PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH :Studi Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Standar Kompetensi Memahami Konsumsi dan Investasi Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Ma
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
(Studi Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Standar Kompetensi Memahami Konsumsi dan Investasi Pada Siswa Kelas X
SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka) TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh :
ADE SOBARIAH HASANAH 1201361
(2)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
(Studi Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Standar Kompetensi Memahami Konsumsi dan Investasi Pada Siswa Kelas X
SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka)
Oleh
Ade Sobariah Hasanah
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M. Pd) pada program studi Pendidikan Ekonomi SPs UPI
Bandung
© Ade Sobariah Hasanah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
(Studi Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Standar Kompetensi Memahami Konsumsi dan Investasi Pada Siswa Kelas X
SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka)
Bandung, September 2014
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PENGUJI I PENGUJI II
Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS Dr. H. Edi Suryadi, M.Si
NIP. 19611022 198603 1 002 NIP. 19600412 198603 1 002
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Prof. Dr. H. Disman, MS Dr. Dadang Dahlan, M.Pd
NIP. 19590209 198412 1 001 NIP. 19571205 198203 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
(4)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10
A. Kajian Pustaka ... 10
1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 10
2. Teknik Investigasi Kelompok ... 13
3. Teori Belajar Yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif ... 18
4. Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Kerangka Taksonomi Marzano ... 20
5. Penelitian Yang Relevan ... 26
B. Kerangka Pemikiran ... 27
(5)
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 31
B. Metode Penelitian ... 31
C. Desain Penelitian ... 31
D. Variabel Penelitian ... 32
E. Alat Tes Penelitian ... 33
F. Proses Pengembangan Alat Tes Penelitian ... 35
G. Analisis Data ... 41
H. Prosedur Penelitian ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Deskripsi Implementasi Penerapan Teknik Pembelajaran ... 48
B. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 49
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 49
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 52
3. Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55
C. Pembahasan ... 60
1. Pembahasan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 60
2. Pembahasan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 64
3. Pembahasan Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Rekomendasi ... 71
(6)
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 77
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas X ... 4
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 11
Tabel 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Investigasi Kelompok ... 16
Tabel 2.3 Enam Tingkat Sasaran Belajar ... 22
Tabel 2.4 Penelitian Yang Relevan ... 26
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 32
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah ... 33
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 34
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 36
Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 38
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal ... 38
Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39
Tabel 3.8 Hasil Uji Daya Pembeda Soal ... 40
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 41
Tabel 3.10 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 41
(7)
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas KPM Kelas Eksperimen .. 50
Tabel 4.3 Tes Statistik KPM Kelas Eksperimen ... 51
Tabel 4.4 N-Gain KPM Kelas Eksperimen ... 52
Tabel 4.5 Deskriptif Statistik KPM Kelas kontrol... 52
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas danHomogenitas KPM Kelas Kontrol ... 53
Tabel 4.7 Tes Statistik KPM Kelas Kontrol ... 54
Tabel 4.8 N_Gain KPM Kelas Kontrol ... 55
Tabel 4.9 Deskriptif Statistik Posttest KPM Kelas Eksperimen dan Kontrol . 56 Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Posttest KPM Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 56
Tabel 4.11 Tes Statistik Posttest KPM Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 58
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 29 Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 45 Gambar 4.1 N_Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen Kontrol... 59
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus dan RPP Mata Pelajaran Ekonomi ... 77
Lampiran 2 Kisi-Kisi Soal (Alat Tes) Kemampuan Pemecahan Masalah ... 88
Lampiran 3 Output ANATES Uji Coba Alat Tes ... 104
Lampiran 4 Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen-Kontrol ... 106
Lampiran 5 Tabulasi Data N_Gain Pretest dan Posttes ... 107
Lampiran 6 Output SPSS Pretest Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 109
(10)
Lampiran 7 Output SPSS Pretest Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 110
Lampiran 8 Output SPSS Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 111
Lampiran 9 Tabulasi Persentase Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah ... 113
Lampiran 10 Foto-Foto Aktivitas Pembelajaran Kelas Eksperimen-Kontrol ... 115
(11)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas sepuluh pada mata pelajaran ekonomi. Desain penelitian yang digunakan adalah Quacy Experimental Design dengan bentuk Nonequivalent Pretes-Posttest Control Group Design. Berdasarkan uji normalitas, homogenitas, statistik non parametric (uji Wilcoxon’s Matched Pairs Test) dan uji t menunjukkan hasil bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok lebih tinggi dari pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah pada pengukuran akhir (posttest)
Kata Kunci: Kuasi Eksperimen, Metode Investigasi Kelompok, Kemampuan Pemecahan Masalah
(12)
ABSTRACT
This research is conducted to reveal the influence of the group investigation technique cooperative learning model toward the ability of problem solving of tenth grade students on economic subjects. The research design used quacy experimental design in the form of nonequivalent pretest-posstest control group design. Based on normaly test, homogenity, non parametric (wilcoxon’s matched pairs test) and t test showed results that there is the increasing of the ability of problem solving of class students who use the group investigation technique cooperative learning model higher than the ability of problem solving of the students of control class who use the communicative method in the last measuring (posttest)
(13)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang bisa hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam suatu lingkungan dimana individu itu berada. Sehingga dengan pendidikan muncul harapan supaya anak didik dapat dibimbing menuju suatu tujuan yang lebih tinggi. Masyarakat Indonesia berharap agar di negara ini tercipta suatu pendidikan yang bermutu. Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan (Tohar, 2006). Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Salah satu output dari pendidikan yang bermutu adalah kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang penting bagi siswa dan masa depannya. Hal ini diperkuat oleh Wena (2010: 52) yang berpendapat bahwa “pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat”.
Seiring dengan perkembangan zaman, siswapun dihadapkan pada berbagai permasalahan yang menuntutnya untuk dapat menghadapi keadaan tersebut yaitu dengan memiliki kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian yang penting dalam kurikulum, karena dalam proses pembelajaran dimungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman dan menggunakan pengetahuan
(14)
serta keterampilan yang sudah dimilikinya untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang dihadapi.
Salah satu tujuan pembelajaran yang diberikan di sekolah adalah agar siswa mampu menghadapi perubahan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak secara logis, kritis, dan efektif. Menurut Hudoyo (dalam Dewi, 2010) pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran di sekolah disebabkan antara lain:
1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik.
3. Potensi intelektual siswa meningkat
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Siswa yang terbiasa memecahkan masalah akan terus meningkatkan potensi intelektualnya melalui belajar, rasa percaya diri siswapun akan meningkat, dan memiliki jiwa berani jika dihadapkan pada masalah-masalah lainnya. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Perkembangan kehidupan manusia sudah dapat dipastikan akan terus mengalami tantangan yang lebih kompleks dari masa ke masa terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut menuntut manusia agar dapat bersaing mengikuti perkembangan yang ada dan mampu bertahan juga dapat menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya.
Mata pelajaran ekonomi dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Sebagaimana dijelaskan
(15)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
dalam Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Ekonomi tentang karakteristik bidang studi ekonomi (Depdiknas, 2003) adalah sebagai berikut:
1. Mata pelajaran ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata. 2. Mata pelajaran ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta
secara rasional.
3. Umumnya, analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode pemecahan masalah.
4. Metode pemecahan masalah cocok untuk digunakan dalam analisis ekonomi sebab objek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi.
5. Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternative yang baik.
6. Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuas kebutuhan manusia.
Berdasarkan karakteristik bidang studi ekonomi sebagai focus utama, kemampuan berfikir kognitif untuk pemecahan masalah dalam ekonomi adalah bagian mendasar dan sangat penting. Namun kenyataan dilapangan kemampuan pemecahan masalah siswa di Indonesia masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil survey empat tahunan Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) (dalam Heny: 2010) yang dikoordinasikan oleh International Association for the Evaluation of Education Achievement (IEA) bahwa salah satu indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan siswa untuk memecahkan masalah non rutin. Pada keikutsertaan pertama kali tahun 1999 Indonesia memperoleh nilai rata-rata 403 dan berada pada peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 memperoleh nilai rata-rata 411 dan berada pada peringkat 35 dari 46 negara, tahun 2007 memperoleh nilai rata-rata 397 dan berada diperingkat ke 36 dari 49 negara, dan tahun 2011
(16)
memperoleh nilai rata-rata 386 dan berada pada peringkat 38 dari 42 negara. Nilai standar rata-rata yang ditetapkan oleh TIMSS adalah 500, hal ini menjelaskan berarti posisi Indonesia dalam setiap keikutsertaannya selalu memperoleh nilai di bawah rata-rata yang telah ditetapkan.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa di Indonesia, tercermin juga dari hasil survey Programme Internationale for Student Assesment (PISA) yang mengukur kemampuan kognitif tinggi dalam tesnya, dan salah satu indikator kognitif tinggi yang dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah (dalam Feb, 2013) menjelaskan bahwa tahun 2009 Indonesia menempati peringkat ke 61 dari 65 negara yang disurvei dengan nilai rata-rata 371 dari nilai standar yang ditetapkan oleh PISA adalah 500. Hasil PISA 2012, Indonesia di urutan 64 dari 65 peserta.
Sedangkan berdasarkan penelitian awal di SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka, diperoleh data frekuensi dan presentase jumlah siswa kelas X berupa tes kemampuan pemecahan masalah yang dilaporkan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas X Mata Pelajaran Ekonomi
SMA Negeri 1 Sukahaji No Rentang Nilai
Kemampuan Pemecahan Masalah (KKM = 70)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1 90 – 100 3 11, 11
2 80 – 89 2 7, 40
3 70 – 79 6 22, 22
4 60 – 69 5 18, 52
(17)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
No Rentang Nilai Kemampuan Pemecahan
Masalah (KKM = 70)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
Jumlah 27 100
Sumber: Hasil pengolahan data prapenelitian
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X SMA N 1 Sukahaji, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu nilai 70, tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih berada pada rentang nilai yang sangat rendah. Uji coba dilakukan pada 27 orang siswa, sebanyak 3 orang siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 90 – 100 (kategori sangat baik) dengan persentase 11,11%, 2 orang siswa yang mendapat nilai pada rentang 80 – 89 (kategori baik) dengan persentase 7,40%, 6 orang siswa yang mendapat nilai pada rentang 70 – 79 (kategori cukup) dengan persentase 22,22%, 5 orang siswa yang mendapat nilai pada rentang 60 – 69 (kategori kurang) dengan persentase 18,52%, dan 11 orang siswa yang mendapat nilai kurang dari 59 (kategori belum tuntas) sebanyak 40,74%.
Dapat penulis simpulkan, bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yaitu sebanyak 22 orang atau 81,48%. Hal ini menjadi permasalahan yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, salah satu penyebab rendahnya persentase hasil kemampuan pemecahan masalah dikarenakan siswa kurang memahami materi (konsep) ekonomi yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena ada pengaruh dari pelaksanaan proses pembelajaran yakni dalam mengajar
(18)
guru kurang mengembangkan metode pembelajaran, guru lebih sering menggunakan metode pembelajaran ceramah sehingga pembelajaran menjadi monoton, kurang menarik, dan hanya terfokus pada guru. Aktivitas siswa dalam pembelajaranpun menjadi kurang, siswa kurang peduli terhadap pembelajaran ekonomi, siswa kurang mampu berinteraksi dengan guru dan siswa lainnya karena siswa hanya focus untuk mendengarkan dan mencatat materi dari guru, siswa kurang termotivasi untuk mencari sumber-sumber baru karena dalam pembelajaran siswa hanya focus untuk mendengarkan dan menerima satu sumber yaitu dari guru. Padahal guru seharusnya menjadi motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran dengan siswa.
Proses pembelajaran ekonomi masih banyak menggunakan metode pembelajaran ceramah, sehingga siswa tidak dibiasakan untuk dapat menggali dan memecahkan permasalahan-permasalahan ekonomi secara mandiri. Siswa merasa kesulitan dalam pembelajaran yang menuntut mereka untuk dapat berfikir menggunakan kognitif tinggi, dimana siswa harus dapat menganalisis fakta-fakta yang ada kemudian mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi. Pembelajaran dengan ceramah lebih cenderung kepada teacher centered yang menyebabkan siswa menjadi pasif karena siswa hanya diarahkan untuk mendengarkan dan menghafal materi yang telah disampaikan oleh guru. Hal ini sejalan dengan hasil penelitin Hidayat dan Patras (2013) yang mengemukakan bahwa:
Pendidikan yang berlangsung selama ini pada umumnya tidak menghasilkan sesuai tujuan pendidikan nasional. Ini salah satunya disebabkan proses pembelajaran yang tidak bermakna karena proses pembelajaran selama ini tidak pernah mencapai tingkatan joy of discovery pada learning to know, joy of being succesfull in achieving objective pada learning to do dan joy of getting together to achieve common goal pada learning to live together.
(19)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Gagalnya proses pendidikan yang menyenangkan tersebut menyebabkan kegagalan dalam membentuk kepribadian (learning to be) yang mantap, kreatif dan mandiri. Selama ini proses pembelajaran di sekolah lebih banyak hanya mendengar, mencatat, dan menghapal. Pembelajaran konvensional yang dilaksanakan telah bertentangan dengan prinsip belajar menurut Depdiknas. Menurut Depdiknas (Mulyana : 2008) prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah (1) berpusat pada siswa, (2) belajar dengan melakukan, mengembangkan kemammpuan berfikir kritis dan kreatif, serta (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Sehingga seharusnya pada awal kegiatan pembelajaran ekonomi, siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dan berikan kesempatan untuk mereka dapat menyelesaikan permasalahan itu secara mandiri. Apabila siswa merasa kesulitan untuk menyelesaikannya, maka guru berperan untuk membantu siswa dalam penyelesaian masalah tersebut sampai dapat terpecahkan.
Pembelajaran yang membuat siswa pasif tidak akan dapat merangsang kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Sehingga guru harus dapat mengupayakan suatu pembelajaran aktif yang dapat merangsang siswa untuk bisa memahami permasalahan dalam belajar dan memahami cara menyelesaikannya dengan memanfaatkan berbagai sumber-sember relevan sebagai penunjang pembelajaran. Hal ini didukung oleh Wena (2010: 52) yang berpendapat bahwa “untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka perlu serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah”.
Salah satu variasi pembelajaran yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pemecahan masalah adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok. Dewey (Slavin, 2005: 214) mengatakan “Terjadinya kooperatif di dalam kelas merupakan prasyarat untuk bisa
(20)
menghadapi masalah kehidupan yang kompleks”. Dan teknik investigasi kelompok merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk siswa belajar memecahkan masalah. Teknik investigasi kelompok ini membantu mengembangkan kemampuan individual yakni dengan cara merefleksi melalui berbagai cara dengan mencari informasi dalam konsep, keyakinan, dan nilai-nilai yang ada pada individu tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis ingin melihat dan meneliti lebih jauh melalui penelitian eksperimen dengan penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe investigasi kelompok di SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka yang akan dituangkan dalam tesis yang berjudul : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH (Studi Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Standar Kompetensi Memahami Konsumsi dan Investasi Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah umum dalam penelitian ini adalah pengaruh bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam pembelajaran Ekonomi pada siswa kelas X di SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka.
Masalah pokok ini dirinci ke dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara pengukuran awal (pre-test) dan pengukuran akhir (post-test) pada kelas eksperimen dengan menggunakan teknik investigasi kelompok?
(21)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara pengukuran awal (pre-test) dan pengukuran akhir (post-test) pada kelas yang menggunakan metode ceramah?
3. Apakah terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok lebih tinggi dari pada kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan metode ceramah pada pengukuran akhir (posttest)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut dan mengevaluasi, apakah penggunaan teknik investigasi kelompok dalam mata pelajaran ekonomi dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Kemudian secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test) pada kelas eksperimen dengan menggunakan teknik investigasi kelompok?
2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test) pada kelas yang menggunakan metode ceramah?
4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok lebih tinggi dari pada kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan metode ceramah pada pengukuran akhir (posttest)?
(22)
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Dipandang dari segi teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan kemampuan siswa khususnya kemampuan pemecahan masalah. Melalui penelitian ini dapat dikembangkan metode pembelajaran baru yang efektif dan pengembangan proses pembelajaran yang lebih optimal.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru
1) Sebagai bahan bagi guru dalam mengaplikasikan teknik pembelajaran kepada siswa di sekolah.
2) Menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran ekonomi.
3) Meningkatkan profesionalitas guru dalam proses pembelajaran terutama dalam mata pelajaran ekonomi.
b. Bagi Sekolah
1) Dapat memberikan sumbangan dalam upaya peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran khususnya mata pelajaran ekonomi.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran yang mengacu pada peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa seperti kemampuan analisis, sintesis dan pemecahan masalah.
3) Meningkatnya hasil belajar siswa yang akan berdampak pada peningkatan kualitas sekolah.
(23)
(24)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan setelah peneliti melakukan studi pendahuluan dan telah mendapat persetujuan dari pihak-pihak SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka.
Subjek penelitian yang diambil terdiri dari dua kelas yaitu semua siswa kelas X_3 dan X_5, kemudian dari kedua kelas tersebut ditentukan kelas X_3 sebagai kelas eksperimen terdiri dari 32 orang siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok, sedangkan kelas X_5 sebagai kelas kontrol terdiri dari 33 orang siswa yang mendapat pembelajaran dengan mengunakan metode ceramah.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen karena subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 2010:52). Dalam penelitian ini, pengelompokan berdasarkan pertimbangan guru mata pelajaran dan saran dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Quacy Experimental Design dengan bentuk Nonequivalent Pretes-Posttest Control Group Design, dimana kelompok
(25)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012: 116).
Dalam penelitian ini kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan teknik investigasi kelompok dan kelompok ke dua sebagai kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Sumber Data: Sugiyono, 2012:116
Keterangan:
O1 = pretest pada kelas eksperimen
O2 = posttest pada kelas eksperimen
O3 = pretest pada kelas kontrol
O4 = posttest pada kelas kontrol
X = treatment atau perlakuan dengan metode pembelajaran investigasi
kelompok
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok dibandingkan dengan pembelajaran biasa yang menggunakan
(26)
metode ceramah. Untuk memperjelas variabel penelitian ini maka dijelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan dalam menyelesaikan masalah baik berupa soal-soal maupun masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan pemecahan masalah dijelaskan melalui tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah
Variabel Indikator Objek Indikator
Kemampuan Pemecahan
Masalah
Memahami Masalah
- Data apa yang diketahui
- Kondisi (syarat) yang harus dipenuhi - Menyatakan masalah dalam bentuk
yang lebih operasional (dapat dipecahkan)
Merencanakan Pemecahannya
- Mencari pola/aturan
- Menyusun prosedur penyelesaian Menyelesaikan
Masalah Sesuai Rencana
- Menjalankan prosedur yang telah dibuat pada langkah sebelumnya
Memeriksa Kembali Prosedur dan Hasil Penyelesaiannya
- Menganalisis dan mengevaluasi prosedur yang diterapkan
(27)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
E. Alat Tes Penelitian
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan alat tes berbentuk soal uraian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah. Alat tes dalam bentuk soal uraian terdiri dari lima butir soal kemampuan pemecahan masalah. Pemberian tes dilakukan melalui pretes dan posttest untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah, dan untuk mengetahui kualitas peningkatannya melalui gain ternormalisasi.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif. Agar penelitiannya objektif, diperlukan pedoman penskoran. Pedoman penskoran yang digunakan untuk kemampuan pemecahan masalah diadaptasi dari Problem Solving Rubric National Center for Research on Evaluation, Standards, and Student Testing (CRESST) (Eflina, 2013: 32). Pedoman penskoran tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
NO ASPEK
KEMAMPUAN
KRITERIA PENILAIAN SKOR TOTAL
SKOR 1 Memahami
masalah
a. Memahami masalah soal selengkapnya
2
2 b. Salah menafsirkan masalah,
mengabaikan kondisi soal
1
c. Salah menginterpretasikan / salah sama sekali
0
2 Membuat rencana penyelesaian
a. Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan memperoleh jawaban yang benar
4
(28)
NO ASPEK KEMAMPUAN
KRITERIA PENILAIAN SKOR TOTAL
SKOR b. Membuat rencana yang benar
tetapi belum lengkap
3
c. Membuat rencana yang benar tetapi salah dalam hasil/tidak ada hasil
2
d. Membuat rencana pemecahan soal yang tidak dilaksanakan
1
e. Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan
0
3 Melakukan rencana perhitungan
a. Melaksanakan proses dengan benar dan memperoleh jawaban yang benar
2
2 b. Melaksanakan prosedur yang
benar dan mungkin jawaban benar tetapi salah perhitungannya
1
c. Tidak ada jawaban atau jawaban salah
0
4 Memeriksa kembali hasil
a. Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses
2
2 b. Ada pemeriksaan tetapi tidak
tuntas
1
c. Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan
0
TOTAL SKOR 10
F. Proses Pengembangan Alat Tes Penelitian
Setelah alat tes penelitian selesai disusun, maka perlu dilakukan uji coba alat tes untuk melihat kualitas soal meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan
(29)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
tingkat kesukaran soal. Pada bahasan ini akan dipaparkan analisis hasil uji coba soal uraian sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunujukkan kevalidan dari suatu instrumen. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2012: 363). Suatu instrument yang valid dan sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid memiliki validitas yang rendah.
Dalam uji validitas ini digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung korelasi setiap butir soal dengan menggunakan rumus Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus sebagai berikut:
= −( ) ( )
{ 2− ( )2} { 2− ( )2}
(Arikunto, 2006: 170) Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
N = banyaknya siswa X = skor item
Y = skor total
XY = hasil perkalian skor item dan skor total X2 = hasil kuadrat dari skor item
Y2 = hasil kuadrat dari skor total
( )2 = hasil kuadrat dari total jumlah skor item )2 = hasil kuadrat dari total jumlah skor total
(30)
b. Melakukan perhitungan uji t dengan rumus:
ℎ� � = − 2 1− 2
c. Mencari ttabel dengan ttabel = tα (dk= n-2)
d. Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika thitung > ttabel, butir soal valid, atau
Jika thitung ≤ ttabel, butir soal tidak valid
Secara rinci, rekapitulasi uji validitas kemampuan pemecahan masalah menggunakan software ANATES V.4 disajikan pada tabel 3.4
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah No.
Soal
R Keterangan
1 0.848 Valid
2 0.669 Valid
3 0.681 Valid
4 0.659 Valid
5 0.622 Valid
6 -0.265 Tidak Valid
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji validitas untuk soal kemampuan pemecahan masalah terdapat 5 soal yang valid, dan 1 soal tidak valid.
(31)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Untuk 5 soal yang valid, maka soal tersebut digunakan untuk tes selanjutnya sebagai soal pretest maupun soal posttest dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas Soal
Menurut Arikunto (2006;89) suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Sehingga soal yang dikatakan reliable adalah bila soal tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula. Reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan suatu soal tes. Untuk mengukurnya digunakan perhitungan Alpha (Suherman : 2009). Rumus yang digunakan adalah sebagaai berikut:
11 = −1 1− ��2
�2 Keterangan:
11 = reliabilitas tes secara keseluruhan N = banyak butir soal
��2 = jumlah varians skor tiap item �2 = variansi skor total
dengan
��2 =
2 – ( )2
dan
�2 =
2−( ) 2
(32)
Keterangan:
�� = jumlah kuadrat dari jawaban yang benar = jumlah jawaban benar
N = jumlah subjek
= jumlah total dari skor
Apabila rhitung > rtabel, maka butir soal dikatakan reliable. Dalam memberikan
interpretasi terhadap koefisien reliable tes digunakan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.5
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Nilai r11 Interpretasi
r11 ≤0, 20 Sangat rendah
0, 20 < r11≤ 0, 40 Rendah
0,40 <r11 ≤0, 60 Sedang
0, 60 < r11 ≤ 0, 80 Tinggi
0, 80 < r11 ≤ 1, 00 Sangat tinggi
Perhitungan uji reliabilitas soal kemampuan pemecahan masalah ini menggunakan software ANATES V.4. Adapaun rekapitulasi hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
(33)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Kemampuan thitung Derajat Relliabilitas Kriteria
Kemampuan Pemecahan
Masalah
0.53 Sedang Reliable
Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan pemecahan masalah memnuhi criteria untuk digunakan dalam penelitian yaotu reliabel denan kategori sedang.
3. Uji Daya Pembeda Soal
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu kita kelompokkan siswa menjadi kelompok atas (Ka) dan kelompok bawah (Kb) yang masing-masing 25%.
Daya pembeda tiap butir tes pada penelitian ini di ukur dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Suherman (2003: 161)
��= � − �
�� Keterangan:
DP = daya pembeda
� = jumlah skor siswa kelompok atas � = jumlah skor siswa kelompok bawah �� = jumlah skor ideal salah satu kelompok
(34)
Klasifikasi daya pembeda butir soal kemampuan pemecahan masalah didasarkan pada klasifikasi berikut ini:
Tabel 3.7
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Evaluasi Butiran Soal DP ≤ 0, 00 Sangat jelek 0, 00 < DP ≤ 0, 20 Jelek 0, 20 < DP ≤ 0, 40 Cukup
0, 40 < DP ≤ 0, 70 Baik 0, 70< DP ≤ 1, 00 Sangat baik
Hasil rekapitulasi daya pembeda soal kemampuan pemecahan masalah menggunakan software ANATES V.4 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.8
Hasil Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan Nomor
Soal
Koefisien Daya Pembeda
Interpretasi
Pemecahan Masalah
1 0.48 Baik
2 0.44 Baik
3 0.36 Cukup
4 0.27 Cukup
(35)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Berdasarkan tabel di atas, daya pembeda soal kemampuan pemecahan masalah memiliki interpretasi baik dan cukup, artinya soal-soal tersebut dapat digunakan untuk membedakan tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa kelompok atas dan kelompok bawah.
4. Uji Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran adalah seberapa besar derajat kesukaran atau taraf kesukaran suatu butir soal (mudah, sedang atau sukar) dalam suatu tes bagi peserta tes. Suherman (2003: 170) menyatakan bahwa tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
�� = � �
Keterangan:
IK = indeks kesukaran = rata-rata skor jawaban SMI = skor maksimal ideal
Tingkat kesukaran soal diinterpretasikan menggunakan criteria tingkat kesukaran butir soal yang dikemukakan oleh Suherman (2003: 170) seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.9
Kriteria TingkatKesukaran Tingkat Kesukaran Interpretasi
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < �� ≤ 0, 30 Sukar 0, 30 < �� ≤ 0, 70 Sedang
(36)
Tingkat Kesukaran Interpretasi 0, 70 < �� ≤ 1, 00 Mudah
IK = 1, 00 Terlalu mudah
Hasil rekapitulasi tingkat kesukaran soal kemampuan pemecahan masalah menggunakan software ANATES V.4 dapat dilihat pada tabel 3.10
Tabel 3.10
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan Nomor
Soal
Koefisien Tingkat Kesukaran
Interpretasi
Kemampuan Pemecahan
Masalah
1 0.55 Sedang
2 0.51 Sedang
3 0.49 Sedang
4 0.46 Sedang
5 0.69 Sedang
Data pada tabel 3.10 menunjukkaan bahwa tingkat kesukaran soal-soal tersebut termasuk kategori sedang, dan soal-soal tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
G. Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah penelitian yaitu untuk mengetahui pencapaian dan kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Untuk mengetahui kualitas peningkat kemampuan pemecahan
(37)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
masalah pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, analisis dilakukan terhadap gain ternormalisasi kedua kelompok.
Tahap-tahap pengolahan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Memberikan skor jawaban siswa berdasarkan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang telah disetujui.
2. Membuat tabel skor hasil pretest, posttest dan gain ternormalisasi siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3. Menghitung rataan skor tiap kelas.
4. Menghitung deviasi standar untuk mengetahui penyebaran kelompok dan menunjukkan tingkat variansi kelompok data.
5. Membandingkan skor pretest dan posttest untuk mencari peningkatan (gain) yang terjadi sesudah pembelajaran pada masing-masing kelompok. selanjurnya menghitung nilai gain ternormalisasi (N-Gain) untuk melihat mutu peningkatan dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:
� � � � = −
� −
Dengan criteria indeks gain (Hake, 1999:1) seperti tabel berikut: Tabel 3.11
Kriteria Skor Gain Ternormalisasi Skor Gain Interpretasi
g > 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
(38)
6. Menentukan pencapaian kemampuan pemecahan masalah dengan membandingkan rata-rata skor posttest dan simpangan baku antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
7. Menetapkan tingkat kesalahan yaitu 5% (α = 0.05) dan melakukan uji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas data terhadap skor prestes, skor posttest dan N-gain. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas varians kelompok eksperimen dan kontrol bertujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda.
Selanjutnya, uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Dengan ktiteria: tolak H0 jika p-value < α(α = 0.05), dan sebaliknya terima H0 jika
p-value > α(α = 0.05)..
Adapun untuk uji homogenitas varians skor pretest dan postest kelompok eksperimen dan kontrol. Uji homogenitas varian data dengan Levene Test, didasarkan pada rumus statistik (Ruseffendi, 2005) yaitu:
=
�
12
�
22 Keterangan:F = nilai hitung
�
12=
varians terbesar(39)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan software SPSS for windows versi 17. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika p_value > α (α = 0.05) dan sebaliknya tolak H0 jika Sig p_value < α (α = 0.05).
Setelah uji asumsi selesai, kemudian dilanjutkan dengan uji perbedaan untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata peningkatan kemampuan pemecahan masalah, apabila sebaran data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji statistik parametric dengan menggunakan Paired Sample t Test dan Independent Sample t Test. Apabila sebaran data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik non parametric dengan menggunakan Wilcoxon’s Matched Pairs Test dan Mann Whitney U Test. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17. Criteria pengujian jika p_value > α maka terdapat pengaruh dari perlakuan atau terdapat perbedaan signifikan dari perlakuan.
H. Prosedur Penelitian
Alur penelitian yang digunakan oleh peneliti dapat terlihat pada gambar dibawah ini:
(40)
Studi Pendahuluan
Masalah
Studi Literatur: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Investigasi Kelompok, dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Masalah
Penyusunan Perangkat Pembelajaran:
1. Rencana Perangkat Pembelajaran 2. Lembar kerja Siswa Penyusunan Alat Tes:
1. Soal Tes Uraian
Validasi dan Uji Coba Uji Coba dan Validasi
(41)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Gambar 3.1
Alur Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Langkah-langkah yang tergambar dalam alur penelitian yang digunakan peneliti dalam melaksanakan eksperimen dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Peneliti melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. Lalu dibuat sebuah rancangan penelitian berupa proposal penelitian, kemudian proposal penelitian tersebut diseminarkan dengan tujuan mendapatkan kritik dan saran serta memperoleh informasi apakah rancangan penelitian tersebut layak untuk dilaksanakan.
Pretest
Posttest Kelas Eksperimen
Teknik
Investigasi Kelompok
Analisis Data
Kesimpulan
Kelas Kontrol
Metode Ceramah
(42)
Langkah selanjutnya dalam tahap pertama ini adalah menyusun desain pembelajaran kooperatif teknik Investigasi Kelompok yang terkandung dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) mata pelajaran ekonom. Selanjutnya, peneliti menyusun alat penelitian berupa soal tes kemampuan pemecahan masalah. Proses penyusunan alat tes tersebut dilakukan dengan mengadaptasi dari alat tes penelitian serupa yang telah dilakukan serta bimbingan para dosen pembimbing.
Alat tes penelitian tersebut diujicobakan kepada objek di luar kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dalam penelitian ini yang dijadikan objek uji coba instrumen penelitian adalah siswa kelas XI pada sekolah yang sama, yang telah mendapatkan materi yang ada di dalam alat tes penelitian. Pengujian alat tes yang dilanjutkan dengan proses menganalisi hasil pengujian tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, serta tingkat kesukaran sehingga alat tes penelitian yang disusun layak digunakan di dalam penelitian ini. 2. Tahap Pelaksanaan
Setelah melaksanakan tahap pra penelitian, dilakukan pretest di kelas eksperimen dan dikelas kontrol untuk mengetahui gambaran mengenai kemampuan awal setiap siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah sebelum diberi perlakuan. Pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilaksanakan pada hari yang sama yaitu hari Senin dalam 1 kali pertemuan.
Tahapan berikutnya adalah tahap penelitian. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok dan kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah. Kegiatan pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan dilakukan selama 3 x 45 menit.
(43)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Kegiatan akhir dalam tahap pelaksanaan adalah pemberian posttest pada masing-masing kelas dengan alat tes penelitian berupa soal tes uraian kemampuan pemecahan masalah mengenai konsumsi, tabungan dan investasi yang telah dipelajari selama proses pembelajaran berlangsung baik pembelajaran dengan teknik investigasi kelompok maupun dengan metode ceramah.
3. Tahap Penyusunan Laporan (Kesimpulan)
Kegiatan pertama dalam tahap penyusunan laporan ini adalah pengolahan data pretest dan posttest mengenai kemampuan pemecahan masalah baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Selanjutnya menganalisis data pretest dan posttest menggunakan gain score (perbedaan) mengenai kemampuan pemecahan masalah pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil tes awal sebelum pelaksanaan pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok pada kelas eksperimen, dan pembelajaran dengan metode ceramah.
Setelah menganalisis gain score dari masing-masing kelas, peneliti melakukan perbandingan antara gain score kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas yang menggunakan teknik investigasi kelompok dengan kelas yang menggunakan metode ceramah.
Proses akhir dalam tahap penyusunan laporan ini adalah menyusun pembahasan dari proses analisis data yang sebelumnya dilakukan, dan menyusun kesimpulan akhir dari proses penelitian yang sudah dilaksanakan sebagai pembuktian dari hipotesis yang diajukan oleh peneliti.
(44)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan yang didapat, secara umum dapat disumpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran koopertif teknik investigasi kelompok berpengaruh terhadap pembelajaran ekonomi di kelas X SMA N 1 Sukahaji. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat penggunaan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok, akan semakin efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran ekonomi.
Secara khusus, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan antara pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) pada kelas eksperimen yang menggunakan teknik investigasi kelompok. Dimana pada saat pretest, siswa belum mendapatkan pembelajaran dengan teknik investigasi kelompok, sedangkan pada pengukuran akhir (posttest) siswa sudah mendapatkan perlakukan yakni pembelajaran dengan teknik investigasi kelompok. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada saat posttest.
2. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah di kelas kontrol pada saat pretest dan posttest. Namun besarnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah di kelas kontrol, masih berada di bawah kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan di kelas kontrol masih dianggap kurang menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan itu dapat terlihat
(45)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
dari rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah di kelas kontrol termasuk dalam kategori rendah.
3. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok lebih tinggi dari pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah pada pengukuran akhir (posttest). Melalui perhitungan gain ternormalisasi menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dikategorikan sedang, dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol dikategorikan rendah.
B. Rekomendasi
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan., maka dapat diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai pengelolan dan juga pemimpin di sekolah yang bertanggung jawab atas inovasi dan upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan guru. Untuk itu kepala sekolah harus mampu mengarahkan, mendorong, membantu dan memfasilitasi guru. Untuk dapat membantu memfasilitasi inovasi yang dilakukan guru, terlebih dahulu kepala sekolah harus menguasai model-model pembelajaran yang dapat diterapkan. Dukungan kepala sekolah perlu diberikan agar guru leluasa mengembangkan berbagai inovasi dan kreativitas mengajar. Dukungan lain perlu diberikan dengan ketersediaan berbagai sarana prasarana serta sumber belajar karena efektivitas pembelajaran teknik investigasi kelompok didukung oleh komponen tersebut. Model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok dapat dijadikan salah satu contoh model dan acuan kepala
(46)
sekolah mendorong, membina dan memfasilitasi inovasi dan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran disekolahnya.
2. Bagi para guru
Model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok ini merupakan salah satu model yang dapat untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Penggunaan teknik investigasi kelompok ini melibatkan siswa yang melakukan proses pencarian pengetahuan berkaitan dengan topik yang dipelajari untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Maka diharapkan kepada guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok ini dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Tetapi, tentu saja sebelumnya guru perlu memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik materi yang harus di kuasai oleh siswa yang bersangkutan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Disadari bahwa temuan dari penelitian ini belum mencapai hasil kemampuan pemecahan masalah yang maksimal pada setiap indikatornya yang meliputi memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melakukan rencana perhitungan, dan memeriksa kembali hasil. Oleh karena itu, penelitian lanjutan berkenaan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan tipe-tipe pembelajaran kooperatif lainnya seperti tipe STAD, tipe Jigsaw, tipe NHT, tipe Think Pair Share, dan lain-lainnya yang memungkinkan dapat mencapai hasil kemampuan pemecahan masalah yang lebih maksimal.
(47)
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Afgani, J.D. dan Sutawidjaja, A. (2011). Materi Pokok Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka
Amrina, Dian Eka. (2010). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif. Tesis PIPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Amustofa. (2009). Pembelajaran Matematikan Yang Bermakna. [Online]. Tersedia:
http://amustofa70.wordpress.com. [21 Februari 2014]
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Barkley, Elizabert E., K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major. (2012) Collaborative Learning Techniques. Bandung: Nusa Media
Budingsih, C Astri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Dewi, Asmi Yuriana. (2010). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://rian.hilman.web.id. [17 Maret 2014]
Eflina. (2013). Penerapan Strategi Rave CCC untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berfikir Logis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
FEB, (2013, 05 Desember). Skor PISA Jeblok, Kemdikbud Janji Tidak Tinggal Diam. Suara Pembaruan [Online], halaman 1. Tersedia: http://www.beritasatu.com. ( 19 Februari 2014)
(49)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Hake, R. R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. Artikel. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [21
Februari 2014]
Heny. (2012). Trends International Mathematics and Science Stud. [Online]. Tersedia: http://mathheny.blogspot.com/p/timss.html. [ 19 Februari 2014]
Herdian. (2010). Teori -Teori Belajar (Piaget, Bruner, Vygotsky). [Online]. Tersedia:
http://herdy07.wordpress.com). ( 21 Februari 2014]
Hidayat, Rais dan Patras, Yuyun Elizabeth. (2013). Evaluasi Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. [Online]. Tersedia: http://educ.utm.my. [25 Februari 2014]
Ibrahim, Muslimin. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Jennifer Krawec, Jia Huang, Marjorie Montague, Benikia Kressler , Amanda Melia de Alba. The Effect of Cognitive Strategi Instruction on Knoeledge of Math Problem Solving Processes of Midle School Student With Learning Disabilities. Journal Hammill Institute on Disabilities. 36 (2)
Kuswana, Wowo Sunaryo. (2012). Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berfikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lela Anggraeni, Rusdy A Siroj, Ratu Ilma Indra Putri. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika Unsri, 4 (1) pp. 33-34
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Mangangantung, Jeanne M. (2008). Model Pemebelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Energi dan Penggunaannya Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Sains Sekolah Dasar. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(50)
Manoj Sharma, Rick Petosa, Cathrine A Heaney. 1999. Evaluation of a Brief Intevention Based on Social Cognitive Theory ti Develop Problem Solving Skills among Sixth-Grade Children. Journal of Health Education & Behavior. Vol. 26 (4): 465-477
Mulyana. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Nakazawa, Merry Hyuga. (2012). Ranah Pengetahuan. [Online]. Tersedia:
http://www.scribd.com/doc. [17 Maret 2014]
Nurjanah. 2008. Pengaruh Penggunaan Model Penalaran Kausal dan Kolaborasi Terstruktur terhadap Kemampuan Mahasiswa Calon Guru dalam Memecahkan Masalah Medan Magnet. Jurnal UPI. [Online]. Tersedia:
http://jurnal.upi.edu. [20 Februari 2014]
Nurmilah, Ai Susi. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok terhadap Peningkatan Minat Belajar dan Kemampuan Berfikir Kritis. Jurnal UPI. [Online] Tersedia: http://jurnal.upi.edu. [20 Februari 2014]
Osarizalsyam. (2006). Penerapan Modek Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu (two Stay Two Stray) Pada Konsep Ekosistem untuk Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Siswa. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Polya, George. 1973. How to Solve It (2nd ed). New Jersey: Princeton University Press.
Purba, JP. 2001. Pemecahan Masalah dan Strategi Pemecahan Masalah. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu. [19 Februari 2014]
Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran (Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas). Jakarta: Prenada Media Group
(51)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Rajawali Pers
Sagala, Syaiful. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Apfabeta.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setiabudi, W. (2003). Langkah awal menuju ke olimpiade matematika. Jakarta: Ricardo
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendri. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Belajar Kecil Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA Pada Aspek Problem Solving Matematik. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tohar, Khumaidi. (2006). Manajemen Peserta Didik dalam Menghadapi Kreativitas Anak. [Online]. Tersedia: http://researchengines.educationcreativity.com. [06 Juli 2014]
(52)
Wahyono, Teguh. (2008). SPSS 16 Cara Mudah dan Praktis Melakukan Analisis Statistik dengan Berbagai Model Analisis. Jakarta: Elex Media Komputindo. Wena, Made. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Winaputra, Udin S. (2001). Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka.
(1)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif teknik Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
(2)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif teknik Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Afgani, J.D. dan Sutawidjaja, A. (2011). Materi Pokok Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka
Amrina, Dian Eka. (2010). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif. Tesis PIPS UPI
Bandung. Tidak diterbitkan.
Amustofa. (2009). Pembelajaran Matematikan Yang Bermakna. [Online]. Tersedia: http://amustofa70.wordpress.com. [21 Februari 2014]
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Barkley, Elizabert E., K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major. (2012)
Collaborative Learning Techniques. Bandung: Nusa Media
Budingsih, C Astri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dahar, R. W. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Dewi, Asmi Yuriana. (2010). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://rian.hilman.web.id. [17 Maret 2014]
Eflina. (2013). Penerapan Strategi Rave CCC untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Berfikir Logis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
FEB, (2013, 05 Desember). Skor PISA Jeblok, Kemdikbud Janji Tidak Tinggal Diam.
Suara Pembaruan [Online], halaman 1. Tersedia: http://www.beritasatu.com.
(3)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif teknik Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hake, R. R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. Artikel. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [21
Februari 2014]
Heny. (2012). Trends International Mathematics and Science Stud. [Online]. Tersedia: http://mathheny.blogspot.com/p/timss.html. [ 19 Februari 2014] Herdian. (2010). Teori -Teori Belajar (Piaget, Bruner, Vygotsky). [Online]. Tersedia:
http://herdy07.wordpress.com). ( 21 Februari 2014]
Hidayat, Rais dan Patras, Yuyun Elizabeth. (2013). Evaluasi Sistem Pendidikan
Nasional Indonesia. [Online]. Tersedia: http://educ.utm.my. [25 Februari 2014]
Ibrahim, Muslimin. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Jennifer Krawec, Jia Huang, Marjorie Montague, Benikia Kressler , Amanda Melia
de Alba. The Effect of Cognitive Strategi Instruction on Knoeledge of Math
Problem Solving Processes of Midle School Student With Learning Disabilities. Journal Hammill Institute on Disabilities. 36 (2)
Kuswana, Wowo Sunaryo. (2012). Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam
Berfikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lela Anggraeni, Rusdy A Siroj, Ratu Ilma Indra Putri. 2010. Penerapan Model
Pembelajaran Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika Unsri, 4 (1) pp. 33-34
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Mangangantung, Jeanne M. (2008). Model Pemebelajaran Inkuiri Terbimbing Pada
Materi Energi dan Penggunaannya Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Sains Sekolah Dasar. Tesis UPI
(4)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif teknik Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Manoj Sharma, Rick Petosa, Cathrine A Heaney. 1999. Evaluation of a Brief
Intevention Based on Social Cognitive Theory ti Develop Problem Solving Skills among Sixth-Grade Children. Journal of Health Education & Behavior.
Vol. 26 (4): 465-477
Mulyana. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas.
Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Nakazawa, Merry Hyuga. (2012). Ranah Pengetahuan. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc. [17 Maret 2014]
Nurjanah. 2008. Pengaruh Penggunaan Model Penalaran Kausal dan Kolaborasi
Terstruktur terhadap Kemampuan Mahasiswa Calon Guru dalam Memecahkan Masalah Medan Magnet. Jurnal UPI. [Online]. Tersedia:
http://jurnal.upi.edu. [20 Februari 2014]
Nurmilah, Ai Susi. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
terhadap Peningkatan Minat Belajar dan Kemampuan Berfikir Kritis. Jurnal
UPI. [Online] Tersedia: http://jurnal.upi.edu. [20 Februari 2014]
Osarizalsyam. (2006). Penerapan Modek Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal
Dua Tamu (two Stay Two Stray) Pada Konsep Ekosistem untuk Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Siswa. Tesis UPI Bandung. Tidak
diterbitkan.
Polya, George. 1973. How to Solve It (2nd ed). New Jersey: Princeton University
Press.
Purba, JP. 2001. Pemecahan Masalah dan Strategi Pemecahan Masalah. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu. [19 Februari 2014]
Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran (Sebagai Referensi bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas).
(5)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif teknik Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Bandung: Tarsito.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Bandung: Rajawali Pers
Sagala, Syaiful. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Apfabeta. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setiabudi, W. (2003). Langkah awal menuju ke olimpiade matematika. Jakarta: Ricardo
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendri. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Belajar Kecil
Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA Pada Aspek Problem Solving Matematik. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah. Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tohar, Khumaidi. (2006). Manajemen Peserta Didik dalam Menghadapi Kreativitas
Anak. [Online]. Tersedia: http://researchengines.educationcreativity.com. [06 Juli 2014]
(6)
Ade Sobariah Hasanah, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif teknik Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wahyono, Teguh. (2008). SPSS 16 Cara Mudah dan Praktis Melakukan Analisis
Statistik dengan Berbagai Model Analisis. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Wena, Made. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Winaputra, Udin S. (2001). Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka.