Indikasi Jual Rugi Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Surat Kabar Di Bali.

(1)

i

SKRIPSI

INDIKASI JUAL RUGI YANG DILAKUKAN OLEH

PERUSAHAAN SURAT KABAR DI BALI

I GEDE ARYA PRATAMA NIM. 1203005145

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

INDIKASI KEGIATAN JUAL RUGI

YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN

SURAT KABAR DI BALI

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

I GEDE ARYA PRATAMA NIM. 1203005145

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Adapun judul yang dipilih dalam penulisan skripsi ini adalah

“Indikasi Jual Rugi Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Surat Kabar Di Bali”. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H.,M.Hum, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, S.H.,M.H, Pembatu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, S.H.,M.H, Pembatu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Gede Yusa, S.H.,M.H, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.


(6)

vi

memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Ida Bagus Putu Sutama, S.H., M.Si. sebagai Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Made Nurmawati, S.H.,M.H., Pembimbing Akademik yang telah

memberikan waktu dan petunjuk selama mengikuti perkuliahan.

8. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Perdata di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah menyetujui skripsi penulis ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang sangat berharga kepada penulis, serta membantu dalam mengurus segala keperluan administrasi selama penulis kuliah.

10.Bapak I Putu Arya Suantika selaku perwakilan dari PT. Bali Media Grafika Tribun Bali dan Ibu Retno Endah S. selaku menager marketing di Pos Bali

yang sudah bersedia penulis wawancarai untuk melengkapi data penelitian yang penulis lakukan.

11.Orang Tua tercinta, Bapak I Made Moja dan Ibu Ni Made Uliasih, serta Adik Kandung Ni Made Mela Aryarini atas segala dukungan, perhatian dan kasih sayangnya. Begitu pula keluarga terdekat yang tidak bisa penulis sebutkan


(7)

vii satu persatu

12.Sahabat-sahabat penulis, Renatha Indra, Sastrawan, Kak Tantry, Kak Ciria, Sabo, Kak Arsad, Junet, Dinda, Dedy, Gungde Manik, Indra, Jimbot, Katos, Alin, Gek Emik, Mitha Rosa, Cibo, Ade, Prima, Gus Agung, Dhama, Wawan, Bobo, Toke, Ratna, Gung Danan, Gungde Yoga, Eggy, Handara, Angga Saputra, Ajus, Genta, Manyung, Kusnaedi.

13.Sahabat-sahabat dari semester awal di tingkat Fakultas Tebo, Gung Wedantha, Diska, Ai, Oping, Adel, Cinsaras, Cida, Nara dan Bima.

14.Terima kasih untuk LMFH yang telah banyak memberikan pengalaman

dalam berorganisasi, khususnya Departemen 6 BEM FH Periode 2014/2015 dan DPM FH Periode 2015/2016.

15.Para senior, rekan seperjuangan dan junior, serta teman-teman Penulis di angkatan 2011, 2012, 2013 dan 2014 baik regular maupun ekstensi yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

16.Para pengisi kuisioner yang sudah memberikan kontribusinya dalam

mendukung penelitian yang penulis lakukan, terima kasih.

17.Keseluruhan teman-teman yang tergabung dalam group Berlian Dalam

Lumpur, Semester Awal, Mami Nurma, 21 MKH, Ameba, PENGKI, Sekaa Melali, Siap Ready, Speak Seken, KPD, Sweetness, Wild Basketball Team, Ancitan’12 dan KKN Bunga Mekar.


(8)

viii

Semoga atas segala jasa dan budi baik yang telah diberikan dengan tulus ikhlas mendapat imbalan yang setimpal dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap kelak terdapat penelitian-penelitian empiris terhadap topik tulisan ini sehingga tidak hanya kebenaran normatif atau teoritis yang didapat namun juga kebenaran empiris. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Gianyar, 23 Mei 2016 Penulis


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ix

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Ruang Lingkup Masalah ... 6

1.4. Orisinalitas ... 7

1.5. Tujuan Penelitian ... 9

1.5.1 Tujuan Umum ... 9

1.5.2 Tujuan Khusus ... 10


(11)

xi

1.6.1. Manfaat Teoritis ... 11

1.6.2. Manfaat Praktis ... 11

1.7. Landasan Teoritis atau Kerangka Teori ... 12

1.8. Metode Penelitian... 15

1.8.1. Jenis Penelitian ... 15

1.8.2. Jenis Pendekatan ... 16

1.8.3. Sifat Penelitian ... 17

1.8.4. Data ... 18

1.8.5. Teknik Pengumpulan Data ... 18

1.8.6. Teknik Penentuan Sampel Penelitian ... 20

1.8.7. Teknik Analisis Data ... 20

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT 2.1. Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan usaha Tidak Sehat ... 21

2.2. Asas-Asas Dalam Melakukan Persaingan Usaha ... 30


(12)

xii

BAB III AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI PRAKTIK

JUAL RUGI TERHADAP PESAING USAHA LAIN

3.1. Pengertian Kegiatan Jual Rugi ... 32

3.2. Unsur – Unsur yang Menjadi Parameter Kegiatan Jual Rugi ... 35

3.3. Pengaturan Kegiatan Jual Rugi dalam Peraturan Perundang – Undangan

di Indonesia ... 39

3.4. Akibat Hukum yang Ditimbulkan Dari Praktek Jual Rugi ... 41

BAB IV INDIKASI DAN KLASIFIKASI KEGIATAN JUAL RUGI

YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN SURAT KABAR DI BALI

4.1. Indikasi Kegiatan Jual Rugi yang Dilakukan Perusahaan Surat Kabar di

Bali... 43

4.2.Klasifikasi Kegiatan Jual Rugi yang Diindikasikan Terhadap Suatu

Perusahaan Surat Kabar di Bali... 44

4.3.Pengawasan dan Penegakan Hukum Untuk Kegiatan Jual Rugi oleh


(13)

xiii BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran-Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(14)

xiv ABSTRAK

Kegiatan jual rugi merupakan bagian dari persaingan usaha tidak sehat. Pengaturan terhadap persaingan usaha tidak sehat itu sendiri ada pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, khususnya untuk kegiatan jual rugi ini diatur dalam Pasal 20. Penelitian ini dilakukan berdasarkan adanya indikasi kegiatan jual rugi tersebut yang dilakukan oleh perusahaan surat kabar di Bali, yaitu PT. Bali Media Grafika Tribun Bali. Perusahaan yang mendistribusikan produknya di Bali ini memiliki strategi pemasaran dengan mengandalkan sokongan dana berupa subsidi dari induk perusahaannya, sehingga dapat menjualkan produk berupa surat kabar dengan harga Rp. 1000, 00. Hal ini secara tidak langsung dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dalam pasar tersebut. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman tentang akibat hukum yang ditimbulkan dari kegiatan jual rugi tersebut dan menjawab indikasi kegiatan jual rugi yang dilakukan PT. Bali Media Grafika dengan disesuaikan pada klasifikasi unsur-unsur kegiatan jual rugi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, dengan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus (The Case Approach),

pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach), dan pendekatan fakta (The Fact Approach) dan

Hasil dari penelitian ini yaitu akibat hukum yang ditimbulkan dari kegiatan jual rugi tersebut ialah berupa timbulnya sanksi dari kegiatan jual rugi tersebut, mengingat kegiatan jual rugi tergolong perbuatan yang melawan hukum. Adapun sanksi-sanksi yang diberikan sudah barang tentu terlebih dahulu sanksi yang bersifat keperdataan, mengingat gugatan yang akan dilakukan merupakan gugatan di ranah keperdataan. Diikuti dengan adanya sanksi tindakan administratif, sanksi pidana dan pidana tambahan yang diatur dalam ketentuan BAB VIII mengenai SANKSI pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Hasil dari penelitian ini juga menghasilkan bahwa memang benar PT. Bali Media Grafika Tribun Bali terindikasi melakukan kegiatan jual rugi tersebut mengingat harga yang ditawarkan jauh dari harga produk competitor lainnya di Bali. Sehingga Komisi Pengawas Persaingan Usaha seharusnya aktif dalam pengawasan tersebut.


(15)

xv

ABSTRACT

Predatory Pricing is part of unfair competition. Unfair competition itself is on the Law No. 5 of 1999 concerning to Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition, particularly for loss selling activity is regulated in Article 20. This study was conducted by the indication of the loss selling activity conducted by the newspaper company in Bali, namely PT. Bali Media Grafika Tribun Bali. Companies that distribute their products in the Bali has a marketing strategy by relying on financial support from its parent company in the form of subsidies, so it can sell products in the form of a newspaper with the price of Rp. 1000, 00. It can indirectly lead to unfair competition in the market. Therefore, this study was conducted to gain an understanding of the legal consequences arising from the predatory pricing and answer indication predatory pricing conducted by PT. Bali Media Grafika Tribun Bali by adjusting the classification of elements, predatory pricing.

This type of research is empirical legal research, with the type of approach used in this study is a Case Approach, Statue Approach and Fact Approach.

The results of this study are the legal consequences arising from the loss selling activity is sanctioned form of occurrence of the loss selling activity, given the loss selling activities classified as acts against the law. The sanctions provided of course prior sanction is civil in nature, given the lawsuit to be done is in the realm of civil lawsuit. Followed by sanctions of administrative measures, criminal sanctions and additional penalty stipulated in the provisions of Chapter VIII of the Sanctions on the Law No. 5 of 1999 concerning to Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition. The results of this study also suggest that the true PT. Bali Media Grafika Tribun Bali indicated to the predatory pricing considering the price offered is far from other competitors product price in Bali. So the Business Competition Supervisory Commission should be active in the surveillance.


(16)

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan yang secara terus-menerus akan berubah seiring berjalannya waktu, akan menyadarkan manusia bahwa ada suatu persaingan antara manusia satu dengan yang lain. Termasuk yang dimaksudkan disini adalah bidang kegiatan usaha yang dimiliki oleh masing-masing manusia tersebut nantinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjalani proses kehidupannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persaingan merupakan perjuangan hidup di tengah-tengah masyarakat, sedangkan usaha merupakan kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud yakni keuntungan (dalam hal perdagangan). Jadi, persaingan usaha adalah perjuangan hidup di tengah-tengah masyarakat dengan melakukan kegiatan yang mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud yakni keuntungan (dalam hal perdagangan).

Dalam setiap kegiatan manusia sudah barang tertentu tidak dapat terlepas dari pengaruh positif dan negatif. Ketika suatu persaingan usaha tersebut dipengaruhi oleh hal yang bersifat positif, misalnya berinovasi di titik usaha tertentu untuk meningkatkan daya jual maka usaha tersebut aman dari indikasi melakukan persaingan secara tidak sehat. Akan tetapi, ketika suatu kegiatan usaha yang dalam melakukan persaingan dengan usaha-usaha lainnya menggunakan cara-cara


(18)

2 yang bersifat negatif, maka usaha tersebut tergolong melakukan persaingan usaha secara tidak sehat.

Hukum adalah suatu hubungan di antara suatu persona dan suatu hal (benda, urusan), yang menyebabkan hal itu berada dalam suatu hubungan tertentu dengan persona itu, yaitu menjadi miliknya (menjadi kepunyaannya).1 Roscoe Pound terkenal dengan teorinya juga, yang menyatakan bahwa hukum adalah alat untuk memperbarui masyarakat.2

Kaedah atau norma adalah ketentuan-ketentuan tentang baik buruk perilaku manusia ditengah pergaulan hidupnya, dengan menentukan perangkat-perangkat atau penggal-penggal aturan yang bersifat perintah atau anjuran serta larangan-larangan.3 Dengan adanya suatu indikasi persaingan usaha tidak sehat tersebut, maka disinilah peranan hukum dalam tujuannya untuk menciptakan keadilan dan ketertiban terhadap persaingan usaha yang ada di Indonesia

Hukum merupakan suatu gejala di masyarakat yang akan menjelaskan sebanyak mungkin untuk menerangkan suatu hubungan sebab akibat dengan gejala-gejala lainnya. Salah satu caranya adalah dengan cara menyelidiki sangkut paut hukum dengan gejala-gejala masyarakat, atau sering disebut dengan cara sosiologis.4

Di Indonesia, hukum yang berkaitan dengan persaingan usaha tidak sehat tersebut adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999

1 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2002, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, h.144.

2 Sukarno, et al, 2013, Filsafat Hukum, Prenadamedia Group, Jakarta, h. 127.

3 Soedjono Dirdjosisworo, 2003, Pengantar Ilmu Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, h. 37. 4 L.J. Van Apelrdoorn, 2005, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, h. 412.


(19)

3 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dasar dari lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangn Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini adalah bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga dapat diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat. Adapun ilmu yang mempelajari hal ini dinamakan ilmu hukum persaingan usaha, yang mana hukum persaingan usaha adalah seperangkat aturan hukum yang mengatur mengenai segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha, yang mencakup hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha.5

Definisi persaingan usaha tidak sehat menurut ketentuan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangn Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dana tau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.6

Dalam hal penulisan skripsi ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan penulisan tentang suatu adanya indikasi persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produksi surat kabar di Bali. Dalam ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Republik Indonesia

5 Hermansyah, 2009, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta, h.2.

6 Abdul R. Sulaiman, 2014, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Prenadamedia Group, Jakarta, h. 200.


(20)

4 Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, didefinisikan bahwa surat kabar adalah surat kabar harian berbahasa Indonesia yang beredar secara nasional.

Adapun beberapa media cetak berupa surat kabar yang beredar di Bali saat ini adalah Bali Post, Radar Bali, Tribun Bali, Tokoh dan lain sebagainya yang tidak disebutkan satu persatu banyaknya yang beredar. Dalam pemasarannya sudah barang tentu antara satu perusahaan surat kabar yang ada di Bali dengan perusahaan surat kabar yang lainnya memiliki kiat-kiatnya untuk menarik minat konsumen, yang dalam hal ini pembaca.

Salah satu kiat dalam pemasarannya adalah menentukan harga semurah-murahnya agar bisa bersaing di pasaran dan sedikit tidaknya menarik minat konsumen untuk membeli hasil produksi masing-masing perusahaan surat kabar tersebut. Sudah barang tentu, dalam menentukan harga ini, masing-masing perusahaan sudah pasti menyesuaikannya dengan biaya produksi yang dikeluarkan, sehingga nantinya muncul kisaran harga untuk satu jenis produk yang dihasilkan.

Orientasi suatu perusahaan atau seseorang dalam melakukan kegiatan usaha berupa bisnis, yang dalam hal ini adalah bisnis yang bergerak dibidang usaha yang memproduksi surat kabar adalah suatu keuntungan yang dihasilkan setiap produknya, yang dalam istilahnya sering disebut dengan profit oriented. Hal tersebut sangat lazim dijadikan parameter untuk melakukakn sebuah usaha.

Melihat apa yang sedang terjadi di Bali, sudah barang tentu banyak yang menanyakan keadaan sebagaimana PT. Bali Media Grafika Tribun Bali mampu menjualkan hasil produksinya dengan harga Rp. 1000, 00 (seribu rupiah),


(21)

5 sedangkan harga dari surat kabar lainnya melebihi harga yang ditentukan oleh PT. Bali Media Grafika Tribun Bali. Perkembangan isu pun dapat berkembang mengarah kepada adanya pemikirian yang akan menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh PT. Bali Media Grafika Tribun Bali tersebut akan mematikan usaha surat kabar lainnya, mengingat adanya selisih harga yang cukup jauh.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian terhadap apa yang sedang terjadi di masyarakat terkait dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari pengetahuan masyarakat yang belum tentu mengetahui kebenaran suatu peristiwan hukum yang terjadi pada penjualan surat kabar Tribun Bali tersebu. Dengan adanya bagian dari Ilmu Hukum yang mempelajari hal tersebut, yakni Hukum Persaingan Usaha. Maka penulis akan meneliti tentang adanya indikasi tersebutm yakni adanya suatu kegiatan yang dilarang yang dilakukan perusahaan surat kabar PT. Bali Media Grafika Tribun Bali terkait dengan menjual murah harga barang produksinya.

Kegiatan terlarang seperti yang disebutkan diatas, menurut Hukum Persaingan Usaha yang di dasari oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangn Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai aturan pengaturnya. Kegiatan seperti itu dapat dinamakan dengan

predatory pricing (jual rugi), yakni dengan menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya, karena tidak mampu lagi bersaing.7

7 Rachmadi Usman, 2013, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 435.


(22)

6 Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian terkait hal tersebut, sehingga peneliti mengangkat judul dalam penelitian skripsi ini yaitu “Indikasi Jual Rugi Yang Dilakukan Perusahaan Surat Kabar Di Bali”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka dari itu terdapat dua rumusan masalah yang akan penulis angkat sebagai rumusan masalah dari skripsi ini, yaitu :

1. Bagaimanakah akibat hukum dari praktik jual rugi yang dilakukan terhadap pesaing usaha lain ?

2. Apakah penetapan harga penjualan surat kabar yang dilakukan oleh PT. Bali Media Grafika Tribun Bali dapat diklasifikasikan sebagai salah satu kegiatan jual rugi ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah ini, dirasa perlu untuk diberikannya suatu batasan dalam pembahasan permasalahan yang diangkat pada karya tulis ilmiah ini untuk membantu pembaca agar mampu dengan mudah untuk mengetahui maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini, dan juga melihat keterbatasan kemampuan penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini maka dilakukan pembatasan pembahasan agar tidak terjadi penyimpangan dalam pembahasan permasalahan tersebut karena sangat luasnya cakupan dalam hal persaingan usaha tidak sehat yang terjadi di masyarakat,


(23)

7 mengingat ada dua penyebab hal itu terjadi dan sudah terstruktur pembagiannya, yakni perjanjian yang dilarang ataupun kegiatan yang dilarang.8

Dengan melihat rumusan permasalahan yang di angkat sebelumnya, maka penulis menaruh suatu objek kajian dalam penulisan karya tulis ini yaitu pada adanya suatu indikasi kegiatan yang dilarang dalam persaingan usaha yang dilakukan oleh perusahaan surat kabar PT. Bali Media Grafika Tribun Bali dengan menetapkan harga tertentu untuk produksinya, yang nantinya akan dilihat dari aspek empiris. Maksudnya adalah penulis akan melakukan penelitian berdasarkan dari unsur-unsur yang menjadi tolak ukur dari terjadinya suatu kegiatan yang dilarang dalam suatu persaingan usaha yang pengaturannya ada pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, khususnya praktek jual rugi. Maka dari itu, penulis disini bermaksud untuk meneliti keberadaan unsur-unsur yang dimaksudkan tersebut dengan langsung mengaitkannya pada kegaiatan usaha yang dilakukan oleh sebuah perusahaan surat kabar, yakni PT. Bali Media Grafika Tribun Bali.

1.4. Orisinalitas

Penulisan karya tulis ilmiah (skripsi) yang memfokuskan mengenai kegiatan yang terindikasi pada klasifikasi persaingan usaha tidak sehat berupa jual rugi yang dilakukan oleh suatu perusahaan surat kabar di Bali, namun dalam penulisan skripsi kali ini penulis mengangkat tulisan dengan rumusan masalah dan studi kasus yang berbeda dengan yang terdahulu, sehingga perbedaan tersebut dapat


(24)

8 dijadikan landasan orisinalitas tulisan ini, adapun bentuk orisinalitasnya antara lain sebagai berikut ;

NO JUDUL PENULIS DAN TAHUN RUMUSAN MASALAH

1.

2.

Praktik Jual Rugi (Predatory Pricing)

Pelaku Usaha Dalam Perspektif

Persaingan Usaha

Dugaan praktek jual

rugi (predatory

pricing) dalam

industri

telekomunikasi di

Indonesia ditinjau

dari undang-undang nomor 5 Tahun 1999

tentang larangan

praktek monopoli

I Dw Gd Riski Mada,

Mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas

Udayana

Adiwidya Imam Rahayu

Mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas

Indonesia

1. Bagaimanakah dampak

praktik jual rugi

terhadap persaingan

usaha?

2. Bagaimana akibat

hukum terhadap pelaku usaha yang melakukan praktik jual rugi?

1. Bagaimanakah

pengaturan Predatory

Pricing di Indonesia ?

2. Apakah yang menjadi

dampak dari praktek jual rugi (predatory pricing) terhadap industry telekomunikasi lainnya ?


(25)

9 dan persaingan usaha

tidak sehat

Maka dari itu penulis mengangkat penulisan skripsi yang fokus membahas mengenai kegiatan yang terindikasi pada klasifikasi persaingan usaha tidak sehat berupa jual rugi yang dilakukan oleh suatu perusahaan surat kabar di Bali, karena diharapkan memberi manfaat dari penelitian ini yang kiranya dapat membantu masyarakat dalam menumbuhkan kesadaran hukum dalam diri masyarakat nantinya, serta menjawab pertanyaan masyarakat terkait dengan isu hukum mengenai indikasi terjadinya praktek jula rugi yang dilakukan oleh perusahaan surat kabar di Bali.

1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan umum :

1. Untuk mengetahui akibat hukum dari praktik jual rugi yang dilakukan terhadap pesaing usaha lain.

2. Untuk mengetahui penetapan harga penjualan surat kabar yang dilakukan oleh PT. Bali Media Grafika Tribun Bali dapat diklasifikasikan sebagai salah satu kegiatan jual rugi.

1.5.2Tujuan khusus :

1. Untuk memahami akibat hukum dari praktik jual rugi yang dilakukan terhadap pesaing usaha lain.


(26)

10 2. Untuk memahami penetapan harga penjualan surat kabar yang dilakukan oleh PT. Bali Media Grafika Tribun Bali dapat diklasifikasikan sebagai salah satu kegiatan jual rugi.

1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1Manfaat teoritis :

1. Dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam bidang hukum perdata dan mengembangkan wawasan mahasiswa dalam hal mengenai persaingan usaha tidak sehat, khususnya dibidang kegiatan yang dilarang, yakni mengenai jual rugi.

2. Mampu berkontribusi dalam pengembangan ilmu hukum di Indonesia,

khususnya ilmu hukum di bidang keperdataan, dengan menyerap bahan pembentukan hukum dari aspek sosial.

1.6.2Manfaat praktis :

1. Mengetahui akibat hukum yang dapat ditimbulkan terhadap pesaing usaha lain, khususnya perusahaan surat kabar, terhadap suatu persaingan usaha tidak sehat berupa kegiatan yang dilarang berupa jual rugi, yang terindikasi pada salah satu perusahaan surat kabar di Bali.

2. Mengetahui dapat atau tidaknya perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai kegiatan yang dilarang berupa jual rugi.

1.7. Landasan Teoritis atau Kerangka Teori

Landasan teoritis ialah meliputi filosofi, teori hukum, asas-asas hukum, norma, konsep-konsep hukum, serta doktrin yang dipakai sebagai dasar untuk membahas suatu pemasalahan, dalam hal ini untuk membahas permasalahan pada


(27)

11 rumusan masalah yang terdapat pada skripsi ini.9 Dalam skripsi ini terdapat beberapa landasan teoritis yang menjadi acuan antara lain :

1. Perbuatan hukum adalah setiap perbuataan manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan hak dan kewajiban. Perbuatan hukum merupakan perbuatan subyek hukum yang akibat hukumnya dikehendaki pelaku.10

2. Akibat Hukum, akibat hukum ialah suatu akibat yang ditimbulkan oleh

adanya suatu hubungan hukum.11 Akibat hukum merupakan suatu

peristiwa yang ditimbulkan oleh karena suatu sebab, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum, baik perbuatan yang sesuai dengan hukum, maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum.

3. Tanggung Jawab Hukum, menurut hukum tanggung jawab adalah suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seorang tentang perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral dalam melakukan suatu perbuatan.12 4. Asas Itikad Baik, Asas itikad baik ini dapat dibedakan atas itikad baik

yang subyektif dan itikad baik yang obyektif. Itikad baik dalam pengertian yang subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang atas dalam melakukan suatu perbuatan hukum, yaitu apa yang terletak pada sikap batin seseorang pada saat diadakan suatu perbuatan hukum. Sedang itikad baik dalam pengertian yang obyektif dimaksudkan adalah

9 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 79.

10 Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.191.

11 Soedjono Dirdjosisworo, 2003, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 131.


(28)

12 pelaksanaan suatu perjanjian yang harus didasarkan pada norma kepatutan atau apa yang dirasakan patut dalam suatu masyarakat.

5. Kebijakan Persaingan, dalam Kamus Lengkap Ekonomi yang ditulis oleh

Christhoper Pass dan Bryan Lowes, yang dimaksud dengan kebijakan persaingan adalah kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi pemakaian sumber daya dan perlindungan kepentingan konsumen. Tujuannya adalah, terlaksananya pasar yang optimal.13

6. Asas Kepentingan Umum, yakni mendasarkan diri pada wewenang

negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakat.

7. Asas Demokrasi Ekonomi, yakni dalam melakukan usaha yag berbasisi ekonomi harus didasarkan pada kepentingan sosial kerakyatan.

8. Teori Kepentingan, dimana teori ini membagi kepentingan menjadi dua, yakni kepentingan individu yang bersifat pribadi dan kepentingan negara dalam masalah politik. Setiap orang memiliki kepentingan dalam hidup di masyarakat, namun disisi lain kepentingan tersebut tidak boleh merugikan kepentingan lainnya, maka disinilah peran negara dalam menetapkan peraturan untuk menciptakan ketertiban.14

9. Prinsip Good Corporate Governence, Good Corporate Governance

(GCG) adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan

13 Hermansyah, op.cit, h.2. 14 Hermansyah, op.cit, h.4.


(29)

13

perusahaan dalam memberikan pertanggung jawaban kepada

shareholders dan stakeholders.

10.Reasonable (kewajaran), dalam melakukan usaha, kewajaran diperlukan untuk mencapai suatu hasil yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.

11.Pendekatan Perse Illegal dan Rule of Reasons. Yang dimaksud dengan Pendekatan Perse Illegal adalah suatu perbuatan yang secara inheren bersifat dilarang atau illegal, dimana terhadap perbuatan tersebut tidak perlu pembuktian terhadap dampak dari perbuatan tersebut. Sedangkan,

Pendekatan Rule of Reasons adalah penerapan hukum dengan

mempertimbangkan alasan-alasan dilakukannya suatu tindakan atau suatu perbuatan oleh pelaku usaha.15

Landasan teoritis yang penulis gunakan berdasarkan landasan teori yang berlaku. Landasan teori tersebut diatas digunakan untuk menggambarkan tentang persaingan usaha tidak sehat, sehingga dasar hukum dari dibuatnya suatu aturan mengenai pengaturan persaingan usaha tidak sehat nantinya mampu melihat penerapan atau pelaksanaan iklim persaingan usaha tetap berjalan tertib. Sehingga nantinya dapat menemukan jawaban dari penelitian secara empiris tentang pengaturan suatu persaingan usaha tidak sehat dan juga mengklasifikasikan suatu indikasi dapat dikatakan melakukan persaingan usaha tidak sehat atau tidak, khususnya di lingkup predatory pricing. Dengan dibantu oleh data, sumber data, serta teknik pengumpulan data yang sesuai dengan metode penelitian empiris.


(30)

14 1.8. Metode Penelitian

Didalam melakukan penelitian ilmiah, tentunya menggunakan metode-metode ilmiah dalam penelitiannya. Demikian pula pada penelitian dan penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode ilmiah, yaitu :

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah jenis penilitian empiris yang berarti bahwa penelitian hukum ini akan berdasarkan pada efektivitas hukum di dalam masyarakat. Kajian empiris adalah kajian yang memandang hukum sebagai kenyataan, mencakup kenyataan sosial, kenyataan kultur dan lain-lain. Kajian ini bersifat deskriptif, dimana kajian empiris mengkaji law in action.

Kajian empiris dunianya adalah das sein (apa kenyataannya).16

Dalam penelitian empiris atas hukum akan menghasilkan teori-teori tentang eksistensi dan fungsi hukum dalam masyarakat, berikut perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses-proses perubahan sosial. Maksud dari dilakukannya penelitian secara empiris ini yaitu agar dapat menemukan jawaban maupun pembahasan dari permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, yang mana data-data maupun bentuk fakta yang terjadi dalam masyarakat nyata ini tidaklah ada di dalam kajian kepustakaan/perbendaharaan buku,maka dari itu dilaksanakannya suatu penelitian secara empiris.

1.8.2. Jenis pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fakta (The Fact Approach), yaitu penelitian dengan mengumpulkan fakta-fakta

16 Achmad Ali dan Wiwie Heryani, 2012, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Prenamedia Group, Jakarta, h. 2.


(31)

15 yang terdapat langsung di lapangan yang penulis cari dan amati sendiri secara metodis untuk dijadikan bahan dalam menunjuang penulisan skripsi ini. Kemudian jika melihat dari sifat penelitian skripsi ini, maka sifat penelitiannya adalah deskriptif, yang mana penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara sitematis, faktual, dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat, karakterisitik atau faktor-faktor tertentu. Yang mana diawali dengan hipotesis terlebih dahulu.

1.8.3 Sifat penelitian

Skripsi ini menggunakan penelitian empiris hukum empiris. Dalam suatu penilitian empiris, terdapat pembedaan menurut sifat penelitiannya, yakni :17

a) Penelitian Eksploratif (Penjajakan atau Penjelajahan)

Penelitian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu atau untuk mendapatkan ide-ide baru mengenai suatu gejala itu. Penelitian eksploratif umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih baru, belum banyak informasi mengenai masalah diteliti atau bahkan belum ada sama sekali. Penelitian eksploratif dianggap remeh oleh sebagian orang, karena tidak mempunyai nilai ilmiah. Penelitian jenis ini misalnya penelitian identifikasi hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis.

b) Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk

17 Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo, Jakarta, h. 25-28.


(32)

16 menentukan penyebaran suatu gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini, berawal dari hipotesis, tetapi dapat juga tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-teori baru atau memperkuat materi yang sudah ada dan dapat menggunakan data kualitatif atau kuantitatif. c) Penelitian Eksplanatif (menerangkan)

Penelitian eksplanatif bertujuan menguji hipotesis-hipotesis tentang ada tidaknya hubungan sebab akibat antara berbagai variable yang diteliti. Dengan demikian, penelitian eksplanatif baru dapat dilakukan, apabila informasi-informasi tentang masalah yang diteliti sudah cukup banyak, artinya telah ada beberapa teori tertentu dan telah ada berbagai penelitian empiris yang menguji berbagai hipotesis tertentu.

d) Penelitian verifikatif ini bertujuan untuk menguji suatu teori. 1.8.4. Data

Didalam melakukan penelitian hukum empiris, terdapat dua jenis data yang akan digunakan, yaitu :18

1. Data Primer ialah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama berupa data yang bersumber dari pengamatan langsung di lapangan. Dari pengamatan langsung di lapangan akan diperoleh data yang relevan untuk selanjutnya akan dianalisis.

2. Data Sekunder ialah merupakan data mencakup dokumen-dokumen

resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan data yang bersifat kepustakaan lainnya.

18 Ibid, h.30.


(33)

17 1.8.5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan bahan hukum ataupun data dalam skripsi ini menggunakan studi dokumen, yaitu melalui wawancara .

1. Teknik studi dokumen, digunakan untuk memperoleh data sekunder dari penelitian hukum empiris, yang mana pada teknik ini dilakukan penelitian atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diangkat pada skripsi ini. Studi dokumen dalam hukum dibedakan menjadi tiga, yaitu :19

a. Bahan hukum primer, merupakan bahan-bahan hukum yang

mengikat, seperti konstitusi, peraturan perundang-undangan, hukum adat, yurisprudensi, dan traktat. Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan, ialah :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangn Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

b. Bahan hukum sekunder, bahan-bahan yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, yakni rancangan undang-undang, hasil penelitian, buku dan artikel.

c. Bahan hukum tersier, bahan-bahan yang memberikan penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum.

19 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2009, Buku Pedoman Pengenalan Bahan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 8.


(34)

18

d. Teknik wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan

bertanya langsung kepada yang diwawancarai20. Dalam skripsi ini akan digunakan juga teknik wawancara dalam pengumpulan datanya untuk mendapatkan fakta-fakta yang terdapat di dalam masyarakat seputar permasalahan yang penulis angkat pada penelitian ini.

1.8.6. Teknik penentuan sampel penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non probability sampling, dengan bentuk snowball sampling.

1.8.7. Teknik analisis data

Sebagaimana yang telah penulis paparkan pada sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian empiris yang sifatnya deskriptif, oleh sebab itu penelitian dengan teknik analisis kualitatif yang akan penulis gunakan dalam pengolahan dan analisis data didalam penelitian skripsi ini.

20 Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Cet. IV, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 57.


(35)

19 BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Setiap Individu harus diberi ruang gerak tertentu dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan “apa”, “berapa banyak” dan ‘bagaimana”

produksi. Suatu proses pasar hanya dapat dikembangkan di dalam struktur pengambilan keputusan yang terdsentralisasi artinya bahwa terdapat individu-individu independen dalam jumlah secukupnya yang menyediakan pemasokan dan permintaan dalam suatu pasar, karena proses-proses pasar memerlukan saat-saat aksi dan reaksi pelaku pasar yang tidak dapat diprediksi. Ini adalah satu – satunya cara untuk menjamin bahwa kekeliruan-kekeliruan perencanaan oleh individu tidak semakin terakumulasi sehingga akhirnya menghentikan fungsi pasar.21

Salah satu esensi penting bagi terselenggaranya pasar bebas tersebut adalah persaingan para pelaku pasar dalam memenuhi kebutuhan konsumen.22 Dalam hal ini, persaingan usaha merupakan sebuah proses dimana para pelaku usaha dipaksa menjadi perusahaan yang efisien dengan menawarkan pilihan-pilihan produk barang dan jasa dalam harga yang lebih rendah. Persaingan hanya bila ada dua pelaku usaha atau lebih menawarkan produk atau jasa kepada para pelanggan

21 Andi Fahmi Lubis et. al., 2009, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, ROV Creative Media, Jakarta, h.2.


(36)

20 dalam sebuah pasar. Berbicara tentang pasar, pasar memiliki sekurang-kurangnya tiga fungsi utama, yaitu :

 Sebagai fungsi distribusi, pasar berperan sebagai penyalur barang dan jasa dari produsen ke konsumen melalui transaksi jual beli.

 Sebagai fungsi pembentukan harga, di pasar penjual yang melakukan permintaan atas barang yang dibutuhkan.

 Sebagai fungsi promosi, pasar juga dapat digunakan untuk

memperkenalkan produk baru dari produsen kepada calon

konsumennya.23

Untuk merebut hati konsumen, para pelaku usaha berusaha menawarkan produk dan jasa yang menarik, baik dari segi harga, kualitas dan pelayanan. Kombinasi ketiga faktor tersebut untuk memenangkan persaingan merebut hati para konsumen dapat diperoleh melalui inovasi, penerapan teknologi yang tepat, serta kemampuan manajerial untuk mengarahkan sumber daya perusahaan dalam memenangkan persaingan. Jika tidak, pelaku usaha akan tersingkir secara alami dari arena pasar tersebut.

Dari keadaan tersebut diatas, maka persaingan yang terjadi tidak akan selamanya berjalan sebaik apa yang dicita – citakan, karena tidak bisa dihindari lagi bahwa adanya kekuatan – kekuatan yang akan muncul nantinya untuk menguasai pasar demi kepentingan diri sendiri, sehingga menciptakan iklim pasar yang kurang baik. Munculnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

23 M.Fuad, Christine H, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus Y.E.F., 2000, Pengantar Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(37)

21 Sehat merupakan puncak dari berbagai upaya yang mengatur masalah persaingan antarpelaku usaha dan larangan melakukan praktik monopoli.24

Dalam melakukan persaingan usaha, pelaku usaha melakukan kegiatan bersaing untuk merebut hati konsumen untuk memenangkan pangsa pasar dengan upaya menawarkan produk barang atau produk jasa kepada konsumen dengan berbagai startegi pemasaran yang diterapkannya.25 Persaingan usaha secara umum dibagi menjadi dua, yakni persaingan usaha sehat (healthy competition) dan persaingan usaha tidak sehat (unfair competition).

a. Persaingan Sehat (healthy competition)

Istilah ini menegaskan yang ingin di jamin adalah terciptanya persaingan yang sehat. Dengan melihat beberapa istilah di atas dapat dikatakan bahwa apapun istilah yang di pakai, semuanya berkaitan tiga hal yaitu :

1) Pencegahan atau peniadaan praktek monopoli 2) Menjamin persaingan yang sehat

3) Melarang persaingan yang tidak jujur

Secara umum, konsep dari persaingan usaha secara sehat ini ialah untuk melindungi pelaku usaha baru baik yang sejenis maupun yang berkaitan dengan usaha lain yang merupakan pesaingnya. Dengan adanya konsep persaingan usaha secara sehat ini, pelaku usaha tersebut akan tetap bisa bersaing. Sehingga kegiatan usaha yang dilakukan pelaku usaha baru ini

24 Rachmadi Usman, 2013, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h.1.

25 http://eprints.walisongo.ac.id/3575/3/092411001_Bab2.pdf, diakses pada 13 Maret 2016 pukul 20 : 56 WITA.


(38)

22 nantinya tidak dapat dibendung oleh pelaku usaha yang sudah lama terdapat pada suatu pasar tertentu. Setidaknya ada tiga asumsi yang mendasari agar terjadi persaingan yang sempurna dalam suatu pasar, yakni :

 Pelaku usaha tidak menentukan secara sepihak harga atas produk dan atau jasa.

 Barang atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha adalah betul-betul sama.

 Konsumen dan pelaku usaha memiliki informasi yang sempurna, baik

berupa kesukaan, tingkat pendapatan, maupun biaya serta teknologi yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.26

b. Persaingan Tidak Sehat (unfair competition)

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Dalam persaingan usaha tidak sehat, dibagi kembali menjadi dua jenis yang tergolong persaingan tidak sehat, yakni, perjanjian yang dilarang dan kegiatan yang dilarang.

Adapun perjanjian yang dilarang yang dimaksudkan disini adalah segala bentuk perjanjian yang mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Secara umum, perjanjian diartikan sebagai suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal. Pengertian secara umum tersebut tidak jauh berbeda dengan penegrtian perjanjian di Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan

26 Pindyck, Robert S dan Daniel L. Rubinfeld, 1998, Micro Economics, Prentice Hall International, USA.


(39)

23 menaati apa yang telah dipersetujukan. Sedangkan dalam Black’s Law

Dictionary yang dimaksud dengan perjanjian adalah “an agreement between

two or more person which creates an obligation to do or not to do a

particular thing”. Dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat juga tercantum maksud dari perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

Hal yang terpenting dari perjanjian dalam hukum antimonpoli adalah ikatan. Pihak yang terikat tidak harus melibatkan semua pihak, jika hanya satu pihak yang terikat juga sudah cukup. Ikatan tersebut dibagi menjadi dua, yakni :

Ikatan Hukum

Suatu pihak terikat dengan hukum jika perjanjian yang dilakukan mengakibatkan kewajiban hukum. Ikatan hukum juga diakibatkan oleh kewajiban pembayaran ganti rugi satu pihak kepada pihak lain apabila melanggar ketentuan perjanjian. Mengingat Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) berwenang membatalkan perjanjian, maka perjanjian yang menghambat persaingan usaha tidak mengikat menurut hukum karena dapat dibatalkan. Namun hal ini bukan berarti suatu perjanjian sebagaimana dimaksud Paal 1 angka 7 tidak mengikat (bagi pelaku usaha). Ikatan hukum berarti bahwa suatu


(40)

24 kewajiban tertentu dilindungi hukum jika tidak melanggar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Ikatan Ekonomi

Ikatan ekonomi dihasilkan oleh suatu perjanjian jika ada standar perilaku tertentu yang harus ditaati bukan karena persyaratan hukum, tetapi dalam rangka mencegah kerugian ekonomi. Pihak yang diikutsertakan dalam ikatan ini biasanya menuntut harga yang lebih rendah agar tidak mengalami kerugian dalam persaingan usaha. Pihak yang ikut dalam ikatan ini tersebut akan beruntung jika mengikuti startegi yang disepakati, jika menyimpang dari strategi yang disepkati maka akan menaglami kerugian. Ikatan ini biasanya lahir secara tegas dan nyata (express agreement) artinya terjadinya kesepakatan secara tertulis maupun tidak, serta ada juga secara diam-diam (tacit agreement) artinya seolah-olah ada perjanjian, padahal itu merupakan perilaku seseorang atau sekelompok pelaku usaha yang membuat

pelaku usaha lain “ikut” dengan caranya.27

Dalam persaingan usaha tidak sehat, jenis-jenis perjanjian dilarang adalah : a. Oligopoli, adalah perjanjian antara pelaku usaha untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi atau pemasaran barang dan atau jasa.

27 Mustafa Kamal Rokan, 2012, Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, h. 86-87.


(41)

25 b. Penetapan harga, adalah perjanjian antara pelaku usaha untuk menetapkan harga atas suatu barang dana tau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.

c. Pembagian wilayah, adalah perjanjian antara pelaku usaha yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa.

d. Pemboikotan, adalah perjanjian antara pelaku usaha untuk

menghalangi pelaku usaha lain guna melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun luar negeri.

e. Trust, adalah perjanjian antara pelaku usaha guna melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan dan perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dana tau pemasaran atas barang atau jasa.

f. Oligopsoni, adalah perjanjian antara pelaku usaha yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dana tau jasa dalam pasar bersangkutan.

g. Integrasi vertikal, adalah perjanjian antara pelaku usaha yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu, yang mana setiap


(42)

26 rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atas proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.

h. Perjanjian tertutup, adalah perjanjian antara pelaku usaha yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dana atau tempat tertentu.

i. Perjanjian dengan pihak luar negeri, adalah pejanjian dengan pihak luar negeri yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.

Selain perjanjian yang dilarang, persaingan usaha tidak sehat dapat muncul dari faktor kegiatan yang dilarang. Pada dasarnya, kegiatan adala suatu aktivitas, usaha, atau pekerjaan. Dalam Black’s Law Dictionary, kegiatan adalah “an occupation or pursuit in which person in active”. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak ditentukan suatu rumusan mengenai kegiatan sebagaimana halnya perjanjian. Oleh karena itu, dengan berdasarkan pengertian perjanjian yang dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka dapat dirumuskan bahwa, kegiatan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh satu atau lebih pelaku usaha yang berkaitan dengan proses dalam menjalankan kegiatan usahanya. Jadi, kegiatan yang dilarang merupakan kegiatan yang dilakuakn oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.


(43)

27 Adapun jenis-jenis dari kegiatan yang dilarang menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah sebagai berikut :

a. Monopoli, adalah kegiatan melakukan penguasaan atas produksi dan atau jasa.

b. Monopsoni, adalah kegiatan yang menguasai penerimaan pasokan atau

menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar yang bersangkutan.

c. Penguasaan pasar, adalah kegiatan baik sendiri ataupun bersama-sama pelaku usaha lain berupa menolak atau menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan, atau meatikan usaha pesaingnya di pasar yang bersangkutan.

d. Kegiatan jual rugi, adalah kegiatan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya.

e. Kegiatan penetapan biaya produksi secara curang, adalah kegiatan melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi komponen harga barang dan atau jasa.


(44)

28 f. Persekongkolan, adalah kegiatan bersekongkol dengan pihak lain

untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender.28

2.2 Asas-Asas Dalam Melakukan Persaingan Usaha

Perusahaan dalam melakukan strategi pemasaran, harus berpedoman pada asas untuk melakukan suatu persaingan usaha. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dinyatakan bahwa “pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memerhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan

umum”. Adapun asas-asasnya sebagai berikut :

 Asas itikad baik (good faith) harus dimiliki oleh seluruh pelaku usaha ketika melakukan suatu persaingan usaha. Itikad baik menurut Sutan Remy Sjahdeini secara umum adalah niat dari pihak yang satu dalam suatu perjanjian untuk tidak merugikan mitra janjinya maupun tidak merugikan kepentingan umum".29

 Asas kepastian hukum, bahwa salah satu fungsi ditetapkannya norma hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum itu sendiri.

Gustav Radbruch sebagaimana dikutip oleh Esmi Warassih,30

mengemukakan adanya tiga nilai dasar yang ingin dikejar oleh hukum, yakni nilai keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan. Dengan

28 Rachmadi Usman, op.cit, h. 369.

29 Sjahdeini, Sutan Remy, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta. h.112. 30 Esmi Warassih, Tanpa Tahun Terbit, Pranata Hukum , Sebuah Telaah Sosiologis, PT.Suryandanu Utama, Semarang, hal. 13.


(45)

29 adanya fungsi kepastian hukum dari norma hukum, maka pengaturan tentang persaingan usaha tidak sehat dapat dilaksanakan dengan baik.

 Asas demokrasi ekonomi, adalah suatu asas yang mengarahkan pada setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan harus berdasarkan pada kepentingan kerakyatan secara keseluruhan.

 Asas kepentingan umum adalah suatu asas yang mendasarkan diri pada

wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat

2.3 Unsur – Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pasal 1 huruf f Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyebutkan pengertian persaingan usaha tidak sehat, adalah persaingan antar pelaku dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dana tau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Berdasarkan bunyi pasal diatas, dapat ditemukan beberapa unsur yang menjadi parameter suatu kegiatan usaha melakukan persaingan usaha tidak sehat, yakni :

a. Adanya pelaku usaha, yang dimaksud dengan pelaku usaha

adalah setiap orang-perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui


(46)

30 perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.

b. Menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, yang dimaksud adalah pada saat melakukan kegiatan usahanya tersebut, pelaku usaha yang bersangkutan menghasilkan produksi baik berupa barang ataupun jasa.

Dilakukan secara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Secara tidak jujur, mengartikan bahwa tidak adanya itikad baik pelaku usaha dalam kegiatannya untuk melakukan persaingan usaha. Melawan hukum artinya adanya ketentuan yang dilanggar akibat kegiatan usaha yang dijalankan tersebut. Sedangkan menghambat persaingan usaha, artinya ada usaha lain yang terkena dampak berupa penghambatan produksi barang dana tau jasa yang dihasilkan oleh pesaing usaha tersebut.


(1)

b. Penetapan harga, adalah perjanjian antara pelaku usaha untuk menetapkan harga atas suatu barang dana tau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.

c. Pembagian wilayah, adalah perjanjian antara pelaku usaha yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa.

d. Pemboikotan, adalah perjanjian antara pelaku usaha untuk

menghalangi pelaku usaha lain guna melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun luar negeri.

e. Trust, adalah perjanjian antara pelaku usaha guna melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan dan perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dana tau pemasaran atas barang atau jasa.

f. Oligopsoni, adalah perjanjian antara pelaku usaha yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dana tau jasa dalam pasar bersangkutan.

g. Integrasi vertikal, adalah perjanjian antara pelaku usaha yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu, yang mana setiap


(2)

rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atas proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.

h. Perjanjian tertutup, adalah perjanjian antara pelaku usaha yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dana atau tempat tertentu.

i. Perjanjian dengan pihak luar negeri, adalah pejanjian dengan pihak luar negeri yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.

Selain perjanjian yang dilarang, persaingan usaha tidak sehat dapat muncul dari faktor kegiatan yang dilarang. Pada dasarnya, kegiatan adala suatu aktivitas, usaha, atau pekerjaan. Dalam Black’s Law Dictionary, kegiatan adalah “an occupation or pursuit in which person in active”. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak ditentukan suatu rumusan mengenai kegiatan sebagaimana halnya perjanjian. Oleh karena itu, dengan berdasarkan pengertian perjanjian yang dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka dapat dirumuskan bahwa, kegiatan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh satu atau lebih pelaku usaha yang berkaitan dengan proses dalam menjalankan kegiatan usahanya. Jadi, kegiatan yang dilarang merupakan kegiatan yang dilakuakn oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.


(3)

Adapun jenis-jenis dari kegiatan yang dilarang menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah sebagai berikut :

a. Monopoli, adalah kegiatan melakukan penguasaan atas produksi dan atau jasa.

b. Monopsoni, adalah kegiatan yang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar yang bersangkutan.

c. Penguasaan pasar, adalah kegiatan baik sendiri ataupun bersama-sama pelaku usaha lain berupa menolak atau menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan, atau meatikan usaha pesaingnya di pasar yang bersangkutan.

d. Kegiatan jual rugi, adalah kegiatan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya.

e. Kegiatan penetapan biaya produksi secara curang, adalah kegiatan melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi komponen harga barang dan atau jasa.


(4)

f. Persekongkolan, adalah kegiatan bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender.28

2.2 Asas-Asas Dalam Melakukan Persaingan Usaha

Perusahaan dalam melakukan strategi pemasaran, harus berpedoman pada asas untuk melakukan suatu persaingan usaha. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dinyatakan bahwa “pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memerhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan

umum”. Adapun asas-asasnya sebagai berikut :

 Asas itikad baik (good faith) harus dimiliki oleh seluruh pelaku usaha ketika melakukan suatu persaingan usaha. Itikad baik menurut Sutan Remy Sjahdeini secara umum adalah niat dari pihak yang satu dalam suatu perjanjian untuk tidak merugikan mitra janjinya maupun tidak merugikan kepentingan umum".29

 Asas kepastian hukum, bahwa salah satu fungsi ditetapkannya norma hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum itu sendiri. Gustav Radbruch sebagaimana dikutip oleh Esmi Warassih,30

mengemukakan adanya tiga nilai dasar yang ingin dikejar oleh hukum, yakni nilai keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan. Dengan

28 Rachmadi Usman, op.cit, h. 369.

29 Sjahdeini, Sutan Remy, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Seimbang bagi

Para Pihak dalam Perjanjian Kredit di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta. h.112. 30 Esmi Warassih, Tanpa Tahun Terbit, Pranata Hukum , Sebuah Telaah Sosiologis,


(5)

adanya fungsi kepastian hukum dari norma hukum, maka pengaturan tentang persaingan usaha tidak sehat dapat dilaksanakan dengan baik.

 Asas demokrasi ekonomi, adalah suatu asas yang mengarahkan pada setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan harus berdasarkan pada kepentingan kerakyatan secara keseluruhan.

 Asas kepentingan umum adalah suatu asas yang mendasarkan diri pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat

2.3 Unsur – Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pasal 1 huruf f Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyebutkan pengertian persaingan usaha tidak sehat, adalah persaingan antar pelaku dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dana tau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Berdasarkan bunyi pasal diatas, dapat ditemukan beberapa unsur yang menjadi parameter suatu kegiatan usaha melakukan persaingan usaha tidak sehat, yakni :

a. Adanya pelaku usaha, yang dimaksud dengan pelaku usaha

adalah setiap orang-perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui


(6)

perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.

b. Menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, yang dimaksud adalah pada saat melakukan kegiatan usahanya tersebut, pelaku usaha yang bersangkutan menghasilkan produksi baik berupa barang ataupun jasa.

Dilakukan secara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Secara tidak jujur, mengartikan bahwa tidak adanya itikad baik pelaku usaha dalam kegiatannya untuk melakukan persaingan usaha. Melawan hukum artinya adanya ketentuan yang dilanggar akibat kegiatan usaha yang dijalankan tersebut. Sedangkan menghambat persaingan usaha, artinya ada usaha lain yang terkena dampak berupa penghambatan produksi barang dana tau jasa yang dihasilkan oleh pesaing usaha tersebut.