Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Mei 2008- Mei 2009 - USD Repository

  

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI

PASIEN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI HIPERTENSI

DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH

YOGYAKARTA PERIODE MEI 2008-MEI 2009

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Diajukan oleh :

Anastasia Aprilistyawati

NIM : 068114026

FAKULTAS FARMASI

  EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE MEI 2008-MEI 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Diajukan oleh : Anastasia Aprilistyawati NIM : 068114026 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Apa yang kita kerjakan dengan tekun menjadi lebih mudah - bukan karena sifat tugas tersebut berubah, tetapi karena kemampuan kita untuk bekerja telah meningkat. What we do diligently will be easier - not because of the nature of the task has changed, but because of our capacity to work has increased (Emerson) Sukses adalah keberhasilan yang anda capai di dalam menggunakan talenta-talenta yang telah Tuhan berikan kepada Anda (Rick Devos)

  Inilah hasil dari semua perjuangan yang telah kulakukan selama ini, dan kini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan-Nya

  Bapak dan Ibu atas segala dukungan dan doa-doanya Adek-adekku atas semangat yang selalu menemaniku

  

INTISARI

  Hipertensi adalah komplikasi yang sering ditemui pada pasien Diabetes Melitus (DM) yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif.

  Hasil menunjukkan bahwa pasien yang paling banyak ditangani adalah pasien dengan umur 60-69 tahun (48%); tahap hipertensi derajat 2 (76%); komplikasi penyerta yang paling banyak diderita adalah dislipidemia (12%) dan penyakit penyerta Infeksi Saluran Kemih (20%).

  Kelas terapi, golongan dan jenis obat yang paling banyak digunakan adalah obat kardiovaskuler dan obat yang mempengaruhi sistem hormon (100%), golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARBs) dan antagonis kalsium (56%), jenis obat kaptopril (32%).

  Dari hasil evaluasi Drugs Related Problems (DRPs) didapat 7 kasus dengan rincian 4 kasus perlu terapi obat tambahan, 2 kasus tidak perlu terapi obat, 2 kasus pilihan obat tidak tepat.

  Outcome therapy pasien DM komplikasi hipertensi diperoleh dari lama

tinggal paling banyak 4-6 hari (40%). Pasien pulang dengan keadaan sembuh

(48%).

  Kata kunci : Diabetes Melitus, Hipertensi, Drugs Related Problems.

  

ABSTRACT

  Hypertension is a common complication in Diabetes Mellitus (DM) that causes cardiovasculer disease. This non-experimental study was done with retrospective design.

  The result showed that the patient distribution in Panti Rapih Hospital were 60-69 years old (48%);hypertension at stage II (76%); complication other than hypertension was dyslipidemia (12%) and another disease utikaria (20%).

  The highest frequency of drug class therapy; group; and type used by the patients were cardiovascular and hormonal drug (100%); Angiotensin Receptor

  

Blocker (ARBs) and Calcium Channel Blocker ( 56% ); drug type Captopril ( 32% )

respectively.

  Based on Drug Related Problems (DRPs) evaluation, it was found that of 4 cases of need for additional drug therapy, 2 cases unnecessary drug therapy and 2 cases of wrong drug.

  Length of Stay (LOS) of the patients was 4-6 days ( 40% ). The outcome theraphy during patient discharge from hospital was recover condition (48%). Key word: Diabetes Mellitus, Hypertension, Drugs Related Problems.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan bimbingan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2005-Mei 2009”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam penyelesaian studi untuk meraih gelar Sarjana Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian orang- orang di sekitar Penulis, baik secara materi maupun emosional. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang telah memberi dukungan didalam penyelesaian skripsi ini antara lain:

  1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini dan sebagai dosen penguji yang telah memberi dukungan, gagasan, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini 2. dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes. selaku dosen pembimbing utama dan penguji yang telah sabar membimbing, memberi dukungan, semangat, gagasan, dan kritik yang sangat berarti dalam proses penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

  5. Kepala beserta Staf Bagian Personalia Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas segala bantuan dan dukungannya.

  6. Kepala beserta Staf Bagian Pelayanan Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah banyak membantu Penulis dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini.

  7. Seluruh pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang secara tidak langsung telah membantu dan mendukung penelitian ini.

  8. Kedua orang tuaku Agustinus Sutarjono dan Lucia Tatinah atas segala kasih sayang, perhatian, perjuangan dan dukungan dalam setiap langkah hidupku.

  9. Kedua adekku Vincentia Septi Puspitawati dan Christina Putri Ningsih yang telah mendukung dengan doa dan keceriaan untuk selalu membantuku.

  10. M. Ari Wibowo atas kehadirannya untuk selalu memberi waktu, dukungan, mendengarkan dan menemani dalam setiap kesempatan hingga terselesainya skripsi ini.

  11. Maria Laksmi Parahita atas dukungan, kebersamaan dan perjuangan yang menyenangkan, menyedihkan dan mengharukan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  12. Teman-teman kos Pasadena, Arum, Eva, Rara dan Aya atas keceriaan, kebersamaan dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini.

  13. Sahabat-sahabat terbaikku, Dotie, Vika, Fani, Dissa, Nee, Lul, Shinta, Adit,

  14. Semua teman-teman angkatan 2006 dan seluruh mahasiswa Farmasi terima kasih atas kebersamaan dan kenangan indah bersama kalian.

  15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.

  Dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, oleh karena itu Penulis akan menerima kritik, koreksi, dan saran dari berbagai pihak guna menjadikan skripsi ini lebih baik. Pada akhirnya, Penulis berharap semoga keseluruhan isi skripsi ini dapat berguna bagi banyak pihak.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v

  

INTISARI ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix

  BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang.................................................................................................... 1 1. Permasalahan.............................................................................................. 3 2. Keaslian penelitian...................................................................................... 3 3. Manfaat penelitian a. Manfaat Teoritis................................................................................... 5

  2. Khusus ....................................................................................................... 5

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi ...................................................................................................... 7 2. Klasifikasi ................................................................................................. 7 3. Patogenesis ................................................................................................ 8 4. Gejala Klinik ........................................................................................... 11 5. Faktor Risiko............................................................................................ 12 6. Diagnosis ................................................................................................. 12 7. Komplikasi .............................................................................................. 13 B. Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi 1. Definisi .................................................................................................... 14 2. Klasifikasi ............................................................................................... 14 3. Patogenesis .............................................................................................. 16 4. Gejala Klinik ........................................................................................... 18 C. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi............................. 19 D. Drug Related Problems (DRPs)...................................................................... 27 E. Subjective data, Objective data, Assessment and Plan .................................. 28 F. Keterangan Empiris ........................................................................................ 30 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

  D.

  Bahan Penelitian ............................................................................................. 34 E. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 34 F. Tata Cara Penelitian 1.

  Persiapan ................................................................................................. 34 2. Pengambilan Data ................................................................................... 35 3. Analisis Data ............................................................................................ 36 G. Kesulitan Penelitian ........................................................................................ 36 H. Analisis Hasil .................................................................................................. 37

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Hipertensi 1. Berdasar Umur ........................................................................................ 39 2. Berdasar Komplikasi Penyerta ................................................................ 40 3. Berdasar Penyakit Penyerta ..................................................................... 42 4. Gambaran Tingkat Tekanan Darah saat Pasien Masuk Rumah Sakit ...... 43 B. Profil Obat-obat yang Digunakan oleh Pasien Diabetes Mellitus dengan Komplikasi Hipertensi 1. Kelas Terapi ............................................................................................ 44 2. Golongan Obat a. Obat Kardiovaskuler ......................................................................... 46 b. Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon ....................................... 48

  f.

  Antibiotik........................................................................................... 54 g.

  Obat Saluran Cerna ........................................................................... 55 h. Obat Sendi dan Gout ......................................................................... 56 C. Gambaran Kasus Drug Related Problems 1.

  Membutuhkan Terapi Obat Tambahan .................................................... 58 2. Tidak Perlu Terapi Obat .......................................................................... 59 3. Pemilihan Obat Kurang Tepat .................................................................. 60 D. Gambaran Dampak Terapi Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi

  Hipertensi 1.

  Gambaran Keadaan Pasien Keluar Rumah Sakit Dilihat dari Tingkat Tekanan Darah ........................................................................................ 61 2. Gambaran Lama Tinggal Pasien ............................................................ 62 E. Rangkuman Pembahasan ............................................................................... 63

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................................... 65 B. Saran ............................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

DAFTAR LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Faktor Risiko untuk Diabetes Melitus Tipe II Tabel II. Kategori Status Glukosa Darah Tabel III. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa (lebih dari 18 Tahun) Menurut

  JNC VII Tabel IV. Penyebab Drug Related Problems (DRPs) Tabel V. Persentase Komplikasi Penyerta pada Pasien DM Komplikasi

  Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel VI. Persentase Penyakit Penyerta pada Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel

  VII. Persentase Golongan dan Jenis Obat Kardiovaskuler yang Digunakan Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel VIII. Persentase Golongan dan Jenis Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon yang Digunakan Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel

  IX. Persentase Golongan dan Jenis Obat Gizi dan Darah yang Digunakan Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Tabel X. Persentase Golongan dan Jenis Obat Analgesik yang Digunakan Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XI. Persentase Golongan dan Jenis Obat yang Mempengaruhi Sistem Saraf Pusat yang Digunakan Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XII. Persentase Golongan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XIII. Persentase Golongan dan Jenis Obat Saluran Cerna yang Digunakan Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XIV. Persentase Golongan dan Jenis Obat Sendi dan Gout yang Digunakan Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XV. Persentase Kasus DRP yang Teridentifikasi pada Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XVI. Kasus Membutuhkan Terapi Obat Tambahan yang Teridentifikasi pada Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti

  Tabel XVII. Kasus Tidak Perlu Terapi Obat yang Teridentifikasi pada Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XVIII. Kasus pemilihan obat kurang tepat yang teridentifikasi pada pasien DM komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XIX. Gambaran Tingkat Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah

  Pasien DM Komplikasi Hipertensi saat Keluar Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XX. Persentase Lama Tinggal Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Tabel XXI. Ringkasan Drug Related Problems (DRPs)

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Diagram Persentase Umur Pasien DM Komplikasi Hipertensi di

  Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Gambar 2 Diagram Persentase Tingkat Tekanan Darah saat Pasien Masuk

  Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

  Gambar 3 Diagram Persentase Kelas Terapi Pasien DM Komplikasi

  Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Data SOAP Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit

  

Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah pasien DM di Indonesia

  menempati urutan keempat terbesar di dunia. Tahun 2000 terdapat 8,4 juta penduduk yang mengidap DM. Tahun 2006 jumlahnya diperkirakan meningkat tajam menjadi 14 juta orang, di antaranya baru 50% orang yang sadar mengidap DM dan hanya 30% yang berobat secara teratur. WHO juga memperkirakan, tahun 2030 akan ada sekitar 21,3 juta penduduk Indonesia yang mengidap DM (Fitria, 2009).

  Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi karena insulin berpengaruh dalam banyak organ dan berperan dalam penyimpanan berbagai hasil metabolisme ke dalam jaringan. Hipertensi merupakan salah satu jenis komplikasi yang sering dijumpai pada penderita DM. Prevalensi penderita hipertensi pada orang DM adalah 1,5–3 kali dibandingkan orang tanpa DM dalam kelompok umur yang sama.

  Pada pasien DM kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan masuk ke dalam ginjal. Saat kadar glukosa yang tertimbun ginjal melebihi ambang batas maka akan terjadi proses diuretik osmotik dimana ginjal mengeluarkan cairan

  Dalam studi klinik menunjukkan orang dengan DM komplikasi hipertensi mempunyai peluang 2 kali lipat terhadap penyakit kardiovaskuler daripada orang tanpa DM. Hipertensi dapat menimbulkan risiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner (PJK), retinopati, nefropati dan dapat meningkatkan mortalitas sebesar empat sampai lima kali lipat karena komplikasi pada arteri koroner (PJK) atau stroke.

  Penatalaksanaan terapi pada DM komplikasi hipertensi diharapkan mampu mencegah terjadinya komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler yang terjadi pada gejala lanjutan DM. Pasien DM dengan komplikasi hipertensi akan mendapatkan terapi obat antidiabetes dan antihipertensi, serta obat–obatan lain yang terkait dengan penyakit penyerta lainnya, misalnya infeksi, nefropati, stroke dan retinopati. Kompleksnya terapi obat yang diterima penderita DM komplikasi hipertensi memungkinkan timbulnya masalah-masalah yang terkait dengan penggunaan obat (Drug Related Problems) (Puspitaningtyas, 2008).

  Untuk mengetahui adanya kemungkinan timbulnya DRPs selama terapi maka pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi penatalaksanaan terapi pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pasien DM komplikasi hipertensi, profil peresepan yang digunakan oleh pasien DM komplikasi hipertensi, melihat ada tidaknya

  

Drug Related Problems (DRPs) dalam proses terapi, mengevaluasi terapi dan memberikan layanan rawat inap yang dapat memberikan terapi pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi. Data diperoleh dari rekam medik pasien yang menjalani rawat inap karena proses terapi pada pasien yang menjalani rawat inap lebih terkontrol dan kemajuan terapi dapat teramati dengan baik.

  1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

  a) Bagaimanakah profil pasien DM komplikasi hipertensi meliputi umur, komplikasi penyerta, penyakit penyerta dan tingkat tekanan darah pasien saat masuk di instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode Mei 2008–Mei 2009?

  b) Bagaimanakah profil peresepan obat yang digunakan pada pasien DM komplikasi hipertensi meliputi kelas terapi, golongan obat dan jenis obat? c)

  Bagaimanakah kasus Drug Related Problems (DRPs) yang mungkin terjadi pada pasien DM komplikasi hipertensi selama menjalani terapi di RSPR? d)

  Bagaimanakah outcome terapi pada pasien DM komplikasi hipertensi setelah menjalani terapi di instalasi rawat inap RSPR meliputi lama tinggal, tekanan darah dan keadaan pasien saat keluar rumah sakit?

  2. Keaslian Penelitian

  Berdasarkan informasi dan data yang ditelusuri di Perpustakaan pernah dilakukan sebelumnya. Namun penelitian mengenai DM telah banyak dilakukan oleh para peneliti lain, akan tetapi penelitian ini berbeda dalam hal tujuan penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian dan lokasi penelitian.

  Beberapa penelitian mengenai diabetes melitus yang pernah dilakukan di Universitas Sanata Dharma, antara lain:

  a) Nadeak (2000) tentang pola penggunaan antidiabetika oral bagi pasien diabetes melitus rawat jalan di RS Bethesda Yogyakarta Periode 1998.

  b) Triastuti (2004) tentang gambaran peresepan obat pada pasien diabetes melitus tipe-2 di instalasi rawat inap RS dr.Sardjito Yogyakarta Periode 2001-

  2002.

  c) Novita (2006) tentang evaluasi penatalaksanaan terapi komplikasi nefropati pada kasus diabetes melitus di instalasi rawat inap RS Panti Rapih

  Yogyakarta Periode 2005.

  d) Astri (2006) tentang evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi rawat inap periode 2005 RS Panti Rapih Yogyakarta.

  e) Fransisca Widyastuti (2007) tentang evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi stroke di instalasi rawat inap RS Panti

  Rapih Yogyakarta Periode 2005.

  Penelitian ini berfokus pada evaluasi penatalaksanaan terapi pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi dengan melihat ada tidaknya DRPs dan

3. Manfaat Penelitian

  a) Manfaat Teoritis

  Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi evaluasi penatalaksanaan terapi pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi hipertensi, sehingga dapat digunakan dalam mengembangkan konsep pelayanan farmasi klinik khususnya pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi di instalasi rawat inap rumah sakit.

  b) Manfaat Praktis

  Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran pola peresepan obat yang digunakan pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi dan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak farmasis dalam pengelolaan obat kepada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi di instalasi rawat inap rumah sakit.

B. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penatalaksanaan terapi pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi di instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode Mei 2008–Mei 2009.

2. Tujuan Khusus

  a) Mengetahui profil pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi, yang b) Mengetahui profil peresepan obat yang digunakan pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi yang meliputi kelas terapi, golongan obat dan jenis obat.

  c) Mengetahui Drug Related Problems (DRPs) yang terjadi pada penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi hipertensi, meliputi perlu terapi obat tambahan, tidak perlu terapi obat, obat tidak tepat, dosis obat kurang, dosis obat berlebih, efek obat yang tidak diinginkan dan ketidaktaatan pasien.

  Mengetahui outcome terapi pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi setelah menjalani terapi yang meliputi lama tinggal pasien, tekanan darah dan keadaan pasien saat keluar RSPR.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Diabetes Melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan

  peningkatan kadar glukosa dalam darah yang dapat disebabkan adanya gangguan produksi insulin oleh sel–sel β Langerhans kelenjar pankreas dan insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001).

  Insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh sel β pulau

  Langerhans. Insulin dalam jaringan akan berfungsi untuk membantu sintesis dan penyimpanan glikogen serta mencegah pemecahannya. Bila terjadi kerusakan atau kekurangan insulin di jaringan maka glukosa tidak dapat masuk dalam jaringan dan akan menumpuk di peredaran darah sehingga terjadi hiperglikemia yang dapat menyebabkan diabetes melitus.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini.

  a.

  Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) atau DM tipe I.

  Diabetes Melitus tipe I disebabkan adanya destruksi sel β pulau

  Langerhans di kelenjar pankreas oleh sistem kekebalan tubuh (Triplitt et al, 2005). Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin secara absolut sehingga pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti. DM b.

  Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) atau DM tipe II.

  Diabetes Melitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat resistensi sel terhadap insulin. Sel–sel β pankreas tetap menghasilkan insulin, namun mungkin sedikit menurun atau tetap berada dalam rentang normal sehingga DM tipe II ini dianggap sebagai Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) dan biasanya timbul pada orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Corwin, 2001).

  c.

  Diabetes Melitus pada kehamilan atau DM Gestasional.

  Penyakit ini hanya dialami terbatas pada wanita hamil dan gangguan toleransi glukosa terjadi pertama kali selama kehamilan (Moningkey, 2000).

  d.

  Diabetes tipe lain yang spesifik atau DM akibat kerusakan genetik.

  Tipe DM ini bermacam-macam, antara lain disebabkan terjadinya mutasi gen yang mengakibatkan resistensi insulin dan gangguan pada reseptor insulin, atau dapat juga disebabkan adanya gangguan genetik pada fungsi sel

  β, penyakit pada pankreas, infeksi bakteri dan berbagai penyakit kelainan genetik (Triplitt et al, 2005).

3. Patogenesis a.

  Diabetes Melitus tipe I Diabetes Melitus tipe I pada umumnya berkembang pada masa

  Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan atau kelainan pada sel β pankreas antara lain:

  1) faktor lingkungan.

  Destruksi otoimun sel β pulau Langerhans diperkirakan dapat disebabkan oleh lingkungan. Serangan otoimun ini timbul setelah terjadi infeksi virus, misalnya gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus kronik, atau setelah pajanan obat atau toksin (misalnya golongan nitrosamine yang terdapat pada daging awetan) (Corwin, 2001).

  2) faktor genetik (keturunan).

  Diabetes Melitus Tipe I ini dapat disebabkan adanya pengaruh genetik. Orang–orang tertentu mungkin memiliki “gen diabetogenik”, yaitu suatu profil genetik yang menyebabkan mereka rentan terhadap DM tipe I (atau penyakit otoimun lainnya) (Corwin, 2001).

  b.

  Diabetes Melitus tipe II Diabetes Melitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum terjadi dan jumlah penderita mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Umumnya penderita berusia di atas 40 tahun dan disebabkan adanya resistensi insulin. Penyakit DM tipe II ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetik maupun lingkungan, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurangnya gerak badan tinggi dan jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya. Jadi, awal patofisiologis DM tipe II bukan disebabkan kurangnya sekresi insulin seperti pada DM tipe I, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin” (Muchid,2005).

  Sekresi insulin melalui sel–sel β kelenjar pankreas terjadi dalam dua fase. Fase pertama yaitu sekresi insulin yang terjadi ketika terdapat peningkatan kadar glukosa darah, sedangkan fase kedua adalah sekresi insulin yang terjadi 20 menit sesudah sekresi insulin fase pertama. Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel-sel

  β menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, yaitu sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Bila tidak ditangani dengan baik, maka akan terjadi kerusakan sel-sel

  β pankreas yang terjadi secara progresif, yang seringkali akan mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pada penderita DM tipe II ini umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (Muchid,2005).

  c.

  Diabetes Gestasional Diabetes gestasional dapat disebabkan adanya peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen serta hormon pertumbuhan yang yang berlebih seperti pada diabetes tipe II dan akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel (Corwin, 2001).

  d.

  Pra-diabetes Pra-diabetes adalah suatu kondisi dimana kadar gula seseorang berada di antara kadar normal dan diabetes, yaitu lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan dalam diabetes tipe II (Muchid, 2005).

  Ada dua tipe kondisi pra-diabetes, yaitu seperti berikut ini. 1)

  Impaired Fasting Glucose (IFG), yaitu kondisi dimana kadar glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl (Muchid, 2005).

  2) Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa Terganggu

  (TGT), yaitu kondisi dimana kadar glukosa darah saat uji toleransi glukosa berada di atas normal tapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan dalam kondisi diabetes (Muchid, 2005).

4. Gejala Klinik

  Gejala klasik yang umum timbul pada DM tipe I adalah peningkatan pengeluaran urin (poliuria), peningkatan rasa lapar (polifagia), penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas dan pruritus. Penderita DM tipe II umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, penglihatan makin buruk dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia,

  5. Faktor Risiko Beberapa faktor risiko untuk diabetes melitus tipe II dapat dilihat pada tabel II berikut ini.

  

Tabel I. Faktor Risiko DM Tipe II

(Muchid, 2005)

Diabetes dalam keluarga Riwayat Diabetes Gestasional Melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg Obesitas >120% berat badan ideal 20-59 tahun : 8,7% Umur

> 65 tahun : 18%

Tekanan Darah >140/90mmHg Kadar HDL rendah <35mg/dl Hiperlipidemia Kadar lipid darah tinggi >250mg/dl

Kurang olah raga

  Faktor lain Pola makan rendah serat

  6. Diagnosis

  Kriteria diagnosis diabetes melitus menurut American Diabetes Association (ADA) (cit., Triplitt et al., 2005) adalah sebagai berikut ini.

  Tabel II . Kategori Status Glukosa Darah

  (Triplitt et al., 2005) Kategori Kadar Glukosa Darah Puasa Kadar Glukosa Darah 2 jam Sesudah Makan

  Normal < 100mg/dL < 140mg/dL Pra-diabetes 100 – 125mg/dL 140 – 199mg/dL Diabetes Melitus ≥ 126mgdL ≥ 200mg/dL

  HbA C adalah suatu produk non-enzim yang dapat menggambarkan

  1

  level gula dalam darah. HbA

1 C ini juga dapat untuk diagnosis kadar gula

  darah. Pengukuran HbA

1 C ini penting karena efektif untuk pengontrolan

7. Komplikasi Penderita DM akan mengalami komplikasi akut maupun kronis.

  Komplikasi akut yang berbahaya adalah hipoglikemia (kadar gula darah sangat rendah) yang dapat mengakibatkan koma bahkan kematian. Gejala- gejala hipoglikemia antara lain pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang–kunang, keringat dingin dan peningkatan detak jantung sampai kejang. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe I, yang dapat dialami 1–2 kali perminggu. (Mucihd, 2001).

  Komplikasi kronis pada penderita DM disebabkan oleh tingginya konsentrasi glukosa darah yang dapat menyebabkan timbulnya komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler terjadi di arteriol, kapiler dan venula. Komplikasi ini disebabkan tingginya kadar glukosa darah sehingga terjadi penebalan membran basal pembuluh- pembuluh kecil. Penebalan ini menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran oksigen dan zat–zat gizi ke jaringan. Selain itu, hemoglobin terglikosilasi akan memiliki afinitas terhadap oksigen yang tinggi sehingga oksigen terikat erat ke molekul hemoglobin dan ketersediaan oksigen untuk jaringan berkurang. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi- komplikasi mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati (Corwin, 2001). glukosa maupun kadar asam lemak. Kerusakan ini menyebabkan permeabilitas sel endotel meningkat sehingga molekul yang mengandung lemak masuk ke dalam arteri (Corwin, 2001).

B. Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi 1. Definisi

  Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (Corwin, 2001). Menurut Joint National Committee (JNC) VII, kriteria

  tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Seseorang mengalami hipertensi jika tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik

  (TDD) ≥90 mmHg. Hipertensi tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan (Yusuf, 2008).

  Pada penderita DM tipe I, hipertensi biasanya muncul setelah pasien mengalami nefropati diabetik atau gangguan ginjal. Sedangkan pada penderita DM tipe II, hipertensi biasanya timbul sebelum penderita didiagnosa diabetes atau pada saat penderita didiagnosa diabetes (Tandra, 2004).

2. Klasifikasi

  Klasifikasi hipertensi JNC VII mengelompokkan kelas hipertensi

  Tabel III. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa ( ≥ 18 tahun) Menurut JNC VII (Sassen and Carter, 2005) Klasifikasi Tekanan Sistolik Diastolik Darah (mmHg) (mmHg) Normal ≤ 120 ≤ 80

  

Prehipertensi 120 - 139 80 - 89

Hipertensi derajat 1 140 -159 90 - 99 Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

  Sistolik adalah tekanan darah yang terukur saat sebelum kontraksi kardiak dan menunjukkan nilai maksimal tekanan darah, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan yang diperoleh sesaat setelah kontraksi dan saat jantung dikosongkan (Sassen and Carter, 2005).

  Berdasarkan etiologi, hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hampir 90 – 95% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut hipertensi primer (esensial). Hipertensi primer dapat dipengaruhi oleh faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan sisten renin-angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel (Yusuf, 2008).

  Sedangkan sekitar 5–10% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya atau disebut hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi ini dapat diketahui melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Hipertensi

3. Patogenesis Tekanan darah adalah hasil dari curah jantung dan resistensi perifer.

  BP (Tekanan Darah) = CO (Curah Jantung) X TPR (Tahanan Perifer) Jika curah jantung mengalami kenaikan dan resistensi pembuluh darah perifer tetap maka tekanan darah meningkat. Kebanyakan pasien hipertensi esensial mengalami kenaikan resistensi perifer sedangkan curah jantung tetap sama. Resistensi perifer dipengaruhi oleh viskositas darah, diameter pembuluh darah dan elastisitas pembuluh darah. Viskositas darah yang semakin meningkat membutuhkan tekanan darah yang semakin tinggi pula agar darah dapat melalui pembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi juga diperlukan untuk mendorong darah melalui pembuluh darah yang mengalami penyempitan (Setiawati dan Bustami, 1999).

  Pada pasien DM tipe I, hipertensi dapat disebabkan karena adanya gangguan fungsi ginjal, sedangkan pada pasien DM tipe II, hipertensi dapat terjadi karena adanya metabolik sindrom yaitu obesitas, hiperglikemi dan dislipidemia yang dapat meningkatkan faktor risiko kardiovaskuler (Anonim, 2005).

  Proses terjadinya DM komplikasi hipertensi dapat disebabkan saat kadar glukosa darah meningkat dan tidak dapat masuk kedalam sel maka glukosa tersebut akan masuk ke dalam tubulus ginjal. Nilai ambang ginjal terabsorbsi akan tertimbun di ginjal dan harus dikeluarkan melalui urin (Guyton and Hall, 1996).

  Saat glukosa yang tertimbun dalam ginjal melebihi ambang batas, maka akan terjadi proses diuresis osmotik dimana ginjal mengeluarkan cairan berlebih melalui urin untuk mengurangi kadar glukosa darah. Pengeluaran urin yang berlebih tersebut menyebabkan cairan ekstrasel berkurang dan tubuh mengalami dehidrasi. Maka untuk kompensasinya volume intrasel ditarik keluar sehingga cairan tubuh berlebih dan terjadi hipertensi. Dalam jangka waktu yang lama maka pada penderita DM dapat mengalami gangguan pada pembuluh darah halus di ginjal, ditemukan juga adanya penahanan air dan garam di ginjal yang merupakan faktor lain terjadinya hipertensi (Guyton and Hall, 1996).

  Hipertensi pada penderita DM dapat juga disebabkan adanya pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah (aterosklerosis).

  Ateroskerosis ini banyak terjadi pada penderita yang mengalami obesitas.

  Hampir 80% penderita diabetes melitus mengalami obesitas. Pada penderita diabetes melitus terjadi resistensi insulin yang akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadar glukosa dan lemak dalam darah akan meningkat. Tingginya kadar glukosa dalam darah, metabolit glukosa atau kadar asam lemak dalam darah dapat menyebabkan kerusakan

  Kerusakan pada sel endotel ini menimbulkan reaksi peradangan dan imun, sehingga terjadi pelepasan peptida- peptida vasoaktif dan penimbunan

  makrofag dan trombosit di dalam maupun di luar arteri. Produk–produk

  peradangan tersebut akan merangsang proliferasi sel otot polos sehingga sel- sel otot polos tumbuh ke dalam tunika intima. Bila kerusakan dan peradangan berlanjut, maka agregasi trombosit meningkat dan terbentuk bekuan darah (trombus). Sebagian dinding pembuluh diganti oleh jaringan parut sehingga struktur dinding berubah dan mengalami penebalan (aterosklerosis). Karena terjadinya proliferasi sel otot polos, pembentukan trombus dan jaringan parut tersebut maka lumen arteri berkurang dan resistensi terhadap aliran darah yang melintasi arteri meningkat. Ventrikel kiri harus memompa secara lebih kuat untuk menghasilkan cukup gaya yang mendorong darah melewati sistem vaskuler yang mangalami aterosklerosis sehingga timbul hipertensi (Corwin, 2001).

4. Gejala Klinik

  Gejala yang timbul pada penderita hipertensi berbeda–beda bergantung pada tingginya tekanan darah. Berdasarkan hasil survei hipertensi di Indonesia, tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan hipertensi seperti pusing, cepat marah, dan telinga berdenging merupakan gejala yang sering dijumpai, selain gejala lain seperti mimisan, sukar tidur, dan sesak

C. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi

  Tujuan utama terapi penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi adalah mengontrol tekanan darah, mengurangi risiko komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler terutama yang menyangkut ginjal dan kardiovaskuler, memperbaiki gejala yang sudah muncul, mengurangi angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Triplitt et al, 2005).

  Penatalaksanaan diabetes yang berhasil membutuhkan kerjasama yang erat dan terpadu dari penderita dan keluarga dengan para tenaga kesehatan yang menanganinya, antara lain dokter, apoteker, dan ahli gizi. Kebanyakan pasien dengan diabetes tidak mendapatkan perawatan optimal, seringkali kadar gula tidak terkontrol dengan baik. Menurut The National Community Pharmacists

  Association’s National Institute for Pharmacist Care Outcome di USA, kontribusi

  apoteker berfokus kepada pencegahan dan perbaikan penyakit, termasuk mengidentifikasi dan menilai kesehatan pasien, memonitor, mengevaluasi, memberikan pendidikan dan konseling, menyelesaikan terapi yang berhubungan dengan obat untuk meningkatkan pelayanan ke pasien dan kesehatan secara keseluruhan (Muchid, 2005).

  Sasaran terapi DM komplikasi hipertensi adalah memperlambat proses berkembangnya risiko kardiovaskuler dengan cara sebagai berikut ini.

1. Menurunkan tekanan darah dibawah angka 130/80 mmHg.

  (c)

1 C < 7%

  HbA 3. Pengaturan kadar lipid

  (a) HDL &gt; 40mg/dl

  (b) LDL &lt; 100mg/dl

  (c) Trigliserida &lt; 150mg/dl (Anonim, 2005).

  Strategi terapi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan terapi non- farmakologi (tanpa menggunakan obat) dan terapi farmakologi dengan penggunaan obat antihipertensi oral.

  a.

  Terapi non-farmakologi Terapi non-farmakologi dapat diberikan sebagai terapi tambahan pada pengobatan farmakologi dan dapat diberikan mendahului atau bersama–sama sejak awal dengan pengobatan farmakologi. Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan pengurangan berat badan, pengurangan asupan garam, olahraga teratur, menghentikan rokok, alkohol dan stres untuk menghindari risiko hipertensi.

  Pengurangan berat badan dapat dilakukan dengan mempertahankan Body

2 Mass Index antara 18,5-24,9 kg/m . Pengurangan berat badan merupakan indikasi

  pengobatan, baik pada hipertensi maupun diabetes melitus. Pengurangan berat badan ini dapat dilakukan dengan melakukan olahraga teratur dan pembatasan kalori. Berdasarkan penelitian, olahraga telah terbukti dapat menurunkan tekanan b.

  Terapi farmakologi 1)

  Terapi farmakologi untuk hipertensi Tingginya tekanan darah merupakan salah satu faktor yang menentukan dimulainya pengobatan farmakologi. Berdasarkan pedoman JNC VII tahun 2003, penderita hipertensi derajat satu dapat diberikan terapi farmakologi jika terapi non-farmakologi tidak mencapai target tekanan darah yang ditetapkan. Individu yang mengalami prehipertensi tidak diberikan terapi farmakologi tetapi dengan melakukan terapi non-farmakologi untuk mengurangi risiko berkembangnya ke arah hipertensi dikemudian hari. Namun, individu dengan prehipertensi yang juga mengalami diabetes melitus atau penyakit ginjal harus diberikan pengobatan apabila terapi non-farmakologi gagal menurunkan tekanan darah menjadi 130/80 mmHg atau kurang (Yusuf, 2008).

  Sasaran utama yang ingin dicapai pada terapi pasien DM komplikasi hipertensi adalah pencapaian tekanan darah 130/80 mmHg, untuk itu terapi utama dengan penggunaan antihipertensi yaitu menggunakan Penghambat Angiotensin

  Converting Enzyme (ACE) dan Angiotensin Receptor Blocker (ARBs). Kedua

  obat antihipertensi tersebut terbukti mengurangi risiko kardiovaskuler serta mencegah adanya risiko gagal ginjal. Terapi dapat pula ditambah dengan thiasid diuretik serta obat antihipertensi lain seperti

  β-blocker dan Calcium Channel Blocker (Sassen and Carter, 2005).

  a) First Line Therapy

  Berdasarkan standar yang dikeluarkan American Diabetes Association (ADA), obat yang digunakan sebagai First Line Therapy pada pasien DM komplikasi hipertensi meliputi golongan obat yang ada dibawah ini.

  (1) Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE)

  Penghambat ACE terbukti menguntungkan untuk pasien yang mengalami infark miokardium, gagal jantung dan pasien DM yang mengalami gangguan ginjal. Berdasarkan ADA, obat ini dianggap lebih sesuai untuk pasien DM dengan komplikasi hipertensi, karena berdasarkan penelitian yang mengevaluasi penggunaan penghambat ACE pada pasien dengan komplikasi hipertensi menunjukkan bahwa penggunaan penghambat ACE dapat menurunkan 20–30% risiko stroke, jantung koroner dan kelainan kardiovaskuler mayor. Penghambat ACE juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin (Konzem, 2002).

Dokumen yang terkait

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi rawat inap periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

1 18 117

Evaluasi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalansi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005.

2 6 161

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus dengan komplikasi stroke di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih periode tahun 2005.

0 1 101

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus dengan komplikasi stroke di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih periode tahun 2005 - USD Repository

0 0 99

Evaluasi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalansi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 - USD Repository

0 0 159

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi rawat inap periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta - USD Repository

0 0 115

Evaluasi drug-related problems pada peresapan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi ischemic heart disease di instalasi rawat inap RS Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2005-Desember 2007 - USD Repository

0 2 153

Evalusi penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Diasease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2008-Mei 2009 - USD Repository

0 0 110

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-Maret 2010 - USD Repository

0 2 120

Evaluasi drug related problems pada pengobatan pasien hipertensi dengan komplikasi stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli 2008- Juni 2009 - USD Repository

0 0 137