan kebun sebagai produsen bibit tanaman hortikultura.


(1)

2) Biaya Tenaga Kerja

a) Pengolahan tanah 1 orang x 1 HOK Rp 30.000,- Rp 30.000,- b) Penanaman 2 orang x 1 HOK Rp 30.000 Rp 60.000,-

c) Penyiangan 3 orang x 1 HOK Rp 30.000 Rp 90.000,- d) Pemupukan 3 orang x 1 HOK Rp 30.000 Rp 90.000,- e) Okulasi 1 orang x 4 HOK Rp 30.000 Rp 120.000,- f) Transplansi 1 orang x 7 HOK Rp 30.000 Rp 210.000,-

Total biaya tenaga kerja Rp 600.000,-

3) Biaya lain-lain Rp 300.000

Total biaya variable Rp 1.995.000,-

Total Biaya Produksi Rp 2.480.000,-

2. Produksi dan Keuntungan

Produksi bibit lengkeng dari 1000 bibit yang diokulasi persentase kegagalan 3% sehingga dihasilkan bibit siap jual sebanyak 970 tanaman dengan harga jual pertanaman Rp 10.000,-. Banyaknya penerimaan dan keuntungan dapat diketahui sebagai berikut :

Penerimaan = Harga jual x Jumlah produksi = 10.000 x 970

= Rp 9.700.000

Keuntungan = Penerimaan – Biaya total = 9.700.000 – 2.480.000 = Rp 7.220.000

3. Perbandingan Antara Penerimaan dan Biaya

R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan suatu usaha. R/C Ratio lebih dari satu maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Sehingga R/C Ratio dari perbanyakan lengkeng di KBH Tejomantri adalah sebagai berikut :


(2)

commit to user

= ䷘.䦠nn.nnn

. .nnnn

= 3,9

Hal ini berarti bahwa setiap pengeluaran Rp. 1.000.000,- akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 3.900.000,-. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah usaha perbanyakan lengkeng secara okulasi layak dijalankan dan menguntungkan secara ekonomis.

4. Analisis Titik Impas (Break Event Point / BEP )

Analisis titik impas pulang modal / Break Event Point (BEP) adalah suatu kondisi yang menggambarkan hasil usaha tani yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi seperti ini usaha tani yang dihasilkan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian.

Usaha perbanyakan lengkeng dikatakan tercapai titik impasnya bila harga jual tanaman sesuai dengan BEP harga atau produksi tanaman sesuai dengan BEP produksi.

Biaya variabel perunit = gǴ Ǵ ǴrgǴ ju

r ú 트Ǵ ǴmǴg

= 쁈 泸.䷘䷘Ė.nnn

䷘䦠n

= Rp 2056,00-

BEP (unit) = gǴ Ǵ트j트Ǵ

Ǵr ǴúǴu jrú g트 gǴ Ǵ ǴrgǴ ju jrú g트

= 쁈 Ė.nnn

쁈 泸n.nnn 쁈 nĖ

= 61 unit

Jadi artinya pihak KBH Tejomantri tidak mendapat untung atau rugi jika mampu menjual bibit okulasi lengkeng sebanyak 61 tanaman selama 2 tahun.


(3)

BEP (rupiah) = gǴ Ǵ트j트Ǵ

= 쁈 .nnnĖ

.

= Rp 613.924,05-

Artinya KBH Tejomantri tidak mendapat untung atau rugi jika penjualan bibit okulasi lengkeng selama 2 tahun Rp.613.924,05-.

5. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Menurut Anonim (2010), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) biasanya digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha tani dilihat dari keuntungan yang diperoleh yaitu dengan cara membandingkan antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C Ratio lebih dari satu maka usaha ini berarti untung dan layak untuk dijalankan. Rumus B/CRatio adalah keuntungan dibagi total biaya. Sehingga Rumus B/C Ratio adalah untuk usaha produksi bibit lengkeng okulasi sebagai berikut :

Artinya dari setiap modal Rp 1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh hasil Rp 2,91. Jadi semakin tinggi B/C Ratio maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila nilai benefit cost (B/C Ratio) lebih dari 1.

D. Identifikasi Masalah Dan Alternatif Solusinya

Dari hasil kegiatan magang mahasiswa di KBH Tejomantri, penulis dapat mengidentikasi beberapa permasalahan yang terjadi di KBH Tejomantri, antara lain :

a. Kondisi kepegawaian di KBH Tejomantri sangat minim baik karyawan kantor ataupun tenaga lapang sehingga perawatan kebun kurang

B/C Ratio = Keuntungan Total Biaya = Rp 7.220.000

Rp 2.480.000


(4)

commit to user

supaya kondisi kebun lebih terawat dan pemanfaatan kebun yang lebih optimal.

b. Pembibitan tanaman lengkeng kurang diperhatikan, dikarenakan belum memiliki pohon indukan determedier untuk itu perlu solusinya adalah dengan melakukan perawatan pohon indukan lebih intensif untuk mendapatkan pohon induk yang berkualitas.

c. KBH Tejomantri adalah badan milik pemerintah sehingga setiap tahun mempunyai target yang harus dipenuhi sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

d. KBH Tejomantri adalah kebun spesialis tanaman mangga yang diprioritaskan, namun belakangan jumlah permintaan pasar terhadap bibit mangga sangat minim sehingga pendapatan kebun menjadi berkurang yang akibatnya gagal memenuhi target permintaan Dinas terkait. Solusinya adalah dengan mengembangkan jenis varietas tanaman lain yang menjadi objek pasar dan melakukan pelayanan “plus” yaitu jasa antar sampai dengan tanam pada konsumen untuk dapat meningkatkan pendapatan. e. Pohon lengkeng yang belum mendapatkan sertifikat dari BSPB menjadi

kendala pengembangan perbanyakan bibit lengkeng di KBH Tejomantri karena pohon kurang mendapat perawatan yang intensif sehingga produktivitas pohon rendah dan terdapat serangan hama penyakit pada tanaman. Solusinya yaitu dengan melakukan perawatan intensif pada pohon indukan untuk mendapatkan mata tempel atau batang atas yang baik untuk pengembangan perbanyakan tanaman secara vegetatif.

f. Jam kerja yang berlakukan hanya sampai pukul 12.00 sangat kurang sepadan dengan upah yang diterima pekerja dan yang dibayarkan pada pekerja yang dibayar untuk 1 HOK, sehingga pekerja kurang menghargai waktu dan pekerjaan yang ada. Solusinya adalah dengan mengefektifkan jam kerja pekerja dengan pengawasan dari pihak kantor sehingga kinerja pekerja lebih terkontrol.


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mata tunas yang digunakan sebagai entres dalam okulasi lengkeng harus dari batang yang berkualitas baik, produksi tinggi serta tahan terhadap hama dan penyakit. Mata tunas sebaiknya dipilih dari batang pohon induk yang sudah pernah berbuah supaya batang hasil okulasi lebih cepat berbuah.

2. Pemilihan batang bawah diutamakan dari tanaman lokal yang mempunyai perakaran kuat dan produksi buahnya manis agar tidak mempengaruhi hasil okulasi batang atas.

3. Umur tanaman yang akan diokulasi mempengaruhi keberhasilan okulasi karena umur tanaman berpengaruh pada pembentukan jaringan kambium pada tanaman. Tanaman lengkeng siap diokulasi pada usia ± 1 tahun dari bibit zailing dengan ukuran batang sudah sebesar pensil.

4. Okulasi multivarietas pada satu tanaman dapat digunakaj sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai ekonomi tanaman sehingga harga jual lebih tinggi dibanding lengkeng okulasi biasa.

B. Saran

1. Pengembangan potensi kebun perlu dipikirkan agar pendapatan kebun meningkat seperti misalnya menjadikan kebun sebagai tempat rekreasi agrowisata untuk lebih mengenalkan masyarakat akan pentingnya tanaman.

2. Peningkatan inovasi lebih diintensitaskan lagi untuk meningkatkan nilai ekonomis tanaman dan meningkatkan pendapatan kebun tidak hanya lengkeng multivarietas tapi juga dapat membuat lengkeng dalam pot (tabulampot).

3. Memperluas wilayah pemasaran dan penggunaan teknologi dalam pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dan mempromosikan lokasi


(6)

commit to user

4. Pengembangan perbanyakan lengkeng okulasi lebih ditingkatkan sehingga dapat memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan kemampuan kebun sebagai produsen bibit tanaman hortikultura.