Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LENGKENG

DIAMOND RIVER (Dimocarpus Longan Lour)

(Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

ANGGA KUSMAYANA H34076020

DEPARTEMEN AGRIBSINIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN EKSEKUTIF

ANGGA KUSMAYANA. H34076020. 2010. Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour)(Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM).

Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dalam pemulihan perekonomian Indonesia dalam waktu yang akan datang. Lengkeng merupakan tanaman hortikultura yang telah sejak lama dikenal dan lazim ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pagar pembatas lahan dan tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara budidaya sederhana dapat tumbuh dan berproduksi baik. Namun sebagian besar kebutuhan lengkeng harus diimpor dari Thailand dan Republik Rakyat China (RRC). Produksi buah lengkeng dataran tinggi dari sentra produksi di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih sangat terbatas sudah habis terjual di pasar setempat, tidak sampai ke luar daerah. Selain itu, kesulitan pengembangan yang dihadapi adalah tidak adanya varietas baru yang lebih unggul dan sifat agroklimat tanaman yang menghendaki udara sejuk (pegunungan) sebagai tempat tumbuhnya. Sejak tahun 2007 telah ditemukan terobosan baru yakni lengkeng yang berbuah di dataran rendah berudara panas. Ternyata jenis lengkeng yang dapat beradaptasi dan berproduksi di dataran rendah, salah satunya adalah lengkeng Diamond River.

Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang subur di pulau Jawa memilki potensi untuk dikembangkannya komoditas lengkeng dataran rendah, terutama lengkeng dataran rendah varietas Diamond River. Di Indonesia, salah satu perusahaan yang mengusahakan lengkeng Diamond River adalah PT. Mekar Unggul Sari. PT. Mekar Unggul Sari atau yang lebih dikenal dengan nama Taman Wisata Mekarsari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata buah tropis dan wahana rekreasi keluarga. Selain sebagai tempat wisata, Taman Wisata Mekarsari juga merupakan tempat pengembangan dan penelitian buah tropis, baik dari seluruh wilayah Indonesia, maupun dari mancanegara. Penelitian analisis kelayakan lengkeng Diamond River perlu dilakukan agar memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang adanya produk hortikultura yang dapat dibudidayakan dengan relatif mudah dan dapat menghasilkan keuntungan apabila diusahakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mempelajari cara budidaya lengkeng Diamond River. (2) Menganalisa kelayakan usaha lengkeng Diamond River dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek manajemen yang dilakukan di PT. Mekar Unggul Sari, dan aspek finansial. (3) Menganalisa tingkat kepekaan usaha lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi.. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data perusahaan dan studi literatur yang


(3)

berkaitan dengan penelitian. Untuk data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan Microsoft Excel 2009 dan kalkulator.

Perusahaan memperoleh bibit tanaman lengkeng Diamond River dengan melakukan pembibitan sendiri. Sedangkan untuk peralatan dan perlengkapan pertanian dalam pengusahaan lengkeng Diamond River diperoleh dari pemasok peralatan pertanian. Tenaga kerja harian yang digunakan berjumlah dua orang. Tanaman lengkeng Diamond River baru menghasilkan pada tahun ke-3 atau 18 bulan dari penanaman. PT. Mekar Unggul Sari mengusahakan lengkeng Diamond River di atas lahan seluas 15.000 m2 dengan panen dua kali dalam satu tahun. Hasil produksi pengusahaan lengkeng Diamond River dipasarkan di supermarket dan toko buah.

Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial dan lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River oleh PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dari para wisatawan yang berkunjung semakin meningkat setiap tahunnya serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha lengkeng Diamond River dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan lengkeng Diamond River menggunakan peralatan yang relarif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar lokasi usaha.

Hasil analisis terhadap analisis finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period, pengusahaan lengkeng Diamond River oleh PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dinilai dari nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 351.589.711, Net B/C>1 yaitu sebesar 1,72, dan IRR sebesar 13,00%, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 6,5% serta payback period yang diperoleh dalam pengusahaan lengkeng diamond river adalah 10 tahun dari 15 tahun umur bisnis usaha.

Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan hasil produksi lengkeng, penurunan harga jual, dan kenaikan biaya variabel merupakan hal yang sangat sensitif dalam pengusahaan lengkeng Diamond River, yaitu 22,47 % untuk penurunan hasil produksi lengkeng dan penurunan harga jual, dan 136,27 % untuk kenaikan biaya variabel.


(4)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LENGKENG

DIAMOND RIVER (

Dimocarpus Longan

Lour

)

(Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)

ANGGA KUSMAYANA H34076020

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBSINIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus LonganLour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)

Nasma : Angga Kusmayana

NRP : H34076020

Disetujui, Pembimbing

Ir. Anita Ristianingrum, M.Si NIP 19671024 199302 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi sayayang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

Angga Kusmayana H34076020


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 8 Mei 1986 sebagai anak pertama dari pasangan berbahagia yaitu bapak Kusmayadi dan ibu Jubaedah yang bertempat di Ciampea, Bogor.

Penulis mengikuti pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SDN Bojong Rangkas 05, Ciampea, Bogor pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan Tingkat Menengah Pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMPN 4 Bogor. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada Tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui jalur reguler. Penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat karunia dan kekuatan yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus LonganLour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Lengkeng Diamond River dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial pada perusahaan PT Mekar Unggul Sari.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak termasuk penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian.

Bogor, Maret 2010 Angga Kusmayana


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi rabbil `alamiin puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan baik. Dalam penyusunan Skripsi ini banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi, tetapi berkat dorongan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan, kasih sayang dan dukungan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. “My Twin Sister” Anggi yang selalu memberikan do`a, dukungan dan perhatian dan kasih sayang.

3. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah bersedia menjadi dosen evaluator dalam kolokium, dengan kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS sebagai penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Tintin Sariatin, SP, MM sebagai perwakilan dari komisi akademik yang telah memberikan berbagai saran dan masukan untuk penulis dalam upaya memaksimalkan penulisan skripsi ini.

7. Kak Ratna dan keluarga yang telah menyediakan tempat tinggal selama penulis melaksanakan Penelitian.

8. Nope Gromnikora sebagai pembahas seminar yang telah memberikan berbagai saran dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman seperjuangan satu bimbingan Johnson Simanjuntak atas semangat dan usaha bersama dalam menyelesaikan tugas akhir.


(10)

10. Sahabat-sahabat penulis, M. Koko Prihartono, Riano Catur Hapsongko Rochmat, Harry Octa Rifki, Maradhika Nugraha, Lonica Adysa, dan Meutia Sari. atas semangat, saran, dan pengalaman berharga bagi penulis.

11. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Agribisnis yang telah memberikan dukungan dan kebersamaannya selama ini.

12. Staf dan pengurus Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungannya selama ini

13. Bapak Edwin, Bapak Joko Sugono, Bapak Irama, Bapak Dudi Dzen serta Bapak Holil sebagai staff PT. Mekar Unggul Sari dan atas arahan bimbingan dan informasi yang diberikan kepada penulis.

14. Bapak H. Dwi Susanto yang telah memberikan motivasi dan arahan agar penulis menjadi pribadi yang lebih baik.

15. Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Akhir kata, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Maret 2010


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan ... 10

1.4. Kegunaan ... 11

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Pengertian Hortikultura ... 12

2.2. Buah Lengkeng ... 13

2.2.1. Asal-usul dan Botani Lengkeng ... 13

2.2.2. Sifat Botani Lengkeng ... 15

2.2.3. Manfaat Buah Lengkeng ... 16

2.2.4. Agroekologi Tanaman Lengkeng Dataran rendah 19

2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 23

3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha ... 23

3.1.2. Tujuan Analisis Kelayakan ... 23

3.1.3. Tahap-tahap Analisis Kelayakan Usaha ... 24

3.1.3.1. Aspek Pasar ... 24

3.1.3.2. Aspek Teknis ... 24

3.1.3.3. Aspek Manajemen ... 25

3.1.3.4. Aspek Sosial dan Lingkungan ... 25

3.1.3.5. Aspek Finansial ... 26

3.1.4. Analisis Switching Value ... 30

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

IV METODE PENELITIAN ... 34

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 34

4.3. Metode Analisis ... 34

4.3.1. Analisis Aspek Pasar ... 35

4.3.2 Analisis Aspek Teknis ... 35


(12)

ii

4.3.4. Analisis Aspek Sosial ... 36

4.3.5. Analisis Aspek Finansial ... 36

4.3.5.1. Net Present Value (NPV) ... 37

4.3.5.2 Internal Rate of Return (IRR) ... 37

4.3.5.3 Net Benefit / Cost (Net B/C) ... 38

4.3.5.4 PayBack Period ... 39

4.3.6. Analisis Sensitivitas ... 39

4.3.7. Analisis Rugi Laba ... 40

4.4. Asumsi Dasar ... 41

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 42

5.1. Sejarah perusahaan ... 42

5.2. Kondisi Geografis Perusahaan ... 44

5.3. Tujuan Perusahaan ... 46

5.4. Deskripsi Kegiatan Bisnis Perusahaan ... 46

VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER ... 48

6.1. Aspek Non Finansial ... 48

6.1.1. Aspek Pasar ... 48

6.1.1.1. Peluang Pasar ... 48

6.1.1.2. Strategi Pemasaran ... 48

6.1.2. Aspek Teknis ... 50

6.1.2.1. Lokasi Usaha ... 50

6.1.2.2. Skala Usaha ... 51

6.1.2.3. Teknik Produksi ... 52

6.1.2.3.1. Budidaya Lengkeng ... 52

6.1.3. Aspek Manajemen ... 56

6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ... 57

6.2. Aspek Finansial ... 57

6.2.1. Arus Penerimaan (Inflow) ... 57

6.2.2. Arus Biaya (Outflow) ... 58

6.2.2.1. Biaya Investasi ... 58

6.2.2.2. Biaya Operasional ... 61

6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond River ... 64

6.2.4. Analisis Switching Value ... 65

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1. Kesimpulan ... 67

7.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(13)

iii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1

Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura ... 2

2

Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai 2015 4

3

Konsumsi Buah-buahan dan sayuran Tahun 2007-2008 ... 4

4

Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2008 ... 5

5

Daerah Sentra Produksi Tanaman Lengkeng di Jawa Tengah . 6

6

Sentra Produksi Buah-buahan Unggulan di Kabupaten Bogor 7

7

Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor ... 9

8

Komposisi Zat Gizi per 100 gram Buah Lengkeng Segar dan

Kering ... 17 9 Pengembangan Areal Pada PT Mekar Unggul Sari ... 45 10 Ketinggian, Suhu, Curah hujan, dan pH Tanah pada Lokasi Usaha Dan Syarat Tumbuh Tanaman Lengkeng Diamond River ... 50 11 Perkiraan Penjualan dan Total penerimaan Penjualan Lengkeng Diamond River per Tahun Lahan Seluas 15.000 m2 di PT Mekar Unggul Sari ... 58 12 Rincian Biaya Pembibitan Lengkeng Diamond River ... 60 13 Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Lengkeng

Diamond River pada Lahan selusa 15.000 m2 ... 61 14 Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Lengkeng Diamond River

Dengan luas lahan 15.000 m2 untuk 1 Tahun ... 63 15 Rincian Dosisi Pemberian Pupuk kandang, Pupuk Anorganik, Pestisida, Kemasan beserta Pembungkus Buah dalam

Pengusahaan Lengkeng Diamond River di PT Mekar

Unggul Sari ... 64 16 Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng

Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari ... 64 17 Hasil Analisis Switching Value Usaha Lengkeng Diamond


(14)

iv River di PT Mekar Unggul Sari ... 65


(15)

v DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

2 Kebun Lengkeng ... 51

3 Bibit Lengkeng Diamond River ... 52

4 Pembrongsongan Buah Legkeng ... 54


(16)

vi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Jadwal Kegiatan Pengusahaan Lengkeng Diamond River

Tahun 1-2 ... 71 2 Jadwal Kegiatan Pengusahaan lengkeng Diamond River

Tahun Ketiga dst ... 72 3 Analisis Cashflow Pengusahaan Lengkeng Diamond River

pada PT Mekar Unggul Sari ... 73 4 Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Lengkeng Diamond River

pada PT Mekar Unggul Sari ... 75 5 Biaya Variabel Tahun Pertama dan Kedua ... 77 6 Biaya Variabel Tahun Ketiga, Keempat dst ... 78 7 Biaya Reivestasi Pengusahaan Lengkeng Diamond River

pada PT Mekar Unggul Sari ... 79 8 Perhitungan Penyusutan Pengusahaan Lengkeng Diamond River

pada PT Mekar Unggul Sari ... 80

9

Penerimaan Hasil Panen Lengkeng Tahun Ketiga dan

Seterusnya ... 81

10

Switching Value Penurunan Harga Jual dan Penurunan

Produksi ... 82 11 Switching Value Kenaikan Biaya Variabel ... 84 12 Daftar pertanyaan Pengarah ... 86


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi agroklimat yang tinggi, merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan hortikultura, baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun.

Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia dalam waktu yang akan datang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya. Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.

Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Belum banyaknya pihak yang menyadari potensi dari komoditas hortikultura, yang hasil produksinya 3-7 kali lebih besar dibandingkan komoditi pangan dan bahan baku industri. Berdasarkan perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia untuk buah-buahan impor sangat tinggi yaitu senilai Rp 10 trilyun/tahun (Kompas, 2007), Buah impor selama ini membanjiri supermarket hingga kios buah pinggir jalan. Porsi ini yang harus di ambil alih, minimal dapat diimbangi.


(18)

2 Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Secara keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 7,43 % Sedangkan untuk pencapaian luas panen mengalami peningkatan sebesar 7,86 %1

No

. Secara keseluruhan perkembangan produksi hortikultura dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Tahun 2007-2008

Kelompok Komoditas Produksi Peningkatan (%) Tahun 2007 Tahun 2008*)

1. 2. 3. 4. Buah-buaha (Ton) Sayuran (Ton) Tanaman Hias :

Tan. Hias potong (Tangkai) Draceana (Batang)

Melati (Kg) Palem (Pohon)

Tanaman Biofarmaka (Kg)

17.116.622 9.455.464 9.189.976 2.041.962 15.775.751 1.171.768 474.911.940 18.241248 10.393.407 11.037.463 2.355.403 16.597.668 1.304.178 489.702.035 7,15 9,92 9,55 1,89 12,10 9,00 15,20 3,11

Rata-rata 7,43

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 20092

Kenyataan bahwa pertumbuhan positif ekonomi di Indonesia diiringi dengan peningkatan konsumsi / belanja rumah tangga membuat kebutuhan produk-produk hasil hortikultura khususnya buah-buahan mengalami kenaikan jumlah permintaan. Kenaikan permintaan tersebut akan menciptakan peluang Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa kesadaran masyarakat untuk mengusahakan komoditas hortikultura semakin tinggi, selain untuk pemenuhan konsumsi, juga dapat mendatangkan keuntungan. Menghadapi persaingan yang semakin tajam diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia. 2


(19)

3 usaha yang menjanjikan keuntungan, namun setiap usaha pasti memiliki persaingan usaha baik dari dalam negeri maupun produk dari luar negeri. Untuk persaingan dalam negeri, petani kecil maupun kelompok tani harus bersaing dengan pengusaha swasta yang menghasilkan produk hortikultura yang serupa untuk dapat diterima oleh konsumen.

Dalam persaingan internasional dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuk ke Indonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak. Menghadapi kenyataan ini maka produk hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas dapat terlaksana dengan baik.

Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya (Dudung Abdul Adjid, 1993). Kepedulian masyarakat di Indonesia untuk mengonsumsi buah ternyata masih rendah. Sebagai salah satu negara penghasil buah terbesar di dunia, konsumsi buah di Indonesia masih lebih rendah dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Dari hasil Survei Sehat Nasional (Susenas) yang diadakan BPS tahun 2004, 60,44 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Rata-rata hanya mengonsumsi satu porsi buah setiap hari3.

3

Pekan Raya Hortikultura Ke-4 Tahun 2009 Target Konsumsi Sayuran 43,5 Kg Dan Buah 37,5 Kg.


(20)

4 Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai 2015

Tahun Populasi Penduduk(Juta)

Peningkatan Populasi per 5

Tahun (%) Konsumsi per Kapita (kg) Total Konsumsi (ribu ton)

2000 213 30,5 36,76 7.830

2005 227 32,5 45,70 10.375

2010 240 34,0 57,92 13.900

2015 254 44,5 78,74 20.000

Sumber : Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (IPB, 2002)

Jumlah konsumsi buah-buahan dan sayuran di Indonesia pada tahun 2007-2008 juga mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan pertumbuhan penduduk juga mempengaruhi permintaan buah dan sayuran untuk pemenuhan kebutuhan asupan gizi masyarakat.

Tabel 3. Konsumsi Buah-buahan dan Sayuran Tahun 2007-2008

Komoditi Konsumsi (kg/th/kapita) Peningkatan (%) 2007 Tahun 2008

Buah-buahan Sayuran 34,06 40,90 35,52 41,32 4,29 1,03

Jumlah 74,96 76,84 2,51

Sumber : www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura4

Menurut organisasi pangan sedunia (FAO - Food and Agricultural Organization), idealnya dibutuhkan tiga porsi buah setiap hari supaya manfaat buah bisa didapatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi buah-buahan di Indonesia, sampai saat ini hanya 35,52 kilogram per kapita/tahun pada tahun 2008. Angka itu masih cukup jauh dari rekomendasi FAO yaitu sebesar 65,75 kg per kapita/tahun untuk konsumsi buah setiap negara. Dibanding negara lain di Asia Tenggara jumlah konsumsi buah di Indonesia termasuk rendah. Malaysia sudah mengonsumsi buah 52 kg per kapita/tahun, Filipina 67 kg per kapita/tahun, sedang Thailand sudah mencapai 92 kg perkapita/tahun5

Selain potensi pasar yang masih sangat besar, Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura juga cukup baik hasilnya. Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura sepanjang 2005, nilai PDB hortikultura mencapai US$ 44 miliar. Skala itu semakin meningkat di tahun selanjutnya menjadi US$ 46 miliar. Di

. 4 www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura 5 Op.cit


(21)

5 tahun 2007, pemerintah telah menargetkan nilai PDB hortikultura mencapai US$ 49 miliar, dan US$ 51 miliar pada 2008.

Tabel 4. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2008

No Kelompok Komoditi

PDB (Milyar) Peningkatan/P enurunan (%) Tahun 2007 Tahun 2008

1. 2. 3. 4. Buah-buahan Sayuran Tan.Biofarmaka Tanaman Hias 42.362 25.567 4.105 4.741 42.660 27.423 4.118 6.091 4,02 7,18 0,32 28,48

Total 76.795 80.292 4,55

Sumber : Litbang Deptan6

Salah satu buah konsumsi yang digemari oleh masyarakat di Indonesia adalah buah lengkeng. Lengkeng merupakan tanaman yang telah sejak lama dikenal dan lazim ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pagar pembatas lahan dan tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara budidaya sederhana dapat tumbuh dan berproduksi baik. Namun sebagian besar kebutuhan lengkeng harus diimpor dari Thailand dan Republik Rakyat China (RRC)7

Keunggulan lengkeng adalah memperkuat limpa, meningkatkan produksi darah merah, menambah selera makan, dan menambah tenaga. Buah lengkeng baik untuk dikonsumsi saat proses pemulihan stamina, sehingga kondisi kesehatan berangsur membaik. Konsumsi yang dianjurkan untuk perbaikan kondisi kesehatan adalah minimal segenggam tangan setiap harinya. Manfaat sehat lainnya masih banyak, antara lain menyehatkan usus, perbaikan proses penyerapan makanan, melancarkan buang air kecil, mengatasi cacingan, . Berbeda dengan produksi buah lengkeng dataran tinggi dari sentra produksi di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih sangat terbatas sudah habis terjual di pasar setempat, tidak sampai ke luar daerah. Selain itu, kesulitan pengembangan yang dihadapi adalah tidak adanya varietas baru yang lebih unggul dan sifat agroklimat tanaman yang menghendaki udara sejuk (pegunungan) sebagai tempat tumbuhnya. 6


(22)

6 menyehatkan mata, mengobati sakit kepala, keputihan, dan hernia. Buah lengkeng juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber minuman penguat, karena bersifat sebagai tonik.

Rendahnya produksi lengkeng Indonesia karena selama ini buah lengkeng di Jawa hanya dihasilkan dari daerah dataran tinggi beriklim sejuk (800–1.200 meter di atas permukaan laut), seperti di Ambarawa dan Temanggung (Jawa Tengah), dan Batu dan Tumpang (Jawa Timur).

Tabel 5. Daerah Sentra Produksi Tanaman Lengkeng di Jawa Tengah

No Daerah

Sentra Lokasi

Ketinggian Tempat (m/d.p.l)

Ciri Khas Buah

1 Bandungan Unggaran 700 Kuning cokelat, manis 2 Grabag

(Magelang) Merbabu 800 Coklat merah, rasa manis khas 3 Pingit Temanggung 600 Merah kuning, rasa khas 4 Muntilan Merapi 800 Kuning jambu, rasa khas 5 Kalibening

Kayuwangi Salatiga 600 Coklat, rasa khas 6 Cepogo Merbabu 600 Kuning coklat, manis Sumber : Sutardi, Balai Penelitian Getas.

Pohon-pohon tradisional di daerah sentra produksi tersebut rata-rata berumur puluhan tahun. Bahkan ada yang 100 tahun, dan tidak pernah diremajakan ataupun dibudidayakan secara intensif. Setiap tahunnya Indonesia mengimpor ± 20.000 ton lengkeng dari berbagai negara, terutama Thailand8

Pada tahun 2005 telah ditemukan terobosan baru yakni lengkeng yang berbuah di dataran rendah berudara panas. Ternyata jenis lengkeng yang dapat beradaptasi dan berproduksi di dataran rendah ini terutama berasal dari Thailand . Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah lengkeng cenderung terus meningkat. Sekarang ini buah lengkeng segar maupun olahan berasal dari Thailand. Luas areal tanaman lengkeng di Tailand sekitar 2.300 Ha dengan produksi 20.000 ton/tahun. Di Indonesia, produksi buah lengkeng belum tercatat secara statistik oleh Biro Pusat Statistik (BPS) karena masih dianggap sebagai buah minor (Rukmana 2005).

8


(23)

7 (Bie Kiew, Ido, Sichompu), Vietnam (Ping Pong, Diamond River), dan Malaysia (Itoh), walaupun ada juga yang asli Indonesia, seperti varietas Selarong dan Sugiri. Penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River perlu dilakukan agar memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang adanya lengkeng varietas baru dari luar negeri yang dapat dibudidayakan di dataran rendah dan dilakukan pengujian layak atau tidaknya varietas lengkeng tersebut apabila dibudidayakan di Indonesia

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang subur di pulau jawa memilki potensi untuk dikembangkannya komoditas lengkeng dataran rendah, terutama lengkeng dataran rendah varietas Diamond River. Dibandingkan dengan varietas lain yang sejenis, lengkeng Diamond River memiliki keunggulan yang bersifat ekonomis yaitu lebih disukai pasar karena buah manis, berdaging lebih tebal dan berbiji kecil, sehingga berpotensi untuk diusahakan.

Kabupaten Bogor dikenal sebagai sentra buah-buahan unggulan, seperti manggis, rambutan, dan durian. Sebagai daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, Kabupaten Bogor sangat cocok untuk ditanami buah-buahan (tanaman hortikultura). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sentra produksi beberapa komoditas unggulan yang tinggi. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sentra Produksi Buah-buahan Unggulan di Kabupaten Bogor 2008

No Komoditas Luas lahan

(Ha) Kecamatan Utama

1 Manggis 989 Leuwi Sadeng, Jasinga, Sukamakmur

2 Rambutan 5.301 Cileungsi, Jonggol, Sukamakmur, Kalapanunggal 3 Durian 3.308 Jonggol, Jasinga, Gunung Sindur

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (diolah)

Ketiga buah unggulan tersebut merupakan hasil utama buah-buahan unggulan yang merupakan tanaman buah musiman yang sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Masih banyak kelemahan terdapat pada tanaman buah unggulan tersebut, seperti : membutuhkan waktu yang lama dari proses


(24)

8 penanaman sampai proses tanaman mulai berbuah, hanya berbuah satu tahun sekali, membutuhkan lahan yang sangat luas, berbuah pada saat panen raya sehingga harga jual buah relatif rendah (Rambutan Rp 500,-/Kg, Manggis Rp. 2.500,-/Kg, Durian Rp. 5000,-/Kg). Hal-hal tersebut membuat banyaknya pertimbangan apabila ingin diusahakan sejak awal. Lain halnya dengan lengkeng Diamond River yang memiliki keunggulan antara lain : waktu yang dibutuhkan relatif singkat (18 bulan) dari proses penanaman sampai berbuah, berbuah dua kali setahun atau lebih, harga jual buah relatif stabil (Rp. 7.000,- sampai dengan Rp. 7.500,-/Kg di tingkat petani dan Rp. 16.000,- di tingkat pedagang), dan dapat diusahakan dalam bentuk tabulampot.

Belum terpenuhinya kebutuhan konsumsi lengkeng di Indonesia membuat Indonesia masih melakukan impor untuk pemenuhan kebutuhan lengkeng di masyarakat. Hampir sepanjang tahun pasar buah Indonesia dipenuhi oleh buah lengkeng. Padahal produksi lengkeng lokal untuk daerah Temanggung (sentra produksi) Jawa Tengah hanya mencapai 2.691,10 ton dengan jumlah tanaman 13.067 (Diperta Temanggung, 2005). Sementara impor lengkeng terbanyak berasal dari Thailand dan Tiongkok sebanyak 21.000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan untuk mengusahakan lengkeng di Indonesia sangat memiliki prospek, dan dapat mengurangi ketergantungan kepada lengkeng impor. Bertitik tolak dari perkembangan keadaan tanaman lengkeng di Thailand maka pengembangan tanaman lengkeng di Indonesia sebaiknya berkembang pesat, minimal mengimbangi impor buah lengkeng selama ini.

Masih tersedianya lahan untuk dijadikan areal usaha budidaya lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor menjadikan usaha lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor merupakan sebuah usaha yang memiliki prospek dari segi ekologis dan ekonomis. Adapun luas lahan pertanian di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7.


(25)

9 Tabel 7. Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor :

No Potensi Luas (Ha)

1 Lahan Sawah 48.321.00

2 Lahan Bukan Sawah 109.786.61

- Tegal/kebun 57.609.00

- Ladang huma -

- Perkebunan Besar Negara 4.422.08

- Perkebunan Besar Swasta 3.649.76

- Perkebunan rakyat 14.054.59

- Ditanami pohon/hutan rakyat 25.980.17

- Tambak -

- Kolam tebat/empang 2.359.00

- Padang penggembalaan 757.00

- Sementara tidak diusahakan 955.00

Jumlah 158.107.61

sumber : Buku Saku Potensi dan Peluang Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor 20079

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang mengusahakan lengkeng Diamond River adalah PT. Mekar Unggul Sari. Untuk itu pada tanggal 16 Januari 2005 bertempat di Taman Wisata Mekarsari telah diresmikan berdirinya Forum Kerjasama Pengembangan Lengkeng Dataran Rendah yang anggotanya terdiri dari para penangkar buah/ pengusaha, MPPI dan Peneliti, instansi terkait

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masih sekitar 955.00 Ha yang sementara belum diusahakan untuk lahan pertanian di Kabupaten Bogor, sehingga masih dapat dilihat potensi lahan untuk mengusahakan lengkeng Diamond River sebagai usaha pertanian yang berprospek di masa yang akan datang.

PT. Mekar Unggul Sari atau yang lebih dikenal dengan nama Taman Wisata Mekarsari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata buah tropis dan wahana rekreasi keluarga. Selain sebagai tempat wisata, Taman Wisata Mekarsari juga merupakan tempat pengembangan dan penelitian buah tropis, baik dari seluruh wilayah Indonesia, maupun dari mancanegara. Gagasan pembangunan Taman Wisata Mekarsari berasal dari Almarhumah Ibu Tien Soeharto yang berkeinginan untuk membangun sebuah tempat koleksi dan pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia maupun sebagai wahana penelitian, budidaya dan wisata.

9


(26)

10 (Deptan). Forum ini sepakat untuk menyumbangkan varietas-varietas lengkeng dataran rendah yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya yaitu para penangkar benih buah untuk ditanam di Taman Wisata Mekarsari sebagai tanaman percontohan yang akan diteliti dan dievaluasi pertumbuhannya secara berkala. Forum ini juga dibentuk untuk menyusun strategi untuk mengembangkan tanaman lengkeng dataran rendah di seluruh wilayah Indonesia dalam usaha mengurangi ketergantungan impor dari Thailand dan RRC. Sejumlah 16 varietas telah ditanam untuk dievaluasi pertumbuhannya dan akan diseleksi sebagai pohon induk yang layak10

1. Apakah pengusahaan buah lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan dilihat dari aspek pasar, aspek produksi, aspek oganisasi, dan aspek sosial dan lingkungan ?

.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian yaitu :

2. Apakah pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan dilihat dari aspek finansial ?

3. Bagaimana tingkat kepekaan pengusahaan lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, penurunan jumlah produksi serta kenaikan biaya variabel ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penilitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha lengkeng Diamond River dari aspek pasar,

aspek produksi, aspek organisasi, aspek sosial dan menganalisa kelayakan finansial pengembangan bisnis lengkeng Diamond River

2. Menganalisis tingkat kepekaan usaha lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi.

10


(27)

11 1.4.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna

bagi : 1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dan bahan acuan untuk mengembangkan bisnis lengkeng Diamond River dengan mengoptimalkan lahan yang belum digunakan pada PT. Mekar Unggul Sari dalam rangka pemenuhan permintaan konsumen.

2. Memberikan informasi kepada pemilik modal dan petani sebagai pertimbangan melakukan usaha alternatif yang kemudian dinilai mampu memperoleh pendapatan dari usahatani lengkeng Diamond River.

3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan maupun sebagai informasi untuk melaksanakan studi yang relevan di masa yang akan datang.

4. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti sendiri untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalankan kuliah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari sebagai percontohan untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor. Adanya keterbatasan data sehingga belum tentu data-data sama dan tidak 100% benar.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hortikultura

Hortikultura berasal dari kata hortus (garden atau kebun) dan colere (to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972 ; Edmond et al. 1975). Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.

Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga).

Peranan hortikultura adalah : a) Memperbaiki gizi masyarakat, b) Memperbesar devisa negara, c) Memperluas kesempatan kerja,

d) Meningkatkan pendapatan petani, dan

e) Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.

Namun dalam membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu :

a) Tidak dapat disimpan lama, b) Perlu tempat lapang (voluminous),

c) Mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan,

d) Melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) Fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997).


(29)

13 2.2. Buah Lengkeng

2.2.1. Asal-usul Tanaman Lengkeng

Lengkeng merupakan tanaman buah subtropis yang memiliki nama ilmiah Dimocarpus Longan Lour. Klasifikasi dari tanaman lengkeng adalah sebagai berikut :

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Sapindales Suku : Sapindaceae Marga : Dimocarpus

Jenis : Dimocarpus longanLour. Nama Umum : lengkeng

Nama Asing : Longan (Inggris), Longanier, oeil de dragon (Francis)

Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) yang termasuk dalam famili Sapindaceae kerabat dekat dengan leci dan rambutan merupakan tanaman subtropis yang sudah dikenal 2000 tahun yang lalu. Asal-usulnya dari daerah Cina Selatan dan pemanfaatannya lebih kepada khasiatnya sebagai obat, bukan sebagai buah meja (Triwinata 2006), buah ini dikenal sebagai Dragon Eye (Menzel et al., Nakasone dan Paull, 1998)10

10

. Dari Cina Selatan, tanaman ini kemudian berkembang ke daerah Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia (Usman 2006). Di Indonesia lengkeng tumbuh baik di daerah dengan ketinggian tempat antara 300-900 m dpl (Rahardja, 1983). Lengkeng memerlukan suhu yang dingin untuk memacu pembungaan yaitu antara 5-22°C (Verheij dan Coronel, 1992). Menurut Soenarso (1990) bahwa sebaran pertanaman lengkeng dataran tinggi dominan di Pulau Jawa yaitu di daerah Salatiga, Ambarawa, Temanggung, Tumpang, dan Magelang. Sebagian besar daerah tersebut mempunyai pola curah hujan subtropis seperti di Ambarawa, Salatiga, dan Tumpang (Supriyanto, 2006). Karena memerlukan syarat tumbuh seperti itu, pengembangan lengkeng di Indonesia terbatas hanya di daerah tertentu saja. Selain itu, umumnya lengkeng


(30)

14 dataran tinggi mempunyai masa awal produksi yang lama yaitu antara 5-8 tahun sehingga pengembangannya ke daerah lain agak lambat.

Lengkeng berbentuk bulat berukuran sebesar kelereng. Lengkeng dalam bahasa mandarin dikenal sebagai ong ya guo/long yan (mata naga). Dalam bahasa Thailand dikenal lam yai, dan dalam bahasa latin dikenal Euphoria longana. Lengkeng banyak tumbuh di provinsi belahan utara Thailand, khususnya di Chiang Mai dan Lamphun, meskipun dipercaya berasal dari Sri Lanka dan India Selatan. Awal pertumbuhan di Thailand disebutkan bahwa sebagai buah-buahan yang dikenal lam yai dibawa dari Cina Selatan untuk Raja Chulalongkorn (Rama V), sebelum tahun 1896. Di Thailand, lengkeng (lam yai) menempati urutan kedua dari lima jenis buah ekspor segar setelah durian (turian), urutan selanjutnya manggis (mangkut), nenas (sapparot), dan jeruk (som o) (Adel A Kader, 2006; Anonymous, 2006)

Buah lengkeng bergerombol pada pucuk tangkainya. Kulit buah berwarna kuning kecoklatan sampai coklat muda, bahkan hingga coklat kehitaman dengan permukaan tidak merata atau berbintil-bintil. Daging buah berwarna bening-putih berair mengandung karbohidrat, sedikit minyak, dan saponin. Daging buah berasa manis dengan aroma khas.

Jenis lengkeng yang telah banyak dikenal selama ini, umumnya dapat tumbuh dan berbuah dengan baik di daerah dataran tinggi, meski ada sebagian yang adaptif di dataran rendah tetapi umur panen tergolong lama ( di atas 8 tahun). Belakangan ini mulai dikenal beberapa jenis lengkeng yang dapat tumbuh bahkan berbuah dengan lebat di dataran rendah serta bersifat genjah (paling cepat berbuah umur 8 bulan).

1. Diamond River

Verietas ini berdaun hijau cerah, lebar dan tepinya bergelombang. Tajuknya kompak dan sosoknya cenderung melebar ke samping daripada ke atas. Sangat cocok dijadikan tanaman peneduh (di Vietnam telah dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan sejak tahun 1986). Daging buahnya relatif tebal dan berair saat dikupas. Lengkeng jenis ini bisa berbuah pada umur 8-12 bulan untuk lengkeng vegetatif, dan 2 – 3 tahun untuk lengkeng generatif. Diamond River


(31)

15 termasuk jenis yang mudah berbuah, bahkan tanpa perlakuan khusus dan sangat produktif (tanaman berusia 3 tahun dapat berbuah 80-100 kg/musim panen).

2. Pingpong

Lengkeng pingpong dahannya cenderung memanjang, lentur dan menjulur ke segala arah. Daun berwarna hijau tua dan berukuran kecil menggulung ke belakang. Ukuran buah lebih besar daripada Diamond River, beraroma harum, daging buah cukup tebal, biji besar, kulit tipis, dan tidak berair. Lengkeng vegetatif bisa berbuah pada umur 8-12 bulan dan lengkeng generatif berbuah saat berumur 2-3 tahun. Sayangnya jenis ini kurang produktif dibanding Diamond River, mungkin tipe percabangan yang tidak serimbun Diamond River adalah penyebabnya.

3. Itoh

Sepintas penampilan Itoh mirip dengan Diamond River dengan daun lebar dan bergelombang. Kualitas buah paling unggul daripada yang lain. Daging tebal, manis, kering dan berbiji tebal. Lengkeng Itoh hasil cangkokan berbuah 7-10 bulan tanam dari bibit berumur 6 bulan. Namun di Indonesia baru beberapa pekebun/perusahaan yang berhasil membuahkan, meski sampai saat ini para pekebun masih terus berusaha membuahkannya.

2.2.2. Sifat Botani Lengkeng

Lengkeng merupakan tanaman hutan yang dapat tumbuh tinggi mencapai 40 m. Tanaman ini baik untuk mencegah erosi lereng (Sunarjono, 2005).

a. Daun dan Batang

Habitusnya sangat menarik, berbentuk kanopi. Berdaun rimbun, mirip daun rambuatan kapulasan yakni berukuran kecil, panjang (dengan ujung meruncing), dan berwarna hiljau gelap. Batangnya bercabang banyak, arah cabang mendatar dan rapat (Sunanto, 1990).


(32)

16 b. Bunga

Bunga tanaman lengkeng ada yang berumah satu. Tanaman jantan hanya mempunyai benang sari (Staminate) saja tanpa menunjukkan adanya putik (pistil). Pada tanaman yang berbunga sempurna (hermafrodit) ada yang bersifat betina dan bersifat jantan. Namun, pada tanaman berumah satu (monoecius) lainnya, kedua kelamin bunga berfungsi normal. Bunga tersebut umumnya terdapat dalam tandan yang keluar pada ujung – ujung cabang (ranting) dan berdiri tegak keatas. Dengan demikian, dari luar tampak bagus diatas kanopi daun (Sunarjono, 2005).

c. Buah

Bentuk buah lengkeng umumnya bulat hingga lonjong dan berwarna hijau. Setelah matang (tua), buah berwarna kecoklatan. Bijinya satu, bulat, dan berwarna kehitaman. Biji tidak dapat disimpan lama karena cepat berkecambah setelah dilepas dari dagingnya. Daging buah terasa manis sekali dan harum (Sunarjono, 2005).

d. Akar

Tanaman lengkeng berakaran tunggang dan akar samping berjumlah banyak, panjang dan kuat (Sunanto, 1990).

2.2.3. Manfaat Buah Lengkeng

Buah lengkeng banyak mengandung jenis gula, umumnya glukosa dan sukrosa. Di dalamnya terkandung senyawa fitokimia yang memiliki khasiat untuk kesehatan, beberapa diantaranya dipercaya dapat mengendurkan saraf. Jika saraf telah mengendur, euforia manusia akan naik dengan sendirinya. Karena khasiat

itulah, buah lengkeng disebut juga sebagai euforia fruit. Secara umum komposisi zat gizi yang terkandung dalam buah lengkeng

dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa kandungan mineral buah lengkeng cukup tinggi bila dibandingkan dengan vitaminnya.


(33)

17 Tabel 8. Komposisi Zat Gizi per 100 gram Buah Lengkeng Segar dan Kering

Zat Gizi Buah Segar Buah Kering

Energi (kkal) 61 286

Protein (g) 1 4,9

Lemak (g) 0,1 0,4

Karbohidrat (g) 15,8 74

Serat (g) 0,4 2

Abu (g) 0,7 3,1

Kalsium (mg) 10 45

Fosfor (mg) 42 196

Besi (mg) 1,2 5,4

Vitamin B1 (mg) - 0,04

Vitamin C (mg) 6 28

Sumber: Morton, 198711

Buah lengkeng umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar. Ciri-ciri buah layak pilih adalah: (1) kulit buah berwarna kuning sampai cokelat muda, cerah, dan utuh (tidak pecah); (2) tangkai buah masih menempel pada buah; (3) berasa manis dan beraroma harum. Pada dasarnya buah lengkeng yang ada di pasaran dibedakan atas dua kelas mutu (grade), yaitu mutu A jika dalam satu kilogram terdapat 55-75 buah, dan mutu B jika dalam satu kilogram terdapat 76-80 buah. Saat ini variasi penyajian begitu banyak, mulai dari pengolahan sebagai buah kalengan, dikeringkan, ataupun diolah dalam masakan sebagai dessert atau sup. Di Cina, buah lengkeng umumnya dikeringkan atau dijadikan sirup. Buah Mineral yang banyak terdapat pada lengkeng adalah kalsium, fosfor, dan besi. Lengkeng juga mengandung magnesium dan kalium, tetapi dalam jumlah lebih sedikit. Vitamin yang dominan adalah vitamin C. Buah lengkeng juga memiliki komponen fenolik seperti asam galat, corilagin, dan ellagic acid. Senyawa fenolik ini berguna sebagai antioksidan, senyawa kimia pelindung, dan untuk menjaga kesehatan hati. Fenolik tidak hanya terkandung pada bagian buah, tetapi juga di dalam bijinya.

11


(34)

18 lengkeng dalam kaleng merupakan komoditas utama yang sering diekspor, terutama dari Shanghai, Hong Kong, dan Taiwan ke Amerika Serikat.

Buah yang akan dikeringkan terlebih dahulu harus dipanaskan untuk memudahkan pemisahan daging buahnya. Kemudian biji dan daging buah dipisahkan. Bagian daging buah selanjutnya dikeringkan dengan teknik pengasapan. Dari proses pengeringan tersebut akan dihasilkan buah berwarna hitam dan memiliki cita rasa asap. Buah kering ini juga dapat digunakan sebagai bahan baku minuman untuk penambah kesegaran. Pengolahan lainnya adalah pembuatan liqueur. Lengkeng mengandung alkohol sederhana dalam bentuk etanol. Melalui tahapan fermentasi dan maserasi, gula pada lengkeng akan diubah menjadi minuman beralkohol.

Daging buah lengkeng memiliki banyak manfaat kesehatan, antara lain untuk kesehatan jantung. Kandungan nutrisi dalam daging buah dapat menyembuhkan sakit perut dan penawar keracunan. Konsumsi buah lengkeng dipercaya dapat mengobati jantung yang berdebar keras. Buah yang telah dikeringkan dapat digunakan sebagai tonik untuk perawatan insomnia dan neurosis.

Pemanfaatan buah lengkeng baru-baru ini telah diteliti oleh Fakultas Farmasi di Chiba University, Jepang. Di dalam ekstrak buahnya terkandung beberapa senyawa seperti adenosin, uridin, dan 5-metiluridin. Kandungan adenosin di dalam buah lengkeng dipercaya dapat menghasilkan efek antikonflik (anticonflict effects), serta memberikan kontribusi dalam efek analgesik (analgesic effect), yaitu untuk menghilangkan rasa sakit.

Bagian tanaman lengkeng yang paling menonjol pemanfaatannya adalah bagian buah. Namun, bagian tanaman lainnya juga memiliki kontribusi cukup menguntungkan. Pemanfaatan bagian akar, biji, dan daun lengkeng adalah untuk meminimalisasi limbah perkebunan lengkeng dan meningkatkan nilai tambah bagian yang terkadang terlupakan tersebut. Rasa pahit dari akar dan daun lengkeng memiliki khasiat kesehatan. Keduanya secara tradisional menjadi bahan ramuan obat tradisional di China.

Akar dan daun memiliki quercetin dan quercitrin. Akar tanaman lengkeng memiliki khasiat untuk membersihkan saluran kencing serta melancarkan sirkulasi


(35)

19 darah. Daunnya digunakan sebagai antiradang dan pereda demam. Biji lengkeng, walaupun keras dan bersifat tidak dapat dimakan (inedible), ternyata memiliki kegunaan untuk menghilangkan rasa sakit dan menghentikan perdarahan, serta menghilangkan rasa nyeri. Bagian biji juga mengandung zat yang berguna untuk pigmen dan asam amino. Bahkan, biji lengkeng dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sampo pencuci rambut karena kandungan saponinnya yang dapat menghasilkan busa dalam jumlah banyak. Biji lengkeng juga dapat mengurangi produksi keringat berlebih, sehingga dapat mengendalikan bau badan seseorang. Kulit kayu lengkeng terasa kecut agak manis, dan bersifat hangat astringen. Zat astringen tersebut menyebabkan jaringan mengerut dan mengurangi sekresi. Dengan alasan tersebut, kandungan kulit kayu lengkeng dipakai sebagai obat luar untuk perawatan kulit.

2.2.4. Agroekologi Tanaman Lengkeng Dataran Rendah

Penyebaran tanaman lengkeng dataran rendah sangat erat hubungannya dengan persyaratan tumbuh. Kemampuan tumbuh bukan tumbuh membesar dengan daun rimbun, tetapi tanaman harus mampu berbuah lebat. Tanaman lengkeng dataran rendah untuk dapat tumbuh normal menghendaki persyaratan tumbuh yang sesuai meliputi jenis tanah, ketinggian tempat dan iklim setempat.

Lengkeng dataran rendah dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Akan tetapi jenis tanah yang paling baik adalah tanah yang cukup berairsehingga kondisi agroklimat setempat menjadi dingin. Oleh karena itu, tanah cukup porous, mudah mengalirkan air ke dalam lapisan dalam seperti tanah lempung dan aluvial berpasir, berkapur dengan kemasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5.

Iklim yang dibutuhkan tanaman lengkeng dataran rendah harus sesuai. Komponen iklim seperti curah hujan dan suhu udara. Suhu udara yang sesuai dengan tanaman lengkeng dataran rendah antara 20-33 o C pada siang hari dan 15 – 22 o C pada malam hari dan curah hujan yang dibutuhkan lengkeng dataran rendah 2500-4000 mm/tahun. Sebaiknya curah hujan merata sepanjang tahun dengan kelembaban udara 65-90 %.


(36)

20 2.3. Kajian Penelitian Terdahulu

Samak (2006) meneliti tentang Analisis Kelayakan Usahatani Manggis (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamayan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Jawa Barat), mengemukakan bahwa usahatani manggis layak untuk diusahakan untuk luasan 1 hektar dengan nilai NPV positif yang menunjukkan bahwa jika usahatani manggis dilaksanakan maka akan mendapatkan jumlah keuntungan sebesar Rp 65.972.779 dan nilai IRR sebesar 30,99 persen. Sedangkan nilai NBCR menunjukkan bahwa usahatani yang dilaksanakan dalam 1 hektar, setiap pengeluaran Rp 1,00 akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 6,483.

Widya Sari (2008) meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan Loka Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, mengemukakan berdasarkan analisis aspek sosial dan finansial, terlihat bahwa bunga potong krisan Loka Farm layak untuk dijalankan dengan dua skenario, yaitu modal pinjaman dari Koperasi Mabes TNI (skenario I) dan modal pinjaman dari bank syariah (skenario II). Hal ini dikarenakan kedua skenario sudah memenuhi kriteria kelayakan proyek, yaitu NPV lebih dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR lebih dari tingkat diskonto yang digunakan tiap-tiap proyek dan PP berada sebelum batas habis proyek. Skenario I lebih layak berdasarkan analisis kelayakan finansial dan switching value dibandingkan dengan skenario II karena nilai NPV dan nilai Net B/C lebih besar dibandingkan skenario II.

Purnomo (2008) meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi Kasus Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani nanas selama 6 tahun mengalami keuntungan dengan perbandingan biaya total produksi sebesar Rp. 57.720.000,- dan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 69.420.000,-, maka perolehan pendapatan petani atas biaya total selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.700.000,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp. 37.865.000,- Dengan rasio penerimaan terhadap biaya tunai (R/C) adalah sebesar 2,19 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,19.

Ridhawati (2008) meneliti tentang Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus (Asparagus officionalis) Ramah Lingkungan PT. Agro


(37)

21 Lestari, Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani asparagus ramah lingkungan di Desa Cibedug layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar terlihat dari peluang pasar yang masih tersedia, serta bauran pemasaran yang dilaksanakan perusahaan. Kelayakan aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian antara kondisi iklim Desa Cibedug dengan kondisi iklim yang dibutuhkan oleh asparagus, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja, dan layout lahan. Kelayakan aspek manajemen terlihat dari adanya koordinasi pihak manajemen Agro Lestari untuk membentuk kegiatan usahatani yang utuh. Kelayakan aspek sosial terlihat dari adanya manfaat-manfaat sosial yang ditimbulkan dari adanya kegiatan usahatani asparagus ramah lingkungan.

Berdasarkan analisis finansial, usahatani asparagus ramah lingkungan layak untuk diusahakan. Dilihat dari parameter-parameter kelayakan investasi. NPV sebesar 7.124.166,90 menunjukkan manfaat kepada perusahaan selama umur proyek. IRR sebesar 10,04 persen. Net B/C menunjukkan setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan perusahaan akan menghasilkan 1,04 manfaat. Payback period sebesar 3,60 menunjukkan bahwa akan terjadi pengembalian modal selama tiga tahun enam bulan.

Mariany (2001) meneliti tentang Pengaruh Kemasan Plastik dan Pelilinan terhadap Kualitas dan Masa Simpan Buah Lengkeng (Euphoria Longan L.) Varietas Batu di Desa Jetis, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Hasil penelitian memiliki tujuan untuk observasi perilaku pascapanen varietas Batu dan kopyor yang tersimpan terbuka dalam suhu kamar, serta mempelajari pengaruh beberapa cara simpan (kemasan plastik dan pelilinan) pada suhu rendah dalam mempertahankan kualitas dan memperpanjang masa simpan buah lengkeng varietas Batu.

Penelitian ini menggunakan 2 macam percobaan, yaitu menyimpan buah lengkeng secara terbuka dalam suhu kamar dan penyimpanan dengan beberapa cara simpan dalam suhu rendah 10 ºC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada suhu kamar secara terbuka dapat menyebabkan susut bobot sebesar 15 % pada 3 hari setelah penyimpanan (HSP), dan setelah 7 HSP meningkat menjadi 28 %. Buah tersebut tahan disimpan sampai 3 HSP jika dilihat dari kecilnya persentase kebusukan (0,5 %) dan rasa daging buahnya masih manis dan segar. Pada 7 HSP,


(38)

22 persentase kebusukan mencapai 70 %, sehingga dapat dipasarkan. Penyimpanan secara terbuka pada suhu rendah dapat lebih mempertahankan kualitasdan memperpanjang masa simpannya 3-4 hari lebih lama dibandingkan dengan suhu kamar.

Riani (2002) meneliti tentang Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Pedon di Wilayah Bogor untuk Tanaman Lengkeng. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian beberapa pedon di wilayah Bogor yang meliputi jenis Tanah Andosol Sukamantri (P1), Tanah Regososl Darmaga (P2), Tanah Latosol Darmaga (P3) untuk tanaman lengkeng. Metode yang dilakukan adalah sistem matching, yaitu membandingkan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman lengkeng dengan karakteristik lahan yang ada. Berdasarkan hasil penelitian dan kondisi di lapangan, pedon-pedon yang diteliti (P1,P2,P3) adalah sesuai marginal (S3) bagi tanaman lengkeng yaitu lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar yang akan mengurangi produksi dan keuntungan yaitu curah hujan.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini bermaksud untuk meneliti cara budidaya dan menganalisis kelayakan pengusahaan komoditas lengkeng Diamond River yang tergolong sebagai komoditas baru dalam usaha hortikultura. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menganalisis kelayakan usaha. Masih terbatasnya studi literatur tentang tanaman lengkeng terutama lengkeng dataran rendah, maka penelitian ini menggunakan informasi sekunder tambahan dari penelusuran melalui media internet dan berbagai media pertanian yang membahas tentang lengkeng dataran rendah.


(39)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha

Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari.

3.1.2. Tujuan Analisis Kelayakan

Tujuan analisis kelayakan usaha adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Karena sumber-sumber yang tersedia bersifat terbatas, maka perlu diadakan pemilihan terhadap berbagai macam proyek. Kesalahan pemilihan proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka (Khadariah,1999).

Tujuan lain analisis kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang, karena itu perlu dilakukan studi untuk menghindari kesalahan dalam menginvestasikan dana.

Analisis kelayakan memberikan manfaat terhadap pihak-pihak tertentu seperti : Pemerintah Daerah, Investor, Pengusaha yang memerlukan hasil analisis sebagai bahan masukan utama dalam rangka pengkajian ulang, untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak hasil analisis sesuai dengan kepentingannya.


(40)

24 3.1.3. Tahap-tahap Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha mencakup beberapa aspek antara lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial dan aspek lingkungan serta aspek legal. Analisis kelayakan usaha yang disusun merupakan pedoman kerja, baik dalam penanaman investasi, pengeluaran biaya, cara produksi, cara melakukan pemasaran dan cara memperlakukan lingkungan organisasi. Dalam kenyataannya tidak semua aspek harus diteliti, hanya aspek yang benar-benar dibutuhkan saja yang perlu dianalisis untuk dibahas lebih lanjut.

3.1.3.1. Aspek Pasar

Pada dasarnya, analisis pada aspek ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan pangsa pasar (market share) dari produk yang dihasilkan (Umar, 1999). Analisis terhadap aspek pasar ditunjukkan untuk mendapatkan gambaran mengenai pasar potensial yang tersedia di masa yang akan datang. Jumlah pangsa pasar yang dapat diserap oleh proyek dari keseluruhan pasar potensial serta perkembangan pasar tersebut di masa yang akan datang, dan strategi pemasaran yang telah ditentukan perlu memperhatikan posisi produk dalam siklus produk dan segmen pasar yang direncanakan. Bauran pemasaran dibedakan dalam empat komponen utama, yaitu produk, tempat pemasaran, promosi dan harga (Husnan dan Suwarsono, 2000).

3.1.3.2. Aspek Teknis

Analisis aspek teknis antara lain menentukan jenis teknologi pada produk dan jasa yang dikaji. Lokasi tempat penelitian sementara difokuskan di wilayah Kabupaten Bogor.

Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis secara produksi menguji hubungan-hubungan teknis di dalam suatu proyek diantaranya keadaan tanah di daerah proyek dan potensi bagi pembangunan pertanian, ketersedian air secara alami. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis


(41)

25 dan pengoperasiannya setelah proyek selesai dibangun (Hasnan dan Suwarno, 2000).

Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan, serta sarana dan prasarana pendukungnya.

3.1.3.3. Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen berisi aspek institusi, organisasi, dan manajerial yang tumpang tindih (overlapping) yang dapat mempunyai pengaruh penting terhadap pelaksanaan proyek (Gittinger,1986). Pada proyek pertanian, perusahaan perlu mempertimbangkan kemampuan manajerial terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proyek tersebut. Jika pihak-pihak tersebut masih awam, diharapkan pihak-pihak tersebut dapat mempelajari terlebih dahulu. Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolahan proyek. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000).

3.1.3.4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial tersebut, hal ini dikarenakan tidak ada proyek yang dapat bertahan dengan lama apabila proyek tersebut tidak dapat bersahabat dengan baik dengan lingkungan (Gittinger, 1986).

Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup masyarakat, kontribusi usaha, dan dampak lingkungan yang dapat merugikan usaha. Daerah usaha harus dipilih melalui peninjauan secara langsung, agar usaha tersebut dapat ikut dalam


(42)

26 kelestarian alam. Oleh karena itu rancangan usaha perlu dilakukan guna untuk menghindari pengeluaran biaya atas penggunaan teknologi yang tidak tepat guna.

3.1.3.5. Aspek Finansial

Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan usaha lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor. Penelitian perlu melakukan pengkajian lebih mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya yang diperlukan dalam pengimplementasiannya. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan kajian pertimbangan analisis kelayakan usaha. Untuk mengambil suatu keputusan dalam memilih suatu investasi diperlukan perhitungan dan analisis yang tepat untuk menilai dan menentukan investasi yang menguntungkan ditinjau dari segi ekonomis.

1) Teori Biaya dan Manfaat

Analisis finansial diawali dengan menganalisis biaya dan manfaat dari suatu usaha. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning usaha, apakah usaha itu akan terjamin atas pendanaan yang diperlukan, apakah usaha akan mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakah usaha akan berkembang sedemikian rupa, sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah, 2001). Dalam analisis usaha, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya serta manfaat tidak langsung.

Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu usaha, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan bukan merupakan tujuan utama dari suatu usaha.


(43)

27 Biaya dan manfaat yang dimasukkan ke dalam analisis usaha adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk usaha terdiri dari biaya modal, biaya operasional serta biaya-biaya lainnya yang terkait dengan pendanaan suatu usaha. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan, perlengkapan, mesin, biaya-biaya perizinan, serta biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan dari suatu kegiatan usaha.

Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan pada saat tahap operasi, contohnya biaya bahan baku, biaya perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan usaha adalah pajak, bunga pinjaman dan asuransi (Kuntjoro, 2002). Biaya yang menyangkut proyek pertanian antara lain meliputi barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan biaya tidak terduga, pajak, jasa pinjaman serta biaya yang tidak diperhitungkan (Gittinger, 1986). Penambahan nilai suatu proyek bisa diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian serta biaya tidak langsung usaha

Benefit dari suatu usaha terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit, dan intangible benefit. Direct benefit adalah peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan sampingan akibat adanya suatu usaha. Sedangkan intangible benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya. (Kadariah, 2001)

2)Analisis Rugi Laba

Laporan rugi laba merupakan suatu laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut (Gittinger, 1986). Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan diperoleh dari penjualan barang dan jasa dikurangi dengan potongan penjualan,


(44)

28 barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencangkup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.

Komponen lain dalam rugi laba adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pegeluaran operasi non tunai yang merupakan alokasi biaya yang berasal dari harta tetap pada setiap periode yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.

3)Kriteria Kelayakan Investasi

Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Namun dalam menganalisis suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba karena kas seseorang bisa berinvestasi, dan dengan kas seseorang dapat membayar kewajibannya sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perlu dilakukan analisis aliran kas (cashflow) (Husnan dan Suwarsono, 2000). Cashflow merupakan susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan kegiatan dengan proyek (with project), arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ke tahun selama jangka hidup (life time period) (Kuntjoro, 2002).

Adapun yang termasuk ke dalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan (grants), dan nilai sisa (salvage value). Sedangkan komponen outflow diantaranya biaya barang modal, tenaga kerja, tanah, pajak, dan cicilan pinjaman. Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisis proyek adalah tingkat pengembalian finansial (Gittinger, 1986). Kriteria investasi diklasifikasikan menurut dua kategori, yaitu non discounting criteria dan discounting criteria. Perbedaan antara kedua konsep ini adalah non discounting


(45)

29

criteria tidak menyertakan konsep time value of money (nilai waktu sekarang) sebagaimana yang diterapkan di discounting criteria

Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang akan memiliki manfaat bersih yang lebih kecil dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan jauh lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang diwujudkan dengan perhitungan present value yaitu adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya yang akan diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang.

Umumnya terdapat lima metode yang bisa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penerimaan investasi. Metode tersebut diantaranya Average Rate Return Method, Payback Period, Present Value, Internal Rate Return, serta Profitability Index. (Husnan dan Suwarsono, 2000). Dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi, yaitu Net Present Value, Gross Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate Return. (Gittinger, 1986)

a) Net Present Value atau Manfaat Sekarang Netto

Net Present Value atau manfaat sekarang netto adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986). Proyek akan menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan, arus manfaat sekarang menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan ketidakcukupan dalam pengembalian dana investasi. Lebih baik menanamkan uang di suatu bank pada tingkat diskonto tertentu.

b) Internal Rate of Return (Tingkat Pengembalian Internal)

Perhitungan Internal Rate of Return adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan, karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi serta proyek baru


(46)

30 sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingkat diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang.

c) Net Benefit Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya)

Rasio manfaat dan biaya diperoleh dari nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. (Gittinger, 1986). Suatu keuntungan dari Net B/C adalah bahwa ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik. Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Nilai mutlak net B/C akan berbeda tergantung kepada tingkat bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat bunga yang dipilih, maka net B/C akan kurang dari satu.

d) Payback Period

Payback Period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan (Gittinger, 1986). Selama proyek dapat mengembalikan modal atau investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan.

3.1.4. Analisis Switching Value

Analisis switching value adalah suatu analisis agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah (Gittinger, 1986). Pada bidang pertanian, proyek sensitif berubah akibat empat masalah utama, yaitu perubahan


(47)

31 harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi. Parameter perubahan harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria invetasi dari layak menjadi tidak layak.

Kriteria kelayakan investasi menjadi tidak layak yaitu proporsi manfaat yang turun akibat manfaat sekarang netto atau NPV menjadi nol. Nilai nol akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. Batas-batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak peka atau sensitive terhadap perubahan parameter yang terjadi.

Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi perlu dilakukan analisa sensitivitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas / pengaruh dari beberapa variabel terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan berdasarkan skenario-skenario yang logis.

Metoda yang biasa digunakan dalam analisis sensitifitas yaitu: a. Analisis Breakeven

b. Analisis sensitifitas dengan model sederhana c. Analisis sensitifitas menggunakan model discounted

Dalam penerapannya analisa sensitifitas tidak akan dilakukan dengan ketiga metode tersebut tetapi dipilih metode yang paling sesuai.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Buah lengkeng memiliki potensi untuk dikembangkan dan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tingginya permintaan untuk komoditas buah lengkeng di Indonesia masih bergantung kepada buah lengkeng impor, sehingga masih besarnya peluang untuk mengusahakannya. Dalam pelaksanaan usahatani lengkeng tersebut terutama dari jenis Diamond River yang baru akan dikembangkan di Indonesia maka diperlukan analisis kelayakan usaha, diperlukan


(48)

32 pengukuran atas tingkat kelayakan usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya usahatani tersebut untuk diusahakan dan dikembangkan. Analisis usahatani lengkeng Diamond River dilakukan dengan analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek finansial. Perhitungan analisis finansial menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Rasio, PBP. Selain kriteria tersebut dilakukan juga analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan usahatani lengkeng Diamond River terhadap perubahan manfaat dan biaya yang mempengaruhinya. Adapun alur kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 1.


(49)

33 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Meningkatnya permintaan konsumenterhadap buah lengkeng Permintaan buah lengkeng yang belum terpenuhi Masih tergantung pada lengkeng impor dari luar negeri

PT. Mekar Unggul Sari sebagai tempat percontohan dan penelitian lengkeng dataran rendah

Aspek finansial

Kriteria kelayakan proyek NPV, IRR, Net B/C, PP

Usaha lengkeng Diamond River layak untuk dijalankan

Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River

Aspek sosial & Lingkungan Aspek

manajemen Aspek

teknis Aspek

pasar

Analisis secara deskriptif

Usaha lengkeng Diamond River tidak layak untuk dijalankan

Pengembangan Lengkeng Diamond River

Analisis

Switching Value


(1)

 Bibit

No Urian Jumlah Harga

Satuan (Rp)

Nilai (Rp) Umur Ekonomis

(Tahun) 1 Bibit induk

2 Bibit batang bawah

 Peralatan Pendukung

No Urian Jumlah Harga

Satuan (Rp)

Nilai (Rp) Umur Ekonomis

(Tahun) 1 Cangkul

2 Garpu 3 Kored 4 Sprayer

5 Gunting pohon 6 Lainnya….

D. Komponen Biaya Operasional  Pupuk Organik

No Urian Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1 2 3


(2)

88  Pupuk Anorganik

No Urian Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1 2 3

 Pestisida

No Urian Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1 2 3

 Tenaga Kerja Harian

No Urian Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1 Persiapan lahan

2 Pembuatan lubang tanam

3 Pemupukan 4 Penanaman 5 Penyiangan 6 Penyiraman 7 Pengendalian HPT 8 Penggemburan tanah 9 Pemangkasan

10 Panen 11 Pasca panen


(3)

 Pemakaian Air

No Urian Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1 2 3

 Tenaga Kerja Tetap

No Urian Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1 2 3

 Pajak-pajak

No Urian Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1 2 3

E. Aspek Pasar

1. Berapa proyeksi permintaan lengkeng diamond river ?

2. Berapa proporsi penjualan lengkeng diamond river dengan buah lainnya ? 3. Bagaimana perkiraan penjualan di masa datang ?

F. Aspek Pemasaran


(4)

90 G. Aspek Teknis

1. Bagaimana lingkungan agroekosistem yang harus dipenuhi dalam pengusahaan lengkeng diamond river ?

2. Fasilitas produksi dan peralatan apa saja yang harus disediakan dalam pengusahaan lengkeng diamond river ?

3. Bagaimana ketersediaan bahan bakudan sarana produksi dalam pengusahaan lengkeng diamond river ?

4. Bagaimana ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengusahaan lengkeng diamond river ?

5. Tenaga kerja apa saja yang dibutuhkan dalam proses produksi ?

6. Berapa jumlah produksi lengkeng diamond river yang dapat dihasilkan ? 7. Apa saja kendala produksi dalam mengusahakan lengkeng diamond river ?

H. Aspek Manajemen

1. Struktur manajemen perusahaan ? 2. Kebutuhan tenaga kerja ?

I. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

1. Darimana sumber tenaga kerja yang digunakan ? 2. Dampak usaha terhadap lingkungan sekitar ?


(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

ANGGA KUSMAYANA. H34076020. 2010. Analisis Kelayakan Pengusahaan

Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour)(Studi Kasus : PT

Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM).

Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dalam pemulihan perekonomian Indonesia dalam waktu yang akan datang. Lengkeng merupakan tanaman hortikultura yang telah sejak lama dikenal dan lazim ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pagar pembatas lahan dan tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara budidaya sederhana dapat tumbuh dan berproduksi baik. Namun sebagian besar kebutuhan lengkeng harus diimpor dari Thailand dan Republik Rakyat China (RRC). Produksi buah lengkeng dataran tinggi dari sentra produksi di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih sangat terbatas sudah habis terjual di pasar setempat, tidak sampai ke luar daerah. Selain itu, kesulitan pengembangan yang dihadapi adalah tidak adanya varietas baru yang lebih unggul dan sifat agroklimat tanaman yang menghendaki udara sejuk (pegunungan) sebagai tempat tumbuhnya. Sejak tahun 2007 telah ditemukan terobosan baru yakni lengkeng yang berbuah di dataran rendah berudara panas. Ternyata jenis lengkeng yang dapat beradaptasi dan berproduksi di dataran rendah, salah satunya adalah lengkeng Diamond River.

Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang subur di pulau Jawa memilki potensi untuk dikembangkannya komoditas lengkeng dataran rendah, terutama lengkeng dataran rendah varietas Diamond River. Di Indonesia, salah satu perusahaan yang mengusahakan lengkeng Diamond River adalah PT. Mekar Unggul Sari. PT. Mekar Unggul Sari atau yang lebih dikenal dengan nama Taman Wisata Mekarsari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata buah tropis dan wahana rekreasi keluarga. Selain sebagai tempat wisata, Taman Wisata Mekarsari juga merupakan tempat pengembangan dan penelitian buah tropis, baik dari seluruh wilayah Indonesia, maupun dari mancanegara. Penelitian analisis kelayakan lengkeng Diamond River perlu dilakukan agar memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang adanya produk hortikultura yang dapat dibudidayakan dengan relatif mudah dan dapat menghasilkan keuntungan apabila diusahakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mempelajari cara budidaya lengkeng Diamond River. (2) Menganalisa kelayakan usaha lengkeng Diamond River dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek manajemen yang dilakukan di PT. Mekar Unggul Sari, dan aspek finansial. (3) Menganalisa tingkat kepekaan usaha lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel,


(6)

berkaitan dengan penelitian. Untuk data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan Microsoft Excel 2009 dan kalkulator.

Perusahaan memperoleh bibit tanaman lengkeng Diamond River dengan melakukan pembibitan sendiri. Sedangkan untuk peralatan dan perlengkapan pertanian dalam pengusahaan lengkeng Diamond River diperoleh dari pemasok peralatan pertanian. Tenaga kerja harian yang digunakan berjumlah dua orang. Tanaman lengkeng Diamond River baru menghasilkan pada tahun ke-3 atau 18 bulan dari penanaman. PT. Mekar Unggul Sari mengusahakan lengkeng Diamond River di atas lahan seluas 15.000 m2 dengan panen dua kali dalam satu tahun. Hasil produksi pengusahaan lengkeng Diamond River dipasarkan di supermarket dan toko buah.

Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial dan lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River oleh PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dari para wisatawan yang berkunjung semakin meningkat setiap tahunnya serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha lengkeng Diamond River dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan lengkeng Diamond River menggunakan peralatan yang relarif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar lokasi usaha.

Hasil analisis terhadap analisis finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period, pengusahaan lengkeng Diamond River oleh PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dinilai dari nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 351.589.711, Net B/C>1 yaitu sebesar 1,72, dan IRR sebesar 13,00%, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 6,5% serta payback period yang diperoleh dalam pengusahaan lengkeng diamond river adalah 10 tahun dari 15 tahun umur bisnis usaha.

Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan hasil produksi lengkeng, penurunan harga jual, dan kenaikan biaya variabel merupakan hal yang sangat sensitif dalam pengusahaan lengkeng Diamond River, yaitu 22,47 % untuk penurunan hasil produksi lengkeng dan penurunan harga jual, dan 136,27 % untuk kenaikan biaya variabel.