PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung.
Isnatika Trias, 2013
PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
ISNATIKA TRIAS 1009526
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Oleh Isnatika Trias S.Pd UPI Bandung, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Isnatika Trias 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Oleh:
ISNATIKA TRIAS 1009526
Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I,
Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. Pembimbing II,
Dr. Kusnandi, M.Si. Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
(4)
Isnatika Trias, 2013
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pencapaian dan peningkatan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvesional. Di samping itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan Kelompok kontrol non-ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA dari salah satu sekolah menengah atas di Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dengan mengunakan purposive sampling. Adapun sampelnya terdiri dari dua kelas, yaitu: kelas eksperimen (kelas yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer) dan kelas kontrol (kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional). Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan koneksi matematis, tes kemampuan pemecahan masalah matematis, dan skala sikap. Analisis data yang digunakan adalah uji beda rataan Mann-Whitney dan Uji t. Dalam penelitian ini, siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, menerima penjelasan materi dan mendapatkan permasalahan dari guru yang berhubungan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan dengan materi-materi matematika sebelumnya. Hasil penelitian ini sebagai berikut: 1) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; 2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; 3) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; 4) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; dan 5) sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer adalah positif. Secara umum pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Kata kunci: pembelajaran interaktif berbasis komputer, kemampuan koneksi matematis, dan kemampuan pemecahan masalah matematis.
(5)
Isnatika Trias, 2013
ABSTRACT
This study aims to compare the achievement and improvement of mathematical connections ability and math problem solving ability of students who receive interactive computer-based mathematics learning and students who receive conventional learning. In addition, this study also aims to determine the attitude and interest of the students towards computer-based interactive mathematics learning. This research is a quasi experiment with the non equivalent contol groups design. The population in this study were all students of class XI Science from one of high school in Bandung District Academic Year 2012/2013. Sampling by using purposive sampling. The sample consisted of two classes, namely: experimental class (a class that gets interactive computer-based math learning) and control classes (classes that get conventional learning). The instrument used is the mathematical connection ability test, a test of mathematical problem-solving ability, and attitude scale. Analysis of the data used is the average of different test and Mann-Whitney t test. In this study, students who received conventional teaching, receive an explanation of matter and getting the problem of teacher-related problems in everyday life and in previous math materials. The results of this study as follows: 1) there is no significant difference between the mathematical connection ability students who received interactive computer-based math learning mathematics learning with students who received conventional learning, 2) there is no significant difference between the increase in mathematical connection ability students get interactive computer-based math learning with students who received conventional, 3) mathematical problem-solving ability of students who receive interactive computer-based math learning better than students who received conventional learning; 4) Improved mathematical problem-solving ability of students who receive interactive computer-based math learning better than with students who received conventional learning, and 5) the attitude and interest of the students towards interactive computer-based math learning is positive. In general, a interactive computer-based math learning can enhance students' mathematical problem solving ability.
Keywords: interactive computer-based learning, mathematical connection ability and mathematical problem solving ability.
(6)
Isnatika Trias, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Definisi Operasional ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer ... 17
B. Koneksi Matematis ... 30
C. Pemecahan Masalah Matematis ... 32
(7)
Isnatika Trias, 2013
E. Penelitian yang Relevan ... 37
F. Hipotesis Penelitian ...38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 39
B. Variabel Penelitian ... 41
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
D. Pengembangan Bahan Ajar ... 42
E. Instrumen Penelitian ... 47
1. Soal Pretes dan Postes ... 47
a. Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 47
b.Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 48
c. Hasil Uji Instrumen Pretes dan Postes ... 51
1) Analisis Validitas ... 51
2) Analisis Reliabilitas ... 53
3) Analisis Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran ... 54
2. Lembar Observasi ... 57
3. Angket Skala Sikap ... 57
4. Jurnal Harian ... 58
5. Pedoman Wawancara ... 58
F. Prosedur Penelitian ... 59
G. Teknik Analisis Data ... 59
1. Analisis Data Pretes dan Postes ... 60
(8)
Isnatika Trias, 2013
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 65
1. Analisis Data Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 67
2. Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 75
3. Skala Sikap ... 84
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 93
1. Kemampuan Koneksi Matematis ... 93
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 102
3. Jurnal Harian Siswa dan Hasil Wawancara ... 113
4. Angket Skala Sikap Siswa ... 114
5. Analisis Hasil Observasi ... 116
6. Aktivitas Guru dan Siswa selama Pembelajaran ... 120
7. Keterbatasan Penelitian ... 123
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 125
B. Implikasi ... 126
C. Rekomendasi ... 127
DAFTAR PUSTAKA ... 128
(9)
Isnatika Trias, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematis ……... 48 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ……… 50
3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas ………….………... 52 3.4 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Koneksi
Matematis ………... 52
3.5 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ………... 53 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ……….. 54 3.7 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ………. 55 3.8 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal
Tes Kemampuan Koneksi Matematis ………...………. 55 3.9 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ………...…….. 56 3.10 Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran ……… 56 3.11 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes
Kemampuan Koneksi Matematis ………...……… 57 3.12 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes
(10)
Isnatika Trias, 2013
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ………...………… 57 3.13 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ….…….……….. 63
3.14 Klasifikasi Data Angket Siswa ………. 64 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes dan Postes …...……… 65 4.2 Uji Normalitas Data Pretes
Kemampuan Koneksi Matematis ……….. 68 4.3 Uji Perbedaan Dua Rataan Data Pretes
Kemampuan Koneksi Matematis ………...…… 68 4.4 Uji Normalitas Data Postes
Kemampuan Koneksi Matematis ………...… 70 4.5 Uji Perbedaan Dua Rataan Data Postes
Kemampuan Koneksi Matematis ………... 71 4.6 Statistik Deskriptif Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Koneksi Matematis ….……….. 72 4.7 Uji Normalitas Data gain Ternormalisasi
Kemampuan Koneksi Matematis ….………. 73 4.8 Uji Perbedaan Dua Rataan Data gain Ternormalisasi
Kemampuan Koneksi Matematis ………... 74 4.9 Uji Normalitas Data Pretes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...……… 76 4.10 Uji Perbedaan Dua Rataan Data Pretes
(11)
Isnatika Trias, 2013
4.11 Uji Normalitas Data Postes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ………... 78 4.12 Uji Homogenitas Data Postes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis …………...……… 79 4.13 Uji Perbedaan Dua Rataan Data Postes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis …...……..………. 80 4.14 Statistik Deskriptif Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ………….……….. 81 4.15 Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ……...……… 82 4.16 Uji Homogenitas Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ………... 83 4.17 Uji Perbedaan Dua Rataan Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ……..…………... 83 4.18 Hasil Perhitungan Skor Skala Sikap Siswa untuk Indikator
Minat terhadap Pelajaran Matematika ...…….………... 85 4.19 Hasil Perhitungan Skor Skala Sikap Siswa untuk Indikator
Menyadari Manfaat dari Pelajaran Matematika ……..…………... 86 4.20 Hasil Perhitungan Skor Skala Sikap Siswa untuk Indikator
Minat terhadap Pembelajaran Matematika Interaktif
Berbasis Komputer ……….……… 88 4.21 Hasil Perhitungan Skor Skala Sikap Siswa untuk Indikator
(12)
Isnatika Trias, 2013
Berbasis Komputer ………...……….. 90
4.22 Persentase (%) Pencapaian
Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Per-Indikator ………….. 96 4.23 Persentase (%) Pencapaian
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Per-Indikator ……….. 105 4.24 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru selama Pembelajaran dengan
Pembelajaran Matematika Interaktif Berbasis Komputer ……….. 118 4.25 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa selama Pembelajaran dengan
(13)
Isnatika Trias, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Pola Pembelajaran Guru dan Media …………..……… 22 2.2 Constitutive Elements of Situated Learning in Interactive
Multimedia ………...……….. 24
2.3 Salah Satu Bagian dari Bahan Ajar Interaktif
Pertemuan Pertama ………...……… 26
2.4 Salah Satu Bagian dari Bahan Ajar Interaktif
Pertemuan Keempat -1- ………...……….. 27 2.5 Salah Satu bagian dari Bahan Ajar Interaktif
Pertemuan Keempat -2- ………...……….. 27 2.6 Salah Satu Bagian dari Bahan Ajar Interaktif
Pertemuan Kedua (Permutasi Linear) -1- ……….. 28 2.7 Salah Satu Bagian dari Bahan Ajar Interaktif
Pertemuan Kedua (Permutasi Linear) -2- ……….. 28 2.8 Salah Satu Bagian dari Bahan Ajar Interaktif
Pertemuan Kedua (Permutasi Berulang) -1- ………. 29 2.9 Salah Satu Bagian dari Bahan Ajar Interaktif
(14)
Isnatika Trias, 2013
Pertemuan Kedua (Permutasi Berulang) -2- ……….. 29
2.10 Pola Pembelajaran Tradisional 1………... 30
3.1 Konsep Multimedia dalam Penelitian ini ………... 43 3.2 Gambaran Umum Bahan Ajar Interaktif Berbasis Komputer
Pertemuan Pertama ……… 47
3.3 Bagan Prosedur Penelitian ………. 59 3.4 Bagan Prosedur Analisis Data ………... 63 4.1 Diagram Rataan Data Pretes Kemampuan Koneksi Matematis …. 67 4.2 Diagram Rataan Data Postes Kemampuan Koneksi Matematis … 70 4.3 Diagram Rataan Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Koneksi Matematis ………... 73 4.4 Diagram Rataan Data Pretes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ………... 75 4.5 Diagram Data Postes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ………... 78 4.6 Diagram Data Gain Ternomalisasi
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ………... 81 4.7 Jawaban Siswa
Tes Kemampuan Koneksi Matematis Nomor 1 …………... 97 4.8 Jawaban Siswa
Tes Kemampuan Koneksi Matematis Nomor 2 …………... 99 4.9 Jawaban Siswa
(15)
Isnatika Trias, 2013
4.10 Jawaban Siswa
Tes Kemampuan Koneksi Matematis Nomor 4 ………. 101 4.11 Jawaban Siswa
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor 3a …… 107 4.12 Jawaban Siswa
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor 5a …… 108 4.13 Jawaban Siswa
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor 5b …... 109 4.14 Jawaban Siswa
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor 5c …… 110 4.15 Jawaban Siswa
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor 6 ……. 111 4.16 Jurnal Harian Siswa Kelas Eksperimen ………. 113 4.17 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ……… 123
(16)
Isnatika Trias, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Silabus, RPP, dan Bahan Ajar ... 135
B. Instrumen Penelitian ... 201
C. Analisis Hasil Uji Coba ... 223
D. Analisis Data Hasil Penelitian ... 238
E. Hasil Penelitian ... 255
F. Data-data Penunjang Penelitian ... 277
(17)
Isnatika Trias, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada abad ke-21 ini, teknologi komputer berkembang dengan sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan menggunakan teknologi komputer untuk mempermudah dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti pada bidang ekonomi, sosial, bahasa, manajemen, dan sains. Di kota-kota besar di Indonesia, banyak sekali orang yang sudah mahir menggunakan komputer, bahkan jari-jari kecil siswa SD pun sudah lihai memainkan tombol-tombol keyboard dan mouse ketika mengoperasikan program komputer. Hal ini, menunjukkan bahwa komputer sangat menarik perhatian banyak orang dan mudah untuk diterima hampir di semua kalangan.
Penggunaan komputer pun sudah diterapkan dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan Eric Ashy (dalam Rusman, 2012), bahwa “dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima, yaitu dengan ditemukan dan dimanfaatkannya komputer dan internet dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih bervariasi seperti dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer (pembelajaran berbasis komputer), pembelajaran berbasis web/internet, seperti: e-learning, blended learning, m-learning, e-library, e-book, e-journal, dan sebagainnya”.
Di negara-negara yang maju pendidikannya, seperti Singapura, Jepang, dan Jerman, komputer sudah bagian dari pembelajaran. Berdasarkan pemaparan
(18)
2
Isnatika Trias, 2013
National Library Singapore (2009), Singapura telah memanfaatkan teknologi di dalam kelas khususnya pada pembelajaran matematika sejak tahun 1970. Pada tahun 1997-2002, pemerintah Singapura menganggarkan dana khusus untuk memberikan pelatihan kepada guru-guru di sana agar mahir menggunakan TIK (komputer) dalam pembelajaran. Kemudian, pada tahun 2003-2008 pemerintah Singapura menganggarkan dana untuk pengintergrasikan TIK ke dalam pembelajaran. Pada tahun 2009-2014, pemerintah Singapura menganggarkan dana khusus untuk mengembangkan lingkungan interaktif yang lebih baik antara siswa dengan TIK dan meng-upgrade infrastruktur TIK sekolah.
Pemerintah Singapura sangat ingin meningkatkan penggunaan teknologi komputer dalam dunia pendidikan bukan tanpa alasan. Banyak sekali manfaat dari penggunaan teknologi komputer dalam dunia pendidikan khususnya untuk pembelajaran matematika, seperti yang tercantum dalam NCTM (Walle, 2008), yaitu “teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika; teknologi mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses belajar siswa.” Komputer dan kalkulator adalah teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika, “teknologi memungkinkan siswa untuk memfokuskan diri pada ide-ide matematika, pemahaman, dan menyelesaikan soal yang tidak mungkin dikerjakan tanpa bantuan kalkulator atau komputer” (Walle, 2008). Selain itu, menurut Kusumah (2010) keunggulan-keunggulan pembelajaran interaktif berbasis komputer, antara lain:
1. Meningkatkan kemampuan akademik; 2. Mempercepat penguasaan konsep siswa;
(19)
3
Isnatika Trias, 2013
3. Mempertinggi retensi siswa;
4. Meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika.
Manfaat-manfaat dari penggunaan teknologi komputer dalam pembelajaran, diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia, yaitu perlu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia agar tidak tertinggal dari negara-negara lain. Khususnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika di Indonesia.
Pembelajaran matematika perlu ditingkatkan terus, karena matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting. Di semua negara, matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak duduk dibangku sekolah dasar hingga di perguruan tinggi, dan penerapan matematika pun banyak digunakan bidang-bidang lainnya, seperti sains, ekonomi, sosial, pertanian, bahkan teknologi dan komputer sendiri pun berdasar dari matematika.
Banyak sekali manfaat yang didapatkan siswa baik secara langsung maupun tidak langsung ketika mempelajari matematika. Salah satu manfaat langsungnya adalah ketika memecahkan permasalahan-permasalahan matematis yang berhubungan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun manfaat matematika yang tidak langsung dirasakan oleh siswa dan bahkan sering tidak disadari oleh siswa adalah pembentukan pola pikir siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, walaupun permasalahan tersebut tidak berhubungan dengan matematika. Oleh karena itu, kualitas pembelajaran matematika sangat perlu ditingkatkan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
(20)
4
Isnatika Trias, 2013
Meningkatnya kualitas pembelajaran matematika, akan berdampak pada meningkatnya kemampuan-kemampuan matematis siswa dan meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran matematika, seperti yang telah tercantum dalam Permen No. 22 tahun 2006 mengenai standar isi untuk mata pelajaran matematika SMA, secara umum yaitu setelah pembelajaran matematika siswa diharapkan memiliki kemampuan pemahaman, komunikasi, koneksi, penalaran, pemecahan masalah matematis, serta meningkatkan kualitas disposisi matematis siswa.
Dari semua kemampuan matematis tersebut, penelitian ini akan difokuskan pada peningkatan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, namun bukan berarti kemampuan-kemampuan matematis lain tidak perlu ditingkatkan. Peneliti memilih untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dalam penelitian ini, dikarenakan dalam kehidupan setiap individu pasti akan menemui permasalahan, dan dalam menyelesaikan permasalahan, setiap individu harus mampu mengkoneksikan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, alasan peneliti memilih untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masaah matematis dalam penelitian ini, karena permasalahan yang dihadapi antara individu satu dan yang lainnya pastilah berbeda-beda, yang artinya permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu adalah permasalahan yang non-routine. Dengan demikian, diharapkan dengan meningkatnya kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, baik yang
(21)
5
Isnatika Trias, 2013
berhubungan dengan matematika maupun yang tidak berhubungan dengan matematika sekalipun.
Koneksi dapat diartikan sebagai hubungan dan standar hubungan ini termasuk dalam salah satu standar proses yang ditetapkan oleh NCTM (Walle, 2008). Artinya, dalam mempelajari matematika siswa perlu mengetahui bahwa matematika memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, seni, sains, dan ilmu sosial (Walle, 2008). Dengan mengetahui hubungan-hubungan tersebut, siswa akan mempelajari materi matematika dengan lebih bermakna. Oleh karena itu, kemampuan koneksi matematis siswa sangat penting dimiliki siswa dalam mempelajari matematika. Sejalan dengan pendapat Ausubel (Munthe, 2009) yang menyatakan jika siswa mampu mengoneksikan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep telah dimiliki oleh siswa maka pembelajaran bermakna akan dicapai.
Kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa akan mempengaruhi satu sama lain. Karena indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Sumarmo (2012), yaitu menerapkan strategi menyelesaikan masalah dalam/di luar matematika dan menyelesaikan model matematika dan masalah nyata, berkaitan dengan indikator kemampuan koneksi matematis menurut Sumarmo (2012), yaitu memahami dan menggunakan hubungan antara topik matematika dan dengan topik bidang studi lain, dan menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kemampuan koneksi matematis siswa yang rendah akan mengakibatkan ketika akan memecahkan permasalahan matematika, siswa akan mengalami kesulitan.
(22)
6
Isnatika Trias, 2013
Pada kurikulum matematika di Singapura, kemampuan koneksi merupakan bagian dari pemecahan masalah matematis siswa dan kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan tujuan dari proses belajar-mengajar matematika (Thohari).
Namun, dalam kenyataannya pendidikan di Indonesia yang hanya bertumpu pada aspek kognisinya saja dan bukan pada pemecahan masalah, menyebabkan pembelajaran matematika di Indonesia tidak relevan dengan tren global (Kompas.com, 2010). Hal ini senada dengan pendapat Suryadi (Kompas.com, 2010) yang menyatakan bahwa “praktik pendidikan di Tanah Air seolah telah melawan arus global, di banyak negara maju, seperti Singapura, pendidikan sains, khususnya Matematika, diarahkan untuk dapat membekali siswa dengan kemampuan pemecahan masalah”. Selain itu, karena pendidikan di Indonesia hanya bertumpu pada aspek kognitif, bedampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan Human Development Index (HDI) dalam sebuah situs Wikipedia melaporkan data kualitas sumber daya manusia dari negara-negara di dunia yang dilakukan pada tahun 2011, kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang berada diposisi ke 124 dari 187 negara, (Wikipedia, 2011). Singapura yang memiliki kualitas pendidikan yang baik, dan dalam pembelajaran matematikanya bertumpu pada kemampuan pemecahan masalah matematis, berada pada posisi ke 26 (Wikipedia, 2011).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan mutu pembelajaran matematika, khususnya untuk kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa. Seperti yang telah dipaparkan pada paragraf
(23)
7
Isnatika Trias, 2013
sebelumnya tentang pentingnya kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis, diharapkan dengan meningkatkan kemampuan-kemampuan matematis ini dapat memberikan dampak yang besar pada meningkatnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa.
Selain untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, pembelajaran matematika yang dipilih harus dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran matematika. Sikap positif siswa terhadap matematika sangat perlu ditingkatkan, selain untuk mencapai tujuan pembelajaran maematika di Indinonesia, dengan meningkatnya sikap postif siswa terhadap matematika, akan memberikan dampak pada kemampuan-kemampuan matematis siswa.
Dalam kenyataannya, siswa di Indonesia belum memberikan sikap positif terhadap pelajaran dan pembelajaran matematika. Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya kemampuan-kemampuan matematis siswa di Indonesia. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara sebelum penelitian pada siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini, sebagian besar siswa menyatakan lebih menyukai pelajaran lain dibandingkan pelajaran matematika. Sebagian besar siswa malas mengikuti pembelajaran matematika, hal ini pun berdampak pada rendahnya prestasi hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru pun, menggambarkan keadaan yang serupa dengan keadaan yang ungkapkan oleh siswa. Guru menjelaskan bahwa siswa baru berkeinginan memperhatikan
(24)
8
Isnatika Trias, 2013
penjelasan guru dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka, setelah memdapatkan “ancaman” terlebih dahulu.
Selain itu, keadaan yang harus lebih diperhatikan lagi adalah keadaan seperti yang diungkapkan oleh Pranoto (Kompasiana, 2011), menyatakan bahwa penderita phobia matematika lebih banyak dibandingkan pelajaran lain, hal ini dikarenakan seorang anak telah mempelajari matematika sejak TK dan SD. Dibandingkan dengan pelajaran fisika yang baru dipelajari di SMA, sedangkan kimia baru dipelajari ketika SMA. Phobia fisika dan phobia kimia tidak begitu krusial dibandingkan dengan phobia matematika. Dep (about.com, dalam kompasiana, 2011) menyebutkan bahwa “biasanya rasa takut berasal dari pengalaman yang tidak menyenangkan dalam pelajaran matematika”. Salah satu cara penanggulangan phobia matematika (Kompasiana, 2011) adalah meningkatkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran matematika, dengan memberikan pembelajaran yang berkualitas untuk memahami yang sering tidak terjadi pada pembelajaran dengan pendekatan tradisional. Berdasarkan pemaparan mengenai sikap siswa terhadap matematika tersebut, maka perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap positif siswa terdapat matematika dan untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan matematis siswa.
Salah satu pembelajaran yang telah dipaparkan di atas yang sudah digunakan di berbagai negara dan memiliki banyak manfaat, yaitu pembelajaran dengan menggunakan teknologi komputer. Diharapkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi komputer dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan
(25)
9
Isnatika Trias, 2013
matematis siswa terutama kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, serta meningkatkan sikap posistif siswa terhadap matematika.
Ada berbagai macam pembelajaran dengan menggunakan teknologi komputer, salah satunya adalah pembelajaran berbasis komputer. Ciri khas dari pembelajaran seperti ini akan dibuat suatu bahan ajar (multimedia) interaktif berbasis komputer.
Bahan ajar interaktif berbasis komputer ini menurut Kusumah (2011) “didesain khusus sehingga ada interaksi antara siswa dan komputer dalam bentuk stimulus-respon berlangsung secara dinamis”. Misalnya ketika siswa memberikan solusi untuk permasalahan yang diberikan, komputer akan memberikan respon mengenai solusi yang diberikan siswa. Jika solusi yang diberikan siswa kurang tepat, maka respon komputer tersebut akan membuat siswa memikirkan solusi yang benar-benar cocok untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan (komputer memberikan stimulus pada siswa yang akan mengakibatkan adanya respon lanjutan). Hal ini akan meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa akan meningkat, karena menurut Foong (Thohari) “mengajar melalui pemberian masalah-masalah memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun konsep matematika dan mengembangkan keterampilan matematikanya”.
Selain itu, bahan ajar yang dibuat dalam penelitian ini disesuai dengan karaketeristik untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa, bahan ajar dibuat dengan mengaitkan materi matematika yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, materi matematika sebelumnya, dan
(26)
10
Isnatika Trias, 2013
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang akan menghasilkan suatu pembelajaran bermakna, serta memberikan pengalaman pada siswa untuk mendapatkan penjelasan secara visual dan interaktif dengan menggunakan komputer, dan menuntun siswa bekerja sama dengan siswa lainnya.
Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan mengenai pembelajaran matematika berbasis komputer, pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa SMP, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hendrayana (2010) dalam tesisnya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2006) menyatakan bahwa pembelajaran matematika berbasiskan komputer dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis siswa.
Tentunya dalam pembuatan bahan ajar dibutuhkan suatu software komputer. Software komputer yang akan digunakan pada penelitian ini adalah adobe flash cs5. Karena, kelebihan dari flash yang dapat menganimasikan suatu objek dirasa cocok untuk membuat bahan ajar matematika interaktif.
Salah satu materi matematika yang sangat membutuhkan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis yang baik adalah materi peluang SMA. Materi peluang SMA sering kali menjadi materi yang sangat dihindari siswa. Salah satu alasan siswa menghindari soal peluang SMA adalah mereka tidak mengetahui apakah konsep permutasi ataukah kombinasi yang harus mereka gunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Oleh karena itu, materi peluang SMA memerlukan suatu alternatif pembelajaran, yaitu pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer yang diharapkan dapat meningkatkan
(27)
11
Isnatika Trias, 2013
kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa untuk materi peluang SMA.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan untuk materi Peluang untuk siswa kelas XI SMA untuk meningkatakan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa. Sehingga peneliti mengambil judul untuk diteliti yaitu, “Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA.”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional?
2. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada
(28)
12
Isnatika Trias, 2013
siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional?
4. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional?
5. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih
(29)
13
Isnatika Trias, 2013
baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional.
4. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional.
5. Mengkaji sikap siswa terhadap pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi berbagai kalangan berikut ini:
1. Bagi siswa, diharapkan dari pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dapat membantu siswa dalam mengoneksikan konsep matematika yang sedang dipelajari dengan konsep yang telah dimiliki siswa, dan siswa mampu mengoneksikan suatu konsep matematika yang sedang dipelajari dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan dihasilkan pembelajaran bermakna bagi siswa. Dengan pembelajaran seperti ini pun diharapkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat, sehingga siswa dapat terbantu dalam memecahkan masalah-masalah matematika baik yang berhubungan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari maupun tidak. Selain itu, pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual ini, diharapkan dapat
(30)
14
Isnatika Trias, 2013
meningkatkan minat dan dapat memotivasi siswa dalam mempelajari matematika.
2. Bagi guru, diharapkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer ini dapat membantu guru dalam menyampaikan materi matematika pada siswa dan dapat menciptakan pembelajaran matematika berdasarkan karakteristik siswa melalui bahan ajar matematika interaktif berbasis komputer, serta dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa mengenai konsep matematika yang sedang dipelajari.
3. Bagi sekolah penyelengaraan pendidikan, diharapkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer ini dapat memfasilitasi siswanya dalam menimba ilmu di sekolah dan dapat meningkatkan kualitas output pendidikan terutama mata pelajaran matematika.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Agar dalam pemahaman penulisan ini tidak terjadi kerancuan makna atau salah persepsi, maka dipandang perlu dalam penulisan ini dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat:
1. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan dalam menghubungkan keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan konsep-konsep matematika itu sendiri (hubungan internal) ataupun keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari.
(31)
15
Isnatika Trias, 2013
Indikator untuk kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini, antara lain:
a. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.
b. Memahami dan menggunakan hubungan antartopik matematika dan dengan topik bidang studi lain.
c. Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen.
d. Menggunakan matematika dalam bidang kehidupan sehari-hari. e. Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk memahami masalah, menyusun rencana/memilih strategi, melaksanakan strategi dan mendapatkan hasil, serta memeriksa proses dan hasil dalam menyelesaikan berbagai permasalahan/persoalan matematis yang nonrutin. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan pada penelitian ini, antara lain.
a. Membuat model matematika.
b. Menerapkan strategi menyelesaikan masalah di luar matematika. c. Menjelaskan/menginterpretasikan hasil.
d. Menyelesaikan model matematika.
e. Menggunakan matematika secara bermakna.
3. Pembelajaran berbasis komputer adalah pembelajaran dengan bahan ajar dibuat dari software komputer yang digunakan untuk membantu siswa memahami suatu materi. Dalam pembelajaran berbasis komputer,
(32)
16
Isnatika Trias, 2013
pembelajaran tidaklah lagi berpusat pada guru, tetapi pembelajaran berpusat pada siswa (student center).
4. Pembelajaran interaktif berbasis komputer adalah suatu pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar interaktif berbasis komputer, bahan ajar interaktif berbasis komputer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari koneksi antara pengetahuan yang sedang dipelajari siswa dengan pengetahuan yang dimiliki siswa serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahan ajar ini dibuat untuk membantu siswa dalam belajar dan guru dalam mengajarkan suatu materi matematika.
5. Peningkatan dalam penelitian ini diperoleh dari skor pretes dan postes kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, yang dinyatakan dalam skor gain ternormalisasi.
(33)
Isnatika Trias, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN
Berdasarkan masalah yang dikembangkan, penelitian yang dilaksanakan adalah untuk melihat peningkatan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran maematika interaktif berbasis komputer dan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-experiment atau eksperimen semu. Pertimbangan penggunaan metode quasi-experiment atau eksperimen semu ini bahwa kelas yang ada sudah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan secara acak (Ruseffendi, 2005). Pengertian lain dari quasi-experiment (en-wikipedia.org) “A quasi-experiment is an empirical study used to estimate the causal impact of an intervention on its target population. Quasi-experimental research designs share many similarities with the traditional experimental design or randomized controlled trial, but they specifically lack the element of random assignment to treatment or control.” Sebenarnya, desain quasi-experiment memiliki banyak kesamaan dengan desain eksperimen tradisional, hanya saja desain quasi-experiment mengurangi unsur pengacakan subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experiment karena dalam pemilihan dan pengacakan subjek, apabila dilakukan pembentukan kelas baru dimungkinkan akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran dan mengganggu efektivitas pembelajaran di sekolah.
(34)
40
Isnatika Trias, 2013
Penelitian ini merupakan penelitian quasi-experiment dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen (the non-equivalent control groups design). Desain kelompok kontrol non-ekuivalen melibatkan paling tidak dua kelompok yang subjeknya tidak dikelompokkan secara acak (Ruseffendi, 2005). Pengertian lain dari desain kelompok kontrol non-ekuivalen adalah “the non-equivalent groups design (Research Methods Knowledge Base, 2006) is probably the most frequently used design in social research. It is structured like a pretest-posttest randomized experiment, but it lacks the key feature of the randomized designs-random assignment.” Selain itu, berdasarkan pembahasan mengenai desian kelompok kontrol non-ekuivalen dalam Research Methods by Dummies (California State University) “A non-equivalent groups design includes an existing group of participants who receive a treatment and another existing group of participants to serve as a control or comparison group. Participants are not randomly assigned to conditions, but rather are assigned to treatment or control conditions with all yhe another in their existing group.” Dengan demikian, dari beberapa pengertian tersebut, desain kelompok kontrol non-ekuivalen banyak kesamaan dengan desain kelompok kontrol pretes-postes, perbedaannya hanya pada pengacakan subjeknya dan dipilih dua kelompok untuk dijadikan subjek penelitian, satu kelompok mendapatkan perlakuan (treatment) sedangkan kelompok lainnya dijadikan sebagai kelompok kontrol atau kelompok pembanding (non-ekuivalen). Perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan pembelajaran matematika yang dilakukan di kedua kelompok. Pada penelitian ini, akan diadakan pretes (0) dan postes (0) pada kedua kelas.
(35)
41
Isnatika Trias, 2013
Kelas yang satu memperoleh perlakuan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran konvensional, sedangkan kelas yang satunya lagi memperoleh perlakuan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer (X). Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Kelas Eksperimen : 0 X 0
Kelas Kontrol : 0 0 (Ruseffendi, 2005)
Keterangan:
0 : Tes awal/akhir pada kelompok (kelas) eksperimen/kontrol,
X : Perlakuan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer, dan : Subjek tidak dikelompokkan secara acak.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel kontrol, variabel bebas, dan variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab, dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer.
2. Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas, dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah matematis.
(36)
42
Isnatika Trias, 2013
C. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri Karya Pembangunan Baleendah Bandung pada tahun ajaran 2012/2013. Peneliti akan melakukan penelitian pada dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas XI IPA 2 dan satu kelas sebagai kelas kontrol, yaitu kelas XI IPA 1. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan perlakuan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer untuk materi peluang. Kelas kontrol adalah kelas yang mendapatkan perlakuan pembelajaran matematika dengan konvensional untuk materi peluang.
D. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan ajar matematika interaktif berbasis komputer yang akan digunakan di kelas eksperimen. Sedangkan bahan ajar yang digunakan di kelas kontrol adalah bahan ajar tanpa komputer. Bahan ajar yang dibuat berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.
Bahan ajar yang digunakan pada kelas eksperimen akan dibuat interaktif berbasis komputer yang isinya memuat materi peluang kelas XI SMA dan bahan ajar yang akan dibuat akan disusun dengan mengaitkan materi matematika yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, materi matematika sebelumnya, dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang akan menghasilkan suatu pembelajaran bermakna, serta memberikan pengalaman pada siswa untuk mendapatkan penjelasan secara visual dan interaktif dengan
(37)
43
Isnatika Trias, 2013
menggunakan komputer, dan menuntun siswa bekerja sama dengan siswa lainnya. Bahan ajar yang disusun diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa.
Konsep multimedia (bahan ajar) pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Konsep Multimedia dalam Penelitian Ini
Gambar 3.2 adalah gambaran umum dari bahan ajar interaktif pertemuan pertama untuk materi kaidah pencacahan.
Multimedia
AnimasiGambar/ Image Teks
(38)
44
(39)
45
(40)
46
(41)
47
Isnatika Trias, 2013
Gambar 3.2
Gambaran Umum Bahan Ajar Interaktif Berbasis Komputer Pertemuan Pertama
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada penelitian ini dikembangkan enam buah instrumen yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes antara lain tes koneksi matematis siswa dan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sedangkan, instrumen non-tes, antara lain lembar observasi, angket skala sikap, dan pedoman wawancara.
1. Soal Pretes dan Postes
a. Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Tes ini berupa uraian, yang soalnya terdiri dari soal-soal koneksi matematis. Soal ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan koneksi matematis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer mengenai materi peluang di kelas XI
(42)
48
Isnatika Trias, 2013
SMA. Indikator yang diukur pada tes kemampuan koneksi matematis ini adalah (Sumarmo, 2012)
1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.
2) Memahami dan menggunakan hubungan antar topik matematika dan dengan topik bidang studi lain.
3) Mencari koneksi atau prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen.
4) Menggunakan matematika dalam bidang studi lain/kehidupan sehari-hari.
5) Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama. Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Reaksi terhadap Soal/Masalah Skor
Tidak ada jawaban 0
Jawaban hampir sesuai dengan pertanyaan, persoalan, atau dengan
masalah. 1
Jawaban ada beberapa yang sesuai dengan pertanyaan, persoalan, atau
dengan masalah tetapi hubungannya tidak jelas. 2
Jawaban sesuai dengan pertanyaan, persoalan, atau dengan masalah dan
hubungannya sudah jelas, tetapi kurang lengkap. 3
Jawaban sesuai dengan pertanyaan, persoalan, atau masalah dan
hubungannya sudah jelas, serta sudah lengkap. 4
b. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tes ini berupa uraian, yang soalnya terdiri dari soal-soal non-rutin (soal pemecahan masalah). Soal ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar matematika interaktif berbasis komputer mengenai
(43)
49
Isnatika Trias, 2013
materi peluang di kelas XI SMA. Indikator dari pemecahan masalah matematis menurut Sumarmo (2012), antara lain.
1) Membuat model matematika.
2) Menerapkan strategi menyelesaikan masalah dalam/di luar matematika. 3) Menjelaskan/menginterpretasikan hasil.
4) Menyelesaikan model matematika dan masalah nyata. 5) Menggunakan matematika secara bermakna.
Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang akan digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.2. Pedoman ini diadaptasi dari pedoman penskoran pemecahan masalah yang dibuat oleh Schoen dan Ochmke (Sumarmo, dkk, dalam Anriani, 2011) dan pedoman penskoran yang dibuat oleh Chicago Public Schools Bureau of Student Assessment yang ditunjukkan pada Tabel 3.2:
(44)
50
Isnatika Trias, 2013
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Skor Memahami Masalah
Menyusun Rencana/
Memilih Strategi
Melaksanakan Strategi dan Mendapat Hasil
Memeriksa Proses dan
Hasil
0
Tidak berbuat (kosong) atau semua
interpretasi salah (sama sekali tidak memahami masalah). Tidak berbuat (kosong) atau seluruh strategi yang dipilih salah.
Tidak ada jawaban atau jawaban salah akibat perencanaan yang salah.
Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada
keterangan apapun.
1 Hanya sebagian interpretasi masalah yang benar. Sebagian rencana sudah benar atau perencanaannya tidak lengkap. Penulisan salah, Perhitungan salah, hanya
sebagian kecil jawaban yang dituliskan; tidak ada
penjelasan jawaban; jawaban dibuat tapi tidak
benar. Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas. 2 Memahami masalah secara lengkap; mengidentifikasi semua bagian penting
dari permasalahan; termasuk dengan membuat diagram atau gambar yang jelas dan simpel
menunjukkan pemahaman terhadap
ide dan proses masalah.
Keseluruhan rencana yang dibuat benar dan
akan mengarah kepada penyelesaian yang benar bila
tidak ada kesalahan perhitungan.
Hanya sebagian kecil prosedur yang benar, atau
kebanyakan salah sehingga hasil salah.
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat kebenaran hasil dan proses. 3 - - Secara substansial prosedur yang dilakukan
benar dengan sedikit kekeliruan atau ada kesalahan prosedur sehingga hasil akhir salah.
-
4
- -
Jawaban Benar dan lengkap, Memberikan jawaban secara lengkap, jelas, dan benar, termasuk dengan membuat diagram
atau gambar.
-
(45)
51
Isnatika Trias, 2013
c. Hasil Uji Instrumen Pretes dan Postes
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes tersebut terlebih dahulu diujicobakan untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran. Langkah-langkah uji coba dilakukan adalah:
1) Instrumen dikonsultasikan pada dosen pembimbing;
2) Instrumen diujicobakan kepada subjek yang memiliki karakteristik yang serupa dengan karakteristik subjek penelitian;
3) Menentukan nilai koefisien validitas dari instrumen tes; 4) Menentukan reliabilitas instrumen tes;
5) Menentukan daya pembeda dan indeks kesukaran instrumen tes. 1) Analisis Validitas
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003). Oleh karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu (Suherman, 2003).
Cara untuk mencari koefisien validitas alat evaluasi adalah dengan menggunakan rumus korelasi produk-moment memakai angka kasar (raw score). Rumusnya adalah:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
(46)
52
Isnatika Trias, 2013
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. = jumlah skor uji coba.
= jumlah skor ulangan harian. = banyak subjek (testi).
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi ke dalam kategori-kategori seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Validitas (Suherman 2003)
Koefisien Validitas Interpretasi
Sangat tinggi
Tinggi (baik)
Sedang (cukup)
Rendah (kurang)
Sangat rendah
Tidak valid
Hasil uji validitas butir soal tes kemampuan koneksi matematis disajikan pada Tabel 3.4 dan hasil uji validitas butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajika pada Tabel 3.5, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Anates:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Butir Soal rxy Kategori Kriteria Signifikansi
1 0,694 Valid Sedang Signifikan
2 0,527 Valid Sedang -
3b 0,868 Valid Tinggi Sangat Signifikan
3c 0,857 Valid Tinggi Sangat Signifikan
(47)
53
Isnatika Trias, 2013
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Butir Soal
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Butir Soal rxy Kategori Kriteria Signifikansi
3a 0,795 Valid Tinggi Sangat Signifikan
5a 0,748 Valid Tinggi Sangat Signifikan
5b 0,779 Valid Tinggi Sangat Signifikan
5c 0,843 Valid Tinggi Sangat Signifikan
6 0,819 Valid Tinggi Sangat Signifikan
2) Analisis Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukuran yang diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh perilaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel (Suherman, 2003).
Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha seperti di bawah ini (Suherman, 2003).
∑ Keterangan:
= koefisien reliabilitas. = banyak butir soal (item).
∑ = jumlah varians skor setiap item. = varians skor total.
(48)
54
Isnatika Trias, 2013
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas J.P Guilford (Suherman, 2003) Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,90 ≤ < 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ < 0,90 Tinggi
0,40 ≤ < 0,70 Sedang (cukup)
0,20 ≤ < 0,40 Rendah < 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Anates diperoleh koefisien reliabilitas tes kemampuan koneksi matematis adalah 0,72 dan koefisien reliabilitas tes kemampuan pemecahaman masalah matematis adalah 0,90. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas tes kemampuan koneksi matematis yang
digunakan pada penelitian ini tergolong tinggi karena berada pada interval 0,70 ≤
r11 < 0,90, dan tingkat reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan pada penelitian ini tergolong sangat tinggi karena berada pada interval 0,90 ≤ < 1,00.
3) Analisis Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran
Pada uraian mengenai daya pembeda dan indeks kesukaran tampak bahwa satu sama lain erat kaitannya dan saling mempengaruhi.
Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut: Maks JS JB JB DP A B A
atau
Maks JS JB JB DP B B A Keterangan :
(49)
55
Isnatika Trias, 2013
JBA =Jumlah benar untuk kelompok atas.
JBB = Jumlah benar untuk kelompok bawah.
JSA =Jumlah siswa kelompok atas.
JSB =Jumlah siswa kelompok bawah.
Maks = Skor maksimal setiap butir soal.
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah: Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda (Suherman, 2003)
Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat jelek
Hasil uji daya pembeda soal tes kemampuan koneksi matematis disajikan pada Tabel 3.8 dan hasil uji daya pembeda soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.9, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Anates:
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Butir Soal Maks ̅ ̅ DP Interpretasi
1 4 3,67 1,78 0,47 Baik
2 4 3,78 2,44 0,33 Cukup
3b 4 3,78 0,56 0,81 Sangat Baik
3c 4 4,00 0,56 0,86 Sangat Baik
(50)
56
Isnatika Trias, 2013
Tabel 3.9
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Butir Soal Maks ̅ ̅ DP Interpretasi
3a 4 8,00 1,89 0,61 Baik
5a 4 6,44 1,22 0,52 Baik
5b 4 6,78 2,56 0,42 Baik
5c 4 7,00 0,67 0,63 Baik
6 4 5,44 0,33 0,51 Baik
Untuk menghitung indeks kesukaran setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut:
. Maks
X IK i Keterangan:
IK = Indeks Kesukaran.
i
X = Rata-rata skor setiap butir soal. Maks = Skor maksimal setiap butir soal.
Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan adalah: Tabel 3.10
Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran (Suherman, 2003)
Koefisien Indeks Kesukaran Interpretasi
Soal terlalu mudah
Soal mudah
Soal sedang
Soal sukar
Soal terlalu sukar
Hasil uji indeks kesukaran soal tes kemampuan koneksi matematis disajikan pada Tabel 3.11 dan hasil uji daya pembeda soal tes kemampuan
(51)
57
Isnatika Trias, 2013
pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.12, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Anates:
Tabel 3.11
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Butir Soal Tingkat
Kesukaran Tafsiran
1 0,68 Sedang
2 0,77 Mudah
3b 0,54 Sedang
3c 0,57 Sedang
5 0,68 Sedang
Tabel 3.12
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Butir Soal Tingkat
Kesukaran Tafsiran
3a 0,49 Sedang
5a 0,38 Sedang
5b 0,47 Sedang
5c 0,38 Sedang
6 0,29 Sukar
2. Lembar Observasi
Lembar observasi berupa daftar isian yang diisi oleh observer selama pembelajaran berlangsung di kelas yang digunakan untuk mengamati secara langsung aktivitas dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga diketahui gambaran umum dari pembelajaran yang terjadi
3. Angket Skala Sikap
Angket pada penelitian ini akan diberikan pada siswa untuk diisi, dan diberikan setelah siswa mendapatkan perlakuan. Angket pada penelitian ini terdiri dari peryataan-pernyataan yang kemudian akan dinilai oleh siswa pernyataan mana yang sesuai dengan kata hati siswa mengenai pembelajaran matematika
(52)
58
Isnatika Trias, 2013
interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual mengenai materi peluang.
Diharapkan dengan menggunakan instrumen tambahan yaitu angket dan pedoman wawancara peneliti dapat mengetahui sesuatu yang penting yang bersangkutan dengan penelitian ini yang tidak terlihat selama penelitian berlangsung.
4. Jurnal Harian
Jurnal harian pada penelitian ini dibuat untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual untuk materi peluang SMA. Dengan adanya jurnal harian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman peneliti untuk melakukan revisi, pada pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual untuk materi peluang, maupun bahan ajar interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual untuk materi peluang itu sendiri.
5. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara pada penelitian ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan pada siswa sebelum, selama dan setelah pembelajaran yang isinya berkaitan dengan pendekatanmatematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual mengenai materi peluang, sehingga dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data.
(53)
59
Isnatika Trias, 2013
F. PROSEDUR PENELITIAN
Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini:
Gambar 3.3
Bagan Prosedur Penelitian
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini merupakan data mentah yang perlu dilakukan pengolahan data sehingga data tersebut menjadi bermakna. Data tersebut akan lebih bermanfaat dan dapat memberikan gambaran tentang
Kelompok Eksperimen:
Pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual
Identifikasi Masalah
Penyusunan Bahan Ajar
Penyusunan Instrumen
Uji Coba Instrumen
Analisis validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran
Kelompok Kontrol: Pembelajaran matematika dengan
konvensional
Tes Akhir (postes)
Analisis Data
Kesimpulan Tes Awal (pretes)
(54)
60
Isnatika Trias, 2013
permasalahan yang diteliti, maka data tersebut harus diolah terlebih dahulu sehingga memberikan arah untuk menganalisis lebih lanjut. Data yang diperoleh kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut untuk menguji hipotesis penelitian.
1. Analisis Data Pretes dan Postes
Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes, postes, dan peningkatan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa (indeks gain) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menguji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa data berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov atau uji Shapiro-Wilk. Sedangkan jika hasil pengujian menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Mann-Whitney. Uji normalitas dilakukan terhadap skor pretes, postes, dan gain dari dua kelompok siswa (kelas eksperimen dan kontrol).
Rumusan hipotesis untuk menguji normalitas data adalah: H0 : Sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Sampel yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian yang digunakan adalah nilai signifikansi (sig.) lebih besar dari 0,05 ( ), maka H0 diterima; untuk kondisi sebalikanya, H0 ditolak.
(55)
61
Isnatika Trias, 2013
b. Menguji Homogenitas Varians dari Dua Kelompok
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Apabila kedua kelompok data (sampel) tersebut berasal dari populasi-populasi dengan varians yang sama dinamakan populasi homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan uji F atau Levene’s test.
Rumusan hipotesis statistik untuk menguji homogenitas varians kedua kelompok data adalah:
H0 : Data berasal dari populasi yang homogen. H1 : Data berasal dari populasi yang tidak homogen.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah nilai signifikansi (sig.) lebih besar dari 0,05 ( ), maka H0 diterima; untuk kondisi sebalikanya, H0 ditolak.
c. Uji-t atau Uji-t’
Uji-t dilakukan untuk menguji perbedaan dua rataan data pretes, postes, dan gain ternormalisasi untuk kedua kemampuan, yaitu kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa. Uji-t dilakukan jika data dari kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Sedangkan uji-t’ dilakukan jika data dari kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal namun tidak homogen. Tetapi, jika data yang dianalisis berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji Mann-Whitney.
Hipotesis statistik dalam pengujian perbedaan dua rataan data pretes, antara lain:
(56)
62
Isnatika Trias, 2013
H0 : Rataan data pretes siswa kedua kelas tidak berbeda secara signifikan. H1 : Rataan data pretes kedua kelas berbeda secara signifikan.
Hipotesis statistik dalam pengujian perbedaan dua rataan data postes, antara lain:
H0 : Rataan data postes siswa kedua kelas tidak berbeda secara signifikan.
H1 : Rataan data postes siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol.
Hipotesis statistik dalam pengujian perbedaan dua rataan data gain ternormalisasi, antara lain:
H0 : Rataan data gain ternormalisasi siswa kedua kelas tidak berbeda secara signifikan.
H1 : Rataan data gain ternormalisasi siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol.
Melihat hipotesis di atas, untuk uji perbedaan dua rataan data pretes akan dilakukan uji dua pihak, sedangkan uji perbedaan dua rataan data postes dan gain ternormalisasi akan dilakukan uji satu pihak.
d. Analisis Data Indeks Gain Ternormalisasi
Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan analisis terhadap hasil pretes dan postes. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi rataan (average normalized gain) oleh Hake (dalam Meltzer, 2002) yang diformulasikan sebagai berikut.
(57)
63
Isnatika Trias, 2013
Indeks gain tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria yang diungkapkan oleh Hake (Meltzer, 2002) dalam Tabel 3.13.
Tabel 3.13
Klasifikasi Gain Ternormalisasi Indeks Gain Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 3.4 menunjukkan urutan cara pengolahan data pretes, postes, dan gain ternormalisasi yang disajikan dengan bagan.
Gambar 3.4
Bagan Prosedur Analisis Data
Analisis Data Pretest dan Posttest
Uji Normalitas
Uji Kolmogorov-Smirnov atau Uji Shapiro-Wilk
Hasil
Uji Homogentitas Varians dari Dua Kelompok
Uji F atau Levene’s test
Tidak Homogen Homogen
Uji-t’ Uji-t
Uji Non-Parametrik Mann-Whitney
Data Tidak Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal
(58)
64
Isnatika Trias, 2013
2. Analisis Data Angket
Angket siswa dibuat dengan skala sikap (Likert). Setiap jawaban diberikan bobot tertentu sesuai dengan jawabannya. Untuk menghitung persentase data digunakan rumus sebagai berikut:
% 100
n f P
Keterangan:
P = Persentase jawaban. f = Frekuensi jawaban. n = Banyaknya responden.
Penafsirandata angket siswa dilakukan dengan menggunakan kategori persentase berdasarkan Hendro (Yulianti, 2009).
Tabel 3.14
Klasifikasi Data Angket Siswa Presentasi Jawaban Interpretasi
Seluruhnya
Hampir seluruhnya
Sebagian besar
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian kecil
(59)
Isnatika Trias, 2013
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu kemampuan koneksi matematis awal siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional lebih baik daripada kemampuan koneksi matematis awal siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer. Selain itu, karena materi matematika yang diajarkan kepada siswa pada penelitian ini adalah peluang, yaitu materi matematika yang sangat berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan berkaitan pula dengan materi matematika lainnya. Jadi, untuk siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, guru menjelaskan materi dan memberikan permasalahan tentang materi kepada siswa dengan menghubungkan materi peluang dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan dengan materi-materi matematika lainnya yang telah dipelajari. Kegiatan yang dilakukan guru pada siswa yang pembelajaran konvensional tersebut, sejalan dengan indikator dari kemampuan koneksi matematis siswa yang digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan keadaan tersebut, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
1. Kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer tidak lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
(60)
126
Isnatika Trias, 2013
2. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer tidak lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
4. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
5. Sebagian besar siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer memberikan sikap positif (minat) terhadap pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer. Hanya saja minat siswa untuk mempelajari matematika belum terlalu kuat dan siswa masih membutuhkan banyak bantuan guru dalam memahami materi yang sedang dipelajari.
B. IMPLIKASI
Implikasi yang ditemukan dari simpulan di atas dan pembahasan di bab IV adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran interaktif berbasis komputer sangat efektif untuk meningkatkan pemecahan masalah matematis siswa.
(61)
127
Isnatika Trias, 2013
2. Pembelajaran interaktif berbasis komputer baik dilaksanakan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dan kesadaran siswa atas pentingnya mempelajari matematika.
3. Pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer baik dilakukan untuk meningkatkan minat dan sebagai daya tarik bagi siswa yang memiliki minat yang rendah terhadap pelajaran matematika.
4. Pembelajaran matematika berbasis komputer baik dilaksanakan untuk materi yang memerlukan banyak ilustrasi, sehingga guru dapat tertolong ketika menjelaskan materi tersebut pada siswa.
C. REKOMENDASI
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, berikut ini disajikan beberapa rekomendasi yang bersesuaian, di antaranya:
1. Pembelajaran intrekatif berbasis komputer hendaknya menjadi alternatif pembelajaran bagi guru SMA khususnya dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa, pemecahan masalah matematis siswa dan minat (sikap positif) siswa terhadap pembelajaran matematika. 2. Pembelajaran interaktif berbasis komputer hendaknya menjadi alternatif
pembelajaran untuk materi matematika lainnya (selain materi peluang SMA) yang memerlukan banyak ilustrasi dalam penjelasannya, dan jenjang pendidikan lainnya seperti SD, karena pembelajaran ini efektif meningkatkan kemampuan matematis dan minat siswa terhadap pelajaran matematika.
(62)
Isnatika Trias, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Anriani, N. (2011). Pembelajaran dengan Pendekatan Resource-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Kelas VIII. Tesis Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Baist, A. (2005). Pengembangan Model Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasiskan Komputer untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional. Skripsi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
California State University. [----]. Quasi Experiment. [Online]. Tersedia: http://psych.csufresno.edu/psy144/Content/Design/Nonexperimental/quasi .html [Tidak Diketahui].
Campbell, S. R. (2003). Dynamic Tracking of Elementary Preservice Teachers’ Experience with Computer-Based Mathematics Learning Environments. Mathematics Education Research Journal 2003 Vol. 15, No. 1, 70-82. [Online]. Tersedia: http://www.merga.net.au. [Tidak Diketahui]
Delius, G. W. (2004). Conservative Approach to Computerised Marking of Mathematics Assignments. MSOR Connections Aug 2004 Vol. 4 No. 3. [Online]. Tersedia: http://mathstore.ac.uk/?q=node/806 [2004].
Depdiknas. (2010). CTL (Contextual Teaching and Learning). Pelatihan Guru di SMK Negeri 13 Bandung. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Gao, X. S., Fu, M., Wang, P., & Wang, J. (2007). Technology Usage in Mathematics Educations in Chiba. The Electronoc Jounal of Mathematics and Technology, Volume 1, Issue 1, ISNN 1933-2823. [Online]. Tersedia: https://php.radford.edu/~scorwin/eJMT/.../eJMT_v1n1n3.pdf [2007].
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Anriani, N. (2011). Pembelajaran dengan Pendekatan Resource-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Kelas VIII. Tesis Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Baist, A. (2005). Pengembangan Model Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasiskan Komputer untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional. Skripsi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
California State University. [----]. Quasi Experiment. [Online]. Tersedia: http://psych.csufresno.edu/psy144/Content/Design/Nonexperimental/quasi .html [Tidak Diketahui].
Campbell, S. R. (2003). Dynamic Tracking of Elementary Preservice Teachers’ Experience with Computer-Based Mathematics Learning Environments. Mathematics Education Research Journal 2003 Vol. 15, No. 1, 70-82. [Online]. Tersedia: http://www.merga.net.au. [Tidak Diketahui]
Delius, G. W. (2004). Conservative Approach to Computerised Marking of Mathematics Assignments. MSOR Connections Aug 2004 Vol. 4 No. 3. [Online]. Tersedia: http://mathstore.ac.uk/?q=node/806 [2004].
Depdiknas. (2010). CTL (Contextual Teaching and Learning). Pelatihan Guru di SMK Negeri 13 Bandung. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Gao, X. S., Fu, M., Wang, P., & Wang, J. (2007). Technology Usage in Mathematics Educations in Chiba. The Electronoc Jounal of Mathematics
(2)
Gordah, E. K. (2009). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Open Ended. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Haapasalo, L. (2007). Adapting Mathematics Education to the Needs of ICT. The electronic Journal of Mathematics and Technology, Volume, Number 1, ISSN 19933-2823. [Online]. Tersedia: http://www.highbeam.com/doc/1G1-162690971.html [1 Februari 2007].
Hasan, Y. A. (2005). Mathematics Educations and Technology: Past, Present, and Future-The Malaysia Experience. The Electronic of Mathematics and Technology, Volume 1, Issue 1, ISSN 1933-2823. [Online]. Tersedia: https://php.radford.edu/~scorwin/eJMT/.../eJMT_v1n1n4.pdf [2005].
Hendrayana, A. (2010). Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMP dalam Matematika. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Herdian. (2010). Kemampuan Koneksi Matematis. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27. [27 Mei 2010].
Herrington, J, & Oliver, R. (1995). Critical Characteristics of Situated Learning: Implications for the Instructional Design of Multimedia. [Online]. Tersedia: http://researchrepository.murdoch.edu.au/7189/ [2010].
Hidayatullah, Akbar, & Rahim. (2011). Animasi Pendidikan Menggunakan Flash. Bandung: Informatika
(3)
Kalouvou, Panhuizen, Bakker, & Elia. (2008). An ICT Environment to Assess and
Support Students’ Mathemattical Problem-Solving Performance in
Non-Routine Puzzle-Like Word Problem. Conference of Five Cities: Nicosia,
Rhodes, Bologna, Palermo, Locarno “Research in Mathematics
Education,” 2008, 175-190. [Online]. Tersedia:
http://tgs.icme11.org/document/get/466. [Tidak Diketahui]
Kansai, M. (2009). Pendekatan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Aplikasi Konsep Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tesis Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitasi Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Kaur, & Har, D. (1998). Mathematical Problem Solving in Singapure School. [Online]. Tersedia: http://www.worldscientific.com. [Tidak Diketahui].
Keong, C. C., Horani, S., & Daniel, J. (2005). A Study on the Use of ICT in Mathematics Teaching. Malaysian Online Journal of Instructional Technology (MOJIT) Desember 2005m Vol. 2, No. 3, pp 43-51, ISSN: 1823-1144. [Online]. Tersedia: http://myais.fsktm.um.edu.my/1646/ [Desember 2005].
Kompas.com. (2010). Pengajaran Matematika Salah Konsep. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompas.com. [21 Januari 2010].
Kompasiana. (2011). Mengatasi Phobia Matematika (Mathematics Anexiety). [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/10/mengatasi-phobia-matematika-mathematics-anxiety-362694.html' [10 Mei 2011].
Kotsopoulos, D., & Lavigne, S. [2008]. Examining “Mathematics for Teaching” Through An Analysis of Teachers’ Perceptions of Student “Learning
(4)
Kusumah, Y. (2006). Desain dan Pengembangan Courseware Berbasis Komputer dalam Implementasi E-Learning Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Matematika dan Kemampuan Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: http://penelitian.lppm.upi.edu. [Tidak Diketahui].
Kusumah, Y. (2010). Enhancing The Quality of Education Through Application of Information and Communication Technology. Perkuliahan di Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2012. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Kusumah, Y. (2011). Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa. Perkuliahan di Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2012. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible "Hidden Variable" in Diagnostic Pretest Scores. American Journal of Physics. v70 n12 p1259-68 Dec 2002. [Online]. Tersedia: www.physics.iastate.edu. [6 Juni 2012].
National Library Singapore. (2009).Technology in Schools. [Online]. Tersedia: http://libguides.nl.sg. [12 November 2009].
Pujiastuti, H. (2008). Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa SMP. Tesis Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Research Methods Knowledge Base. (2006). The Nonequivalent Groups Design The Basic Design. [Online]. Tersedia: http://www.socialresearchmethods.net/kb/quasnegd.php [2006].
(5)
Rusdi, A. (2008). Pembentukan Konsep Perbandingan Trigonometri Melalui Masalah Real. [Online]. Tersedia: http://anrusmath.wordpress.com. [28 Juli 2008].
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Rusmini. (2008). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Kontekstual Berbantuan Program Cabri Geometri II. Tesis Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Smaldino, Lowther, & Russell. (2011). Instructional Technology and Media Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
SekolahDasar.Net. (2011). Karakteristik Pembelajaran Kontekstual. [Online]. Tersedia: http://www.sekolahdasar.net. [10 Desember 2011].
Sumardyono. (2010). Pengertian Dasar Pemecahan masalah. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/file/problemsolving/PengertianDasarProblemSo lving_smd.pdf. [Tidak Diketahui].
Sumarno, U. (2012). Kompetensi Matematik. Presentasi pada Perkuliahan Mata Kuliah Analisis Kurikulum di Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
(6)
Sketchpad. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Thohari, K. (----). Peningkatan Kemampuan Problem Solving Melalui Peningkatan Kemampuan Metakognisi. [Online]. Tersedia: http://bdksurabaya.kemenag.go.id. [Tidak Diketahui].
Walle, J. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Erlangga.
White, B. Y., & Shimoda, T. A. (1999). Enabling Students to Construct Theories of Collaborative Inquiry and Reflective Learning: Computer Suport for Metacognitive Development. International Journal of Artificial Intelligence in Education, 10(2), 151-182, 1999. [Online]. Tersedia: http://www.citeulike.org/group/8921/article/4046742 [1999].
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_Human_Development_Index. (diakses 29 Desember 2011).
en.wikipedia.org. (2013). Quasi-Experiment. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Quasi-experiment [25 Januari 2013].
Yulianti, H. (2009). Penerapan Model SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.