Penyusunan Instrumen dan Pembangunan Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih

(1)

Dinamika situasi pasar dan kondisi global seringkali berimbas pada mayoritas kalangan Koperasi dan UKM. Salah satu dampak yang dirasakan adalah akibat gejolak harga Bahan Bakar Minyak yang berdampak terhadap kegiatan koperasi dan UKM.

Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah dengan mengetahui secara dini permasalahan/dampak terhadap koperasi dan UKM yang di akibatkan dengan gejolak harga tersebut, Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM perlu menyusun Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM yang Berbasis Teknologi Informasi. Sistem informasi data dasar koperasi dan UKM yang terkomputerisasi dan terintegrasi ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam melakukan perhitungan, proyeksi,

pemeriksaan, dan peringatan mengenai kondisi terkini dari

permasalahan yang dihadapi oleh Koperasi dan UKM. Selain itu, sistem Informasi ini juga memberikan efektivitas, efesiensi dan ketelitian bagi pihak pemerintah, untuk melihat dampak beberapa kebijakan ekonomi terhadap Koperasi dan UKM serta untuk menyusun kebijakan yang strategis dan tepat sasaran.

Berkenaan dengan itu, Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kesempatan kepada tim untuk

menyelesaikan kegiatan Penyusunan Instrumen dan Pembangunan

Sistem Informasi Koperasi dan UKM Terpilih dan menuliskannya dalam bentuk Laporan Akhir. Demikian Laporan Akhir ini disusun. Semoga dapat bermanfaat dan terima kasih.


(2)

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR TABEL vii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT 4

1.3. RUANG LINGKUP 5

A. RUANG LINGKUP KEGIATAN 5

B. RUANG LINGKUP WILAYAH 7

1.4. OUTPUT 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA KONSEPTUAL

9

2.1 KOPERASI DAN UMKM 9

A. DEFINISI 9

B. KINERJA KOPERASI DAN UMKM 11

2.2 KONSEP ANALISIS KINERJA KOPERASI DAN UKM

A. DATA DASAR KOPERASI DAN UKM 16

16 2.3 METODE STATISTIK UNTUK PENGOLAHAN

DATA DASAR KOPERASI

27


(3)

D. ANALISIS INPUT-OUTPUT 37 2.4 APLIKASI SISTEM INFORMASI DATA DASAR

KOPERASI DAN UKM

41

A. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI

B. PERANCANGAN APLIKASI SISTEM

INFORMASI

C. ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI

APLIKASI DATA DASAR KOPERASI DAN UKM

2.5 STATE OF THE ART SISTEM SISTEM INFORMASI DI KEMENTERIAN KUKM

41 45

49

58

BAB III METODOLOGI 60

3.1 PENDEKATAN 60

3.2 METODE PENGUMPULAN DATA 60

3.3 SUMBER DATA

A. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN B. JENIS DAN SUMBER DATA

61 61 64 3.4 METODE ANALISIS DATA

A. PENYUSUNAN INSTRUMEN DATA DASAR KUKM TERPILIH

B. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA KUKM

65 66

66 3.5 JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. PERANCANGAN SISTEM B PEMBANGUNAN SISTEN

67 68 69


(4)

DATA DASAR

A. INPUT DATA 70

B. OUTPUT DATA 89

4.2 FITUR DAN TAMPILAN APLIKASI SISTEM INFORMASI DATA DASAR KUKM

101

4.3 HASIL PENGOLAHAN DATA KUESIONER 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 130

4.1 KESIMPULAN 130

4.2 SARAN 132

DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Karakteristik Organisasi Bisnis UKM 16

Gambar 2.2 Metode Waterfall 46

Gambar 2.3 Arsitektur Sistem 50

Gambar 2.4

Gambar 3.1

Desain Komunikasi Data Sistem Informasi Data Dasar KUKM

Alur Pikir Analisis KUKM

57

65

Gambar 4.1 Tampilan Awal Sistem Informasi Data Dasar

KUKM

103

Gambar 4.2 Tampilan Login untuk masuk ke aplikasi 103

Gambar 4.3 Tampilan Input Data UKM 104

Gambar 4.4 Tampilan Entry Data UKM (Blok I) 104

Gambar 4.5 Tampilan Entry Data UKM (BlokII) 105

Gambar 4.6 Tampilan Entry Data UKM (Blok III) 105

Gambar 4.7 Tampilan Entry Data UKM (Blok IV) 106

Gambar 4.8 Tampilan Entry Data UKM (Blok V) 106

Gambar 4.9 Tampilan Entry Data UKM (Blok VI) 107

Gambar 4.10 Tampilan Entry Data UKM (Blok VII) 107

Gambar 4.11 Tampilan Entry Data UKM (Blok VIII) 108


(6)

Gambar 4.15 Tampilan Analisis Crosstab 110

Gambar 4.16 Tampilan Daftar Keragaan UKM 110

Gambar 4.17 Tampilan Tabel Keragaan 111

Gambar 4.18 Tampilan Menu Administration 111

Gambar 4.19 Tampilan Tabel Master Jenis Kegiatan Usaha 112


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha

Menengah

10

Tabel 2.2 Perkembangan Data Koperasi Tahun 2004 dan

2008

12

Tabel 2.3 Perbandingan Unit Usaha UMKM Pada Tahun

2007 dan 2008

14

Tabel 2.4 Perbandingan Jumlah Pekerja Pada Tahun 2007

dan 2008

15

Tabel 2.5 Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok

Usaha Pada Tahun 2007 dan 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)

15

Tabel 2.6 Kerangka Umum Tabel Input-Output 38

Tabel 4.1 Output dan Tujuan Output Data Dasar Koperasi 89

Tabel 4.2 Output dan Tujuan Output untuk Data Dasar UKM 94

Tabel 4.3 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok

Koperasi Menurut Jenis Kelamin

116

Tabel 4.4 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok

Koperasi Menurut Kelompok Umur

117

Tabel 4.5 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok

Koperasi Menurut Pendidikan Terakhir

118

Tabel 4.6 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok

Koperasi Menurut Kelompok Gaji

118

Tabel 4.7 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Jumlah Karyawan

119

Tabel 4.8 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Karyawan yang dibayar

119

Tabel 4.9 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Jenis Kelamin Karyawan

120

Tabel 4.10 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Tingkat Pendidikan

120

Tabel 4.11 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Rata-rata Upah Karyawan per bulan

121

Tabel 4.12 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Rerata Banyaknya Anggota Koperasi

121


(8)

Tabel 4.15 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi Menurut Rerata Transaksi Koperasi Bulan Lalu

123

Tabel 4.16 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Komposisi Koperasi Usaha Simpan Pinjam

123

Tabel 4.17 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis

Kelamin

124

Tabel 4.18 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis

Kelamin Dan Skala Usaha Skala Usaha Mikro

125

Tabel 4.19 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis

Kelamin Dan Skala Usaha Kecil

125

Tabel 4.20 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis

Kelamin Dan Skala Usaha Menengah

126

Tabel 4.21 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Kelompok

Umur

126

Tabel 4.22 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Kelompok

Umur Untuk Skala Usaha Mikro

127

Tabel 4.23 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Pendidikan 127

Tabel 4.24 Gambaran Status Badan Usaha UMKM 128

Tabel 4.25 Komposisi Pengusaha UMKM Yang Menjadi

Anggota Koperasi

128

Tabel 4.26 Banyaknya Orang Yang Hidupnya Dibiayai Dari

Usaha UMKM

129

Tabel 4.27 Komposisi Rata Rata Pengeluaran RT UMKM

Perbulan


(9)

Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih

Peranan sektor Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) di Indonesia diakui sangat penting di dalam perekonomian nasional, utamanya dalam aspek-aspek seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan ekspor non-migas. Selama krisis ekonomi, koperasi dan UKM telah berperan dalam penyerapan tenaga kerja, memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat dan berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh mayoritas kalangan Koperasi maupun UKM adalah begitu dinamisnya situasi pasar dan kondisi ekonomi global. Perubahan kondisi ekonomi ini akan mengakibatkan gejolak harga yang berdampak terhadap kegiatan koperasi dan UKM. Adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), berdampak pada kenaikan bahan baku serta kenaikan harga lainnya. Hal ini menyebabkan tingkat keuntungan pelaku usaha, terutama koperasi dan UKM, semakin berkurang meski efisiensi biaya produksi telah dilakukan, sementara jika harga dinaikkan dengan kondisi daya beli masyarakat yang makin lemah membuat kehidupan masyarakat kian sulit.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan koperasi dan UKM yang diakibatkan oleh adanya gejolak tersebut adalah membuat suatu instrumen, berupa Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan


(10)

gejolak harga tersebut. Dengan adanya Sistem Informasi ini diharapkan bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM, dapat dengan mudah melakukan perhitungan, proyeksi, pemeriksaan, dan peringatan mengenai kondisi terkini permasalahan yang dihadapi oleh koperasi dan UKM. Selain itu, Sistem Informasi ini juga memberikan efektivitas, efesiensi dan ketelitian bagi pihak pemerintah untuk melihat dampak beberapa kebijakan ekonomi terhadap koperasi dan UKM serta untuk menyusun kebijakan yang strategis dan tepat sasaran.

Berkenaan dengan hal tersebut, dibangun aplikasi Sistem Informasi Data

Dasar Koperasi dan UKM yang berbasis teknologi internet (web). Salah

tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi kondisi dan perkembangan Koperasi dan UKM di daerah-daerah, yang selanjutnya data tersebut diolah untuk dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan dan penyusunan strategi pengembangan KUKM ke depannya. Informasi yang digali mencakup beberapa hal yang satu sama lain saling terkait dan saling mempengaruhi yang terikat dalam satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh, sehingga membentuk suatu sistem informasi yang aktual dan terpadu.

Pada tahap awal, aplikasi ini akan diujicobakan untuk mengolah data dasar koperasi dan UKM yang dipilih sebanyak 330 buah sebagai sampelnya, yang diambil dari setiap provinsi sebanyak 10 buah, terdiri dari 2 sampel koperasi dan 8 sampel UKM. Adapun sektor koperasi yang dijadikan sebagai sampel awal ini terdiri dari koperasi angkutan, koperasi tahu tempe, koperasi perikanan, koperasi susu, koperasi kerajinan (kerajinan kayu dan produk kayu,


(11)

sawit, peternakan susu, dan perikanan nelayan), sektor industri pengolahan (industri kerajinan kayu dan produk kayu, industri kulit dan produk kulit, kerajinan dari perak dan gerabah, serta industri tempe tahu), dan sektor jasa angkutan penumpang.

Dari aplikasi ini diharapkan akan diperoleh berbagai informasi dan data dasar koperasi dan UKM, diantaranya adalah data profil pelaku koperasi dan UKM, jumlah unit dan tenaga kerja koperasi dan UKM, produktivitas dan nilai tambah yang dihasilkan koperasi dan UKM, kinerja koperasi dan UKM, struktur permodalan koperasi dan UKM, struktur penggunaan energi, kesulitan dan hambatan usaha, serta pengaruh perekonomian, regulasi terhadap usaha koperasi dan UKM. Disamping itu, dengan aplikasi ini pemerintah dapat melakukan simulasi terhadap berbagai kebijakan tentang koperasi dan UKM sebelum digulirkan.


(12)

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peranan dan keberadaan sektor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KMUKM) di Indonesia diakui sangat penting dalam perekonomian nasional. Selama krisis ekonomi, Koperasi dan UMKM telah berperan dalam penyerapan tenaga kerja, pemberian pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat dan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Koperasi dan UMKM merupakan wahana pemberdayaan masyarakat lemah dan bergerak di berbagai sektor ekonomi, ternyata jumlahnya cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan data laporan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, sampai dengan tahun 2008, jumlah populasi koperasi di Indonesia mencapai 154.964 unit, sedangkan jumlah populasi UKM mencapai 51,2 juta unit usaha atau 99,99 persen dari total unit usaha. Dilihat dari penyerapan tenaga kerja, jumlah pekerja yang terserap di sektor Koperasi dan UMKM pada

tahun 2008 tercatat sebanyak 90.896.270 pekerja atau meningkat 2,15

juta pekerja, dibandingkan dengan tahun 2007 yang berjumlah 88.739.744 pekerja. Ditinjau dari kontribusi UKM terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), tercatat pada tahun 2008 besaran PDB yang


(13)

total PDB nasional, sedangkan pada tahun 2007 kontribusi UKM baru mencapai 58,4% dari total PDB nasional. Jumlah koperasi dan UMKM yang cukup besar tersebut ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualitasnya secara umum.

Peran Koperasi dan UMKM dalam memberdayakan perekonomian rakyat relatif masih sangat kecil jika dibandingkan dengan Usaha Besar. Padahal Koperasi dan UMKM keberadaannya akan lebih memiliki arti bila ia mampu melakukan tugas pemberdayaan. Sebenarnya Koperasi dan UMKM adalah lembaga yang sangat penting peranannya dalam proses pembangunan. Koperasi dan UMKM dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan dengan cara menyediakan informasi yang sangat terperinci mengenai kondisi lokal maupun apa yang harus dilakukan oleh pemerintah. Tidak hanya itu, Koperasi dan UMKM juga dibutuhkan untuk mengatur penggunaan sumber-sumber daya secara efektif yang diberikan oleh pemerintah dan memobilisasikan sumber daya lokal untuk pelaksanaan pembangunan. Demikian pula, Koperasi dan UMKM dapat memainkan peran penting dalam memberikan input produksi dan pelayanan yang diperlukan oleh para anggotanya maupun pengelolaan input serta pelayanan yang berasal dari berbagai saluran dalam lembaga. Dari segi pembentukan jaringan, Koperasi dan UMKM dapat berperan dalam menghubungkan masyarakat dengan lembaga yang berwenang dalam penentuan kebijaksanaan serta meningkatkan kapasitas berorganisasi secara efektif,


(14)

mengartikulasikan kebutuhan dan tuntutan mereka. Dengan beberapa peran idealnya itu, Koperasi dan UMKM diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi keberhasilan pembangunan secara berarti.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh mayoritas kalangan Koperasi maupun UMKM adalah begitu dinamisnya situasi pasar dan kondisi ekonomi global, serta kebijakan pemerintah yang berdampak pada sektor Koperasi dan UMKM. Perubahan kondisi ekonomi akan mengakibatkan gejolak harga. Hal ini berdampak terhadap kegiatan

Koperasi dan UMKM. Adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak,

misalnya, berdampak pada kenaikan bahan baku serta kenaikan harga lainnya. Hal ini menyebabkan tingkat keuntungan pelaku usaha, terutama dari kalangan Koperasi dan UMKM, semakin berkurang walaupun usaha untuk melakukan efisiensi biaya produksi telah dilakukan. Sementara itu, jika harga jual produk KUMKM dinaikkan dengan kondisi daya beli masyarakat yang makin lemah akan membuat kehidupan masyarakat menjadi sulit.

Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah dengan mengetahui secara dini permasalahan/dampak terhadap Koperasi dan UMKM yang diakibatkan oleh adanya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, seperti kenaikan harga BBM. Untuk itu perlu disusun suatu instrumen atau alat yang dapat memberikan informasi dengan cepat terhadap setiap kebijakan pemerintah baik sebelum dikeluarkan maupun


(15)

informasi data dasar Koperasi dan UMKM yang berbasis teknologi informasi. Sistem informasi data dasar Koperasi dan UKM yang terkomputerisasi dan terintegrasi ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam melakukan perhitungan, proyeksi, pemeriksaan, dan peringatan mengenai kondisi terkini permasalahan yang dihadapi oleh Koperasi dan UKM. Selain itu, sistem ini juga mampu menampilkan data mengenai kemampuan produksi, kemampuan bertahan, kemampuan ekspansi, maupun dalam hal peranan dalam perekonomian, penyerapan tenaga kerja, inflasi, distribusi, maupun fiscal. Sistem Informasi ini juga memberikan efektivitas, efesiensi dan ketelitian bagi pihak pemerintah untuk melihat dampak beberapa kebijakan ekonomi terhadap koperasi dan UMKM serta untuk menyusun kebijakan yang strategis dan tepat sasaran di masa mendatang.

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan Pokok dari kegiatan ini adalah menyusun instrumen data dasar Koperasi dan UKM terpilih yang dapat diolah untuk bahan analisis Koperasi dan UKM. Selain itu tujuannya adalah untuk membangun sistem sistem informasi Koperasi dan UKM terpilih untuk melakukan evaluasi dan perumusan kebijakan yang berbasis model analisis simultan dan analisis indikator. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:


(16)

Menengah;

b. Menyediakan informasi bagi pengambil kebijakan.

1.3 RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Berdasarkan latar belakang, tujuan dan manfaat di atas, lingkup kegiatan ini difokuskan pada penyusunan instrumen dan pembangunan sistem informasi data dasar koperasi dan UKM terpilih dengan hasil akhir berupa aplikasi sistem informasi data dasar koperasi dan UKM. Aplikasi ini kemudian diujicobakan pada koperasi-koperasi dan UKM terpilih. Yang dimaksud dengan koperasi dan UKM terpilih pada kegiatan ini adalah koperasi-koperasi dan UKM sampel yang digunakan untuk uji coba aplikasi sistem informasi data dasar koperasi dan UKM dengan karakteristik sebagai berikut, yaitu: koperasi dan UKM sampel cukup banyak (bisa mewakili populasinya), koperasi dan UKM mempunyai jejak rekam dianggap ”baik dan sehat” berdasarkan kriteria penilaian koperasi dan UKM yang telah ada, dan juga mudah dalam pengambilan datanya di lapangan.

Software aplikasi ini dibangun menggunakan software dan

database open source. Artinya aplikasi ini menggunakan perangkat


(17)

Linux (Open Source).

Untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang telah disebutkan di atas, maka lingkup kegiatan ini mencakup beberapa hal diantaranya:

A. 1. Mendesain Sistem

1) Menginventarisasi, identifikasi, klasifikasi, membahas dan mengolah variabel yang dijadikan kriteria untuk penyusunan instrumen data dasar Koperasi dan UKM.

2) Mendisain variabel input dan output data dasar Koperasi dan UKM berdasarkan kuesioner yang ada;

3) Mendesain input dan mendesain output program; 4) Membuat input dan output antarmuka sistem; 5) Mendesain model aplikasi;

6) Dalam mendesain sistem dilakukan diskusi dengan

user/pengguna dan tenaga ahli dari BPS.

A. 2. Membangun Sistem

1) Desain tabel & antarmuka sistem

2) Membangun Software Sistem Informasi Data Dasar Koperasi a. Pengkodean program input dan output

b. Pengkodean program database aplikasi c. Pengkodean program sistem keamanan data 3) Pencetakan kuesioner


(18)

5) Penyediaan paket database

6) Unit testing & system integration testing

7) User acceptance test

8) Penyediaan infrastruktur dan komunikasi data untuk uji coba. 9) Sewa hosting ISP/ASP

10) Pelatihan terbatas penggunaan sistem 11) Pembuatan user manual

12) Uji coba software aplikasi ke empat daerah

B. RUANG LINGKUP WILAYAH

Kegiatan Penyusunan Instrumen dan Pembangunan Sistem

Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih ini dilaksanakan di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah percontohan yang akan diujicobakan adalah di 4 (empat) provinsi, yaitu Provinsi Riau, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Tengah.

1.4 OUTPUT

Sebagaimana tertulis dalam ruang lingkup pekerjaan yang disusun di atas, maka output yang akan diperoleh dalam kegitan ini adalah:


(19)

Copy dalam bentuk CD.

c. Buku Petunjuk Pengoperasional Software Aplikasi Data Dasar Koperasi dan UKM sebanyak 100 buku dan dalam bentuk CD sebanyak 50 copy

d. Listing Program Aplikasi Data Dasar Koperasi dan UKM sebanyak 5 copy buku dan dalam bentuk CD.

e. Laporan sebanyak 8 copy buku dan dalam bentuk CD.


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA KONSEPTUAL

2.1. KOPERASI DAN UMKM

A. DEFINISI

1. Definisi Koperasi

Menurut pasal 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi didefinisikan sebagai berikut.

Koperasi merupakan suatu badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dari definisi koperasi di atas, dapat dilihat bahwa koperasi merupakan suatu badan usaha otonom yang anggotanya terdiri dari kumpulan orang atau badan hukum koperasi yang dalam menjalankan usahanya harus berlandaskan pada prinsip-prinsip koperasi.

2. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pengertian tentang usaha kecil dan menengah tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan. Berdasarkan pasal 1


(21)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), definisi dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah adalah sebagai berikut.

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Jika dilihat dari besarnya kekayaan bersih dan omzetnya, maka kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah

No. Uraian Kriteria

Aset Omzet

1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2. Usaha Kecil 50 Juta - 500 Juta 300 Juta - 2,5 Miliar

3. Usaha Menengah 500 Juta - 10 Miliar 2,5 Miliar - 50 Miliar

sumber: www.depkop.go.id

Berdasarkan tabel 2.1, dapat dilihat bahwa suatu unit usaha dikatagorikan sebagai Usaha Mikro, jika unit usaha tersebut memiliki


(22)

aset maksimun sebanyak Rp 50 juta dan omzetnya maksimum sebanyak Rp 300 juta, sedangkan unit usaha dikatagorikan sebagai usaha kecil apabila aset dan omzetnya masing-masing sebesar 50 Juta - 500 Juta dan 300 Juta - 2,5 Miliar, sedangkan suatu unit usaha dikatagorikan sebagai usaha menengah jika memiliki aset sebesar Rp 500 Juta - 10 Miliar dan omzet sebesar Rp 2,5 Miliar - 50 Miliar.

B. KINERJA KOPERASI DAN UMKM

1. Kinerja Koperasi

Pembangunan Koperasi di Indonesia menunjukkan kemajuan yang pesat pada periode tahun 2004 - 2008, jika diukur dengan jumlah koperasi, jumlah anggota, aktiva dan volume usahanya. Berdasarkan data dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM, selama periode tersebut, pertumbuhan jumlah koperasi meningkat dari 130.730 unit pada tahun 2004 menjadi 154.964 unit pada tahun 2008 atau meningkat 24.234 unit atau 18.54 %. Selama periode tersebut, jumlah koperasi yang telah melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT) mengalami peningkatan dari 46.310 unit pada tahun 2004 menjadi 47.150 unit pada tahun 2008, seiring dengan pertumbuhan jumlah koperasi.

Dilihat dari jumlah anggotanya, jumlah anggota koperasi aktif pada tahun 2004 adalah sebanyak 27,523 juta orang. Jumlah ini


(23)

mengalami penurunan menjadi 27,318 juta orang pada tahun 2008 atau sekitar -0,74%. Dari jumlah tersebut, Koperasi mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 357.005 orang terdiri dari 30.562 manajer dan 326.443 karyawan pada tahun 2008. Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2004 (tabel 2.2). Jika dilihat dari penyerapan tenaga kerja menurut kelompok usaha mikro, kecil, menengah dan besar, maka kontribusi penyerapan tenaga kerja nasional masih tergolong kecil, yaitu 0,35 % pada tahun 2004, 0,36 % pada tahun 2005, 0,39 % pada tahun 2006, 0,41 % pada tahun 2007, dan 0,38 % pada tahun 2008.

Tabel 2.2

Perkembangan Data Koperasi Tahun 2004 dan 2008

Variabel Tahun 2004 Tahun 2008 Pertumbuhan

Jumlah Koperasi (unit) 130.730 154.964 + 18,54%

Jumlah Koperasi Yang Telah RAT

46.310 47.150 1,81%

Jumlah Anggota (orang) 27.523.053 27.318.619 -0,74 %

Jumlah Manajer (orang) 28.841 30.562 5,97%

Jumlah Karyawan (orang) 259.748 326.443 25,68%

Modal Sendiri (Rp juta) 11.989.451,5 22.560.380,03 + 88,17%

Modal Luar (Rp juta) 16.897.052,35 27.271.935,23 + 61,4%

Volume usaha (Rp juta) 37.649.091,04 68.446.249,39 + 81,8%

Sisa Hasil Usaha (Rp juta) 2.164.234,54 5.037.583,01 + 132,77%

Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)

Modal sendiri koperasi mengalami peningkatan cukup signifikan selama periode tahun 2004 - 2008. Pada tahun 2004 modal sendiri koperasi


(24)

adalah sebesar Rp 11,9 milyar. Jumlah ini meningkat pada tahun 2008 menjadi Rp 22,56 milyar atau 88,17%. Modal luar juga mengalami peningkatan yang pesat dari Rp 16,89 milyar pada tahun 2004 menjadi

Rp 27,27 milyar pada tahun 2008 atau nail sebesar 5,72!%. Volume

usaha koperasi pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 37,64 milyar. Jumlah ini meningkat menjadi Rp 68,44 milyar pada tahun 2008 atau

mengalami peningkatan sebesar 81,8! %. Hasil usaha koperasi

mengalami kenaikan sebesar 132,77 % selama periode 2004 – 2008. Dalam perkembangan usahanya, telah terjadi pergeseran paradigma pemasaran dari koperasi produsen ke arah koperasi konsumen dan koperasi jasa terutama simpan-pinjam. Kondisi ini didukung oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa koperasi konsumen ternyata lebih efisien daripada koperasi produsen. Hal ini ditunjukkan oleh kontribusi KUD yang semakin menurun, dan meningkatnya pangsa koperasi konsumen dan koperasi simpan-pinjam dari total volume usaha koperasi.

2. Kinerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: 1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, 2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, 3) pemain penting dalam


(25)

pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, 4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta 5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.

Perkembangan peran usaha mikro, kecil dan menengah yang besar ditunjukkan oleh sejumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Dilihat dari unit usahanya, jumlah unit usaha UMKM dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3.

Perbandingan Unit Usaha UMKM Pada Tahun 2007 dan 2008

!"# Skala Usaha 2007 2008 Pertumbuhan

1 Usaha Mikro 49.828.586 50.597.659 2,86 %

2 Usaha Kecil 498.565 520.221 4,34 %

3 Usaha Menengah 38.282 39.657 3,59 %

4 Usaha Mikro, Kecil,

Menengah

49.824.123 51.257.537 2,88%

5 Usaha Besar 4.463 4.372 (2,04)%

Jumlah PDB

Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)

Dilihat dari penyerapan tenaga kerja, jumlah pekerja yang terserap pada sektor UMKM pada tahun 2008 tercatat sebanyak 90.896.270 pekerja atau meningkat 2,15 juta pekerja dibandingkan dengan tahun 2007


(26)

yang berjumlah 88.739.744 pekerja, atau terjadi peningkatan sebesar 2,3%.

Tabel 2.4.

Perbandingan Jumlah Pekerja Pada Tahun 2007 dan 2008

!"# Skala Usaha 2007 2008 Pertumbuhan

1 Usaha Mikro 81.732.430 83.647.711 2,34 %

2 Usaha Kecil 3.864.995 3.992.371 3,30 %

3 Usaha Menengah 3.142.319 3.256.188 3,62 %

4 Usaha Mikro, Kecil,

Menengah

88.739.744 90.896.270 2,43%

5 Usaha Besar 2.788.518 2.776.214 (0,44)%

Jumlah PDB

Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)

Tabel 2.5.

Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok Usaha Pada Tahun 2007 dan 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar

Rupiah)

No Skala Usaha 2007 2008 Pertumbuhan

1 Usaha Mikro 620.251,1 654.762,7 5,56 %

2 Usaha Kecil 203.847,3 217.219,9 6,56 %

3 Usaha Menengah 275.202,7 293.274,9 6,57 %

4 Usaha Mikro,

Kecil, Menengah

1.099.301,1 1.165.257,5 6,00%

5 Usaha Besar 783.012,4 832.468,3 6,32%

Jumlah PDB

Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)

Ditinjau dari kontribusi UKM terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), tercatat pada tahun 2008 besaran PDB yang diciptakan UKM


(27)

mencapai nilai sebesar Rp.1.165.257,5 milyar atau 58,3 % dari total PDB

nasional, sedangkan pada tahun 2007 kontribusi UKM baru mencapai 58,4% dari total PDB nasional.

Gambar 2.1

Model Karakteristik Organisasi Bisnis UMKM

Bahan Baku Peralatan

Produk Jadi/ Jasa

Transformasi Pemasaran

Suplier Peralatan Lingkungan

Teknologi

Lingkungan Ekonomi

Teknologi

Pasar: Saingan / Konsumen / Corak Permintaan

Tenaga Kerja

Energi Dana /

Modal

Suplier Bahan

Baku Pemerintah

Lingkungan Keuangan Pasar

Tenaga Kerja Suplier

Energi

Kegiatan Dasar Perusahaan Organisasi Perusahaan

Masyarakat

Lingkungan

2.2. KONSEP ANALISIS KINERJA KOPERASI DAN UKM

A. Data Dasar Koperasi dan UMKM

Data dasar Koperasi dan UMKM adalah data yang berkaitan


(28)

koperasi dan UKM. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menggali data dasar Koperasi dan UKM dapat digunakan model karakteristik bisnis seperti gambar 2.1. Dari gambar 2.1 tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat suatu proses dasar yang terjadi secara berulang-ulang pada suatu unit usaha atau koperasi, dimulai dari masuknya bahan baku ke dalam unit usaha, transformasi bahan baku tersebut menjadi produk jadi, dan akhirnya pemasaran produk jadi kepada konsumen.

Bahan baku yang digunakan diperoleh dari pemasok bahan baku yang merupakan salah satu elemen lingkungan. Proses transformasi memerlukan teknologi dan peralatan, energi, dan tenaga kerja. Peralatan dan energi masing-masing diperoleh dari pemasoknya. Teknologi yang digunakan akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan teknologi. Tenaga kerja didapat dari pasar tenaga kerja yang juga merupakan bagian dari masyarakat.

Transformasi yang dilakukan dan pemasaran produk jadi akan sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar dimana terdapat pesaing maupun konsumen yang keseluruhannya menjadi lingkungan ekonomi. Keseluruhan proses ini memerlukan modal yang cara mendapatkannya ter-gantung pada kondisi lingkungan keuangan. Selain itu, perusahaan juga beroperasi dalam kawasan suatu negara, sehingga pemerintah juga merupakan salah satu dari elemen-elemen lingkungan.


(29)

Berdasarkan gambar 2.1 paling tidak faktor-faktor yang mempengaruhi kemampukembangan Koperasi dan UKM dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Faktor Bahan Baku

Faktor bahan baku terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :

1. Ketersediaan bahan baku, yaitu kemampuan perusahaan untuk mendapatkan bahan baku yang diperlukan sesuai dengan jumlah, harga, dan kualitas.

2. Biaya pengadaan bahan baku, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam aktivitas pengadaan bahan baku (biaya pemesanan, transportasi, penanganan, dan lain-lain).

3. Waktu pengadaan bahan baku, yaitu waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam aktivitas pengadaan bahan baku (waktu pemesanan, waktu transportasi, dan lain-lain).

4. Jaringan pemasok, yaitu kemudahan untuk mengakses dan menggunakan jaringan pemasok bahan baku secara efisien. 5. Dukungan eksternal di bidang pengadaan bahan baku, yaitu

dukungan pemerintah dan institusi lainnya di bidang pengadaan bahan baku yang meliputi : kebijakan, informasi, dan infrastruktur yang diperlukan.

6. Manajemen pengadaan bahan baku, yaitu kemampuan


(30)

Faktor Proses Produksi

Faktor proses produksi terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu: 1. Fleksibilitas volume, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan

kapasitas dengan cepat seperti mempercepat atau mengurangi perubahan respon dari permintaan.

2. Fleksibilitas proses, yaitu kemampuan untuk memproduksi produk dengan biaya yang rendah, juga perubahan produk yang bervariasi dapat dilakukan dengan mudah.

3. Tingkat teknologi, yaitu derajat kemajuan teknologi yang digunakan dalam pembuatan produk.

4. Dukungan eksternal di bidang teknologi produksi, yaitu dukungan

dari pemerintah dan institusi lainnya sebagai upaya

meningkatkan kemampuan teknologi dan produksi industri, meliputi kebijakan dan infrastruktur teknologi dan operasi.

5. Manajemen teknologi dan produksi, yaitu kemampuan

perusahaan dalam mengelola aktivitas teknologi dan produksi.

Faktor Produk

Faktor produk terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :

1. Tingkat inovasi produk, yaitu intensitas pengembangan produk yang dihasilkan perusahaan meliputi mutu, ciri, keragaman, kandungan bahan, kemudahan proses produksi, dan lain-lain..


(31)

2. Fleksibilitas produk, yaitu kemampuan untuk menangani kesulitan, permintaan yang tidak standar dan memproduksi produk dengan beragam bentuk, pilihan, ukuran/warna.

3. Kualitas produk, yaitu kemampuan menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi permintaan.

4. Harga jual produk, yaitu kebijakan dalam penetapan harga jual produk serta cara pembayaran yang dilakukan konsumen kepada pengrajin.

Faktor Pemasaran

Faktor pemasaran terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :

1. Kondisi permintaan, yaitu besarnya volume penjualan, pola permintaan, dan posisi tawar konsumen dengan pengrajin.

2. Jaringan informasi ke pasar, yaitu sumber informasi dan akses yang memungkinkan untuk melihat dan meraih peluang pasar yang ada dan melakukan transaksi perdagangan.

3. Saluran distribusi, yaitu kemampuan mengakses dan

menggunakan saluran distribusi yang efisien (prasarana yang diperlukan untuk mendukung proses transfer) serta hubungan (kekuatan tawar) dengan saluran distribusi yang ada.

4. Aktivitas promosi, meliputi usaha-usaha untuk mengenalkan dan mempromosikan produk ke pasar.


(32)

5. Dukungan eksternal di bidang pemasaran, yaitu dukungan pemerintah dan institusi lainnya di bidang pemasaran yang meliputi : kebijakan, informasi, dan infrastruktur yang diperlukan. 6. Manajemen pemasaran, yaitu kemampuan perusahaan dalam

mengelola aktivitas pemasaran.

Faktor Sumber Daya Manusia

Faktor sumber daya manusia terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :

1. Ketersediaan tenaga kerja dengan jumlah dan kualifikasi tertentu pada waktu yang dibutuhkan.

2. Sumber tenaga kerja, yaitu lokasi tempat tenaga kerja berasal. 3. Kompetensi tenaga kerja, yaitu pendidikan, keahlian, pengalaman

dan sikap kerja dari tenaga kerja yang dimiliki.

4. Aktivitas pengembangan SDM, yaitu kemampuan perusahaan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM yang dimilikinya melalui proses pembelajaran dan latihan di lingkungan perusahaan.

5. Dukungan eksternal di bidang SDM, yaitu dukungan dari pemerintah dan institusi lainnya di luar perusahaan untuk meningkatkan kualitas (pengetahuan dan keterampilan) SDM yang dimiliki perusahaan berupa kebijakan dan infrastruktur (fisik dan kelembagaan) yang diperlukan.


(33)

6. Manajemen SDM, yaitu kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki.

Faktor Finansial

Faktor finansial terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :

1. Ketersediaan modal untuk menjalankan usaha secara

berkesinambungan.

2. Dukungan eksternal di bidang finansial, yaitu dukungan pemerintah dan institusi lainnya di bidang finansial seperti fasilitas kredit, menghimpun dana bantuan, regulasi di bidang finansial. 3. Tingkat kemudahan dalam memperoleh modal, yaitu seberapa

besar usaha yang harus dikeluarkan pengrajin untuk memperoleh pinjaman modal dari pihak lain.

4. Manajemen finansial, yaitu kemampuan perusahaan dalam pengelolaan finansial.

Faktor Karakteristik Pengusaha

Faktor karakteristik pengusaha terdiri dari beberapa sub faktor, yaitu:

1. Background pengrajin, yaitu pendidikan, keahlian dan

pengalaman mendirikan usaha.

2. Pekerjaan lain yang dimiliki selain menjalankan usahanya.

3. Aktivitas peningkatan kemampuan, yaitu upaya yang dilakukan pengrajin untuk meningkatkan kemampuannya.


(34)

4. Sikap dan perilaku kewiraswastaan pengrajin, meliputi : tanggung jawab pribadi terhadap tujuan, pengambilan resiko yang moderat, kemampuan melihat kesempatan, sifat energik, persepsi tentang kondisi lingkungan usaha, berorientasi ke masa depan, inovatif/inisiatif, dan pengetahuan tentang keputusan.

Dari uraian faktor-faktor di atas, selanjutnya disusun data dasar Koperasi dan UKM yang berkaitan dengan:

1. Profil Pelaku Koperasi dan UKM. 2. Jumlah Unit dan Tenaga Kerja KUKM.

3. Produktivitas dan Nilai Tambah yang dihasilkan KUKM. 4. Kinerja Koperasi dan UKM.

5. Struktur Permodalan Koperasi dan UKM. 6. Struktur Penggunaan Energi.

7. Kesulitan dan Hambatan Usaha.

8. Pengaruh Perekonomian, Regulasi terhadap usahan KUKM. Secara rinci data dasar tersebut kemudian diuraikan ke dalam variabel-variabel output yang terkait, diantaranya adalah:

1) Profil Pengusaha/Ketua.

a. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut jenis kelamin.


(35)

b. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut pendidikan.

c. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut kelompok umur.

2) Kontribusi usaha dalam rumah tangga.

a. Dependency ratio menurut jenis kelamin pengusaha.

b. Sumbangan profit usaha terhadap income rumahtangga menurut jenis kelamin pengusaha.

c. Profit usaha per ART per hari menurut jenis kelamin pengusaha.

3) Produktivitas usaha.

a. Komposisi tenaga kerja menurut menurut jenis kelamin b. Rata-rata balas jasa tenaga kerja.

c. Komposisi tenaga kerja menurut jenis kelamin d. Komposisi tenaga kerja menurut pendidikan.

e. Rata-rata omset usaha per hari dan rata-rata persentase keuntungan kotor per hari.

f. Rata-rata omset per hari per tenaga kerja.

g. Alokasi pemanfaatan keuntungan kotor usaha per bulan menurut alokasi pemanfaatannya.

h. Distribusi pemasaran utama hasil produksi usaha menurut distribusi hasil produksi.


(36)

4) Debt Capacity.

a. Struktur permodalan.

b. Tingkat suku bunga pinjaman yang diberikan oleh Koperasi. c. Tingkat suku bunga pinjaman yang dibayarkan oleh UKM. d. Persentase Koperasi dan UKM menurut akses perbankan.

e. Persentase Koperasi dan UKM yang tidak meminjam modal dari perbankan menurut alasannya tidak meminjam dari Bank.

5) Pendapatan/Produksi dan Pengeluaran/Biaya Produksi Usaha.

a. Struktur pendapatan/produksi usaha.

b. Struktur pengeluaran/biaya usaha (termasuk bahan baku).

c. Struktur nilai tambah bruto (NTB) usaha.

6) Struktur Penggunaan Energi.

a. Struktur pengeluaran usaha untuk energi (minyak tanah, premium, solar, LPG, gas kota, dan listrik).

b. Persentase komponen energi (minyak tanah, premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha terhadap total pengeluaran.

c. Rata-rata pengeluaran komponen energi (minyak tanah, premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha


(37)

Rata-rata penggunaan komponen energi (minyak tanah, premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha

per bulan (kuantum-liter,kg dan kwh).

7) Kesulitan dan Hambatan Usaha Yang Dihadapi.

a. Persentase usaha yang mengalami kesulitan usaha menurut jenis kesulitan usaha yang utama dihadapi.

b. Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama pemasaran menurut alasan utamanya.

c. Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama bahan baku menurut alasan utamanya.

Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama memperoleh energi menurut alasan utamanya.

8) Pengaruh inflasi/nilai tukar terhadap biaya produksi usaha

a. Pengaruh inflasi umum terhadap biaya bahan baku/biaya produksi dan pendapatan usaha

b. Pengaruh inflasi bahan bakar minyak terhadap biaya produksi dan pendapatan usaha

c. Pengaruh inflasi listrik terhadap biaya produksi usaha

d. Pengaruh perubahan nilai tukar terhadap biaya produksi dan pendapatan usaha

Pengaruh perubahan tingkat suku bunga terhadap biaya produksi dan pendapatan usaha.


(38)

9) Pengaruh kenaikan permintaan faktor musiman (hari raya, tahun baru dan liburan sekolah) terhadap produksi/pendapatan usaha.

10) Pengaruh kebijakan fiskal (perubahan pajak ekspor/impor dan pajak

badan) terhadap produksi/pendapatan usaha.

2.3. METODE STATISTIK UNTUK PENGOLAHAN DATA

DASAR KOPERASI

A. ANALISIS DESKRIPTIF

Analisis deskriptif berhubungan dengan statistik deskriptif, pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden (jika ada). Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain perhitungan rata-rata dan dispersi distribusi

frekuensi, angka indeks, dan analisis time series merupakan pokok


(39)

B. ANALISIS REGRESI

Analisis regresi merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel dan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain.

Analisis regresi berbeda dengan analisis korelasi. Pada analisis korelasi yang dilihat hanya besar-kecilnya hubungan dan arahnya, tanpa melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan dalam analisis regresi selain melihat keeratan hubungan antara dua variabel, juga melihat bagaimana suatu (sejumlah) variabel mempengaruhi variabel yang lain. Oleh karena itu, dalam analisis regresi ada variabel yang menjadi sebab dan ada variabel yang menjadi akibat.

Selain itu, analisis regresi juga dapat dipergunakan untuk menduga nilai suatu variabel kalau variabel yang lain diketahui. Model regresi dinyatakan dengan persamaan matematika yang bersifat baku

ditambah dengan suatu unsur kekeliruan (galat/error),sehingga menjadi

model statistik. Model umum persamaan regresi adalah

Yi = β0 + β1 Xi1 + … + βk Xik + εi

dimana

Yi : variabel respon pengamatan ke-i

βj : koefisien regresi variabel bebas ke-j


(40)

εi : galat/ error pengamatan ke-i

Persaman di atas dapat disusun dalam bentuk matriks berikut.

!!!!!!!!

Y

=

X

!

β ε

+

!

ε

=

Y

X

!

β

Pendugaan parameter regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dilakukan dengan meminimumkan jumlah kuadrat sisaan. Sisaan sendiri adalah selisih antara nilai pengamatan (observasi) dengan nilai dugaan. Berikut adalah contoh penurunan pendugaan parameter regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Misalkan ada n obyek yang diamati, dan dicatat variabel-variabel yang diminati, yaitu variabel-variabel Y (variabel-variabel tak bebas) dan variabel-variabel

X1, X2, ..., Xk (variabel bebas). Dari hasil pengamatan ini dapat kita

susun persamaan-persamaan sebagai berikut

Y1 = β0 + β1 X11 + … + βk X1k + ε1

Y2 = β0 + β1 X21 + … + βk X2k + ε2

...

Yn = β0 + β1 Xn1 + … + βk Xnk + εn

Jumlah kuadrat sisaan (JKS) didapat dari

!

1 11 12 1 0 1

2 21 22 2 1 2

1 2

1

1

1

k k

n n n nk k n

Y

X

X

X

Y

X

X

X

Y

X

X

X

β

ε

β

ε

β

ε

"

# "

# "

# "

#

$

% $

% $

% $

%

$

% $

=

% $

% $

+

%

$

% $

% $

% $

%

$

% $

% $

% $

%

$

% $

% $

% $

%

&

' &

' &

' &

'

"

"

#

#

#

#

"

#

#

#

"


(41)

JKS akan minimum jika :

Sehingga didapat

Dengan mengalikan kedua ruas dengan maka didapatkan penduga bagi koefisien regresi , yaitu:

Penduga di atas merupakan penduga yang terbaik dan tak bias selama asumsi-asumsi metode ini terpenuhi. Asumsi-asumsi pendugaan parameter regresi dengan metode kuadrat terkecil adalah :

• Sisaan menyebar normal dengan nilai tengah nol dan ragam

homogen, dapat dinyatakan dengan

• Tidak ada autokorrelasi antara sisaan atau

• Tidak ada masalah multikolinier antara variabel bebas

1. Pengujian Asumsi MKT

Pengujian terhadap asumsi kenormalan sisaan dapat dilakukan

dengan beberapa uji, diantaranya adalah uji kesesuaian Chi-kuadrat, uji

( ' )

2

'

2

'

0

d

X X

X Y

d

ε ε

β

β

=

!

!

=

'

'

X X

β

=

X Y

! !

(

)

1

'

X X

! !

β

$

(

)

1

b X X' X Y'

β

= = −

! !

2 2

~ (0,

) var ( )

i

N

i

i

ε

σ

ε

=

σ


(42)

Kolmogorov-Smirnov, uji Lilyforce, dan uji Saphiro-Wilks. Uji Saphiro-Wilks merupakan uji yang paling sederhana dan cukup memadai untuk data-data dengan jumlah pengamatan besar. Uji ini didasarkan atas besarnya korelasi antara skor normal data dengan data yang bersangkutan.

Pengujian terhadap asumsi kehomogenan ragam biasanya dilakukan dengan melihat pola sisaan dengan nilai dugaan (Y topi). Jika terdapat pola-pola seperti pola corong ke kanan, corong ke kiri, atau menggelembung, yang merupakan indikasi adanya keheterogenan ragam, maka uji kehomogenan ragam perlu dilakukan. Akan tetapi jika sisaan berpola acak dengan penyebaran yang sama, maka pengujian ini tidak perlu dilakukan, karena pola tersebut menunjukkan bahwa ragam sudah homogen.

Autokorelasi sisaan merupakan korelasi antara sisaan ke-t

dengan sisaan ke-(t-j). Pengujian terhadap asumsi autokorelasi sisaan

biasanya dilakukan apabila data pengamatan berkaitan dengan waktu (deret waktu). Hal ini disebabkan karena susunan data deret waktu harus berurutan sesuai dengan waktu. Sementara untuk data bukan deret waktu susunan data bisa diubah urutannya, sehingga akan sangat banyak sekali variasi nilai autokorelasi.

Asumsi tidak ada masalah multikolinier berlaku kalau regresi


(43)

berkaitan dengan adanya hubungan linier antara satu variabel bebas dengan satu atau lebih variabel bebas yang lain. Pengecekan ada tidaknya multikolinier dapat dilakukan dengan meregresikan variabel bebas dengan variabel bebas yang lain. Kemudian dibandingkan nilai

koefisien determinasi (R2m) dari model dengan nilai koefisien

determinasi (R2v) dari variabel bebas. Jika R2m < R2v maka terdapat

multikolinier antara variabel bebas.

2. Pengujian Koefisien Regresi

Pengujian keberartian koefisien regresi dapat dilakukan bersama-sama atau sendiri-sendiri. Pengujian keberartian koefisien secara bersama-sama dilakukan atas dasar hipotesis :

Ho : β1 = β2 = ... = βk = 0

Ho : Semua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas

Dan

H1: Minimal ada satu βi tidak sama dengan nol, atau

H1: Minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tak bebas

Statistik uji untuk hipotesis di atas adalah

1)

-Sisaan)/(n

Kuadrat

(Jumlah

1)

-k

-n

Regresi)/(

Kuadrat

(Jumlah

F

hitung

=


(44)

Atau

1)

-SSE/(n

1)

-k

-SSR/(n

F

hitung

=

• Jika hipotesis nol benar maka Fhitung ~ F(n-k-1, n-1). Hipotesis nol

akan ditolak pada taraf uji α jika Fhitung≥ F (α, n-k-1, n-1), yang berarti

minimal ada satu variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak bebas.

• Sebaliknya jika Fhitung < F(α, n-k-1, n-1), maka hipotesis nol kita terima,

yang berarti semua variabel bebas dalam model tersebut tidak mempengaruhi variabel tak bebas

• Jika hipotesis nol ditolak, maka minimal ada satu variabel bebas

yang berpengaruh, akan tetapi kita tidak tahu variabel-variabel mana saja yang signifikan pengaruhnya. Untuk itu perlu dilakukan uji untuk masing-masing koefiesien variabel bebas.

Uji ini didasarkan pada hipotesis:

Ho: βi= 0, atau

Ho: Variabel bebas ke-i tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas

dan


(45)

H1: Variabel bebas ke-i tersebut berpengaruh terhadap variabel tak

bebas

Statistik uji untuk hipotesis di atas adalah:

Jika hipotesis nol benar maka thitung ~ t(n-l). Hipotesis nol akan ditolak

pada taraf uji α jika thitung ≥ t[α/2 (n-l)]. Yang berarti variabel bebas

tersebut mempengaruhi variabel tak bebas. Sebaliknya jika thitung <

t[α/2 (n-l)], maka hipotesis nol kita terima, yang berarti variabel bebas

tersebut tidak mempengaruhi variabel tak bebas.

3. Determinasi

Koefisien determinasi disimbolkan dengan R2 merupakan suatu

ukuran untuk melihat baik tidaknya model. Koefisien ini menunjukkan prosentase keragaman variabel bebas yang dapat diterangkan oleh model. Nilai koefisien ini berkisar antara nol sampai seratus persen.

Semakin besar nilai R2 menunjukkan bahwa model semakin baik.

Koefisien determinssi ini dapat dicari dari rumus:

Total)

Kuadrat

(Jumlah

Regresi)

Kuadrat

(Jumlah

R

2

=

Nilai R2 ini dapat dipergunakan untuk membandingkan mana

yang lebih baik dari beberpa model regresi dengan jumlah variabel i

hitung

bi

b

t

S


(46)

bebas sama, dengan melihat model mana yang memiliki R2 yang paling besar.

Jika kita ingin membandingkan beberapa model regresi dengan

jumlah variabel bebas yang tidak sama, maka R2 ini tidak dapat

dipergunakan sebab untuk setiap penambahan variabel bebas ke dalam

suatu model, maka nilai R2 model yang kedua secara otomatis lebih

besar dari nilai R2 model yang pertama. Oleh karena itu diperlukan

suatu ukuran yang lain yang dapat dipergunakan untuk membandingkan model regresi dengan jumlah variabel bebas yang berbeda. Ukuran yang dapat dipergunakan untuk maksud tersebut adalah koefisien

determinasi terkoreksi (R2adj). R2adj ini merupakan nilai R2 yang telah

dikoreksi dengan jumlah variabel bebas. Koefisien determinasi terkoreksi dapat dicari dari rumus:

1)

-SST/(n

1)

-k

-SSE/(n

1

R

2adj

=

4. Besar Pengaruh Variabel Bebas

Setelah pengujian hipotesis, seringkali ada beberapa variabel bebas yang pengaruhnya tidak signifikan. Oleh karena itu perlu adanya pengeluaran variabel bebas dari model. Pengeluaran variabel bebas ini tidak bisa langsung mengeluarkan variabel yang tidak signifikan.


(47)

Pengeluaran ini dilakukan dengan melihat seberapa besar kontribusi (pengaruh) variabel bebas terhadap model dengan melihat jumlah kuadrat sekuensialnya.

Jumlah kuadrat total dapat diuraikan menjadi Jumlah kuadrat regresi ditambah Jumlah kuadrat sisaan. Sedangkan Jumlah kuadrat regresi dapat diuraikan menjadi Jumlah kuadrat sekuensial (JK Sekuensial) masing-masing variabel bebas. Sernakin besar JK Sekuensial suatu variabel menunjukkan semakin besar pula pengaruh variabel tersebut terhadap model. Oleh karena itu, pengeluaran suatu variabel dari model dilakukan dengan memilih variabel yang JK Sekuensialnya paling kecil.

Dari JK Sekuensial bisa juga dilihat seberapa besar suatu variabel berpengaruh terhadap variabel tak bebas (model). Prosentase pengaruh suatu variabel terhadap variabel tak bebas dalam model dapat dicari menggunakan rumus:

x100%

Regresi

JK

i

-ke

peubah

Sekuensial

JK

i

-ke

peubah

Pengaruh

=

Karena total JK Sekuensial sama dengan JK Regresi, maka total pengaruh dalam model sama dengan 100%. Oleh karena itu dari sini kita bisa membandingkan besar pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Jika ingin dilihat besar pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap keseluruhan keragaman, maka perhitungan


(48)

pengaruh ini dapat dilakukan dengan membagi JK Sekuensial suatu variabel dengan JK Total.

x100%

Total

JK

i

-ke

peubah

Sekuensial

JK

i

-ke

peubah

Pengaruh

=

C. KOEFISIEN DETERMINASI

Untuk mengukur kesesuaian garis regresi terhadap data sampel digunakan koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan persamaan berikut

Koefisien Determinasi = r2 atau R2 , dengan nilai R adalah

(

(

+

(

+

(

= 2 3 3 2 2 1 1 y(1,2,3) y y x a y x a y x a R

Sehingga R2 adalah proporsi total variasi y yang dapat diterangkan oleh

persamaan regresi (variasi x).

D. ANALISIS INPUT-OUTPUT

Analisis Input-Output dikembangkan pertama kali oleh Wassily W. Leontief pada tahun 1930an, analisis ini membagi sistem perekonomian ke dalam beberapa sektor. Dalam tabel input-output dapat diketahui indikasi hubungan antar sektor serta adanya aliran barang maupun jasa


(49)

antar sektor. Selain itu analisis input-output disebut juga sebagai alat analisa keseimbangan umum. Penekanan utama dalam analisa input-output adalah pada sisi produksi.

Tabel input-output menyediakan sebuah kerangka yang baik untuk mengukur dan menelusuri aliran interindustri dari input dan output diantara beberapa sektor dalam perekonomian. Baris pada tabel input-output menunjukkan pemberian dari sektor tertentu terhadap sektor lainnya sedangkan kolom menunjukkan pembelian yang dilakukan oleh sektor terhadap sektor lain. Kerangka umum Tabel Input-Output ditampilkan pada tabel 2.6.

Tabel 2.6

Kerangka Umum Tabel Input-Output

Dalam konteks input antara, terjadi arus atau perpindahan barang antar sektor, katakanlah dari sektor i ke sektor j. Tentu saja bisa terjadi pula perpindahan di dalam sektor itu sendiri, dari sektor i ke sektor i itu sendiri atau juga disebut perpindahan intrasektor. Dengan kata lain, kita katakan bahwa terjadi perpindahan dari sektor ke i ke sektor j dimana i =


(50)

j. Katakan bahwa nilai uang arus barang dari sektor i ke sektor j diberi

notasi Zij. Total output sektor i diberi notasi X, dan total permintaan akhir

sektor dengan demilkin adapat dituliskan bahwa:

dimana:

Xi : total output

Zij : nilai uang arus barang dari sektor i ke j Yi : permintaan akhir sektor i

Output dari sektor i tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi yang lain, dan juga dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir tersebut tidak lain adalah pelaku-pelaku ekonomi di dalam perekonomian yang secara agregat dapat diklasifikasikan ke dalam rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak negeri.

Berdasarkan asumsi Leontief bahwa input yang digunakan dalam suatu sektor merupakan fungsi tingkat output dalam sektor yang

bersangkutan, sehingga dapat ditentukan koefisien teknis (aij) seperti


(51)

Dengan mensubstitusikan persamaan (3) ke persamaan (1), maka diperoleh:

Persamaan (4) dapat dinyatakan dengan persamaan ganda seperti berikut:

Dengan memindahkan seluruh X ke sebelah kiri, maka diperoleh

persamaan-persamaan simultan berikut:


(52)

Sistem matriks ini dapat dituliskan dalam bentuk singkat, yaitu:

dimana I adalah matriks identitas (identity matrix) dan A adalah matriks

koefisien input, yang mengandung aij sebagai elemen-elemennya.

Dengan menyelesaikan X dalam hubungannya dengan Y, maka

menurut kaidah matriks akan diperoleh:

dimana (I A)−1 adalah matriks kebalikan dari (I A) atau sering dikenal

dengan sebutan matriks Leontief Invers.

2.4. APLIKASI

SISTEM

INFORMASI

DATA

DASAR

KOPERASI DAN UKM

A. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI

Sistem Informasi merupakan sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat


(53)

lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan pengambilan keputusan dan basis data. Dari definisi di atas terdapat beberapa kata kunci:

1. Berbasis Komputer dan Sistem Manusia-Mesin

• Berbasis komputer: perancang harus memahami pengetahuan

komputer dan pemrosesan informasi.

• Sistem manusia-mesin: adanya interaksi antara manusia sebagai

pengelola dan mesin sebagai alat untuk memroses informasi. Ada proses manual yang harus dilakukan manusia dan ada proses yang terotomasi oleh mesin. Untuk itu diperlukan suatu prosedur atau manual system untuk dapat menjalankannya.

2. Sistem basis data terintegrasi

• Adanya penggunaan basis data secara bersama-sama (sharing)

dalam sebuah sistem manajemen basis data.

3. Mendukung Operasi

• Informasi yang diolah dan dihasilkan digunakan untuk

mendukung operasi organisasi.

4. Pemanfaatan model manajemen dan pengambilan keputusan

• Untuk dapat mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat

digunakan model-model manajemen dan pengambilan


(54)

KOMPONEN FISIK SISTEM INFORMASI

1. Perangkat keras computer, seperti: CPU, Data storage, perangkat Input/Output, terminal untuk interaksi, dan media komunikasi data. 2. Perangkat lunak computer terdiri dari perangkat lunak sistem (sistem

operasi dan utilitasnya), perangkat lunak umum aplikasi (seperti bahasa pemrograman), perangkat lunak aplikasi (seperti aplikasi akuntansi, dan lain-lain).

3. Basis data merupakan penyimpanan data pada media penyimpan komputer.

4. Prosedur merupakan langkah-langkah penggunaan sistem. 5. Personil untuk pengelolaan operasi (SDM), meliputi:

Clerical personnel (untuk menangani transaksi dan pemrosesan

data dan melakukan inquiry = operator);

First level manager: untuk mengelola pemrosesan data didukung

dengan perencanaan, penjadwalan, identifikasi situasi

out-of-control dan pengambilan keputusan level menengah ke bawah.

Staff specialist: digunakan untuk analisis untuk perencanaan dan pelaporan.

Management: untuk pembuatan laporan berkala, permintaan khsus, analisis khusus, laporan khsusus, pendukung identifikasi masalah dan peluang, pendukung analisis pengambilan keputusan level atas.


(55)

KONSEP-KONSEP SISTEM INFORMASI

Untuk memahami sistem informasi diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep informasi, manusia sebagai pemroses informasi, konsep sistem, organisasi dan manajemen, konsep pengambilan keputusan, konsep nilai suatu informasi, yang secara singkat dijelaskan sebagai berikut.

Konsep Informasi:

Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat atau prospek keputusan. Jadi ada suatu proses

transformasi data menjadi suatu informasi yaitu: input-proses- output.

Data

Data merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan

informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi pengguna (manajemen) yang memerlukannya. Suatu informasi bagi level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level di atasnya, atau sebaliknya.

• Representasi informasi merupakan pelambangan informasi, seperti

misalnya representasi biner.

• Kuantitas informasi merupakan satuan ukuran informasi. Kuantitas

informasi tergantung representasinya. Untuk representasi biner


(56)

• Kualitas informasi merupakan derajat manfaat infromasi yang dapat digunakan. Kualitas informasi dapat bias terhadap error, karena kesalahan cara pengukuran dan pengumpulan, kegagalan mengikuti prosedur pemrosesan, kehilangan atau data tidak terproses,

kesalahan perekaman atau koreksi data, kesalahan file

histori/master, kesalahan prosedur pemrosesan ketidak berfungsian sistem.

• Umur informasi merupakan waktu kapan atau sampai kapan sebuah

informasi memiliki nilai/arti bagi penggunanya. Adanya kondisi informasi (mengacu pada titik waktu tertentu) dan informasi operasi (menyatakan suatu perubahan pada suatu range waktu).

B. PERANCANGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI

Perancangan Sistem Informasi didefinisikan sebagai berbagai macam penugasan yang memfokuskan diri pada spesifikasi dari solusi berbasis komputer yang rinci. Oleh karena itu, ketika Analisis Sistem menekankan pada problem bisnis, perancangan sistem memfokuskan pada aspek teknikal atau implementasi dari sistem.

Dalam perancangan dan pembangunan sistem informasi terdapat dua jenis metodologi dalam menggambarkan dan mendeskripsikan

seluruh sistem yang ada. Kedua metodologi tersebut adalah Metodologi


(57)

Pengembangan merupakan seperangkat proses-proses dan metode-metode standar yang digunakan dalam pengembangan sebuah sistem. Metode-metode ini umumnya dilakukan dalam urutan tertentu untuk dapat menghasilkan sebuah sistem yang baik. Metodologi Pemodelan merupakan notasi-notasi dan semantik yang digunakan untuk dapat menggambarkan sebuah sistem. Terdapat berbagai macam metodologi yang dapat digunakan dalam pengembangan sebuah sistem, salah

satunya adalah metode paradigma waterfall (Classic Life Cycle).

Penggunaan metode waterfall dalam pemecahan masalah ini

adalah karena fleksibilitasnya dalam setiap langkah proses. Jika dalam perkembangannya diperlukan tambahan atau berkaitan di dalam aplikasi, perancang dapat kembali ke langkah sebelumnya dan meneruskan perancang, tanpa perlu kembali lagi ke langkah awal.

Gambar 2.2 Metode Waterfall


(58)

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari tahapan-tahapan paradigma

pemodelan waterfall.

1. Tahap Perencanaan

Tahap pertama dari motode waterfall adalah perencanaan. Langkah

ini merupakan suatu rangkaian kegiatan dari sejak awal kegiatan proyek dilaksanakan, pendefinisian awal terhadap kebutuhan rinci atau target yang harus dicapai dari kegiatan, penyusunan proposal, penentuan metodologi dan sistem manajemen proyek yang digunakan, sampai dengan penunjukan tim dan instruksi untuk mengeksekusi (atau memulai) proyek sistem informasi yang bersangkutan.

2. Tahap Analisis

Tahap kedua disebut sebagai tahap analisis. Secara prinsip ada dua aspek yang menjadi fokus analisis, yaitu aspek bisnis/manajemen, dan aspek teknologi. Analisis aspek bisnis dimulai dengan mempelajari karakteristik proses bisnis dari instansi/organisasi yang bersangkutan, mulai dari aspek-aspek historis, struktur kepemilikan,

visi, misi, critical success factors (kunci keberhasilan usaha),

performance measurements (ukuran kinerja), strategi, program-program, dan hal terkait lainnya.


(59)

3. Tahap Desain/Perancangan

Pada tahap desain, tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis atau manajemen melakukan perancangan komponen-komponen sistem terkait. Tim teknologi informasi akan melakukan perancangan teknis dari teknologi informasi yang akan dibangun,

seperti sistem basis data, jaringan komputer, metoda antar muka,

teknik konversi data, metode migrasi sistem, dan sebagainya. Perancangan ini diawali dengan mengaplikasikan hasil analisis ke dalam suatu model perancangan. Model perancangan ini kemudian dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir data (Data Flow Diagram) dan diagram relasi entitas (Entity-Relationship Diagram).

4. Tahap Konstruksi (Coding)

Berdasarkan desain yang telah dibuat, konstruksi atau

pengembangan sistem yang sesungguhnya (secara fisik) dibangun. Tim teknis merupakan tulang punggung pelaksana dalam tahapan ini mengingat bahwa semua hal yang bersifat konseptual harus diwujudkan dalam suatu konstruksi teknologi informasi dalam skala rinci. Akhir dari tahap konstruksi biasanya berupa uji coba sistem. Perbaikan-perbaikan bersifat minor biasanya harus dilakukan setelah adanya masukan-masukan dari kegiatan evaluasi diadakan.


(1)

!")(/% (/ "&"&"#

!")(/ (/(+&+!"#)"#/*+#)+$"#"#

;5/ (*( .3.;.: 3(9$*./.* $*,$/ 0'* .,., 2'9.;. 2'2$.,$ 1.*9 +'%:$+$*9.* 3'*9.* 6'*9$06$;.* 3.,. 3( ;.6.*9.*" 8.2.;.: 0.2.;.: 1.*9

,(0+$;)3();.6.*9.*)2'6'%,()0.2.;.:)6.3.)6'*9(2(.*)3.>,.%)3.*)0'*9'*.()/'.3..*).,.$)/5*3(2()748).9.%)3( .,.,)6.3.) ;5/) .,.,.*)(*("

;5/ (*( .3.;.: 3(9$*./.* $*,$/ 0'*9',.:$( *.0. 6'0+'%( -. .+.* -.+.,.**1. ,.*99.; 6'*9'2.:.* 3.* ,.*3. ,.*9.* 6'0+'%( -. .+.*"

#'+.9.()+$/,()6'*9'2.:.* )748).9.%)0'0+$+$:()2,'06'; .6 *1.) -(/.).3. )6.3.)+;5/)(*(") .;)(*()+'%9$*.)2'/.;()-(/.).3.)/$*-$*9.*)$;.*9")


(2)

% (/ "&"&"#

.>,.%)(*()3((2()3'*9.*)2'+'*.%*1.)3.*)0'*$%$,)/'.3..*)1.*9)2'2$*99$:*1." (/',.:$()5;':)1.*9)+'%,.*99$*9)-. .+)3()456'%.2(

#/3/:/3/

) ""

/3/=/3/4/3/6

) ""

"" ) "" <

&3683/&36<36/836/ 3?/( ?013 5

(/(+&+!"#)"#/*+#)+$"#"#


(3)

*0190=;636

!!!?

'%/'+$*.*) '+$) .*) .*.0.*) '0.*(2) .(**1.

!!?

'%/'+$*.*)4';.6.)#. (,

*040163936/$3?5/*0132

!<!<

'0+(+(,.*) .*) $3(3.1.)#.6() '%.:

*01593636

!!

'*.*9/.6.*)=/.*) () .$,

!<

'*.*9/.6.*) %$2,. '.) .$,

!?

'*.*9/.6.*)85;;$2 .) .$,

!

'*.*9/.6.* ) '*9.0+(;.*) .*.0.*) .$,

!

'*.*9/.6.* ) '*9.0+(;.*) '*(:) (5,.) .$,

%68; 415/&32;/&0:?0

!

=*3$2,%() '06') .*) .:$

%68; 415/(013 5636/(; 54/836/*1 8;9/8315/(; 54/

! !<!

=*3$2,%() .%.*9) .%()4$;(,) .*)4$;(,) $.,.*)7*,$/)4'6'%;$.*) %(+.3(

! !<<

=*3$2,%() .%.*9) .%()4$;(,) .*)4$;(,) $.,.*)7*,$/)4'6'%;$.*) '/*(/ )=*3$2,%(

("&+))!%/ $"#"/ /$%)%&/(!"%

! !<<

=*3$2,%() .%.*9) .%()4$;(,) .*)4$;(,) $.,.*)7*,$/)4'6'%;$.*) '/*(/ )=*3$2,%(

! !<?

=*3$2,%() .%.*9) .%()4$;(,) .*)4$;(,) $.,.*)7*,$/)4'6'%;$.*) ' .*

! !<

=*3$2,%() .%.*9) .%()4$;(,) .*)4$;(,) $.,.*)7*,$/)4'6'%;$.*) .(**1.

%68; 415/(013 5636/(3>;/836/*1 8;9/8315/(3>;

< < ?

=*3$2,%()4'%.-(*.*)7/(% $/(%.*) .%()4.1$)4' $.;()8'+';;'%

< <

=*3$2,%() ;., .;.,) .6$%) .%()4.1$ ) 5,.*) .*) .0+$

< <

=*3$2,%() .%.*9) .%()4.1$ ) 5,.* ) .+$2) .*9) (3./) (/;.2(>(/.2(/.*) () '06.,) .(*

%68; 415/)013=32

< ?<?

=*3$2,%() '*,'*9) .%() .*.:) (.,) )4'%.0(/

< ?<

=*3$2,%() .%.*9) .(**1.) .%() .*.:) (.,) )4'%.0(/

%68; 415/(013 5636/*0139

? !<

=*3$2,%() .%.*9) '%:(.2.*) '%:.%9.)7*,$/)4'6'%;$.*) %(+.3() .%() 59.0)8$;(.

"6<9;436

<!?

*9/$,.*) *,.%)45,.) .;.0) %56(*2() 4

<!

*9/$,.*)45,.

<!

*9/$,.*) '3'2..*


(4)

!

!"#$%&"'(

"#$%&'()*%+'!$,&#"%+'!&#-.)+)-%-!/%(%!/%+%"!$,&#"%+'!/%-!)$0!(#"&'*'1!!

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 NANGROE ACEH DARUSALAM

-2 SUMATERA UTARA

-3 SUMATERA BARAT

-4 RIAU 9 3 13 - - 2 247 274

5 KEPULAUAN RIAU

-6 JAMBI 4 2 48 - 14 6 - - - 166 - 240

7 SUMATERA SELATAN

-8 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

-9 BENGKULU 3 5 7 1 - 1 1 - - 1 - - 96 115

10 LAMPUNG 23 5 20 - - - 51 97 - 568 764

11 BANTEN

-12 DKI JAKARTA 2 2 1 1 - 1 1 - - - 8

13 JAWA BARAT

-14 JAWA TENGAH

-15 DI YOGYAKARTA 17 4 6 30 167 38 41 19 1 - - 323

16 JAWA TIMUR 74 52 96 39 5 5 1,406 1,677

17 BALI

-18 NUSA TENGGARA BARAT

-19 NUSA TENGGARA TIMUR 4 - 13 - - 5 - - - 51 73

20 KALIMANTAN BARAT

-21 KALIMANTAN TENGAH

-22 KALIMANTAN TIMUR 9 2 15 - - - 7 - - 222 255

23 KALIMANTAN SELATAN 22 - 10 - - - 9 - 41

24 SULAWESI SELATAN

-25 SULAWESI BARAT 5 - 10 - - - 2 - 17

26 SULAWESI TENGAH

-27 SULAWESI TENGGARA

-28 SULAWESI UTARA 34 - 231 - - - 35 - - - - 300

29 GORONTALO

-30 MALUKU - - 38 - - - 5 - - 24 67

31 MALUKU UTARA 11 - 60 - - - 5 - - 64 140

32 IRIAN JAYA BARAT

-33 PAPUA

-217

75 568 71 14 187 45 41 54 69 1,504 424 1,025 4,294 Ket : data 1) Konfirmasi Pelaksana Daerah Koperasi ada di Ibukota Propinsi

KOPERASI PERTANIAN KOPERASI KERAJINAN

KOPERASI

NO Tahu

Tempe Perikanan PROPINSI

Lainnya Perkebunan Tebu Lainnya Kayu & Prod.

Kayu

Kelapa Sawit Perak

Kulit & Prod. Kulit

Susu Gerabah Lainnya TOTAL

Angkutan

!

!


(5)

!

"#$%&'()*%+'!)$0!/%"'!/%#"%1!

&#-.)+)-%-!/%(%!/%+%"!$,&#"%+'!/%-!)$0!(#"&'*'1!

!

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 NANGROE ACEH DARUSALAM

-2 SUMATERA UTARA

-3 SUMATERA BARAT

-4 RIAU

-5 KEPULAUAN RIAU

-6 JAMBI - - - - 9,539 - - - 6,483 - 9,135 25,157

7 SUMATERA SELATAN

-8 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

-9 BENGKULU - 5 - 41 - 62 - - - 25 - 15 - 148

10 LAMPUNG

-11 BANTEN

-12 DKI JAKARTA - - 20 25 - 15 10 - 10 500 - - - 580

13 JAWA BARAT

-14 JAWA TENGAH

-15 DI YOGYAKARTA 1 - 30 6 - 167 38 41 21 19 - 266 - 589

16 JAWA TIMUR 5 - - 25 8 9 9 - - 8 64

17 BALI

-18 NUSA TENGGARA BARAT

-19 NUSA TENGGARA TIMUR - - - 213,500 - 12,790 - 115 50 210 - 15,300 - 241,965

20 KALIMANTAN BARAT

-21 KALIMANTAN TENGAH

-22 KALIMANTAN TIMUR

-23 KALIMANTAN SELATAN

-24 SULAWESI SELATAN

-25 SULAWESI BARAT

-26 SULAWESI TENGAH

-27 SULAWESI TENGGARA

-28 SULAWESI UTARA

-29 GORONTALO

-30 MALUKU - - 361 1,777 1,583 - - - 687 - 2,868 7,276

31 MALUKU UTARA - - - 294 454 - - - 999 1,747

32 IRIAN JAYA BARAT

-33 PAPUA

-1

5 411 215,648 11,576 13,034 73 164 90 763 7,170 15,581 13,010 277,526

Ket : data di peroleh dari Dinas Koperasi Berdasarkan Surat No: 27/Dep.7/IV/2009, perihal: Data Rekapitulasi KUKM

TOTAL SEKTOR PERTANIAN Lainnya SEKTOR PENGOLAHAN Lainnya SEKTOR JASA Lainnya NO PROVINSI Nelayan Susu Kelapa Sawit

Tebu Perak Gerabah Tahu

Tempe

Angkutan Penumpa Kayu &

Prod. Kayu

Kulit & Prod. Kulit

!

!


(6)

"#$%&'()*%+'!+%0&#*!$,&#"%+'!&#-.)+)-%-!/%(%!/%+%"!$,&#"%+'!/%-!)$0!(#"&'*'1!

1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 13 14 16 17 17

1 NANGROE ACEH DARUSALAM

1

1

2

8

10

2 SUMATERA UTARA

1

1

2

8

10

3 SUMATERA BARAT

1

1

2

8

10

4 RIAU

1

1

2

8

10

5 KEPULAUAN RIAU

1

1

2

8

10

6 JAMBI

1

1

2

8

10

7 SUMATERA SELATAN

1

1

2

8

10

8 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

1

1

2

8

10

9 BENGKULU

1

1

2

8

10

10 LAMPUNG

2

2

8

10

11 BANTEN

1

1

2

8

10

12 DKI JAKARTA

1

1

2

8

10

13 JAWA BARAT

1

1

1

3

7

10

14 JAWA TENGAH

2

2

8

10

15 DI YOGYAKARTA

3

1

1

5

5

10

16 JAWA TIMUR

1

1

1

1

1

5

5

10

17 BALI

1

1

2

8

10

18 NUSA TENGGARA BARAT

1

1

2

8

10

19 NUSA TENGGARA TIMUR

2

2

8

10

20 KALIMANTAN BARAT

1

1

2

8

10

21 KALIMANTAN TENGAH

2

2

8

10

22 KALIMANTAN TIMUR

1

1

2

8

10

23 KALIMANTAN SELATAN

2

2

8

10

24 SULAWESI SELATAN

1

1

2

8

10

25 SULAWESI BARAT

2

2

8

10

26 SULAWESI TENGAH

1

1

2

8

10

27 SULAWESI TENGGARA

1

1

2

8

10

28 SULAWESI UTARA

2

2

8

10

29 GORONTALO

1

1

2

8

10

30 MALUKU

2

2

8

10

31 MALUKU UTARA

1

1

2

8

10

32 IRIAN JAYA BARAT

2

2

8

10

33 PAPUA

1

1

2

8

10

JUMLAH

14

8

12

4

9

3

4

6

4

9

73

257

330

TOTAL SAMPEL Gerabah Perkebunan Tebu Kelapa Sawit TOTAL UKM

REKAPITULASI KOPERASI PENYUSUNAN DATA DASAR KOPERASI DAN UKM TERPILIH

TAHUN ANGGARAN 2009

NO PROPINSI

KOPERASI KOPERASI KERAJINAN KOPERASI PERTANIAN TOTAL

KOPERASI Angkutan Tahu

Tempe Perikanan Susu Perak

Kayu & Prod. Kayu Kulit & Prod. Kulit

!

!

!

!