Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS

VIIB SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran

Universitas Sanata Dharma ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Data yang diperoleh yaitu berupa data hasil tes akhir (post test) dari setiap siklus, data hasil observasi aspek afektif dan hasil pengisian kuisioner motivasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk motivasi awal, terdapat 60% siswa berada pada kategori sangat tinggi dan 40% siswa berada pada kategori tinggi. Sedangkan pada siklus II terdapat 88% siswa pada kategori sangat tinggi dan 12% siswa pada kategori tinggi. Untuk hasil belajar pada siklus I aspek kognitif diperoleh rata-rata yang diperoleh 67,16 dengan ketuntasan kelas sebesar 40%, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata 84,76 dengan ketuntasan kelas yaitu 80%. Untuk hasil belajar aspek afektif, pada siklus I sebesar 84% siswa pada kategori tinggi dan 16% siswa pada kategori sedang, pada siklus II persentasenya kategori tinggi sebesar 100%.

Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Kanisius kalasan Yogyakarta.

Kata Kunci :

Kooperatif tipe jigsaw, pencemaran dan kerusakan lingkungan, motivasi dan hasil belajar.


(2)

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF JIGSAW TYPE TO INCREASE THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULTS ON ENVIRONMENTAL POLLUTION AND DAMAGE MATERIAL AT VIIB

GRADE IN SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran

Sanata Dharma University ABSTRACT

This research is conducted because of the lack of motivation and performance in learning biology on VIIB SMP Kanisius Kalasan. The research aimed at increasing the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta by using the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material. The research was conducted in 2 cycles in which cycle had 2 meetings. Data obtained were posttest result of each cycle, the result of observation in affective aspect, and the result of motivation questionnaire filling. The data was analyzed by qualitatively and quantitatively.

The result of the research showed that there was an increase in the motivation and the learning results of the students. In the initial motivation, 60% students were in very high category and 40% students were in high category. Meanwhile, in cycle II, 88% students were in very high category and 12% students were in high category. In the learning result in cycle I, the average of the cognitive aspect was 67.16 with 40% of class completeness. Meanwhile, in cycle II, the average of the cognitive aspect was 84.76 with 80% of class completeness. The result of the affective aspect in cycle I, 84% students were in high category and 16% students were in medium category. In cycle II, there was 100% of high category of the affective aspect.

It could be concluded that the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material could increase the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

Keywords :

Cooperative of jigsaw type, environmental pollution and damage, motivation and learning result.


(3)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS

VIIB SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Alfonsa Diana Seran 121434031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kepersembahan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Robertus Seran Bria dan Ibu Vionelda Alan Kiik, kakak dan adik-adikku tersayang. Pemberi beasiswa PPKA dan YUPP. Program Studi Pendidikan Biologi


(7)

v MOTTO

Ketika kita tidak pernah melakukan kesalahan, itu artinya kita tidak pernah berani mencoba.


(8)

(9)

(10)

viii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS

VIIB SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran

Universitas Sanata Dharma ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Data yang diperoleh yaitu berupa data hasil tes akhir (post test) dari setiap siklus, data hasil observasi aspek afektif dan hasil pengisian kuisioner motivasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk motivasi awal, terdapat 60% siswa berada pada kategori sangat tinggi dan 40% siswa berada pada kategori tinggi. Sedangkan pada siklus II terdapat 88% siswa pada kategori sangat tinggi dan 12% siswa pada kategori tinggi. Untuk hasil belajar pada siklus I aspek kognitif diperoleh rata-rata yang diperoleh 67,16 dengan ketuntasan kelas sebesar 40%, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata 84,76 dengan ketuntasan kelas yaitu 80%. Untuk hasil belajar aspek afektif, pada siklus I sebesar 84% siswa pada kategori tinggi dan 16% siswa pada kategori sedang, pada siklus II persentasenya kategori tinggi sebesar 100%.

Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Kanisius kalasan Yogyakarta.

Kata Kunci :

Kooperatif tipe jigsaw, pencemaran dan kerusakan lingkungan, motivasi dan hasil belajar


(11)

ix

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF JIGSAW TYPE TO INCREASE THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULTS ON ENVIRONMENTAL POLLUTION AND DAMAGE MATERIAL AT VIIB

GRADE IN SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran

Sanata Dharma University ABSTRACT

This research is conducted because of the lack of motivation and performance in learning biology on VIIB SMP Kanisius Kalasan. The research aimed at increasing the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta by using the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material. The research was conducted in 2 cycles in which cycle had 2 meetings. Data obtained were posttest result of each cycle, the result of observation in affective aspect, and the result of motivation questionnaire filling. The data was analyzed by qualitatively and quantitatively.

The result of the research showed that there was an increase in the motivation and the learning results of the students. In the initial motivation, 60% students were in very high category and 40% students were in high category. Meanwhile, in cycle II, 88% students were in very high category and 12% students were in high category. In the learning result in cycle I, the average of the cognitive aspect was 67.16 with 40% of class completeness. Meanwhile, in cycle II, the average of the cognitive aspect was 84.76 with 80% of class completeness. The result of the affective aspect in cycle I, 84% students were in high category and 16% students were in medium category. In cycle II, there was 100% of high category of the affective aspect.

It could be concluded that the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material could increase the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

Keywords :

Cooperative of jigsaw type, environmental pollution and damage, motivation and learning result.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, mengarahkan dan motivasi penulis selama menyusun skripsi.

2. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah mengajar dan membimbing peneliti selama berada dibangku kuliah.

3. Bapak Yusup Indrianto P., S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian skripsi di sekolah tersebut.

4. Ibu Heffi Widyaningrum S.Pd.Si. selaku guru mata pelajaran biologi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah memberi pengarahan kepada peneliti selama melakukan penelitian.

5. Siswa-siswi kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 atas kerjasama, dan kebersamaan selama proses penelitian.

6. Mgr. Aloysius Murwito. OFM selaku Bapak Uskup Keuskupan Agats-Asmat yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi S1 melalui beasiswa.

7. Pemberi beasiswa dari Yayasan Umat Peduli Pendidikan (YUPP) dan Panitian Peduli Keuskupan Asmat (PPKA) yang telah membiayai peneliti selama manjalankan pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

8. Mama Shanti dan Mama Nik sebagai perwakilan YUPP dan PPKA yang selalu mendoakan, mendukung, mengunjungi peneliti selama kuliah.

9. Kedua orangtua tercinta Bapak Robertus Seran Bria dan Ibu Vionelda Alan Kiik dan keluarga besarku atas doa, dukungan, semangat, motivasi dan material yang telah diberikan selama ini.

10.Sahabat-sahabat terbaikku Rini, Anna, Suster Ledi, Irene dan Arli yang selalu mendukung peneliti dalam menyusun skripsi.

11.Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma atas kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak kekurangan yang dilakukan oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang dapat membangun peneliti untuk menjadi lebih baik dan guna menyempurnakan skripsi ini sehingga berguna bagi peneliti untuk mencapai hasil yang lebih baik. Akhir kata praktikan


(13)

xi

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan juga semua pihak yang membutuhkan. Sekian dan terima kasih. Tuhan Memberkati kita semua.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

1. Bagi Peneliti ... 6

2. Bagi Guru ... 7

3. Bagi Sekolah ... 7

4. Bagi Siswa ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 8

B. Hasil Belajar ... 9

1. Pengertian Hasil belajar ... 9

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 14

C. Motivasi Belajar ... 15

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 15

2. Fungsi Motivasi ... 16

3. Macam-macam Motivasi ... 16

4. Cara Meningkatkan Motivasi ... 17


(15)

xiii

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 22

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ... 23

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 24

F. Materi Pembelajaran ... 28

G. Hasil Penelitian yang relevan ... 28

H. Kerangka Berfikir... 29

I. Hipotesa... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Variabel Penelitian ... 34

C. Setting Penelitian ... 35

1. Subyek Penelitian ... 35

2. Obyek Penelitian ... 35

3. Tempat Penelitian... 35

4. Waktu Penelitian ... 35

D. Rancangan Penelitian ... 35

1. Pra Tindakan ... 36

2. Siklus I ... 37

3. Siklus II ... 39

E. Instrument Penelitian ... 41

1. Instrument Pembelajaran ... 41

a. Silabus ... 41

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 41

c. Kartu Soal ... 42

2. Instrument Pengumpulan Data Penelitian ... 42

a. Test ... 42

b. Non-test ... 42

F. Analisis Data ... 45

a. Analisis Kuantitatif ... 45

1. Hasil Belajar (Aspek Kognitif) ... 45

2. Hasil Belajar (Aspek Afektif) ... 46

3. Data Motivasi Belajar ... 47

b. Analisis Kualitatif ... 48

G. Indikator Keberhasilan ... 48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian Tiap Siklus ... 50

1. Siklus I ... 50

1) Pelaksanaan Pertemuan I... 51

2) Pelaksanaan Pertemuan II ... 55

3) Observasi ... 57

4) Refleksi ... 58

2. Siklus II ... 58


(16)

xiv

2) Pelaksanaan Pertemuan II ... 62

3) Refleksi ... 63

B. Analisis Hasil Penelitian ... 64

1. Motivasi Belajar ... 64

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 65

3. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 67

C. Pembahasan ... 69

1. Motivasi Belajar Siswa ... 69

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 70

3. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 75

D. Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penetapan Skor Kuisioner Motivasi Belajar ... 43

Tabel 3.2 Penggolongan Kelas Interval Motivasi Belajar Siswa ... 44

Tabel 3.3 Skor Motivasi Belajar Awal/Skor Motivasi Akhir ... 44

Tabel 3.4 Kriteria Skor Ketuntasan Individu ... 46

Tabel 3.5 Kriteria Persentase Observasi Aspek Afektif Siswa ... 47

Tabel 3.6 Kategori Motivasi Siswa ... 48

Tabel 3.7 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 49

Tabel 4.1 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIB ... 65

Tabel 4.2 Hasil Analisis Tes Akhir Siklus I (Ranah Kognitif) ... 66

Tabel 4.3 Hasil Analisis Tes Akhir Siklus II (Ranah Kognitif) ... 67

Tabel 4.4 Hasil Analisis Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II ... 68


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 32

Gambar 4.1 Kegiatan Awal Pertemuan Pertama... 52

Gambar 4.2 Kegiatan Diskusi Kelompok ... 54

Gambar 4.3 Kegiatan Presentasi ... 56

Gambar 4.4 Kegiatan Post Test Ranah Kognitif Siklus I ... 57

Gambar 4.5 Kegiatan Diskusi ... 61

Gambar 4.6 Diagram Motivasi Siswa Siklus I dan Siklus II ... 70

Gambar 4.7 Diagram Peningkatan Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II 72


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Kegiatan Pembelajaran ... 83

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 85

Lampiran 3 Kisi-Kisi Kartu Soal Siklus I ... 90

Lampiran 4 Kartu Soal Siklus I ... 91

Lampiran 5 Kisi- Kisi Post test Siklus I ... 92

Lampiran 6 Soal Post Test Siklus I ... 94

Lampiran 7 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor Siklus I ... 96

Lampiran 8 Hasil Post test Siswa Kelas I ... 98

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 102

Lampiran 10 Kisi-Kisi Kartu Soal Siklus II ... 108

Lampiran 11 Kartu Soal Siklus II ... 109

Lampiran 12 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir (Post test) Siklus II ... 110

Lampiran 13 Soal Post Test Siklus II ... 111

Lampiran 14 Kunci Jawaban dan Panduan Skor Siklus II ... 113

Lampiran 15 Hasil post test Siswa Siklus II ... 115

Lampiran 16 Kisi-Kisi Motivasi Awal ... 119

Lampiran 17 Lembar Kuisioner Motivasi awal ... 120

Lampiran 18 Lembar Jawaban Kuisioner Motivasi awal ... 122

Lampiran 19 Kisi-Kisi Motivasi Akhir ... 124

Lampiran 20 Kuisioner Motivasi Akhir ... 125

Lampiran 21 Lembar Jawaban Kuisioner Motivasi Akhir ... 127

Lampiran 22 Lembar Observasi Ranah Afektif Siklus I dan II ... 129

Lampiran 23 Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus I ... 133

Lampiran 24 Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus II ... 137

Lampiran 25 Hasil Analisis Post Test Siklus I ... 141

Lampiran 26 Hasil Analisis Post Test Siklus II ... 143

Lampiran 27 Hasil Analisis Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II ... 145


(20)

xviii

Lampiran 29 Hasil Analisis Motivasi Akhir ... 148 Lampiran 30 Surat Keterangan dari Sekolah ... 150


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana terjadi pertukaran pikiran antara guru dan siswa untuk mengembangkan suatu ide. Pembelajaran juga merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sempit dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. “Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan” (Trianto, 2009). Salah satu cara pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode atau model pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan.

Berdasarkan hasil observasi penulis di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, terlihat bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa terlihat kurang aktif. Secara umum, ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, siswa hanya menjawab pertanyaan jika diajukan oleh guru. Selain itu, siswa terlihat kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya inisiatif dari para siswa untuk bertanya kepada guru ketika guru memberikan waktu untuk bertanya.


(22)

Selain itu, guru hanya menggunakan media power point tanpa media lain yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran biologi biasanya guru hanya memberi materi melalui slide atau melalui buku pegangan dengan metode ceramah yang diselingi tanya jawab. Guru belum bisa menerapkan metode dan media yang bervariasi sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran dikarenakan guru tidak mempunyai waktu untuk menyiapkan media disebabkan oleh jadwal mengajar yang sangat padat. Dampak dari metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar ini, membuat siswa menjadi jenuh dan pasif serta membuat siswa tidak termotivasi untuk mempelajari pencemaran dan kerusakan lingkungan. Akibat dari motivasi yang rendah, ini mempengaruhi hasil belajar siswa. Motivasi siswa yang rendah tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa yang tidak ada hubungannya dengan proses pembelajaran seperti melamun, mengantuk, mengobrol dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa permasalahan pokoknya adalah bagaimana guru memilih metode dan tipe media pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Materi pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu materi dalam pelajaran biologi dianggap mudah karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Namun berdasarkan rata -rata nilai hasil belajar siswa kelas VII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun sebelumnya pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan hanya 61,21 dengan ketuntasan KKM sebesar 57% siswa. Sementara 43% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa secara nasional


(23)

pembelajaran dianggap tuntas/berhasil apabila ketercapaian KKM minimal 75% dari jumlah siswa. Dari data tersebut jelas bahwa hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan masih perlu ditingkatkan.

Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran yaitu dengan tercapainya indikator dan tujuan pembelajaran yang telah disusun. Indikator keberhasilan belajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran oleh siswa, sedangkan tujuan pembelajaran akan tercapai apabila kegiatan belajar siswa dapat dioptimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing–masing siswa. Ini berarti jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan, maka hasil belajar sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.

Atas dasar situasi tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan pada proses pembelajaran Biologi untuk kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, agar motivasi dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengembangkan hasil dan motivasi belajar adalah dengan pembelajaran koopertif tipe Jigsaw.

Pemilihan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikarenakan model ini dapat membuat siswa lebih aktif sehingga pelajaran yang telah dipelajari menjadi lebih mudah dipahami. Selain itu, Jigsaw lebih difokuskan pada pembelajaran teman dalam kelompok atau teman sebaya, sehingga dapat meminimalisir kesenjangan tingkat kemampuan akademik tinggi untuk dapat membantu temannya yang memiliki kemampuan kurang, dan sebaliknya siswa


(24)

yang memiliki kemampuan akademik rendah dapat belajar dari teman yang memiliki kemampuan akademik tinggi.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penelitian ini diberi judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS VII SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah-masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ?


(25)

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dipahami dengan baik sesuai dengan tujuan, maka diperlukan suatu batasan masalah yang akan dikaji secara mendalam. Fokus pembahasan skripsi ini yaitu tentang:

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah 25 siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah motivasi dan hasil belajar. Dalam hal ini, fokus peneliti lebih kepada aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

3. Materi pokok

a. Standar Kompetensi

Standar Kompetensi yang digunakan yaitu : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem.

b. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar yang digunakan yaitu : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Materi yang dibahas adalah Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.


(26)

4. Parameter

Parameter keberhasilan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan kuisioner sedangkan hasil belajar untuk aspek kognitif diukur dengan melihat nilai post test pada setiap akhir siklus sedangkan untuk aspek afektif diukur dengan menggunakan lembar observasi.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Peningkatan motivasi belajar Biologi setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

2. Peningkatan hasil belajar Biologi setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran tipe Jigsaw diharapkan dapat memberikan manfaat seperti :

1. Bagi peneliti

Hasil penelitiannya dapat dimanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar dengan tujuan


(27)

meningkatkan motivasi dan hasil belajar agar pembelajaran lebih berkualitas serta dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara langsung dalam proses pembelajaran dikelas.

2. Bagi guru

Dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran Biologi yang akan dilaksanakan di kelas, selain itu dapat juga dijadikan sumber referensi penggunaan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Biologi.

3. Bagi sekolah

Memberi sumbangan bagi peningkatan kualitas sekolah dalam perbaikan pembelajaran Biologi.

4. Bagi siswa

Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Biologi diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa pun meningkat.


(28)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan” (Slameto, 2010). “Belajar merupakan kegiatan yang membawa manusia pada perkembangan pribadi yang seutuhnya, meliputi perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik” (Yamin, 2012). Menurut Robbins dalam Trianto (2009), “belajar merupakan sebuah proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu pengetahuan baru”. “Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap” (Winkel, 2009). Dari definisi tersebut dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu : penciptaan hubungan, sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah di pahami, dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi, dapat dikatakan bahwa makna/arti dari belajar itu sendiri tidak berangkat dari sesuatu yang benar-benar tidak diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Menurut Sudjana dalam Sugiharto dkk., (2007) “pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat


(29)

menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar”. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. “Dalam arti yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan” (Trianto, 2009).

Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan serta melibatkan peran penting pendidik maupun peserta didik, karena belajar merupakan segala upaya yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perubahan tingkah laku. Sedangkan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengoptimalkan pengetahuan peserta didik.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2009). “Menurut Suprijono (2009) hasil belajar adalah adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan”. Sementara itu, Lindgren


(30)

dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa “hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap”.

Berdasarkan beberapa pengertian yang ada, maka hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melakukan pembelajaran berupa perubahan yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan aspek afektif. Masing-masing dari aspek tersebut memiliki kategori-kategori yang disusun secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin bersifat kompleks.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup kegiatan yang dilakukan oleh otak. “Hal ini berarti segala upaya yang mencakup aktivitas otak termasuk dalam aspek kognitif” (Sudaryono, 2012). “Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut (Yamin, 2012 Menurut Bloom, dkk., dalam Winkel (2015) aspek kognitif mencakup :

1. Pengetahuan C1 : mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah, dan prinsip, serta metode yang diketahui;

2. Pemahaman C2 : mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari;


(31)

3. Penerapan C3 : mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/masalah yang konkret dan baru; 4. Analisis C4 : mencakup kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam

bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, kemampuan ini dinyatakan dengan menganalisis bagian-bagian dasar, bersama dengan hubungan/relasi antar semua bagian; 5. Evaluasi C5 : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat tersebut.

6. Berkreasi C6 : mencakup kemampuan dalam merancang, membangun, merencanakan, memperkuat, memperindah dan mengubahnya.

b. Aspek psikomotorik

Aspek ini meliputi keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Menurut Yamin (2012) terdapat 4 kategori aspek psikomotorik yaitu :

1) Gerakan seluruh badan (gross body movement)

Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh.

2) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements)

Gerakan yang terkoordinasi dalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan.


(32)

3) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

Komunikasi nonverbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau isyarat, misalnya isyarat dengan tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah, dan lain-lain.

4) Kebolehan dalam berbicara (speech behaviour)

Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara.

c. Aspek afekif

Aspek ini berhubungan dengan perasaan, emosi sistem nilai dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu (Yamin, 2012). Aspek afektif meliputi lima aspek kemampuan yaitu :

1. Stimulasi

Stimulasi yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsang dari luar yang datang dalam bentuk masalah, situasi dan gejala, dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulasi kontrol dan seleksi gejala rangsangan dari luar.

2. Jawaban

Jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab rangsang dari luar kepada dirinya.


(33)

3. Penilaian

Penilaian ini terdiri atas kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. 4. Organisasi

Organisasi yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai. 5. Karakteristik

Karakteristik yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Secara umum aspek yang biasa dinilai dalam suatu proses pembelajaran yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Namun fokus utama yang akan peneliti teliti hanya dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir siswa yang akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi sedangkan aspek afektif berkaitan dengan sikap siswa yang akan ditunjukkan oleh siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini di ka renakan kedua aspek tersebut memiliki kaitan erat dengan judul penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

Dalam penelitian ini, level kognitif yang akan diukur oleh peneliti adalah level pengetahuan C1-C3. Hal ini dikarenakan pengetahuan C1-C3 cocok atau


(34)

sesuai dengan kompetensi dasar dan materi yang akan peneliti berikan kepada siswa-siswi kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan sebagai berikut.

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (internal), meliputi: (1) Faktor biologis, yang meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu maka akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2) Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir. (3) Faktor kelelahan, yang meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sementara itu, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang. “Faktor dari siswa sendiri juga berupa kemampuan-kemampuan pemahaman siswa” (Suprijono, 2009).

b. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor eksternal, yang meliputi: (1) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama serta merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin sekolah. (3) Faktor masyarakat. Bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi


(35)

prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih giat belajar.

Faktor yang akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau yang biasa di sebut dengan faktor eksternal. Faktor eksternal yang terkait dalam penelitian ini yaitu faktor sekolah yang meliputi metode mengajar yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang di pelajari.

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

“Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam belajar, motivasi berhubungan dengan (1) arah perilaku; (2) kekuatan respon (yakni usaha) setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu; dan (3) ketahanan perilaku, atau beberapa lama seseorang itu terus menerus berperilaku menurut cara tertentu” (Yamin, 2012 : 80). Menurut Sardiman (2005 : 75) motivasi belajar diartikan sebagai “serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu”. Menurut Sumarmi (2005 : 23), “motivasi adalah suatu energi penggerak dan pengarah yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku”. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya. Menurut Frederick (2007 : 35), “motivasi adalah


(36)

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam belajar sehingga mendorong terjadinya perubahan dalam diri siswa atas dasar keinginan sendiri dan rasa suka untuk mencapai tujuan.

2. Fungsi Motivasi

Menurut (Anggowo dan Kosasih, 2007), “motivasi akan menentukan intensitas usaha siswa untuk melakukan sesuatu termasuk melakukan belajar”. Dalam kehidupan ini motivasi yang ada pada manusia mempunyai tiga fungsi dasar yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat sehingga motivasi berfungsi sebagai penggerak atau motivasi sebagai pendorong dari setiap kegiatan belajar. b. Menentukan arah perbuatan, kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan

belajar yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak berujung bagi pencapaian tujuan tersebut.

3. Macam-Macam Motivasi

Menurut Yamin (2012 : 85) motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, yaitu :


(37)

a. Motivasi ekstrinsik

“Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri”. Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel dalam Yamin (2012) diantaranya adalah ; (1) Belajar demi memenuhi kewajiban; (2) Belajar demi menghindari hukuman; (3) Belajar demi memperoleh hadiah; (4) Belajar demi meningkatkan gengsi; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.

b. Motivasi instrinsik

“Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuai kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar”. Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme berdasarkan hukum dan rumus-rumus, ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi seseorang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Pada intinya motivasi instrinsik adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan belajar, dan dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri subyek belajar.

4. Cara Meningkatkan Motivasi

Beberapa cara meningkatkan motivasi belajar menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007) adalah :


(38)

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.

2. Menjelaskan tujuan kepada peserta didik

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Semakin jelas tujuan maka semakin besar pula motivasi dalam belajar.

3. Hadiah

Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

4. Saingan/kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.


(39)

5. Pujian

Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.

6. Hukuman

Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman. Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.

7. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar.

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu, guru juga dapat mmebuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti oleh siswa.

8. Membuat kebiasaan belajar yang baik

Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal belajar.

9. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.


(40)

Membantu kesulitan pesera didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberapa unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk menyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan.

10.Menggunakan metode yang bervariasi

Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.

11.Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Motivasi belajar bisa tumbuh dari dalam diri seseorang tetapi juga dapat dibantu oleh guru. Dalam hal ini motivasi belajar dilakukan untuk meningkatkan semangat belajar siswa agar mendapat nilai yang lebih baik. Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi sesuai dengan Sutikno (2007).

Cara yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian untuk meningkatkan motivasi siswa dalam penelitian ini yaitu melalui pemberian hadiah dan pujian, penggunakan metode yang bervariasi dan penggunakan media pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Pemberian hadiah dan pujian dilakukan agar siswa semakin termotivasi untuk mempelajari materi yang ada kaitannya dengan Biologi khususnya materi


(41)

pencemaran dan kerusakan lingkungan, sedangkan penggunaan metode/model pembelajaran yang bervariasi dan media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan akan membantu siswa agar lebih mudah memahami materi tersebut sehingga akhirnya siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang di harapkan oleh peneliti. Melalui ketiga cara ini, peneliti berharap agar motivasi siswa dapat meningkat sehingga hasil belajarnya pun dapat menjadi meningkat.

D. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif berasal dari bahasa inggris yaitu cooperate yang berarti bekerja bersama-sama. Menurut Slavin (2008), “pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”. “Pembelajaran kooperatif (kerja sama) merupakan model pembelajaran yang bertolak dari sifat dasar manusia tersebut, dan diarahkan pada pengembangan kemampuan siswa dalam realisasi sifat dasar tersebut” (Nana dan Erliana, 2012). Menurut Lie dalam Wena (2009), mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pembelajaran yang berusaha


(42)

memanfaatkan teman sebaya sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar lainnya.

2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson dalam Wena (2009), prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompok.

b. Setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Semua anggota kelompok harus membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :

a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah.


(43)

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individual.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu mengajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah :

a. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir. b. Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya

atau posisi yang lain.

c. Membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari ceramah.

d. Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya e. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

Kekurangan dari pembelajaran kooperatif adalah :


(44)

b. Perlu kesabaran dan ketelatenan dari guru dalam membimbing kelas dengan beragam karakter dari anak didik.

c. Memerlukan komunikasi yang efektif antar guru dan anak didik dalam membina kelas, sehingga pengelolaan kelas dapat berlangsung optimal.

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dari Universitas Texas USA yang kemudian diadaptasi oleh Slavin di Universitas John Hopkins. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok dan bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas keberhasilan bagian materi yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat dua kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok utama siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa anggota kelompok ahli. Sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan


(45)

mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya yang untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Menurut Wena (2009) secara umum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas adalah sebagai berikut: Kelas dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok siswa terdiri dari 4-6 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya. 1. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus

dikerjakan.

2. Dari masing-masing kelompok diambil seorang untuk membentuk kelompok baru (kelompok pakar) dengan membahas tugas yang sama. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar.

3. Anggota kelompok pakar kemudian kembali ke kelompok semula, untuk mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok.

4. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.

5. Tiap minggu atau dua minggu guru melaksanakan evaluasi baik secara individual maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. 6. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang

sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka wajib diberi penghargaan.

Menurut Johson dalam Lie (2002) bahwa “suasana belajar kooperatif tipe Jigsaw menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi, hubungan yang lebih


(46)

positif dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan”. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa keunggulan antara lain :

1. Mengembangkan hubungan yang positif diantara siswa yang memiliki kemampuan berbeda ;

2. Menerapkan bimbingan sesama teman ; 3. Rasa saling menghargai meningkat ; 4. Memperbaiki kehadiran ;

5. Lebih bisa menerima perbedaan ; 6. Pemahaman materi lebih mendalam ; 7. Meningkatan motivasi belajar.

Sedangkan beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Fathurrohman (2015) adalah sebagai berikut :

1. Siswa dapat bekerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong 2. Siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

3. Bertanggung jawab atas penguasaan materi dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

4. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Menurut Ardiyanto (2013) “pemberian pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga menghilangkan


(47)

kejenuhan atau kebosanan seperti ketika pengajaran pada pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru”. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan nilai prestasi belajar.

Sementara itu, model pembelajaraan kooperatif tipe Jigsaw juga memiliki kelemahan yaitu :

1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.

2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.

3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.

4. Siswa yang tidal terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya :

1. Guru harus menekankan agar anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari anggota kelompok ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan.

2. Guru harus memilih anggota kelompok ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat apabila tidak mengerti.


(48)

3. Guru harus menciptakan suasana kelas yang menyenangkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

F. Materi Pembelajaran

Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu materi pembelajaran pada kelas VIIB SMP yang terdapat di dalam Kompetensi Dasar 7.4 mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pembelajaran Biologi pencemaran dan kerusakan lingkungan menekankan pada siswa untuk mengetahui dan mengerti dampak dari penebangan hutan, pencemaran air, udara, tanah dan suara serta memberikan contoh konkrit cara penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Secara garis besar materi yang dipelajari adalah menjelaskan tentang pencemaran lingkungan (air, udara, tanah dan suara) serta cara mengatasinya.

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska Siska (2013) dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Peredaran Darah Manusia pada Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta”. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, membuktikan bahwa: 1) terjadi peningkatan minat dan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. 2) terjadi peningkatan pada nilai rata-rata kelas pada siklus I dan siklus II. Untuk rata-rata kelas sebelum


(49)

tindakan sebesar 52,75 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 77,15 kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 87,63.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Alexander Tetuko (2014) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta”. Hasil penelitian membuktikan bahwa 1) terjadi peningkatan motivasi belajar yang terlihat dari presentase sebesar ≥81%. 2) terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari rata-rata 73,68 dan ketuntasan klasikal sebanyak 74% pada siklus I meningkat menjadi 83,15 untuk rata-rata kelas dengan ketuntasan klasikal sebesar 89% pada siklus II.

H. Kerangka Berpikir

Indikator dan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai tanpa bantuan guru ketika proses belajar mengajar berlangsung. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Seorang guru tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi, melainkan sebagai pengarah dan pemberi motivasi belajar kepada peserta didik serta sebagai fasilitator.

Berdasarkan observasi di sekolah, dapat dikatakan bahwa kenyataan di sekolah memperlihatkan bahwa proses belajar mengajar yang terjadi didominasi oleh guru dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru.


(50)

Peneliti melihat bahwa motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran sangat kurang. Hal ini terlihat saat proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berlangsung, pada umumnya siswa sibuk sendiri dan asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Selain itu, hasil belajar siswa di kelas VII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta masih rendah. Hal inilah yang menjadi dasar peneliti memilih kelas VII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Alasan peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alexander, diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar Biologi.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dan saling membantu antar siswa. Model ini sangat menguntungkan karena mampu membantu siswa maupun guru dalam proses belajar dan mampu mendorong motivasi belajar siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelitian yang relevan, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai apakah penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi pencemaran dan kerusakan


(51)

lingkungan kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Berikut adalah kerangka berpikir penelitian yang disajikan dalam bentuk diagram alir.


(52)

Siswa Guru

Siswa kurang aktif, kurang termotivasi, dan hasil belajar

rendah

Model pembelajaran kurang bervariasi, model pembelajaran yang digunakan adalah ceramah

dan disertai tanya jawab

Penelitian yang dilakukan oleh Fransiska tahun 2013 bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi

Penelitian yang dilakukan oleh Alexander tahun 2014 bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi.

TINDAKAN

Penelitian menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siklus I dan siklus II

HASIL

Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan meningkat.


(53)

I. Hipotesa

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta” yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu

1. Penerapan Metode Jigsaw dapat Meningkatkan Motivasi belajar biologi siswa pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

2. Penerapan Metode Jigsaw dapat Meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.


(54)

34 BAB III Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh pendidik/guru untuk memecahkan suatu masalah yang ada di dalam lingkungan sekolah baik yang menyangkut proses pembelajaran di dalam kelas maupun yang ada diluar kelas.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif. “Penelitian tipe ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau segala sesuatu yang bisa dijelaskan baik dengan angka maupun dengan kata-kata” (Setyosari, 2010 : 33). Jenis penelitian ini memiliki tahapan, yaitu : (1) perencanaan tindakan (Planning), (2) pelaksanaan tindakan (Acting), (3) mengobservasi dan mengevaluasi proses hasil tindakan (Observation and evaluation), dan (4) Refleksi (Reflektion).

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas : metode pembelajaran Jigsaw


(55)

C. Seting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang terdiri dari 25 siswa.

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada pencemaran dan kerusakan lingkungan kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang beralamat di Jl. Yogya-Solo Km. 13, Krajan, Desa/Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2016.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan tindakan direncanakan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tiap-tiap siklus terdiri dari beberapa tahap, yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi, serta tahap refleksi. Di dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pemberi materi (guru). Berikut akan dijelaskan tahapan dalam penelitian ini :


(56)

1. Pra Tindakan

a. Identifikasi masalah, langkah ini diawali dengan pendekatan kepada pihak sekolah melalui guru mata pelajaran dan meminta beberapa informasi serta menganalisis hasil belajar siswa berdasarkan hasil ulangan harian pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

b. Observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan belajar-mengajar Biologi dikelas VII SMP Kanisius Kalasan.

c. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian d. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen, hingga

memperoleh persetujuan untuk melakukan penelitian dari dosen pembimbing

e. Permintaan pembuatan surat kepada sekretariat jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, guna melakukan penelitian.

f. Menghubungi pihak SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dengan cara menemui kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru mata pelajaran Biologi dengan menyerahkan surat izin penelitian dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta beserta proposal penelitian yang telah disetujui dosen pembimbing.


(57)

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti terlebih dahulu merencanakan pelaksanaan penelitian. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenai tahap perencanaan.

1. Menganalisis materi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk menyusun perangkat pembelajaran yang dibutuhkan.

2. Membuat Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dipakai pada saat melakukan penelitian.

3. Mempersiapkan materi pembelajaran

4. Membuat instrument pengumpulan data yaitu :

a) Membuat soal evaluasi (tes akhir/ post test) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b) Membuat lembar observasi untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa ranah efektif dalam kelompok dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Jigsaw.

c) Membuat kuisioner untuk mengukur motivasi belajar siswa

5. Membuat alat bantu mengajar berupa kartu soal yang berisi soal/pertanyaan terkait dengan materi.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting) dan Pengamatan (Observasi)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yanag telah direncanakan pada Rancangan Pelaksanaan


(58)

Pembelajaran (RPP) dan pengamatan yang dilaksanakan oleh para observer. Adapun kegiatan ini dilaksanakan pada proses pembelajaran adalah :

1) Mengkondisikan kelas ke dalam suasana belajar.

2) Memotivasi siswa dengan memberikan apersepsi menggunakan gambar dan beberapa pertanyaan.

3) Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 4) Menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari.

5) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, anggota kelompok dipilih sendiri oleh siswa dengan membentuk 5 kelompok asal, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok asal bertanggung jawab atas soal yang diberikan kepadanya.

Pengamatan dilakukan ketika kegiatan pembelajaran dilaksanakan, menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hal yang diobservasi adalah 1. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.

2. Aktivitas guru dalam pembelajaran sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya.

c. Tahap Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, refleksi dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru kelas, siswa dan observer. Hasil refleksi digunakan sebagai bahan pertimbangan perencaan pembelajaran pada siklus berikutnya. Apabila hasil yang di harapkan belum dapat di capai maka dilakukan perbaikan pada siklus kedua dan seterusnya.


(59)

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan (Planing)

Sebelum penelitian tindakan kelas di siklus 2 dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu merencanakan pelaksanaan berdasarkan refleksi siklus I.

Perencanaan pelaksanaan sebagai berikut :

1. Menganalisis materi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk menyusun perangkat pembelajaran yang dibutuhkan.

2. Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dipakai pada saat melakukan penelitian.

3. Mempersiapkan materi pembelajaran

4. Membuat instrument pengumpulan data yaitu :

a) Membuat soal tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b) Membuat lembar observasi untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa ranah afektif dalam kelompok dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Jigsaw.

c) Membuat kuisioner untuk mengukur motivasi belajar siswa

5. Membuat alat bantu mengajar berupa kartu soal terkait pokok bahasan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting) dan Pengamatan (Observasi)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yanag telah direncanakan pada Rancangan Pelaksanaan


(60)

Pembelajaran (RPP) dan pengamatan yang dilaksanakan oleh para observer. Adapun kegiatan ini dilaksanakan pada proses pembelajaran adalah :

1. Mengkondisikan kelas ke dalam suasana belajar

2. Memotivasi siswa dengan memberikan apersepsi menggunakan gambar dan beberapa pertanyaan.

3. Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 4. Menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari.

5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran Jigsaw sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II, kelompok yang dibentuk berbeda dari segi kemampuan, dan jenis kelamin kelompok pada siklus I namun kelompok dan anggota kelompok sama yaitu 5 kelompok dengan masing-masing 5 anggota. Kelompok pada siklus II dibentuk oleh guru, dimana setiap anggota kelompok memiliki kemampuan heterogen.

Pengamatan dilakukan ketika kegiatan pembelajaran dilaksanakan, menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hal yang diobservasi adalah

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok

2. Aktivitas guru dalam pembelajaran sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya.

c. Tahap Refleksi (Reflecting)

Pada siklus 2 ini merupakan siklus terakhir peneliti melakukan penelitian dan tindakan. Pada akhir tindakan siklus 2 ini adalah peneliti memberikan kesimpulan


(61)

terhadap hasil penelitian. Kesimpulan yang dilakukan merupakan kesimpulan keseluruhan dari siklus tentang meningkatnya atau tidaknya motivasi dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Biologi.

E. Instrument Penelitian

“Instrument adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian” (Suparno, 2010). Dalam penelitian ini, ada dua macam instrument yang digunakan yaitu instrument pembelajaran dan instrument pengumpulan data.

1. Instrument Pembelajaran

Instrument pembelajaran terdiri dari silabus, rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) dan kartu soal. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibagi menjadi dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, dimana masing-masing siklus terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Media yang digunakan dalam proses belajar mengajar pada penelitian ini yaitu media kartu soal.

a. Silabus

Instrument pembelajaran memuat satuan pendidikan, kelas/semester, program layanan, mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, penilaian, alokasi waktu, materi dan kegiatan pembelajaran serta sumber pembelajaran. Silabus berfungsi sebagai acuan dalam pembuatan Rencana Pembelajaran Pelaksanaan (RPP). Silabus terlampir pada lampiran 1.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran memuat satuan pendidikan, kelas/semester, program layanan, mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar


(62)

(KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, penilaian, sumber belajar, model dan metode pembelajaran serta langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam menyampaikan materi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berfungsi sebagai acuan penelitian selama proses pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir pada lampiran 2 dan 9.

c. Kartu Soal

Kartu soal dibuat oleh peneliti yang akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan didiskusikan didalam kelompok baik kelompok ahli maupun kelompok asal.

2. Instrument Pengumpulan Data Penelitian

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa test dan non-test.

a. Test

Instrument test yang digunakan berupa test akhir (post test). Instrument ini merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur ranah kognitif siswa. Post test merupakan salah satu cara untuk mengukur pengetahuan atau pemahaman siswa mengenai materi yang telah di pelajari. Pada penelitian tindakan kelas ini terdapat 2 siklus sehingga peneliti menggunakan 2 kali post test yang di berikan pada akhir siklus atau pada pertemuan kedua. Masing-masing Post test baik post test I maupun post test II berisi soal uraian.(terlampir pada lampiran 6 dan 13) b. Non-test


(63)

1) Kuisioner Motivasi

Kuisioner motivasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan. Pada rancangan ini digunakan dua jenis kuisioner yaitu kuisioner untuk mengukur motivasi belajar awal siswa sebelum diberi tindakan dan kuisioner motivasi belajar siswa setelah diberi tindakan. Kuisioner tersebut digunakan untuk mengetahui apakah motivasi siswa untuk belajar meningkat atau tidak.

a. Pada penelitian ini menggunakan 20 butir pernyataan tentang motivasi terhadap pembelajaran Biologi yang diperoleh melalui kuisioner. Data yang diperoleh dari kuisioner dianalisis dengan tahap – tahap sebagai berikut : Kuisioner yang telah diisi oleh siswa dikategorikan dalam pernyataan positif

dan pernyataan negative

Masing-masing kategori jawaban tersebut diberi skor

Penetapan skor untuk pernyataan positif dan pernyataan negatif seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Penetapan skor kuisioner motivasi belajar

Pilihan Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

b. Skor yang diperoleh siswa, jumlah item 20 dengan demikian skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 20 x 4 = 80 dalam kuisioner dijumlahkan dan skor


(64)

ini digunakan sebagai skor motivasi belajar siswa. Adapun untuk mengetahui skor motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Biologi materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Kemudian skor masing-masing siswa dikategorikan menggunakan tabel interval berikut :

Tabel 3.2 Penggolongan kelas interval motivasi belajar siswa

Skor (%) Kategori

76 – 100 Sangat Tinggi

51 – 75 Tinggi

26 – 50 Rendah

< 25 Sangat Rendah

Seluruh skor untuk masing-masing siswa dicatat dalam tabel seperti di bawah ini :

Tabel 3.3 Skor motivasi belajar awal/skor motivasi belajar akhir Kode Siswa Skor Nilai Skor % Individu

01 02

2) Lembar Observasi

Observasi/pengamatan merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan ranah afektif siswa. Menurut Suparno (2010), “observasi/pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, pengecap, rekaman gambar, rekaman suara dan


(65)

lain-lain)”. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan yang terjadi selama proses belajar mengajar baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa selama proses belajar dengan menggunakan model/metode jigsaw. Dalam penelitian ini, paktikan tidak secara langsung melakukan kegiatan observasi, namun praktikan di bantu oleh beberapa orang yang bertindak sebagai observer. Tugas observer yaitu melakukan pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung dan memberi skor sesuai dengan skala yang telah ditentukan pada lembar observasi yang disediakan. Observasi dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran dan difokuskan pada saat kegiatan diskusi. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Lembar observasi siswa terlampir pada lampiran 23.

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

a. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan, lalu dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif menggunakan rumus.

1. Hasil Belajar (Aspek kognitif)

Dalam penelitian ini data peningkatan hasil belajar siswa digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes uraian. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dapat dilihat dari post test


(66)

di akhir siklus I dan untuk melihat peningkaannya dari post test di akhir siklus II. Cara menghitung nilai post test siswa adalah :

Hasil post test setiap siswa dihitung untuk mengetahui ketercapaian KKM siswa. KKM siswa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta adalah 74.

Tabel 3.4 Kriteria skor ketuntasan individu

Nilai Post test Keterangan

<74 Tidak tuntas

≥74 Tuntas

Untuk menentukan ketuntasan kelas digunakan skor individu yang telah diketahui. Rumus yang digunakan adalah :

Untuk mengetahui skor rata-rata kelas setiap siklus mengguakan rumus sebagai berikut :

2. Hasil Belajar (Aspek Afektif)

Observasi dilakukan untuk melihat bagaimana sikap siswa di kelas ketika metode Jigsaw sedang di aplikasikan di kelas. Skor yang didapat dari lembar observasi dianalisis, sehingga didapatkan presentase skor hasil observasi dengan rumus :


(1)

Hasil Analisis Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II No Kode

Siswa

Siklus I Siklus II Total

Skor

% Kategori Total Skor

% Kategori 1 Siswa 1 44 78,57 Tinggi 45 80,35 Tinggi 2 Siswa 2 44 78,57 Tinggi 46 82,14 Tinggi 3 Siswa 3 47 83,92 Tinggi 45 80,35 Tinggi 4 Siswa 4 50 92,87 Tinggi 44 78,57 Tinggi 5 Siswa 5 40 71,42 Sedang 47 83,92 Tinggi 6 Siswa 6 44 78,57 Tinggi 50 92,87 Tinggi 7 Siswa 7 45 80,35 Tinggi 48 85,71 Tinggi 8 Siswa 8 47 83,92 Tinggi 47 83,92 Tinggi 9 Siswa 9 48 85,71 Tinggi 44 78,57 Tinggi 10 Siswa 10 46 82,14 Tinggi 46 82,14 Tinggi 11 Siswa 11 44 78,57 Tinggi 48 85,71 Tinggi 12 Siswa 12 48 85,71 Tinggi 50 92,87 Tinggi 13 Siswa 13 47 83,92 Tinggi 50 92,87 Tinggi 14 Siswa 14 50 92,87 Tinggi 47 83,92 Tinggi 15 Siswa 15 49 87,5 Tinggi 44 78,57 Tinggi 16 Siswa 16 43 76,78 Sedang 52 92,85 Tinggi 17 Siswa 17 43 76,78 Sedang 50 92,87 Tinggi 18 Siswa 18 46 82,14 Tinggi 44 78,87 Tinggi 19 Siswa 19 43 76,78 Sedang 44 78,57 Tinggi 20 Siswa 20 46 82,14 Tinggi 50 92,87 Tinggi 21 Siswa 21 47 83,92 Tinggi 46 82,14 Tinggi 22 Siswa 22 47 83,92 Tinggi 44 78,57 Tinggi 23 Siswa 23 46 82,14 Tinggi 50 92,87 Tinggi 24 Siswa 24 48 85,71 Tinggi 50 92,87 Tinggi 25 Siswa 25 50 92,87 Tinggi 46 82,14 Tinggi % Tinggi (T) 21 84 % 25 100 %

% Sedang (S) 4 16 % 0 0 %


(2)

Lampiran 28

Analisis Motivasi Awal No Kode

Siswa

Skor Tiap Nomor Soal Skor

Total

Skor individu

(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 01 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 63 78,75 2 02 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 60 75 3 03 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 67 83,75 4 04 4 4 2 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 70 87,5 5 05 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 65 81,25 6 06 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 62 77,5 7 07 3 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 61 76,25 8 08 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 1 3 4 4 3 3 66 82,5 9 09 2 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 61 76,25 10 10 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 4 4 4 3 67 83,75 11 11 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 4 56 70 12 12 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 67 83,75 13 13 3 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 1 3 4 4 1 4 62 77,5 14 14 3 3 2 2 2 2 2 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 57 71,25 15 15 4 4 2 3 4 3 2 3 4 3 2 4 4 4 1 1 4 4 4 4 64 80 16 16 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 51 63,75 17 17 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 66 82,5 18 18 2 2 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 55 68,75 19 19 2 2 4 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 58 72,5 20 20 4 3 4 3 4 3 3 3 1 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 65 81,25 21 21 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 56 70


(3)

23 23 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 3 1 1 4 4 3 3 4 3 3 61 76,25 24 24 4 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 58 72,5 25 25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75


(4)

Lampiran 29

Analisis Motivasi Akhir No Kode

Siswa

Skor Tiap Nomor Soal Skor

total

Skor Individu

(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 01 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 72 90 2 02 3 4 3 3 4 3 2 3 2 4 3 4 3 1 4 4 4 4 3 3 64 80 3 03 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79 98,75 4 04 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 4 70 87,5 5 05 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 3 4 4 4 72 90 6 06 3 2 2 3 2 3 3 2 1 3 4 3 2 4 3 3 3 2 3 1 52 65 7 07 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 2 66 82.5 8 08 4 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 69 86,25 9 09 4 3 4 3 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 4 69 86,25 10 10 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 72 90 11 11 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 2 4 4 3 4 3 4 4 67 83,75 12 12 4 4 4 4 4 4 1 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 72 90 13 13 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 72 90 14 14 4 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 2 4 3 3 4 3 1 4 63 78,75 15 15 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 62 77.5 16 16 4 4 4 3 3 3 1 2 3 1 4 4 2 2 3 4 4 4 2 4 61 76,25 17 17 4 4 3 4 3 3 4 3 3 1 4 4 2 4 4 3 4 4 3 3 67 83,75 18 18 4 3 4 3 4 2 1 1 3 3 4 3 2 2 4 4 4 3 4 4 62 77,5 19 19 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 67 83,75 20 20 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 2 2 4 4 4 3 4 4 72 90 21 21 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 1 3 4 58 72,5


(5)

23 23 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 1 3 69 86,25 24 24 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 69 86,25 25 25 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 4 3 3 3 59 73,75


(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STATISTIKA KELAS IX SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 3 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA.

0 1 33

Penerapan pembelajaran kooperatif model JIGSAW pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan untuk meningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

0 0 161

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia.

0 1 241

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 208

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 208

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia

0 4 239

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

0 0 10

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi - USD Repository

0 0 206

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi gerak tumbuhan - USD Repository

0 2 222